Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR I

PERILAKU ORGANISME HEWAN BEKICOT

Disusun oleh :

Kelompok II

Wahyu Marliyani13312241005

Endah Setyorini13312241010

Firda Putri Darojati13312241013

Annisa Fitri Sholikhah13312241027

Esny Yanuartika13312241037

Kelas: A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam merupakan tempat tinggal bagi setiap makhluk hidup atau lebih tepatnya sebagai habitat makhluk hidup. Makhluk hidup tidak hanya terdiri dari dari satu macam saja, namun banyak macam dan jenisnya, baik hewan, manusia dan tumbuh-tumbuhan, semuanya hidup dan tinggal bersama di alam ini.Hewan, dan tumbuhan tidak hanya terdiri dari satu macam saja melainkan banyak tipe hewan dan tumbuhan yang ada di alam ini. Ada berbagai macam jenis hewan begitu pula dengan tumbuhan. Banyak jenis hewan yang hidup di sekitar kita, ada jenis hewan yang hidup dengan dipelihara oleh manusia. Akan tetapi ada juga hewan yang hidup dengan sendirinya tanpa campur tangan dari manusia (liar), salah satunya hewan bekicot. Hewan ini disebut sebagai hewan liar karena dapat hidup dimana saja, tanpa perlu perawatan yang khusus dari manusia.Hewan bekicot (Achatia fulica) merupakan jenis hewan bertubuh lunak dan bercangkang yang terkenal karena tubuhnya yang lunak segera masuk ke dalam cangkangnya saat disentuh atau lebih tepatnya diberi rangsangan. Perilaku ini hanya bersifat sementara karena setelah beberapa saat, tubuhnya akan kembali keluar dari cangkangnya seperti semula.Menurut praktikan, masuknya tubuh bekicot yang lunak ke dalam cangkangnya saat disentuh atau diberi suatu rangsangan sangat menarik untuk diteliti. Praktikan ingin lebih meneliti rangsangan apakah yang paling cepat membuat hewan bekicot masuk ke dalam cangkang dan keluar kembali. Sehingga hal inilah yang membuat praktikan memilih hewan bekicot sebagai objek dari penelitian.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :

1. Rangsangan manakah yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) masuk kedalam cangkang?2. Rangsangan manakah yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) keluar dari cangkang kembali ?C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini yaitu :1. Mengetahui rangsangan manakah yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) masuk kedalam cangkang.2. Mengetahui rangsangan manakah yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) keluar dari cangkang kembali.D. Manfaat Percobaan

Manfaat percobaan pengamatan ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis rangsangan yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) masuk kedalam cangkang.2. Untuk mengetahui jenis rangsangan yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) keluar dari cangkang kembali.BAB IILANDASAN TEORIA. Kajian Teori (Dasar Teori)Semua organisme mempunyai kepekaan terhadap rangsangan (iritabilitas) sehingga mereka bereaksi terhadap rangsangan. Perilaku organisme yang yang akan dibahas di sini adalah tentang perilaku tumbuhan terhadap rangsangan / stimulus (eksternal maupun internal) yang dikenal sebagai tropisme, dan perilaku hewan terhadap stimulus yang disebut taksis. Yangjuga penting dibahas di sini adalah perilaku hewan di alam yang disebut dengan etologi (Barnes, 2002: 78).Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung (Dharma, 1988: 133).Perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada suatu spesies, biarpun perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu, dan perilaku ini bersifat menurun. Hal ini dapat diuji dengan menetaskan hewan ditempat terpencil, sehingga apapun yang dilakukan hewan-hewan tersebut berlangsung tanpa mengikuti contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi hal tersebut tidak dapat terjadi pada hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-hewan menyusui selalu ada kesempatan pada anaknya untuk belajar dari induknya. Contoh:Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang kompleks, tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada nalurinya. Dan bentuk sarang ini adalah khas untuk setiap spesies, walaupun sebelumnya tidak pernah dihadapkan pada pola khusus tersebut (John Kimbal, 1983: 254).Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang.

Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang terbuka. Darah mengandung homosianin, merupakan pigmen respirasi (Wardhana, Pman. 2008: 176).Mollusca memiliki rumah secara umum berbetuk spesial. Kaki untuk merayap. Bentuk kepala jelas, dengan tentakel dan mata. Dalam ruang bukal (pipi) terdapat radula (pita bergigi). Pernapasan dengan insang, paru-paru atau keduanya. Hidup di laut, air tawar, dan darat. Memiliki kelamin terpisah, atau hermafrodit, ovipar atau ovovivipar. Contoh : bekicot (Helix aspersa), siput laut (Fissurella sp) dan siput air tawar (Lymnaea j sp), Melania sp) Tidak semua hewan Mollusca memiliki cangkok. Anggota jelas Aplacophora tidak memiliki cangkok, sedangkan kelas Chepalopoda juga tidak memiliki cangkok atau jika ada mereduksi. Pada Mollusca lainnya cangkok terlihat nyata dan berfungsi penting yaitu penyokong tubuh Mollusca yang lunak dan menjaga dari serangan predator (Jasin, 1989: 51).Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Molluska dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster =perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Jasin, 1989: 52). Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat.Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasite (Wardhana, Pman. 2008: 143).

Bekicot (Achatina fulica) memiliki habitat hidup daratan yang lembab atau di habitat terrestrial insang mengalami kemunduran dan memodifikasi rongga mantel menjadi paru-paru bekicot termasuk dalam kelompok pulmonata, bekicot aktif pada malam hari untuk mencari makanan (Wardhana, Pman. 2008: 143).

Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam. Keberagaman inilah yang hendaknya dipelajari sebagai obyek yang diharapkan dapat diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu hewan yang sering kita temui adalah kelas gastropoda. Bekicot (Achatina fulica) yang termasuk dalam kelas ini, tubuhnya tertutup oleh cangkang yang berbentuk spiral, mereka hidup di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit. Tubuh bekicot ini tertutup cangkang yang merupakan hasil sekresi dari kollar, sudah memiliki system pencernaan yang lengkap terdiri dari mulut,usus,lambung, dan anus. (Wardhana, Pman. 2008: 144).Bekicot termasuk kedalam kingdom animalia, filum mollusca, kelas gastropoda, ordo pulmonata, famili achanidae, genus Achatina dan spesies Achatina fulica. Bekicot merupakan hewan yang termasuk dalam kelas Mollusca. Salah satu indikator lingkungan yang bisa menandakan bahwa lingkungan kita masih bagus atau sudah rusak adalah kehadiran Bekicot. Berarti hal ini mengindikasikan bahwa tempat yang asal dari bekicot (Klaten Tengah) masih dalam keadaan bagus atau belum rusak (belum tercemar oleh bahan-bahan kimia residu). Bekicot merupakan salah satu hewan dengan kelimpahan spesies yang cukup besar. Hewan ini merupakan salah satu siput darat yang memiliki cangkang. Di Indonesia dikenal dua macam jenis bekicot yaitu Achatina fulica dan Achatina variegata. Achantina fulica yang semula berasal dari Afrika Timur telah masuk di Indonesia lewat Kalimantan sejak tahun 1939. Sedangkan untuk jenis A. variegata masuk ke Indonesia bersama-sama dengan masuknya tentara Jepang .Cara membedakan dua macam bekicot tersebut yakni pada A.fulica memiliki cangkang berwarna cokelat dengan garis-garis tidak jelas dan bentuk cangkangnya lebih langsing. Pada A.variegata memiliki cangkang dengan warna lebih cerah (lebih muda) dengan garis cokelat kemerahan lebih jelas dan bentuk cangkangnya lebih gemuk. Dalam hal penyebaran, A.fulica lebih luas daripada A.variegata (John Kimbal, 1983: 267).Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari spesies Achatina fulica adalah sebagai berikut:

Phylum : MolluscaClass : GastropodaOrdo : PulmonataSubordo : StylommotophoraFamili : AchatinidaeGenus : AchatinaSpecies : Achatina fulica Morfologi Bekicot

Bekicot tercakup di dalam sub clasiss pulmonata dari clasiss gastropoda yang merupakan kelompok mollusca yang sangat besar. Siput darat berbeda dengan gastropoda lainnya, pertama, dalam hal pernapasan, ia sudah tidak memiliki ctenidia, yaitu semacam insang dan fungsinya telah diganti oleh bagian pillium yang tipis dan kaya dengan pembuluh pembuluh kapiler-kapiler darah, kedua mengenai sistem nervosium, ganglia yang utama terkumpul membentuk bangunan serupa cincin mengelilingi esgophagus, tanpa jaringan pengikat di dalamnya. Bentuk cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde. Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung kecil-kecil di atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar terdapat umbilicus, yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam. Apabila umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate (Jasin, 1989: 54).Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembaban lingkungannya. Di waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot berkeliaran dimana-mana.Bekicot termasuk golongan mollusca karena memiliki badan lunak dan coelom tanpa segmen. Badan ditutup oleh cangkang, panjang sekitar 90 mm. Ciri-ciri umumnya yakni memiliki sel-sel kemoreseptor yang terletak pada ujung tentakel okuler dan juga memiliki reseptor cahaya berupa ocelli. Menurut hasil penelitian Issogianti dengan menggunakan SEM, tentakel okuler bekicot mempunyai susunan serupa dengan tentakel Helix pomatia maupun Helix aspersa.Bekicot dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya, oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bekicot sebagai hewan yang rakus, cepat berkembang biak, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Bekicot memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai macam makanan. Bahkan dikatakan bahwa bekicot tahan terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah. Suhu minimal letal adalah 45 F atau 7,22 C dan bekicot senang di daerah yang mempunyai pH antara 7-8. Selain itu, di lingkungan yang berkapur mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya populasi bekicot (Jasin, 1989: 58)

Mead (1961) telah menginventarisasi macam-macam tumbuhan termasuk tanaman budidaya yang menjadi makanan bagi bekicot. Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan tersebut. Macam-macam tumbuhan yang telah diinventarisasi antara lain papaya (Carica papaya), ketimun (Cucumis sativus), kol (Brassica sp), ketela rambat (Ipomoea batatas), balaran (Ipomoea pescapre) dan sebagainya (Dharma, 1988: 152).Susunan alat reproduksi bekicot lebih sederhana dibandingkan dengan susunan alat reproduksi Helix pomatia. Saluran ovotestis terdiri dari 3 bagian yaitu saluran ovotestis apical, vesikula ovisperm, dan ovotestis basal. Vesikula ovisperm berfungsi untuk tempat penimbunan sperma. Sepanjang spermoviduk, saluran sperma dipisahkan secara tidak sempurna dengan uterus. Uterus dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian apical dan bagian basal. Pada dindingnya terdapat banyak lipatan yang mengandung banyak kelenjar calcic dan mukosa. Kelenjar lainnya adalah kelenjar albumen yang membesar pada saat musim birahi. Dalam kelenjar tersebut dijumpai glikogen dan galaktogen. Saluran albumen meninggalkan kelenjar albumen yang bermuara di Carrefour di bagian basal saluran ovotestis. Albumen berfungsi sebagai pelumas saat pelepasan telur dan sebagai pembungkus telur yang dapat menjaga kelembaban telur selama pengeraman karena mampu menyerap air dari sekitarnya. Vagina dan penis bersama-sama bertemu di atrium genital dan bermuara ke luar pada aperture genital.Di dalam kantong telur terdapat banyak telur yang telah bercangkang. Banyaknya telur yang bercangkang dalam kantong telur menunjukkan hubungan dengan besarnya kelenjar albumen. Artinya bila kelenjar albumen besar amak di dalam kantong telur dijumpai banyak telur bercangkang sebaliknya bila kelenjar albumen kecil telur bercangkang dalam kantong telur sedikit.Bekicot bersifat hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara simultan. Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya oogenesis (protandri).Umur dewasa kelamin bekicot dicapai setelah cangkang mencapai ukuran 60 mm. Pada ukuran tersebut bekicot telah melakukan perkawinan. Pematangan seksual sepenuhnya dicapai pada saat ukuran cangkang mencapai 80 mm. Menurut Misbet (1974), ukuran telur bekicot rata-rata memiliki panjang 6,3 mm dan lebar 5,6 mm. Telur bekicot berdiameter antara 4,5 mm-5,5 mm. Jumlah telur bekicot berkisar antara 82-315 butir. Jumlah telur yang dilepaskan bekicot sangat tergantung pada daerah tempat hidup.Reproduksi bekicot dikontrol oleh sel-sel neurosekretorik yang berasal dari otak dan dari tentakel okuler. Pemotongan tentakel okuler bekicot berakibat meningkatkan oogenesis. Ini artinya terjadi kontrol bersama antara fungsi hormone tentakuler (menekan oogenesis) dan system neurohormonal dari otak (memacu oogenesis). Bekicot melakukan perkawinan di waktu awal pagi hari. Lama kawin dinyatakan antara 1,5-2 jam. Periode gestasi antara 14,16, 18 hari, ada pula yang menyatakan paling pendek 20 hari dan dapat mecapai 341 hari (Jasin, 1989: 69)B. Rumusan Hipotesis

Hipotesis pada pengamatan ini adalah :1. Jika bekicot (Achatia fulica) diberi rangsang berupa sentuhan dengan daun maka bekicot akan masuk kedalam cangkang dan akan keluar dari cangkang dengan cepat.2. Jika bekicot (Achatia fulica) diberi rangsang berupa rangsang alami maka akan cepat keluar kembali dari rangkang.BAB IIIMETODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Praktikum1. Tempat: Di Kost Dabag Saudari Endah 2. Waktu: Minggu, 1 Desember 20133. Jam

: 15.30 17.00 WIBB. Objek Pengamatan

Bekicot (Achatia fulica)C. Alat dan Bahan

1. Kamera digital

4. Daun2. Alat tulis

5. Bekicot (Achatia fulica)3. Tangkai daunD. Prosedur Kerja

BAB IVDATA DAN PEMBAHASANA. Tabel PengamatanNoPengamatanGambar

1Berjalan biasa

2Saat berjalan biasa bekicot diberi rangsangan berupa sentuhan menggunakan tangan

3Bekicot masuk kedalam cangkang

4Bekicot mulai keluar dari cangkang

5Bekicot berjalan seperti biasa lagi

6Bekicot diberi rangsang sentuhan menggunakan daun

7Bekicot masuk ke dalam cangkang

8Bekicot mulai keluar dari cangkangnya

9Bekicot diberi rangsang sentuhan menggunakan tangkai daun

10Bekicot masuk ke dalam cangkang

11Bekicot mulai keluar dari cangkangnya

No.Jenis RangsanganPercobaanWaktu masuk cangkangWaktu keluar cangkang (didalam cangkang)

1.Sentuhan

tanganPercobaan 13 detik73 detik

Percobaan 22 detik63detik

Percobaan 34 detik68detik

Rata-rata waktu3 detik68 detik

2.Sentuhan daunPercobaan 19 detik17 detik

Percobaan 113 detik22 detik

Percobaan 111 detik18 detik

Rata-rata waktu11 detik19 detik

3.Sentuhan tangkai daunPercobaan 14 detik40 detik

Percobaan 14 detik37 detik

Percobaan 17 detik37 detik

Rata-rata waktu5 detik38 detik

B. Pembahasan

Observasi tentang perilaku organisme/ hewan yang dilakukan pada hari Minggu, tanggal 1 Desember 2013 pukul 15.30 sampai 17.00 WIB di kos Saudari Endah di Dabag bertujuan untuk mengetahui rangsangan manakah yang paling cepat membuat bekicot (Achatia fulica) masuk kedalam cangkang dan keluar dari cangkang kembali serta membandingkan macam perilaku bekicot (Achatia fulica) akibat berbagai macam stimulant.Adapun alat dan bahan yang praktikan gunakan dalam observasi ini berupa bekicot (sebagai objek pengamatan), kamera digital (perekam video), stopwatch, daun dan tangkai daun (untuk memberi perilaku pada bekicot).

Dalam hal ini praktikan mengamati perilaku atau respon hewan bekicot terhadap rangsangan atau stimulus berupa sedikit gangguan. Langkah pertama yang praktikan lakukan adalah mengamati perilaku bekicot ketika belum ada perlakuan dari pengamat. Hal yang diamati adalah bagaimana bekicot berjalan, dan apa yang dilakukan bekicot saat mendapat rangsangan. Kemudian pengamat memberikan perlakuan berupa memberi rangsangan atau sentuhan menggunakan tangan, daun dan tangkai daun. Setelah itu, pengamat mengamati perilaku bekicot terhadap stimulus berupa gangguan yang dialaminya, sampai beberapa waktu tertentu hingga bekicot menunjukkan perilaku biasanya (seperti sebelum diberi perlakuan). Semua pengamatan ini praktikan abadikan dalam sebuah video.

Setiap organisme mampu menerima rangsangan yang disebut iritabilitas, dan mampu pula menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang umum adalah berupa gerak. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh.Bekicot bereaksi negatif terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dengan melakukan fase dorman atau estivasi. Oleh karena itu dalam sejarah hidupnya bekicot dikenal sebagai temporary period of generalized reproductive inactivity.

Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa waktu yang diperlukan bekicot untuk masuk kedalam cangkang lebih cepat daripada waktu yang diperlukan untuk keluar dari cangkang kembali. Hal ini dikatakan bahwa bekicot cepat memberikan sanksi atau respon dari suatu rangsang. Adapun hasil percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan yaitu sebagai berikut: 1. Rangsang Sentuhan dengan TanganBerdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan , dengan menggunakan rangsang sentuhan tangan akan membuat bekicot menanggapi rangsang dengan masuk kedalam cangkang dalam waktu 3 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan bekicot untuk keluar cangkang kembali adalah 68 detik.

2. Rangsang Sentuhan dengan DaunBerdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan , dengan menggunakan rangsang sentuhan daun akan membuat bekicot menanggapi rangsang dengan masuk kedalam cangkang dalam waktu 11 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan bekicot untuk keluar cangkang kembali adalah 19 detik.

3. Rangsang Kipasan Angin

Berdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan , dengan menggunakan rangsang sentuhan tangkai daun akan membuat bekicot menanggapi rangsang dengan masuk kedalam cangkang dalam waktu 5 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan bekicot untuk keluar cangkang kembali adalah 38 detik.

Dari data percobaan didapatkan hasil bahwa reaksi rangsangan dengan sentuhan tangan paling cepat (3 detik) daripada rangsangan yang lainnya untuk membuat bekicot masuk kedalam cangkang dan reaksi rangsangan dengan sentuhan daun (11 detik) paling lama untuk bekicot masuk kedalam cangkang daripada rangsang yang lain. Sedangakan reaksi rangsangan dengan sentuhan daun akan lebih cepat (19 detik) membuat bekicot keluar dari cangkangnya kembali, sedangkan waktu paling lama untuk bekicot keluar kembali dari cangkangnya adalah rangsangan dengan sentuhan tanagan (68 detik).Perilaku bekicot yaitu masuk ke dalam cangkangnya apabila mendapatkan rangsangan atau gangguan dari luar. Dalam hal ini, ketika praktikan memberikan perlakuan kepada bekicot yakni dengan memberikan beberapa jenis rangsangan, maka bekicot tersebut masuk ke dalam cangkangnya. Ketika bekicot masuk ke dalam cangkangnya untuk melindungi diri, maka gangguan dari luar tidak akan bisa mengganggunya. Bekicot mulai keluar dari cangkangnya ketika bekicot merasa sudah dalam keadaan aman, dalam arti musuh yang mengganggunya sudah pergi.BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan percobaan dan observasi yang telah praktikan lakukan, maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa:

1. Rangsangan dengan sentuhan tangan paling cepat (3 detik) daripada rangsangan yang lainnya untuk membuat bekicot masuk kedalam cangkang dan reaksi rangsangan dengan sentuhan daun (11 detik) paling lama.2. Rangsangan dengan sentuhan daun akan lebih cepat (19 detik) membuat bekicot keluar dari cangkangnya kembali daripada rangsangan yang lainnya untuk membuat bekicot keluar dari cangkangnya dan reaksi rangsangan dengan sentuhan tangan (68 detik) paling lama.3. Bekicot masuk ke dalam cangkangnya untuk melindungi diri, agar gangguan dari luar tidak akan bisa mengganggunya. Bekicot mulai keluar dari cangkangnya ketika bekicot merasa sudah dalam keadaan aman, dalam arti musuh yang mengganggunya sudah pergi.B. SaranDalam praktikum, Metode Ilmiah Perilaku Organisme Hewan Bekicot praktikan memberikan saran beberapa hal, antara lain:1. Sebelum melakukan eksperimen, praktikan harus mempelajari dan memahami mengenai tingkah laku hewan bekicot (Achatia fulica).2. Sebaiknya pada pengamatan ini bekicot yang digunakan adalah bekicot yang sehat dan aktif, karena kondisi bekicot mempengaruhi respon yang diberikan bekicot terhadap rangsangan.3. Sebelum bekicot diberi perlakuan sebaiknya bekicot tersebut diberi makan terlebih dahulu agar bekicot tidak malas dalam berjalan.4. Praktikan lebih teliti dalam menggunakan stopwatch saat mengukur lamanya waktu masuk dan keluarnya kembali bekicot setelah diberi berbagai jenis rangsangan.DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.D. 2002. Invertebrate Zoology Fourth Edition. New York : Sounders Collage

Publishing.

Brotowijoyo, Mukayat, D. 1989. Zoology Dasar. Jakarta: Erlangga.

Dharma, B. 1988. Indonesian Shells. Jakarta: Sarana Graha.

Jasin, Maskuri. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya : Sinar

Wijaya Surabaya.

Kimbal, John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. ITB: PT gelora Aksara Pratama.

Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : UM Press.

Nontji , A. 1986. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia.

Radioputro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Wiryono. 2006. Pengaruh Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Pertumbuhan Tanaman

lamtoro (Leuceina leuchocepala) dan Turi (Sesbania grandiflora) Pada Media

Tanam Bekas Penambangan Batu Bara. Indonesia: Jurnal Ilmu

ilmu Pertanian

LAMPIRAN

Foto 1. Bekicot berjalan

Foto 2. Bekicot diberi rangsang dengan tangan

Foto 3. Bekicot diberi rangsang dengan daun

Foto 4. Bekicot diberi rangsang dengan tangkai daunMemilih salah satu objek pengamatan sebagai objek praktikum,

Objeknya berupa hewan bekicot

Mendesain eksperimen atau observasi

Melakukan eksperimen atau observasi dengan menggunakan stimulan yang sama atau hampir sama pada suatu spesies, stimulan yang diberikan berupa gangguan dengan ranting pohon , daun dan sentunhan tangan

Mencatat hasil eksperimen dan memoto tentang perilaku hewan bekicot , serta membandingkan bentuk respon yang muncul

Menganalisis hasil yang telah diperoleh dan melakukan studi referensi untuk membuat suatu simpulan

PAGE 6


Top Related