Download - Laporan UKM Zona
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
UPAYA KESEHATAN F1 – F6
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.NIP 197609282006042004
PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA
PUSKESMAS SINGKAWANG UTARA I
2015-2016
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TOPIK: PENYULUHAN IBU-IBU DI POSYANDU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.
NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol hingga enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada
bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Manfaat ASI tidak diragukan sehingga pada kondisi normal,
menyusui adalah yang terbaik bagi bayi. Sebanyak 98% wanita mempunyai
kemampuan untuk menyusu bahkan kebanyakan dari mereka mampu menyusui
sepasang anak kembar sekaligus jika dibutuhkan. Tidak ada makanan lain bagi bayi
yang baru lahir yang dapat disamakan dengan ASI. Pertumbuhan dan perkembangan
bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat
gizi lainnya yang terkandung didalam ASI. Namun sangat disayangkan banyak di
antara kita melupakan keuntungan dan manfaat dari menyusui sehingga banyak ibu
yang mengganti ASI dengan susu formula.
Rendahnya pemberian ASI ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan di Indonesia masih
tergolong tinggi, dimana banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kesadaran ibu
dalam menyusui, beberapa penelitian yang telah dilakukan di daeah perkotaan dan
pedesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya menunjukan bahwa sistem
dukungan pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan
mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI. Hasil dari Riskesdas 2010
menunjukan penurunan persentase bayi hanya 15,3%. Prevalensi ASI ekslusif rata-rata
perbulan pada tahun 2011 yaitu 6,48% dan prevalensi IMD sekitar 27,4%. Program
peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap
status gizi dan kesehatan bayi.
B. RUMUSAN MASALAH
Menurut uraian diatas ditarik kesimpulan bahwa pentingnya ASI ekslusif bagi
bayi berumur 0-6 bulan karena ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi
untuk mendapatkan tumbuh kembang yang optimal. Di dalam ASI banyak terkandung
zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, selain
itu juga dengan menyusui bayi mendapatkan kekebalan alamiah dari ASI.
Pemberian ASI tidak hanya memberikan manfaat bagi si bayi namun juga
memberikan manfaat bagi ibu yang menyusui terutama memperkuat ikatan batin dan
jalinan kasih antara ibu dan bayi. Namun sangat disayangkan rendahnya angka
pemberian ASI ekslusif masih tergolong tinggi. Rendahnya angka ini salah satu nya
terkait pengaruh sosial budaya masyarakat yang menganjurkan bayi agar diberi
makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan. Oleh karena itu ibu memerlukan
dukungan dan dorongan agar dapat menyusui dengan baik. Mereka juga memerlukan
informasi dan pengetahuan yang dapat diandalkan guna kepentingan bayi dan ibu.
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi dilakukan dalam bentuk penyuluhan dengan penyampaian secara teori.
Metode ini dipilih karena dianggap lebih mudah untuk dipahami oleh peserta. Materi
disampaikan melalui presentasi dengan menggunakan leaflet. Materi yang disampaikan
adalah pengertian ASI ekslusif, pengertian colostrum, komposisi ASI, manfaat ASI
bagi bayi dan ibu, posisi menyusui yang benar serta dampak yang ditimbulkan dengan
tidak memberikan ASI ekslusif. Target peserta adalah Ibu- ibu yang mempunyai balita
yang rutin mengikuti posyandu balita ( posyandu mawar) di setapuk kecil.
D. PELAKSANAAN
Penyampaian materi leaflet dilakukan pada hari Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.00 WIB di Posyandu Balita Setapuk kecil. Peserta adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita yang rutin mengikuti posyandu dan ibu- ibu kader posyandu, dengan
jumlah kurang lebih 30 orang. Penyampaian materi diberikan melalui penyuluhan serta
pembagian leaflet ke seluruh peserta yang hadir dan menjelaskan setiap poin-poin dari
isi tulisan dalam leaflet tersebut. Materi disusun cukup menarik dan para peserta terlihat
antusias dengan penyuluhan ini. Penyuluhan kurang lebih sekitar 20 menit yang
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab 15 menit.
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dalam jangka pendek dilakukan dengan interaksi
terhadap peserta dengan memberikan sedikit pertanyaan balik tentang materi yang
sudah dipersentasikan. Untuk jangka panjang dilakukan pada para ibu setiap bulannya
mengikuti posyandu serta mengevaluasi tumbuh kembang anaknya.
DOKUMENTASI
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
TOPIK: UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN REMAJA MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.
NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa transisi dimana terjadi perubahan fisik, psikis, dan
emosi. Perubahan fisik yang cepat dan tidak sebanding dengan perubahan psikis dan
emosi pada remaja dapat membingungkan. Seiring dengan berbagai perubahan yang
dialami remaja, remaja cenderung ingin mencari jati diri dengan mencoba hal-hal yang
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu sangatlah penting bagi remaja untuk
mengetahui dan memahami kesehatan reproduksi agar bisa mengatur fungsi dan proses
reproduksinya serta bisa lebih bijak dalam membangun prilaku seksual yang
bertanggung jawab.
Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Upaya untuk menuju reproduksi
yang sehat sudah harus dimulai paling tidak pada usia remaja, kelompok remaja
menjadi perhatian karena rentan dan mempunyai resiko yang besar terhadap kesehatan
reproduksi dima resiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda, kurangnya perhatian terhadap
kebersihan organ reproduksi, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun
gaya hidup.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan
berikut bahwa kesehatan reproduksi bagi remaja sangatlah penting mengingat besarnya
resiko yang dihadapi remaja terkait fungsi, peran dan sistem reproduksi diantaranya
kehamilan yang tidak diinginkam, penyakit menular seksual, aborsi serta keterbatasan
akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, perubahan - perubahan yang terjadi pada masa remaja, cara
merawat organ reprodusi serta penyakit yang diakibatkan terkait kesehatan reproduksi
perlu diaplikasikan sejak dini. Dengan informasi dan pemahaman yang benar,
diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yng bertanggung jawab mengenai
proses reproduksi.
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dipilih dalam upaya meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi ini adalah dengan kunjungan ke sekolah. Metode yang digunakan
berupa penyuluhan, tanya jawab dan konseling pada remaja di sekolah yang berada di
wilayah kerja puskesmas singkawang utara 1.
D. PELAKSANAAN
Kunjungan sekolah ini dilakukan pada hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 09.00
WIB di SMKN 5 Singkawang Utara. Peserta adalah siswa kelas 1 dan 2 SMKN 5
dengan jumlah kurang lebih 40 orang. Penyampaian materi diberikan melalui
penyuluhan menggunakan powerpoint. Teori yang diberikan meliputi pengertian
kesehatan reproduksi, perubahan- perubahan yang terjadi pada remaja baik secara fisik
maupun psikis, cara merawat organ reproduksi, akibat yang ditimbulkan tidak merawat
organ reproduksi retinopati diabetik, penyebab, gejala, faktor resiko, komplikasi,upaya
pemeriksan keehatan reproduksi dan sedikit mengenai penyakit menular seksual.
Penyuluhan berlangsung kurang lebih 15 menit Setelah itu peserta diberikan waktu
untuk tanya jawab dan konseling mengenai materi atau apa saja yang mereka belum
mengerti.
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta mengenai materi yang telah disampaika serta memberikan kesempatan untuk
melakukan konseling jika mereka ada keluhan.
Diharapkan kunjungan ini dapat meningkatkan pengetahuan remaja khususnya
warga SMKN 5 singkawang ini mengenai pentingnya kesehatan reproduksi
DOKUMENTASI
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA
TOPIK: PROGRAM IMUNISASI BAGI BAYI dan ANAK DI DESA SETAPUK KECIL
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.
NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya Sedangkan pengertian
Imunisasi menurut (Depkes RI, 2005) adalah suatu cara untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Upaya imunisasi di Indonesia sudah
dilaksanakan sejak tahun 1956. Kini, upaya imunisasi diperluas menjadi Program
Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yakn hepatitis B, tuberkulosis, difteri,
pertusis, tetanus, polio, dan campak.
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada
tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar.
Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang
selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi
pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus
Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada
tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI,
2005). Imunitas manusia sendiri terdiri dari dua macam yakni imunitas aktif dan
imunitas pasif. Imunitas pasif diperoleh dari pemberian antibodi yang tujuannya
mencegah dan menghilangkan efek dari infeksi atau toksin penyebab suatu penyakit.
Dan imunisasi pasif hanya bertahan beberapa bulan saja. Sedangkan imunitas aktif
dilakukan dengan pemaparan antigen dari pathogen terhadap sistem imunitas
sehingga diharapkan terbentuk antibody. Pemberian imunisasi saat balita tidak
memberikan jaminan kekebalan seumur hidup dan imunisasi terbukti efektif dan aman
meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap penyakit tertentu serta ikut
mencegah keluarga dan lingkungan sekitar dari terjangkitnya penyakit
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil uraian tersebut, jelas terlihat bahwa imunisasi terbukti efektif
dalam mencegah terjainya suatu penyakit serta menurunkan angka mortalitas pada
balita khususnya di Indonesia mengingat angka infeksi pada bayi dan anak-anak usia
dibawah lima tahun di Indonesia masih relatif tinggi. Sekitar 5% kematian pada balita
di Indonesia disebabkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TB,
difteri, pertussis, campak, tetanus, polio, dan hepatitis B. Oleh karena itu cakupan
imunisasi harus dipertahankan untuk mencapai perlindungan yang optimal terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk meningkatkan angka cakupan imunisasi, maka dilakukan kegiatan
posyandu balita. Pada posyandu balita, dilakukan imunisasi, pemantauan gizi dan
tumbuh kembang. Kegiatan posyandu ini sudah menjadi kegiatan rutin di Singkawang
Utara. Tidak hanya itu, para ibu- ibu juga diberikan pengetahuan akan pentingnya
imunisasi. Lokasi posyandu merupakan daerah yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.
D. PELAKSANAAN
Kegiatan Posyandu ini dilakukan pada hari Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.00
WIB di posyandu mawar setapuk kecil. Pada kegiatan posyandu balita, selain
imunisasi juga dilakukan penyuluhan tentang imunisasi, penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan serta pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak. Bila ada
pasien yang gizi kurang akan diberikan konseling.
E. MONITORING DAN EVALUASI
Pemantauan dan evaluasi kemajuan program imunisasi ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan mengkaji laporan kegiatan bulanan Program imunisasi. Dengan
kegiatan posyandu ini diharapkan program mencapai target sesuai yang diinginkan.
Selain itu juga dengan kegiatan posyandu ini kita dapat memantau serta mengevaluasi
perkembangan gizi dan tumbuh kembang anak.
DOKUMENTASI
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
TOPIK: KONSELING DIET PASIEN DIABETES MELLITUS
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.
NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) ditandai dengan penumpukan gula darah (glukosa) yang
membuat kadarnya naik hingga di atas nilai normal, yaitu melebihi ≥ 126 mg% dalam
keadaan puasa dan ≥ 200 mg % saat 2 jam setelah makan. Organisasi kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan Indonesia menduduki kedudukan ke-4 di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk, merupakan
negara ke-4 terbesar penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat.
Kasus pre- diabetes di Indonesia juga sangat tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang,
angka ini merupakan yang ke-5 terbesar di dunia, diperkirakan akan naik hingga 20,9
juta di tahun 2025. Ironisnya, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia
menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan
pemeriksaan secara teratur. Penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku
penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan meningkatnya
kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi penyebab utama
kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan DM
membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS.
Tujuan diet DM adalah bagi membantu diabetesi atau penderita diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang
lebih baik. Selain itu terdapat beberapa tujuan khusus antaranya ialah memperbaiki
kesehatan umum penderita, memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara
berat badan ideal atau normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk
memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan akt ivitas normal. Antara lain dari
tujuan diet DM ialah menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM,
Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal serta Menekan atau menunda
timbulnya penyakit angiopati diabetik. Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol
yang kurang baik, maka penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan hingga ke tahap
maksimum agar penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari DM.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas kita ketahui bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang manajemen diabetes mellitus bukan hanya dengan obat-
obatan yang diberikan dokter tetapi juga dengan diet dan gaya hidup yang dilakukan
pasien. Modifikasi pola asupan makanan sehari-hari merupakan salah satu komponen
perubahan gaya hidup yang mempunyai peran paling besar dalam menurunkan gula
darah. Perlu diperhatikan juga asupan energi, jumlah dan jenis protein, serta komponen
lemak dan karbohidrat. Selain itu, bahan makanan kaya akan mineral dan vitamin, serta
nutrien spesifik, mempunyai peran dalam pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi.
Oleh sebab itu, penyuluhan tentang diet diabetes mellitus dan cara pengaturan dietnya
harus dilaksanakan.
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Pada program ini para lansia datang dengan berbagai macam penyakit. Salah
satunya adalahdiabetes mellitus. Intervensi yang dilakukan berupa program penyuluhan
dan diskusi interaktif serta melakukan konseling dengan para peserta posyandu lansia
dan penderita diabetes mellitusdi poli puskesmas Singkawang Utara. Metode ini dinilai
paling tepat dan sesuai dengan tujuan kami yaitu memberikan informasi tentang
diabetes mellitus, jenis- jenis diabetes mellitus, komplikasi diabetes mellitus serta cara
pengaturan makanan untuk penderita diabetes mellitus dimana para masyarakat yang
kurang pengetahuan tentang pengaturan diabetes mellitus menjadi lebih mengerti dan
dapat mengendalikan penyakit tersebut.
D. PELAKSANAAN
Program penyuluhan berupa penyampaian materi mengenai diabetes mellitus
dilakukan pada hari Rabu, 17 Februari 2016 di Posyandu Lansia lempuyangan dan di
poli Puskesmas Singkawang Utara. Peserta adalah seluruh ibu yang rutin mengikuti
posyandu dan penderita diabetes mellitus yang berobat ke poli Puskesmas Singkawang
Utara. Penyampaian materi diberikan dengan menggunakan metode pembagian leaflet
keseluruh peserta yang hadir dan menjelaskan setiap poin-poin dari isi tulisan dalam
leaflet tersebut. Selain itu diberikan juga konseing kepada penderita diabetes mellitus di
poli tentang bagaimana mencegah dan mengontrol penyakit yang diderita. Penyuluhan
kuranglebih sekitar 15 menit yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta tentang materi yang telah disampaikan. Juga pemeriksaan gula darah rutin pada
pasien di Puskesmas.
DOKUMENTASI
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F5. UPAYA SURVEILLANCE, PENCEGAHAN, DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
TOPIK: PENYULUHAN IBU-IBU PESERTA PROLANIS TENTANG RETINOPATI DIABETIK
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N. NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
Retinopati diabetik adalah kelaina retina yang ditemukan pada penderita diabetes
yaitu suatu kelainan pembuluh darah (mikroangiopati) progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus (arteriol prekapiler retina,
kapiler-kapiler,vena-vena). Peningkatan kadar gula dalam jangka panjang pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan beberapa
organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Diabetes
mellitus dapat menyebabkan perubahan pada sebagian besar jaringan okuler. Diantara
perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur iokuler ini yang paling sering
menyebabkan komplikasi kebutaan yaitu retinopati diabetik. Hampir 90% pasien
dibetes tipe 1 dan lebih dari 60% pasien diabetes tipe 2 berkembang menjadi retinopati
diabetik dikarenakan tidak terkontrolnya gula darah. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk mencegah dan menunda onset terjadinya komplikasi kehilangan penglihatan pada
pasien retinopati diabetik seperti kontrol gula darah dan hindari obesitas. Kontrol gula
darah dan tekanan darah sebagaimana ditetapkan oleh Diabetic Control and
Complication Trial (DCCT) dan Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS)
dapat mencegah insidens maupun progresifitas dari retinopati diabetik.
B. RUMUSAN MASALAH
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada
usia dewasa dimana pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami
kebutaan dibandingkan dengan nondiabetes. Resiko mengalami retinopati diabetik
pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya menderita diabetes. Pada
waktu diagnosis diabetes tipe 1 ditegakkan retinopati diabetik hanya ditemukan pada
<5% pasien. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20
tahun lebih dari 90% pasien mengidap retinopati diabetik. Pada diabetes tipe 2 ketika
diagnosis ditegakkan sekitar 25% telah menderita retinopati diabetik. Setelah 20 tahun
prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih dari 60% dalam berbagai
derajat.
Masih banyak penderita diabetes maupun nondiabetes yang tidak mengetahui
komplikasi dari diabetes khususnya komplikasi yang mengenai organ mata. Padahal
kita ktahui bahwya retinopati diabetik inilah penyebab kebutaan paling sering
ditemukan.
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan tanya jawab dengan peserta.
Metode ini dipilih karena dianggap lebih mudah untuk dipahami oleh peserta. Materi
yang disampaikan adalah mengenai pengertian retinopati diabetik, penyebab, gejala,
faktor resiko, komplikasi, pencegahan, dan pentalaksanaan retinopati diabetik.
D. PELAKSANAAN
Penyampaian materi dilakukan pada hari Sabtu, 27 Februari 2016 pukul 07.30
WIB di halaman Puskesmas Singkawang Utara I dilanjutkan dengan tanya jawab
dengan peserta. Penyampaian materi dilakukan melalui penyuluhan menggunakan
leaflet. Teori yang diberikan meliputi pengertian retinopati diabetik, penyebab, gejala,
faktor resiko, komplikasi, pencegahan, dan pentalaksanaanya. Setelah itu peserta
diberikan waktu untuk tanya jawab dan konseling mengenai materi atau apa saja yang
mereka belum paham.
Selama penyuluhan dan tanya jawab, peserta tampak antusias dan bersemangat
untuk mendengarkan dan bertanya.
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta tentang materi yang telah disampaika serta dilakukan setiap hari pada jam kerja
di Poli Puskesmas Singkawang Utara jika mereka ada keluhan.
DOKUMENTASI
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR
TOPIK: DEMAM TIFOID
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh
Program Internsip di Puskesmas Singkawang Utara I
Disusun Oleh
dr. Dian Rosa Arizona
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal __________________________ 2016
oleh
Pendamping Dokter Internsip
dr. Ricka Sandra N.
NIP 197609282006042004
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid mrupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia, saat ini penyakit demam tifoid masih
merupakan penyakit endemik, terutama di kota besar yang padat penduduknya, seperti
halnya di negara – negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat
dengan keadaan sanitasi, kebiasaan higiene yang kurang dan tingkat pendidikan yang
rendah. Sekitar 96% kasus demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, sisanya
disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Kasus demam tifoid sering terjadi pada usia 2
– 19 tahun. Gejala klinis penyakit ini bervariasi dari sakit ringan dengan demam yang
tidak tinggi, badan terasa tidak enak dan batuk kering hingga gejala klinis yang berat
dengan rasa tidak nyaman pada bagian abdomen dan berbagai komplikasi lainnya.
Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan, di daerah rural (jawa barat) 157 kasus per 100.000 penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan
insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum
memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.statistik terbaru mengemukakan bahwa terjadi
setidaknya 16 juta kasus baru demam tifid setiap tahunnya diseluruh dunia dengan
600.000 kematian.
B. PERMASALAHAN/ KASUS
a. Identitas
Nama : An. D
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : laki -laki
Alamat : Setapuk Besar
Agama : Islam
b. Anamnesis
Keluhan utama :
Demam 3 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien diantar ibu nya ke Puskesmas dengan demam sejak 4 hari SMRS.
Demam naik turun. Demam dirasakan lebih tinggi pada malam hari. Demam
tidak disertai kejang. Menurut ibu pasien, pasien sudah diberi obat penurun
panas, namun belum ada perbaikan. Demam turun pada hanya setelah minum
obat penurun panas. Pasien tidak mengeluhkan adanya mimisan, gusi berdarah,
mengigil ataupun bintik-bintik merah pada kulit. Sejak awal demam, pasien
mengalami penurunan nafsu makan dan terdapat keluhan batuk. Selain itu pasien
juga mengeluhkan perut kembung, sakit kepala dan juga mengeluh belum BAB 3
hari. BAK tidak ada keluhan. Keluhan mual dan muntah disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalam keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
alergi disangkal. Riwayat menderita malaria disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa dengan pasien.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik, gizi kesan cukup
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7 C
Berat badan: 20 kg
Kepala : Mata CP (-/-), SI (-/-), bibir lembab
Leher : Kelenjar getah bening tak teraba
Thorax : S1S2 normal, gallop (-),murmur (-), suara nafas vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat
d. Pemeriksaan penujang
Hematologi
Hb : 11,6 mg/dL
Ht : 36,4%
Leukosit : 10.000/µL
Trombosit : 324.000/µL
Malaria : (-)
Serologi Widal
S. Typhi O : 1/400
S.TyphiH : 1/100
S. Paratyphi A : (-)
S. Paratyphi B : 1/200
S. Paratyphi C :(-)
e. Diagnosis kerja
Demam tifoid
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan yaitu penatalaksanaan yang diberikan secara
medikamentosa maupun non medikamentosa.
Nonmedikamentosa
- Tirah baring
- Diet makananlunak
- Edukasi tentang sanitasi dan hiegine yang baik
Medikamentosa
- Paracetamol syrup 3xcth I1/2
- Kloramfenikol syrup 4xcth I
- Ambroxol syr 3xcth1
D. PELAKSANAAN
Pengobatan dilakukan pada hari Sabtu, 5 Maret 2016 di puskesmas singkawang
utara I.
E. MONITORING DAN EVALUASI
Pasien diminta dating untuk kontrol 3 hari berikutnya. Pada saat control dilakukan
evaluasi dan follow up mengenai keluhan pasien sudah berkurang atau belum. Jika
pasien bertambah lemah, direncanakan pasien dirawat inap di Puskesmas.
DOKUMENTASI