Transcript

Listrik 60Hz atau 50Hz>>Was:Bikin njenggirat kedua di hari ini --> STOP PRESS!! Hasil Seminar AAPG di Cape Town

hadi muttaqien Kebenaran juga akan selalu kalah bila keputusan berdasarkan nilai ekonomis atau kepentingan dagang, coba saja kita lihat dilingkungan kita sendiri kenapa ada keputusan memakai frekwensi listrik 50 Hz atau 60 Hz. malah ada negara yang memakai 50 Hz dan 60 Hz. Atau istilah lainnya dipilih yang paling banyak maslahatnya dari pada mudharatnya, apa mungkin seperti itu? Jangan2 kasus lumpur lapindo juga demikian? Erwin (Jakarta)@WorleyParsons Emang negara Kaya mana yg berani pakai 50 Hz & 60 Hz..berbarengan....luar biasa...emang beda dikit sich 50 ama 60...tapi Efek nya segunung. Rawindra Sutarto Ya negara kita yang kaya raya long jinawi lah. Kalau saya ke drilling rig site, listriknya pasti 60 Hz. Di rumah yang pake PLN, ya 50 Hz. Masak efeknya segunung ? Laptop sehat2 aja. Kakang Keaton Yup ... mungkin untuk beberapa peralatan yang konvensional ini jadi masalah, tapi untuk yang baru2 kayanya no problemo. nah sekarang tinggal komparasi seberapa banyak yang konvensional dan yang baru.

Haryono, Suharyo Setahu saya, Jepang juga punya frekuensi listrik yang berbeda antara bagian selatan dan utara. CMIIW. Erwin (Jakarta)@WorleyParsons He..he..he..Luar Biasa...Ada lap top yg bisa pakai 50 Hz & 60 Hz......saya pengen taut uh merek nya..... Freeport juga pake 60 Hz..tapi PLN pake 50 Hz...........tapi beda Infrastructure.......he..he...jadi bukan laptop nya yg sama...he..he..he. Teguh Santoso maksudnya mungkin battery chargernya mungkin.. sedangkan laptopnya sendiri yang dibutuhkan adalah tegangan searah (DC) (tidak ada Hz, sebab bukan tegangan AC). Rata-rata power supply untuk komputer bisa mengadopsi frequensi 50/60 hz..dengan tegangan 120240 AC.. soedardjo batan Ini jawaban orang teknik yang smart. Saya yach baru dengar kalau ada laptop menggunakan teganggan AC yang dapat menggunakan frekuensi 50 dan atau 60 Hz. Apa motor di dalamnya tidak jebol saat frekuensinya berbeda? Frekuensi apakah bukan fungsi kecepatan putaran per menit atau per detik dari suatu motor penggerak gigi-gigi, misal untuk DVD player di dalam suatu laptop? Apakah jika putarannya berubah gigi roda plastiknya tidak rompol? Beberapa laptop yang saya temui hanya menggunakan tegangan DC, bahkan tanpa tegangan AC pun (laptop tanpa charger dari Penyedia daya AC) yang frekuensinya 50 atau dan 60 HZ, laptop dapat dioperasikan. Mohon dikoreksi. Admin Migas Mas Erwin, Apanya yang aneh ???, semua spesifikasi laptop saya (HP, Toshiba, Acer, Compac) semuanya bisa kok. Nothing special.... Ini spesifikasinya : 100-240 VAC, 50-60 Hz. Dirumah menggunakan

220VAC 50 Hz, di offshore 110 VAC 60 Hz, nggak masalah di laptopnya.

yah tinggal colok aja,

Gini aja deh, di WorleyParsons pasti ada laptop kan... Minimal saya lihat expat Worley pada pakai laptop. Lihat adaptornya, kemudian laporan kembali ke milis, ada keanehan nggak. Yose Ishak Pak Budhi betul! Gak ada yang aneh karena'semua' laptop harusnya bisa bekerja di 5060 Hz. Mau merk Asus, Toshiba, Mac, IBM, Lenovo, HP, dll tidak ada masalah karena komponen penyearah dan perubahnya ada di Adaptor. Lebih aman pakai stabilizer dan UPS (ini juga berfungsi sebagai emergency backup battery). Soal kenapa ada 50 dan 60, itu lebih kearah 'ego' masing2 pihak kok. Sama saja dengan penggunakan JIS, DIN, BS, ANSI ataupun ukuran metric vs fractional. Yang harus 'pintar' adalah si Design Engineer yang kerja dari awal mempersiapkan agar tidak ada problem dikemudian hari. Harus banyak baca dan cari literatur gitu... Anshori Budiono Jadi yang aneh itu lap top nya Pak Erwin dong....:-) dimastri Sependek yang saya tahu, peralatan elektrik dibuat oleh pabriknya untuk spesifik frekuensi saja dan tidak bisa digunakan untuk frekuensi lain. Adapun pada peralatan elektrik tertentu, di buat untuk bisa bekerja di beberapa frekuensi seperti 50 Hz & 60 Hz dan ini biasanya pasti dicantumkan di name plate-nya, seperti teman2 lain sudah katakan. Mungkin dgn alasan mobilitas orang hrs travelling lintas negara yg notabene berbeda frekuensi, di design lah batery charger laptop yang

bs bekerja di dua frekuensi tsb. (mungkin lho, karena saya bkn expert di elektrik)... Seperti batery charger pd laptop kl tertulis 120 - 240 Volt dan 50 Hz/60 Hz, ya artinya bs bekerja di voltase antara 120 sampai 240 volt dan 50 atau 60 Hz. diluar itu, ya mestinya tidak bisa.. adapun kalau bisa, mungkin kita cuma "beruntung"... :-) dalam artian si pabrik menmendesign nya sangat bagus :-) Kl cuma di design spesifik untuk 50Hz ya sebaiknya jgn dipakai untuk 60Hz, kenapa? karena mungkin arus (current) akan naik, wiring jadi panas, dan insulation wiringnya akan cepat rusak/ngelupas/aus krn tidak didesign menahan panas lebih, akibat lanjutannya ya kl insulation wiringnya hilang, terjadilah short circuit, dan terbakarlah dengan sukses peralatan listrik kita... (mungkin lho) Dalam contoh kasus electric motor 60 Hz dipasang di listrik 50 Hz, bisa berakibat putaran motor (speed) jadi lebih lambat, power (watt or HP) turun, arus Ampere naik tapi mekanical cooling (dari motor fan) berkurang akibat speed turun. Alhasil ya itu tadi arus ampere naik, panas di wiring naik, insulation wiring gak tahan, jadi cepet aus...dll. dll Pesan moralnya adalah: ikuti petunjuk spesifikasi dari pabriknya... tp ndak tau jg benar tidak pendapat saya diatas... mohon maaf kl salah ngerti.. mas Yudi Irawan ada di milis ini tidak ya, mungkin bs membantu??

Rovicky Dwi Putrohari Aku ganti judul biar lebih nyaman. Btw, Mnurut kawan-kawan IT di Malesa (KL) ini frekuensi listriknya naik turun. Lebih buruk ketimbang di Jawa. Ini dirasakan seringnya power failure di server-server mereka. Hanya saja tidak ada pemberitaan yang "vulgar" mengenai kekurangan ini. Di Jakarta konon server lebih stabil karena listrik (powernya) juga stabil. Barangkali yang di Indonesia lebih suka protes, lah wong boleh dan punya kesempatan. Cuman kalau sudah jadi hobby whadduh ! hadi muttaqien

Apa karena freqwensi yang tidak stabil maka di hotel2 di KL outlet/steker jadi ada2 50 Hz dan 60 Hz? atau hanya sekedar melayani tamu2 yang dari manca negara?, kalau standard pemasangan oultlet di hotel memang apa harus 2 freqwensi?. Keputusan memakai 50 Hz atau 60 Hz menurut saya karena keputusan bermotif dagang saja. Wass. Rovicky Dwi Putrohari Kalau aku sebagai pelanggan (50 hz atau 60 hz) manapun ndak masalah yang penting stabil. Naik turunnya voltage dan berubahnya frekuensi ini yang mengganggu. Sering terjadi 'trip'. Kalau PC dirumah jadi sering ter-reset ketika terjadi perubahan. Yang lebih menyusahkan (lagi ini kata kawan yang kerja IT). Sedikitnya protes atau keluhan soal electricity ini sering melenakan di KL. Banyak gedung di KL yang tidak memiliki power BackUp. Kalau tak ade api (maksudte listrik mati) semua susah lah. Ini terasa ketika terjadi Black Out beberapa tahun lalu. Saya sendiri tinggal di Ukay Height yang katanya kawasan elit (tapi kuno) sering mengalami mati listrik kalau hujan deres. Dan kayaknya mati listrik sudah biasa, dan ga ada protes rame sprt di Jakarta. Lah di Jakarta banyak protes, akhire yang laris malah penjual generator. :) Saya sebenernya pingin tahu apa akibatnya bila alat dioperasikan dengan voltage dan frequency berbeda atau berubah ? ardi soma Ada nya perbedaan yang terjadi antar 50 Hz dan 60 Haz itu ga masalah, yang penting dia tidak melebihi frequency tolerance nya lebih kurang 3 % ( IEEE standar, pag. 23). kelebihan dari 3 % itu yg tidak boleh. kenapa dia bisa lebih dari 3 %? itu bersumber dari sumber electric nya sendiri. semisal generator nya Over speed, atau load changes, swithboard meter error, atau drift, dan bahkan environment ( temperature, humidity, vibration, dll). So, ketika anda punya stabilizer, rata2 UPS selain sebagai power back up, juag sebagai stabilizer, itu ga masalah..

nah ketika terjadi kelebihan dari toleransi itu, atau drop tegangan atau tegangan lebih, saya yakin, breakernya akan kerja dan memutuskan aliran listrik.. So ga usah ragu dgn 50 / 60 Hz Djohan Punten Mas Ardi, Peralatan 50Hz yang disupply dengan 60Hz kan melebihi 3%? kelebihan 20% malah. Apa bukan karena peralatannya beroperasi dengan arus DC, maka efek 50 atau 60 Hz frekwensi tidak ada, karena sudah melewati adaptor. tetapi bagaimana dengan motor AC misalnya? ardi soma Mas Jo, 3 % adalah untuk nilai 50 atau 60 nya kalau untuk motor ac, jika jika peralatan 50 hz dan suply 60, maka kita harus memainkan tegangan suplly untu memenuhi 50 hz nya, berarti kita memainkan putaran nya mas.. ada tabel yg menggamba kan, jika motor 50 hz maka putaran nya sekian, seprti yg di tulis oleh mas sebelm saya.. nanti sya cba attach table nya itu saja mas.. ( maklum nih, masih blajar)

Aroon Pardede Wah... saya justru bertanya sama temen2 pak Rovicky; kok untuk server enggak pakai UPS...??? CMIIW, bukannya UPS juga membuat aliran listrik lebih stabil?? Saya sih dulu diberitahu bahwa fungsi UPS juga selain untuk backup ketika power outage, juga untuk power surge, dll....??? CMIIW???

Setau saya sih perangkat elektronik modern biasanya sudah di design power inputnya untuk adaptif terhadap sistem kelistrikan yang berbeda-beda di tiap negara. Setau saya di Eropa dan asia rata2 menggunakan 220 V; 50Hz. Untuk US, 110V; 60Hz, sama juga dengan Jepang. Jadi, seperti posting pak Budhi, biasanya alat2 listrik sudah didesign 'adaptif', yakni dengan range voltase 100-240 V, dan gelombang AC 50-60Hz. Rovicky Dwi Putrohari Aaaahaa Ketika anda bilang "power surge" aku jadi inget fenomena alamiah di seputar KL. Peninsular Malaysia (PM) batuannya banyak mengandung metal. Tentunya ingat daerah penghasil metal, nikel di Bangka dsk. PM ini batu dan tanahnya juga buanyak sekali mengandung metal. Akibatnya frekuensi petir cukup besat. Mungkin, akhirnya power surge sering terjadidisini. Ini barangkali yang sering menjadikan power trip itu. UPS tentusaja dipakai. Tetapi kan UPS punya limitasi waktu, paling sejam dua jam. Tetep saja kalau listriknya belum nyala terpaksa serverpun di shutdown juga kan ? Saya sampai hapal, kalau ada power failure di hari kerja, pasti nanti orang IS (IT) memberikan pengumuman akan diadakan server maintainance pas week end. Dan diminta semua PC/Workstatsion di shutdown hari jumat sore. Pssst yang lutju, UPS banyak dipasang juga di PC-PC Workstasion tetapi ketika ditinggal pulang semalam, tetep saja ngga berguna kalau tidak sempat shutdown dengan baik. Aku sendiri ngga tahu apa ada software yang mampu menshutdown (properly) secara otomatis ketika UPS bekerja akibat power failure. Alasan ini menjadikan saya selalu menutup PC ketika balik kantor. Aroon Pardede Setau saya pak Rovicky, UPS yang 'mumpuni', diperlengkapi dengan software yang bisa membuat komputer yang terhubung ke UPS tersebut dishutdown dengan baik apabila terjadi kehilangan power. Di UPS biasanya ada port serial (mungkin yang lebih baru sudah pakai port USB), yang dihubungkan ke port komputer. Nah, ketika UPS mendeteksi kehilangan pasokan listrik dari outlet, dia bisa men

shutdown komputer sehingga komputer bisa di shutdown dengan baik, dan data-data bisa tersimpan sempurna. Omong2, saya jadi heran juga, ternyata di malesa, yang (katanya) lebih maju dari indonesia, kondisi listriknya "byar-pet" juga kayak indonesia ya....???? Oa lah... ternyata rumput tetangga memang cuman keliatan (agak) hijau ya.... hehehe.....


Top Related