Download - MAKALAH 2 PKN
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Wilayah perbatasan yang meliputi wilayah daratan dan perairan merupakan
manifestasi kedaulatan suatu negara. Letak strategis wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang berada diantara dua benua yaitu benua Australia dan benua Asia serta
diapit oleh dua samudera yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik merupakan kawasan
potensial bagi jalur lalu-lintas antar negara. Disamping itu Indonesia merupakan negara
kepulauan (Archipelagic States) yaitu suatu negara yang terdiri dari sekumpulan pulau-pulau,
perairan yang saling bersambung (Interconnecting Waters) dengan karakteristik alamiah
lainnya dalam pertalian yang erat sehingga membentuk satu kesatuan.
Mahasiswa atau pemuda Indonesia diharapkan mengambil peran kepeloporan untuk
mengembangkan sains dan teknologi serta industri kemaritiman yang hingga saat ini masih
jauh dari ideal. Pengembangan ke arah tersebut kerapkali terkendala oleh perpspektif keliru
dalam memandang karakteristik yang muncul dari kemaritiman Indonesia. Contohnya, laut
dan sungai kerapkali dilihat sebagai penghalang yang harus diatasi, padahal laut dan sungai
merupakan penghubung dan pemersatu antar pulau. Perspektif keliru inilah yang pertama
harus dipecahkan oleh pemuda Indonesia karena telah banyak dianut oleh para pengambil
kebijakan di republik ini.
1
1. 2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas
adalah sebagai berikut :
Mengetahui kondisi wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mengetahui kendaladalam menjaga keutuhan wilayah perbatasan NKRI
Mengetahui makna keutuhan bangsa dan NKRI
Mengetahui peran arsip dalam mengawal keutuhan wilayah NKRI
Mengetahui peran serta pemuda dalam menjaga keutuhan NKRI
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia yang terletak di benua Asia bagian Tenggara (Asia Tenggara) pada
koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BB - 141°45'BT, melintang di antara benua Asia
dan Australia/Oseani serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia (terbentang sepanjang
3.977 mil). Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut
juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).
Sebagai negara kepulauan Indoneia memiliki ±17.505 pulau yang tersebar diseluruh
wilayah Indonesia dengan perbandingan luas daratan dan perairan yaitu 1:3. Dengan jumlah
pulau yang banyak ternyata menimbulkan berbagai pemasalahan seperti kaburnya batas-batas
wilayah negara (sengketa pulau sipadan-ligitan, sengketa blok Ambalat), penyelundupan
barang dan jasa, pembalakan liar (Illegal Logging), Perdagangan manusia (Traffic King),
Terorisme, maraknya kejahatan trans nasional (Transnational Crimes) serta eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam. Selain permasalahan diatas masih terdapat kekurangsigapan
Pemerintah RI dalam menjaga integritas wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) indikasinya adalah terhadap +/- 17.505 pulau yang dipublikasikan selama
ini belum didukung oleh data secara resmi mengenai nama dan posisi geografisnya. Terlebih,
informasi tentang data pulau-pulau hingga saat ini berbeda-beda antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya. LIPI menyebutkan ada 6.127 nama pulau pada tahun 1972, Pussurta (Pusat
Survey dan Data) ABRI mencatat 5.707 nama pulau pada tahun 1987, dan pada tahun 1992,
Bakosurtanal menerbitkan Gazetteer nama-nama Pulau dan Kepulauan Indonesia sebanyak
6.489 pulau yang bernama. Perbedaan data tersebut mencerminkan bahwa Indonesia masih
lemah dalam pengelolaan wilayah lautnya, karena dari 17.508 pulau yang diklaim Indonesia
hanya beberapa persen saja yang sudah memiliki nama.
Sebagai negara berdaulat, Indonesia harus segera mendepositkan data-data pulau yang
dimiliki sebagai bukti atau arsip negara. Hal ini penting mengingat bahwa, pulau-pulau yang
telah didepositkan akan menjadi salah satu acuan atau landasan Indonesia dalam
menyelesaikan sengketa perbatasan.
3
Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km².
Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia hidup.
Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatra dengan
luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216
km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia searah penjuru mata
angin, yaitu:
Utara: Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut China Selatan
Selatan: Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia
Barat: Samudera Hindia
Timur: Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera Pasifik
2.2. KendalaDalam Menjaga Keutuhan Wilayah Perbatasan NKRI
Wilayah perbatasan suatu negara yang meliputi wilayah daratan dan perairan
merupakan kawasan tertentu yang mempunyai dampak penting serta peran strategis bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wilayah tersebut memiliki keterkaitan yang erat
dengan kegiatan di wilayah negara lain yang berbatasan dengan Indonesia, baik dalam
lingkup nasional, regional (antar negara) maupun internasional. Disamping itu wilayah
perbatasan juga mempunyai dampak politis dan fungsi pertahanan dan keamanan nasional.
Oleh karena peran strategis tersebut, maka penjagaan wilayah perbatasan Indoensia
merupakan prioritas penting pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akan tetapi dalam praktek dilapangan terdapat
hambatan ataupun ancaman yang seringkali merugikan bagi kepentingan bangsa Indonesia.
Permasalahan ini dapat dilihat dari tiga aspek yaitu:
1. Aspek Sosial Ekonomi
Wilayah perbatasan merupakan daerah yang kurang berkembang (terbelakang) yang
disebabkan oleh lokasi yang relatif terisolir/terpencil dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat, rendahnya tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan (banyaknya jumlah penduduk
miskin dan desa tertinggal), langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan yang
diterima oleh masyarakat di daerah perbatasan (blank spots).
4
2. Aspek Pertahanan Keamanan
Kawasan perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata. Sehingga, menyebabkan rentang kendali
pemerintahan sulit dilaksanakan, serta pengawasan dan pembinaan teritorial sulit
dilaksanakan dengan sinergis, mantap dan efisien.
3. Aspek Politik
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan umumnya dipengaruhi
oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk
mengundang kerawanan di bidang politik. Apabila kehidupan ekonomi masyarakat daerah
perbatasan mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga, maka selain
dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat
bangsa. Oleh sebab itu kawasan perbatasan merupakan salah satu aset negara yang harus
dijaga dan dipertahankan dari segala bentuk ancaman dan tantangan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar negeri.
Beberapa permasalahan yang menonjol di daerah perbatasan adalah sebagai berikut:
a. Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat.
b. Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih tertinggal, baik sumber daya manusia,
ekonomi maupun komunitasnya.
c. Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti penyelundupan kayu /illegal
logging, Illegal fishing, perdagangan manusia (Traffick King), penyelundupan narkoba
dan lain-lain.
d. Pengelolahan perbatasan belum optimal, meliputi kelembagaan, kewenangan maupun
program.
e. Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, terutama hasil hutan dan kekayaan laut.
f. Lemahnya kualitas dan profesionalisme aparatur negara (stake holders) baik di pusat
maupun di daerah.
2.3. Makna Keutuhan Bangsa dan NKRI
Pertama adalah anasir dari luar yang digambarkan oleh Negara tetangga kita,
Malaysia. Anasir kedua adalah anasir yang muncul dari dalam NKRI sendiri. Anasir itu ada
5
yang sudah berujud gerakan yang secara terang-terangan berani melakukan makar seperti
Gerakan Aceh Merdeka, Republik Maluku Selatan dan Gerakan Papua Merdeka, ada juga
yang berupa kelompok kecil yang belum kelihatan. Kasus-kasus pesengketaan antar warga
atau antar instansi pemerintah patut juga diwaspadai. Sekecil apapun sengketa atau
perselisihan tersebut akan menggangu sendi-sendi kerukunan dan persatuan bangsa jika tidak
disikapi secara bijaksana. Memperhatikan diskripsi dan pengalaman di atas terlihat bahwa
pemahaman tentang keutuhan NKRI mencakup makna keutuhan wilayah, meliputi seluruh
pulau dengan segenap tanah, air dan udara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke,
keutuhan khasanah budaya meliputi adat istiadat, karya cipta dan hasil pemikiran Bangsa
Indonesia dan suku-suku di seluruh wilyah NKRI, keutuhan sumber daya alam (SDA),
meliputi seluruh kekayaan alam berupa barang tambang, flora dan fauna beserta seluruh
plasma nutfahnya, keutuhan penduduk atau sumber daya manusia (SDM), meliputi keutuhan
orangnya, statusnya, keselamatan bahkan kesejahteraannya. Menyadari luasnya cakupan
makna keutuhan NKRI maka menjadi berat dan luas pula tugas menjaganya. Penjagaan atau
pembelaan tidak cukup dilakukan dengan menyampaikan nota protes oleh pejabat negara atau
demonstrasi oleh rakyat dan mahasiswa, lebih penting dari itu adalah merenungkan apa
penyebab kasus-kasus ancaman tersebut terjadi, untuk kemudian melakukan langkah-langkah
pencegahannya. Sekurang-kurangnya ada dua penyebab mengapa ancaman terhadap NKRI
terjadi sebagaimana diskripsi peristiwa-peristiwa tersebut di atas:
1. Kurangnya kepedulian terhadap keutuhan NKRI
Salah satu pertimbangan Mahkamah Internasional dalam memutuskan sengketa Pulau
Sipadan dan Ligitan adalah soal kepedulian. Indonesia dinilai lalai dalam megelola kedua
pulau itu sejak tahun 1950. Sementara Malaysia dengan berbagai trik berusaha mengelola
kedua pulau itu. Diantaranya dengan membuka penangkaran penyu dan membangun motel-
motel bahkan mempromosikannya. Mengomentari kekalahan tersebut Mantan Menteri Luar
Negeri RI, Prof. Dr. Muladi mengatakan lepasnya kedua pulau tersebut karena Deplu RI
menganggap persoalan tersebut sepele.
2. Lemahnya Budaya Sadar Arsip
Pengalaman hilangnya hasil penelitian Prof. Muso dari UGM mengindikasikan hal
itu. Kemungkinan pertama penilitian itu tidak dicatat secara tertib dan kemungkinan lainnya
penelitian tersebut dicatat tetapi tidak diarsipkan secara baik. Kejadian sengketa tanah antar
Pemda Kebumen dan Pemda Cilacap juga menunjukkan rendahnya kesadaran kearsipan kita.
6
Andai kedua pemda tersebut memiliki arsip-arsip topografi daerahnya masing-masing tentu
sengketa itu tidak perlu terjadi. Kalupun tetap terjadi maka penyelesaiannya tidak perlu
memakan waktu bertahun-tahun.
2.4. Peran Arsip dalam Mengawal Keutuhan Wilayah NKRI
Indonesia adalah negara besar dilihat dari jumlah penduduk maupun luas wilayahnya
dan jumlah pulaunya. Indonesia mempunyai penduduk lebih dari 210 juta jiwa dan
mempunyai 17 ribu lebih pulau. Betapa sulitnya menjaga dan merawat pulau sebanyak itu.
Jangankan merawat memberi nama saja tidak mudah. Betapapun berat tugas merawat dan
menjaga Indonesia Raya itu Pemerintah dan segenap komponen bangsa harus tetap
berkomitmen untuk melaksanakannya demi keutuhan NKRI.
Sebagai langkah awal perlu diadakan inventarisasi seluruh pulau. Pulau-pulau yang
belum bernama segera diusahakan untuk diberi nama. Selanjutnya diadakan pendataan,
identifikasi dan topografi terhadap masing-masing pulau sekaligus penancapan batu prasasti
atau papan nama yang beridentitas Indonesia. Beberapa pulau yang berbatasan langsung
dengan wilayah negara lain perlu dibangunkan mercu suar. Seluruh kegiatan tersebut pasti
menghasilkan arsip baik berupa tekstual (arsip kertas) maupun nontektual seperti foto, denah,
peta, film dan lain-lain. Arsip-arsip inilah yang harus disimpan oleh lembaga-lembaga terkait
seperti TNI, Dephan, Depkumham, Depdagri dan lain-lain. Sementara demi keamanan dan
keselamatan, arsip-arsip tersebut juga harus disimpan di Arsip Nasional. Arsip inilah yang
akan kita wariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka mempunyai bukti otentik
jika sewaktu-waktu wilayah NKRI dipersoalkan. Upaya ini perlu dibarengi dengan patroli
keamanan secara rutin oleh TNI untuk menjaga masuknya pihak lain secara illegal.
Pengakuan internasional atas wilayah berikut seluruh pulaunya juga penting. Oleh karenanya
perlu didaftarkan ke lembaga internasional yang berwenang.
Identifikasi dan topografi perlu dilakukan secara terencana dalam kurun waktu
tertentu untuk mengantisipasi perubahan wilayah karena proses alam. Kegiatan ini juga
sangat baik dilakukan oleh Pemda-pemda di Indonesia supaya kasus Tanah Timbul Sungai
Bodho di Kebumen tidak terjadi di daerah lain. Dulu tanah timbul itu berupa delta yang
terpisah dari wilayah Cilacap. Seiring waktu karena proses alam antara delta sungai itu
menyatu dengan daratan Cilacap sehingga wajar Cilacap mengklaim sebagai wilayahnya.
Padahal menurut peta yang dibuat Belanda tahun 1931 Tanah Timbul tersebut wilayah
7
Kebumen. Untung dokemen peta tersebut disimpan oleh Kodam IV Diponegoro sehingga
sengketa dapat diselesaikan pada Februari 2002.
2.5. Peran serta Mahasiswa dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Dalam kosakata bahasa Indonesia, mahasiswa juga dikenal dengan sebutan generasi
muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda,
digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka
adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi
efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat
maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa
pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan,
dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke
tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional.
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang
sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai
“generasi yang berlalu” (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda
sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya
yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban
mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah
pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa
merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk
memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Mahasiswa memiliki peran yang lebih
berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan
kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Mahasiswa sering
tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula
pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam
pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan
‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa
Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai
8
tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para
pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan
yang mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang
dipicu oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan yang
mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak
otokrasi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran
pemuda diharapkan muncul sebagai ‘penyelamat krisis’ bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi mahasiswa sebagai salah satu elemen bangsa
adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum
berakhir. Mahasiswa yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk
tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.
2.5.1. Ketahanan Nasional dan Perlunya Mahasiswa Tampil
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas
ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik
yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman
tersebut menurut doktrin Hankamnas (catur dharma eka karma) adalah [1] ancaman di dalam
negeri, misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat
Indonesia. [2] ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari
kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh
dari luar negeri.
Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah,
masyarakat, generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di masing-
masing bidangnya. Namun, mahasiswa yang memiliki batasan produktif dalam berkarya,
memiliki posisi yang penting. Dalam konstruksi mahasiswa, posisi generasi muda lebih
sebagai subjek dibanding sebagai obyek dan pada tingkat tertentu berperan secara lebih aktif,
produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif. Artinya,
9
kalaupun masih banyak mahasiswa yang berposisi sebagai obyek pembangunan, maka harus
terjadi perubahan paradigma, sehingga posisi mereka sebagai obyek bisa berubah dengan
pemberdayaan diri dan kesadaran berkarya.
Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri,
yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri
seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi
pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri.
Kemampuan menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan
pemuda untuk tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi.
2.5.2. Sikap Mahasiswa terhadap Persoalan Bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan
memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju
pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa, sebagaimana yang
dimaksudkan Socrates sebagai discovery of the soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah
dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas
sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan
jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman,
mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus
selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar mahasiswa lebih memiliki daya sensitivitas, karena
bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus
dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar
bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ;
pertama, komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan
martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh
aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya
dengan menegakkan semangat berdikari.
Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat
sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen
bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh
dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara
10
dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah
segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat
yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan)
pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi
(inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat
jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity
maker) atau conflict resolutor.
Dan untuk mahasiswa, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang
merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala
ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
11
2.5.3. Strategi Mahasiswa dalam Memperkuat Ketahanan Nasional
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan mahasiswa yang berwawasan
kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah:
I. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi
muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa
lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap
sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
II. Pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas
bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan
kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta
melibatkan peran serta masyarakat.
III. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan
pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif,
produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang
merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses
gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma
masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6
tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai
melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal
untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya
(usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus
mampu menerapkannya dalam lingkungannya.
Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah
generasi. Pemuda, dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai
kemandirian. Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan pernyataan
ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi
muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing.
Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan
12
strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi
muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus
diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih
berdaya dan diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para
generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan
agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk
menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru
menumbuhkan semangat berkompetisi.
13
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Mahasiswa memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan persoalan bangsa,
terutama persoalan yang menyangkut ketahanan nasional, meski tidak dimungkiri bahwa
persoalan dalam diri pemuda juga banyak. Yang terpenting adalah kesadaran mahasiswa
untuk mampu merubah dirinya dari obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan dan
mampu tampil untuk mendukung ketahanan nasional bangsa ini.
Persoalan bangsa memang tidak dapat segera diselesaikan, tetapi setidaknya dengan
membangun kesadaran bagi mahasiswa, maka peroblem ketahanan nasional memiliki
harapan untuk makin diperkokoh.
Cara untuk menjaga keutuhan negara, antara lain:
bangga sebagai bangsa Indonesia,
menjaga persatuan dan kesatuan wilayah bangsa,
menjaga kekayaan budaya dan keragaman suku bangsa dengan saling menghormati
perbedaan,
menjaga kekayaan alam Indonesia sebagai warisan untuk digunakan generasi bangsa di
masa mendatang,
menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
III.2. Saran
Seorang mahasiswa mempunyai tugas untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan
NKRI diperlukan kesadaran yang tinggi. Rasa cinta Tanah Air perlu ditanamkan sejak dini
oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter
bangsa.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://muhamadsudrajat.blogspot.com/2010_05_01_archive.html
http://sttmultimedia.multiply.com/journal/item/30/
Peranan_Warga_Dalam_Mempertahankan_NKRI
http://rachmadrevanz.com/sikap-dan-perilaku-menjaga-kesatuan-negara-ri.html
http://blog.theosambuaga.com/2007/09/28/meneguhkan-ulang-komitmen-kebangsaan-
pemuda-demi-keutuhan-indonesia-dalam-percaturan-global-yang-berubah-cepat/
http://rachmadrevanz.com/pentingnya-persatuan-dan-kesatuan-bangsa-indonesia.html
15
16