Download - makalah biokimia klinik.docx
MAKALAH
BIOKIMIA KLINIKPENGATURAN pH dan METODE PENGUKURAN
KELOMPOK II
Citra Rismawati Deby Bayu Setia Putra
Dian Sellina Virda Febrina Indah Kesuma
Fitra Ramadhan Isra Afriani
Lisa YK
DOSEN :
Dr.MEIRIZA DJOHARI, M.Kes.Apt
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perlindungan dan bimbingan-Nya sehingga penyusunan makalah” PENGATURAN pH dan METODE PENGUKURAN ” ini dapat diselesaikan.Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah biokimia klinik dengan tujuan agar dapat memberi manfaat atau dapat menjadi literatur bagi mahasiswa dalam mempelajari biokimia klinik .
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini
Akhir kata, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca sekalian, karena kami tahu “kepuasan berilmu itu terletak pada apabila ilmu itu dapat bermanfaat bagi orang lain meskipun sedikit”.
Pekanbaru, 09 may 2015 Penyusun
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keseimbangan asam-basa tubuh tergantung pada beberapa reaksi kimia yang seimbang.
Ion hidrogen (H+) berpengaruh terhadap pH, dan pengaturan pH mempengaruhi kecepatan
reaksi seluler, fungsi sel, permeabilitas sel, dan integritas struktur sel. Ketika terjadi
ketidakseimbangan, kita dapat mendeteksinya secara cepat dengan cara mengetahui
bagaimana cara memeriksa pasien dan menginterpretasikan nilai arterial blood gas (ABG).
Dan keseimbangan dapat dicapai kembali dengan cara menspesifikkan tujuan intervensi
terhadap gangguan asam –basa yang terjadi.
Dasar keseimbangan asam-basa. Sebelum menentukan keseimbangan asam-basa
pasien, harus memahami bagaimana ion H+ mempengaruhi tingkat keasaman, basa, dan pH.
a. Asam ialah suatu substansi yang dapat memberikan H+ kepada substansi basa.
Contohnya antara lain asam hidroklorik, asam nitrat, ion ammonium, asam laktat,
asam asetat, dan asam karbonat (H2CO3).
b. Basa ialah suatu substansi yang dapat menerima ataupun mengikat H+. Contohnya
antara lain ammonia, laktat, asetat, dan bikarbonat (HCO3-).
c. pH menunjukkan konsentrasi H+ secara keseluruhan dalam cairan tubuh.
Jika jumlah H+ dalam darah lebih tinggi, pH akan menurun, dan jika jumlah H+
menurun maka pH akan meningkat. Suatu cairan yang mengandung lebih banyak basa dari
pada asam memiliki H+ yang lebih sedikit dan pH yang lebih tinggi. Suatu cairan yang
mengandung lebih banyak asam dari pada basa memiliki H+ yang lebih banyak dan pH yang
lebih rendah. pH air (H2O) yaitu 7,4 yang dianggap sebagai pH netral. pH darah hampir
alkali dan memiliki rentang normal 7,35 hingga 7,45.
Untuk enzim yang normal dan fungsi sel serta metabolisme normal, pH darah harus
berada dalam rentang tersebut. Jika darah bersifat asam, maka kekuatan kontraksi jantung
menjadi hilang. Jika darah bersifat alkali, fungsi neuromuskular menjadi tidak bersesuaian.
pH darah di bawah 6,8 maupun di atas 7,8 akan berakibat fatal. pH juga mencerminkan
keseimbangan antara persentase H+ dan persentase H2CO3-. Secara umum, pH dipertahankan
pada rasio 20 bagian HCO3 dengan 1 bagian H2CO3-. Mengatur keseimbangan asam-basa.
Terdapat tiga sistem yang mengatur pH tubuh : buffer kimia, sistem respiratorius, dan
sistem renal. Buffer kimia, substansi yang mengkombinasikan asam dan basa, bereraksi
secara langsung untuk menjaga pH, dan merupakan kekuatan penjaga keseimbangan asam-
basa tubuh yang paling efisien. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan intraseluler, dan cairan
ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat, fosfat, dan protein.Garis pertahanan
kedua dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa yaitu sistem respirasi. Paru-paru
mengatur karbon dioksida (CO2) dalam darah, yang dikombinasikan dengan H2O untuk
membentuk H2CO3-.
Kemoreseptor pada otak mendeteksi pergantian pH dan mengatur laju dan kedalaman
respirasi untuk mengatur level CO2. Lebih cepat, pernafasan yang lebih dalam akan
mengeliminasi CO2 dari paru-paru, dan lebih sedikit H2CO3 yang terbentuk., sehingga pH
naik. Alternatifnya, lebih lambat, dengan pernapasan yang lebih dangkal akan mengurangi
eksresi CO2, sehingga pH akan turun.Tekanan parsial dari level arterial CO2 (PaCO2)
menunjukkan level CO2 dalam darah. PaCO2 normal yaitu 35 hingga 45 mm Hg. Level CO2
yang lebih tinggi mengindikasikan hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal. Level
PaCO2 yang lebih rendah mengindikasikan suatu hiperventilasi. Sistem respirasi, yang dapat
menangani keseimbangan asam – basa seperti halnya sistem buffer, bereaksi dalam hitungan
menit, dengan kompensasi yang temporer. Penyesuaian jangka panjang membutuhkan sistem
renal.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaiman pengaturan pH darah
2. Untuk mengetahui metode pengturan nya
BAB II
ISI
2.1 Pengetrian Asam Dan Basa
Istilah ph pertama kali diperkenalkan oleh Sorensen yang mendefinisikan Ph sebagai
logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen (H+). konsentrasi ion hidrogen disebut dalam
sekala logaritma dengan satuan ph karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah
dan karena jumlah yang kecil dan tidak praktis.
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom – atom hidrogen dan dapat melepaskan ion-ion hidrogen
dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh adalah asam carbonat ( H2CO3) Yang
berionisasi membentuk ion hidrogen ( H+) dan ion bicarbonat ( HCO3). Basa adalah ion
atom molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bicarbonat adalah satu
basa karena dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H2CO3. Demikian
juga HPO4, adalah satu basa karena apat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk
H2PO4. Protein – prottein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam
amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion – ion
hidrogen.
pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang sebenarnya melalui rumus berikut
: pH = -Log( H+)
Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dalam ekuivalen perliter. Sebagai contoh normal
konsentrasi ion hidrogen adalah 40 mEq/L. pH normal adalah
Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstinal
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbon dioksida (CO2) yang dibebaskan jaringan untuk
membentuk H2CO3 dalam cairan – cairan ini.
Karena pH normal arteri adalah 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat
pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkalosis saat ph meningkat diatas 7,4. Batas
pH = - log (0,00000004)
pH = 7,7
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas
atas adalah 8,0. pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah dari pada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraseluler diperkirakan berkisar antara 6 - 7,4. pH urine dapat berkisar antara 4,5 – 8,0
bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler. Seperti yang disebutkan diatas ginjal
melakukan koreksi abnormalitas konsentrasi ion hidrogen ekstraseluler dengan mengekskresi
asam atau basa.
2.2. pengaturan keseimbangan asam basa oleh ginjal
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa melalui
pengeluaran urine yang asam atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah
asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan
basa dari cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme eksresi urine asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai
berikut : sejumlah besar ion bicarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus, dan
bila ion bicarbonat dieksresikan kedalam urine, keadaan ini menghilangkan basa dari darah.
Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga dieksresikan kedalam lumen tubulus oleh sel-
sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang
dieksresikan dari pada ion bicarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari
cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak bicarbonat yang disaring dari pada
hdrogen yang di eksresikan akan terdapt kehilangan basa.
Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogn ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar , yaitu :
1. Sekresi ion – ion hidrogen di tubulus ginjal.
Sekresi ion – ion hidrogen berlangsung di sel epitel tubulus proksimal, segmen tebal
asenden ansa henle, dan tubulus distal kedalam cairan tubulus. Proses sekresi dimulai ketika
CO2 berdifusi kedalam sel tubulus atau dibentuk melalui metabolisme sel didalam epitel
tubulus. CO2 akan berikatan dengan H2O membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalis
oleh enzim karbonik anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion
bicarbonat ( HCO3-). HCO3- mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral
akan pergi ke cairan interstinal ginjal dan dialiran darah kapiler peritubular. Bersama dengan
itu H+ akan disekresikan kelumen tubular, tergantung daerah lumen, proses ini berlangsung
melalui tranpor aktif primer pompa H-ATPase, transpor aktif primer pompa H, K-ATPase,
ditubulus distal dan colligens serta transpor imbangan Na/H ditubulus proksimal.
Sekresi ion hidrogen melalui transpor imbangan Na/H terjadi ketika natrium bergerak
dari lumen tubulus kebagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung denga protein
pemvawa dibatas luminal membran sel; pada waktu yang bersamaan, ion hidrogen dibagian
dalam sel bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak kedalam sel melalui
gradien konsentrasi yang telah tercapai oleh pompa natrium kalium ATP-ase dimembran
basolateral kemudian menyediakan energi untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah
yang berlawanan dari dalam sel kelumen tubulus. Jadi untuk setiap ion hidrogen yang
diksresikan dalam lumen tubulus, satu ion bicarbonat masuk kedalam darah.
2. Reabsorbsi ion – ion bicarbonat yang disaring
Ion bicarbonat yang disaring akan direabsorbsi oleh ginjal untuk mencegah kehilangan
bicarbonat dalam urine. Sekitar 80 – 90 % reabsorbsi bicarbonat ( dan sekresi ion hidrogen )
berlangsung dalam tubulus proksimal sehingga hanya sejumlah kecil ion bicarbonat yang
mengalir ke dalam tubulus distal dan duktus colliggens. Ion – ion bicarbinat tidak mudah
menembus membran luminal sel – sel tubulus ginjal, oleh karena itu ion – ion bicarbonat
yang disaring oleh glomerulus tidak dapat diabsorbsi secara langsung.
Ion bicarbonat yang disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion hidrogen yang
disekresikan oleh sel- sel tubulus membentuk H2CO3 oleh enzim karbonik anhidrase, yng
kemudiann berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat bergerak dengan mudah melewati
membran tubulus, oleh karena itu CO2 segera berdifusi masuk kedalam sel tubulus, tempat
CO2 bergabung kembali dengan H2O, dibawah pengaruh enzim karbonik anhidrase, untuk
menghasilkan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion
bicarbonat dan ion hidrogen, ion bicarbonat kemudian berdisosiasi membentuk ion
bicarbonat dan ion hidrogen, ion bicarbonat kemudian berdifusi melalui membran basolateral
kedalam cairan interstinal dan dibawa naik kedaram kapiler peritubular. Efek bersih dari
reaksi ini adalah reabsorbsi ion bicarbonat dari tubulus, walaupun ion – ion bicarbonat yang
sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama ddengan yang disaring kedalam
tubulus.
3. Produksi ion bicarbonat baru
Bila ion – ion hidrogen di sekresikan kedalam kelebihan bicarbonat yang dfiltrasi
kedalam cairan tubulus, hanya sebagian kecil dan keblebihan ion hidrogen ini yang dapat
dieksresikan dalam bentuk ion hidrogen dalam urine. Alasan untuk ini adalah bahwa pH
minimal urine adalah sekitar 4,5. Bila terdapat kelebihan ion hidrogen ddalam urine, ion
hidrogen akan bergabung dengan penyangga selain bicarbonat dan ini akan menghasilkan
pembentukan ion bicarbonat baru yang dapat masuk kedalam darah, dengan demikian
membantu mengganti ion bicarbonat yang ilang dari cairan ekstraseluler pada keadaan
asidosis. Penyangga paling penting untuk mekanisme ini adalah penyangga pospat dan
amonia.
A. Eksresi kelebihan ion hidrogen dan pembentukan bicarbonat baru oleh sistem penyangga
pospat.
Sistem penyangga pospat terdiri dari HPO4 – dan H2PO4. Keduanya menjadi pekat
dalam cairan tubulus akibat reabsorbsi nya yang relatif buruk dan akibat reabsorbsi air dari
cairan tubulus. Oleh karena itu walaupun pospat sebenarnya bukan penyangga yang penting,
pospat jauh lebih efektif sebagai penyangga dalam cairan tubulus.
Proses sekresi ion hidrogen kedalam tubulus sama seperti yang telah dijelaskan
sebelum nya. Dimana selama terdapat kelebihan ion bicarbonat dalam cairan tubulus,
kebanyakan ion hidrogen yang disekresikan akan bergabung dengan ion bicarbonat. Akan
tetapi, sekali semua bicarbonat telah diabsorbsi dan tidak adalagi yang tersisa untuk berikatan
dengan in hidrogen, setiap kelebihan ion hidrogen, dapat bergabung dengan HPO4- dan
penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hidrogen bergabung dengan HPO4- untuk
membentuk H2PO4 ion hidrogen dapat di eksresikan sebagai h2PO4 dan dapat dieksresikan
sebagai garam natrium dalam bentuk NaH2PO4, dengan pembawa serta kelebihan ion
hidrogen.
Pada keadaan ini ion bicarbonat yang dihasilkan dan memasuki darah peritubular lebih
menghasilkan peningkatan bicarbonat darah, dari pada hanya mengganti ion bicarbonat yang
disaring. Jadi, kapanpun ion hidrogen yang di ekresikan kedalam lumen tubulus bergabung
dengan penyangga selain bicarbonat ( dalam hal ini pospat), hasil akhirnya adalah
penambahan ion icarbonat baru dalam darah.
B. Pembentukan biccarbonat baru oleh sistem penyangga amonia
Sistem penyangga khusus kedua dalam cairan tubulus bahkan lebih penting secara
kuantitatif dari pada sistem penyangga pospat terdiri atas amonia ( NH3) dan ion amonium
(NH4+). Ion amonium disintesa dari glutamin, yang secara aktif ditranspor kedalam sel epitel
tubulus proksimal, cabang tebal asenden ansa henle, dan tubulus distal. Didalam sel tiap
molekul glutamin akan dimetabolisme untuk membentuk dua ion NH4+ dan dua ion HCO3.
NH4+ kemudian disekresikan kedalam lumen tubullus melalui mekanisme transpor imbangan
sebagai pertukarang dengan ion natrium, yang direabsorbsi. HCO3- bergerak melawan
membran basolateral bersama dengan ion natrium yang direabsorbsi kedalam cairan
interstinal dan diambil oleh cairan peritubular. Jadi untuk tiap molekul glutamin yang di
metabolisme di dalam tubulus proksimal, dua ion NH4+ disekresikan kedalam urin dan dua
ion HCO3 dihasilkan sebagai ion bicorbonat baru.
Dalam tubulus colligens, penambahan ion NH4+ kedalam cairann tubulus terjadi
membran tubulus kedalam lumen, tempat nya bergabung dengan amonia ( NH3) untuk
membentuk ion amonium (NH4+), yang kemudian dieksresikan. Untuk setiap NH4+ yang
dieksresikan, dihasilkan HCO3 yang baru dan ditambahkan kedarah.
2.3. koreksi asidosis oleh ginjal
Asidosis terjadi apabila ketika rasio HCO3- dan CO2 dalam cairan ekstra seluler
menurun, sehingga menyebabkan penurunan pH. Bila rasio ini menurun akibat penurunan
HCO3- disebut asidosis metabolik. Bila pH turun akibat penigkatan pCO2, asidosis ini
disebut asidosis respiratorik. Kedua kondisi ini menyebabkan penurunan rasio bicarbonat
terhadap ion hidrogen dalam caira tubulus ginjal. Pada asidosis metabolik, kelebihan ion
hidrogen melebihi ion bicarbonat yang terjadi pada cairan tubulus secara primer adalah akibat
penurunan filtrasi ion bicarbonat. Pada asidosis respiratori, kelebihan ion hidrogen didalam
cairan tubulus terutama diakibatka oleh peningkatan pCO2 cairan ekstra seluler, yang
meransang sekresi ion hidrogen.
Akibatnya terdapat kelebihan ion hidrogen didalam tubulus ginjal, mmenyebabkan
resorbsi ion bicarbonat yang menyeeluruh dan masih meninggalkan ion-ion hidrogen
tambahan yang tersedia untuk bergabung dengan ion ion penyangga urine, NH4+ dan HPO4-.
Jadi, pada asidosis ginjal mereabsorbsi semua bicarbonat yang disaring dan menyumbangkan
bicarbonat yang baru melalui pembentukan HH4+ dan asam tertitrasi. Asam tertitrasi adalah
sisa penyangga non bicarbonat, non NH4+ yang disekresikan kedalam urine.
Koreksi pada asidosis respiratorik, dimana terjadi penurunan pH, peningkatan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan peningkatan pCO2, respon kompensasi
adalah peningkatan-peingkatan HCO3- plasma yang disebabkan oleh penambahan bicarbonat
baru kedalam caira ekstraseluler olehh ginjal. Peningkatan HCO3- membantu mengimbangi
peningkatan pCO2, sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Koreksi pada asidosis metabolik, yang juga terjadi akibat penurunann pH dan
peningkatan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dimana gangguan utama nya adalah
penurunan HCO3- plasma, kompensasi oleh ginjal dengan penambahan bicarbonat baru
kedalam cairan ekstraseluler, membantu meminimalkan penurunan awal konsentrasi HCO3-
ekstraseluler.
Pada asidosis kronik, terdapt peniggian produksi NH4+, yang selanjutnya berperan
terhadap eksresi ion hidrogen dan penambahan ion bicarbonat kedalam cairan ekstraseluler.
Peningkatan eksresi ion hidrogen ;pada tubulus ini membantu mengeliminasi kelebihan ion
hidrogen dari tubuh dan meningkatkan jumlah ion bicarbonat dalam caira ekstraseluler. Hal
ini meningkatkan bagian bicarbonat pada sistem penyangga bicarbonat, membantu
meningkatkan pH ekstraseluler dan mengoreksi asidosis.
2.4. Koreksi alkalosis oleh ginjal.
Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 didalam cairan ektraseluler meningkat,
menyebabkan peningkatan pada pH ( menurunkan konsentrasi ion hidrogen). Pda alkalosis
ekspiratorik, terdapat penigkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi
hidrogen. Terjadi akibat penurunan pCO2 plasma yang disebabkan hiperventilasi.
Pengurangan pCO2 menyebabkan penurunan kecepatan sekresi ion hidrogen oleh tubulus
ginjal. Penurunan sekresi ion hidrogen mengurasi jumlah ion hidrogen dalam cairan tubulus
ginjal.akibatnya tidak cukup ion hidrogen untuk bereaksi dengan semua HCO3- yang
disaring. Oleh karena itu, HCO3- yang tidak dapat bereaksi dengan ion hidrogen tidak
direabsorbsi dan di eksresi. Hal ini menybabkan penurunan konsentrasi HCO3- plasma. Jadi
koreksi alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi bicarbonat plasma, yang
disebabkan peningkatan eksresi bikarbonat oleh ginjal.
Pada alkalosis metabolik, peningkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan
konsentrasi hidrogen terjadi akibat peningkatan konsentrasi ion bicarbonat cairan
ekstraseluler. Kompensasi yang terjadi melalui ginjal adalah peningkatan konsentrasi dalam
cairan ekstraseluler menimbulkan peningkatan muatan bicarbonat yang di filtrasi yang
kemudian menyebabkan kelebihan ion bicarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan
dalam cairan tubulus ginjal. Kelebihan ion bicarbonat didalam cairan tubulus ginjal gaga
untuk direabsorbsi karena tidak ada ion hidrogen yang bereaksi dengan nya. Ion bicarbonat
ini akhirnyaakan dieksresikan dalam urine.
2.5 Metode pengukuran pH
1. Identifikasi dengan Kertas Lakmus
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus,yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari
masing-masing kertas lakmus tersebut adalah sebagai berikut :
a. Lakmus merah : Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan
basa berwarna biru.
b. Lakmus biru : Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa
berwarna biru.
c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna.
2. Identifikasi Larutan Asam, Basa, dan Netral Menggunakan Indikator Alami
Ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan sendiri di rumah, yaitu dengan
menggunakan indikator alami. Berbagai bunga yang berwarna atau tumbuhan, seperti daun,
mahkota bunga, kunyit, kulit manggis, dan kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator
asam basa. Ekstrak atau sari dari bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang berbeda
dalam larutan asam basa.
Sebagai contoh, ambillah kulit manggis, tumbuklah sampai halus dan campur dengan
sedikit air. Warna kulit manggis adalah ungu (dalam keadaan netral). Jika ekstrak kulit
manggis dibagi dua dan masing-masing diteteskan larutan asam dan basa, maka dalam
larutan asam terjadi perubahan warna dari ungu menjadi cokelat kemerahan. Larutan basa
yang diteteskan akan mengubah warna dari ungu menjadi biru kehitaman.
3. Menggunakan Indikator Universal
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam
indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang
berupa kertas dan larutan.
4. Indikator Kertas (Indikator Stick)
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini
dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator
dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta
warna yang tersedia.
5. Larutan Indikator
Salah satu contoh indikator universal jenis larutan
adalah larutan metil jingga (Metil Orange = MO). Pada pH
kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH
lebih dari 7 warnanya menjadi kuning. Contoh indikator cair
lainnya adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH
di bawah 8, fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna
merah anggur apabila pH larutan di atas 10.
Warna Indikator Metil Jingga dlm Larutan dngn pH 2, 7, dan 11
6. pH Meter
Pengujian sifat larutan asam basa dapat juga
menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan cara
dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter
akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. pH mrenggambarkan secara tepat konstentrasi dari ion hidrogen dalam tubuh
sehingga dalam membahas hemoestatis pH pada dasarnya kita akan membahas
keseimbangan konsentrasi ion hidrogn dalam tubuh.
2. Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogn dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis
atau alkalosis dengan jalan mengekresikan urine asam atau urine alkali, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal
selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat.
3. Pengaturan keseimbangan konsentras ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar, yaitu : seksresi ion – ion hidrogen, reasorbsi ion – ion hidrogen
yang disaring, produksi ion – ion bicarbonat yang baru.
4. Pada asidosis, ginjal mereabsorbsi semua bicarbonat yang disaring dan
menyumbangkan bicarbonat yang baru melalui pembentukan NH4+ dan asam
tertitrasi.
5. Pada alkalosis, kelebihan ion bicarbonat yang tidk direabsorbsi dari tubulus akan di
eksresikan melalui urine.
DAFTAR PUSTAKA
1. Trudy Mckee, James R Meckee. Biochemistry, The Moleculer Basic of Life. 3nd
2000 : 80-82
2. Arthur C, Guyton, M.D, Jhon E. Hall, PhD, Fisiologi Kedokteran. EGC, Edisi 9,
1997 : 481-483, 490-499
3. Vander, Sherman, Luciano. Human physiology, The Mechanisms of Body Fuction