Download - Laporan praktikum psikologi faal
Laporan Praktikum Psikologi Faal
I. IDENTITAS
Nama Mahasiswa : Robert Philip Bertolomeus
NIM : 2013011029
Nama Percobaan : Tes Buta Warna
Nomor Percobaan : 1
Objek Percobaan : Anwar Fahrudin
Pelaku Percobaan : Robert Philip Bertolomeus
Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014
Waktu Percobaan : 16.00-18.00
Tempat Percobaan : Ruang 103, Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui seseorang mengalami buta warna atau tidak.
III. DASAR TEORI
Menurut Guyton & Hall (1997), buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-
sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam
retina mata mengalami perlemahan atau kerusakan. Buta warna merupakan kelainan
genetik/bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom x. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.
Saraf sel dari retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih. Serta
sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika
saraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
Adapun klasifikasi buta warna, yakni:
1) Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitifitas warna dari satu atau
lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh
orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikromasi:
a) Protonomali (lemah mengenal warna merah)
b) Deuteromali (warna hijau sulit dikenal)
c) Trinomali (warna biru sulit dikenal)
1
2) Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi
turunan yakni:
a) Protanopia
Sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah
atau perpaduannya kurang.
b) Deuteranopia
Retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.
c) Tritanopia
Sel kerucut warna biru tidak ditemukan
3) Monokromasi
Sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai
dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya
warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
Terdapat dua golongan terbesar dalam masalah buta warna:
1. Buta warna total.
Adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat warna sama
sekali. Cacat tersebut dinamakan buta warna total . Penderita tidak dapat
membedakan warna-warna yang dilihatnya. Hal ini disebabkan karena dalam
retina tidak terdapat conus, yang ada hanya basiles saja yang berfungsi
membedakan gelap dan terang saja. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak
lahir cukup nyata, yaitu akromatisme kebutaan warna total dimana semua warna
dilihat sebagai tingkatan warna abu-abu juga diakromatisme kebutaan campuran
dimana seseorang tidak mampu membedakan warna-warna merah dan hijau.
2. Buta warna partial
Disebabkan karena orang tidak mempunyai substansi-substansi warna.
Adapun tes guna mengetahui buta warna yaitu dengan tes Ishihara’s, dimana
lingkaran-lingkaran berwarna yang beberapa diantarnya dirancang agar ada
tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita
buta warna.
2
IV. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Buku tes Ishihara’s
2. Kunci jawaban
3. Lembar jawaban
4. Alat tulis
V. CARA KERJA
1. Praktikan membedakan warna dengan menyebutkan apa yang terlihat pada
buku tes buta warna dan kemudian pemberi tes akan mengisinya dalam kolom-
kolom pada lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Mencocokan apa yang ada dalam lembar jawaban dengan kunci jawaban yang
telah tersedia.
VI. HASIL PERCOBAAN
(Terlampir )
VII. KESIMPULAN
Buta warna merupakan penyakit keturunan yang bersifat genetik dengan sifat
gen terangkai kromosomn X, dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan
menggunakan alat test buta warna. Pada percobaan yang dilakukan, objek
percobaan mengalami buta warna laten.
3
Laporan Praktikum Psikologi Faal
I. IDENTITAS
Nama Mahasiswa : Robert Philip Bertolomeus
NIM : 2013011029
Nama Percobaan : Tes Buta Warna
Nomor Percobaan : 1
Objek Percobaan : Anwar Fahrudin
Pelaku Percobaan : Robert Philip Bertolomeus
Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014
Waktu Percobaan : 16.00-18.00
Tempat Percobaan : Ruang 103, Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kemampuan indera pembau seseorang pada zat.
III. DASAR TEORI
Secara Fisiologis, penciuman dan pengecapan mempunyai hubungan yang
erat. Secara umum keduanya digolongkan sebagai visceral sense, karena
berhubungan erat sekali dengan fungsi gastro intestinal (pencernaan). Sel-sel
reseptor untuk penciuman adalah sel-sel saraf bipolar yang berasal dari susunan saraf
pusat sensori. Dendritnya tidak berupa serabut, tetapi berupa batang pendek yang
sama lebarnya dengan soma sel. Ujung dendrite ini agak melebar dan terdapat
rambut- rambut atau silia. Diantara sel-sel saraf indera ini ada sel-sel saraf
penyokong yang pada ujungnya terdapat mikrovili. Sel-sel dendrite ini agak melebar
dan terdapat rambut-rambut atau silia. Sel-sel ini mengeluarkan lendir. Diantara sel-
sel tersebut ada muara kelenjar. Getah sel-sel penyokong dan getah kelenjar itu
ditutupi sel saraf indera tersebut ialah substansi yang dapat larut didalam zat cair
yang menutupi silia sel tersebut. Substansi yang berbau biasanya mempunyai 3-4
sampai 18-20 atom (molekul-molekul) dengan jumlah atom yang sama tetapi dengan
rumus bangun yang berbeda juga berbeda baunya. Biasanya manusia dapat
membedakan antara 2000- 4000 bau. Manusia tidak dapat membaui O2, CO2 dan
4
CO. Perbedaan dalam konsentrasi dari substansi yang berbau dapat menimbulkan
perbedaan dalam sensasi. Nervus olfaktorius (saraf cranial T) melayani ujung organ
pencium. Serabut-serabut ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung yang
dikenal sebagai olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat
khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut
dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian
dari otak yang terpencil adalah bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari
saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kroboformis tulang getmoid. Impuls-
impuls bau dihantarkan oleh filum olfaktorium ke bulbus olfaktorius. Di
dalam bulbus olfaktorius cabang-cabang dendrite sel mitra. Serabut-serabut dari sel
berjalan melalui truktus olfaktorius dan berakhir melalui pemancar dalam dua daerah
utama pada lobus temporalis otak yang masing-masing dinamakan
area olfaktoria medial dan area olfaktoria lateral, dimana impuls tersebut ditafsirkan.
Kita dapat mengidentifikasikan zat-zat yang dapat menyebabkan rangsangan
penciuman yaitu:
a. Zat harus mudah menguap, sehingga dapat dihirup dan masuk kelubang hidung.
b.Zat dapat larut dalam air, sehingga ia dapat melalui muskus untuk mencapai
sel olfaktoria.
c. Zat dapat larut dalam lipida. Hal ini diduga karena rambut olfaktoria dan ujung
sel-sel olfaktoria tediri dari zat-zat lipid.
Terdapat sekitar tujuh kelas perangsang penciuman primer yaitu yang mampu
merangsang sel-sel olfaktoria tertentu, yaitu kamfer/kapur barus (amphora cecua ),
wangi/kasturi (musky), bunga (floral), permen (peppermint), ether pedas dan busuk.
rasa penciuman ini sangat peka, dan kepekaannya mudah hilang bila dihadapkan
pada suatu bau yang sama untuk waktu yang lama.
5
IV. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Kemenyan
2. Pinset
3. Korek api
V. CARA KERJA
Objek percobaan diminta untuk mencium aroma dari kemenyan yang belum
dibakar, setelah kemenyan dibakar, praktikan diminta untuk membandingkannya.
VI. HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, objek percobaan mengatakan
bahwa Sebelum dibakar kemenyan itu sudah berbau, tetapi setelah dibakar bau
kemenyan itu sangat menyengat dan menusuk indera penciuman dibanding sebelum
kemenyan itu dibakar.
VII. KESIMPULAN
Kemenyan merupakan zat yang dapat menyebabkan rangsangan pada indera
penciuman jika dibakar, zat tersebut bercampur dengan udara dan menguap sehingga
merangsang sel-sel olfaktoria dan masuk ke daerah superior hidung, kemudian
reseptor-reseptor olfaktoria akan memberi respon terhadap bau kemenyan tersebut.
Hasil percobaan yang dilakukan, praktikan memiliki penciuman yang baik.
6
Laporan Praktikum Psikologi Faal
I. IDENTITAS
Nama Mahasiswa :Robert Philip Bertolomeus
NIM : 2013011029
Nama Percobaan : Tes Indera Pengecap
Nomor Percobaan : 3
Objek Percobaan : Anwar Fahrudin
Pelaku Percobaan : Robert Philip Bertolomeus
Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014
Waktu Percobaan : 16.00-18.00
Tempat Percobaan : Ruang 103, Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kemampuan indera pengecap terhadap rasa.
III. DASAR TEORI
Sistem pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah, terdapat
reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds. Reseptor pada
lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10 hari sekali. Lidah mempunyai
lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah dan permukaanya tidak rata karena
ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan Papilla. Pada Papilla ini terdapat reseptor
untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat
Papilla, lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa. Papilla atau tonjolan-tonjolan
pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu:
1. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla
filiformis, ini banyak terdapat dibagian depan lidah.
2. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut Papilla fungiformis,
ini banyak terdapat dibagian depan dan sisi lidah.
3. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut Papilla circumvalata tersusun
seperti huruf V terbalik. Ini banyak terdapat dibagian belakang lidah.
7
Di dalam Papilla terdapat banyak putting pengecap (taste buds) Setiap
putting pengecap terdiri atas dua jenis sel seperti berikut ini:
1. Sel-sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar
dari pengecap.
2. Sel-sel penunjang yang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Sistem gustatory atau organon gustus adalah indera pengecap yang terdapat
pada lidah dan memiliki 4 modalitet yaitu:
a. Manis: terdapat pada puncak lidah. Dapat diselidiki dengan meletakkan gula di
lidah.
b. Asin: terdapat pada puncak dan tepi lidah. Dapat diselidiki dengan meletakkan
garam di lidah.
c. Asam: terdapat pada tepi lidah. Dapat dibuktikan dengan meletakkan asam sitrun
di lidah.
d. Pahit: terdapat pada pangkal lidah. Dapat dibuktikan dengan meletakkan kina di
lidah.
Beberapa ahli menambahkan modalitet yang kelima, yaitu rasa alkali. Di luar
ke lima macam rasa tersebut, ada kombinasi antara keempat atau kelima macam rasa
itu yang akan menimbulkan rasa yang berbeda-beda. Berbagai macam rasa tersebut
masih dikombinasikan dengan tipe-tipe rangsangan yang lain seperti rangsang panas,
dingin, lembut, dan nyeri.
Reseptor perasa tidak memiliki axon sendiri. tiap neuron yang membawa
impuls dari taste buds yang akan menerima input dari beberapa reseptor sekaligus.
Sinyal yang timbul pada reseptor perasa akan meluas ke sistem second-order
neuron yang akan disampaikan ke cortex.
Saraf afferen pada sistem gustatory meninggalkan rongga mulut yang
merupakan bagian dari saraf cranial bagian facial (VII), glossopharyngeal (IX) dan
vagus (X). Informasi bermula dari bagian depan lidah, ke bagian belakang lidah,
akhirnya menuju ke bagian belakang rongga mulut. Saraf-saraf tersebut akan
berakhir disolitary nucleus di medulla dan bersinapsis dengan neuron yang akan
menyampaikan pesan ke ventral posterior nucleus di thalamus (letaknya berbeda
dengan bagian penerima impuls dari stimulasi oral yang motorik sifatnya). Axon-
8
axon pada nucleus ventral posterior akan membawa berita ke primary gustatory
cortex dan ke secondary gustatory cortex. Sistem gustatory juga akan menuju sistem
limbik. Proyeksi impuls ke hypothalamus diperkirakan memiliki peranan penting
dalam mengatur rasa lapar. Satu hal lagi yang perlu diingat dalam sistem gustatory,
yaitu berbeda dengan sistem sensoris yang lain, sistem gustatory diproyeksikan
secara ipsilateral.
ketidakmampuan dalam perasa disebuta geusia. Penyebab neurologis yang
paling umum adalah benturan pada kepala yang menyebabkan bergesernya otak di
dalam tengkorak dan mengoyak saraf-saraf olfaktori karena masuk ke dalam lubang-
Iubang permiabel di cribriform plate.
IV. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Cawan kecil.
2. Kopi.
3. Gula.
4. Garam.
V. CARA KERJA.
Objek percobaan merasakan setiap bahan tersebut satu persatu.
9
VI. HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, Objek Percobaan mengatakan bahwa:
No Bahan Rasa Letak
1. Kopi Pahit Pangkal lidah
2. Gula Manis Ujung dan tengah lidah
3. Garam Asin Samping kiri dan kanan lidah
VII. KESIMPULAN
Organ lidah pada manusia, memiliki empat modalitet yaitu: rasa manis yang
terdapat pada ujung lidah. Rasa asin yang terdapat pada ujung dan tepi lidah. Rasa
asam yang terdapat pada tepi lidah dan rasa pahit yang terdapat pada pangkal lidah.
Dari percobaan yang dilakukan, individu yang diberi tes memiliki pengecapan yang
baik.
10
Laporan Praktikum Psikologi Faal
I. IDENTITAS
Nama Mahasiswa : Robert Philip Bertolomeus
NIM : 2013011029
Nama Percobaan : Tes Gerakan Refleks
Nomor Percobaan : 4
Objek Percobaan : Anwar Fahrudin
Pelaku Percobaan : Robert Philip Bertolomeus
Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014
Waktu Percobaan : 16.00-18.00
Tempat Percobaan : Ruang 103, Fakultas Psikologi, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui seseorang memiliki respon pada gerakan refleks.
III. DASAR TEORI
Gerakan refleks adalah suatu respon organ efektor (otot atau kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut
melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neuron penting dalam suatu busur refleks
adalah neuron aferen sensori atau reseptor dan neuron eferen motoris atau efektor.
Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan system saraf otonom,
refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas
adalah refleks rentang (strets refleks) yang digambarkan dengan pemukulan
ligamentum patella (suatu tendon) sehingga melibatkan otot lutut terlentang.
Refleks rentang memainkan sesuatu peranba penting namun agak sederhana
dalam perilaku. Suatu otot rentang dan bereaksi dengan berkontraksi. Mesin refleks
rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik yang
mengarahkan kontraksi otot-otot antagonis dan secara terus-menerus memonitor
keberhasilan dengan perintah-perintah dari otak yang diteruskan dan dengan cepat
mampu melakukan penyesuaian.
11
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
1. Neuron sensorik (neuron aferen) yaitu sel saraf yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang
berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang
berhubungan dengan sel saraf lainnya.
2. Neuron motorik yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls
motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari
akson neuron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
3. Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron
yang satu dengan yang lainnya.
4. Neuron ajustor yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan
neuron motorik yang terdapat di dalam sum-sum tulang belakang atau di otak.
IV. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Neurological Refleks Hammer
2. Kursi.
V. CARA KERJA
Objek percobaan diminta untuk duduk di kursi dengan posisi kaki tidak
menyentu lantai, kemudian pelaku percobaan akan mengayunkan alat tersebut pada
bagian lutut.
12
VI. HASIL PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, objek percobaan merasakan nyeri
dan kesemutan pada bagian lutut yang dipukul. Kemudian secara refleks kaki akan
bergerak.
VII. KESIMPULAN
Gerakan refleks adalah suatu respon organ efektor (otot atau kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Pada percobaan
yang dilakukan, individu yang dites memiliki respon yang baik terhadap gerakan
refleks.
13
Daftar Pustaka
Hartosujono.2006.Diktat Psikologi Faal.
http://fanninidiyap.blogspot.com/2013/06/laporan-faal-indera-pengecap.html
https://www.google.com/search?
q=praktikum+gerakan+refleks&rlz=1C1HOPT_enID565ID565&oq=praktikum+g
erakan+refleks&aqs=chrome..69i57.55973j0j8&sourceid=chrome&es_sm=93&ie
=UTF-8#q=praktikum+indera+pengecap
https://www.google.com/search?
q=praktikum+gerakan+refleks&rlz=1C1HOPT_enID565ID565&oq=praktikum+g
erakan+refleks&aqs=chrome..69i57.55973j0j8&sourceid=chrome&es_sm=93&ie
=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=mata+butawarna&rlz=1C1HOPT_enID565ID565&es_sm=93&source=lnms&t
bm=isch&sa=X&ei=-42OU9G8Bs6OuAST-
YKYBA&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1242&bih=607
14