Download - Laporan Pengamatan Tbt
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini, kebutuhan akan sayuran di Indonesia terus meningkat,
Masyarakat semakin menyadari dan mengerti arti penting sayuran bagi
pertumbuhan dan kesehatan, karena sayuran mengandung gizi yang sangat
diperlukan bagi manusia baik untuk sumber energi, protein nabati dan mineral yang
dibutuhkan untuk tubuh.
Kentang , tidak seperti tanaman sayuran lainnya, kentang mengandung
vitamin A, B, dan C ini adalah merupakan gudang karbohidrat dan banyak
mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh kita, selain itu kentang
mempunyai zat penghasil kalori yang mampu menggeser kedudukan beras sebagai
bahan makanan pokok sehari-hari.
Produktivitas kentang di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas di negara maju. Pada umumnya masyaratakat tani penanam kentang
masih menggunakan bibit dari hasil tanaman sendiri yang tidak jelas asal-usul dan
turunannya. Hal ini dapat dipahami karena penyediaan benih masih sangat terbatas.
Permintaan kentang baik untuk konsumsi langsung maupun untuk keperluan
industri terus meningkat karena kentang dapat mensubstitusi beras sebagai bahan
makanan pokok. Selain untuk keperluan dalam negeri, kentang juga merupakan
komoditas ekspor, yang sudah tentu dapat menambah devisa negara.
Prospek pengembangan agribisnis kentang sangat cerah. Di Indonesia,
kebutuhan konsumsi kentang diperkirakan meningkat dua kali lipat pada lima tahun
sampai sepuluh tahun yang akan datang. Meningkatnya permintaan kentang
disebabkan antara lain oleh makin meluasnya pendayagunaan jenis kentang untuk
berbagai bahan makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan.
Disamping itu kentang merupakan komoditas ekspor dan impor antar negara di
dunia (Rukmana, 1997).
1
1.2Tujuan
Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Budidaya Tanaman serta dimaksudkan untuk dijadikan bahan pembelajaran oleh
mahasiswa Fakultas Pertanian.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Kentang
Di Indonesia, kentang pertama kali ditemukan pada tahun 1794 di daerah
Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang ditanam di Cisarua diduga berasal
dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Varietas kentang yang
pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenheimer. Pada tahun 1811
kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah, terutama di pegunungan
(dataran tinggi) Pacet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat), Wonosobo,
Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (Jawa Timur), Aceh, Tanah Karo,
Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Minahasa, Bali, dan Flores (Rukmana, 1997).
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim,
berumur pendek kurang lebih hanya 90- 180 hari dan berbentuk perdu atau semak.
bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997).
Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Classis : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum Linn.
3
1. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk
poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer
dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan (daun
majemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau atau hijau keputih-putihan.
Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari
45o atau lebih besar dari 45o. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak
yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997). Daun
berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu.
Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk
pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif, respirasi, dan persediaan makanan.
2. Batang
Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat-zat hara dari tanah ke daun
dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada
varietasnya. Batang tanaman berbuku-buku, berongga, dan tidak berkayu,
namun agak keras apabila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat
mencapai 50-120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau : hijau kemerah-
merahan atau hijau keungu-unguan (Rukmana, 1997).
3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus
tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan halus berukuran
sangat kecil. Diantara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan
fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.
Akar tanaman berfungsi untuk menyerap zat-zat hara yang diperlukan tanaman
dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).
4
4. Bunga
Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam
rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan
tiap karangan bunga memiliki 7-15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi :
putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota
(corolla), benang sari (stamen), yang masing-masing berjumlah 5 buah serta
putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, yakni putik lebih cepat masak daripada
tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang
(Rukmana, 1997).
Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan
buah dan biji-biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah
kurang lebih dua setengah cm, berwarna hijau tua sampai keungu-unguan dan
tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar
10 butir sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah
kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi)
sekitar 6 bulan (Rukmana, 1997).
5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Proses
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari
rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.
Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).
Rukmana (1997) menyatakan bahwa umbi kentang memiliki morfologi
bervariasi, dilihat dari bentuk warna kulit, warna daging, dan mata tunasnya
seperti disajikan pada tabel 1.
5
Tabel 1. Keragaman morfologis umbi kentang
Bagian umbi Ciri-ciri visual
1. Bentuk
umbi
2. Warna
kulit umbi
3. Warna
daging
umbi
4. Mata tunas
Bulat, bulat lonjong, dan lonjong
memanjang
Putih, kuning, dan merah
Putih, putih kekuning-kuningan dan
kuning
Dangkal, menengah (medium) dan
dalam
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang
atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun
solani tidak dapat hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena
sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna
hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau
daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m diatas permukaan laut (dpl).
Ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 1000-1300 m dpl dan untuk dataran
medium pada ketinggian 300-700 m dpl (Samadi, 1997).
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15-20 oC. Kelembaban udara 80-90 %,
cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200-300 mm per bulan
atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah
6
optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15-18 oC.
Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10oC dan
lebih dari 30oC (Samadi, 1997).
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan
reaksi tanah (pH) 5-6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri
solum tanah agak tebal antara 1-2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat
tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah.
Jenis tanah andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,
produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral
(Rukmana, 1997).
Di daerah yang berangin kencang harus dilakukan pemberian air pengairan
yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin
kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke
areal pertanaman yang lain.
C. Tata Laksana Budidaya Kentang
1. Penyiapan lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama atau penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga
siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap awal dari kegiatan
tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama
pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan
pemupukan.
Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 1 sampai 2 mingu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali
lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu
atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.
7
Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan
pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan
dibuat membujur searah Timur-Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat
merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70-100 cm, tinggi
30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama
dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak-petak bedengan
dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar
50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum
tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu
minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20
cm ketika penggemburan tanah yang terakhir dan dengan diberikan pada lubang
tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar
sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian
pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20-30 ton
per hektar.
2. Penyiapan bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap
bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakuan seleksi untuk
membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang
sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi
serta memberikan keuntungan yang besar.
Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Bibit bebas hama dan penyakit
b. Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
8
c. Ukuran umbi 30-45 gram berdiameter 35-45 mm (bibit kelas I) dan 45-60
gram berdiameter 45-55 (bibit kelas II) atau umbi belah dengan berat minimal
30 gram.
d. Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui masa istirahat
atau masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2
cm. Penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormanis atau belum
bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit
yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang-panjang
harus dilakukan perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebulan sebelum tanam.
Tanpa perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
3. Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Di dataran tinggi waktu tanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan.
Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling tepat adalah musim
kemarau agar apda saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari
paling rendah.
Penanaman bibit kentang di kebun baik dilakukan pada pagi atau sore
hari. Penanaman pada siang hari seringkali menyebabkan kelayuan sehingga
tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan terjadi kematian (Samadi, 1997).
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung
varietasnya. Untuk varietas Granola yang dibudidayakan di BBH Tawangmangu
ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dengan kedalaman lubang tanam
antara 8-10 cm.
Penanaman bibit kentang sangat sederhana, yaitu dengan cara umbi bibit
diletakkan dalam alur tepat di tengah-tengah dengan posisi tunas menghadap ke
atas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25-30 cm. Khusus di dataran
menengah, jarak tanam diatur 50 x 30 cm untuk sistem bedengan atau 60-70 cm
x 30 cm untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).
9
4. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca
dan keadaan air tanah. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau
sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran
matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dileb (digenangi) hingga
tanah basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air
(Rukmana, 1997).
b. Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau
disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum
15 hari setelah tanam. Cara menyulam ialah dengan mengambil bibit yang
mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam
kurang lebih 7 ½ cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana,
1997).
c. Penyiangan
Dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput dengan
memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan
pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang
berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabut atau membersihkan
rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara
hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang (Rukmana, 1997).
Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kira-kira 15 cm di sekitar
tanaman.
d. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam
yaitu pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan kedua dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam atau 10
hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).
10
Tujuan pembumbunan ialah memberikan kesempatan agar stolon dan
umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah
umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah
serangan hama penggerek umbi (Phithorimaea opercuella).
Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman
dengan tanah hingga terbentuk guludan-guludan (Rukmana, 1997).
Ketebalan pembumbunan pertama kira-kira 10 cm, pembumbunan kedua
juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira-kira
20 cm.
e. Pemupukan
Pemupukan susulan hanya dilakukan pada saat tanam dan
pemberiannya sangat bervariasi, ada yang menggunakan kombinasi Urea,
TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk
seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Jadwal pemberian pupuk anorganik dan PPC pada tanaman kentang per hektar
No Perlakuan Waktu Pemberian (HST)
0 21 45
1
2
3
Pupuk
Kandang
Pupuk
anorganik
a. Urea /
Za
b. TSP
c. KCl
PPC
(Supermes)
15-20 ton
400 kg
7-10 hari
sekali
165 / 350
kg
100 kg
165 / 365
kg
100 kg
Sumber : Samadi (1997)
11
Keterangan : HST : Hari Setelah Tanam
PPC : pupuk pelengkap cair.
Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di
sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis
sekitar 10 - 20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman
kurang lebih 20 - 25 cm, kemudian segera menimbunnya dengan tanah
sambil membumbun.
f. Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerang
tanaman kentang antara lain :
1. Hama biasanya kutu daun persik, penggerek daun dan umbi kentang,
kumbang kentang, thrips, tungau kuning, uret, anjing tanah, ulat tanah.
2. Penyakit biasanya busuk daun, layu bakteri, layu fusarium, bercak kering
alternaria, kudis atau burik, rhizoctonia, busuk basah, virus, dan bintil
akar.
12
BAB III
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KENTANG
Dalam proses perbanyakan benih kentang memerlukan cara budidaya
yang benar agar bisa mendapatkan benih yang bermutu tinggi. Disamping itu
juga dibutuhkan cara penanganan benih kentang pada periode pra panen, panen
dan pasca panen yang dapat menentukan dan menjaga mutu benih agar lebih
baik.
Teknis Budidaya Benih Kentang:
1. Pengolahan lahan
Tanah harus dicangkul sedalam 30-40 cm setelah dicangkul tanah
dibiarkan beberapa hari agar mendapatkan sinar matahari sehingga aerasi udara
lancar, hama atau bakteri dapat terbunuh. Setelah pencangkulan tanah
digemburkan sampai lembut karena tanaman kentang membutuhkan tanah yang
gembur, untuk perkembangan akar sebagai asal terjadinya umbi. Tanah yang
kurang gembur dapat menghambat proses terjadinya umbi, tanah yang baik
untuk pertumbuhan kentang yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir.
Bedengan dan saluran air perlu dibuat karena sebagai tempat
penanaman, bedengan juga dapat mencegah agar tanaman tidak tergenang air
bila hujan turun, dan memudahkan untuk pemeliharaan tanaman.Tinggi
bedengan kurang lebih 20 cm, dan lebarnya kurang lebih 70 cm, panjang
bedengan menyesuaikan ukuran tanah, dengan lebar parit 25 cm. Parit-parit
bedengan selain berfungsi sebagai jalan dalam merawat tanaman , juga sebagai
saluran air oleh karena itu parit-parit bedengan ini dibuat sedemikian rupa agar
air dapat mengalir lancar bila turun hujan.
2. Pembibitan dan Penanaman
Bibit adalah bakal terjadinya tanaman, oleh karena itu sangat menentukan
sekali terhadap hasil yang dicapai. Bibit yang tidak baik hasilnya pun akan
mengecewakan. Tanaman kentang ditanam melalui umbinya, yang langsung
pada lahan tanpa melalui persemaian terlebih dahulu. Jauh sebelum
penanaman, bibit harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan memilih umbi-umbi
kentang yang baik, besar, dan tidak banyak matanya.
13
Umbi-umbi calon bibit tersebut ditempatkan pada bakul-bakul lalu
diletakkan pada para-para yang tempatnya kering dan hanya segar. Kemudian
dibawah para-para tersebut dibuat perapian yang hanya mengeluarkan asap
saja. Pembibitan ini memakan waktu kurang lebih 3 bulan lamanya.
Yang harus dikerjakan dahulu dalam penanaman ini, yaitu membuat
lubang-lubang tanam dalam bedengan dengan jarak tanam kurang lebih 60-70
cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg, bibit-bibit
diletakkan di atas pupuk kandang dengan kedalaman 7-12 cm, dan diusahakan
agar tunas-tunasnya menghadap ke atas dan sebelah kanan dan kirinya diberi
pupuk ZA dan NPK sebanyak 16 g dengan jarak 5 cm dari bibit, setelah itu
lubang-lubang tanam tersebut ditutup dengan tanah.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi penyiraman, pendangiran, pemberantasan
hama dan penyebab penyakit. Pemeliharaan ini sangat perlu dilakukan karena
berpengaruh pada produksi hasil, pemeliharaan yang kurang sempurna hasil
produktifitasnya pun kurang memuaskan.
a. Penyiraman
Tanaman kentang tidak menghendaki kekeringan, walaupun tanaman
ini juga sangat peka terhadap air yang berlebihan terutama terhadap air yang
menggenang. Pada tanah yang terlalu kering suhu tanah akan menjadi
panas dan kelembabannyapun menjadi turun. Umbi kentang memerlukan
suhu dingin dengan kelembaban yang tinggi. Pada tanah yang tidak stabil
suhu dan kelembabannya tanaman kentang akan menghasilkan umbi yang
kurang bagus.
Penyiraman harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan.
b. Pendangiran.
Setelah tanaman berumur 1 bulan, maka dilakukan pendangiran.
Rumput-rumput yang mengganggu dibersihkan dan tanah disekitar tanaman
digemburkan sambil meninggikan gundukan tanah atau bedengan agar umbi
tanaman selalu terkubur, bila tidak tertutup tanah maka umbi kentang akan
berwarna hijau dan kualitasnya rendah.
14
c. Pemberantasan hama dan penyebab penyakit
Hama dan penyakt tanaman harus diberantas. Bila tidak diberantas,
maka tanaman dapat gagal dan merugikan usaha bercocok tanam.
Pengendalian hama penyakit sebaiknya dilakukan sesuai jadwal,
pengendalian terlebih dahulu dilakukan dengan pengamatan di lahan guna
menentukan hama penyakit apa yang menyerang (menentukan insektisida
dan fungisida apa yang akan digunakan) Hama yang mengganggu tanaman
kentang biasanya ulat daun, orong-orong dan ulat tanah. Cara pengendalian
hama ini dengan Diazinon 0,2%, buldox atau curacron, sedangkan untuk
orong-orong pengendaliannya dengan diberi furadan 3 G, sebaiknya
pemberian furadan ini dilakukan pada saat pemberian pupuk kandang
(sewaktu mengolah tanah). Sedangkan penyakit yang biasa menyerang yaitu
busuk daun, mozaik dan pusarium. Cara pengendalian penyakit ini dengan
menggunakan Dithane M-45, Antracol dan Daconil.Untuk mozaik obat
pembasmi ampuh belum ditemukan, hanya untuk menghindari semacam ini
harus memilih bibit tanaman yang baik dan bebas virus serta mencabut
tanaman yang sudah terjangkit biar tidak menular ke tanaman yang lain.
4. Pra panen
Pada periode pra panen terdapat tiga kegiatan yang meliputi:
a. Penghitungan populasi
Dalam proses perbanyakan bibit kentang jumlah bibit yang ditanam
mungkin tidak akan tumbuh baik secara keseluruhan karena pengaruh
berbagai faktor baik lingkungan, cuaca, hama, penyakit. Dengan
penghitungan populasi dapat diketahui populasi tanaman produktif.
Penghitungan populasi dilaksanakan pada umur 50-60 hari setelah tanam.
Dalam penghitungan populasi, selain dapat diketahui populasi
tanaman produktif juga dapat diperkirakan jumlah knol (umbi) yang akan
dihasilkan dengan mengalikan jumlah populasi tanaman dengan jumlah umbi
yang dihasilkan oleh tanaman yang biasanya menghasilkan umbi kurang
lebih sekitar 7-8 umbi.
15
b. Panen percobaan
Hasil produksi umbi sebanyak 80 % sampai 90 % harus dalam ukuran
standar bibit. Untuk mengetahui keadaan umbi dalam tanah baik
kesehatannya maupun ukurannya perlu dilakukan panen percobaan. Panen
percobaan dilakukan pada umur 70-75 hari setelah tanam. Pada umur
tersebut keadaan umbi sudah matang secara fisiologis bisa digunakan
sebagai bibit. Panen percobaan dilakukan guna menentukan waktu pangkas
batang dan untuk membuat angka ramalan produksi mengenai jumlah knol
dari tiap kelas bibit, jumlah berat dari tiap kelas bibit dan jumlah total hasil
produksi yang akan diperoleh baik jumlah knol atau jumlah berat.
c. Pemangkasan batang
Pemangkasan batang harus dilakukan pada umur 70-85 hari setelah
tanam kurang dari 70 hari ukuran umbi biasanya masih kecil-kecil, kalau
lebih dari 85 hari ukuran umbi biasanya lebih besar dari ukuran bibit.
Varietas granola yang dibudidayakan di BBH Tawangmangu,
pemangkasan batangnya dilaksanakan pada umur 85-90 hari setelah tanam.
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan umur panen tanaman kentang
varietas granola dan biasanya diambil umur maksimumnya.
Pemangkasan batang dilakukan dengan menggunakan sabit yang
bersih dan tajam atau gunting potong. Tinggi batang yang dipangkas sekitar
5 cm dari permukaan tanah. Semua batang hasil pangkasan harus dibuang
atau dikubur agar tidak menjadi sumber penyakit.
Keuntungan dari pemangkasan batang antara lain :
1. Menghambat infeksi penyakit yang dapat terjadi dari bagian atas tanaman
turun ke umbi.
2. Menghentikan pembesaran umbi dan mempertahankan ukuran umbi
sesuai dengan ukuran bibit yang diinginkan.
3. Menghentikan proses pertumbuhan tanaman agar kulit umbi menjadi kuat
dan tidak mudah terkelupas pada saat panen.
5. Panen
Tanaman kentang varietas granola yang dibudidayakan di BBH
Tawangmangu dipanen 10 hari setelah dilaksanakan pemangkasan batang atau
kurang lebih pada saat tanaman berumur antara 100-115 hari setelah tanam.
16
Waktu paling baik untuk panen kentang adalah pada saat cuaca terang di
pagi hari. Hindar waktu panen kena hujan karena bila waktu panen terkena hujan
pada saat umbi masih terhampar di tanah dapat menyebabkan kerusakan umbi
pada saat penyimpanan di gudang.
Panen dapat dilakukan dengan jalan menggemburkan guludan dengan
cara mencangkul pinggirannya lalu mengangkatnya. Pencangkulan dilakukan
pada setiap tempat untuk menghidari kerusakan umbi oleh cangkul. Selain itu,
cara panen dapat dilakukan dengan menggunakan tangan dengan cara
membongkar guludan atau menggalinya langsung.
Setelah penggalian dan pengumpulan umbi oleh tangan, umbi dibarkan
saja merata di lahan, maksudnya agar umbi terangin-anginkan dan terkena sinar
matahari langsung sehingga kulit umbi menjadi kering
Setelah umbi kering dan tanah tidak menempel lagi, segera dilakukan
pewadahan umbi sekaligus melaksanakan seleksi lapangan, maksudnya sambil
melakukan pewadahan juga memilih umbi yang secara visual kondisi fisiknya
baik dan sehat. Sisa tanaman kentang yang berupa bekas bibit dan umbi yang
rusak dikumpulkan sehingga tidak ada lagi yang tertinggal di kebun karena
dikhawatirkan nantinya tumbuh volunteer atau kireura yang bisa terinfeksi
penyakit dan jadi sumber penyakit pada pembibitan periode selanjutnya.
Pengangkutan umbi bibit kentang ke gudang yang sudah dipersiapkan
dalam keadaan bersih dilakukan setelah pewadahan dan seleksi lapangan. Umbi
bibit yang sudah sampai di gudang dihamparkan di lantai gudang untuk diangin-
anginkan lagi. Lamanya pengangin-anginan ini cukup dua hari saja atau paling
lama 5 sampai 7 hari. Sebelum umbi diangin-anginkan di gudang perlu dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat benih setelah panen.
6. Pasca Panen
Kerusakan umbi kentang dapat terjadi mulai periode pra panen hingga
pasca panen. Besarnya tingkat kerusakan ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain cara budidaya, iklim, hama, penyakit, umur panen, kerusakan selama
panen dan perlakuan pasca panen. Penanganan pasca panen yang tidak baik
menyebabkan kerusakan umbi kentang antara 2-10% dan bagian yang terbuang
kurang lebih 10 %, oleh karena itu untuk mengurangi tingkat kerusakan umbi
17
kentang setelah panen, perlu langkah-langkah penanganan pasca panen yang
baik dan memadai.
Kegiatan penanganan pasca panen umbi benih kentang meliputi a)
persiapan gudang, b) perlakuan benih di gudang, c) pemeliharaan benih selama
di gudang penyimpanan, dan d) pengemasan dan pengangkutan benih.
a. Persiapan gudang
Gudang yang disiapkan untuk menyimpan benih kentang harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang baik
2. Kebersihan gudang dan rak penyimpanan. Bersih dari kotoran dan sisa-
sisa umbi yang busuk.
3. Sebelum benih disimpan, gudang harus disterilkan khususnya untuk
pengendalian penggerek umbi (Phthorimaea perculella) minimal satu
minggu sebelum panen dengan cara pencucian gudang dan rak
penyimpanan serta penyemprotan pestisida.
Kegiatan persiapan gudang biasanya dilakukan pada masa pra panen.
b. Perlakuan benih di gudang
Setelah benih disimpan di gudang dan diangin-anginkan, dilakukan :
1. Seleksi atau sortasi
Seleksi atau sortasi yaitu memisahkan umbi yang sehat, busuk
(penyakit) dan kerusakan fisik (hama dan mekanis). Seleksi harus
dilaksanakan di tempat seleksi atau gudang penyimpanan dengan
keadaan ruangan yang cukup terang supaya umbi kentang yang akan
diseleksi mudah untuk dilihat kerusakannya.
2. Grading
Menentukan umbi untuk benih, tergantung dari diri sendiri. Menurut
petani, umbi yang baik untuk benih adalah yang sehat, bermutu super,
mempunyai 3 sampai 5 mata tunas dan bobotnya 80-100 g.
Pengkelasan benih kentang berdasarkan berat umbi (g) adalah
sebagai berikut :
- Ukuran SS : Lebih kecil dari 10 g
- Ukuran S : 11-30 g
- Ukuran M : 31-60 g
18
- Ukuran L : 61-120 g
- Ukuran LL : lebih besar dari 121 g
3. Pencelupan benih
Sebelum dilakukan pencelupan umbi dengan insektisida, sebaiknya
dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih untuk
membersihkan tanah yang menempel pada umbi karena tanah tersebut
mempunyai kemungkinan tercampur dengan nematoda atau telur-telur
nematoda, sehingga dengan pencucian tersebut umbi menjadi bersih dan
insektisida yang diberikan pada waktu pencelupan lebih efektif.
Pencelupan dengan menggunakan insektisida bertujuan untuk
pengendalian hama penggerek umbi (Phthorimaea operculella Zeller).
Yang perlu diperhatikan dalam pencelupan antara lain :
- Air yang digunakan harus bersih
- Cuaca dalam keadaan kering
- Lama pencelupan kira-kira 10 detik
- Suhu terbaik 10-20 oC
- Benih yang telah dicelup dibiarkan, dijemur 1 sampai 2 jam
dibawah sinar matahari, selanjutnya disimpan dan dikeringanginkan di
dalam gudang.
4. Penaburan insektisida dan penimbangan
Penaburan insektisida dan penimbangan dilakukan setelah
pencelupan benih dan benih sudah kering. Setelah benih kering dilakukan
penimbangan dan ditaburi insektisida. Penaburan insektisida dilakukan
untuk mencegah hama penggerek umbi yang biasa menyerang tanaman
kentang dan umbi baik di kebun maupun pada saat penyimpanan.
Penimbangan dilakukuan untuk mengetahui jumlah berat tiap kelas benih
dan jumlah total hasil produksi serta untuk mengetahui besarnya
penyusutan atau besarnya umbi yang rusak.
5. Penyimpanan
Penyimpanan benih dilakukan dengan cara meletakkan masing-
masing kelas umbi dalam rak penyimpanan yang terdiri dari 3 sampai 4
lapis umbi dan rak-rak tersebut disusun secara rapi untuk memudahkan
pengontrolan. Benih kentang yang sudah diletakkan di dalam rak
19
penyimpanan ditutup dengan kain kasa yang kemudian dilakukan
penyemprotan insektisida. Hal ini dilakukan untuk pengendalian hama
penggerek umbi selama penyimpanan.
c. Pemeliharaan benih selama di gudang penyimpanan
Benih yang sudah disimpan di gudang penyimpanan tidak dibiarkan
begitu saja tetapi perlu dilakukan pemeriksaan benih secara teratur (minimal
1 minggu 3 kali) dan pergiliran rak penyimpanan (box atau krat) selama 7
sampai 10 hari sekali untuk mengontrol benih dari serangan hama penggerek
umbi. Apabila ada gejala serangan hama penggerek umbi harus dilakukan
penyemprotan.
Pemeliharaan sanitas gudang perlu dilakukan agar tetap bersih dari
kotoran serta umbi-umbi yang busuk. Suhu, cahaya, dan kelembaban udara
harus dijaga sesuai dengan yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
tunas.
d. Pengemasan dan pengangkutan benih
Benih kentang yang telah lulus seleksi dan mendapatkan sertifikat
benih dari Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih Tanaman Pangan
Hortikultura (BPSBTPH) dikemas dengan menggunakan karung jaring
(waring) dengan ukuran setiap kemasan 20 kg dan dilakukan pelabelan
dengan cara dijahit serta disaksikan oleh BPSBTPH. Dalam pengangkutan
benih harus diperhatikan cara penyusunan kemasan dan alat angkut yang
digunakan untuk menghindari kerusakan benih.
Penanaman tanaman kentang yang dijadikan bibit di BBH Tawangmangu
sudah memenuhi persyaratan, misalnya lahan untuk bercocok tanam dengan teori
hampir sama, tinggi tempat dan curah hujan sudah sesuai.
20
SORTASI
GRADING
Gbr. MEKANISME PASCA PANEN TANAMAN KENTANG
21
PENCUCIAN
PENABURAN INSEKTISIDA PENIMBANGAN
PENYIMPANANN
PENGEMASAN
DAFTAR PUSTAKA
Clickwok.com. 2002. Empat cara memanfaatkan kentang sebagai obat.
http://www.hanyawanita.com. [ 02 Februari 2013 ].
Departemen Pertanian. 2008. Data konsumsi per kapita kentang dan volume ekspor.
http://www.deptan.go.id. [ 02 Februari 2013 ].
Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta.
136 hal.
Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
250 hal.
PUSTEKKOM. 2005. Usaha mengurangi erosi tanah. http://www.e-dukasi.net.
[ 02 Februari 2013 ].
Samadi, B. 2004. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.
The Agricoach Inc. 2008. Perlakuan pengolahan tanah. http://www.agricoach-inc.com.
[02 Februari 2013].
Winarno, F.G., dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta.
22