LAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DIREKTORAT PELAYANANKESEHATAN TRADISIONAL
TAHUN 2019
DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALDITJEN PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN2019
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Esa,Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019 sebagai wujud
pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan
tepat waktu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Penyusunan Laporan Kinerja ini berpedoman pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2019 memuat kegiatan yang merupakan implementasi dari
Rencana Strategis Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional 2015-2019. Pengukuran
pencapaian sasaran dilakukan dengan membandingkan antara target yang telah ditetapkan
pada penetapan indikator kinerja kegiatan dengan hasil yang dicapai Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2019. Dengan demikian melalui LAKIP ini diharapkan dapat
tersajikan data/informasi seberapa jauh tingkat pencapaian target kinerja berdasarkan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019
secara efektif dan efisien dalam pengelolaan/pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
tahun 2019 selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan
kinerja yang telah ditetapkan, dapat menjadi sarana evaluasi atas pencapaian kinerja serta
memberi umpan balik bagi upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.
Jakarta, Desember 2019
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional
DR. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), M.Kes, MH.Kes
NIP. 196010251987032001
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2019 merupakan sarana menyampaikan
pertanggungjawaban Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional kepada Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan beserta seluruh pemangku kepentingan, serta sebagai sumber
informasi untuk perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja di masa mendatang.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional Tahun 2019 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam perjanjian
kinerja. Pencapaian indikator jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
tradisional melebihi dari target yaitu 5139 Puskesmas atau 100,06 %, dan indikator Jumlah
RS Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional juga melebihi dari target
yaitu 250 RS atau 102,88 %. Adapun realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember
2019 sebesar Rp. 15.568.020.984,- atau 96,99% dari pagu anggaran sebesar Rp.
16.050.779.000,-. Sedangkan Realisasi dana dekonsentrasi Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional tahun 2019 adalah sebesar Rp. 7.855.050.877,- atau 87,61% dari
pagu anggaran sebesar Rp. 8.965.445.000,-.
Keberhasilan capaian indikator tidak terlepas dari upaya sosialisasi, advokasi,
monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis secara berkala dan berkesinambungan baik di
pusat maupun di daerah dan dengan lintas sektor terkait. Adapun permasalahan yang
dihadapi adalah belum optimalnya komitmen pemangku kebijakan di RS dan Puskesmas
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional, mutasi tenaga kesehatan RS
dan Puskesmas yang sudah dilatih kesehatan tradisional, dan layanan kestrad di
Puskesmas bukan merupakan layanan esensial atau prioritas.
Laporan Kinerja ini diharapkan dapat berperan sebagai potret kerja Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional sepanjang tahun 2019 dan selanjutnya dapat sebagai
sumber masukan dalam perumusan kebijakan di masa mendatang.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ ii
RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK............................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................vii
BAB I...................................................................................................................................................... 9
BAB II................................................................................................................................................... 16
BAB III.................................................................................................................................................. 20
BAB IV..................................................................................................................................................63
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 64
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2015-
2019..............................................................................................................................................18
Tabel 2 Indikator dan Target Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tahun 2019.................................................................................................................................19
Tabel 3 Indikator Kinerja Puskesmas.................................................................................... 21
Tabel 4 Indikator Kinerja Rumah Sakit Pemerintah............................................................ 22
Tabel 5 Perbandingan Target dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2018 dan 2019... 23
Tabel 6 Target dan Capaian Tahun 2015-2019...................................................................24
Tabel 7 Alokasi dekonsentrasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional.................24
Tabel 8 Alokasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2020................................................. 58
Tabel 9 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
berdasarkan Kewenangan .......................................................................................................58
Tabel 10 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
berdasarkan Jenis Belanja....................................................................................................... 58
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Persentase SDM berdasarkan Golongan.............................................................. 60
Grafik 2 Persentase SDM Menurut Pendidikan................................................................... 60
Grafik 3 Persentase SDM Berdasarkan Golongan Umur...................................................61
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional.................13
Gambar 2 TOT Asuhan Mandiri Kestrad melalui Pemanfaatan Toga dan Akupresur...27
Gambar 3 Rapat Konsolidasi Yankestrad dalam rangka Penilaian Kelompok Asuhan
Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur.................. 28
Gambar 4 Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional ........................ 29
Gambar 5 Pembahasan Hasil Penilaian Asuhan Mandiri ................................................. 30
Gambar 6 Pemberian Penghargaan Pemenang Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur................................ 31
Gambar 7 Kunjungan Lapangan Pemenang Penilaian ..................................................... 32
Gambar 8 Evaluasi Pasca Penilaian Asuhan Mandiri.........................................................32
Gambar 9 Pertemuan Pembinaan Penyehat Tradisional...................................................34
Gambar 10 Penyusunan Media Edukasi Asuhan Mandiri Pijat Bayi................................35
Gambar 11 Penyusunan Pedoman Krida Kesehatan Tradisional.................................... 36
Gambar 12 Konsolidasi Tim Pembahas Tata Cara Yankestrad........................................37
Gambar 13 Workshop Penapisan di SP3T...........................................................................37
Gambar 14 Seminar Hasil Penapisan Kesehatan Tradisiona........................................... 37
Gambar 15 Penyelenggaran Yankestrad Komplementer ..................................................38
Gambar 16 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer di Kota Batu, Jawa Timur...38
Gambar 17 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer di Kota Ambon, Maluku.....38
Gambar 18 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer di Kab. Kendal,
Jawa Tengah...............................................................................................................................39
Gambar 19 Penyusunan Kebijakan Pelayanan .................................................................. 40
Gambar 20 Penyusunan Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan ....................................41
Gambar 21 Pelatihan Teknis Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur.....................42
Gambar 22 Forum Komunikasi Pelayanan Kesehatan Tradisional..................................43
Gambar 23 Seminar Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi...............44
Gambar 24 Peningkatan Kapasitas Bidan dalam Pelayanan Pijat Baduta .................... 44
Gambar 25 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Jawa Tengah......................... 45
Gambar 26 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara...............45
Gambar 27 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi NTB......................................... 46
Gambar 28 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Aceh........................................ 46
Gambar 29 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Papua Barat...........................46
Gambar 30 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Gorontalo................................47
Gambar 31 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Tengah...................47
viii
Gambar 32 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Selatan ..................47
Gambar 33 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Kalimantan Timur .................48
Gambar 34 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Utara...................... 48
Gambar 35 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Kalimantan Selatan...............48
Gambar 36 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta.................................................................................................................................. 49
Gambar 37 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.....................................................................................................................................50
Gambar 38 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang.....................................................................................................................50
Gambar 39 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RSPTN Universitas Airlangga..... 51
Gambar 40 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RS Bangli........................................51
Gambar 41 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RSUP Sanglah...............................51
Gambar 42 Penyusunan Draft Pedoman Taman Obat di Fasyankes..............................52
Gambar 43 Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Bidan .............52
Gambar 44 Penyusunan Kurikulum Modul Akupresur dalam Mendukung Istithaah Haji
bagi Petugas Puskesmas......................................................................................................... 53
Gambar 45 Penyusunan Rekomendasi Tim Kerja Nasional Kesehatan Tradisional.....54
Gambar 46 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional ............................................... 54
Gambar 47 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional................................................ 55
Gambar 48 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi NTT....................55
Gambar 49 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jambi dan
Provinsi Jawa Barat................................................................................................................... 55
Gambar 50 Pertemuan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Tradisional................................56
Gambar 51 Partisipasi Dit. Yankestrad dalam Pameran Rakerkesnas............................57
Gambar 52 Partisipasi Dit. Yankestrad dalam SEAR Town Hall .................................... 57
Gambar 53 Lomba Mengolah Makanan Berbahan Daun Kelor .......................................58
9
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan
bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan
Tradisional. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional yang
dapat dipertanggungjawabkan, aman dan bermanfaat sebagaimana yang dinyatakan
pada UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 59 ayat (2), maka harus selalu dibina dan
diawasi oleh Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional, yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional bahwa pelayanan Kesehatan Tradisional berdasarkan jenis pelayanannya
dibagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional empiris, pelayanan kesehatan
tradisional komplementer dan pelayanan kesehatan tradisional integrasi. Upaya
pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional diperkuat dengan adanya regulasi yang diterbitkan
oleh Pemerintah seperti Permenkes No 61 tahun 2016 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris, Permenkes No 37 tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi, dan Permenkes No 15 tahun 2018 tentang Penyelenggaran
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer serta peraturan lain yang mendukung.
Perkembangan pelayanan kesehatan tradisional di masyarakat dapat dibuktikan
dengan hasil Riskesdas Tahun 2018 yaitu proporsi nasional pemanfaatan Taman Obat
Keluarga (TOGA) sebesar 24,6% dengan proporsi tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara
sebesar 55,6%. Proporsi jenis upaya pelayanan kesehatan tradisional yang
dimanfaatkan yaitu ramuan jadi (48%), ramuan buatan sendiri (31,8%), keterampilan
manual (65,3), keterampilan olah pikir (1,9%), keterampilan energi (2,1%). Jenis tenaga
pelayanan kesehatan tradisional yaitu penyehat tradisional (98,5%) dan Nakestrad
(2,7%). Rumah tangga yang memanfaatkan Yankestsrad (31,4%), Rumah tangga yang
melakukan upaya sendiri (12,9%) dan rumah tangga yang tidak memanfaatkan
yankestrad (55,7%).
Target indikator pelayanan kesehatan tradisional tahun 2019, yaitu 5136 Puskesmas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional dan 243 Rumah Sakit
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional. Pencapaian target indikator tahun
10
2019 yaitu sebesar 5139 puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional dan 249 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional. Adapun permasalahan yang dihadapi antara lain belum optimalnya
komitmen pemangku kebijakan di Puskesmas dan RS untuk menyelenggarakan
yankestrad, mutasi tenaga kesehatan Puskesmas dan RS yang sudah dilatih kesehatan
tradisional, dan layanan kestrad di Puskesmas bukan merupakan layanan esensial atau
prioritas.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka
upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP
merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja unutk
penyediaan informasi kinerja. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan
yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta sebagai
wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik maka perlu disusun
laporan akuntabilitas pada setiap akhir tahun.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan kegiatan Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional maka perlu disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP), hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden
nomor 29 tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sebagai
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan
pengelolaan sumber daya yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri PAN-RB No
53/2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,maka setiap unit teknis/unit utama yang
merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib memberikan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai dokumen yang berisi
gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan
disampaikan secara sistematis.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, perlu disusun Laporan Akuntabilitas
Kinerja (LAK) Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang akuntabel dan transparan.
B. TUJUANLaporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional ini
merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis yang disusun untuk memenuhi
kewajiban Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan.
11
C. VISI DAN MISI PRESIDEN SERTA NAWACITAPembangunan kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif, dengan
mengacu pada visi dan misi Presiden. Visi Presiden adalah Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Upaya untuk
mewujudkan visi ini dilakukan melalui 7 misi pembangunan, dimana pada misi ke-4
adalah mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
Dalam pembangunan nasional 2015-2019 juga dibangun kemandirian di bidang
ekonomi, berdaulat di bidang politik dan berkepribadian dalam budaya yang dikenal
dengan Trisakti. Untuk mewujudkan hal tersebut, ditetapkan 9 agenda prioritas
(Nawacita), dimana pada agenda ke-5 dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang akan dicapai melalui Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Sehat, Program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.Program Indonesia
sehat memiliki 3 komponen yaitu: 1) Paradigma sehat; 2) Penguatan Pelayanan
Kesehatan; dan 3) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
D. ORGANISASI DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALPermenkes No. 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan RI menetapkan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai unit
Eselon II di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan tradisional empiris,
komplementer, dan integrasi.
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, komplementer, dan integrasi.
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan tradisional
empiris, komplementer, dan integrasi.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
12
Adapun susunan organisasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional terdiri dari:
1. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris;
2. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer;
3. Subdirektorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi;
4. Subbagian Tata Usaha; dan
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
13
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pelayanan KesehatanTradisional
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
14
E. DASAR HUKUM1. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
2. Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan
Kementerian Kesehatan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang telah direvisi dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 tentang Revisi Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan.
F. SISTEMATIKA
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, format
penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:
- BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan uraian singkat mengenai latar belakang penyusunan laporan,
tujuan kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional tugas pokok dan fungsi, susunan organisasi serta sistematika
penulisan laporan.
- BAB II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional Tahun 2019.
- BAB III Akuntabilitas Kinerja
Bab ini menjelaskan tentang capaian kinerja organisasi tahun 2019, perbandingan
pencapaian kinerja tahun 2019 dan tahun 2018, perbandingan pencapaian kinerja
tahun 2019 dan capaian RPJMN 2015-2019, analisa penyebab keberhasilan
pencapaian target tahun 2019, efisiensi penggunaan sumber daya, kinerja inisiatif
15
percepatan upaya pengembangan pelayanan kesehatan tradisional, dan kegiatan
penunjang keberhasilan.
- BAB IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian organisasi serta langkah-
langkah di masa datang untuk meningkatkan kinerja Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional.
16
BAB IIPERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA AKSI KEGIATANPerencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator
kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
sasaran strategis. Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
tahun 2019, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis
organisasi.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 terdapat Program
Indonesia Sehat, yaitu Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan
Jaminan Kesehatan Nasional sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya.
Program Indonesia Sehat merupakan upaya promotif dan preventif melalui kegiatan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan
Masyarakat untuk Hidup Sehat (Germas) sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 yang mengarah pada prioritas
upaya promotif dan preventif.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan
menjadi bagian dari pembangunan nasional. Renstra Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019 telah menetapkan indikator pencapaian target penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional, yaitu Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional dan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan salah satu satuan kerja setara
eselon II, berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan tradisional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Tujuan
Terwujudnya pembinaan, pengembangan danpengawasan dalam upaya pelayanan
kesehatan tradisional
17
2. Kebijakan
a. Meningkatkan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional melalui:
1) Penyusunan NSPK;
2) Kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dunia usaha, swasta dan
Organisasi masyarakat;
3) Pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi pembentukan kelompok asuhan
mandiri kesehatan tradisional;
4) Bimbingan teknis dan supervisi;
5) Monitoring dan evaluasi;
b. Meningkatkan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional melalui:
1) Peningkatan kapasitas SDM dibidang kesehatan tradisional;
2) Menginisiasi pembuatan sistem informasi pelayanan kesehatan tradisional
3) Tata hubungan kerja lintas program dan lintas sektor;
c. Meningkatkan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat
dipertanggungjawabkan seperti :
1) Penyusunan kriteria persyaratan perkumpulan penyehat tradisional
2) Penilaian metode kesehatan tradisional oleh Tim Kerja Nasional (Timjanas)
Pelayanan Kesehatan Tradisional;
3) Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional;
3. Strategi
Strategi pelaksanaan kesehatan tradisional mencakup :
a. Penguatan kebijakan pelayanan kesehatan tradisional melalui penyusunan
NSPK
b. Penguatan sumber daya pelayanan kesehatan tradisional bersama lintas
program, lintas sektor, perguruan tinggi dan kementerian/lembaga terkait
c. Advokasi dan sosialisasi pelayanan kesehatan tradisional kepada lintas
program, lintas sektor, kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah
d. Implementasi pelayanan kesehatan tradisional integrasi di fasyankes
e. Kemitraan dengan perguruan tinggi, kementerian/lembaga terkait, asosiasi
penyehat tradisional, dan organisasi profesi kesehatan tradisional
f. Pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional.
4. Indikator kinerja
Indikator kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019 yaitu:
a. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional.
b. Jumlah rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional.
18
Tabel 1 Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2015-2019
B. PERJANJIAN KINERJABerdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah
pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahundengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2019 mengacu pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2019.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional telah menetapkan perjanjian kinerja yang
tertuang dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan
target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan antara atasan dan bawahan menjadi
kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai
upaya mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan tradisional yang aman,
bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perjanjian penetapan kinerja yang tertuang dalam dokumen penetapan kinerja
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2010 yang telah ditandatangani
bersama oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Direktur Pelayanan
Kesehatan Tradisional pada tanggal 14 Desember 2018. Indikator tersebut adalah
sebagai berikut:
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR
TARGET
2015 2016 2017 2018 20191 Meningkatnya
Pembinaan,Pengembangan danPengawasan UpayaKesehatan Tradisional
Jumlah Puskesmasyangmenyelenggarakankesehatan tradisional
1462 2436 3336 4236 5136
Jumlah Rumah SakitPemerintah yangmenyelenggarakankesehatan Tradisional
- 153 183 213 243
19
Tabel 2 Indikator dan Target Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019
Pada tahun 2019, Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional mengalokasikan
anggaran sebesar Rp. 16.050.779.000,- (Enam Belas Milyar Lima Puluh Juta Tujuh
Ratus Tujuh Puluh Sembilan Ribu Rupiah) untuk program pelayanan kesehatan
tradisional dengan target capaian kinerja berupa 5.136 puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional dan 243 Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional.
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET 2019
Meningkatnya Pembinaan,Pengembangan danPengawasan UpayaKesehatan Tradisional
Jumlah Puskesmas yangmenyelenggarakan kesehatantradisional
5136
Jumlah Rumah Sakit Pemerintahyang menyelenggarakankesehatan Tradisional
243
20
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATANTRADISIONAL1. Capaian Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019
Capaian kinerja organisasi merupakan kegiatan manajemen yang membandingkan
tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Penghitungan capaian
kinerja diperlukan untuk mengetahui sejauh mana realisasi atau capaian kinerja
yang berhasil dilakukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam kurun
waktu Januari-Desember 2019.
Penghitungan capaian kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian
dengan target indikator yang telah ditetapkan sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran
kinerja tersebut diperoleh informasi mengenai masing-masing capaian kinerja
indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat
lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Indikator kinerja tahun 2019 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
b. Jumlah RS Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
Uraian pencapaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
1) Definisi Operasional
Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap
masyarakat di wilayah kerjanya yang memenuhi salah satu kriteria
dibawah ini:
a) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih pelayanan
kesehatan tradisional;
b) Puskesmas yang melaksanakan asuhan mandiri pelayanan
kesehatan tradisional ramuan dan keterampilan;
c) Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi
pengumpulan data pelayanan kesehatan tradisional, fasilitasi
21
registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta pemantauan
pelayanan kesehatan tradisional.
2) Cara Perhitungan
Angka maksimum capaian indikator adalah jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap masyarakat di wilayah
kerjanya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3) Target dan Capaian Indikator Kinerja
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI dalam
bidang pelayanan kesehatan tradisional, maka capaian yang telah
dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan
tradisional
5136 5139 100,06
Tabel 3 Indikator Kinerja Puskesmas
Apabila dibandingkan dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan,
maka realisasi tahun 2019 sudah mencapai 5139 Puskesmas dari target
5136 Puskesmas (100,06%). Capaian kinerja tahun 2019 diperoleh dari
kumulatif tahun sebelumnya. Pencapaian indikator tidak terlepas dari
upaya sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis
secara berkala dan berkesinambungan baik di pusat maupun di daerah
dan dengan lintas sektor terkait.
Beberapa permasalahan terkait dengan pencapaian indikator kinerja
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional
diantaranya yaitu belum optimalnya komitmen pemangku kebijakan di
Puskesmas untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional,
mutasi tenaga kesehatan Puskesmas yang sudah dilatih pelayanan
kesehatan tradisional, dan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas
bukan merupakan layanan esensial atau prioritas.
Capaian IKK = Jumlah kumulatif Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional
22
b. Jumlah RS Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
1) Definisi Operasional
Rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
yang memenuhi salah satu kriteria :
a) Memberikan pelayanan kesehatan tradisional oleh tenaga kesehatan
yang kompeten sesuai peraturan perundangan
b) Memiliki tenaga kesehatan terlatih kesehatan tradisional sesuai
peraturan perundangan
2) Cara Perhitungan
Angka maksimum capaian indikator rumah sakit adalah jumlah rumah
sakit pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional, dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3) Target dan Capaian Indikator Kinerja
Indikator Renstra Target Realisasi %
Jumlah RS Pemerintah yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional
243 250 102,88
Tabel 4 Indikator Kinerja Rumah Sakit Pemerintah
Apabila dibandingkan dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan,
maka realisasi tahun 2019 sudah mencapai 249 Rumah Sakit Pemerintah
dari target 243 Rumah Sakit Pemerintah (102,47%). Capaian kinerja tahun
2019 diperoleh dari capaian kumulatif tahun sebelumnya. Pencapaian
indikator tidak terlepas dari upaya sosialisasi, advokasi, monitoring,
evaluasi, dan bimbingan teknis secara berkala dan berkesinambungan
baik di pusat maupun di daerah dan dengan lintas sektor terkait.
Beberapa permasalahan terkait dengan pencapaian indikator kinerja
Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional diantaranya yaitu belum optimalnya komitmen pemangku
kebijakan di rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional integrasi dan mutasi tenaga kesehatan rumah sakit yang sudah
dilatih kesehatan tradisional ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
Capaian IKK = Jumlah kumulatif Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional
23
2. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Pelayanan KesehatanTradisional Tahun 2019 dan Tahun 2018Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI dalam bidang
pelayanan kesehatan tradisional, maka capaian yang telah dilaksanakan oleh
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam Tahun 2018-2019 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Indikator Kinerja 2018 2019
T R T R
Jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional
4236 4252 5136 5139
Jumlah RS Pemerintah yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional
213 221 243 250
Tabel 5 Perbandingan Target dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2018 dan 2019
Berdasarkan tabel diatas, capaian indikator kinerja Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional pada tahun 2018 sebesar 100,38%
sedangkan di tahun 2019 mengalami penurunan capaian menjadi 100,06% dan
capaian indikator kinerja Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan
kesehatan tradisional pada tahun 2018 sebesar 103,76% sedangkan di tahun 2019
mengalami penurunan capaian menjadi 102,88%. Hal tersebut antara lain
disebabkan oleh pendataan berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang merupakan pembina puskesmas ke Dinas Kesehatan
Provinsi belum optimal karena belum adanya sistem pendataan pelayanan
kesehatan tradisional sehingga data capaian menjadi rendah. Saat ini, Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional sudah berproses pembuatan sistem informasi
pelayanan kesehatan tradisional bekerjasama dengan PI Setditjen Pelayanan
Kesehatan dan Pusdatin. Selain itu, Pada tahun 2018, jumlah rumah sakit yang
memiliki tenaga terlatih bertambah karena adanya anggaran refocusing untuk
pelatihan akupunktur (menjadi dua angkatan yang awalnya satu angkatan)
sehingga meningkatkan capaian indikator.
3. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Pelayanan KesehatanTradisional Tahun 2019 dan Capaian Tahun 2015-2019Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI dalam bidang
pelayanan kesehatan tradisional, maka Direktorat Pelayanan Kesehatan
24
Tradisional dalam Tahun 2015-2019 telah berhasil memenuhi target indikator
kinerja yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Keberhasilan pencapaian indikator
kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2015-2019 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
NO INDIKATOR2015 2016 2017 2018 2019
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
1 Puskesmasyangmenyelenggarakan kesehatantradisional
1462 1532 2436 2925(120,07)
3336 3410(102,22)
4236 4252(100,37)
5136 5139(100,06)
2Rumah SakitPemerintahyangmenyelenggarakan kesehatantradisional
- - 153 153(100)
183 184(100,55)
213 221(103,76)
243 250(102,88)
Tabel 6 Target dan Capaian Tahun 2015-2019
Berdasarkan tabel di atas, capaian Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tradisional telah berhasil melampaui target indikator yang
telah ditetapkan dalam kurun waktu lima tahun, meskipun secara persentase
kenaikan capaian mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh karena
penurunan anggaran dekonsentrasi setiap tahunnya, yang menyebabkan sasaran
lokus provinsi menjadi lebih sedikit, sehingga capaian target puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional tidak mengalami kenaikan
cakupan (persentase) walaupun sasaran target tercapai.
Anggaran 2015 2016 2017 2018 2019
Dekonsentrasi 20.528.479 51.477.457 9.343.228 11.807.061 8.965.445
Tabel 7 Alokasi dekonsentrasi (dalam ribuan) Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tahun 2015-2019
Berdasarkan tabel 6 di atas, capaian lima tahunan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional telah berhasil melampaui target yang
telah ditetapkan. Pada tahun 2018, jumlah rumah sakit yang memiliki tenaga
terlatih bertambah karena adanya anggaran refocusing untuk pelatihan akupunktur
(menjadi dua angkatan yang awalnya satu angkatan).
25
4. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target Direktorat PelayananKesehatan Tradisional Tahun 2019Pencapaian indikator kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional di tahun
2019, baik untuk Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
maupun Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan kesehatan tradisional
telah berhasil memenuhi target yang ditetapkan. Beberapa faktor pendukung
keberhasilan pencapaian indikator yaitu:
a. Penyusunan NSPK yang mendukung kegiatan pelayanan kesehatan
tradisional.
b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas.
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional.
d. Sosialisasi, advokasi, monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis secara
berkala dan berkesinambungan.
e. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi dalam rangka penyiapan pembentukan
Program Pendidikan Kesehatan Tradisional.
f. Dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota
terhadap pengembangan pelayanan kesehatan tradisional antara lain adanya
struktur organisasi kesehatan tradisional (Seksi Kestrad) dan anggaran
pembiayaan APBD program pelayanan kesehatan tradisional.
5. Efisiensi Penggunaan Sumber Dayaa. Efisiensi anggaran dalam bentuk penggunaan harga paket meeting dan tiket
perjalanan dibawah pagu yang dialokasikan.
b. Efisiensi jumlah peserta pusat ke daerah pada kegiatan Advokasi
Pengembangan Griya Sehat.
c. Dari tiga lokus calon rumah sakit yang menyelenggarakan yankestrad integrasi
(RSJ Soerojo Magelang, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP Mohammad
Hoesin Palembang), hanya dua rumah sakit yang dapat diresmikan sesuai
jadwal. Namun, selain tiga lokus tersebut terdapat tiga lokus lain yang
diresmikan di tahun 2019 (RSPTN Universitas Airlangga, Jawa Timur; RSUD
Bangli, Bali; dan RSUP Sanglah, Bali).
d. Konsolidasi kepada pemerintah daerah dan pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk sosialisasi dan advokasi sekaligus evaluasi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit dan puskesmas dilakukan di 11
provinsi (ada penambahan lokus), sehingga di dapat data yang lebih
26
komprehensif sebagai bahan untuk pengembangan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional integrasi selanjutnya.
6. Kinerja Inisiatif Percepatan Upaya Pengembangan Pelayanan KesehatanTradisionalDalam rangka percepatan upaya pengembangan pelayanan kesehatan tradisional,
maka upaya yang dilakukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai
berikut:
a. TOT Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional melalui Pemanfaatan TOGA dan
Akupresur.
b. Pelatihan Teknis Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur
c. Inovasi Pengembangan Yankestrad yaitu peresmian pelayanan kesehatan
tradisional integrasi RSJ Soerojo Magelang, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP
Mohammad Hoesin Palembang.
d. Pembuatan model bangunan GS yang akan dikembangkan di kabupaten/kota.
e. Pembentukan kelompok binaan asuhan mandiri kesehatan tradisional di
wilayah kerja puskesmas.
f. Pembuatan sistem informasi pelayanan kesehatan tradisional.
7. Kegiatan Penunjang Keberhasilana. Pelaksanaan TOT Asuhan Mandiri Kestrad melalui Pemanfaatan Toga dan
Akupresur.
TOT Asuhan Mandiri Kestrad melalui Pemanfaatan Toga dan Akupresur
dilaksanakan pada tanggal 10 – 17 Maret 2019 dengan peserta yang berasal
dari 10 Provinsi (Aceh, Bangka Belitung, Jambi, DIY, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo).
Peserta berjumlah 30 orang tenaga pelatih yang terdiri dari unsur Dinas
Kesehatan Provinsi, TP-PKK Provinsi dan Puskesmas terlatih akupresur
sebagai tim pelatih tingkat provinsi.
27
Gambar 2 TOT Asuhan Mandiri Kestrad melalui Pemanfaatan Toga dan Akupresur
b. Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional melalui
Pemanfaatan TOGA dan Akupresur tingkat Nasional
Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional melalui
Pemanfaatan TOGA dan Akupresur Tingkat Nasional, meliputi:
1) Indikator Input: Kebijakan, Pembiayaan, Ketenagaan, Kemitraan.
2) Indikator Proses: Perencanaan,Koordinasi, Sosialisasi, Orientasi,
Penyuluhan, Pembinaan, Pendampingan, Pencatatan.
3) Indikator output:
Setiap keluarga dalam kelompok binaan di Kelurahan, desa, serta
daerah terpencil dan sangat terpencil memiliki TOGA.
Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader.
Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga binaan.
Adanya keluarga yang memanfaatkan TOGA untuk asuhan mandiri
kesehatan.
Adanya jumlah kelompok asuhan mandiri.
Adanya upaya dalam menambah penghasilankeluarga.
Adanya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
TOGA.
Nilai tambah diberikan bila suatu daerah mempunyai inovasi:
Adanya kegiatan menggali jenis tanaman obat asli/spesifik daerah
setempat.
Adanya hasil olahan pemanfaatan TOGA yang belum pernah ada
sebelumnya.
Adanya teknologi baru yang digunakan dalam pengembangan dan
pemanfaatan TOGA.
28
1) Rapat Konsolidasi Yankestrad dalam rangka pembahasan instrumen
penilaian yankestrad melalui pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 11 April 2019 dengan jumlah peserta
sebanyak 30 orang yang berasal dari Direktorat Yankestrad, TP-PKK,
Balitro, Kemendagri, Pakar Kesehatan Tradisional, Dit PKP, Dit Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Hasil rapat berupa instrumen
penilaian asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan
TOGA dan Akupresur.
2) Rapat Konsolidasi Yankestrad dalam rangka verifikasi dokumen penilaian
asman melalui pemanfaatan TOGA dan Akupresur tingkat nasional.
Kegiatan dilaksanakan tanggal 5 Agustus 2019 yang dihadiri oleh 25
peserta yang berasal dari DirektoratYankestrad, TP-PKK, Balitro,
Kemendagri, Pakar Kesehatan Tradisional, Dit PKP, Dit Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bagian Hukormas Ditjen
Yankes. Hasil pertemuan menetapkan 12 nominasi (7 provinsi) yang
diperoleh dari hasil verifikasi dokumen sebanyak 42 dokumen (20 provinsi)
yang akan ditindaklanjuti dengan verifikasi lapangan.
Gambar 3 Rapat Konsolidasi Yankestrad dalam rangka Penilaian Kelompok
Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan
Akupresur
3) Pelaksanaan Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional
Melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
Kegiatan Penilaian Kelompok Asuhan mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Akupresur merupakan salah satu implementasi dari program asuhan
mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur yang bertujuan mendorong
29
masyarakat agar dapat menjaga kesehatan diri sendiri, keluarga dan
lingkungannya. Kegiatan bertujuan untuk melakukan kunjungan lapangan
terhadap dokumen yang diterima pusat. Pelaksanaan penilaian Kelompok
Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan
Akupresur dilakukan mulai tanggal 28 Agustus - 3 Oktober 2019 di 7
Provinsi (Kepulauan Riau, Maluku, Kalimantan Selatan, Riau, Sumatera
Selatan, Aceh, dan Kalimantan Barat) dengan 12 lokus yang dibedakan
berdasarkan kategori Kawasan kota, Kawasan desa dan Kawasan
terpencil dan sangat terpencil. Tim penilai melibatkan unsur Kementerian
Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, TP-PKK
Pusat, dan Pakar Pemberdayaan Masyarakat.
Gambar 4 Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional
Melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
Penilaian TOGA Kab Rohil Penilaian TOGA Kab Sambas Penilaian TOGA Kab Musi
Penilaian TOGA Kab HSS Penilaian TOGA Kab Rohil Penilaian TOGA Kab Prabumulih
Penilaian TOGA Kota Karimun Penilaian TOGA KotaPenilaian TOGA Kota Penilaian TOGA Kab AcehTamiang
Penilaian TOGA Kab Tanimbar Penilaian TOGA Kab Tanah Penilaian TOGA Kab Inhil
30
4) Pertemuan Pembahasan Hasil Penilaian Asuhan Mandiri Kesehatan
Tradisional
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2019 di Jakarta
dengan peserta berjumlah 28 orang yang terdiri dari unsur Direktorat
Yankestrad, TP-PKK, Balitro, Kemendagri, Pakar Kesehatan Tradisional,
Dit PKP, Dit Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bagian
Hukormas Ditjen Yankes. Hasil diperoleh berita acara hasil penilaian dari
masing – masing kategori yang selanjutnya menjadi dasar penetapan
pemenang yang ditetapkan melalui SK Dirjen Yankes.
Gambar 5 Pembahasan Hasil Penilaian Asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional
5) Pemberian Penghargaan untuk Pemenang Penilaian Kelompok Asuhan
Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 7-8 November 2019 di ICE
BSD dan dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing nominasi pemenang
penilaian.
31
Gambar 6 Pemberian Penghargaan Pemenang Penilaian Kelompok Asuhan
Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
6) Kunjungan lapangan Pemenang Penilaian Kelompok Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 20 – 22 November 2019 di
Kota Solo. Peserta pusat terdiri dari tim penilai yang berasal dari lintas
program dan lintas sektor. Peserta daerah merupakan perwakilan kader
dan petugas puskesmas yang berasal dari 12 lokus pemenang Penilaian
Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional Melalui Pemanfaatan
TOGA dan Akupresur Tingkat Nasional Tahun 2019 dan pendamping
pemenang yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Camat dan TP PKK Daerah.
kegiatan kunjungan ke B2P2TOOT di Tawangmangu diselenggarakan
bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi pemenang
dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan TOGA.
32
Gambar 7 Kunjungan Lapangan Pemenang Penilaian
Kelompok Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
7) Evaluasi Pasca Penilaian Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional
EPP Penilaian Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional dilaksanakan
tanggal 18 Juli – 3 Desember 2019 di 9 Provinsi. Evaluasi pasca penilaian
dilakukan untuk melihat keberlangsungan program asuhan mandiri yang
dilakukan oleh kelompok asuhan mandiri setelah menjadi pemenang
dalam penilaian antar kelompok asuhan mandiri, dengan melakukan
wawancara terhadap keluarga binaan, kader, Kepala Puskesmas,
Fasilitator Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, serta melakukan pengamatan terhadap
TOGA yang berada di lapangan. Hasil EPP adalah diperlukan komitmen
bersama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam
pengembangan program Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional.
Gambar 8 Evaluasi Pasca Penilaian Asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional
EPP SUMBAR EPP BANTEN EPP KALBAR
EPP KEPRI EPP JATIMEPP KALSEL
EPP KALTIM EPP SULSEL EPP BABEL
33
c. Pertemuan Pembinaan Penyehat Tradisional
1) Pertemuan pembahasan penyehat tradisional manual.
Pertemuan ini diselenggarakan pada tanggal 18 maret 2019 dengan
dihadiri oleh peserta sebanyak 30 orang yang berasal dari
Asosiasi/Perkumpulan Penyehat Tradisional, Timjanas, LP di Kementerian
Kesehatan. Hasil kegiatan berupa rekomendasi Timjanas terkait
pelayanan kesehatan tradisional keterampilan manual.
2) Rapat Penyusunan Pedoman Kriteria Perkumpulan/Asosiasi Penyehat
Tradisional
Rapat diselenggarakan pada tanggal 21 Juni 2019 dengan peserta
sebanyak 25 Orang terdiri dari unsur Lintas Program Kementerian
Kesehatan, Timjanas dan Kemenkumham. Hasil rapat berupa draft
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang Kriteria dan
Persyaratan Dokumen Perkumpulan/Asosiasi Penyehat Tradisional
Rekomendasi Surat Terdaftar Penyehat Tradisional.
3) Pertemuan Pembinaan terhadap Penyehat Tradisional
Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 23 Juli 2019 di Jakarta. Peserta
sebanyak 30 orang dari unsur Kementerian Kesehatan, Timjanas
Yankestrad, Kementerian Agama, PPNI dan DinkesProvinsi DKI Jakarta,
Dinkes Kota Tangerang, Dinkes Kabupaten Bogor, Dinkes Kota Bogor,
KPI dan Sudinkes Jakarta Selatan.
4) Pertemuan Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional
Pertemuan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 2019 yang
dihadiri oleh 32 orang peserta dari unsur Asosiasi/perkumpulan penyehat
tradisional, Timjanas, Kemenkes. Hasil pertemuan berupa perkumpulan
hattra wajib melaporkan anggotanya yang sudah memiliki STPT secara
rutin setiap bulannya, dan Kemenkes akan membuat surat pemberitahuan
terkait pelaporan tersebut.
5) Pertemuan Pembahasan Pelayanan Kesehatan Tradisional Akupunktur.
Pertemuan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 5 November 2019
dan dihadiri oleh 30 peserta dari unsur Kementerian Kesehatan,
TimjanasYankestrad, PAKSI, PDAI, Hukormas, IDI, PPKESTRAKI,
BPPSDM Kesehatan. Hasil pertemuan yaitu Kemenkes akan
berkoordinasi dengan Kemdikbud terkait LKP dan LSK, Perlu data based
akupunkturis agar dapat diatur kedudukan akupunkturis tradisional,
Kasubdit empiris akan mengumpulkan LKP tradisional yang ada, PAKSI
34
agar menginventarisasi anggota PAKSI yang telah memiliki LSK, PAKSI
akan mengirimkan data akupunkturis yang menjadi anggotanya.
6) Pertemuan pembahasan dan pembinaan penyehat tradisional Al fasdhu.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 November dan dihadiri oleh 32
orang peserta dari unsur Kementerian Kesehatan, Timjanas Yankestrad,
PPHTDI, Kementerian Agama, PTFI, Dinkes Provinsi DKI, Dinkes Provinsi
Banten, Sudinkes di wilayah provinsi DKI Jakarta, Dinkes Kota Tangerang.
RTL rapat berupa Kemkes akan mengeluarkan sikap resmi terkait terapi al
fasdhu, Informasi yang diperoleh terkait al fasdhu akan dimasukkan ke
dalam form penilaian dan akan dibuatkan hasil rekomendasi dari timjanas
apakah bisa dilayankan atau tidak kemudian akan dibuatkan surat edaran
resmi dari kemkes terkait hasil rekomendasi timjanas (akan ditembuskan
kepada Pemda dan Kejaksaan), Akan menyurati MUI dan Kemenag terkait
pandangan mereka secara keagamaan dari praktek Al Fasdhu.
7) Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kesehatan Tradisional dan
Tindak lanjut Sistem Informasi Kesehatan Tradisional
Kegiatan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember 2019 dengan peserta
sebanyak 30 orang yang berasal dari unsur PI Ditjen Yankes, Pusdatin
dan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Gambar 9 Pertemuan Pembinaan Penyehat Tradisional
35
d. Penyusunan Media Edukasi Asuhan Mandiri Pijat Bayi
Tujuan penyusunan media edukasi asuhan mandiri pijat bayi adalah adanya
media sosialisasi guna memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara
melakukan pijat anak bawah dua tahun yang benar.
1) Rapat Persiapan Penyusunan Media Edukasi Pijat Baduta
Kegiatan diselenggarakan tanggal 17 Mei 2019 dengan peserta berasal
dari unsur Kementerian Kesehatan, Adwa Kreative Media, Talent.
2) Pertemuan Review Media Edukasi Pijat Baduta
Kegiatan diselenggarakan tanggal 1 Agustus 2019 dengan peserta
sebanyak 30 orang yang terdiri dari unsur Kemenkes, Adwa Kreative,
Talent, Pakar Terkait, Martha Tilaar.
3) Audiovisual Media Edukasi Asuhan Mandiri Pijat Bayi
Proses audiovisual media edukasi asuhan mandiri pijat baduta
diselenggarakan di Jakarta pada bulan Juli 2019.
4) Rapat Pembahasan Media Edukasi Asuhan Mandiri Pijat Bayi.
Rapat pembahasan dilakukan sebanyak tiga kali dilakukan di Jakarta dan
hasil media edukasi berupa Video Stimulasi Pijat Anak Bawah Dua Tahun.
5) Sosialisasi Video Stimulasi Pijat Anak Bawah DuaTahun
Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2019
dengan peserta sebanyak 60 orang terdiri dari unsur Puskesmas, Rumah
Sakit dan Dinas Kesehatan di wilayah Jabodetabek.
Gambar 10 Penyusunan Media Edukasi Asuhan Mandiri Pijat Bayi
36
e. Penyusunan Pedoman Krida Kesehatan Tradisional
Pertemuan ini terdiri dari Rapat persiapan dan Rapat penyusunan pedoman
krida kesehatan tradisional. Pertemuan diselenggarakan di Jakarta antara
bulan Juli s/d Oktober 2019. Peserta pertemuan terdiri dari atas unsur
Kementerian Kesehatan, Sekretariat SBH dan Pangkalan SBH di wilayah DKI
Jakarta. Tujuan penyusunan adalah menambahkan kegiatan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan Akupresur sebagai salah satu Syarat Kecakapan
Khusus (SKK) pada Krida Bina Keluarga Sehat guna menambah wawasan
generasi muda dalam mewujudkan keluarga sehat dengan kesehatan
tradisional. Hasil Pertemuan yaitu terintegrasinya SKK Asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional kedalam Krida Bina Keluarga Sehat.
Gambar 11 Penyusunan Pedoman Krida Kesehatan Tradisional
f. Workshop Penapisan Kesehatan Tradisional di SP3T
Workshop Penapisan Kesehatan Tradisional di SP3T terdiri dari:
1) Kegiatan Konsolidasi Tim Pembahas Tata Cara Yankestrad
2) Pelaksanaan workshop Penapisan SP3T
3) Seminar Hasil Penapisan SP3T.
Kegiatan Workshop Penapisan SP3T bertujuan untuk sosialisasi Juknis
Penapisan kepada Tim Pengendali dan Tim Pelaksana SP3T di Provinsi,
meningkatkan pengetahuan SDM SP3T terhadap tata cara penapisan yang
sesuai pedoman, dan output untuk kegiatan workshop Penapisan SP3T
diperolehnya protokol dan proposal. Untuk output Seminar Hasil Penapisan
SP3T berupa laporan hasil penapisan yankestrad di SP3T.
37
Gambar 12 Konsolidasi Tim Pembahas Tata Cara Yankestrad
Gambar 13 Workshop Penapisan di SP3T
Gambar 14 Seminar Hasil Penapisan Kesehatan Tradisional
38
g. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer terdiri dari:
1) Kegiatan Advokasi Pengembangan Griya Sehat
2) Pendampingan Griya Sehat
Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer bertujuan diperolehnya dukungan dari pemerintah daerah
tingkat provinsi, kabupaten/kota, Bappeda, institusi pendidikan, swasta
dan masyarakat serta proses terbentuknya Griya Sehat di 4 Provinsi (Kota
Batu, Jawa Timur; Kab. Kendal, Jawa Tengah; Kota Ambon, Maluku; Kota
Denpasar, Bali).
Gambar 15 Penyelenggaran Yankestrad Komplementer
di Kota Denpasar, Bali
Gambar 16 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementerdi Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 17 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer
di Kota Ambon, Maluku
39
Gambar 18 Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer di Kab. Kendal,
Jawa Tengah
3) Penyusunan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
a) Penyusunan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer
b) Pembahasan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer
c) Uji Coba Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer
d) Penyempurnaan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer
Kegiatan Penyusunan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer bertujuan sebagai penjabaran dari Permenkes RI No.
15 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer agar memudahkan implementasi dari
Permenkes tersebut dalam melakukan pengembangan, pembinaan
dan pengawasan Griya Sehat. Output dari kegiatan ini adalah adanya
draf Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer di Griya Sehat.
Penyusunan Pembahasan
40
Gambar 19 Penyusunan Kebijakan PelayananKesehatan Tradisional Komplementer
4) Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan
Fungsional Tenaga Kesehatan Tradisional.
Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi tersusunnya naskah akademik
sebagai langkah awal dalam penyusunan butir-butir jabatan fungsional
tenaga kesehatan tradisional. Output dari kegiatan ini adalah draf Naskah
Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan
Tradisional.
a) Penyusunan Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan
Fungsional Tenaga Kesehatan Tradisional
b) Pembahasan Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan
Fungsional Tenaga Kesehatan Tradisional
c) Uji Coba Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan Fungsional
Tenaga Kesehatan Tradisional
d) Penyempurnaan Naskah Akademik Butir-Butir Kegiatan Jabatan
Fungsional Tenaga Kesehatan Tradisional
Uji Coba Penyempurnaan
41
Gambar 20 Penyusunan Naskah Akademik Butir-Butir KegiatanJabatan Fungsional Tenaga Kesehatan Tradisional
h. Pelatihan Teknis Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur
Pelatihan Teknis Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur diselenggarakan
pada tanggal 24 Maret – 13 April 2019 di Hotel Wyndham Casablanca, Jakarta.
Peserta merupakan 30 orang dokter umum berstatus PNS yang berasal dari
17 rumah sakit pemerintah dan 13 puskesmas dari 26 provinsi. Pelatihan
dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Badan PPSDMK, Perhimpunan
Dokter Spesialis Akupunktur Medik Indonesia (PDAI), dan Ikatan Dokter
Indonesia (IDI). Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai dokter
pemberi layanan akupunktur medik di rumah sakit maupun puskesmas sesuai
dengan kompetensinya yang dibuktikan melalui Sertifikat Kompetensi yang
dikeluarkan oleh PDAI.
Penyusunan Pembahasan
Uji Coba Penyempurnaan
42
Gambar 21 Pelatihan Teknis Dokter dalam Pelayanan Medik Akupunktur
i. Forum Komunikasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi di Rumah Sakit
Forum Komunikasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi di Rumah Sakit
diselenggarakan pada tanggal 28 – 30 Oktober 2019 di Hotel Manhattan
Jakarta. Peserta forkom terdiri dari 20 orang dari lintas program Kementerian
Kesehatan dan lintas sektor terkait yaitu PERSI, ARSADA, ARSSI, dan
Timjanas Kestrad serta 44 orang dari 44 rumah sakit yang telah dilatih
akupunktur dan herbal oleh Kementerian Kesehatan di 34 provinsi. Pertemuan
bertujuan untuk sosialisasi dan advokasi kebijakan terkait Yankestrad Integrasi
serta mengidentifikasi permasalahan, hambatan dan peluang yang terdapat di
masing – masing daerah. Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi untuk
percepatan dan penguatan impelementasi penyelenggaraan yankestrad
integrasi di rumah sakit yang disepakati dan ditandatangani oleh seluruh
peserta dari 44 rumah sakit.
43
Gambar 22 Forum Komunikasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi di Rumah Sakit
j. Seminar Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Integrasi di
Puskesmas
Seminar Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi di Puskesmas
diselenggarakan pada tanggal 10 – 12 November 2019 di Hotel Manhattan
Jakarta. Peserta seminar terdiri dari 37 orang dari lintas program Kementerian
Kesehatan dan lintas sektor terkait yaitu ADINKES dan Timjanas Kestrad serta
43 orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memiliki puskesmas di
wilayahnya yang telah dilatih akupunktur dan akupresur oleh Kementerian
Kesehatan di 34 provinsi. Pertemuan bertujuan untuk sosialisasi dan advokasi
kebijakan terkait yankestrad integrasi serta mengidentifikasi permasalahan,
hambatan dan peluang yang terdapat di masing – masing daerah. Pertemuan
ini menghasilkan rekomendasi untuk percepatan dan penguatan
impelementasi penyelenggaraan yankestrad integrasi di puskesmas yang
disepakati dan ditandatangani oleh seluruh peserta dari 43 Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
44
Gambar 23 Seminar Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
di Puskesmas
k. Peningkatan Kapasitas Bidan dalam Pelayanan Pijat Baduta untuk Tumbuh
Kembang Anak
Peningkatan Kapasitas Bidan dalam Pelayanan Pijat Baduta untuk Tumbuh
Kembang Anak diselenggarakan pada tanggal 25 – 29 November 2019 di
Hotel Wyndham Casablanca, Jakarta. Peserta merupakan bidan berstatus
PNS sebanyak 27 orang yang berasal dari 27 provinsi. Pelatihan dilaksanakan
dengan bekerjasama dengan Badan PPSDMK dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai bidan
yang mampu memberikan edukasi dan fasilitasi kepada orang tua tentang pijat
baduta untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Gambar 24 Peningkatan Kapasitas Bidan dalam Pelayanan Pijat Baduta
untuk Tumbuh Kembang Anak
45
l. Konsolidasi Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RS dan Puskesmas
Konsolidasi Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RS dan Puskesmas
bertujuan untuk sosialisasi dan advokasi kebijakan terkait yankestrad integrasi
serta mengidentifikasi permasalahan, hambatan dan peluang yang terdapat di
tiap provinsi. Kegiatan konsolidasi penyelenggaraan yankestrad integrasi
bersama dinas kesehatan dilaksanakan melalui paparan, diskusi, kunjungan
lapangan, dan evaluasi menggunakan instrumen. Konsolidasi diselenggarakan
di provinsi yang memiliki rumah sakit dan puskesmas yang telah dilatih
kesehatan tradisional namun belum terselenggara pelayanan kesehatan
tradisional. Konsolidasi dilaksanakan di 11 provinsi, yaitu Jawa Tengah,
Sulawesi Tenggara, NTB, Aceh, Papua Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan.
Gambar 25 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Jawa Tengah
Gambar 26 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara
46
Gambar 27 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi NTB
Gambar 28 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Aceh
Gambar 29 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Papua Barat
47
Gambar 30 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Gorontalo
Gambar 31 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 32 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Selatan
48
Gambar 33 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 34 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 35 Konsolidasi Yankestrad Integrasi di Provinsi Kalimantan Selatan
49
m. Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RS
Pada tahun 2019, akan ditetapkan 3 rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tradisional integrasi yaitu RSUP dr. Sardjito Yogyakarta,
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, dan RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di 3
rumah sakit tersebut dapat dilaksanakan secara optimal, diperlukan rangkaian
kegiatan Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RS yang
meliputi advokasi, workshop, bimbingan teknis, peresmian, dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di rumah sakit.
Selain ketiga rumah sakit tersebut, terdapat tiga rumah sakit yang telah
menyelenggarakan yankestrad integrasi untuk kemudian dilakukan pembinaan
dan peresmian oleh Kementerian Kesehatan yaitu RSPTN Universitas
Airlangga, RS Bangli, dan RSUP Sanglah.
Gambar 36 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta
50
Gambar 37 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSJ Prof.
Dr. Soerojo Magelang
Gambar 38 Dukungan Penyelenggaraan Yankestrad Integrasi di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang
51
Gambar 39 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RSPTN Universitas
Airlangga
Gambar 40 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RS Bangli
Gambar 41 Peresmian Unit Yankestrad Integrasi di RSUP Sanglah
52
n. Draft Pedoman Taman Obat di Fasyankes
Penyusunan Draft Pedoman Taman Obat di Fasyankes terdiri dari lima tahap
meliputi rapat persiapan, penyusunan, pembahasan, uji coba, dan finalisasi.
Penyusunan pedoman mengundang lintas program di Kementerian Kesehatan
dan lintas sektor terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan
Pertanian, Ikatan Arsitektur Lansekap Indonesia (IALI), dan Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Tujuan penyusunan pedoman ini agar
fasilitas pelayanan kesehatan dapat memanfaatkan ruang terbuka/lahan
menjadi healing garden untuk mendukung green office, green building atau
green hospital.
Gambar 42 Penyusunan Draft Pedoman Taman Obat di Fasyankes
o. Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Bidan di Fasyankes dalam
Pelayanan Pijat Baduta untuk Tumbuh Kembang Anak
Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Bidan di Fasyankes
dalam Pelayanan Pijat Baduta untuk Tumbuh Kembang Anak terdiri dari lima
tahap meliputi rapat persiapan, penyusunan, pembahasan, uji coba, dan
finalisasi. Penyusunan pedoman mengundang lintas program di Kementerian
Kesehatan dan lintas sektor terkait seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Gambar 43 Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Bidan
di Fasyankes dalam Pelayanan Pijat Baduta untuk Tumbuh Kembang Anak
53
p. Kurikulum Modul Akupresur dalam Mendukung Istithaah Haji bagi Petugas
Puskesmas
Penyusunan Kurikulum Modul Akupresur dalam Mendukung Istithaah Haji bagi
Petugas Puskesmas terdiri dari lima tahap meliputi rapat persiapan,
penyusunan, pembahasan, uji coba, dan finalisasi. Penyusunan pedoman
mengundang lintas program di Kementerian Kesehatan dan lintas sektor
terkait seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Akupunktur Medik Indonesia
(PDAI).
Gambar 44 Penyusunan Kurikulum Modul Akupresur dalam Mendukung
Istithaah Haji bagi Petugas Puskesmas
q. Tim Kerja Nasional Kesehatan Tradisioal ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menkes No. HK.01.07/MENKES/619/2018 tanggal 29 Oktober 2018. Timjanas
Kesehatan Tradisional mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada
Menteri Kesehatan dalam menetapkan kebijakan di bidang pelayanan
kesehatan tradisional. Rekomendasi Tim Kerja Nasional Kesehatan Tradisional
yang dihasilkan tahun 2019 yaitu:
1) Metode Kesehatan Tradisional Patah Tulang
2) Metode Zamatera
3) Metode Bekam (Kop)
4) Metode Akupunktur, Akupresur, Jamu/Terapi Herbal, Pijat, dan
Hipnoterapi
54
Gambar 45 Penyusunan Rekomendasi Tim Kerja Nasional Kesehatan
Tradisional
r. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional bersama Mitra Kerja Komisi IX
DPR RI
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu pilihan bagi
masyarakat dalam mencari pengobatan atau mengatasi masalah kesehatan.
Dalam rangka implementasi pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan
PP Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional maka
perlu dilakukan sosialisasi dalam rangka mendapatkan dukungan dari
pengambil kebijakan di daerah dan masyarakat dapat terinformasi terkait
dengan pelayanan kesehatan tradisional. Sosialisasi dilaksanakan oleh
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional bersama dengan Anggota Komisi
IX DPR RI. Pada tahun 2019, Sosialisasi Yankestrad dilaksanakan di 13
provinsi, diantaranya yaitu: Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Lhokseumawe, Jakarta, Sulawesi Selatan, dan
NTT. Peserta terdiri dari 250 orang yang terdiri dari unsur masyarakat dan
LP/LS terkait. Tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan program asuhan
mandiri kesehatan tradisional kepada masyarakat.
Gambar 46 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Provinsi DKI Jakarta
55
Gambar 47 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 48 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi NTT
Gambar 49 Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Jambi
dan Provinsi Jawa Barat
u. Pertemuan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
Pertemuan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Tradisional bertujuan untuk
koordinasi kegiatan dan isu terkini terkait pengembangan pelayanan
kesehatan tradisional di daerah dan evaluasi kegiatan dekonsentrasi terkait
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di daerah. Peserta kegiatan
terdiri dari Dirjen Pelayanan Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat, Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Desa dan PDT,
BKPM, Direktorat Prodis Kefarmasian, RSU Bangli, Kasubdit dan Kasi di
56
lingkungan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, perwakilan dari dinas
kesehatan di 34 provinsi.
Gambar 50 Pertemuan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
v. Penyelenggaraan dan partisipasi dalam pameran kesehatan
Pameran Rakerkesnas (11-13 Februari 2019)
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional berkontribusi dalam
memberikan pelayanan akupunktur dan akupresur.
57
Gambar 51Partisipasi Dit. Yankestrad dalam Pameran Rakerkesnas
SEAR Town Hall on Youth Engagement (20-21 Maret 2019)
SEAR Town Hall on Youth Engagement merupakan sebuah platform
konsultasi partisipatif antara pemangku kepentingan terkait dan kelompok
pemuda untuk meningkatkan kolaborasi dan keterlibatan pemuda dalam
menangani permasalahan kesehatan. Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional memberikan dukungan dan kerjasama dalam menyediakan
pelayanan akupresur.
Gambar 52 Partisipasi Dit. Yankestrad dalam SEAR Town Hall
on Youth Engagement
Lomba Mengolah Makanan Berbahan Daun Kelor serta Lomba Akupresur
Peserta lomba akupresur terdiri dari 3 tim yaitu Dit. Yankestrad, Poltekes
Surakarta dan RS Orthopedi di Surakarta. Peserta lomba mengolah
makanan berbahan daun kelor diikuti oleh 12 tim yang berasal dari
Poltekkes Kemenkes Surakarta, Biro Keuangan dan BMN, Jurusan Gizi
Poltekes Kemenkes Yogyakarta, RS Kanker Dharmais, RSAB Harapan
Kita, Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang, Poltekes Kemenkes
Bandung, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung, Prodi Kebidanan Bogor
58
Poltekes Kemenkes Bandung, dengan pemenang adalah Poltekes
Kemenkes Bandung.
Gambar 53 Lomba Mengolah Makanan Berbahan Daun Kelor
serta Lomba Akupresur
B. REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALAlokasi anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun 2019, adalah
sebagai berikut:
NO. KEWENANGAN ALOKASI1. Kantor Pusat 16.050.779.000
2. Dekonsentrasi 8.965.445.000
Total Anggaran 25.016.224.000
Tabel 8 Alokasi Anggaran Pusat dan Dekon Tahun 2020
Sementara itu, realisasi anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun2019 adalah sebagai berikut:
NO. KEWENANGAN ALOKASI REALISASI %1. Kantor Pusat 16.050.779.000 15.568.020.984 96,99
2. Dekonsentrasi 8.965.445.000 7.855.050.877 87,61
JUMLAH 25.016.224.000 23.423.071.861 93,63
Tabel 9 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
berdasarkan Kewenangan
NO. KEGIATAN ALOKASI REALISASI %
1. Belanja Barang 16.023.059.000 15.540.520.984 96,99
2. Belanja Modal 27.720.000 27.500.000 99,21
JUMLAH 16.050.779.000 15.568.020.984 96,99
Tabel 10 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
berdasarkan Jenis Belanja
59
Pada tahun 2019, realisasi anggaran kantor pusat sebesar 96,99%. Beberapa
permasalahan yang menghambat dalam penyerapan anggaran diantaranya yaitu biaya
hotel yang digunakan dibawah pagu yang dialokasikan dan dengan biaya tiket untuk
kegiatan yang mengundang orang daerah menggunakan harga dibawah pagu yang
dianggarkan. Sedangkan realisasi dana dekonsentrasi Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional tahun 2019 adalah sebesar 87,61% dengan realisasi penyerapan dana
dekonsentrasi diatas rata-rata (87,61) sebanyak 17 propinsi yaitu Sumatera Barat,
Bangka Belitung, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Aceh, DKI Jakarta,
Kalimantan Utara, Jambi, DI. Yogyakarta, Papua Barat, dan Riau. Empat propinsi
terendah dalam penyerapan dana dekonsentrasi tahun 2019 yaitu Sulawesi Barat (0%),
Kalimantan Tengah (53,53%), Bali (56,59%), dan Jawa Tengah (67,61). Besarnya
penyerapan pada 17 propinsi dikarenakan dukungan kebijakan wilayah setempat yang
memiliki daya ungkit tinggi dalam menjamin keberhasilannya. Beberapa permasalahan
yang dihadapi daerah dalam penyerapan dekonsentrasi yaitu untuk peserta Penilaian
Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan di tingkat kabupaten/kota tidak
sesuai dengan anggaran yang dialokasikan.
C. SUMBER DAYA LAINNYA1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan tidak
terlepas dari sebuah organisasi atau institusi karena merupakan penggerak untuk
mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia yang ada pada Direktorat
Pelayanan Kesehatan Tradisional, pada tahun 2019 yaitu sebanyak 40 orang PNS
dan 9 orang pramubakti dan 1 orang pengemudi. Adapun gambaran distribusi
tenaga di Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Tahun 2019 menurut
golongan, pendidikan, dan kelompok umur sebagaimana uraian berikut ini :
a) Pangkat/Golongan
Jumlah SDM Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut
Pangkat/Golongan adalah sebagai berikut :
a) Golongan IV : 11 Orang
b) Golongan III : 29 Orang
60
Grafik 1 Persentase SDM berdasarkan Golongan
b) Pendidikan
Jumlah Sumber Daya Manusia Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional,
dilihat dari jenis pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Strata III : 1 Orang
b) Strata II : 16 Orang
c) Strata I : 19 Orang
d) D3 : 2 Orang
e) SLTA : 2 Orang
Grafik 2 Persentase SDM Menurut Pendidikan
c) Kelompok umur
Demikian halnya jika dilihat menurut Umur maka jumlah Sumber Daya Manusia
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional, sebagai berikut :
61
1) < 30 tahun : 1 Orang
2) 31 - 40 tahun : 16 Orang
3) 41 - 50 tahun : 8 Orang
4) > 51 tahun : 15 Orang
Grafik 3 Persentase SDM Berdasarkan Golongan Umur
2. Sumber Daya Sarana dan PrasaranaPengelolaan Barang Milik Negara Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
selama periode 1 Januari s/d 31 Desember 2019, dapat dilaporkan dalam bentuk
Barang Persediaan, BMN Intrakomptable, BMN Esktrakomptable, BMN Gabungan
Intrakomptable dan Ekstrakomptable, dan Aset Tak Berwujud. Adapun laporan
perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah sebagai berikut :
a) Barang Persediaan
Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 129.800.000
Penambahan : Rp. 0
Pengurangan : Rp. 64.900.000
Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 64.900.000
b) BMN Intrakomptable
Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 3.797.559.780
Penambahan : Rp. 27.500.000
Pengurangan : Rp. 250.526.405
Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 3.574.533.375
62
c) BMN Ekstrakomptable
Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 3.306.740
Penambahan : Rp. 0
Pengurangan : Rp. 0
Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 3.306740
d) BMN Gabungan Intra dan Ekstra
Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 3.800.866.520
Penambahan : Rp. 27.500.000
Pengurangan : Rp. 250.526.405
Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 3.577.840.115
e) BMN Aset Tak Berwujud
Posisi awal (1 Januari 2019) : Rp. 0
Penambahan : Rp. 0
Pengurangan : Rp. 0
Posisi akhir (31 Desember 2019) : Rp. 0
Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional berdasarkan neraca sampai dengan 31 Desember 2019
tercatat sebesar Rp. 208.226.584 dengan angka penyusutan sebesar Rp.
3.431.206.791 (Sumber: SIMAK BMN Dit. Pelayanan Kesehatan Tradisional per 31
Desember 2019).
63
BAB IVPENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai pelaksanaan
akuntabilitas kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai wujud
pertanggungjawaban kinerja kepada Ditjen Pelayanan Kesehatan. Berdasarkan hasil
pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tahun 2019 secara umum berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja antara Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan Direktur Pelayanan
Kesehatan Tradisional. Pencapaian pada tahun 2019 ini merupakan kelanjutan dari apa
yang telah dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya dan diharapkan dapat menjadi
parameter agar kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efisien. Kegiatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun 2019 diharapkan
memberikan kontribusi dalam program pelayanan kesehatan pada Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan.
64
LAMPIRAN
65