Download - laporan program kesehatan lingkungan
-
1
I. LATAR BELAKANG
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu pilar ilmu kesehatan
masyarakat yang memberikan perhatian terhadap segala macam bentuk
kehidupan, bahan dan kondisi di sekitar manusia yang memiliki potensi untuk
menimbulkan gangguan yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
serta melakukan analisis dan mencari upaya alternatif pemecahan masalah.
Dasar keilmuan kesehatan lingkungan adalah mengidentifikasi, mengukur,
menganalisis, menilai, memprediksi bahaya berbagai pajanan di lingkungan,
dan melakukan pengendalian dengan tujuan mencegah dan melindungi
kesehatan masyarakat dan ekosistem. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
interaksi dinamis berbagai pajanan atau agen lingkungan (fisik, radiasi, kimia,
biologi, dan perilaku) melalui wahana udara, air, limbah, makanan dan
minuman, vector dan rodent, dan manusia di lingkungan pemukiman, tempat
kerja atau sekolah, tempat-tempat umum maupun perjalanan dengan risiko
dampak kesehatan (kejadian penyakit) pada kelompok manusia atau
masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air
minum, higienitas dan sanitasi masih sangat besar. Pada konferensi yang
diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP), Indonesia
berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Menurut
data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta
penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar
sembarangan (BABS) di sungai, laut, atau di permukaan tanah.
Sanitasi yang tidak memadai, baik di pedesaan maupun perkotaan, telah
berdampak buruk pada kesehatan dan terutama pada orang miskin yang paling
tidak mampu menangani tanpa bantuan pemerintah. Karena masalah sanitasi
tersebut, tercatat setidaknya terjadi 121.100 episode diare dengan 50.000
kematian setiap tahunnya. Sedangkan pada bidang ekonomi, hal ini
menyebabkan kerugian lebih dari 31 triliun rupiah per tahun (Tim Water and
Sanitation Program, 2012).
-
2
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial
budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar sembarangan
(BABS), khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi
dan kebutuhan higienis lainnya. Hanya 38,4% dari penduduk pedesaan yang
memiliki akses ke sanitasi yang layak. Pemerintah telah menunjukkan bahwa
target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal
MDS) poin ke 7 mengenai sanitasi lingkungan memerlukan perhatian
khusus. Hal ini dikarenakan pergerakan program yang tidak berada di jalur
yang benar. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) untuk merubah perilaku higienis dan
peningkatan akses sanitasi yang lebih cepat, murah, dan berkelanjutan. Disebut
Sanitasi Total karena target yang ingin dicapai adalah suatu komunitas
mencapai kondisi : (1) Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS); (2)
Mencuci tangan pakai sabun (CTPS); (3) Mengelola air minum dan makanan
yang aman (PAMM RT); (4) Mengelola sampah dengan benar dan (5)
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Direktorat Penyehatan
Lingkungan, 2013).
Stop BABS adalah pilar utama untuk menghasilkan peningkatan
kebutuhan masyarakat untuk memperbaiki sanitasi, sesuai dengan prinsip
pendekatan non subsidi untuk fasilitas sanitasi rumah tangga. Pembuangan
tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan
yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai
media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan
gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika.
Puskesmas Karanggede sebagai pusat pelayanan kesehatan utama di
Kecamatan Karanggede memiliki tugas dalam upaya perbaikan sanitasi
lingkungan. Seperti dicantumkan dalam laporan Hasil Perubahan Sarana dan
Perilaku Kegiatan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Program
STBM Kabupaten Boyolali tahun 2014, baru 4 desa dari 16 desa di Kecamatan
Karanggede yang 100% warganya tidak BABS yaitu Desa Pinggir, Tegalsari,
-
3
Sranten, dan Mojosari. Walaupun begitu, cakupan sanitasi layak sesuai MDGs
2015 yaitu minimal 62,41% sudah terpenuhi di semua desa. Lima desa dengan
cakupan terendah adalah Desa Kebonan (71%), Desa Sendang (78%), Desa
Sempulur (79%), Desa Grogolan (85%) dan Desa Bangkok (89%). Sesuai
program STBM dari pemerintah, telah dilakukan kegiatan pemicuan dan
sosialisasi guna meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya stop BABS.
Pemicuan dan sosialisasi telah dilakukan di beberapa desa dengan hasil yang
cukup baik, yaitu terpicunya warga untuk membuat jamban, baik dalam bentuk
jamban cemplung ataupun leher angsa. Tercatat sebanyak 3 kepala keluarga
(KK) Desa Bantengan, 8 KK Desa Tegalsari, 1 KK Desa Grogolan, 3 KK Desa
Mojosari dan 2 KK Desa Sendang yang terpicu untuk stop BABS di triwulan
pertama Program STBM 2014. Sedangkan pada triwulan kedua, tercatat 2 KK
Desa Mojosari, 1 KK Desa Sendang, dan 2 KK Desa Kebonan terpicu untuk
stop BABS.
Pada triwulan keempat ini, program STBM memfokuskan diri ke Desa
Bangkok. Desa Bangkok dipilih karena masih masuk dalam 5 desa dengan
cakupan terendah dan belum dilakukan pemicuan dan sosialisasi pada tahun
2014. Dengan luas wilayah 3.146.165 km2, Desa Bangkok terdiri dari 5 dukuh,
4 RW, 16 RT dengan 581 rumah, 641 KK dan total penduduk sebanyak 2.301
orang. Pada laporan STBM 2014 triwulan ketiga tercatat sebanyak 174 warga
masih BABS dengan sisanya sebanyak 267 warga menggunakan jamban
cemplung dan 250 warga menggunakan jamban leher angsa. Dengan dilakukan
pemicuan dan sosialisasi mengenai stop BABS diharapkan masyarakat Desa
Bangkok dapat terpicu untuk menggunakan jamban sehingga tercapai cakupan
sanitasi layak yang lebih baik dan akhirnya tercapai kondisi masyarakat yang
bersih dan sehat.
-
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan
yang menekankan pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang berperan aktif dalam
proses pengambilan keputusan. Tujuan dari STBM adalah terciptanya suatu
kondisi sanitasi total dalam upaya mengurangi penyakit berbasis lingkungan.
Dalam mencapai tujuan, indikator yang digunakan adalah menurunnya kejadian
penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan
sanitasi dan perilaku.
Dalam upaya ini, STBM memiliki 5 pilar perubahan perilaku, yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air
sembarangan.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir.
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
Suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum
dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya,
serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 5
(lima) kunci; keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii)
memisahkan pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan
benar, (iv) menjaga pangan pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan
bahan baku yang aman.
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Proses pengelolaan sampah yang aman pada tingkat rumah tangga
dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur
ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah
-
5
dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga
untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
Gambar 2.1 Visi STBM
Sedangkan strategi yang digunakan dalam STBM di antaranya adalah :
1. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif
Menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total,
melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku
STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.
-
6
2. Peningkatan Kebutuhan
Upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan
perilaku yang higienis dan saniter.
3. Peningkatan Penyediaan atau Pasokan Sanitasi
Meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap
produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka
membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.
4. Pengelolaan Pengetahuan
Pengelolaan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil studi dan
riset agar pihak yang berkepentingan memiliki akses yang mudah, cepat dan
murah.
5. Pembiayaan
Sinergi sumber daya untuk mendukung, dan penguatan pendekatan
STBM dengan fokus nonsubsidi untuk pembangunan sarana individu (on-
site system)
6. Pemantauan dan Evaluasi
Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian program dan
mengidentifikasi pembelajaran yang dapat dipetik selama pelaksanaan.
III. PERMASALAHAN
1. Individu
a. Masyarakat kurang memahami gangguan kesehatan yang akan
ditimbulkan bila buang air besar di sembarang tempat.
b. Masyarakat memiliki keterbatasan ekonomi dalam membangun wc
ataupun jamban cemplung.
c. Masyarakat terutama lansia yang terbiasa buang air besar
sembarangan memiliki perasaan psikologis bahwa ia tidak akan bisa
buang air besar secara lampias jika tidak BAB di sungai atau kebun.
d. Masyarakat kurang mengetahui mengenai cara menjaga kebersihan.
-
7
2. Lingkungan
a. Masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air
bersih.
IV. PERENCANAAN
Tempat : Desa Bangkok
Waktu : Kamis, 23 Oktober 2014 (Dukuh Karangsalam, RT 07 RW 02)
Kamis, 20 November 2014 (Dukuh Karangsalam, RT 05 RW 02)
Senin, 12 Januari 2015 (Dukuh Krajan, RT 17 dan 11 RW 03)
Sasaran : seluruh perwakilan KK di Desa Bangkok
Kegiatan : Pemicuan, penyuluhan/ sosialisasi, dan diskusi
V. INTERVENSI
No Prioritas Masalah Rencana Kegiatan
(Intervensi) Metode dan Pendekatan
1. Masyarakat kurang
mengetahui gangguan
kesehatan yang akan
ditimbulkan bila buang
air besar di sembarang
tempat.
Memberi edukasi
kepada masyarakat
mengenai dampak
BABS dan
mengenai STBM
a. Memberi edukasi melalui
metode penyuluhan kepada
masyarakat mengenai
dampak BABS dan STBM,
yang meliputi:
1) 5 Pilar STBM
2) Pemaparan alasan
masyarakat masih BABS
3) Penyakit-penyakit yang
dapat timbul karena
perilaku BABS, dari
yang ringan seperti
gatal-gatal hingga yang
berat yaitu Hepatitis dan
Polio
-
8
4) Alasan harus stop BABS
5) Alur penularan penyakit
melalui BAB
6) Manfaat stop BABS
7) Pengenalan jamban
dengan berbagai tipe
(jamban cemplung,
jamban leher angsa)
b. Memperlihatkan poster yang
berisikan informasi
mengenai pembuatan
jamban dan tipe nya
c. Mengadakan forum tanya-
jawab mengenai kesehatan
lingkungan terutama yang
berkaitan dengan stop
BABS
2. Masyarakat memiliki
keterbatasan ekonomi
dalam membangun wc
maupun jamban
cemplung
Melakukan diskusi
antar warga dan
memberikan pilihan
solusi
Melakukan diskusi antar warga
dan memberikan pilihan solusi
dengan:
a. metode arisan jamban sehat
b. memberikan info mengenai
paket hemat pembuatan
jamban yang terdapat di
wilayah Karanggede
-
9
3. Masyarakat terutama
lansia yang terbiasa
buang air besar
sembarangan
memiliki perasaan
psikologis bahwa ia
tidak akan bisa buang
air besar secara
lampias jika tidak BAB
di sungai atau kebun.
Memberikan
edukasi kepada
masyarakat
terutama lansia
yang masih BABS
a. Memberikan edukasi baik
melalui metode penyuluhan
maupun pendekatan secara
personal kepada masyarakat
terutama lansia mengenai
bahaya atau gangguan
kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari BABS
b. Memberikan keyakinan dan
motivasi bahwa penggunaan
jamban justru akan lebih
memberikan rasa nyaman
dan aman untuk buang air
besar.
4. Masyarakat kurang
mengetahui mengenai
cara menjaga
kebersihan.
Memberi edukasi
kepada masyarakat
mengenai
pentingnya cuci
tangan, penyediaan
air minum, dan
pembuangan
limbah rumah
tangga
a. Mengajari cara cuci tangan
yang baik (6 langkah cuci
tangan) dengan sabun dan
menjelaskan pentingnya bagi
kesehatan dengan tujuan
sebagai motivasi agar
masyarakat senantiasa
membersihkan tangan
sehabis buang air besar
sebagai upaya peningkatan
taraf perilaku hidup bersih
sehat (PHBS)
b. Menjelaskan pentingnya air
bersih, syarat air bersih, dan
jenis sarana air bersih yang
dapat diupayakan
-
10
c. Mengajari cara mengatur
pembuangan limbah rumah
tagga baik berupa sampah
maupun air
5. Masyarakat
mengalami kesulitan
dalam memperoleh
sumber air bersih
Melakukan diskusi
antar warga dan
memberikan pilihan
solusi
Memberikan saran kepada
pengurus RT dan tokoh
masyarakat setempat untuk
melakukan pengajuan program
pamsimas.
VI. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. RT 07 RW 02, Karangsalam, Bangkok
- Terlaksana di rumah ibu RT 07, dihadiri oleh ibu-ibu warga RT 07
sebanyak 33 warga
- Dari pihak Puskesmas hadir 8 orang yang terdiri dari 1 pemegang
program STBM, 2 bidan desa, dan 5 dokter.
- Materi STBM tersampaikan dengan baik oleh bidan desa dan dokter,
dilanjutkan dengan diskusi.
- Beberapa warga aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, serta
terdapat warga yang memberikan info tentang pembuatan jamban.
b. RT 05 RW 02, Karangsalam, Bangkok
- Terlaksana pada pertemuan posyandu lansia RT 05 yang dihadiri
oleh 24 orang warga.
- Dari pihak Puskesmas hadir 6 orang yang terdiri dari 1 bidan desa
dan 5 dokter.
- Kegiatan diawali dengan pelayanan pengobatan bagi lansia.
- Materi STBM tersampaikan dengan baik oleh dokter, dilanjutkan
dengan diskusi.
- Warga aktif bertanya dan memberikan keterangan mengenai kondisi
di RT 05.
-
11
c. RT 11 & 17 RW 03, Krajan, Bangkok
- Terlaksana dengan dihadiri oleh sekitar 32 warga.
- Dari pihak puskesmas hadir 6 orang yang terdiri dari 1 bidan desa
dan 5 dokter.
- Materi STBM tersampaikan dengan baik oleh dokter, dilanjutkan
dengan diskusi.
- Warga aktif bertanya dan memberikan keterangan mengenai kondisi
di Dukuh Krajan.
2. Evaluasi Hasil
a. Warga menjadi lebih mengerti mengenai bahaya BABS
b. Warga mengerti cara mencuci tangan yang baik dan pentingnya
menggunakan sabun
c. Meningkatnya kesadaran warga untuk stop BABS dan mulai membuat
jamban, baik jamban cemplung maupun jamban leher angsa
d. Warga yang kesulitan membuat jamban, ada keinginan untuk
menumpang di jamban tetangga
e. Di RT 07 RW 02, Karangsalam didapatkan 11 kontrak sosial untuk
pembuatan jamban
f. Secara umum, warga mulai lebih memperhatikan kebersihan diri dan
lingkungan
VII. SIMPULAN DAN SARAN
1. SIMPULAN
a. Masih adanya masyarakat Desa Bangkok yang buang air besar
sembarangan (BABS) yaitu masyarakat RT 07 RW 02, Dukuh
Karangsalam.
b. Sebelum mendapatkan penyuluhan, masyarakat Desa Bangkok kurang
mengetahui dampak BABS baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
-
12
c. Beberapa hal yang menjadi alasan sulitnya masyarakat untuk tidak
BABS adalah kebiasaan (habit), keterbatasan ekonomi, dan sulitnya
akses mendapatkan air bersih.
d. Dengan edukasi dan penyampaian yang baik, masyarakat dapat
mengerti pentingnya stop BABS dan menjaga kebersihan
2. SARAN
a. Dilakukan follow up pada warga yang membuat kontrak sosial
b. Dilakukan pemicuan dan sosialisasi ulang pada desa lain yang masih
memiliki angka cakupan sanitasi layak yang rendah (Kebonan, Sendang,
Sempulur)
c. Jika sudah bebas BABS, program dapat difokuskan pada subjek
higienitas yang lain, seperti penatalaksanaan limbah rumah tangga
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Penyehatan Lingkungan. 2013. Road Map Percepatan
Program STBM 2013-2015. Jakarta : Sekretariat STBM Nasional.
Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT Citra Adtya
Bakti.
Tim Water and Sanitation Program. 2012. STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat); Lebih Bersih, Lebih Sehat. Jakarta : Sekretariat STBM
Nasional.
-
13
IX. LAMPIRAN
1. Dokumentasi kegiatan
Gambar 9.1.1 Pemicuan dan sosialisasi di RT 07 RW 02, Karangsalam, Bangkok
Gambar 9.1.2 Pemicuan dan sosialisasi di RT 05 RW 02, Karangsalam, Bangkok
Gambar 9.1.3. Kegiatan Pengobatan yang sekaligus dilakukan dengan kegiatan
pemicuan di RT 05 RW 02, Karangsalam, Bangkok
-
14
Gambar 9.1.4 Pemicuan dan sosialisasi di RT 11 & 17 RW 03, Krajan, Bangkok
2. Materi Sosialisasi
-
15
-
16
-
17
-
18