LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
“KONTRAKSI TETANUS PADA OTOT SKELET KATAK”
Disusun oleh:
Indah Budiarti NRP. 2443014154
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2015
BAB 1 TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui bagaimana otot skelet katak berkontraksi secara tetanus.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Respon listrik suatu serat otot terhadap rangsangan berulang serupa dengan yang
terjadi pada syaraf. Serat otot ada pada keadaan refakter selama fase meningkatnya
potensial aksi dan selama sebagaian fase repolarisasi potensial aksi. Pada saat itu,
kontraksi yang terbangkit oleh rangsangan pertama baru saja dimulai. Akan tetapi,
karena mekanisme kontraktil tidak mempunyai masa refakter, rangsang berulang
yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan peningkatan tambahan
terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi.
Fenomena ini dikenal sebagai sumasi (penjumlahan) kontraksi. (William F. Ganong,
2003).
Tegangan yang dibentuk selama penjulahan kontraksi jauh lebih besar
dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi otot kedutan tunggal. Dengan
rangsangan berulang yang cepat, peningkatan mekanisme kontraksi terjadi berulang-
ulang sebelum sampai masa relaksasi. Tiap-tiap respon tersebut bergabung menjadi
satu kontraksi yang berkesinambungan. Respon ini dinamakan tetanus (kontraksi
tetanik). Disebut tetanus sempurna bila tidak ada relasasi saat rangsangan. Tetanus
tidak sempurna terjadi bila terdapat masa relaksasi yang tidak penuh diantara saat
perangsangan. Selama tetanus sempurna, dihasilkan tegangan yang besar ± 4 kali
lebih besar tegangan yang dihasilkan oleh satu kontraksi kedutan. Kejadian tetanus
tidak sempurna dan tetanus sempurna sebagai respon terhadap rangsangan berulang
yang frekuensinya ditingkatkan. (William F. Ganong, 2003).
Dalam percobaan ini ditunjukkan apa yang disebut tetanus. Bila kita secara
berurutan merangsang syaraf otot skelet tanpa ada kesempatan otot mengadakan
relaksasi, maka terjadi penggabungan dari kontraksi-kontraksi tunggal itu. Kontraksi
yang dipertahankan itu disebut: tetanus. Sumasi berarti penjumalahan kontraksi
kedutan otot untuk meningkatkan intesitas seluruh kontraksi otot. Sumasi terjadi
dalam dua cara yaitu: 1. Dengan meningkatkan jumlah unit motor yang berkontraksi
secara bersama-sama yang disebut sumasi serat multiple, dan 2. Dengan
meningkatkan frekuensi kontaksi yang disebut sumasi frekuensi dan dapat
menimbulkan tetanisasi. (Guyton and Hall, 2006)
BAB 3 ALAT DAN BAHAN
3.1 Kliograf 3.9 Palu
3.2 Kertas kimogram 3.10 Paku
3.3 Lampu spiritus 3.11 Pen rangsangangan
3.4 Penulis otot 3.12 Statif+klem-klem
3.5 Induktorium 3.13 Larutan ringer
3.6 Kunci arus 3.14 Cairan fiksasi
3.7 Stimulator 3.15 Papan katak
3.8 Benang jahit halus 3.16 Katak
BAB 4 TATA KERJA
1. Letakkan elektroda perangsang pada syaraf ischiadius (nervus sciaticus).
2. Carilah rangsangan maksimal sehingga timbul kontraksi yang maksimal pula
3. A. Rangsangan otot dengan kontraksi tunggal 1×/detik selama 10 detik → alat
di cek ke single 1×/detik (10 hitungan).
B. Rangsangan otot dengan kontraksi tunggal 1×/1/2 detik selama 10 detik→
alat dicetak ke single dalam 10 detik ada 20×cetek.
C. Rangsangan otot dengan kontraksi tunggal secepatnya, selama 10 detik→
cepat-cepat dicetek selama 10 detik.
D. Rangsangan otot dengan kontraksi beruntun seama 10 detik→ dicetek 3×
ke single kemudian langsung dicetek ke multi dan ditahan.
BAB 5 HASIL PRAKTIKUM
Bila otot di rangsang berulang-ulang, dimana rangsangan berikutnya terjadi
sebelum fase relaksasi, maka akan di hasilkan suatu kontraksi maksimum yang
dikenal sebagai tetani. Sedangkan kontraksi sumasi berarti penjumlahan kedutan otot
untuk memperkuat dan menyelenggarakan pergerakan otot. Bila serangkaian
rangsangan maksimal iberikan pada otot rangak dengan frekuensi tepat dibawah
frekuensi tetani, terjadi peningkatan tegangan otot pada setiap kontraksi kedutan
sampai, stelah beberapa kontraksi . fenomena ini dikenal sebagai treepe (tangga).
Bahkan bila otot dalam keadaan istirahat, biasanya sejumlah tegangan masih tetap
ada. Tegangan ini disebut tonus otot. Sedangkan kontraksi otot yang kuat dan lama
mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot.
Gambar 5.1 Tabel hubungan antara frekuensi rangsangan dengan total gaya kontraksi.
Pada saat reaksi rangsangan mencapai 50x/detik, total gaya kontraksi sejumlah
5.12. Saat frekuensi rangsangan mencapai 130x/detik gaya kontaksi sejumlah 5.88.
Dan pada saat frekuensi rangsangan mencapai 140x/detik terjadi rangsangan dimana,
pada frekuensi ini kekuatan kontraksi mencapai tingkat maksimumnya sehingga
tambahan peningkatan apapun pada frekuensi diatas titik ini tidak akan memberi efek
peningkatan daya kontraksi lebih lanjut dan otot mengalami tetani lurus.
Gambar 5.1 Treshold frekuensi rangsangan/detik.
Pada frekuensi rangsangan 50×/detik dengan tegangan 8.5 volt otot katak mengalami
tetani bergerigi. Hal ini karena awal relaksasi otot katak berkontraksi akibat diberi
rangsangan multipel. Yang menyebabkan relaksasi tidak berlangsung sempurna. Saat
terjadinya tetanus otot berlangsung terus menerus pada titik ke 5 dan di waktu 80
detik otot mulai mengalami kurva penurunan dan mengalami relaksasi.
Gambar 5.2 Treshold frekuensi rangsangan/detik
Pada frekuensi rangsangan 130×/detik dengan tegangan 8.5 volt otot katak mulai
berbeda dengan sebelumnya, grafik kurva menujukkan garis maksimal di titk 6 mulai
mengalami tetani maksimal yang sedikit agak lurus. Dan pada frekuensi rangsangan
ini mengalami tegangan selama kontaksi di titik 0 dan pada di titk maksimalnya. Dan
juga pada titik 100 detik otot mulai mengalami kurva penurunan dan mulai
mengalami relaksasi
Gambar 5.3 Treshold frekuensi rangsangan/detik
Pada frekuensi rangsangan 140×/detik dengan tegangan 8.5 volt otot katak
mengalami tetani lurus. Dimana, pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi, kekuatan
kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya sehingga tambahan peningkatan
apapun pada frekuensi diatas titik ini tidak akan memberi efek peningkatan daya
kontraksi lebih lanjut. Hal ini dikarenakan terdapat cukup ion kalsium yang
dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan diantara potensial aksi, sehingga
terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung terus menerus tanpa
memungkinkan adanya relaksasi apapun diantara potensial aksi.
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Praktikum
6.1.1 Kontraksi tetani pada otot skelet katak
Kontraksi tetani adalah kontraksi yang timbul dari penjumlahan kontraksi
yang berulang-ulang sehingga otot tidak sempat relaksasi dan bila dirangsang
pada frekuensi besar secara progresif, maka setiap serabut mempunyai
resistensi yang berbeda-beda dan menyebabkan bersatunya kontraksi. Pada saat
reaksi rangsangan mencapai 50×/detik, otot katak mengalami tetani
bergerigi. Hal ini karena awal relaksasi otot katak berkontraksi akibat diberi
rangsangan multipel. Yang menyebabkan relaksasi tidak berlangsung
sempurna. Saat frekuensi rangsangan mencapai 140×/detik dan seterusnya otot
katak mengalami tetani lurus. Dimana, pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi,
kekuatan kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya sehingga tambahan
peningkatan apapun pada frekuensi diatas titik ini tidak akan memberi efek
peningkatan daya kontraksi lebih lanjut. Hal ini dikarenakan terdapat cukup ion
kalsium yang dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan diantara potensial
aksi, sehingga terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung terus menerus
tanpa memungkinkan adanya relaksasi apapun diantara potensial aksi.
6.1.2 Efek frekuensi sumasi dan tetani
Gambar 6.1.1 memperlihatkan prinsip-prinsip frekuensi sumasi dan tetani.
Ke arah kiri warna biru di titik 0 terlihat masing-masing kontraksi kedutan
yang terjadi satu setelah yang lain pada frekuensi perangsang yang rendah.
Kemudian, ketika frekuensi meningkat, sampailah pada suatu titik dimana akan
timbul kontraksi yang baru sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai
akibatnya, kontraksi yang ke dua akan ditambah pada sebagaian yang pertama,
sehingga kekuatan kontraksi total meningkat secara progresif bersama dengan
peningkatan frekuensi. Bila frekuensi mencapai titik kritis, kontraksi berikutnya
terjadi begitu cepat sehingga mereka benar-benar bersatu bersama, dan
kontraksi secara keseluruhan nampak lancar dan berlangsung terus menerus.
6.2 Pembahasan pertanyaan buku praktikum
a.) Pada setiap ujung, syaraf menyekresi subtansi neurotransmiter, yaitu
asetilkolin, dalam jumlah sedikit. Acetylcholine-gated channeldi membran otot
terbuka maka ion Na masuk ke dalam serat otot. Peristiwa ini akan menimbulkan
suatu potensial aksi dalam serat otot. Potensial aksi menyebar di sepanjang
membran serat otot.
b.) Rangsangan maksimal yaitu rangsangan yang mengakibatkan semua motor
unit memberikan reaksi dan menghasilkan kontraksi paling tinggi. Rangsangan
submaksimal yaitu rangsangan yang diberikan sehingga terjadi kontraksi yang
besarnya mendekati nilai maksimalnya.
c.) Treppe yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu
serabut otot karena stimulasi berurutan yang berselang beberapa detik. Wave
summation yaitu terjadi apabila frekuensi stimulasi ditingkatkan pada unit-unit
motor.
d.)Hukum All or none adalah dimana ketika otot dirangsang maksimal maka
keseluruhan syaraf akan langsung aktif sehingga rangsangan maksimal yang
menunjukan angka yang berbeda-beda. Hukum ini hanya bekerja pada otot
jantung dan otot polos saja.
e.) Menurut hukum frank starling pembebanan pada otot merupakan suatu
adaptasi di mana jika otot direnggangkan secara kuat maka kontraksi akan
semakin kuat.
6.3 Pembahasan Pertanyaan Buku PhysioEx
BAB 7 KESIMPULAN
7.1 Pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi, kekuatan kontraksi akan mencapai
tingkat maksimumnya sehingga tambahan peningkatan apapun pada frekuensi diatas
titik ini tidak akan memberi efek peningkatan daya kontraksi lebih lanjut.
7.2 Pada saat otot terjadi tetanus, otot di rangsang berulang-ulang, otot dapat
melakukan relaksasi.
7.3 Perbedaan frekuensi 130-140 rangsangan per detik dengan 130 rangsangan per
detik, ketegangan tetanik berkembang maksimal dengan frekuensi yang sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 2008.Buku Ajar FisiologiKedokteran Ed. 22. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran.
Guyton,AC dan Hall, JE. 1997.Buku Ajar FisiologiKedokteran Ed. 9. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran