Download - Laporan Reaktor Ita
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Reactor adalah suatu alat untuk berlangsungnya reaksi kimia. Pada desain
reactor, sangat sulit untuk menentukan berapa ukuran dan tipe reactor serta metode
operasi yang paling baik untuk digunakan. Karena temperature dan komposisi dri
fluida yang bereaksi mungkin berbeda dari satu titik ke ttitik lainnya dalam reactor,
yang tergantung pada karakteristik dari reaksi endotermik, dan tergantung pada laju
penambahan panas atau penghilangan panas dari sitem. Pengaruhnya dikarenakan
beberapa factor yang harus dipertimbangkan untuk memprediksikan performance
reactor.
Pada saat awal untuk mendesain reactor diperlukan informasi sebagai berikut :
1. Kebutuhan katalis
2. Kapasitas produksi
3. Jenis reaksi (sederhana atau kompleks)
4. fase yang terlibat dalam reaksi
5. Kontrol temperature dan tekanan (isothermal, adiabatic atau lainnya)
6. Biaya ekonomi
7. Perpindahan panas dan massa.
!.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta laju reaksi
2. Untuk menghitung nilai konstanta laju reaksi
3. Untuk mengetahui pengaruh konstanta laju reaksi terhadap waktu
I.3. Permasalahan
Permasalahn dari percobaan ini adalah :
1. Apakah lama pengadukan berpengaruh terhadap konsentrasi dan volume yang
akan dicapai.
2. Bagaimana hasil yang dicapai tersebut bila dibandingkan tanpa pengadukan
dan bagaimana perbandingan variable tersebut secara grafik.
3. Bagaimana cara menghitung nailai dari konstanta laju reaksi.
I.4. Hipotesa
Hipotesa dari percobaan ini adalah :
1. Konsentrasi berbanding lurus dengan konstanta laju reaksi
2. Konstanta laju reaksi berbandng terbalik dengan waktu.
3. Konsentrasi berbanding lurus dengan waktu.
!.5. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah:
1. Praktikan dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Praktikan dapat mengetahui bagaimana cara menghitung konstanta laju reaksi.
3. Praktikan dapat memahami prinsip kerja Tubular Flow Reactor.
4. Praktikan dapat mengetahui pengaruh pengadukan terhadap laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika Kimia
Kinetika adalah ilmu yang mempelajari kecepatan perubahan suatu proses, misalnya :
Perubahan jumlah zat selama reaksi berlansung
Perubahan temperature pada pengontakan dua bendayang memiliki
temperature yang berbeda.
Perubahan jumlah produk.
Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan reaksi dan factor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi tersebut termasuk di dalamnya :
1. Melakukan pengukuran kecepatan rekasi
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi, temperature, dan tekanan terhadap
kecepatan reaksi.
3. Menentukan mekanisme reaksi.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan suatu rangkaian percobaan yang
mengahsilkan :
1. Suatu hubungan yang menghasilkan variable-variabel seperti konsentrasi,
temperature, tekanan dengan kecepatan reaksi yang dipelajari.
2. Mekanisme yang dihasilkan dari interpretasi hubungan empiric yang
diperoleh dari butir satu di atas.
Hasil percobaan tersebut sangat berguna dalam merancang reaktor.
Kinetika dan Perancangan Rekator Kimia
Dalam merancanga reactor, data kinetika berguna untuk menetukan :
1. Kapasitas reactor
2. Kapasitas produk
3. Kuantitas produk
Ketiga faktor di atas sangat penting dalam mnentukan keekonomian suatu proses dan
system pemroses. Hal ini dapat dijelaskan dengan meninjau contoh perubahan kimia
berikut :
A B (produk yang diinginkan)
A C
Proses dan system pemroses dapat lebih ekonomis jika:
1. Proses berlangsungnya lebih cepat.
2. Sistem pemroses dapat mengahsilkan sebanyak mungkin produk yang
diinginkan (B), dan menghindari sejauh mungkin pembentukan produk yang
tidak diinginkan (C).
Keadaan tersebut dapat dicapai dengan melangsungkan proses pada kondisi yang
tepat dan di dalam system pemroses yang memiliki ukuran serta kapasitas system
pemroses baru dapat dilakuakn setelah diketahui pengaruh konsentrasi, temperature,
dan tekanan terhadap keceptan reaksi.
Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan jumlah mol
reaktan atau penambahan jumlah mol produk untuk setiap satuan jumlah tempet
berlangsung reaksi. Jumlah tempet berlangsungnya reaksi tergantung pada jenis
reaksi. Untuk reaksi homogen, yaitu reaksi yang melibatkan satu fase campuran
reaksi, jumlah tempat reaksi dapat dinyatakan sebagai volume campuran reaksi,
sehingga secara matematis keceptan reaksi dapata ditulis sebagai berikut :
dimana :
r1 = kecepatan reaksi mol
tanda negative menunjukkan keceptan pengurangan reakstan, sedangkan tanda positif
menunjukan keceptan penambahan produk.
n = jumlah molekul
t = waktu reaksi
V = volume campuran reaksi
Untuk reaksi heterogen, yaitu reaksi yang melibatkan beberapa fase di dalam
campuran reaksi, misalnya reaksi fluida-padatan, jumlah tempat reaksi dapat
dinyatakan engan besaran seperti :
!. Massa padatan (Wi)
mol gram-1 detik-1
2. Volume padatan
mol liter-1 detik-1
3. Volume fluida
mol liter-1 detik-1
4. Luas permukaan padatan
mol liter-1 detik-1
Pemilihan satu daru persamaan-persamaan di atas terutama didasarkan pada
kemudahan penggunaannya saja.
Konsep Dasar Kinetika Kimia
Umumnya kecepatan reaksi atau laju reaksi merupakan fungsi konsentrasi,
temperature dan tekanan. Mendapatkan bentuk matematis sebagai fungsi ketiga
besaran di atas (C, P, T) merupakan persoalan utam cabang ilmu kinetika terapan.
Secara kuantitatif hubungan antara konsentrasi dan laju reaksi baru dipelajari oleh
Barthelot dan st. Gilles pada tahun 1982. Didukung oleh hasil-hasil percobaan yang
mengikutinya, dpat disimpulkan bahwa laju reaksi merupakan fungsi konsentrasi
pangkat suatu bilangan.
Bagi reaksi :
a A + b B c C + d D
Hubungan laju reaksi dan konsentrasi reaktan dapat ditulis sebagai berikut :
- rA = k CAα . CB
β
Dengan α dan β disebut orde reaksi dan k disebut konstanta keceptan reaksi.
Orde Reaksi
Orde reaksi adalah bilangan yang menyatakan derajat ketergantungan laju reaksi pada
konsentrasi reaktan dan memiliki beberpa sifat sebagai berikut :
1. Orde reaksi ditentukan dari percobaan, sehinga tidak perlu bilangan bulat.
2. Orde reaksi tidak perlu sama dengan koefisien stoikiometri reaksi kecuali di
dalam keadaan khusus (,isalnya pada reaksi elementer). Jadi α dan β tidak
perlu sama dengan a dan b.
Konstanta Kecepatan Reaksi
Konstanta keceptan reaksi (k) yang disebut juga sebagai laju reaksi spesifik adalah
nilai laju reaksi pada konsentrasi reaktan satu dengan satu satuan konsentrasi. Satuan
tergantung pada orde reaksi dan nilainya tergantung komponennya ditinjau.
Laju reaksi dan Persamaan Laju
Bagi suatu reaksi kimia dengan persamaan stoikiometri sebagai berikut :
V1.X1 + V2.X2 + ……. = V3 .X3 + V4 .X4
Laju reaksi r dapat didefinisikan sebagai :
Dimensi dari r adalah konsentrasi/waktu. Bagi system gas, dimana diandaikan
persamaan gas ideal berlaku, maka
Konsentrasi i
Sehingga pada suhu tetap, konsentrasi dapat diganti dengan teakanan (P). Untuk
pengamatan dengan spektrofotometer konsentrasi dapat diganti dengan absorbansi.
Laju reaksi merupakan fungsi dari berbagai variable yang menentukan jalannya
reaksi, seperti konsentrasi pereaksi, konsentrasi hasil reaksi, suhu, tekanan total (bagi
system gas), zat-zat lain di luar pereaksi dan hasil reaksi (seperti katalis), dan
sebagainya. Jadi :
R = f(T,F[Xi],C,….)
Kefungsian r pada konsentrasi disebut sebagai persamaan laju, yang merupakan
ungkapan yang diperoleh sebagai suatu pengamatan eksperimen. Dengan kata lain,
bentuk persamaan laju tak dapat diperoleh dari bentuk persamaan stoikiometri,
bentuk stoikiometri yang sama dapat menghasilkan persamaan laju yang berbeda.
Beberapa contoh berikut dapat memperjelas.
a.Reaksi hydrogen denagan iod membentuk hydrogen iodida (fase gas)
H2 + I2 2 HI
Memiliki persamaan laju :
r = k[H2][I2]
b. Reaksi hydrogen dengan brom membentuk hydrogen bromide (fase gas).
H2 + Br2 2 HBr
Memilki persamaan laju:
c. Reaksi pembentukan fragen (fase gas)
CO + Cl2 COCl2
Memiliki persamaan laju r = k[Cl2]3/2[CO]
Kesimpulan : persamaan stoikiometri suatu reaksi tidak menggambarkan proses
kimia yang berlangsung secara lengkap. Yang sebenarnya berlangsung adalah lebih
rumit daripada yang digambarkan oleh persamaan stoikiometri.
Persamaan laju dapat memiliki berbagai bentuk. Bila persamaan laju berbentuk
perkalian dari konsentrasi, masing-masing dengan pangkat tertentu, seperti :
R = k [A]a[B]b[C]c
Maka dapat didefinisikan pengertian orde reaksi, yaitu :
a = orde reaksi terhadap A
b = orde reaksi terhadap B
c = rde reaksi terhadap C
dan seterusnya, sedangkan
k = tetapan laju reaksi
Orde reaksi dpat berupa bilangan bulat atau pecahan, positif maupun negative.
Bila persamaan laju tak dapat dituliskan dalam bentuk pemfaktoran seperti di atas,
seperti dalam hal reaksi antara hydrogen dengan brom, maka reaksi dikatakan tak
memilki orde tertentu terhadap berbagai komponennya.
Penentuan orde reaksi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu : cara differensial dan
cara integral. Dalam cara differensial, yang ditentukan adalah orde reaksi terhadap
salah satu komponen pereaksi, sedangkan dalam cara integral dilakukan pengandaian
sutau orde reaksi dan dicek dengan data reaksi.
a. Cara differensial
Cara differensial didasrkan pada penggunaan persamaan laju secara langsung.
Untuk kasus suatu komponen, dengan persamaan laju :
R = k [A]a
Maka :
ln r = ln k + a ln [A]
Pengaturan ln r terhadap ln [A] dari data pengamatan, akan menghasilkan garis
lurus, dengan koefisien kelerengan (slope) a dan perpotongan dengan ordinat pada
ln k. Dengan demikian orde dapat ditentukan langsung melalui penarikan garis
lurus terbaik (berdasar data pengamatan) dan penentuan kelerengannya. Bila reaksi
terdiri dari dua pereaksi, dengan persamaan laju dituliskan sebagai :
r = [A]a[B]b
Salah satu harga komponen dibuat berharga tetap, dengan cara menggunakan
konsentrasi yang jauh lebih besar dari yang lain. Jadi, jika [B]>> [A], maka
perubahan harga [A] tak akan banyak mempengaruhi [B], sehingga selama reaksi
berlangsung dapat dianggap “tetap”. Dengan demikian, dari ungkapan :
ln r = (ln k + b ln [B]) + a ln [A]
Pengaturan ln r terhadap ln [A] tetap menghasilkan orde trhadap A dengan suku
dalam {…} merupakan perpotongan dengan ordinat. Proses ini dapat dibalik,
dengan membuat konsentrasi A “tetap” untuk memperoleh orde terhadap B, dan
kemudian harga tetapan laju k.
b. Cara Integral
Cara integral didasarkan atas pengandaian harga orde reaksi tertentu terhadap suatu
komponen. Jadi, jika diandaikan reaksi berorde a terhadap A, persamaan laju reaksi
menjadi (untuk satu komponen) :
yang dapat pula dituliskan sebagai :
Bila orde reaksi a = 1, integrasi menghasilkan ungkapan :
Ln [A] = ln [A]0 – kt
Sehingga pengaturan ln [A] terhadap t akan menghasilkan garis lurus, dengan
kelerengan sebesar – k. Disini [A]0 adalah konsentrasi A pada awal reaksi, yaitu t =
0. Bila digunakan andaian orde a ≠ 1, integrasi akan menghasilkan:
Cara integral biasanya digunakan setelah ada indikasi besar orde reaksi dari cara
differensial.
Reaksi Sederhana dan Reaksi Rumit
Suatu reaksi dikatakan sebagai reaksi sederhana bila persamaan stoikiometrinya
menggambarkan apa yang sebenarnya berlangsung. Contoh :
H2 + Br H
Suatu reaksi kimia disebut sebagai reaksi rimit atau kompleks bila reaksi tersebut
tersusun atas beberapa reaksi sederhana. Karena itu, pada umumnya persamaan laju
reaksi rumit tidak dapat diturunkan dari persamaan stoikiometrinya. Sebagai contoh
adalah reaksi H2 + I2, yang persamaan lajunya berupa pemfaktoran kedua
konsentrasi, tetapi penelitian terakhir menunjukkannya bukan suatu reaksi sederhana.
Untuk membedakan suatu persamaan stoikiometri reaksi rumit, bagi reaksi sederhana
digunakan tanda panah.
Terdapat berbagai cara untuk menyusun reaksi-reaksi sederhana menjadi suatu reaksi
rumit. Untuk itu secara sederhana terdapat tigs macam susunan, yaitu :
a. susunan reaksi parallel
b. susunan reaksi berurutan
c. susunan reaksi berlawanan
Suatu susunan reaksi disebut sebagai reaksi parallel bila suatu pereaksi secara
bersamaan dapat mengalami dua atau lebih reaksi yang berbeda, dengan produk yang
berbeda pula.
Suatu susunan reaksi disebut sebgai reaksi berurutan bila salah satu produk dari
reaksi pertama mengalami reaksi lebih lanjut pada reaksi kedua.
Suatu reaksi disenut berlawanan bila produk-produk reaksinya dapat bereaksi kembali
menghasilkan pereaksi awal.
Tipe dan Klasifikasi Reaktor
Berdasarkan proses yang terjadi, terbagi atas :
1. Reaktor Batch
Reaktan dimasukkan sekaligus, reaksi dihentikan setelah dicapai konversi
yang diinginkan, biasanya untuk reaksi fase cair kapasitas kecil berupa tanki
silinder dan vertical. Reaktor batch dibuat dri stainless steel tetapi lebih
menguntungkan bila permukaan dalamnya dilapisi dengan gelas atau polimer
untuk meminimalkan korosi.
Keuntungan :
o Murah, mudah pemeliharaannya, konstuksi sederhana.
o Mudah untuk memulai dan menghentikan operasi.
Kerugian :
Banyak waktu terbuang untuk pengisian, pemanasan untuk
satu batch tidak produktif.
Tidak pasti untuk fase gas, mudah terjadi kebocoran.
2. Rekator Alir (Continuous Flow)
Reaktan/feed dimasukkan dengan kecepatan konstan.
Keuntungan :
Setiap waktu produktif, hasil diperoleh secra kontinyu.
Kualitas hasil lebih terkontrol (steady state)
Komposisi produk setiap saat sama.
Fasilitas control suhu dan tekanan osmosis
Simple, bias dikendalikan tanpa banyak SDM.
Kerugian :
Biaya instalasi mahal (lengkap dengan alat control flow dan suhu
otomatis).
Perlu waktu untuk mencapai steady state.
Waktu tinggal tiap bagian dari reaktan tidak sama, reaktan yang ada di
pusat pipa lebih cepat keluar daripada yang di sudut, sehingga
konversi praktis tidak persis seperti perhitungan teoritis.
Karena tanpa pengadukan, sering terjadi hotspot (bagian yang suhunya
sangat tinggi) pada tempat pemasukan reaktan sehingga secara praktek
tidak pernah isothermal.
3. Reaktor Semi Batch atau Reaktor Semi Flow
Biasanya berupa tanki berpengaduk.
Tanki diisi sebagian reaktan, sementara yang lain dimasukkan secra
kontinyu, penambahan dihentikan setelah konversi tercapai.
Untuk reaksi bolak-balik, jika salah satu produk atau lebih dapat
dikeluarkan akan menyebabkan reaksi bergeser ke kanan.
Neraca massa dan panas lebih kompleks, unsteady state dan prosesnya
terbuka.
Berdasarkan desain/bentuknya, terbagi atas :
1. Rektor Tanki
Reaktor jenis ini paling umum digunakan pada industri kimia.
Pada umumnya dilengkapi dengan alat agitasi (seperti stirring
cooking) juga untuk perpindahan panas (seperti jucket, pertukaran
panas eksternal dan internal).
Dapat digunakan untuk operasi batch, semi batch atau continuous
dengan jangkauan yang luas untuk temperature dan tekanan. Kecuali
untuk liquid yang sangat kental, pendekatan untuk mixing yang
sempurna (back mixing) dapat dicapai untuk stirred tank reactor.
2. Reaktor Tubular
Untuk reaksi gas dalam skala besar, tanpa pengaduk. Seperti cracking
hidrokarbon, konversi udara menjadi NO dan oksidasi NO menjadi
NO2 adalah salah satu contoh penggunaan reactor tubular.
Reaktan masuk pada salah satu ujung dan produk keluar dari ujung
lainnya.
Ada 3 macam : Single Jucket Tube, Shell and Tube (Multi Tubular),
pipa-pipa yang dibakar (furnace).
Dapat diaplikasikan apabila back mixing dari campuran reaksi pada
aliran langsung tidak diinginkan.
Menggunakan katalis pellet atau padatan pellet.
3. Reaktor Tower
Silinder vertical dengan perbandingan antara tinggi dan diameter yang
besar.
Dapat menggunakan baffle dan solid packing (reaktan, katalis atau
inert).
Dapat digunakan untuk proses kontinyu yang melibatkan tanki
hydrogen.
Contohnya pada lime klin dan unit-unit absorbsi gas – liquid termasuk
packed tower, plate tower dan spray tower.
4. Reaktor fluidized Bed
Vessel silinder yang vertical yang mengandung slurry partikel katalis
denagan medium liquid yang salah satunya adalah reaktan.
Reaktan gas dibublingkan melalui slurry dalam medium liquid,
dimana ada katalis reaksi.
Tekinik ini dilengkapi dengan control temperature karena kapasitas
panas yang tinggi dan karakteristik perpindahan panas dari liquid,
contoh pada skala produksi, reactor slurry digunakan pada
hidrocracking dari residu fuel oil. The Tubulating – Bed Reaktor
(nama komersilnay H – Cool Reactor) yang dikembangkan oleh
Hydrocarbon Research Inc, dapat diklasifikasikan sebagai reactor jenis
ini. Reaktor ini digunakan dalam pengembangan proses liquefaction
batubara. Sistem reaksi mengandung batubara dan partikel katalis,
minyak dan gas hydrogen.
Berdasarkan fase reaksi, tergai atas :
1. Reaktor Homogen (1 fase)
2. Rekator Heterogen (2 fase atau 3 fase; konfigurasu dan fase kontak
bervariasi)
Berdasarkan kondisi operasinya, terbagi atas :
1. Reaktor Isotermal
Jika umpan yang masuk reactor, campuran dalam reactor dan aliran
yang keluar selalu uniform dan suhunya sama.
2. Reaktor Adiabatik
Jika tidak ada perpindahan panas dengan lingkungan.
Jika isotermis panas yang terjadi dipakai untuk menaikkan suhu
campuran dalam reactor (konsstanta kecepatan reaksi kecil).
Waktu yang dibutuhkan kecil untuk mendapat konversi yang sma
pada batch lebih pendek dan operasi lebih sederhana.
Untuk reaksi endotermis, panas diambil dari campuran dalam
reactor, k <<; << dapat menyebabkan reaksi stop.
Jika reaksi eksotermis, panas campuran berlebihan,
menguap/merusak hasil.
Hanya baik untuk reaksi yang panas reaksinya kecil, sehingga
perubahan suhu daaaalam reactor masih dalam batas suhu operasi,
selain itu inert.
3. Reaktor Non Adiabatis – Non Isotermis
Jika dalam reactor dimasukkan atau dikeluarkan panas atau terjadi
perpindahan panas aaaantara reactor dan linkungannya.
Berdasarkan susunannya, terbagi atas :
1. Reaktor Tunggal
Kapasitasnya kecil, reaksi sederhana, konversi tidak terlalu tinggi.
2. Reaktor Rangkai
Reactor seri dan reactor parallel.
3. Reaktor Kombinasi
Menghubungkan dua tipe reactor untuk memaksimumkan konversi.
Berdasarkan reaksi berlangsung, terbagi atas :
1. Reaktor untuk Reaksi Sederhana
Reaksi irreversible tanpa hasil samping
2. Reaktor untuk Reaksi Kompleks
Reaksi seri, reaksi parallel, dan reaksi bolak-balik.
Contiuous Stirred Tank (CSTR)
Reactor tipe ini terdiri dari satu atau lebih tanki yang biasanya dipasang
vertical dengan pengadukan sempurna yang dilakukan secara kontinyu, sehingga
diperoleh suatu keadaan dimana komposisi campuran didalam reactor benar-benar
uniform (seragam).
Efisiensi pengadukan tergantung pada :
1. Tipe dan kecepatan impeller.
2. Jenis larutan.
3. Ratio impeller dengan diameter reactor.
4. Geometri reactor.
5. Jumlah dan lebar baffle.
Pengadukan ideal/sempurna, artinya :
1. Komposisi dalam tanki dimanapun sama.
2. Aliran produk yang meninggalkan tanki memiliki komposisi yang sama
seperti halnya campuran dalam tanki.
Karakter umum CSTR adalah :
1. Cocok untuk reaksi fase liquid.
2. Digunakan untuk industri kimia organic dengan skala produk menengah dan
besar.
Keuntungan CSTR, yaitu :
1. Dapat beroperasi secara kontinyu.
2. Mampu memberikan kualitas produk yang konsisten.
3. Pengendaliannya otomatis.
4. Kebutuhan akan teanaga manusia rendah.
5. Hotspot bius diminimalkan karena penagadukan.
6. Mudah untuk menghandle rangkaian seri yang masing-masing reactor berbeda
temperature.
Plug Flow Reactor (PFR)
Plug Flow reactor umumnya dikenal dengan istilah Flug Katalis atau Plug
Reaktan. Kebanyakan dari reactor dapat digunakan sebagai ukuran kinetic, tapai
kerugian penggunaannya sangat berarti.
Kerugian single pellet atau string pellet reactor dapat dibicrakan secara
singkat, dan sedikit memerlukan bantuan. Sepintas dapat menjadi masalah yang
serius dan keuntungan turbular reactor sangat kecil.
PFR dapat digunakan untuk ukuran kinetic melalui PFR plug dapat dilewati,
dan operasi kromatografik atau non kromatografik. KEduanya sangat sulit. Suatu
reaktan melewati beberapa tempat, beberapa persiapan biasanya diperlukan. Hal ini
mungkin sebagai hasil dari adsorpsi reaktan untuk kadar yang berbeda atau sebagai
hasil dari batas perpindahan massa. Sesungguhnya, pertukaran bentuk dari plug gas
sepintas karena tempat katalis dapat digunakan sebagai basis ukuran dari koefisien
difusi. Apakah komponen-komponen yang dipisahkan secara kromatografik
mempengaruhi proses adsorpsi, reaksi dan difusi. Hasilnya mungkin tidak mencapai
ukuran kinetic yang diinginkan.
Sebagaimana keadaan di atas, biasanya hasilnya tidak representative dimana
katalis tidak mencapai kesetimbangan. Selama reaksi, permukaan katalis mengalami
perubahan dalam beberapa tempat, dengan deposisi dari residu karbonaccous dan
kinetic ini dipakai pada keadaan tetap.
System reactor ini dapat dikelompokkan dalam aturan plug reactor kecuali
untuk ukuran kinetic, recycle reactor mendukung beberapa persamaan pada tubular
reactor dan beberapa persamaan pada sirred reactor. Prinsip metoda ini sangat mudah,
untuk integral reactor mungkin, hasilnya tidak dapat dipercaya kareana fluktuasi
temperature, masalah ini dapat dihindari jika besarnya konversi dapat dicapai dengan
recycle reaktan katalais berlebih dengan cara berlakunya konversi yang kecil dalam
masing-masing cycle katalis yang ada mempunyai temperature yang setimbang antara
masing-masing impulasi.
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Erlenmeyer
2. Beker glass 1000 ml 1 buah
3. Beker glass 100 ml 3 buah
4. Gelas ukur
5. Buret
Bahan yang digunakan :
1. NaOH 2 N
2. HCl 4 N
III.2 Prosedur Percobaan
1. Hidupkan tombol Power Supply untuk mengalirkan arus listrik ke seluruh
system reactor.
2. Tunggu hingga air terdistribusi penuh pada system. Hal ini dilakukan
untuk menjaga adanya kenaikan temperature secara mendadak.
3. Hidupkan Tombol A dan B yang berfungsi untuk memompakan reaktan
yang akan direaksikan dalam reactor tersebut. Volume masing-masing
reaktan diukur dengan control volumeter yang tersedia pada reactor
tersebut.
4. Amati temperature yang dihasilkan dari reaksi yang terjadi dalam reactor
tersebut.
5. Hasil dari reactor tersebut dititrasi untuk mengetahui konsentrasi produk
yang dihasilkan.