Transcript

Katalog BPS : 92.02.3508

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN LUMAJANGTAHUN

2009

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG

i

KATA PENGANTARKondisi perekonomian Lumajang dapat dilihat berdasarkan struktur lapangan usaha yang menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lumajang. Angka yang dihasilkan memberikan gambaran tentang perkembangan kegiatan ekonomi riil dari waktu ke waktu di setiap lapangan usaha, sehingga diharapkan bisa bermanfaat dalam perencanaan serta pengambilan kebijakan ekonomi makro daerah. Sebagaimana penerbitan tahun sebelumnya, penghitungan PDRB tahun 2009 dilakukan berdasarkan tahun dasar baru, yaitu tahun 2000. Sebagai konsekwensinya menyebabkan perubahan nilai nominal PDRB dan nilai fungsi turunan agregat PDRB. Hal ini tidak bisa dihindari karena dalam penyusunannya terjadi beberapa perubahan mendasar, yaitu perubahan bobot/penimbang, metodologi penghitungan, dan perubahan cakupan data. Namun demikian pola kondisi ekonomi yang telah tergambar melalui angka PDRB 2000-2008 yang lalu tetap terjaga dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Angka-angka dalam tabel yang disajikan dalam publikasi ini adalah merupakan kelanjutan dan sekaligus revisi dari angka-angka PDRB yang tercantum dalam publikasipublikasi sebelumnya, karena didalamnya telah dilakukan upaya penyempurnaan dan perubahan metodologi penghitungan. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan publikasi PDRB Tahun 2009 masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran guna perbaikan pada penerbitan tahun berikutnya sangat diharapkan. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini mulai pengumpulan data dasar sampai dengan hasil akhir kami ucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat dan memenuhi harapan semua pihak.

Lumajang,

Agustus 2010

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG KEPALA,

H. S A P U A N, S P. NIP. 340 006 450

ii

DAFTAR ISIHalaman KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL ..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1.2 Tujuan................................................................................................... 1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................... BAB II KONSEP DAN DEFINISI .......................................................................... 2.1 Umum ................................................................................................... 2.2 Agregat Produk Domestik Regional Bruto........................................... 2.3 Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto .............. 2.4 Struktur dan Regional Income.............................................................. 2.5 Penyajian Atas Dasar Harga Konstan................................................... 2.6 Cara Penyajian dan Teori Angka Indeks .............................................. BAB III URAIAN SEKTORAL ............................................................................... 3.1 Sektor Pertanian.................................................................................... 3.2 Sektor Pertambangan dan penggalian................................................... 3.3 Sektor Industri pengolahan................................................................... 3.4 Sektor Listrik, gas dan air bersih .......................................................... 3.5 Sektor Bangunan/Konstruksi................................................................ 3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ............................................. 3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi................................................. 3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan .............................. 3.9 Sektor Jasa-Jasa .................................................................................... ii iii v 1 1 2 3 4 4 5 12 15 24 28 31 31 34 35 36 37 38 39 43 45

iii

Halaman BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN KABUPATEN LUMAJANG 2003-2008 4.1 Perubahan Tahun Dasar....................................................................... 4.2 Gambaran umum perekonomian kabupaten Lumajang....................... 4.3 Perubahan Tahun Dasar....................................................................... 4.4 Gambaran umum perekonomian kabupaten Lumajang....................... 50 51 52 51 52

BAB V TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN LUMAJANG ........................... 5.1 Nilai Nominal PDRB Tahun Dasar Baru ............................................ 5.2 Peranan Sektor Ekonomi .................................................................... 5.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral ......................................................... 5.4 Tingkat Perkembangan Harga ............................................................. 5.5 Pendapatan Regional Per Kapita .........................................................

53 53 56 61 64 66

LAMPIRAN TABEL ...............................................................................................

69

iv

DAFTAR TABELHalaman Tabel 1: PDRB Kabupaten Lumajang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 2009 (Juta Rupiah)..................... Tabel 2: PDRB Kabupaten Lumajang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 2009 (juta rupiah) ...................... Tabel 3: Peranan Sektoral PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam %) ........................................................ Tabel 4: Peranan Sektoral PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (dalam %) ............................................... Tabel 5: Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam %) ........................................................ Tabel 6: Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (dalam % ).............................................. Tabel 7: Indeks Berantai PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam %) ......................................................... 81 80 79 78 77 76 75

v

Halaman Tabel 8: Indeks Berantai PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (dalam %)................................................ Tabel 9 : Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2008 (dalam %) ........................ Tabel 10: Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 2008 (dalam %)........................ Tabel 11: Angka Agregat dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Lumajang Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2003 2008 (dalam juta rupiah).................................................... 85 84 83 82

vi

I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pembangunan ekonomi seringkali didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riil dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain hakekat

pembangunan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tingkat pemerataan yang semaksimal mungkin. Di era desentralisasi kebijakan dan Otonomi daerah seperti sekarang ini, pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di beberapa bidang tertentu. Salah satu diantaranya pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk mengembangkan segenap potensi daerah dan mengelola sumber kekayaan alamnya serta menentukan prioritas dan arah program pembangunan ekonomi daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah sangat memerlukan berbagai macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-masa yang lalu perlu juga dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Data statistik yang merupakan indikator ekonomi makro antara lain; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

1

struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran keadaan perekonomian pada masa lalu dan masa kini serta sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Mengingat tingkat kebutuhan terhadap data PDRB dan agregatnya, maka penghitungan dan penerbitannya dilakukan secara berkala setiap tahun. Sehingga dengan demikian para perumus kebijakan ekonomi di Kabupaten Lumajang mampu menentukan sasaran dan evaluasi yang tepat terhadap hasil-hasil pembangunan yang dicapai pada kurun waktu tertentu. 1.2. Tujuan Tujuan penghitungan dan penyusunan publikasi PDRB Kabupaten Lumajang tahun 2009 ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang : 1. Besaran nilai nominal PDRB, yaitu besarnya nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas ekonomi di suatu wilayah. Data ini menggambarkan potensi ekonomi dan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. 2. Peranan/kontribusi sektor ekonomi, yaitu menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk disuatu wilayah atau besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Pergeseran struktur ekonomi sering digunakan sebagai

indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi, digunakan sebagai dasar analisis untuk mengukur kinerja perekonomian suatu

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

2

daerah (kenaikan produksi barang dan jasa) dan seberapa jauh keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah dalam periode waktu tertentu. 3. Tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi), yaitu menggambarkan terjadinya perubahan hargadi tingkat produsen. 4. PDRB/Produk Domestik Regional Netto (PDRN)/Pendapatan perkapita, yaitu

menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah secara umum. PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masingmasing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikut-sertaanya dalam proses produksi. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup analisis adalah penilaian produksi barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Lumajang yang dinilai dengan uang dalam periode 1 tahun takwin, yaitu Januari sampai dengan Desember. Penyusunan angka-angka PDRB dihitung menurut sektor-sektor ekonomi yang mengikuti standar klasifikasi internasional, dalam hal ini ada 9 (sembilan) sektor ekonomi yang terbagi lagi ke dalam sub sektor ekonomi. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

3

II KONSEP DAN DEFINISI

Secara umum definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tanbah bruto barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. 2.1. Umum Konsep dan definisi menjadi bagian sangat penting untuk pemahaman lebih lanjut mengenai data/angka PDRB yang dihasilkan dalam publikasi ini. Berikut ini dijelaskan tentang beberapa istilah yang berhubungan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu : 1. Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output = O diperoleh dari perkalian kuantum produksi (Quantum = Q) dan harganya (Price = P). diperoleh melalui rumus : Dengan demikian besaran output dapat

O = QXP2. Biaya antara terdiri dari barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

4

3. Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : Nilai Tambah Bruto = Output Biaya Antara. Pengertian nilai tambah bruto sangat penting untuk memahami apa yang

dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah/region tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dengan demikian harus dipahami bahwa besaran PDRB dalam suatu wilayah merupakan penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh proses produksi. Mengapa besaran PDRB bukan merupakan penjumlahan dari seluruh nilai output? Hal ini disebabkan karena adanya inter-relasi antara suatu proses produksi dengan proses produksi lain. Contohnya, hasil produksi kedelai sebagian akan digunakan sebagai input antara (bahan baku) pada produksi tempe. Oleh karena itu, apabila dijumlahkan seluruh output dari semua proses produksi, maka akan terjadi penghitungan ganda (double counting). Jelaslah bahwa yang dijumlahkan bukannya output, melainkan NTB. Secara lebih teknis, PDRB merupakan penjumlahan seluruh Output Netto. 2.2. Agregat Produk Domestik Regional Bruto

2.2.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah, nilai tambah bruto disini mencakup komponen

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

5

pendapatan faktor (upah dan gaji, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung neto). 2.2.2. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar Perbedaan antara konsep Netto dan konsep bruto diatas, ialah karena pada konsep bruto, penyusutan masih termasuk didalamnya, sedang pada konsep Netto komponen penyusutan sudah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud disini ialah besaran rupiah nilai susutnya (ausnya) barang-barang tersebut yang ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susutnya barangbarang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud diatas. 2.2.3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar diatas, ialah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut Pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh Pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor/impor, bea cukai dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung ini oleh unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli, sehingga pajak tidak langsung berakibat menaikkan harga barang.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

6

Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh yang sama terhadap harga barang-barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lainnya menurunkan, sehingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung Netto. Jika Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar

dikurangi dengan pajak tidak langsung Netto ini, maka hasilnya akan berupa Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor. 2.2.4. Pendapatan Regional Berdasarkan konsep-konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui, bahwa Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di daerah itu. Dengan demikian Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah/gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul (income originated), atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut. Pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk di wilayah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk yang tinggal di wilayah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar yaitu milik orang yang mempunyai modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menanamkan modalnya di luar

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

7

daerah tersebut, maka sebagian keuntungan akan menjadi pendapatan dari pemilik modal tadi. Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan netto yang mengalir kedalam tadi, maka hasilnya akan merupakan Pendapatan Regional, yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (receive income) oleh seluruh penduduk yang tinggal di daerah itu. Bila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah itu, maka hasilnya merupakan pendapatan perkapita. 2.2.5. Personal Income Pendapatan perorangan (Personal Income) adalah merupakan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Kalau kita memperhatikan konsep Pendapatan Regional

maupun Pendapatan Perkapita Penduduk seperti tersebut diatas, maka sebenarnya tidak semua Pendapatan Regional tersebut diterima oleh rumahtangga, karena harus dipotong pajak pendapatan (corporate income taxes), keuntungan yang tidak dibagikan (undistributed profits), dan iuran kesejahteraan sosial (social security contribution). Sebaliknya pendapatan tersebut harus ditambah dengan transfer yang diterima oleh rumahtangga dan bunga Netto atas hutang pemerintah. Jadi kalau Pendapatan Regional dikurangi pajak pendapatan, keuntungan yang tidak dibagikan dan iuran kesejahteraan sosial, kemudian ditambah dengan transfer yang diterima oleh Rumah tangga dan bunga Netto atas hutang pemerintah, maka akan diperoleh Personal Income.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

8

2.2.6. Disposable Income Apabila pendapatan orang-seorang (personal income) tersebut dikurangi dengan pajak rumahtangga dan transfer yang dibayar oleh rumahtangga, maka akan diperoleh pendapatan yang benar-benar siap dibelanjakan (Disposable Income). Dari uraian-uraian tersebut diatas, maka dapat disusun Agregat Pendapatan Regional sebagai berikut : 1. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar Dikurangi Penyusutan, sama dengan 2. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar Dikurangi Pajak tak langsung, sama dengan 3. Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor Ditambah Pendapatan yang masuk dari luar daerah/luar negeri, Dikurangi Pendapatan yang mengalir keluar daerah/luar negeri, sama dengan : 4. Pendapatan Regional Dikurangi Pajak Pendapatan, Keuntungan yang tidak dibagikan dan Iuran kesejahteraan sosial, Ditambah Transfer yang diterima oleh rumahtangga dan Bunga Netto atas hutang pemerintah, sama dengan : 5. Pendapatan orang-seorang (Personal Income), Dikurangi Pajak rumahtangga dan Transfer yang dibayar oleh Rumah tangga menjadi : 6. Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (Disposable Income)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

9

Pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang merupakan pendapatan yang benar-benar dapat digunakan dan dinikmati oleh rumah tangga. Untuk jelasnya, maka susunan agregat pendapatan regional tersebut dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar halaman berikut ini.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

10

Gambar 01 SUSUNAN AGREGAT PENDAPATAN REGIONAL

Biaya Antara Bibit, pupuk, obat-obatan, bahan baku, bahan penolong, listrik, jasa perbaikan alat-alat, sewa bangunan dan mesin, jasa lainnya dan sebagainya, tidak termasuk pembelian barang modal

Penyusutan Pajak tidak langsung Pajak pendapatan perusahaan, keuntungan yang tidak dibagikan, iuran kesejahteraan sosial Pajak rumah tangga, transfer oleh rumah tangga Upah Gaji sewa tanah, royalti Bunga modal Keuntungan(deviden dan laba ditahan) Pendapatan netto dari luar daerah/luar negeri Transfer yang diterima rumah tangga Bunga netto atas hutang pemerintah (Pendapatan

Pendapatan siap dibelanjakan (Disposable Income)

Pendapatan Orang Seorang (Personal Income)

Keterangan : PDRB = Produk Domestik Regional Bruto PDRN = Produk Domestik Regional Netto PRN = Produk Regional Netto

PDRN Biaya Faktor

PDRN Harga Pasar

PDRB Harga Pasar

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PRN Biaya Faktor Regional)

Total Output

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

11

2.3.

Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Untuk melakukan penghitungan PDRB dapat diperoleh melalui empat metode

yang dipakai, yaitu : 1. Pendekatan dari segi produksi (productions approach) 2. Pendekatan dari segi pendapatan (income approach) 3. Pendekatan dari segi pengeluaran (expenditure approach) 4. Metode alokasi (allocation method) 2.3.1. Pendekatan Produksi Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto (Gross Value Added), dimana dapat diperoleh dengan menghitung nilai output dikurangi dengan biaya antara (Intermediate Consumption). Yang dimaksud dengan output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di daerah tersebut dalam satu periode tertentu (biasanya satu tahun). Dan yang dimaksud dengan biaya-biaya antara (Intermediate consumption) adalah barang-barang tidak tahan lama (umur pemakaiannya kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam proses produksi. Jadi, apabila nilai output dikurangi dengan biaya-biaya antara, maka akan diperoleh nilai Tambah Bruto yang terdiri dari biaya faktor produksi (upah/gaji, bunga Netto, sewa tanah, keuntungan), penyusutan barang modal dan pajak tak langsung Netto.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

12

Nilai output biasanya menggunakan data sekunder dari Instansi yang bersangkutan. Sedangkan struktur biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Penghitungan dengan pendekatan produksi ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian, industri, gas, air minum, pertambangan dan sebagainya. 2.3.2. Pendekatan Pendapatan Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan secara langsung menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa upah/gaji, bunga Netto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor. Untuk memperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak tak langsung Netto. Penghitungan dengan pendekatan pendapatan (income approach) ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung dengan pendekatan produksi, seperti sektor Pemerintah dan jasa yang usahanya tidak mencari untung (non profit) 2.3.3. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dengan cara ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit produksi akan digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal (investasi) dan ekspor. Barang-barang yang digunakan ini ada yang berasal dari produksi dalam daerah (domestik) dan yang berasal dari luar daerah/impor. Karena yang dihitung hanya nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

13

barang dan jasa yang berasal dari produksi domestik saja, maka dari komponen biaya diatas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai ekspor diatas akan menjadi nilai ekspor Netto. Apabila nilai konsumsi (konsumsi rumahtangga, pemerintah dan yayasan sosial), nilai pembentukan modal dan ekspor Netto dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. 2.3.4. Metode Alokasi Data yang tersedia kadang-kadang tidak memungkinkan menggunakan ketiga metode diatas, sehingga dapat menggunakan metode ini. Hal ini dapat terjadi misalnya suatu unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain, sedang kantor cabang berada di daerah tersebut. Seringkali kantor cabang ini tidak bisa membuat neraca untung rugi, sebab neracanya dibuat di kantor pusat, hingga tidak dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh dari kantor cabang ini. Padahal keuntungan adalah salah satu komponen dari nilai tambah sehingga karena keuntungan tidak diketahui, maka nilai tambahnya tidak dapat dihitung. Untuk bisa menghitung halhal yang demikian maka digunakan alokasi, yaitu dengan jalan mengalokasikan angkaangka secara terpusat dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat pusatnya.

menunjukkan peranan cabang yang berada di daerah itu terhadap kantor

Indikator itu dapat berupa volume kerja, jumlah karyawan, jumlah penduduk dan lain-lain. Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung, sedang yang lain, merupakan metode langsung. Dengan menggunakan metode langsung akan dapat

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

14

dihasilkan angka-angka yang bisa menggambarkan karakteristik yang lebih mendekati kenyataan bila dibandingkan dengan angka-angka yang diperoleh dari metode yang tidak langsung. Oleh karena itu sejauh mungkin digunakan metode langsung, dan bila hal ini tidak mungkin, baru ditempuh penghitungan dengan metode tidak langsung ini.

2.4.

Struktur dan Regional Income Untuk dapat memberi gambaran sampai seberapa jauh peranan masing-masing

sektor ekonomi memberikan andil dalam berproduksi, atau sampai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi berpartisipasi dalam proses produksi, atau bagaimana komposisi penggunaan produk-produk yang dihasilkan tadi, maka biasanya Pendapatan Regional disajikan dalam 3 bentuk : 1. Pendapatan Regional menurut lapangan usaha (by industriil origins) 2. Pendapatan Regional menurut andilnya faktor-faktor produksi 3. Pendapatan Regional menurut jenis penggunaan (by type of expenditure) 2.4.1. Pendapatan Regional Menurut Lapangan Usaha Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan masingmasing sektor dalam memberikan andilnya pada Pendapatan Regional. Karena itu unit-unit produksi dikelompokkan kedalam sektor-sektor sebagai berikut : 1. Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan 2. Pertambangan dan Penggalian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

15

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 2.4.2. Pendapatan Regional menurut Andilnya Faktor-Faktor Produksi Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan masingmasing faktor produksi dalam memberikan andil pada Pendapatan Regional. Karena itu disajikan balas jasa yang diterima oleh masing-masing faktor produksi yaitu dalam bentuk upah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan. Adanya unit-unit produksi yang faktor-faktor produksinya sekaligus dimiliki sendiri oleh produsen seperti : petani, pelukis dan pekerja profesional lainnya, maka terlalu sukar untuk memisahkan nilai tambahnya dalam komponen faktor-faktor pendapatan, hingga perlu ditambahkan satu perincian lagi untuk menampung hal seperti ini, yaitu usaha perorangan (non corporated enterprices). Dengan demikian maka item-item yang keluar pada tabel yang disajikan menjadi : 1. Upah/Gaji (Compensation of employees) 2. Pendapatan dari usaha perorangan (Income from non corporated enterprices)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

16

3. Sewa Tanah (Rental Income) 4. Keuntungan (Corporated Profit) 5. Bunga Netto (Net Interest) Untuk dapat sekedar memberi gambaran tentang apa yang tercakup dalam masing-masing item diatas, dibawah ini akan diuraikan secara ringkas sebagai berikut : 2.4.2.1. Upah/Gaji Upah/gaji ialah balas jasa faktor produksi buruh/pegawai yang meliputi : 1. Upah dan gaji baik berupa uang maupun berupa barang, sebelum dipotong pajak upah, dana pensiun, asuransi kesehatan.

2. Pembayaran yang berbentuk hadiah, premi, bonus dan segala macam tunjangan lainnya. 3. Social security contribution, meliputi pembayaran kontribusi yang dilakukan oleh pengusaha untuk keperluan pegawai-pegawainya, misalnya untuk dana asuransi, dana kesehatan dan pensiun, dan sebagainya.

2.4.2.2. Pendapatan Usaha Perorangan Pendapatan usaha perorangan ialah pendapatan yang ditimbulkan oleh unit-unit produksi yang tidak berbentuk perusahaan, misalnya petani-petani, dokter, pedagang kecil, tukang cukur dan sebagainya. Disini biasanya faktor produksinya tidak dibeli dari luar tetapi dimiliki oleh unit-unit produksi itu sendiri, maka pendapatan yang ditimbulkan sukar dipisahkan menjadi komponen-komponen balas jasa faktor produksinya, hingga nilai tambahnya dikeluarkan dalam bentuk gabungan dalam item ini.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

17

2.4.2.3. Sewa Tanah Sewa tanah ialah pendapatan yang ditimbulkan oleh : 1. Ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi. memperhatikan/ Dengan tidak

melihat untuk apa tanah itu digunakan (apakah untuk pertanian, bangunan), maka sewa yang akan timbul dimasukkan

perikanan atau untuk dalam item ini.

2. Kepemilikan atas hak paten, hak cipta (copyright), merk dagang dan sebangsanya dimasukkan juga dalam item ini. 2.4.2.4. Keuntungan Keuntungan ialah keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya, dan sebelum dibagikan sebagai deviden. 2.4.2.5. Bunga Netto Bunga Netto mencakup bunga atas piutang maupun surat-surat berharga lainnya yang diterima oleh penduduk maupun pemerintah, dikurangi bunga atas hutang pemerintah kepada penduduk jika hutang tersebut dipakai untuk konsumsi pemerintah, misalnya untuk membiayai perang. Karena dipakai untuk konsumsi, berarti uang ini tidak ikut serta dalam proses produksi, hingga bunganya bukan balas jasa faktor produksi. Seperti disebutkan diatas, bahwa Pendapatan Regional merupakan balas jasa faktor produksi, maka bunga yang demikian bukan bagian dari Pendapatan Regional dan harus dikeluarkan dari Pendapatan Regional, untuk selanjutnya dianggap sebagai transfer. Selain itu perlu

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

18

diadakan imputasi atas bunga dari uang-uang penduduk yang disimpan sebagai tanggungan di perusahaan-perusahaan, sebagai asuransi jiwa, dana pensiun, dan sebagainya dan imputasi ini dimasukkan dalam item diatas. 2.4.3. Pendapatan Regional Menurut Jenis Penggunaan Penyajian dalam bentuk ini dapat memberi gambaran, bagaimana barang dan jasa yang terprodusir itu digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Untuk keperluan ini maka barang dan jasa itu dikelompokkan menurut penggunaannya dalam masyarakat, yaitu digunakan untuk keperluan konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (private consumption expenditures), ditanam sebagai barang modal (Fixed Capital Formation), yang tidak digunakan pada tahun laporan akan disimpan sebagai stock (increase in stock) dan digunakan untuk barang ekspor Netto. berbentuk : 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pembentukan Modal Tetap 4. Perubahan Stok 5. Ekspor Netto Untuk sekedar mendapat gambaran tentang apa yang tercakup dalam item-item di atas, dibawah ini masing-masing item akan diuraikan secara ringkas. Jadi penyajiannya akan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

19

2.4.3.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga untuk membeli barang-barang jadi baru dan jasa tanpa melihat durability dari barang dan jasa itu, dikurangi penjualan dari barang bekas Netto (penjualan-pembelian barang bekas Netto), dengan mengecualikan pengeluaran yang bersifat transfer, pembelian tanah dan rumah. Pengecualian ini dilakukan sebab transfer akan dihitung sebagai pengeluaran pada konsumen yang menerima transfer tadi sedang pengeluaran untuk tanah dan rumah dimasukkan dalam item Pembentukan Modal (Capital Formation). Kecuali Pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga yang tercakup dalam item ini ialah pengeluaran rutin yang dilakukan oleh lembaga swasta (Lembaga Swasta yang tidak mencari untung). Pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga ini untuk pembelian barang-barang modal akan dimasukkan dalam item pembentukan modal tetap. Pengeluaran konsumsi rumahtangga lembaga swasta yang tidak mencari untung ini disebut Private Consumption Expenditure. 2.4.3.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah ini mencakup pengeluaran rutin untuk pembelian barang dan jasa dari pihak lain yang dilakukan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dikurangi hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pemerintah. Pengeluaran rutin disini meliputi pembayaran upah dan gaji kepada pegawai-

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

20

pegawai pemerintah, belanja barang, biaya-biaya pemeliharaan dan biaya-biaya rutin lain. Termasuk juga pengeluaran belanja modal untuk keperluan militer. Belanja modal untuk keperluan sipil misalnya pembelian mobil, mesin, pembuatan gedung, jalan, jembatan dan sebagainya akan dimasukkan dalam pembentukan modal tetap, sedang pembelian seperti di atas, tetapi untuk keperluan militer dimasukkan dalam Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ini. Pengeluaran Rutin tersebut harus dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pemerintah, misalnya penjualan bukubuku penerbitan oleh Departemen-Departemen, penjualan bibit padi dan telur dari pusat pembibitan milik Pemerintah dan sebagainya. 2.4.3.3. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap (Gross Fixed Capital Formation) ditambah perubahan stok (Increase in stock) biasanya disebut Gross Capital Formation, sebab memang keduanya merupakan jumlah perubahan stock barang, baik barang-barang yang sudah ditanam maupun yang masih disimpan. Hanya untuk memudahkan penghitungan, kedua item ini perlu dipisahkan. Apa yang tercakup dalam perubahan stok akan dibicarakan kemudian sedang yang masuk dalam pembentukan modal tetap mencakup besarnya modal yang ditanam selama satu tahun, baik oleh Pemerintah, swasta, lembaga swasta yang tidak mencari untung maupun rumahtangga (terbatas pada tanah dan rumah), dikurangi dengan jumlah penjualan barang-barang modal bekas selama tahun sama. Yang tercakup dalam barang modal tetap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

21

(durable procedure goods) dan umurnya lebih dari satu tahun, misalnya tanah, rumah, gedung, jalan, jembatan, mesin, alat transportasi, dan sebagainya. Selain itu termasuk juga dalam pembentukan modal tetap pembelian/penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil susunya, tenaganya, bulunya, dan sebagainya. Sedang pembelian/penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil dagingnya (dipotong) akan dimasukkan dalam pembentukan modal stok. termasuk juga pengeluaran untuk penanaman hutan baru, perkebunan tanaman keras yang baru bisa dipetik hasilnya setelah berumur lebih dari satu tahun. 2.4.3.4. Perubahan Stok Perubahan stok ialah barang-barang yang diproduksi maupun yang diimpor pada tahun itu, tapi belum sempat dipakai sampai akhir tahun, hingga masih disimpan sebagai stok. Stok yang disimpan ini meliputi barang-barang mentah yang belum sempat diproses menjadi barang jadi, barang yang masih dalam proses (work in process) dan barang-barang jadi yang belum sempat dijual. Seperti yang disebutkan diatas termasuk juga dalam

perubahan stok adalah penambahan ternak yang dipelihara untuk dipotong. 2.4.3.5. Ekspor Netto Ekspor Netto disini berarti selisih antara ekspor dan impor dari barang dan jasa. Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor barang-barang yang dijual keluar negeri, dimana

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

22

termasuk didalamnya barang-barang dagangan (merchandise), jasa transport, asuransi dan jasa-jasa lain. Begitu pula untuk impor termasuk barang-barang dagangan, jasa-jasa lain yang dibeli dari luar negeri. Juga termasuk dalam ekspor dan impor disini ialah pengeluaran/pemasukan barang yang bersifat pemberian/hadiah ke atau dari negara-negara lain dan barang-barang yang diekspor/impor dengan dibiayai oleh uang yang diperoleh dari transfer antar negara. Tetapi kalau pengeluaran/pemasukan barang yang bersifat hadiah/pemberian ini dimaksud untuk keperluan militer tidak termasuk dalam item Ekspor/Impor ini. 2.5. Penyajian Atas Dasar Harga Konstan Salah satu kegunaan dari Pendapatan Regional ialah untuk melihat perkembangan pendapatan/produk dari tahun ke tahun. Karena adanya pengaruh inflasi, maka daya beli uang akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berhubung dengan itu apakah kenaikan pendapatan seseorang benar-benar naik atau tidak maka faktor inflasi ini terlebih dahulu harus dieliminir dari pendapatan ini. Setelah faktor inflasi dieliminir, maka pendapatan yang dihasilkan akan merupakan pendapatan yang riil (real income), hingga naik turunnya pendapatan riil ini akan mencerminkan naik turunnya daya beli. Pendapatan Regional dengan masih adanya faktor inflasi didalamnya akan merupakan Pendapatan Regional atas dasar harga yang berlaku (at current prices), sedang bila faktor inflasi sudah dieliminir akan merupakan Pendapatan Regional atas dasar harga

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

23

konstan (at constant prices). Untuk merubah angka atas dasar harga berlaku menjadi angka atas dasar konstan, ada tiga metode dasar yang dapat dipakai yaitu : revaluasi, ekstrapolasi dan deflasi. 2.5.1. Revaluasi Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen biaya antara yang sangat beragam, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. 2.5.2. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks kuantum produksi. Indeks ini sebagai ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator kuantum produksi lainnya seperti : tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

24

Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. 2.5.3. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. Selain daripada tiga metode dasar tersebut diatas, ada empat pendekatan untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, tiga diantaranya didasarkan pada pendekatan produksi yang dipakai untuk penghitungan nilai tambah dan yang satunya didasarkan pada pendekatan pendapatan. Empat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut 2.5.3.1. Deflasi Ganda Dengan prinsip deflasi yang telah diberikan, seseorang tidak akan merasa sulit untuk memahami istilah deflasi ganda. Dalam deflasi ganda, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

25

biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam kenyataannya, sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai. 2.5.3.2. Ekstrapolasi Langsung Terhadap Nilai Tambah Ekstrapolasi dari nilai tambah sektoral dapat dilakukan dengan menggunakan perkiraan-perkiraan dari penghitungan output atas dasar harga konstan (yang didasarkan pada metode revaluasi, ekstrapolasi atau deflasi) atau dapat secara langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai, atau tingkat pertumbuhan riil yang lalu dari output, input antara atau nilai tambah kemudian dikalikan dengan nilai tambah sektoral tahun dasar. Secara implisit pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa output atas dasar harga konstan berubah sejalan dengan input atas dasar harga konstan atau rasio input antara riil boleh dikatakan tetap. Asumsi itu akan cocok bila perubahan teknologi dari sektor yang

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

26

bersangkutan relatif kecil. Dalam beberapa hal pendekatan ini akan lebih mudah bila digunakan dalam jangka pendek atau bila rasio input antara adalah kecil. 2.5.3.3. Deflasi Langsung Terhadap Nilai Tambah Deflasi dari nilai tambah sektoral dilakukan dengan menggunakan indeks harga implisit dari output atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah sektoral atas dasar harga berlaku. Secara implisit pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi pada output dianggap sama dengan inflasi pada input antara. Asumsi ini akan lebih mudah bila digunakan dalam jangka pendek atau bila rasio input antara adalah kecil. 2.5.3.4. Deflasi Komponen Pendapatan Komponen-komponen pendapatan dari nilai tambah pada dasarnya erat kaitannya dengan tenaga kerja, modal dan manajemen. Karena khususnya keuntungan berkaitan dengan manajemen maka perubahan kualitas tenaga kerja dan modal akan menyebabkan kesulitan-kesulitan, pendekatan ini hanya digunakan untuk sektor-sektor dimana tiga pendekatan diatas tidak mungkin digunakan karena tidak tersedianya data dasar atau indeks output yang sesuai. Pendekatan ini akan lebih cocok bila nilai tambah terutama terdiri dari kompensasi tenaga kerja dan penyusutan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

27

2.6.

Cara Penyajian dan Angka Indeks Secara berkala Produk Domestik Regional Bruto dapat disajikan dalam dua bentuk,

yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat dijelaskan berikut ini. 1. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. 2. Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas harga yang terjadi pada tahun dasar (dalam publikasi ini harga konstan didasarkan kepada harga pada tahun 2000). Karena menggunakan harga tetap, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga. PDRB juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral dan angka-angka indeks, yaitu indeks perkembangan; indeks berantai; dan indeks harga implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Peranan sektoral diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

28

Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan berikut ini : PDRB i Pi = x 100 % PDRB i dimana : P = peranan sektoral ; i = sektor 1 s/d 9 Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektor diberi judul tabel : Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto. 2. Indeks Perkembangan diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : PDRB i t IP = x 100 % PDRB i o dimana : P = i = t = o= peranan sektoral ; sektor 1 s/d 9 ; tahun t ; tahun dasar.

3. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing-masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertum-buhan sektoral.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

29

Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka penghitungannya adalah : PDRB i t IB = x 100 % PDRB it - 1 dimana : IB = indeks berantai ; i = sektor 1 s/d 9 ; t = tahun t ; 3. Indeks Harga Implisit diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga kosntan untuk masing-masing tahun dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang

mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan PDRB. Indeks implisit dapat menggunakan rumus berikut ini : PDRB ithb IHI = x 100 % PDRB ithk Dimana : IHI = Indeks Harga Implisit hb = Harga Berlaku hk = Harga Konstan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

30

III URAIAN SEKTORAL

Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, tata cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.

3.1.

Sektor Pertanian

3.1.1. Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil-hasil produk ikutannya. Termasuk dalam cakupan ini adalah hasil-hsail dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk dan gaplek. Data produksi diperoleh dari BPS Kabupaten Lumajang dan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, sedang data harga seluruhnya bersumber dari data harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Lumajang secara rutin. Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

31

konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masingmasing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan 2000. 3.1.2 Tanaman Perkebunan 3.1.2.1. Tanaman Perkebunan Rakyat Subsektor yang dicakup adalah hasil tanaman pekebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau, cengkeh dan tanaman perkebunan lainnya. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, kopi olahan, dan teh olahan. Data produksi diperoleh dari Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang sedangkan data harga diperoleh dari BPS. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. 3.1.2.2. Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu, rami dan tanaman lainnya. Cara penghitungan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

32

tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti yang dilakukan pada tanaman perkebunan rakyat. 3.1.3. Peternakan dan hasil-hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasilhasil ternak, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, susu segar, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta banyaknya ternak yang keluar masuk wilayah Kabupaten Lumajang diperoleh dari Kantor Peternakan Kabupaten Lumajang. Sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga produsen BPS

Kabupaten Lumajang. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti yang dilakukan pada tanaman perkebunan rakyat. 3.1.4. Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bambu; sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, kulit kayu, nipah, akar-akaran dan sebagainya. Hasil perburuan binatangbinatang liar seperti babi rusa, penyu, buaya, ular, madu dan sebagainya termasuk hasil kegiatan di subsektor ini.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

33

Sebagaimana dengan subsektor lainnya, dalam sektor pertanian, output subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan kuantum produksi dengan harga masingmasing tahun yang menghasilkan output atas dasar harga berlaku, dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan rasionya terhadap output. diperoleh dari hasil survei khusus. 3.1.5. Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah dan keramba, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lumajang. Penghitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah itu diperoleh dari survei khusus. 3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi, yodium, biji mangan, belerang, serta segala jenis hasil penggalian. Sektor ini di Kabupaten Lumajang hanyalah subsektor penggalian. Data produksi subsektor penggalian diperoleh dari Bagian Ekonomi, dan Survei Khusus Pendapatan Regional. Nilai output merupakan perkalian antara produksi dengan harganya masing-masing. Rasio tersebut

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

34

3.3.

Sektor Industri Pengolahan Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik

dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai lebih tinggi, sedang pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Kegiatan industri amat beragam dilihat dari komoditi yang dihasilkan dan cara pengolahannya, sampai pengelompokan kegiatan industri. Pengelompokan yang dilakukan BPS didasarkan pada proses pembuatan dan banyaknya tenaga kerja yang terlibat. katagori, yaitu : 1. Kelompok Industri Besar dengan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang. 2. Kelompok Industri Sedang dengan tenaga kerja 20 sampai 99 orang. 3. Kelompok Industri Kecil dengan tenaga kerja 5 sampai 19 orang. 4. Kelompok Industri Kerajinan rumah tangga dengan tenaga kerja sampai 4 orang. Pengelompokan lain dari kegiatan industri dibuat berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan, yang secara garis besarnya kegiatan industri dikelompokkan menjadi 9 sub sektor, yaitu : 1. Industri makanan, minuman, dan tembakau. 2. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. 4. Industri kertas dan bahan cetakan. 5. Industri pupuk, barang kimia, dan barang dari karet. Pengelompokan dibedakan menjadi empat

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

35

6. Industri semen dan barang galian bukan logam,. 7. Industri logam dasar besi dan baja. 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya. 9. Industri barang lainnya. Data output, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dari Survei Industri BPS Kabupaten Lumajang, dan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang. Untuk kelompok industri yang besar dan sedang, ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan. 3.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Data produksi diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air Minum. Output masing-masing subsektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya. 3.4.1. Listrik Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan PLN maupun non PLN. Data produksi, harga, dan biaya antara subsektor ini diperoleh dari PLN Distribusi Jawa Timur Cabang Jember UPJ Lumajang, Klakah, dan Tempeh. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku masing-

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

36

masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi. 3.4.2. Air Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lumajang. Perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor listrik. 3.5. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dari segi pendanaan dapat dirinci menjadi : nilai pembangunan pemerintah pusat yang dibiayai dari APBN dan nilai pembangunan daerah yang dibiayai APBD serta perbaikannya, dan pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh developer, Perumnas serta yang dilakukan oleh swadaya masyarakat murni. Sedangkan presentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan dan Konstruksi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

37

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoiditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barangbarang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan presentase nilai tambah didasarkan pada data hasil penyusunan tabel input output Indonesia serta survai khusus. Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000, dihitung dengan mengalikan rasio diatas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektorsektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya. 3.6.2. Hotel Kegiatan sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya. Dalam hal ini malam tamu dianggap sebagai kuantum dari output. Untuk keperluan ini, data diperoleh dari BPS Kabupaten Lumajang,

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

38

sedangkan presentase nilai tambah diperoleh dari hasil survei khusus yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Lumajang. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya. 3.6.3. Restoran Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari sub sektor ini diperoleh dari perkalian jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000 beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil survai khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator. 3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum penumpang dan barang, baik melalui darat, laut, sungai/danau, dan udara. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi. 3.7.1. Angkutan 3.7.1.1. Angkutan Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data dari Laporan Tahunan Perusahaan Umum Kereta Api. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

39

dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang penumpang dan ton km barang yang diangkut. 3.7.1.2. Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum penumpang dan barang wajib uji. Data tersebut diperoleh dari laporan tahunan Dinas Perhubungan, DLLAJR, dan hasil survai khusus pendapatan regional angkutan dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari monografi desa dan survai. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. 3.7.1.3. Angkutan Laut/Air Sub Sektor Angkutan Laut/Air meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun luar negeri. Di kabupaten Lumajang tidak ada kegiatan angkutan laut.

3.7.1.4. Angkutan Udara Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

40

nasional, baik penerbangan dalam negeri maupun luar negeri. Di kabupaten Lumajang tidak ada kegiatan angkutan Udara. 3.7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan penumpang dan barang, ekspedisi, bongkar/muat, penyimpangan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya. 1. Terminal dan Perparkiran Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas

kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik penumpang maupun barang, seperti kegiatan terminal dan parkir. Data jasa kegiatan perparkiran masih menggunakan persentase dari angkutan darat yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Lumajang. 2. Bongkar/Muat Kegiatan bongkar/muat mencakup pemberian pelayanan bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat. Kegiatan ini di Kabupaten Lumajang tidak ada

3. Ekspedisi dan Keagenan Kegiatan keagenan ini mencakup pelayanan keagenan penumpang dan barang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, maupun laut. Data jumlah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

41

perusahaan diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Lumajang, sedangkan data ratarata outputnya diperoleh dari survai khusus. 3.7.2. Komunikasi Kegiatan yang dicakup adalah jasa Pos dan Giro serta Telekomunikasi. 1. Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari laporan keuangan Perusahaan Umum Pos dan Giro. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan. 2. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, Telegram dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan Kantor Cabang PT Telekomunikasi Kabupaten Lumajang. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

42

banyaknya pemegang telepon yang bersumber dari Kantor Cabang PT Telekomunikasi Kabupaten Lumajang. 3. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wartel, warpostel, radio pager, telepon seluler (ponsel). 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

3.8.1. Bank Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) dan pinjaman dari luar negeri, karena hal itu merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank pada tiap tahun. Data jumlah kredit diperoleh dari Kantor Bank Indonesia Malang. Untuk memperoleh nilai tambah bruto ditempuh cara deflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (umum ). 3.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, dan pegadaian.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

43

Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui dengan cara pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi dan pada kegiatan yayasan dana pensiun dengan cara deflasi. 3.8.3. Jasa Penunjang Keuangan Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain perdagangan valuta asing; perusahaan anjak piutang ; dan modal ventura. Di Kabupaten Lumajang tidak ada kegiatan sektor ini. 3.8.4. Sewa Bangunan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa

memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto didasarkan pada data jumlah bangunan tempat tinggal serta berdasarkan pengeluaran konsumsi rumahtangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semcam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan pada hasil survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan antara jumlah bangunan dengan rata-rata tarip sewa untuk bangunan di pedesaan dan perkotaan, sedangkan konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

44

jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal. 3.8.5. Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan kepada data jumlah tenaga kerja yang bersumber dari hasil Sensus Ekonomi dan Sensus Penduduk 2000, dan rata-rata output per tenaga kerja serta rasio biaya antaranya dari Survei Khusus Pendapatan Regional dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi. 3.9. Sektor Jasa-Jasa

3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto sub sektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat dan daerah serta Hankam yang diperoleh dari BPS dan Pemda Kabupaten Lumajang. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri sipil dan militer.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

45

3.9.2. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Sub sektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadat. Untuk kegiatan jasa pendidikan dan kesehatan adalah yang hanya dikelola oleh swasta saja, karena yang dikelola oleh pemerintah nilai tambahnya sudah tergabung dengan sub sektor pemerintahan, sedangkan untuk jasa sosial lainnya yang dicakup adalah seluruh kegiatan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.3.9.2.1. Jasa Pendidikan

Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Nasional dan untuk pendidikan formal di luar Dinas Pendidikan Nasional datanya diperoleh dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Lumajang. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. 3.9.2.2. Jasa Kesehatan Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola swasta. Perkiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

46

kepada hasil perkalian antara rata-rata output per indikator produksi dan kuantum produksinya seperti rata-rata tempat tidur rumah sakit dan jumlah tempat tidur; rata-rata output per dokter dan jumlah dokter praktek; rata-rata output per bidan dan jumlah bidan praktek; dan rata-rata output per dukun bayi dan jumlah dukun bayi praktek. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada persentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang serta hasil survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi masing-masing kegiatan. 3.9.2.3. Jasa Sosial Kemasyarakatan Lainnya. Dari survei khusus mengenai panti asuhan dan panti wreda, diperoleh rata-rata output per anak yang diasuh dan rata-rata output per orang tua yang dilayani sekaligus struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikan jumlah anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani dengan rata-rata outputnya, diperoleh perkiraan output kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya. Data jumlah anak dan orang tua yang diasuh/dilayani

diperoleh dari Dinas Sosial Kabupaten Lumajang. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Susenas ( Survei Sosial Ekonomi Nasional ) memberikan data mengenai pengeluaran per kapita untuk biaya kursus. Dengan mengalikan jumlah penduduk

pertengahan tahun dengan indikator tersebut akan diperoleh nilai output yang selanjutnya dengan rasio nilai tambah bruto dapat diperoleh nilai tambah bruto. Untuk menghitung

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

47

nilai tambah atas dasar harga konstan adalah dengan cara deflasi, dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok aneka barang dan jasa. Dari survei khusus diperoleh data rata-rata input rumah ibadat, dengan mengalikan jumlah tempat ibadat yang diperoleh dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Lumajang maka diperoleh nilai tambah. Sedangkan untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. 3.9.2.4. Jasa Hiburan dan Kebudayaan Sub sektor ini mencakup jasa bioskop, panggung kesenian, studio radio swasta, taman hiburan, dan klub malam, serta produksi dan distribusi film. Data pajak tempat hiburan dan keramaian dan struktur biayanya, serta persentase pemungutan pajak terhadap tempat-tempat hiburan dipakai untuk memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan menggunakan IHK kelompok aneka barang dan jasa. Untuk kegiatan studio radio swasta perkiraan nilai tambahnya didasarkan kepada rata-rata output per radio swasta dengan data jumlah radio swasta diperoleh dari Bagian Kesra Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo dilengkapi dengan indikator yang diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan cara revaluasi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

48

3.9.2.5. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, tukang binatu, salon, tukang jahit, reparasi, dan pembantu rumahtangga. Survei khusus yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Lumajang memberikan data tentang rata-rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Nilai output diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang didasarkan kepada hasil Sensus, Sakernas dan survai khusus dengan rata-rata output per tenaga kerja yang juga diperoleh dari survai khusus. Sedangkan untuk memperoleh nilai tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

49

IV

KONDISI PEREKONOMIAN

KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2003-2008

4.1. Gambaran umum perekonomian Kabupaten Lumajang Uraian ini menyajikan ringkasan hasil penyusunan Produk Domestik Regional Bruto tahun 2004 sampai dengan 2009. Berbagai hal yang dibahas adalah peranan sektor ekonomi, pertumbuhan ekonomi, tingkat perkembangan harga dan pendapatan regional perkapita. Kegiatan ekonomi Kabupaten Lumajang dilihat dari sisi besaran nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) selama tahun 2004-2009 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 PDRB ADHB kabupaten Lumajang tercatat sebesar 6.117.602,59 juta rupiah, meningkat pada tahun 2005 menjadi 7.326.996,41 juta rupiah dan pada akhirnya pada tahun 2009 meningkat menjadi 12.170.614,19 juta rupiah. Sehingga dari tahun 2004 hingga 2009 mengalami peningkatan hampir dua kali lipat. Sedangkan apabila dihitung dengan menggunakan harga konstan tahun 2000, nilai nominal PDRB ADHK pada tahun 2004 mencapai 4.570.180,20 juta rupiah meningkat pada tahun 2005 menjadi 4.793.733,63 juta rupiah dan pada akhirnya di tahun 2009 tercatat sebesar 5.917.165,21 juta rupiah. Perbedaan percepatan kenaikan nilai nominal PDRB ADHB dan ADHK yang sangat signifikan ini menunjukkan bahwa meningkatnya nilai PDRB ADHB sebagai cerminan besaran aktifitas ekonomi di suatu

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

50

tahun lebih banyak didorong oleh kenaikan harga-harga. Sedangkan perkembangan nilai PDRB ADHK lebih mencerminkan kondisi riil peningkatan ekonomi karena dinilai dari sisi peningkatan kuantum produksi. Selama kurun waktu tersebut terjadi beberapa kali perlambatan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Lumajang, yaitu tahun 2005 dan 2008. Kondisi tersebut merupakan dampak dari efek multiplier kenaikan harga BBM yang cukup drastis pada bulan Oktober 2005 dan bulan Mei 2008 yang efek terakhirnya menurunkan daya beli masyarakat. Akan tetapi kondisi tahun 2009 meskipun ada terpaan krisis global namun perekonomian tetap tumbuh meskipun sangat kecil. Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan beserta Pertumbuhannya Kabupaten Lumajang Tahun 2004 - 2009PDRB (Juta Rupiah) Tahun Berlaku(1) (2)

Pertumbuhan (%) Berlaku(4)

Konstan(3)

Konstan(5)

2004 2005 2006 2007 2008*) 2009**)

6,117,602.59 7,326,996.42 8,457,897.19 9,542,818.85 10,954,313.91 12,170,614.19

4,570,180.20 4,793,733.63 5,044,176.39 5,321,481.75 5,610,679.26 5,917,165.21

13.89 19.77 15.43 12.83 14.79 11.10

4.99 4.89 5.22 5.50 5.43 5.46

*) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

51

4.2. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian di suatu wilayah dapat menggambarkan sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi daerah (engine growth). Dengan mengelompokkan sembilan sektor ekonomi menjadi 3 kelompok sektor besar yaitu; sektor Primer, Sekunder, dan Tersier, maka dapat dilihat besaran dari nilai tambah yang tercipta dari ketiga kelompok sektor tersebut. 1. Sektor Primer : terdiri dari sektor pertanian; dan pertambangan dan penggalian.

2. Sektor Sekunder : terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih dan konstruksi. 3. Sektor Tersier pengangkutan jasa-jasa. Dari Pengelompokan tersebut, kelompok sektor Tersier selalu mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di kabupaten Lumajang. Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor Tersier di tahun 2009 mencapai Rp. 5.241 milyar, atau meningkat 12,04 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi tertinggi dalam peningkatan kelompok sektor ini disumbangkan oleh sektor Perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh mencapai 13,13 persen. Kelompok sektor yang mempunyai andil terkecil dari tahun ke tahun adalah kelompok sektor Sekunder. Walaupun nilainya dalam periode tahun 2004-2009 terus : dan terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran;

komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan

meningkat namun besarannya pada tahun 2009 ini hanya mencapai Rp. 2.433 milyar dan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

52

tumbuh 10,46 persen dibanding tahun 2008. Hal ini dapat dimaklumi sebab kelompok sektor ini yang didukung oleh sektor industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih serta sektor konstruksi bukan merupakan core business di kabupaten Lumajang. Adapun kelompok sektor Primer yang didukung oleh sektor Pertanian dan sektor Pertambangan & Penggalian memberikan kontribusi yang besar juga terhadap pembentukan perekonomian di kabupaten Lumajang, dimana nilai tambahnya pada tahun 2009 mencapai Rp. 4.495 milyar dan meningkat sebesar 10,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.2 Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan beserta Pertumbuhannya Kabupaten Lumajang Tahun 2008 - 2009HARGA BERLAKU LAPANGAN USAHA 2008(1) (2)*)

HARGA KONSTAN %(4)

2009(3)

**)

2008(5)

*)

2009(6)

**)

%(7)

PRIMER 01. Pertanian 02. Pertambangan dan Penggalian SEKUNDER 03. Industri Pengolahan 04. Listrik, Gas, dan Air Minum 05. Bangunan/Konstruksi TERSIER 06. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 07. Pengangkutan & Komunikasi 08. Keuangan, P'sewaan, & Jasa Pershn 09. Jasa-Jasa Total PDRB *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara

4,072,394.20 3,749,329.27 323,064.93 2,203,303.22 1,449,725.08 84,765.56 668,812.58 4,678,616.49 2,637,061.68 592,894.27 481,830.64 966,829.90

4,495,329.10 4,134,289.97 361,039.13 2,433,518.59 1,611,752.98 94,547.99 727,217.62 5,241,766.49 2,983,401.22 631,689.42 532,537.37 1,094,138.48

10.39 10.27 11.75 10.45 11.18 11.54 8.73 12.04 13.13 6.54 10.52 13.17 11.10

2,130,410.93 1,947,588.26 182,822.67 1,053,773.81 764,707.16 40,784.25 248,282.40 2,426,494.52 1,345,333.55 284,569.30 263,573.48 533,018.19 5,610,679.26

2,257,535.09 2,065,132.51 192,402.58 1,097,175.99 795,247.40 42,771.42 259,157.17 2,562,454.13 1,430,256.42 292,840.34 276,167.46 563,189.91 5,917,165.21

5.97 6.04 5.24 4.12 3.99 4.87 4.38 5.60 6.31 2.91 4.78 5.66 5.46

10,954,313.91 12,170,614.18

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

53

Komposisi yang sama ditunjukkan juga oleh besaran PDRB ADHK yang mencerminkan peningkatan nilai tambah secara riil dari kelompok sektor karena telah menghilangkan faktor peningkatan harga. Kelompok Tersier tetap mempunyai nilai

tambah terbesar, diikuti oleh kelompok Primer dan kemudian yang mempunyai andil terendah, yaitu kelompok Sekunder. Kelompok sektor Tersier di tahun 2009 ini meskipun mempunyai nilai tambah terbesar dengan Rp. 2.562 milyar, tetapi laju pertumbuhannya yang sebesar 5,60 persen masih dibawah laju pertumbuhan kelompok sektor Primer yang mencapai 5,97 persen. Adapun kelompok sektor Primer dan Sekunder di tahun 2009 nilai tambah brutonya sebesar Rp. 2.257 milyar dan Rp. 1.097 milyar dan masing-masing tumbuh sebesar 5,97 persen dan 4,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 4.1. Peranan Kelompok Sektor PDRB Kabupaten Lumajang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003 - 2009 (Persen)45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 PRIMER 2002 2004 2005 SEKUNDER 2006 2007 TERSIER 2008 2009

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

54

Beragamnya kegiatan perekonomian dapat memberikan warna pada struktur perekonomian suatu wilayah. Hal ini karena dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase nilai tambah yang tercipta di masing-masing sektor. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap penciptaan PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Disamping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah bruto setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Struktur ekonomi Kabupaten Lumajang dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap nilai total PDRB ADHB. Tabel 4.3. secara umum menggambarkan struktur ekonomi Kabupaten Lumajang selama tahun 2004-2009. Berdasarkan tabel 4.3. tercermin bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Lumajang pada tahun 2004-2009 tidak mengalami pergeseran struktur ekonomi yang cukup signifikan. Peranan masing-masing sektor ekonomi selama periode tersebut sebagian besar mengalami fluktuasi dengan gradasi yang cukup halus. Selama periode tersebut peranan terbesar didukung oleh kegiatan ekonomi yang tergabung dalam kelompok tersier,

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

55

yaitu berkisar 41-42 persen, kemudian kelompok primer berkisar antara 36-37 persen, dan kelompok sekunder berkisar antara 20-21 persen. Setiap kelompok sektor memiliki sektor andalan, yaitu sektor pertanian untuk kelompok primer, sektor industri untuk kelompok sekunder, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran untuk kelompok tersier. Sektor-sektor tersebut merupakan pendorong utama kegiatan perekonomian di kabupaten Lumajang karena lebih dari 70 persen kegiatan ekonomi berasal dari sektor-sektor tersebut sehingga perlu mendapat perhatian dalam rangka pengembangan ekonomi regional. Jika dilihat peranan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2009 pada tabel 4.3., tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian sebesar 33,97 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,51 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 13,24 persen. Sedangkan tiga sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah listrik, gas dan air bersih sebesar 0,78 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 2,97 persen, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 4,38 persen. Adapun 2 sektor yang peranannya mengalami peningkatan paling besar masih pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Pada tahun 2008 peranan sektor-sektor tersebut adalah sebesar 34,23 persen dan 24,07 persen, kemudian untuk sektor pertanian turun menjadi 33,97 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tetap meningkat menjadi 24,51 persen pada tahun 2009. Fakta ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi peningkatan produktifitas padi yang mengantarkan kabupaten Lumajang

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

56

meraih penghargaan dalam program Ketahanan Pangan Nasional dan tetap stabil di tahun 2009, namun masih kalah cepat dibandingkan perkembangan sektor-sektor lainnya. Sedangkan pada sektor perdagangan, hotel & restoran disebabkan masih maraknya aktifitas ekonomi pada subsektor perdagangan besar dan eceran serta restoran yang ditandai dengan masih eksisnya ritel-ritel waralaba seperti; Indomart dan Alfamart, dan banyaknya bermunculan aneka pedagang kaki lima, jajanan, dan warung lesehan karena adanya lokalisasi pedagang kecil di sejumlah wilayah kabupaten Lumajang. Selain itu selama tahun 2009 untuk subsektor Hotel dan Restoran kegiatannya relatif semarak dengan bermunculannya beberapa hotel baru dan restoran-restoran cepat saji. Tabel 4.3. Struktur Ekonomi Dalam PDRB Kabupaten Lumajang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2009 (Persen)SEKTOR(1)

TAHUN 2004(2)

2005(3)

2006(4)

2007(5)

2008(6)

2009(7)

PRIMER 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN SEKUNDER 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. BANGUNAN TERSIER 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA

36.84 33.88 2.96 21.11 14.33 0.76 6.02 42.05 22.64 5.85 4.71 8.85

37.22 34.22 3.00 20.90 14.08 0.77 6.05 41.87 22.72 5.88 4.57 8.70

37.14 34.21 2.93 20.65 13.67 0.80 6.18 42.21 23.25 5.66 4.47 8.83

36.87 33.86 3.01 20.48 13.49 0.81 6.18 42.66 23.88 5.49 4.40 8.89

37.18 34.23 2.95 20.11 13.23 0.77 6.11 42.71 24.07 5.41 4.40 8.83

36.94 33.97 2.97 20.00 13.24 0.78 5.98 43.07 24.51 5.19 4.38 8.99

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

57

Grafik 9.1 Peranan Sektoral PDRB A tas Dasar Harga Berlaku T ahun 2009Keuangan, P ersew aan & Jasa P erusahaan, 4.38 P engangkutan & Komunikasi, 5.19 Jasa - Jasa, 8.99

P ertanian, 33.97

P erdagangan, Hotel dan Restoran, 24.51 P ertambangan P enggalian, 2.97 Industri P engolahan, 13.24

Konstruksi, 5.98

Listrik Gas & A ir Bersih, 0.78

P rta ia e n n I d s Pn o h n n u tri e g la a K n tru s os k i P n a g u n&K mn a i e g n k ta o u ik s Ja a- Ja a s s

P rta b n a P n g lia e ma g n e g a n L trikGs&A B rs is a ir e ih P rd g n a , H te d nR s ra e a a g n o l a e to n K u n a , P rs w a &Ja aP ru a a n eagn e e an s e s ha

4.4. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran dinamis yang digunakan untuk melihat perkembangan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian halnya di kabupaten Lumajang, dalam Rencana Strategisnya (Renstra), laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk selalu dievaluasi. Agar lebih valid perubahan ini diukur dengan acuan satu ukuran/satu periode yang disebut kondisi ekonomi pada tahun dasar dan menggunakan ukuran atas dasar harga tetap (konstan). Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari PDRB ADHK Tahun 2000 sehingga

pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor harga atau dengan kata lain benar-benar murni disebabkan oleh kenaikan produktifitas sektor ekonomi. Tingkat pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Semakin besar peranan sektoral dalam struktur ekonomi maka semakin besarProduk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Lumajang Tahun 2009

58

pula kontribusinya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Jika suatu sektor mempunyai peranan yang dominan tetapi pertumbuhannya rendah, maka akan menghambat tingkat pertumbuhan secara keseluruhan. Sebaliknya, jika sektor tersebut mempunyai tingkat

pertumbuhan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Jika dilihat secara agregat, nilai nominal PDRB ADHB Kabupaten Lumajang di tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 11,10 persen, yaitu dari Rp. 10.954 milyar menjadi Rp. 12.170 milyar. Teta


Top Related