Download - LP Myoma Uteri
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN MYOMA UTERI
OLEH :
LUH GEDE DWI AMERTHAWATI
08.321.0240
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI2012
LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN MYOMA UTERI
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang
dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah
fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. (Mansjoer, 2000)
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang
terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia, 1994)
B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan
pada wanita umur 35–45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada
wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering
melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau
hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil sekali.
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori
yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat
bahwa :
a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d) Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan
mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus
menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 1996:282)
D. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus
mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi
tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat
dibagi dalam 3 jenis:
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering
menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi, wlaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa
dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret).
Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada
jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga
menonjol melalui cervix atau vagina, disebut mioma submukosa
bertangkai yang dapat menimbulkan “miomgeburt”, sering
mengalami nekrose atau ulcerasi.
2. Interstinal atau intramural
Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat
menyebabkan
pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Subserosa atau subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang
ada di
bawah permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra
abdominal. Kadang-kadang mioma subserosa timbul di antara dua
ligalatum, merupakan mioma intraligamenter, yang dapat menekan
uterus dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini mendapat vascularisasi
yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun terlepas dari
uterus, disebut sebagai parasitic mioma. Mioma subserosa yang
bertangkai dapat mengalami torsi.
Gambar 1. Jenis-jenis myoma uteri
F. GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa
mereka mengandung satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung
dari lokasi mioma uteri (subserosa, intramural, submucous)
digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini sering bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan
ini tidak diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya
memegang peranan dalam hal ini adalah telah meluasnya
permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas
miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
a) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d) Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi
mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus,
dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap
kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan
terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau
menekan pors interstisialis tubae; mioma submukosum
memudahkan terjadinya abortus.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas,tidak sakit
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah
Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan
lainnya disesuaikan dengan keluhan pasien.
2. Imaging
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan
homogen pada uterus.Mioma uteri berukuran besar terlihat
sebagai massa pada abdomen bawah danpelvis dan kadang
terlihat tumor dengan kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri
yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah
mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
I. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
J. PENATALAKSANAAN
1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan
terapi hanya diobservasi tiap 3–6 bulan untuk menilai
pembesarannya. Mioma akan lisut setelah menopause.
2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi
seperti kehamilan 12–14 minggu
5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6
minggu.
K. KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50–70
% dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri
yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong
menjadi besar, hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami
gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak
gambaran klinik
dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina.
Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada
klien sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai
berikut
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering
ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah Lokasi nyeri,
Intensitas nyeri, Waktu dan durasi, serta Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atrofi pada masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi
psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan
kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan
yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan,
wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas,
sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya
perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan
seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu
persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh ke
belakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar
merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha batuk
dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai
anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah.
Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus
di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala
syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit
akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu
diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder
dari mioma uteri.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam, perdarahan uterus yang berlebihan atau abnormal.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan
pada mioma uteri terhadap kandung kemih.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
keterbatasan pergerakan
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder
dari mioma uteri, proses penyakit.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan nyeri terkontrol atau berkurang, dengan kriteria hasil:
pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat berkurang,
ekspresi wajah rileks dan tenang
Intervensi:
a) Kaji tingkat dan kerakteristik nyeri, termasuk kualitas, frekuensi,
durasi, lokasi dan intensitasnya
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
memudahkan dalam memberikan intervensi selanjutnya.
b) Ajarkan pasien latihan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Teknik relaksasi nafas dalam dapat menghambat
neurotransmitter nyeri sampai ke otak melalui mekanisme gate
control sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang.
c) Berikan pasien posisi yang nyaman
Rasional : dengan memberikan lingkungan yang nyaman
diharapkan pasien dapat mengalihkan perhatiannya terhadap
nyeri.
d) Kontrol tanda-tanda vital pasien
Rasional : peningkatan tanda-tanda vital seperti tekanan darah,
respirasi rate, suhu, dan nadi mengindikasikan terjadi
peningkatan persepsi pasien terhadap nyeri.
e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai
indikasi
Rasional : Pemberian analgetik dapat menghambat proses
biokimiawi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan dapat
berkurang.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam, perdarahan uterus yang berlebihan/abnormal
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan volume cairan dalam kondisi seimbang, dengan kriteria
hasil:
Tidak terjadi hipovelemi (oliguri, kapilarirefil menurun, turgor
jelek)
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi
69 – 100 x/menit, RR 16 – 24 x/menit, suhu 37° C)
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda vital
Rasional : shock hipovolemia dapat diketahui dari penurunan
tanda-tanda vital pasien.
b) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : untuk mengetahui balance cairan pasien.
c) Catat perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal
Rasional : dengan mencatat perdarahan baru diharapkan dapat
memberikan intervensi selanjutnya agar pasien tidak mengalami
shock hipovolemia.
d) Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misal perubahan mental, kelemahan, gelisah, pucat, berkeringat,
peningkatan suhu
Rasional : perubahan fisiologis individual pasien terhadap
pendarahan mengindikasikan tanda-tanda terjadinya shock
hipovolemia.
e) Barikan cairan baik roral maupun parenteral sesuai program
Rasional : menggantikan cairan tubuh pasien yang hilang akibat
perdarahan.
f) Monitor jumlah tetesan infuse
Rasional : tetesan infuse yang sesuai dengan indikasi diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh pasien.
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan
pada mioma uteri terhadap kandung kemih
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan eliminasi urine lancer, dengan kriteria hasil:
urine dapat keluar lancar
klien tidak mengeluh sakit
klien merasa nyaman
Intervensi :
a) Kaji pola BAK pasien
Rasional : pola BAK pasien mengindikasikan terjadinya
gangguan atau tidak.
b) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : membantu mengetahui balance cairan klien dan
karakteristik urine seperti adanya darah dalam urine
mengindikasikan adanya penekanan kista di traktus urinarius.
c) Anjurkan pasien untuk minum banyak
Rasional : minum yang banyak dapat memperlancar pengeluaran
urine.
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai
dengan indikasi
Rasional :pemberian obat yang sesuai diharapkan tidak terjadi
gangguan di saluran kemih pasien.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
keterbatasan pergerakan.
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan perawatan diri terpenuhi dengan kriteria hasil:
klien merasa nyaman
kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Intervensi :
a) Kaji kondisi klien
Rasional : mengetahui tingkat ketergantungan pasien dan
memudahkan intervensi selanjutnya.
b) Motivasi klien untuk melakukan perawatan diri
Rasional : memotivasi dapat meningkatkan harga diri klien
sehingga diharapkan klien dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri.
c) Bantu klien untuk kebutuhan personal hygiene
Rasional : bantuan tindakan dapat membantu klien dalam
memenuhi perawatan diri yang tidak bisa dilakukan secara
mandiri oleh klien.
d) Libatkan keluarga dalam pemehunan perawatan diri
Rasional : dengan adanya dukungan keluarga diharapkan
perawatan diri klien terpenuhi.
e) Ajarkan pada klien cara untuk perawatan diri
Rasional : perawatan diri yang benar dapat member contoh bagi
klien bila telah pulang dari rumah sakit.
Faktor predisposisi
Myoma uteri
Gangguan eliminasi urineGangguan eliminasi urine
Pathway myoma uteri
Teori stimulasi dan teori cellnest/genitoblast
Tanda-tanda penekanan Myoma menyempitkan kanalis
Tergantung dari besar dan lokasi myoma uteri
Hyperplasia
Tekanan intra abdomen
Penekanan kandung kemih
Disuria
Nyeri akutNyeri akut Penipisan dinding uterus
Miometrium tidak bisa kontraksi maksimal
Perdarahan pervaginam tidak normal
Risiko kekurangan volume cairan
Risiko kekurangan volume cairan
Myoma submukosa
menoragia
Pecahnya pembuluh darah
anemiaKelemahan fisik
Deisit perawatan diriDeisit perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E.; Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI: Media Aesculapius.
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC.
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Sylvia, A.P.&Wilson, L.M. 2005.patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.