Transcript
Page 1: LKTI KITOSAN KEPITING

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu keadaan dimana jaringan tertentu mengalami

kerusakan akibat bersentuhan dengan sumber benda yang panas dengan

temperature panas lebih dari 1200 F atau 490C. Dimana di amerika dilaporkan

sekitar 2-3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5

sampai 6 ribu kematian pertahun1. Dan di Indonesia angka kejadian luka

bakar cukup tinggi yaitu sekitar 250 jiwa pertahun. Dari unit luka bakar RSU

Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi

pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% yang disertai cedera pada

saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari perawatan pertanma2. Selain itu

statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan

rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-

sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus.

Sumber panas dari luka bakar yaitu api, air panas, radiasi, listrik, bahan

kimia, bahkan dapat juga disebabkan oleh gesekan dengan benda yang panas.

Dimana sesorang yang mengalami luka bakar akan mengalami warna kulit

yang kemerahan, pembengkakan, kulit terkelupas, mengakibatkan rasa sakit

pada tubuh mereka, sakit kepala, pusing serta dapat dapat menyebabkan

trauma. Gejala trauma ini ditandai dengan rasa takut tinggi yang dialami

pasien, tubuhnya tampak lemah, mukanya pucat, jari-jarinya gemetar, dan

sulit bernapas. Melihat dari gejala yang ditimbulkan diatas mengakibatkan

diberlukannya penangan yang cepat dan tepat untuk meringankan rasa sakit

atau morbiditas yang dialami pasien2.

Luka bakar terbagi atas tiga tingkatan yaitu luka bakar tingkat pertama yang

akan menyebabkan kulit bewarna kemerahan dan mengalami pembengkakan,

dimana pada luka ini merusak jaringan kulit bagian epidermis. Selanjutnya

Page 2: LKTI KITOSAN KEPITING

2

luka bakar tingkat kedua yang mana pada luka ini kulit seseorang yang

mengalami luka bakar akan bewarna kemerahan,mengalami pembengkakan

dan mengelupas. Selain itu luka bakar tingkat kedua menyebakan kulit pada

lapisan dermis dan epidermisnya mengalami kerusakan2,3. Kemudian pada

luka bakar tingkat ketiga, sering disebut sebagai luka bakar penuh. Luka ini

dapat merusak jaringan kulit hingga dalam. Dimana kerusakan pada jaringan

ini dapat merusak jaringan lemak, otot serta tulang seseorang.

Selain tiga tingkatan tadi tingkatan luka juga dipengaruhi oleh seberapa luas

permukaan tubuh yang mengalami luka bakar tersebut atau disingkat dengan

BSA. Dimana pekerja perawatan menggunakan sembilan penilain untuk

menentukan luka seseorang tersebut dan dipakai untuk pasien yang berusia 9

tahun keatas. Sembilan bagian tersebut meliputi: luka pada setiap lengan dan

tangannya 9% dari BSA, kemudian luka pada kakinya adalah 18%, luka

pada bagian tubuh depan adalah 18%, luka dibagian belakang tubuh seperti

pantat adalah 18%, di bagian kepala dan leher adalah 9% dan di daerah alat

kelamin yaitu 1%. Namun penilaian diatas tidak berlaku untuk anak anak

kecil3. Dalam kasus yang terjadi belakangan ini banyak kasus luka bakar pada

luka bakar tingkat dua yang menyebabkan kulit rusak dan apabila kurangnya

perawatan yang efektif dari luka tersebut menimbulkan luka tersebut sarang

bakteri yang menyebabkan kulit mengalami infeksi3.

Dalam penangan luka bakar sebelumnya akan dilakukan diagnnosa.

Mendiagnosa pasien yang luka bakar dapat dilakukan dengan bertanya

kepada pasien, keluarga, atau teman pasien untuk mendapatkan data

mengenai luka bakar yang diderita pasien3. Selanjutnya dapat dilakukan

pemeriksaan kondisi pasien apakah pasien hanya mengalami luka pada

tubunya saja atau hingga mengalami trauma3. Setelah memeriksa pasien dapat

dilakukan dengan pemberian pengobatan kepada pasien. Dimana pengobatan

ini diberikan berbeda-beda yang didasari oleh ada atau tidaknya rasa sakit,

jenis luka, dan tingkatan luka. Pengobatan luka bakar berbeda-beda, ini

didasarkan pada penyebab luka tersebut, seperti luka bakar terkena panas hal

yang pertama dilakukan yaitu menghentikan proses panas pada kulit dengan

mengompres dengan air dingin, jika luka akibat zat kimia hal yang pertama

Page 3: LKTI KITOSAN KEPITING

3

dilakukan yaitu membilas luka dengan air dingin selama 15 menit kemudian

mengeringkannya dengan lap kering yang steril. Jika belum hilang sebaiknya

dibawa kedokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Kemudian untuk

luka akibat terkena listrik penangannya harus hati-hati karena seseorang

harus melepas diri dari sumber listrik dan tidak tersengat arus listrik. Maka

dari itu sebelum memberi pertolongan pastikan stopcontak sudah mati dan

tangan penolong tidak basah. Kemudian tenangkan pasien dan buat

kondisinya senyaman mungkin. Jika pasien mengalami pingsan sebaiknya

segera membawanya ke dokter.3

Selama ini penangan yang dilakukan pada luka bakar tingkat dua hanya

menggunakan alat-alat sederhana untuk menghilangkan panas akibat luka

tersebut tanpa memperhatikan proses penyembuhan dari luka tersebut. Selain

itu adanya penaganan menggunakan obat-obatan yang tidak mengandung

antiseptic serta kurangnya perawatan dalam merawat pasien luka bakar

mengakibatkan bakteri anaerob mudah berkembang di daerah luka tersebut

yang mengakibatkan kulit yang mengalami infeksi.3 Oleh sebab itu kami

menyarankan penggunaan potensial curcumin–chitosan sebagai anti inflamsi

dan antiinfeksi pada luka bakar tersebut.dimana chitosan diambil dari kitin

yang terdapat pada cangkang kepiting.4

1.1 Struktur Kitosan

Kitin adalah polisakarida alami seperti selulosa, dekstran, alginat, dan

sebagainya yang dapat terdegradasi secara alami dan non toksik. Kitin

merupakan polisakarida rantai linier dengan rumus β (1-4)-2-asetamido-

Page 4: LKTI KITOSAN KEPITING

4

2deoksi-D-glucopiranosa, sedangkan chitosan adalah deasetilasi kitin5. Kitin

banyak didapati pada kulit-kulit luar arthropoda, crustacea (seperti udang,

kepiting, rajungan, dan lobster), mollusca, annelida, dinding yeast dan

serangga6.

Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan bahan baku kitin yang

banyak terdapat dalam kulit udang, kulit kepiting, dan cumi-cumi akan

menjadi sangat potensial dalam produksi kitin dan chitosan. Pemanfaatan

kepiting umumnya baru terbatas untuk keperluan makanan, biasanya hanya

dagingnya saja yang diambil sedangkan cangkangnya dibuang, padahal

cangkang kepiting mengandung senyawa kitin yang cukup tinggi yaitu,

sekitar 20-30 % berat kulit keringnya5,6. Sedangkan kulit kepiting sendiri

merupakan limbah pengalengan kepiting yang belum diolah secara maksimal.

Penggunaan kitin dibatasi oleh sifat-sifat yang tidak larut dan sulit dipisahkan

dengan bahan lain yang terikat terutama protein, sehingga untuk

pemanfaatannya kitin perlu diubah terlebih dahulu menjadi chitosan. Salah

satu cara lain memanfaatkan limbah ini adalah dengan mengektraksi senyawa

kitin yang terdapat di dalamnya, lalu dengan proses deasetilasi kitin diolah

menjadi chitosan. Chitosan merupakan biopolimer yang banyak digunakan

sebagai antibakteri, antijamur dan memiliki aktivitas anthelmintic yang akan

mencegah dari terkena mikroba. Selain itu chitosan juga memiliki efek

penyembuhan luka, antiinflamasi, tabir surya, pelembab, danagen

immunomodulator.5,6

Curcumin adalah salah satu senyawa yang terkandung pada kunyit dan

temulawak yang banyak terdapat di Indonesia sebagai salah satu sumber daya

yang perlu dibudidayakan. curcumin telah banyak dimanfaatkan untuk

berbagai hal, seperti dalam bidang pangan sebagai pewarna makanan, dalam

bidang farmasi untuk obat-obatan. curcumin mempunyai kemampuan untuk

mereduksi dan mengkhelat ion-ion logam. Dalam bidang kimia, curcumin

telah dimanfaatkan untuk mengekstrak ion-ion logam. Beberapa manfaat

tersebut berhubungan dengan adanya gugus β-diketon pada struktur

curcumin6. Dalam dunia kesehatan curcumin dimanfaatkan sebagain obat

penyembuhan luka karena kandungan curcumin sebagai anti-inflamasi yang

Page 5: LKTI KITOSAN KEPITING

5

berperan dalam penyembuhan luka. Selain itu curcumin mengandung

antiseptic yang dapat mencegah timbulnya bakteri anaerob pada daerah luka

bakar.Oleh sebab itu disini kami mengkombinasikan chitosan dan curcumin

sebagai obat dalam menangani luka bakar.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji

dalam karya tulis ini adalah:

1. Bagaimanakah kontruksi pembuatan kapsul chitosan-curcumin dalam

pengobatan luka bakar tingkat dua?

2. Bagaimanakah farmakonetik dan farmakodinamik dalam pengobatan luka

bakar tingkat dua?

3. Apakah efek kerja dari chitosan dan curcumin dalam pengobatan luka

bakar tingkat dua?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ini, adalah:

1. Mengetahui kontruksi pembuatan gell chitosan-curcumin dalam

pengobatan luka bakar tingkat dua

2. Mengetahui farmakonetik dan farmakodinamik dalam pengobatan luka

bakar tingkat dua

3. Mengetahui efek kerja chitosan dan curcumin dalam pengobatan luka

bakar tingkat dua

1.4 Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh potensial

chitosan-curcumin dalam penyembuhan luka bakar tingkat dua sehingga

diharapkan dengan mengetahui manfaat tersebut masyarakat bisa

mengetahui manfaat dari kombinasi zat-zat curcumin dan chitosan

sehingga pemanfaatannya sebagai obat dapat dikembangkan.

Page 6: LKTI KITOSAN KEPITING

6

2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai farmakokinetik dan

farmakodinamik mengenai potensial zat tersebut. sehingga masyarakat

dapat mengetahui bagaimana obat tersebut melewati bariel-bariel tubuh.

3. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai mekanisme kerja

obat tersebut dalam tubuh. Hal ini akan memberikan penejelasan mengenai

efek klinis obat yang bekerja di dalam tubuh tersebut.

Page 7: LKTI KITOSAN KEPITING

7

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Luka bakar tingkat dua

Luka bakar adalah suatu keadaan di mana jaringan tertentu mengalami kerusakan

akibat bersentuhan dengan benda sumber panas seperti api, air panas, radiasi,

listrik, bahan kimia, bahkan gesekan dengan suatu bahan.Berdasarkan

laporan National Fire Protection Association, American Burn Association

National Burn Repository, dan US Vital Statistic setiap tahunnya, 4000 orang

meninggal dunia akibat luka bakar. Sekitar 3500 insidens ini terjadi karena

kebakaran di lingkungan rumah tangga sementara 500 lainnya terjadi karena luka

bakar yang diperoleh dari kecelakaan kendaraan bermotor, kontak dengan listrik,

benda ataupun cairan panas, bahan-bahan kimia, serta sumber-sumber lainnya.

Dengan demikian, korban dengan luka bakar perlu penanganan yang cepat dan

tepat.

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Klasifikasi pertama

berdasarkan seberapa besar luka bakar tersebut. Klasifikasi berdasarkan seberapa

besar luka bakar tersebut dibagi menjadi tiga kategori: luka bakar kritis (critical

burns), luka bakar menengah (moderate burns), dan luka bakar minor (minor

burns).4 Klasifikasi ini sangatlah luas karena menggabungkan klasifikasi luka

bakar berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan dan klasifikasi luka bakar

berdasarkan luas kerusakan jaringan. Selain itu, klasifikasi tersebut juga

tergantung oleh bagian tubuh mana yang mengalami luka bakar serta faktor-faktor

lainnya.4 Oleh karena hal tersebut, klasifikasi berdasarkan seberapa besar luka

bakar dirasa terlalu umum. Terdapat dua klasifikasi luka bakar yang lebih spesifik

dan sering digunakan, yakni klasifikasi berdasarkan kedalaman kerusakan

jaringan yang disebabkan luka bakar serta klasifikasi berdasarkan penyebab

tertentu luka bakar.

Klasifikasi berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar, dibagi

menjadi tiga: superficial skin burns, partial thickness skin burns, dan full

Page 8: LKTI KITOSAN KEPITING

8

thickness skin burns. Superficial skin burns biasanya adalah luka bakar yang

disebabkan oleh api, sinar matahari, maupun cairan serta uap panas. Kasus luka

bakar yang sering terjadi pada kehidupan sehari- hari adalah luka bakar tingkat

dua atau Partial Thicknes. Partial Thicknes disebabkan oleh bahan-bahan kimia,

ataupun disebabkan oleh api, sinar matahari serta uap panas lainnya yang

terkontaminasi secara lansung. Bagian kulit yang terbakar mengenai lapisan kulit

bagian epidermis dan bagian atas dari corium atau dermis. Luka ini akan

meyebabkan kulit menggelembung yang berisi cairan di dalamnya serta

menimbulkan rasa sakit yang lebih intens. Selain itu, kulit berubah menjadi

lembab dan terjadi perubahan warna. Perubahan warna terletak lebih tinggi dari

kulit normal dimana warna kulit yang mengalami luka bakar menjadi bewarna

merah atau pucat. Jangka waktu untuk penyembuhan luka ini biasanya berlansung

selama 10 sampai 14 hari namun bila yang terjadi luka bakar derajat dua dalam

dimana luka bakar tersebut merusak Folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea

kulit akan mengakibatkan waktu penyembuhan menjadi lebih lama bisa mencapai

satu bulan. Selain itu bekas luka seperti ini memungkinkan infeksi yang dapat

menyebabkan luka lebih lama sembuh (lebih dari 21 hari).

Klasifikasi berdasarkan penyebab tertentu luka bakar pun dibagi menjadi tiga,

yakni luka bakar yang disebabkan oleh zat kimia, luka bakar yang disebabkan

oleh listrik, dan luka bakar yang disebabkan oleh petir. Ketiga jenis luka bakar ini

membutuhkan penanganan yang berbeda dengan luka bakar yang disebabkan oleh

api ataupun benda panas. Sebagai contoh, luka bakar yang disebabkan oleh zat

kimia sangat sulit ditentukan seberapa besar dan akut oleh karena itu, luka bakar

yang seperti ini selalu diasumsikan sebagai luka bakar kritis (critical burns) dan

harus segera diamankan dari penyebabnya. Pada luka bakar yang disebabkan oleh

listrik, penanganannya harus sangat hati-hati, karena seringkali orang yang

berusaha menolong orang lain yang sedang terpapar listrik kemudian menjadi

korban juga. Tanda dan gejala orang yang mengalami luka bakar akibat listrik

antara lain adalah terdapatnya luka bakar yang jelas dan besar, denyut nadi yang

tidak teratur dan lemah, pernapasan yang lemah atau bahkan terhenti, serta

fraktura pada tulang dan status mental yang tidak baik. Sementara itu, luka bakar

yang disebabkan oleh sambaran petir bisa membahayakan beberapa sistem tubuh

Page 9: LKTI KITOSAN KEPITING

9

secara keseluruhan, antara lain adalah sistem saraf, sistem penginderaan, sistem

integumen, dan sistem peredaran darah, terutama organ jantung.

Penyembuhan luka bakar melalui beberapa fase yakni fase inflamasi,

faseproliferasi, dan fase maturasi. Proses epitelisasi terjadi selama fase proliferasi.

Lapis sel-sel yang mati karena trauma melindungi sel-sel hidup di lapisan yang

lebih dalam dari epitel. Lapis-lapis perbaikan luka terbentuk dengan adanya

integrasi antarakolagen yang disintesis oleh fibroblast dengan substansi dasar.

Selama pemulihan luka,sel-sel pada tepian luka menggepang menjadi lembaran

tipis yang menyebar menutupi celah dalam epitel. Sedangkan pada tepi luka,

pembelahan sel dimulai agak belakangan untuk menyediakan sel yang diperlukan

untuk pemulihan epitel sampai tebalnya normal.

2.2 Kandungan chitosan

Chitosan adalah suatu biopolimer dari D-glukosamin yang memiliki nama kimia

2-amino-2-deoksi-D-glikosa yang mengandung gugus amino bebas dalam rantai

karbon dan bermuatan positif.7 Chitosan dihasilkan dari proses deasetilasi kitin

dengan menggunakan alkali kuat. Sedangkan chitin merupakan bahan yang dapat

diperoleh dari proses pengolahan limbah industri perikanan, seperti kulit udang,

kulit, kepala kepiting dan lain-lain. Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari

polimer chitin, semakin kuat interaksi ikatan hidrogen dan ion dari chitosan.5,7

Sehingga chitosan bermuatan positif, berlawanan dengan polisakarida alam

lainnya. chitosan bersifat sebagai polimer kationik yang tidak larut dalam air, dan

larutan alkali dengan pH di atas 6,5. chitosan mudah larut dalam asam organik

seperti asam formiat, asam asetat, dan asam sitrat. Dalam dunia kesehatan

chitosan banyak dimanfaatkan dimana chitosan digunakan sebagai antiinflamsi,

antikoagulan,flokulan, antibakteri, antijamur dan memiliki aktivitas anthelmintic

yang akan mencegah dari terkena mikroba 5,6. Selain itu chitosan juga memiliki

efek penyembuhan luka, tabir surya, pelembab, danagen immunomodulator.

Kitosan termodifikasi banyak digunakan sebagai bahan penyalut. Salah satu gel

kitosan-alginat yang berpotensi sebagai bahan penyalut dan digunakan sebagai

pengantaran obat. Kitosan merupakan salah satu biopolimer yang telah digunakan

Page 10: LKTI KITOSAN KEPITING

10

dalam mikroenkapsulasi ketoprofen Namun, gel kitosan bersifat rapuh sehingga

perlu dimodifikasi.

2.3 Kandungan Curcumin

Curcumin merupakan senyawa aktif yang ditemukan pada kunir berupa polifenol

dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer

yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat,

sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan. Kurkumin merupakan

senyawa yang berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa

berwarna merah yang disebut rososiania. Senyawa turunan kurkumin

disebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksi

kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin, sedangkan in vivo, kurkumin akan

berubah menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau

tetrahidrokurkumin sebelum kemudian dikonversi menjadi senyawa konjugasi

monoglusuronida7,8.

Dalam bidang kesehatan curcumin banyak dimanfaatkan sebagai bahan aktif anti

inflamasi, anti bakteri serta antiseptic. Beberapa manfaat tersebut berhubungan

dengan adanya gugus β-diketon pada struktur kurkumin. Hal itu didasarkan

kemampuan curcumin dalam membentuk benang fibrin pada penyembuhan luka

sehinga luka di kulit tersebut dapat mementuk jaringan baru dengan segera

Page 11: LKTI KITOSAN KEPITING

11

BAB III

METODE PENULISAN

1.1 Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sumber

pustaka yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Sumber

pustaka yang dipergunakan memiliki validitas dan relevansi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

1.2 Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode telaah pustaka yang

didasarkan atas hasil pengkajian terhadap berbagai sumber data yang telah

teruji validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian

tulisan, serta mendukung uraian atau analis pembahasan.

1.3 Analis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data

dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisis data yang

dipergunakan adalah analisis deskriptif argumentative.

1.4 Penarikan Simpulan

Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun dan

menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan.

Berikutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum kemudian

direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

Page 12: LKTI KITOSAN KEPITING

12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kontruksi pembuatan gel chitosan- curcumin pada luka bakar tingkat

dua

4.1. 1 Ekanpulasi curcumin dengan chitosan

Chitosan adalah poli 2-amino-2-deoksi-β-D-glukosa, merupakan kitin yang

terdeasetilasi, dimana gugus asetil pada kitin disubstitusikan oleh hidrogen

menjadi gugus amino dengan penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi

tinggi. Sebelumnya telah dijelaskan fungsi Chitosan sebagai antibakteri ini

berkaitan sifat chitosan yang aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

(Fernandez, dkk., 2008). Aktifitas antibakteri kitosan berkorelasi erat dengan

karakteristik permukaan sel mikroba tersebut. Hal ini dikarenakan muatan

positif yang berasal dari gugus asam amino dalam suasana pH asam (dibawah

6,5) yang menyebabkan depolarisasi membran seluler mikroba, sebagai akibat

tergangunya integritas dinding sel dari hubungan molekul yang menyebabkan

kematian bagi mikroba, rantai hydrogen menjadikan chitosan sebagai system

pengantar zat yang baik.

Curcumin mempunyai kemampuan untuk mereduksi dan mengkheleat ion-ion

logam. Dalam bidang kimia curcumin dimanfaatkan dalam mengekstrak ion-

ion logam hal ini berhubungan dengan adanya gugus β-diketon pada struktur

curcumin. Pemanfaatan curcumin ini sebagai antiinflamasi, anti bakteri dan

mikroba serta anti infeksi yang baik dalam penanganan kasus luka7,8. Curcumin

dengan rumus kimia C2H20O6 memiliki sifat larut dalam etanol dan tidak dapat

larut dalam air. Adapun struktur dari curcumin seperti gambar dibawah

Page 13: LKTI KITOSAN KEPITING

13

Melihat manfaat dari curcumin tersebut yang berperan sebagai anti infamasi

dapat membantu dalam penyembuhan luka karena mampu menutup jaringan

kulit yang luka dengan membentuk benang-benang fibrin8.9. Disamping itu

manfaat curcumin sebagai anti bakteri dan mikroba dapat membantu untuk

menghindari terjadinya infeksi pada luka akibat perawatan yang kurang

optimal. Namun karena sifat curcumin yang tidak dapat larut dalam air

diperlukan kombinasi dengan senyawa yang mampu larut dalam air serta

memilki sifat penghantar obat yang baik.

Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa chitosan baik digunakan sebagai

senyawa penghantar obat karena sifat chitosan yang biokompatibel,

biodegradabel, dan nontoksik sehingga mudah dimodifikasi baik secara kimia

maupun secara fisika. Hal ini berkaitan dengan jumlah yang besar dari gugus

amino yang terdapat pada chitosan dapat larut dalam air dan asam organic

seperti formic, tartarat asetat, dan citric pada ph rendah karena ph protonation

dari kelompok amino 41. Untuk pengiriman, obat partikulat sebuah teknik

cross-linking oleh glutaraldehyde ini umumnya digunakan 42. Alginate, sebuah

marine-derived polisakarida, adalah berlimpah tersedia di alam dan sebuah

alternatif menarik untuk dikendalikan rilis sistem, seperti yang setuju untuk

sterilisasi dan penyimpanan 43. Akan tetapi disamping fungsinya sebagai

pengantar obat yang baik chitosan memilki kelemahan dalam daya tahan

sehigga harus dimodifikasi.

Modifikasi kimia chitosan yang pernah dilakukan adalah dengan

menambahkan glutaraldehida sebagai agen peanut silang dan polimer alami

atau sintetis sebagai bahan saling tembus (interprenetrating agent). Dimana

kinerja chitosan termodifikasi tersebut melalui uji difusi memberikan gambaran

bahwa mekanisme kombinasi chitosan memberikan efek awalan

pembengkakan membrane baru kemudian kontak dengan cairan tersebut,

selanjutnya pembukaan pori sehingga obat terlepas. Dari hal tersebut cara kerja

curcucumin dengan penyalut chitosan untuk menghantarkan obat pada luka

bakar diawali dengan rasa perih pada kulit yang mengakibatkan kulit

Page 14: LKTI KITOSAN KEPITING

14

mengalami pembengkakan namun setelah beberapa saat kandungan curcumin

dalam tubuh akan dialirkan ke kulit yang mengalami luka tersebut.

Gambar 2 Struktur hidrogel kitosan: (a) tautan-silang kitosan-kitosan, (b)

jejaring polimer hibrida, (c) jejaring semi-IPN, dan (d) kitosan bertautan-

silang ionik (Berger et al. 2004).

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa chitosan banyak dimodifikasi dalam

pemanfaataanya. Salah satunya ia digunakan sebagai bahan penyalut dari

senyawa yang akan ditransbusi ke dalam tubuh. Namun dalam sistem kerjanya

chitosan tidak dapat bekerja sendiri karena kelemahan efektivitas dalam

bekerja. Ini disebakan karena chitosan memilki daya tahan yang rendah serta

gelnya mudah rapuh jika tidak dimodifikasi.8,9

4.1.2 Pembuatan Gel Chitosan

Sediaan Gel merupakan sediaan semipadat digunakan pada kulit, umumnya

sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai

pelunak kulit,atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat

(oklusif). Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri

dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau

Page 15: LKTI KITOSAN KEPITING

15

molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan 9,10. Gel adalah sistem

semipadat dimana fase cairnya dibentuk didalam suatu matriks polimer tiga

dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sintesis) yang tingkat ikatan silang

fisik (atau kadang–kadang kimia)-nya yang tinggi. Gel dibuat dengan proses

peleburan, atau diperlukan statu prosedur khusus berkenaan dengan sifat

mengembang dari gel. Idealnya pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi

dan kosmetik harus inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

Penambahan gelling agent dalam formula perlu dipertimbangkan yaitu tahan

selama penyimpanan dalam tube selama pemakaian topikal.Beberapa gel,

terutama polisakarida alami peka terhadap penurunan jumlah

mikroba.Penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah kontaminasi dan

hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan microbial11.

Pembentukan gel pada chitosan adalah salah satu contoh pembentukan gel dari

polimer alami. Dimana polimer ini berbentuk polisakarida bercabang dan

bersifat anionic ( bermuatan negative dalam larutan air atau dispersi) 12.

Pembuatan chitosan dilakukan dengan beberpa tahap sebelum diolah menjadi

gel, yaitu:

a. Persiapan Kulit Udang

Udang segar diambil kulitnya dan dibersihkan dari daging, kemudian

dicuci dan dibersihkan sampai tidak ada kotoran yang menempel pada

kulit udang. Kulit udang kemudian dijemur sampai kering, setelah itu

digiling sampai halus. Kulit udang yang telah halus kemudian diayak

menggunakan ayakan 100 mesh untuk mendapatkan serbuk kulit udang.11

b. Deproteinasi Serbuk Kulit Udang

Serbuk kulit udang yang telah diayak sebesar100 mesh dilarutkan ke

dalam NaOH 3,5% dengan perbandingan kulit udang dengan NaOH 3,5%

sebesar 1:10 (w/v). Serbuk kulit udang yang telah dilarutkan ke dalam

NaOH 3,5% kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 2

jam pada suhu 65oC, setelah itu dimasukkan ke dalam penangas es sampai

seluruh endapan mengendap.Endapan yang terbentuk kemudian

dipisahkan dengan filtratnya dengan menggunakan saringan kain dan

Page 16: LKTI KITOSAN KEPITING

16

corong Buchner. Endapan yang terbentuk kemudian dicuci menggunakan

aquades sampai pH netral. Endapan yang telah menjadi netral kemudian

dikeringkan ke dalam oven vakum selama 4 jam pada suhu 100oC.

Endapan yang telah dikeringkan kemudian diuji menggunakan ninhidrin

untuk mengetahui bahwa di dalam endapan sudah tidak terkandung

protein.

c. Demineralisasi Serbuk Kulit Udang

Endapan yang terbentuk pada saat proses deproteinasi serbuk kulit udang

kemudian dicampur dengan larutan HCl 1N dengan perbandingan endapan

dan larutan HCl 1N sebesar 1:15 (w/v). Endapan yang telah dicampur

dengan larutan HCl 1N kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic

stirrer, setelah itu campuran dibiarkan mengendap. Endapan yang

terbentuk kemudian dipisahkan dengan filtratnya dengan menggunakan

saringan kain dan corong Buchner. Endapan kemudian dicuci

menggunakan aquades sampai pHnya menjadi netral. Endapan kemudian

dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 100oC. Kemudian

endapan dikarakterisasi menggunakan FTIR. 12

4.2 Deasetilasi Kitin menjadi Khitosan

Endapan yang dihasilkan dari proses demineralisasi serbuk udang kemudian

direfluks dengan menggunakan larutan NaOH 50% dengan perbandingan endapan

dan larutan NaOH 50% adalah 1:10 (w/v) sambil dialiri dengan gas N2 selama 1

jam pada suhu 100oC. Endapan yang telah direfluks kemudian diletakkan ke

dalam gelas beker dan diletakkan ke dalam penangas es. Endapan yang terbentuk

kemudian dipisahkan dengan filtratnya dengan menggunakan saringan kain dan

corong Buchner. Endapan kemudian dicuci dengan aquades sampai pH netral.

Endapan kemudian dikeringkan ke dalam oven vakum pada suhu 100oC selama 4

jam. Kemudian endapan dikarakterisasi menggunakan FTIR13.

Setelah mendapatkan ekstrak dari chitosan dilanjutkan dengan pembuatan gel

yaitu dengan cara melarutkan semua bahan atau zat pembawanya sebelum

dilakukan penambahan gelling agent. Dimana gelling agent chitosan dilarutkan

Page 17: LKTI KITOSAN KEPITING

17

pada kondisi asam, maka chitosan dilarutkan terlebih dahulu dengan asamnya

dengan pengadukan hingga larut. Selanjutnya ditambahkan bahan pembawanya

yang sebelumnya telah dicampur dengan homomixer selama 5 menit pada

5000/rpm hingga homogeny, dalam hal ini pembawa yang digunakan adalah

ekstrak dari curcumin13.

Selanjutnya dilanjutkan dengan control kualitas meliputi evaluasi preparasi gel

meliputi : evaluasi dari segi penampilan, pH, keseragaman kandungan obat,

viskositas,daya sebar. Semua gel ini secara visual diperiksa untuk kejelasan,

warna yang homogen, adanya partikel dan serat(Jyotsana et al., 2010).

1. Penampilan: pada AVG Gel yang menggunakan Carbopol 934P dan

HPMC penampilan nya berwarna seperti susu putih dan kekuningan

transparan.,sedangkan gel dari Sodiumalginat dan metil selulosa

penampilan nya buram. Sediaan gel yang baik adalah gel yang penampilan

nya bening atau transparan.

2. Penentuan pH: nilai pH pada sedian topikal yang baik adalah nilai pH

yang mendekati pH kulit yang berkisar antara 5 - 6,5.

3. Keseragaman kandungan obat: sedian obat hendaknya memiliki

kandungan obat yang seragam sehingga dapat menghasilkan efek

terapeutik yang seragam pula,tidak berlebihan (toksik) dan tidak kurang

(tak berefek).

4. Viskositas: viskositas berhubungan dengan kekentalan suatu sediaan.

Sedian gel seharusnya tidak terlau encer dan tidak pula terlalu kental

karena akan kesulitan dalam penggunaan nya.

5. Daya sebar: daya sebar dapat dihubungkan dengan viskositas sedian,

dimana dengan meningkatnya viskositas kemampuan daya sebarnya akan

menurun.

Selanjutnya dilakukan dengan pendifusian terhadap kulit Absorbsi Obat Melalui

Kulit. Difusi melintasi stratum korneum merupakan tahap penentuan kecepatan

dalam absorpsi perkutan melalui kulit yang utuh. Prinsip absorbsi obat melalui

Page 18: LKTI KITOSAN KEPITING

18

kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu substansi bergerak dari daerah

suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti

bergeraknya molekul (Anief, 1997).Absorpsi perkutan dari kebanyakan obat

dihambat/dibatasi oleh sifat permeabilitas kulit yaitu tahap batasan kecepatan

berupa difusi melintasi stratum korneum atau sawar kulit.

Kualitas chitosan tergantung pada beberapa parameter, misalnya untuk chitosan kualitas komersil disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Chitosan (5)

Parameter Nilai

Ukuran partikel Dari bubuk sampai serpihan

Kadar air < 10 %

Kadar abu < 2 %

Warna larutan Jernih

Derajat deasetilasi >70

Viskositas:

- Rendah

< 200 (cps)

- Medium

200 s/d 799 (cps)

- Tinggi

800 s/d 2000 (cps)

- Ekstra tinggi

> 2000 (cps)

Page 19: LKTI KITOSAN KEPITING

19

Chitin sebagai bahan baku pembuatan chitosan diperoleh dari hasil isolasi kulit

udang melalui proses deproteinasi, demineralisasi dan pemutihan melalui prosedur

yang telah dikembangkan sendiri di Laboratorium. Chitin yang diperoleh,

kemudian diproses lebih lanjut dengan proses deasetilisasi untuk menghilangkan

gugus asetil sehingga diperoleh polimer 2-amino-2-deaksi-D-glukosa (chitosan)

yang mengandung gugus amino bebas pada rantai karbonnya.

4.3 Farmakokinetik ekstrak kurkumin

Hasil penelitian Ekstrak Kurkuma (Curcuma sp) menunjukkan bahwa ekstrak

Curcuma mempunyai prospek untuk digunakan sebagai biomarker study pada

pasien dengan luka bakar, serta terbukti aman diberikan pada pasien sampai dosis

2,2 g/hari (ekivalen dengan 180 mg kurkumin). Dengan metoda analisis HPLC

yang digunakan dalam penelitian ini, kurkuminoid aktif maupun metabolitnya

yakni kurkumin glukuronid, kurkumin sulfat, heksahidrokurkumin, maupun

heksahidrokurkuminol tidak diketemukan dalam plasma, ataupun urin sampai hari

ke 29. Dugaan bahwa kurkumin bersifat sangat lipofil sehingga zat tersebut terikat

kuat dengan sel darah merah atau terasing di dalam lipoprotein plasma juga tidak

terbukti. Hal ini memberi petunjuk bahwa kurkumin memiliki bioavailabilitas

kecil pada manusia dan hal ini mungkin disebabkan oleh metabolisme intensif di

saluran cerna (Sharma dkk.,2001). Pada uji klinik fase I dengan dosis kurkumin

3,6 g sehari selama 4 bulan berturut-turut pada sukarelawan sehat, terbukti

konsisten dengan hasil sebelumnya, yakni kadar kurkumin dan metabolit yang

terdeteksi dalam plasma dan feses sangat rendah, mendekati angka limit of

detection (Sharma dkk.,2004).

Page 20: LKTI KITOSAN KEPITING

20

BAB V

Penutup

5.1 SIMPULAN

Dari hasil pembahasan dan telaah pustaka dapat di simpulkan bahwa dalam

melakukan pengobatan pada luka bakar tingkat dua dapat menggunakan obat hasil

kolaborasi antara citosan-curcumin. Dimana Chitosan adalah poli 2-amino-2-

deoksi-β-D-glukosa, merupakan kitin yang terdeasetilasi, dimana gugus asetil

pada kitin disubstitusikan oleh hidrogen menjadi gugus amino dengan

penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi. Sedangkan curcumin tersebut

memiliki manfaat yang berperan sebagai anti infamasi dapat membantu dalam

penyembuhan luka karena mampu menutup jaringan kulit yang luka dengan

membentuk benang-benang fibrin. Disamping itu manfaat curcumin sebagai anti

bakteri dan mikroba dapat membantu untuk menghindari terjadinya infeksi pada

luka akibat perawatan yang kurang optimal. Sehingga citosan dan curcumin di

proses dan dikolaborasikan menjadi sebuah jel dalam pengobatan luka luar atau

salep dalam penyebuhan luka bakar tinggkat dua.

5.2 SARAN

Saran dari penulis, agar nantinya karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya baik

dalam pendidikan maupun sosial. Apabila ada hal –hal yang kurang dalam karya

tulis ini, kritik dan saran yang membangun dari pembaca saya harapkan.

Page 21: LKTI KITOSAN KEPITING

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Benoit Blancet, Viencent Jullien, Christophe Vinsonneau,Miclel Tod. Influence of Burns On Pharmacokineticsadis. Adis Data . 2009. Avaible from http//proquest.com ( Akses: 19 November 2012)

2. Hasil penelitian mahasiswa Universitas Sumatera. Pengertian Luka Bakar.2010. Avaible: google cendekia/Luka bakar dan pengannnya.akses:18 November 2012

3. teguh prayudi dan joko priyatno susanto. Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah. Avaible from http// google cendekia. Akses : 8 desember 2012

4. Lubbad. A/E.M Oriowo. Curcumin attenuates Inflammation Through inhibition of TLR-4.Springer Sciene+Business Media LLC. 2008. Avaible: http//proquest.com. Akses : 8 Desember 2012

5. Curcumin attenuates inflammation through inhibition of TLR-4 receptor in experimental colitis A. Lubbad Æ M. A. Oriowo Æ I. Khan Received: 3 September 2008 / Accepted: 22 October 2008 / Published online: 11 November 2008 Springer Science+Business Media, LLC. 2008. Diakses : 8 Desember 2012

6. Didik Setiyo Widodo, Dkk.: Reduksi Kurkumin:Kajian Awal Elektrosintesis Dalam Sistem Etanol JSKA.Vol.X.No.2.Tahun.2007 . Reduksi Kurkumin: Kajian Awal Elektrosintesis Dalam Sistem Etanol

7. Curcumin Suppressed Anti-Apoptotic Signals And Activated Cysteine Proteases For Apoptosis In Human Malignant Glioblastoma U87MG CellsSurajit Karmakar Æ Naren L. Banik Æ Swapan K. Ray Accepted: 1 May 2007 / Published online: 12 June 2007

8. Springer Science+Business Media, LLC 2007. Diakses 8 desember 2012

9. Peranan Curcumin terhadap Hepatosit Mice Balb/C yang Dipapar Benzapyrene (Rini, C., et al.)

10. Peranan Curcumin terhadap Proliferasi, Apoptosis dan DiferensiasiHepatosit Mice Balb/C yang Dipapar dengan Benzapyrene Candra Rini1*, Edi Widjajanto2, Rm.Loekito3

Page 22: LKTI KITOSAN KEPITING

22

11. Makara, Sains, Vol. 14, No. 2, November 2010: 107-112 107Enkapsulasi Ketoprofen Dengan Kitosan-Alginat Berdasarkan Jenis Dan Ragam Konsentrasi Tween 80 Dan Span 80 Purwantiningsih Sugita Napthaleni1, Mersi Kurniati2, Dan Tuti Wukirsari1

12. Materials for Pharmaceutical Dosage Forms: Molecular Pharmaceutics and Controlled Release Drug Delivery Aspects Heidi M. Mansour *, MinJi Sohn, Abeer Al-Ghananeem and Patrick P. DeLuca

13. Studi Analisis Antibakteri Dari Film Gelatin-Kitosan Menggunakan Staphylococcus Aureus Mardian Darmanto*, Lukman Atmaja ph.D1, Drs.Muhammad Nadjib M.Si2 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

14. Mitogen-activated protein kinases mediate the oxidative burst and saponin synthesis induced by chitosan in cell cultures of Panax ginseng HU

Xiangyang1, Steven J. NEILL

2, FANG Jianying

1, CAI Weiming

1 & TANG

Zhangcheng1

15. Curcumin-Induced Apoptosis in Scleroderma Lung Fibroblasts: Role of Protein Kinase C[epsilon] Tourkina, Elena;Pal Gooz;Oates, James C;Ludwicka-Bradley, Anna;et al American Journal of Respiratory Cell and Molecular Biology; Jul 2004; 31, 1; ProQuest

16. Peluang peningkatan kadar kurkumin pada tanaman kunyit dan temulawak Natalini nova kristina, rita noveriza, siti fatimah syahid dan molide rizalBalai penelitian tanaman obat dan aromatic

17. Allen TM, Cullis PR: Drug delivery systems: entering the mainstream. Science 303(5665), 1818–1822 (2004).


Top Related