LAPORAN PRAKTIKUM
ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
( TPT 2021 )
ACARA KE V
LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS
DAN EFISIENSI KERJA LAPANGAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : Tunjung Bayu Hernawan
NIM : 10/300816/TP/09883
Gol : Senin
Co.Ass : 1. Jhonny Sigiro
2. Fajar Tsani R.
LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisasi pertanian adalah pengenalan dan penggunaan alat mekanis
untuk melaksanakan operasi pertanian. Yang dimaksud dengan alat mekanis
adalah semua peralatan yang digerakkan dengan sumber tenaga manusia, hewan,
motor listrik, angin, air, dan diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik untuk
mengembangkan, mengorganisir, dan mengatur semua operasi dalam usaha
pertanian. Alat dan mesin pertanian terdiri dari berbagai macam dan jenis, baik
yang tradisional maupun semi-mekanis sampai dengan yang modern. Begitu juga
yang dibutuhkan dalam proses pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dapat kita pahami sebagai usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis
untuk memperoleh suatu kedalaman tertentu agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada, maka
perkembangan alat dan mesin pengolah tanah juga semakin baik. Adanya alat dan
mesin pengolah tanah dapat memaksimalkan kinerja manusia menjadi lebih
efektif dan efisien, karena berbagai kendala yang ada telah dapat diatasi dengan
adanya alat dan mesin pengolah tanah, seperti misalnya lahan yang luas, dapat
diolah dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan mesin dibandingkan
hanya mengandalkan tenaga manusia. Dalam menggunakan alat atau mesin
tersebut membutuhkan analisa, baik dari segi teknis maupun segi ekonomis.
Analisis teknis dan juga ekonomis dinilai cukup penting dalam menentukan alat
dan mesin pengolahan tanah mana yang akan digunakan untuk kegiatan
pengolahan tanah. Dengan adanya analisis teknis, maka akan dapat ditentukan
jenis dan ukuran alat dan mesin pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di
wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis kapasitas dan effisiensi
kerja dari alat dan mesin terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat
dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah.
Dengan adanya praktikum ini, praktikan diharapakn dapat melakukan latihan
pengolahan tanah, serta melakukan pengukuran kapasitas dan effisiensi kerja
lapang.
Praktikum pada acara kali ini sangat erat hubungannya dengan studi
praktikan. Hal ini karena nantinya praktikan akan menemui peralatan maupun
mesin-mesin tersebut di dalam kehidupan kerjanya. Dengan mempelajari
praktikum kali ini, praktikan diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih mengenai kedua jenis traktor tersebut sehingga tidak akan mengalami
kesulitan ketika nantinya sudah bekerja di bidang teknologi pertanian. Selain itu
praktikan juga akan mendapatkan ilmu yang lebih, sehingga dalam masa
perkuliahannya akan semakin mudah menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
B. Tujuan
Untuk mempelajari kinerja (permorfance) alat dan mesin pengolah
tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional,
dan aspek ekonominya.
C. Manfaat
Dengan adanya kegiatan praktikum acara kelima ini, diharapkan agar
mahasiswa dapat mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah
tanah secara mekanis dan dapat melakukan kegiatan pengolahan tanah secara
mekanis dengan menggunakan traktor mini dan mampu mengukur kapasitas
dan efisiensi lapang dari alat dan mesin pertanian serta dapat menganalisa
lebih lanjut mengenai alat mana yang lebih menguntungkan ditinjau dari aspek
operasional dan aspek ekonomisnya.
BAB II
DASAR TEORI
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia
untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah agar sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan
tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik, khemis, dan
biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Pengenalan mengenai alat dan mesin pengolahan tanah
dinilai sangat penting dalam bidang teknik pertanian, namun tidak terbatas pada
itu saja, analisis dari segi teknis dan ekonomis mengenai bberbagai peralatan
yang digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah juga merupakan suatu hal yang
tidak kalah pentingnya (Fahmi, 1994).
Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada
lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah
suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan
berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman
dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan.
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah,
teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan
penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di
Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Beberapa
kelebihan sistem penanaman dengan mengikuti garis kontur adalah dapat
mengurangi aliran permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan unsur hara,
mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak atau traktor
karena luku atau alat pengolah tanah yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah
dalam penentuan garis kontur yang kurang tepat dapat memperbesar resiko
terjadinya erosi, karena itu diperlukan ketrampilan khusus yang memadai untuk
menentukan garis kontur, membutuhkan pengerahan tenaga kerja yang cukup
intensif (Hardjosentono, 1996).
Apabila ditinjau dari aspek wilayah serta aspek sosial budaya, alat
dan mesin pertanian sudah dipandang layak untuk dikembangkan pada suatu
wilayah tertentu. Selanjutnya perlu dilakukan analisis dari segi teknis dan
ekonomis bagi alat dan mesin pertanian yang mempunyai peluang untuk dipilih
dan dikembangkan pada wilayah tersebut. Dengan analisis teknis akan dapat
ditentukan jenis dan ukuran alat mesin pertanian yang sesuai untuk
dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian dengan dilakukannya analisis
kapasitas dan efisiensi kerja dari alat dan mesin yang terpilih, akan dapat
ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian tersebut guna memenuhi
kebutuhan pada suatu wilayah (Ciptohadidjoyo, 2003).
Traktor diartikan sebagai mesin bersumber daya mekanis untuk
penggerak/penarik beban. Di lapangan pertanian, selain digunakan untuk
penggerak/penarik alat dan mesin pengolah tanah, traktor juga digunakan sebagai
penggerak/penarik alat dan mesin peanam, alat dan mesin pemeliharaan tanaman
(pompa air, sprayer), alat dan mesin pemanen, alat pengangkut, juga dapat
digunakan sebagai penggerak alat dan mesin pengolahan hasil pertanian (Rustam,
2003).
Traktor merupakan sumber tenaga atau alat tarik mekanis yang
umumnya digunakan dalam bidang pengubahan tanah. Traktor kecil adalah
traktor beroda dua yang digerakkan oleh motor penggerak, menggunakan bahan
bakar bensin atau solar atau kerosin, dapat digunakan sebagai sumber tenaga
pengolah tanah (Wijanarko, 1995).
Pengujian mesin, merupakan suatu proses untuk menyelidiki,
mencoba, atau membuktikan, yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau
bahkan menetapkan nilai dari mesin yang diuji. Sedangkan evaluasi merupakan
langkah lanjut dari pengujian untuk mengetahui, menilai, dan menetapkan nilai
mesin tersebut, bukan hanya didasarkan atas data mesin yang diperoleh, tetapi
juga didasarkan atas keterangan-keterangan tentang keadaan lahan, keadaan iklim
tanaman, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain dari keadaan luar
mesin itu sendiri. Baik produsen maupun konsumen harus mengetahui kinerja
daripada suatu mesin yang akan digunakan dengan benar, jika ingin
menggunakan modal yang serba terbatas secara efektif. Masing-masing harus
mengetahui apakah mesin tersebut menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu
pengujian dan evaluasi yang tepat dan obyektif perlu dilakukan terhadap alat dan
mesin pengolahan yang akan digunakan, tidak hanya untuk menetapkan kinerja
teknik dari suatu mesin, namun juga untuk mengetahui kinerja dari segi
ekonomisnya (Irwanto, 1980).
Dalam menentukan tata cara pengujian mesin di lapangan, terdapat
banyak pertimbangan yang dinilai perlu untuk dilakukan. Hal ini mengingat
karena banyak faktor yang kelak akan memengaruhi hasil pengujian mesin
dengan cara-cara yang berbeda pula. Suatu tata cara atau metode pengujian yang
diciptakan untuk suatu jenis mesin pada suatu daerah atau keadaan mungkin tidak
cocok untuk suatu keadaan di daerah lain. Beberapa parameter yang harus
dipenuhi dalam tata cara pegujian suatu mesin adalah sebagai berikut (Fahmi,
1994) :
1. Tata cara pengujian harus luwes, hal ini untuk memungkinkan
penyesuaian dengan sifat-sifat lingkungan dan perubahan yang
ada. Hasil pengujian yang diperoleh dari suatu daerah mungkin
juga akan dapat digunakan untuk menentukan penyesuaian suatu
mesin untuk daerah lain yang sesuai.
2. Tata cara pengujian harus handal, untuk memperoleh data khusus
pengujian, keterangan-keterangan tentang lahan, keadaan iklim,
keadaan tanaman, dan faktor-faktor lapangan lainnya. Dalam
melaksanakan pengujian lapang, petani atau masyarakat juga
harus diikutsertakan, dan dengan menggunakan metode
pengumpulan data secara tepat.
3. Tata cara pengujian harus disesuaikan dengan faktor manusia dan
sosial ekonomi daerah yang bersangkutan. Untuk itu perlu
dilakukan evaluasi yang menndalam dari data-data dan informasi
yang diperolah. Pengujian yang dikerjakan dalam keadaan lokal,
kemampuan pelaksana, dan ketersediaan peralatan juga mungkin
menjadi faktor pembatas, untuk itu tata cara pengujian untuk
keadaan lokal harus dibuat lebih sederhana.
4. Periode tata cara pengujian yang dilakukan harus cukup panjang.
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang memadai,
khususnya yang berkaitan dengan ketahanan mesin. Tahapan ini
dapat dilakukan dengan menyerahkan mesin tersebut langsung
pada pemakai untuk digunakan selama periode waktu tertentu
dengan perawatan mesin yang minimum, kemudian dilakukan
pemantauan pada waktu-waktu tertentu.
Sasaran utama dari pengujian kinerja teknik dari suatu alat dan mesin
pengolahan tanah secara mekanis adalah untuk mempertimbangkan atau
memperhitungkan kkapasitas kerja, kualitas kerja, serta effisiensi kerja dari alat
dan mesin tersebut. Dan kemudian dibandingkan dengan hasil kerja peralatan
tradisional yang umumnya digunakan pada suatu daerah. Sedangkan sasaran
utama dari pengujian ekonomis suatu alat dan memsin pengolahan tanah secara
mekanis adalah untuk memperhitungkan besarmya biaya opersi (Rp/Jam) atau (Rp/Ha)
dari alat dan mesin tersebut, serta kemudian dibandingkan dengan biaya operasi
yang dibutuhkan jika menggunakan peralatan tradisional seperti yang umum
digunakan, termasuk menghitung besarnya keuntungan yang mungkin dapat
diperoleh dari penggunaan peralatan mekanis tersebut (Pratomo, 1983).
Pengolahan tanah intensif memerlukan biaya yang tinggi, disamping
mempercepat kerusakan sumber daya tanah. Pada umumnya saat dilakukan
pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat
pengolah, sehingga agregat tanah mempunyai kemantapan rendah. Jika pada saat
tersebut terjadi hujan, tanah dengan mudah dihancurkan dan terangkut bersama
air permukaan (erosi). Untuk jangka panjang, pengolahan tanah yang terus-
menerus mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan
olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi kerusakan
karena pengolahan tanah, akhir-akhir ini diperkenalkan sistim pengolahan tanah
minimum (Minimum Tillage) yang diikuti oleh pemberian mulsa dapat
meningkatkan produksi pertanian. Pengolahan tanah minimum (Minimum
Tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya
tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. (Daywin, 1978).
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membicarakan atau
membahas mengenai kapasitas kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu
: pengertian kapasitas kerja teoritis (Kt), dan kapasitas kerja aktual atau efektif
(Ka). Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah
adalah kelajuan kerja yang dicapai didasarkan atas perhitungan apabila alat atau
mesin pengolah tanah dapat bekerja memnuhi fungsinya 100% dari seluruh
waktu yang tersedia, dengan kecepatan dan lebar kerja 100% pula. Sedangkan
kapasitas kerja aktual (Ka) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah
kelajuan kerja yang dapat dicapai oleh suatu alat atau mesin pengolahan tanah
tersebut, didasarkan atas luas total yang dicapai perwaktu total yang digunakan,
dan dinyatakan dalam satuan luas per satuan waktu (Ha/Jam), serta merupakan
kemampuan rata-rata yang aktual (Anonim 1983).
Kapasitas kerja yang aktual dari suatu alat dan mesin pengolahan
tanah merupakan fungsi dari lebar kerja yang aktual, kecepatan jalan aktual, serta
waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Besarnya lebar kerja aktual
ditentukan oleh terjadinya tumpang tindih (overlapping) hasil kerja pengolahan
tanah, yang disebabkan pengaruh keterampilan operator, sistem penggandengan
peralatan, kecepatan kerja, serta beberapa kondisi lahan lainnya. Besarnya
kecepatan aktual ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain besarnya slip roda
yang harganya dipengaruhi oleh sistem rancangan roda, besarnya daya, jenis dan
kondisi tanah, keterampilan operator, serta kecepatan kerja maksimumnya.
Waktu efektif, merupakan waktu terpakai selama bekerja, yang besarnya sangat
ditentukan oleh besarnya kerugian waktu yang tidak efektif atau biasanya disebut
sebagai waktu hilang selama bekerja. Waktu hilang, merupakan ubahan yang
sukar dinilai dalam menentukan kapasitas kerja. Waktu pelerjaan lapang dari
suatu alat dan mesin pengolahan tanah dapat hilang karena untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan, atau kerusakan-kerusakan kecil, untuk belok diujung
lapangan, dan lain sebagainya. Untuk perawatan harian, pemasangan atau
kerusakan berat tidak dimasukkan dalam kategori waktu hilang. Sedangkan
waktu yang digunakan untuk pengangkutan dari dan ke lapangan juga tidak
dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan ongkos kerja alat dan mesin
pengolahan tersebut (Rustam, 2003).
Effisiensi kerja lapang (E), merupakan perbandingan antara kapasitas
kerja aktual terhadap kapasitas kerja teoritis, dan dinyatakan dalam persen (%).
Secara matematis perhitungan kapasitas kerja dari suatu alat dan mesin
pengolahan tanah disajikan sebagai berikut :
Kt=WxVx10−1
Ka=(WxVx 10−1 ) xE
E=KaKt
x 100%
Dalam pengujian lapang, besarnya nilai Ka dapat ditentukan dengan rumus :
Ka= AT
dimana, Kt = kapasitas kerja teoritis (Ha/Jam)
Ka = kapasitas kerja aktual (Ha/Jam)
W = lebar kerja (m)
V = kecepatan kerja (Km/Jam)
E = effisiensi kerja (%)
A = luas lahan total yang dikerjakan (Ha)
T = waktu total yang digunakan (Jam)
Disamping cara di atas, harga effisiensi kerja dapat dihitung dengan
memperhitungkan besarnya keseluruhan waktu yang hilang, yang mempengaruhi
besarnya harga lebar kerja aktual, kecepatan kerja aktual, serta besarnya waktu
efektif yang terpakai selama bekerja. Cara pendekatan perhitungan waktu hilang,
untuk digunakan sebagai dasar menentukan besarnya harga effisiensi kerja, dapat
dilakukan dengan menentukan harga-harga sebagai berikut(Ciptohadijoyo,
2003) :
a. Waktu hilang karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja
pengolahan tanah (L1), dengan mengukur lebar kerja teoritis (W1)
dan lebar kerja aktual/efektif di lapangan (W2)
L1=W 1−W 2
W 1
x 100%
b. Waktu hilang karena slip roda (L2), dengan mengukur panjang
lintasan yang ditempuh traktor tanpa beban untuk 10 kali putaran
roda (M1) dan mengukur panjang lintasan yang ditempuh traktor
dengan beban untuk 10 kali putaran roda (M2)
L2=M 1−M 2
M 1
x100 %
Harga L2 dapat didekati dengan mengukur diameter roda belakang
traktr (D), ditentukan jarak lurus (M), kemudian traktor
dijalankan dengan beban sepanjang M, dengan menghitng putaran
roda (N)
L2=πDN −M
πDNx100 %
c. Waktu hilang untuk belok di ujung lapangan (L3), dihitung waktu
untuk belok di ujung lapangan, kemudian dijumlahkan (T1), juga
dihitung waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di lapangan
(T)
L3=T1
Tx 100 %
Secara cuplikan (sampling), harga L3 dapat didekati dengan
mengukur rerata waktu belok di ujung lapangan, dimana
alat/mesin tidak digunakan secara aktif untuk mengolah tanah (t1),
dan mengukur rerat waktu untuk jalan lurus, dimana alat/mesin
secara aktif digunakan untuk mengolah tanah (t2)
L3=t1
t1+t 2
x100 %
d. Waktu hilang untuk pengaturan, mengatasi kemacetan atau
kerusakan-kerusakan kecil (L4), yaitu dengan menghitung total
waktu yang dipergunakan untuk pengaturan, mengatasi
kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil, dan sebagainya (T2)
L4=T 2
Tx100 %
dimana, T adalah waktu total yang dipergunakan untuk bekerja di
lapangan.
Dengan hasil pendekatan tersebut, perhitungan waktu hilang di atas effisiensi
kerja (E) dapat dihitung dengan rumus :
E=(1−L1 ) (1−L2 ) (1−L3−L4 ) x100 %
Besarnya biaya operasional alat dan mesin pengolahan tanah dapat
diperhitungkan dari besarnya jumlah biaya tetap (fixed cost) dan biaya kerja
(variabel cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal,
pemeliharaan dan perbaikan, gudang, serta biaya pajak dan asuransi. Sedangkan
biaya kerja terdiri dari biaya bahan bakar, minyak pelumas, grease, upah operator
dan upah tenaga pembantu, serta biaya untuk pembelian ban. Perlu diperhatikan
bahwa dalam menentukan biaya kerja yang berkaitan dengan biaya bahan bakar,
minyak pelumas, dan grease, sebaiknya diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung di lapangan (Fahmi, 1994).
Pemilihan traktor yang baik dalam pengolahan tanah menjadi sangat
penting. Traktor yang baik akan menghasilkan pengolahan tanah yang lebih
efisien dan tidak menimbulkan kerugian waktu dalam pengoperasiannya. Oleh
karena itu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan traktor,
antara lain merk/pabrik dari pembuat, sebaiknya yang telah terkenal, konstruksi
dan desain dari traktor, persediaan spare parts serta supply bahan-bahan yang
diperlukan yang dijamin oleh dealer-dealer traktor, type yang sesuai dengan
usaha pertanian, ukuran/tenaga yang dibutuhkan (Young, 1975).
Faktor-faktor pertimbangan dalam pemilihan penggunaan tenaga
dalam usaha bidang pertanian adalah (Daywin dkk, 1978):
1. Ukuran usaha pertanian
2. Topografi dan sifat-sifat tanah
3. Jenis pertanaman dan macam pertanian
4. Ukuran dari lapangan
Dalam analisa biaya, ongkos-ongkos penggunaan traktor pertanian
atau peralatan lainnya ditentukan oleh faktor-faktor, antara lain umur dari traktor
(dalam jam, hari atau tahun), lama penggunaan dalam jam atau hari, depresiasi
(penyusutan), bunga modal, penyimpanan, asuransi dan pajak, pemakaian bahan
bakar dan pelumas, pemeliharaan dan reparasi (Rustam, 2003).
Kapasitas mesin adalah faktor utama dalam memilih atau membeli
peralatan pertanian. Kapasitas dan ukuran dari mesin sering digunakan secara
sama. Dalam hal ini, kapasitas mesin digunakan untuk mengidentifikasi
performan/capaian rata-ratanya. Pernyataan seperti bungkus per jam, acre per jam
(ha/jam) dan beberapa unit lainnya digunakan untuk menyatakan kapasitas.
Ukuran diidentifikasi dengan satuan ukur lebar bagian alas pemotongan. Ukuran
dari mesin tidak dapat secara langsung digunakan untuk menandai kapasitasnya,
karena suatu mesin yang besar dapat bekerja lebih pelan dibanding yang lebih
kecil (Purwadi, 1990).
Penggunaan alat dan mesin pertanian di dalam suatu kegiatan usaha
tani dari segi ekonomi dianggap menguntungkan apabila manfaat
penggunaannya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Atau setidak-tidaknya
alat dan mesin pertanian tersebut apabila digunakan haruslah dapat membayar
harganya sendiri (Ciptohadidjoyo, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. Mekanisasi Pertanian. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Ciptohadijoyo, Sunarto. 2003. Handout Mesin Produksi Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Daywin, F.J. Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djoyomartono dan Siswandi Soeparjo. 1978. Motor Bakar dan Traktor Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor.
Fahmi, A. 1994. Unjuk Kerja Mesin Pertanian. Diakses tanggal: 16 desember 2011. URL : http://www.pustaka-deptan.go.id.pdf//
Hardjosentono. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Pratomo, M., dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Purwadi, Tri. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Rustam, Fadli. 2003. Mekanisasi Pertanian. Diakses tanggal : 16 desember 2011 URL:http: // www.dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertanian.pdf
Wijanarko, Ibnu Rudi. 1995. Analisis Sistem Pemeliharaan dan Reparasi Traktor Tangan. Jurusan Mekanisasi Pertanian. FTP. UGM. Yogyakarta.
Young, P. E. 1975. A Machine to Increase Productivity of a Tillage Operation. ASAE Paper. ASAE St Joseph MI 49085.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
1. Meteran
2. Alat tulis
3. Traktor mini
4. Bajak singkal
5. Patok besi
6. Stopwatch
7. Rollmeter
B. Bahan
Lahan yang siap olah
C. Cara Kerja
1. Traktor (traktor mini ) dan alat pengolah tanah (bajak singkal) yang akan
diuji serta peralatan ukur yang diperlukan disiapkan.
2. Digandengkan bajak singkal pada masing-masing traktor yang akan
digunakan.
3. Sistem penggandengan dari peralatan tersebut diatur dengan cermat agar
dapat dipakai dengan baik.
4. Dipasang patok-patok besi pada lahan uji yang telah diperkirakan
posisinya atau ukurannya.
5. 4 patok besi dipasang sebagai batas dari lintasan lurus pengolahan tanah
saat pengujian dan 4 patok besi lain sebagai batas belok kegiatan
pengolahan tanah saat pengujian. Gambar dari pemasangan patok besi
dapat dilihat pada Gb.1.
6. Panjang dan lebar bidang olahan diukur berdasarkan keempat batas
patok untuk lintasan lurus pengolahan tanah dengan menggunakan
rollmeter 25 meter, kemudian dihitung luas bidang olah tersebut.
7. Traktor dihidupkan dan ditempatkannya pada salah satu sisi pojok
bidang olah sebagai tempat awal mulainya traktor bekerja.
8. Posisi bajak diatur pada posisi yang siap untuk digunakan atau siap
kerja.
9. Tenaga penguji dibagi menjadi lima bagian, yaitu operator traktor,
pencatat waktu, pengukur lebar kerja, pencatat jumlah putaran roda
traktor, dan pencatat data pengujian.
10. Sebelum kegiatan pengolahan utama dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pengolahan tanah awal dengan traktor dengan memilih jalur olah diluar
areal olahan utama guna menentukan lebar kerja, kedalaman dan waktu
teoritis.
11. Pencatat waktu dibagi dua, yaitu satu orang sebagai pencatat waktu lurus
(waktu efektif) dan yang satunya lagi sebagai pencatat waktu belok
(waktu tidak efektif).
12. Pencatat waktu efektif mengaktifkan stopwatch ketika traktor mulai
berjalan mengolah tanah pada lintasan lurus, kemudian menghentikan
stopwatch ketika traktor sudah sampai di ujung batas akhir lintasan lurus
pengolahan.
13. Saat traktor berjalan lurus melakukan pengolahan, pencatat jumlah
putaran roda menghitung jumlah putaran roda traktor. Sedang pada
waktu belok tidak usah melakukan penghitungan.
14. Posisi bajak diubah kekondisi tidak siap kerja saat traktor berjalan
membelok.
15. Pencatat waktu belok mengaktifkan stopwatch ketika traktor bergerak
membelok, kemudian menghentikan stopwatch ketika traktor selesai
membelok dan siap berjalan lurus kembali.
16. Posisi bajak diubah lagi ke posisi siap kerja ketika traktor berjalan lurus
lagi.
17. Pencatat kedalaman dan lebar kerja hasil pengolahan mengukur lebar
dan kedalaman hasil olahan dengan menggunakan meteran.
18. Dilakukan langkah-langkah 1 – 17 hingga lahan olahan selesai diolah.
19. Semua data yang diperoleh direkap dan selanjutnya dilakukan
perhitungan dan analisis terhadap data yang diperoleh.
D. SKEMA LINTASAN BAJAK
Lintasan lurus
Batas lintasan belok
Batas lintasan belok
Patok besiPatok besi
Lintasan lurus
Bidang olahan
Gb.1 Bidang olahan untuk pengujian
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
I. Spesifikasi Alat Pengolah Tanah
A. Traktor Mini
Nama : Mini Tractor
Merek : Yanmar
Model : 2 TR 13 Y
Tipe : -
No. Seri : -
Negara pembuat : Jepang
Tahun pembuatan : -
Ukuran total
Panjang : 3690 mm
Lebar : 1000 mm
Tinggi : 1780 mm
Berat : -
Jumlah singkal/piringan/pisau : 1 buah
Lebar tiap singkal piringan : 460 mm
Lebar kerja teoritis : 27 cm
Roda dukung : ada / tidak ada
Roda alur penstabil : ada / tidak ada
Sistem penggandengan : 3 Point Hitch
Sumber daya penggerak : traktor mini
Diameter roda : 80 cm
Gambar 1. Traktor mini
Keterangan :
1. Roda depan berfungsi penggerak traktor roda depan
2. Pedal rem berfungsi untuk pengereman
3. Pijakan kaki berfungsi pijakan kaki
4. Diferensial lock untuk pengatur putaran roda agar sama
5. Panel instrumen (dasboard)
6. Mesin berfungsi penggerak traktor
7. Gas berfungsi pengatur kecepatan traktor
8. Stang kemudi berfungsi mengatur arah gerak traktor
9. Tuas veresneling untuk memasukkan gigi veresneling
10. Tuas PTO untuk tuas penyambungan
11. Tuas pengangkat hidrolis untuk tuas pengangkat disambungan
12. Koppeling berfungsi untuk veresneling
13. PTO berfungsi batang penyambung
14. Kursi pengemudi berfungsi tempat duduk pengemudi
15. Three point hitch
B. Alat pengolah tanah
Nama : Bajak Singkal (moldboard plow)
Merk : Fergusson
Model : 16 AE-28
No. Seri :-
Negara Pembuat : Inggris
Jumlah singkal (moldboard) : 1
Jenis singkal : General Purposes
Jenis kajen (share) : Gunnel Type
Singkal bajak (coulter) : Ada
Jenis : Plain Blade
Ukuran : 25 cm
Jointer : Tidak ada
Roda alur (furrow wheel) : Tidak ada
Roda dukung (land wheel) : Tidak ada
Lebar kerja : 27 cm
Dimensi (p : l : t) : 79 : 55 : 61 (cm)
Tipe penggandengan : Three Point Hitch
Jenis daya tarik : Traktor Mini / Traktor Rodadua
1.
Gambar 2. Bajak singkal
Keterangan :
1. Rangka (Beam) berfungsi untuk menempel bajak
2. Singkal berfungsi untuk membelah tanah
3. Land share berfungsi untuk membelah tanah
4. Share berfungsi sebagai mata singkal
5. Ujung mata bajak berfungsi untuk membajak tanah
6. Cuolterberfungsi sebagai roda dari singkal
7. Titik Penggandengan berfungsi dalam penggandengan dengan traktor
C. Pengukuran Kapasitas dan Effisiensi Kerja Lapang Pada Traktor Mini
Pengukuran Kapasitas dan Efisiensi Kerja Lapang
1. Penghitungan Kapasitas Kerja Efektif / Aktual
Waktu : mulai : pukul 15.38 WIB
selesai : pukul 16.05 WIB
T = 27 menit = 0,45 jam
Luas hasil kerja (A) = ( 22,77 x 10 ) m2
= 227,77 m2 = 0,02277 ha
Ka= AT
=0,0277 ha0,45 jam
=0,050593 ha / jam
2. Penghitungan Efisiensi Kerja
a) Kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja pengolahan
(L1)
Lebar kerja teoritis (W1) = 27 cm
Lebar kerja aktual (W2) :
Lebar kerja aktual (cm)No No No No 1 0 11 30 21 40 31 332 34 12 18 22 23 32 313 31 13 23 23 18 33 124 29 14 29 24 17 34 255 25 15 38 25 22 35 286 20 16 18 26 20 36 107 29 17 0 27 30 37 158 26 18 29 28 30 9 28 19 32 29 33 10 31 20 19 30 31
W2 total = 907 cm
W2 rerata = 24,514 cm
L 1=W 1−W 2W 1
x100 %=27−24,51427
x100 %=9,209 %
b) Kerugian karena slip roda (L2)
Panjang jarak tempuh (M)
M=2280+2275+22753
=2276,67 cm=22,77 m
Diameter luar roda (D) = 0,8 m
Jumlah putaran roda (N) sepanjang lintasan M adalah:
Jumlah Putaran Roda Kiri (putaran)No No No No 1 9,5 11 12,5 21 13 31 112 10 12 13 22 12 32 113 13,75 13 12 23 13,5 33 124 12,5 14 11 24 15 34 135 12,5 15 12,5 25 13,5 35 4,56 13 16 13 26 12 36 57 13 17 7 27 12,5 37 4,58 12,5 18 9 28 13 38 4,259 11 19 10 29 11 39 3,7510 13 20 11 30 11,5 40 4
Rerata = 10,79
Jumlah Putaran Roda Kanan (putaran)No No No No 1 10 11 11,5 21 10 31 10,252 11 12 9,5 22 10,75 32 10,53 10,5 13 10,25 23 11,5 33 10,754 10 14 9,5 24 9,75 34 11,55 10 15 10,25 25 10,25 35 46 10 16 10,25 26 10 36 47 9 17 12,75 27 9,75 37 3,758 9,5 18 10,5 28 10,25 38 3,59 9 19 10,75 29 10,25 39 310 10,25 20 10,25 30 10,5 40 3,5
Rerata = 9,313
N rerata=N roda kiri+N rodakanan2
=10,79+9,3132
=10,053 putaran
L 2=π DN−Mπ DN
× 100 %=3,14 × 0,8 ×10,053−22,763,14 × 0,8 ×10,053
× 100 %=9,8472 %
Kerugian karena belok (L3)t1 = waktu efektif , dt
t2 = waktu tidak efektif , dt
t1 (detik)No No No No 1 11,97 11 43,41 21 26,61 31 27,092 24,92 12 29,71 22 24,24 32 32,523 25,78 13 34,08 23 24,9 33 37,614 23,8 14 25,93 24 25,11 34 18,315 26,62 15 29,69 25 24,3 35 19,516 28,84 16 28,03 26 23,39 36 12,587 27,67 17 27,12 27 23,79 37 15,378 26,97 18 27,46 28 23,04 38 10,129 30,93 19 24,93 29 25,79 39 10,6110 29,63 20 25,8 30 27,83 40 12,41
Rerata = 24,9605
t2 (detik)No No No No 1 15,54 11 7,4 21 16,4 31 10,872 13,44 12 7,14 22 15,87 32 16,273 12,1 13 7,21 23 13,96 33 17,64 16,78 14 7,82 24 12,25 34 35,325 11,14 15 18,29 25 12,43 35 9,536 10,44 16 16,11 26 13,18 36 9,197 10,41 17 19,32 27 10,48 8 10,01 18 20,86 28 11,37 9 10,36 19 14,61 29 12,25 10 9,1 20 12,5 30 11,8
Rerata = 13,31528
L 3= t 1t 1+t 2
x 100 %= 24,960524,9605+13,31528
X 100 %=65,212 %
c) Kerugian untuk pengaturan, mengatasi kemacetan, dan kerusakan
kecil (L4)
Waktu total pengerjaan (T) = 0,45 jam
Waktu untuk pengaturan mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil:
No T2 (detik)1 8,5 4,2 2,12 3,5 2,1 2,63 3 2,1 4 2 3,7 5 2,5 2,6
Total = 38,9 detik = 0,010806 jam
L 4=T 2T
x100 %=0,0108060,45
×100 %=2,401235 %
E = (1 ‒ L1) (1 ‒ L2) (1 ‒ L3 ‒ L4) x 100%
= (1 ‒0,092) (1 ‒ 0,098472) (1 ‒ 0,652123 ‒ 0,024012) x 100%
= (0,2651) x 100%
= 26,51%
Pembicaraan
1. Kecepatan actual (Va)
Va=Panjang jarak tempuh
waktuefektif rata−rata
= Mt 2
=22, 77 m38 ,9 s
=0 ,5853m/s
2. Kecepatan teoritis (Vt)
Vt= Va1−L2
= 0 ,58531−0 ,0985
=0 ,6492m /s
3. Kapasitas kerja Aktual (Ka)
Ka= A
T=0 , 02277 ha
0 ,45 jam=0 ,050593
ha/jam
4. Kapasitas kerja teoritis (Kt)
Kt = lebar kerja teoritis (Wt) x kecepatan teoritis (Vt)
= 0,27 m x 0,6492 m/s
= 0,1753 m2/s x
1 ha
10 . 000 m2×3600 sekon
1 jam
= 0,0631 ha/jam
5. Efisiensi traktor (E)
E2 =
KaKt
×100%=0 .0505930 , 0631 x 100% = 80,18 %
Perhitungan Biaya Operasional Alat/Mesin
1. Biaya Tetap per Tahun
a. Penyusutan = P−S
N
= 30.000.000−3.000 .000
5
= 27.000.000
5
= Rp 5.400.000,00
b. Bunga modal = r
100x
P+S2
= 10
100x
30.000 .000+3.000 .0002
= 10
100x
33.000 .0002
= Rp 1.650.000,00
c. Pemeliharaan dan perbaikan = m
100× P
= 7
100× Rp 30.000 .000,00
= Rp 2.100.000,00
d. Gudang = h
100× P
= 1
100×30.000 .000
= Rp 300.000,00
e. Pajak dan asuransi
1) Pajak = t
100×
P+S2
¿ 1100
×Rp33.000 .000
2
= Rp 165.000,00
2) Asuransi = t
100× P
¿ 1100
× Rp 30.000 .000
= Rp 300.000,00
Total biaya tetap per tahun = a + b + c + d + e
= Rp 5.400.000,00 + Rp 1.650.000,00 + Rp
2.100.000,00 + Rp 300.000,00 + (Rp
165.000,00 + Rp 300.000,00)
= Rp 9.915.000,00/tahun
A = Rp 9.915.000,00/tahun
2. Biaya Kerja per Tahun
a. Bahan bakar = 0,20< ¿HPjam
Pm xWt x Fp ¿
¿ 0,20 literHP jam
× 10 HP x1200 jam / tahun x Rp 5000/ liter
= Rp 12.000.000,00
b. Minyak pelumas = 0,40< ¿HPjam
Pm xWt x Op¿
¿ 0,40 literHP jam
× 10 HP x1200 jam / tahun x Rp 35.000/ liter
= Rp 168.000.000,00
c. Grease = 60 %× Minyak Pelumas
= 60 % x Rp 168.000.000,00
= Rp 100.800.000,00
d. Operator = Wt x Wop
= Rp 1200 x Rp 30.000
= Rp 36.000.000,00
e. Tenaga pembantu operator = Wt x Wi
= Rp 1200 X Rp 15.000
= Rp 18.000.000,00
f. Ban = n ×Tp ×Wt
Nt
= 4 × Rp 800.000 × 1200 jam
2000 jam
= Rp 1.920.000
Total biaya kerja per tahun = a + b + c + d + e + f
= Rp (12.000.000 + 168.000.000 + 100.800.000
+ 36.000.000 + 18.000.000 + 1.920.000)
= Rp 336.720.000,00
B = Rp 336.720.000,00
Jadi total biaya operasional mesin per tahun = (A + B) = Rp 9.915.000,00 + Rp
336.720.000,00
= Rp 346.635.000,00 /
tahun
Besarnya biaya operasional mesin per jam = (A + B) / Wt = Rp 346.665.000 /
1200 jam/tahun
= Rp 288.862,50 / jam
Biaya operasional per satuan luas = ( A+B)/Wt
Ka
¿ Rp 288.887,5 / jam0,050593 ha/ jam
= Rp 5.709.580,89 / ha
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum acara kelima kali ini yaitu tentang latihan
pengolahan tanah serta pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapangan,
mahasiswa dilibatkan lebih jauh mengenai latihan pengolahan tanah, dengan
menggunakan alat dan mesin pengolahan tanah secara mekanis, yaitu
menggunakan traktor mini, serta melakukan pengukuran kapasitas dan effisiensi
kerja lapang dari penggunaan alat (traktor) tersebut. Praktikum ini memiliki
tujuan untuk mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah tanah secara
mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek
ekonominya. Praktikum ini merupakan acara lanjutan dari acara latihan
pengendalian traktor, hanya saja pada acara praktikum kali ini, traktor tidak
dikendalikan oleh praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli.
Mahasiswa hanya bertugas untuk menganalisa kapasitas dan effisiensi kerja
lapang daripada pemanfaatan traktor mini tersebut untuk kegiatan pengolahan
tanah. Yaitu dengan mencatat putaran roda, lebar kerja, kedalaman pembajakan,
waktu belok, waktu efektif dan waktu total.
Pada acara kali ini traktor yang digunakan untuk kegiatan pengolahan
tanah adalah traktorr dengan jenis tractor mini dengan merek Yanmar, model 4
wheel drive, tipe B-6100-B, yang dibuat oleh negara Jepang . Secara keseluruhan,
traktor ini memiliki dimensi panjang 3690 mm, lebar 1000 mm, tinggi 1780 mm,
dan dengan ukuran diameter roda 80 cm. Traktor ini juga dilengkapi dengan
bajak singkal yang berjumlah 1 buah, dengan lebar teoritis 27 cm. Selain itu,
traktor ini juga tidak dilengkapi dengan roda dukung maupun roda alur penstabil,
dengan sistem penggandengan three point hitch. Bagian-bagian dari traktor mini
ini adalah knalpot, rem, pijakan kaki, pengunci diferensial (differential lock),
panel instrument, mesin, throttle (gas), stir kemudi, versneling, tempat
pengambilan daya (power take off atau p.t.o), tuas p.t.o, tuas hidrolik, kopling,
tempat duduk, dan titik penggandengan (three point hitch). Traktor mini ini dapat
digolongkan pada jenis four wheel tractor (≤ 25 Hp).
Proses pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia
untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah agar sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki manusia seperti kesuburan tanah. Di dalam usaha
pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi
fisik, khemis, dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar
sesuai untuk pertumbuhan tanaman yang akan ditanam pada lahan tanah tersebut.
Pengenalan mengenai alat dan mesin pengolahan tanah dinilai sangat penting
dalam bidang teknik pertanian dan biosistem, namun tidak terbatas pada itu saja,
analisis dari segi teknis dan ekonomis mengenai bberbagai peralatan yang
digunakan dalam kegiatan pengolahan tanah juga merupakan suatu hal yang tidak
kalah pentingnya. Karena dengan mengetahui hal tersebut maka praktikan akan
mampu untuk menganalisa alternatif apa yang paling mengguntungkan dalam
penggunaan alat dan mesin pertaniaan untuk proses tersebut. Ditinjau dari aspek
wilayah serta aspek sosial budaya, alat dan mesin pertanian sudah dipandang
layak untuk dikembangkan pada suatu wilayah tertentu tetapi tentu saja harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang sangat vital seperti aspek wilayah, aspek
ekonimi, aspek rancang bangun, aspek sosial dsb. Selanjutnya perlu dilakukan
analisis dari segi teknis dan ekonomis bagi alat dan mesin pertanian yang
mempunyai peluang untuk dipilih dan dikembangkan pada wilayah tersebut.
Dengan analisis teknis akan dapat ditentukan jenis dan ukuran alat mesin
pertanian yang sesuai untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Kemudian
dengan dilakukannya analisis kapasitas dan efisiensi kerja dari alat dan mesin
yang terpilih, akan dapat ditentukan jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian
tersebut guna memenuhi kebutuhan pada suatu wilayah.
Tahapan pada praktikum acara kali ini yaitu dengan memasang
patok-patok terlebih dahulu, yaitu sebagai batas pengolahan tanah, lalu diukur
dengan ukuran 20x10 m, kemudian dilakukan pengolahan tanah awal oleh traktor
(pembajakan) dengan memilih jalur olah di luar areal olahan utama guna
menentukan lebar kerja, kedalaman dan waktu teoritis. Setelah itu dilakukan
pengolahan tanah dengan pola pengolahan bolak-balik. Dari pengolahan ini akan
diperoleh luas lahan yang diolah, luas lahan yang tidak terolah, kedalaman
pengolahan, lebar kerja, jumlah putaran roda, waktu efektif, waktu tidak efektif,
waktu total pengolahan dan waktu perhitungan kerugian pengaturan, mengatasi
kemacetan dan kerusakan kecil. Selanjutnya akan dapat dianalisa besarnya
kapasitas kerja dan effisiensi kerja lapang yang dihasilkan dari kegiatan
pengolahan tanah dengan menggunakan traktor mini tersebut. Pengolahan tanah
dengan mini traktor ini dilakukan dengan alur menyamping, jadi bagian tepi
lahan diolah terlebih dahulu kemudian masuk ke bagian tengah lahan.
Pembajakan dengan menggunakan mini traktor dilakukan pada lintasan yang
lurus dan memanjang, pada saat berbelok bajak singkal diangkat.
Pada pembahasan mengenai kapasitas kerja dari suatu alat dan mesin
pertanian, terdapat dua istilah yang perlu diketahui dua hal, yaitu : pengertian
kapasitas kerja teoritis (Kt), dan kapasitas kerja aktual atau efektif (Ka).
Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah adalah
kelajuan kerja yang dicapai didasarkan atas perhitungan apabila alat atau mesin
pengolah tanah dapat bekerja memnuhi fungsinya 100% dari seluruh waktu yang
tersedia. Sedangkan kapasitas kerja aktual (Ka) adalah kelajuan kerja yang dapat
dicapai oleh suatu alat atau mesin pengolahan tanah tersebut, didasarkan atas luas
total yang dicapai perwaktu total yang digunakan, dan dinyatakan dalam satuan
luas per satuan waktu (Ha/Jam), serta merupakan kemampuan rata-rata yang aktual.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai kapasitas kerja
teoritis (Kt) lebih besar daripada kapasitas kerja aktual (Ka), yaitu kapasitas kerja
teoritis (Kt) traktor mini adalah sebesar 0,0631 (Ha/Jam) sedangkan nilai kapasitas
kerja aktual adalah 0,05059 (Ha/Jam). Sedagkan untuk effisiensi kerja lapang (E)
dapat dihitung dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan membandingkan
antara kapasitas kerja aktual (Ka) terhadap kapasitas kerja teoritis (Kt), atau dapat
juga dilakukan dengan memperhitungkan besarnya keseluruhan waktu yang
hilang, yang mempengaruhi besarnya harga lebar kerja aktual, kecepatan kerja
aktual, serta besarnya waktu efektif yang terpakai selama bekerja. Dengan
membandingkan antara kapasitas kerja aktual (Ka) terhadap kapasitas kerja
teoritis (Kt), diperoleh nilai effisiensi kerja lapang (E) untuk traktor mini sebesar
80.18%.
Dengan menggunakan cara yang sedikit berbeda, nilai efisiensi kerja
dapat diperoleh dengan menghitung berbagai macam kerugian yang terjadi di
lapangan, antara lain yaitu kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil
pengolahan, kerugian karena slip roda, kerugian karena belok, dan kerugian
waktu untuk pengaturan, mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil. Kerugian
karena tumpang tindih (overlaping) (L1) terjadi karena adanya tumpang tindih
pengolahan tanah antar alur pengolahan. Untuk menghindari tumpang tindih ini
tidak mudah karena alur pengolahan tanah sulit dilakukan secara lurus, kondisi
tanah juga mempengaruhi mudah atau sukarnya pengolahan tanah. Kerugian
karena slip roda (L2) banyak disebabkan karena kondisi lahan, untuk lahan kering
dan lahan berlumpur memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga jenis
roda yang digunakan harus sesuai dengan kondisi lahan yang akan diolah.
Besarnya nilai kerugian karena slip roda dipengaruhi oleh diameter roda, jumlah
putaran antara roda kanan dan kiri pada traktor, dan panjjang jarak tempuh dari
traktor tersebut. Kerugian untuk belok (L3) terjadi saat traktor yang digunakan
melakukan gerakan membelok di ujung lahan (area) yang diolah. Besarnya nilai
kerugian ini akan dipengaruhi oleh masing-masing waktu efektif dan tidak efektif
yang terjadi selama pengolahan tanah. Waktu efektif, merupakan waktu terpakai
selama bekerja, yang besarnya sangat ditentukan oleh besarnya kerugian waktu
yang tidak efektif atau biasanya disebut sebagai waktu hilang selama bekerja.
Waktu yang tidak efektif dapat dihitung ketika traktor belok di ujung lahan (pada
waktu bajak diangkat, hingga ketika bajak diturunkan kembali). Kerugian untuk
pengaturan, mengatasi kemacetan, serta beberapa kerusakan lainnya (L4)
dipengaruhi oleh lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
pengolahan tanah secara keseluruhan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
besarnya kerugian karena terjadinya tumpang tindih (L1) pada taktor mini adalah
sebesar 9.209%, kerugian karena slip roda (L2) sebesar 9.8472%, kerugian karena
belok (L3) sebesar 65.212%, dan kerugian karena pengaturan, mengatasi
kemacetan, dan kerusakan kecil (L4) adalah sebesar 2,401235%. Dengan begitu
diperoleh nilai effisiensi kerja lapang sebesar 26.51%. Dari analisa dan
perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kerugian terbesar pada pengolahan
tanah ini terjadi pada saat belok. Terutama pada menit-menit terakhir pengolahan,
karena dengan pola pengolahan tanah yang melingkar, untuk membuat alur yang
baru, traktor harus mundur terlebih dahulu, semakin sempit lahan yang akan
diolah maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama.
Pada perhitungan ini juga didapat tentang besarnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh petani seandainya menggunakan alat dan mesin pertaniaan
dengan jenis traktor mini ini. Pada perhitungan dapat di hasilkan bahwa minimal
seorang petani membutuhkan biaya total untuk pengoperasiaan alat dan mein
pertaninaan (traktor mini) sebesar Rp 5.709.580,89 / Ha. Maka untuk
menggunakan suatu alat mesin pertaniaan sebaiknya memperhatikan aspek dan
faktor yang mendukung agar penggunaan alat mesin pertaniaan dapat
mendatangkan keuntungan.
Pada praktikum kali ini kemungkinan besar telah terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh praktikan sebab pada saat praktikum praktikan kurang teliti
dalam menggukur lebar kerja, kedalaman bajak, jumlah putaran, waktu belok
dsb. Untuk hal putaran roda praktikan hanya bisa memperkirakan saja, karena
untuk putaran roda ada yang tidak penuh jadi pada saat itu praktikan hanya bisa
untuk memperkirakannnya saja. Dan praktikan sedikit kesulitan dalam
menentukan waktu yang tepat saat meng hitung waktu efektif sebab haus
bersamaan dengan di jatuhkannya bajak ketanah.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan alat dan mesin pertanian akan berjalan dengan baik apabila
dapat memenuhi persyaratan teknik kerekayasaan dan teknik
operasionalnya.
2. Waktu yang hilang dalam pengolahan tanah bias disebabkan karena
kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil pengolahan, kerugian
karena slip roda, kerugian karena belok, dan kerugian waktu untuk
pengaturan, mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil.
3. Hasil perhitungan yang diperoleh pada traktor mini
1) L1 = 9.209%
2) L2 = 9.8472%
3) L3 = 65.212%
4) L4 = 2.401235%
5) E secara teoritis = 2.51%
4. Kapasitas kerja teoritis, kapasitas kerja aktual dan efisiensi kerja lapangan
pada traktor mini adalah 0,0631 (Ha/Jam) , 0,05059 (Ha/Jam) dan 80.18 %
5. Biaya operasional total untuk satu traktor adalah Rp 5.709.580,89 / Ha.
B. Saran
Pada praktikum kali ini menurut praktikan sudah cukup baik. Tetapi
sebaiknya sebelum melakukan praktikan asisten mencari lahan yang akan
dibajak sehingga tidak mencari lagi saat praktikum sudah dimulai. Tapi
untuk keseluruhan praktikum acara kali ini, praktikum berjalan cukup
lancar dan selesai tepat waktu.
LAMPIRAN