Download - LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI.docx
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
A. PENGERTIAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang dapat menghasilkan energi dan
tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan
proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan penting dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi yang tidak seimbang dalam tubuh
ada yang diakibatkan karena kekurangan nutrisi dan kelebihan nutrisi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic (NANDA. 2009-2011).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika
individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan
yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang
tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Lynda Juall Carpenito, 2007).
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrient
yang melebihi kebutuhan tubuh (NANDA. 2009-2011). Ketidakseimbangan nutrisi lebih
dari kebutuhan tubuh adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami penambahan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi
kebutuhan metabolik (Lynda Juall Carpenito, 2007).
B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola
konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurngnya informasi sehinga
dapat terjadi kesaalahan dalam memenuhi kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang
layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa makanan tersebut dapat
merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga
dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah, terdapat larangan
makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal makanan tersebut
merupakan sumber vitamin yang baik.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan.
5. Status Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perokonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian
rendah.
Faktor – faktor yang dapat berhubungan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh antara lain:
1. Patofisiologis
Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori yang mencukupi sekunder akibat luka bakar, kanker, infeksi,
trauma, atau ketergantungan bahan – bahan kimia
Berhubungan dengan disfagia sekunder akibat distrofi otot.
Berhubungan dengan penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit
crohn, intoleransi laktosa, atau fibrosis kistik.
Berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat
perubahan tingkat kesadaran.
Berhubungan dengan muntah yang di rangsang sendiri, latihan fisik karena
kelebihan asupan kalori atau menolak untuk makan sekunder akibat anoreksia
nervosa.
Berhubungan dengan keengganan untuk makan karena takut keracunan
sekunder akibat perilaku paranoid.
Berhubungan dengan anoreksia dan diare sekunder akibat infeksi protozoa.
Berhubungan dengan muntah, anoreksia, dan gangguan pencernaan sekunder
akibat pankreatitis.
Berhubungan dengan anoreksia, gangguan metabolism lemak dan protein, dan
gangguan penyimpanan vitamin sekunder akibat sirosis.
2. Berhubungan dengan Tindakan
Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk
penyembuhan luka dan penurunan asupan sekunder akibat : pembedahan,
medikasi (kemoterapi kanker), rekonstruksi bedah mulut, kawat rahang, atau
terapi radiasi.
Berhubungan dengan ketidakadekuatan absorpsi sebagai efek samping dari
antasida.
Berhubungan dengan penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual,
muntah sekunder akibat terapi radiasi, kemoterapi, tonsilektomi.
3. Situasional (Personal, Lingkungan)
Berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat :
anoreksia, depresi, stres, isolasi sosial, mual dan muntah,atau alergi.
Berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan makanan
(keterbatasan fisik, masalah finansial atau transportasi).
Berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah (kerusakan atau
kehilangan gigi, gigi palsu longgar).
Berhubungan dengan diare sekunder akibat lingkungan yang tidak sehat.
4. Maturasional
Bayi/Anak
Berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat :
kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang
pemberi asuhan.
Berhubungan dengan malabsorpsi, batasan diet dan anoreksia
sekunder akibat seliaka, intoleransi laktosa, atau fibrosis kistik.
Berhubungan dengan kesulitan mengisap (bayi) dan disfagia sekunder
akibat : paralisis serebral atau sumbing bibir atau palatum.
Berhubungan dengan ketidakadekuatan menelan, keletihan, dan
dispnea sekunder akibat : penyakit jantung kongenital atau
prematuritas.
Lansia
Berhubungan dengan efek penurunan laju metabolik, kadar estrogen ,
dan densitas mineral tulang (wanita).
Berhubungan dengan degenerasi membran periodontal dengan
kehilangan gigi.
Faktor – faktor yang dapat berhubungan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh antara lain :
1. Patofisiologis
Berhubungan dengan perubahan pola kepuasan sekunder
Berhubungan dengan penurunan indra pengecapan dan penciuman
2. Berhubungan dengan Tindakan
Berhubungan dengan perubahan kepuasan sekunder akibat obat - obatan,
radiasi
3. Situasional (Personal, Lingkungan)
Berhubungan dengan risiko kenaikan berat badan lebih dari 12,5 – 15 kg saat
hamil
Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan nutrisi dasar
Berhubungan dengan pola aktivitas monoton
4. Maturasional
Orang dewasa/lansia
Berhubungan dengan penurunan pola aktivitas dan penurunan kebutuhan
metabolik
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Batasan Karakteristik Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
1. Mayor ( harus terdapat, satu atau lebih )
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami asupan makanan
tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan
berat badan atau kebutuhan metabolik aktual atau potensial dengan asupan
yang lebih.
2. Minor (mungkin terdapat)
Kelemahan otot dan nyeri tekan
Penurunan albumin serum
Peka rangsang mental dan kekacauan mental
Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi
Berat badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk
tinggi dan kerangka tubuh
Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot lengan tengah
kurang dari 60 % standar pengukuran.
Batasan Karakteristik Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan
Tubuh
1. Mayor (Harus Terdapat, Satu atau Lebih)
Kelebihan berat badan (berat badan 10% melebihi tinggi dan kerangka
tubuh ideal
Obesitas (berat badan 20% atau lebih di atas tinggi dan kerangka tubuh
ideal)
Lipatan kulit trisep lebih besar dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
2. Minor (Mungkin Terdapat)
Melaporkan adanya pola makan yang tidak diinginkan
Asupan melebihi kebutuhan metabolik
Pola aktivitas monoton
D. RUMUSAN MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan dari Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
1. Intervensi Generik
Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat. Konsulkan
pada ahli gizi.
Timbang berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. Negosiasikan dengan klien tujuan
asupan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil.
Ajarkan individu untuk menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu) untuk
membantu meningkatkan rasa dan aroma makanan (jus lemon, mint,
cengkeh, basil, pengharum makanan, kayu manis, rosemary, bacon bits).
Rencanakan perawatan sehingga prosedur yang tidak menyenangkan atau
yang menyakitkan tidak dilakukan sebelum makan.
Beri suasana makan yang relaks (tidak terlihat pispot; jangan ramai.
Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan bau yang
menyebabkan ingin muntah atau prosedur yang dilakukan mendekati waktu
makan.
Ajarkan atau bantu individu untuk istirahat sebelum makan.
Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi, membersihkan/
membilas mulut) sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
Tawarkan makan porsi kecil tapi sering (enam kali per hari ditambah dengan
makanan kecil) untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung.
Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/kalori sangat tinggi yang
disajikan pada saat individu ingin makan (misalnya jika kemoterapi
dilakukan pagi hari, maka sajikan pada sore menjelang malam).
Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :
Makan makanan kering (roti panggang, krekers) saat bangun tidur.
Makan makanan yang asin jika tidak ada pantangan.
Hindari makanan yang terlalu manis, menggemukkan, berminyak atau
makanan kering.
Cobalah minuman bening, atau yang dingin.
Minum sedikit – sedikit melalui sedotan.
Makan kapan saja bila dapat ditoleransi.
Makan dalam porsi kecil, rendah lemak, dan makan lebih sering.
Coba suplemen yang tersedia dalam banyak bentuk (cair, bubuk, puding).
Jika individu mengalami kelainan makan (Townsend, 1994) :
Tetapkan tujuan asupan bersama klien, dokter, dan ahli gizi.
Bicarakan tentang keuntungan dari kepatuhan dan konsekuensi dari
ketidakpatuhan.
Jika asupan makanan yang diharuskan ditolak, beri tahu dokter.
Duduk temani individu selama makan. Batasi waktu makan sampai 30
menit.
Amati sedikitnya 1 jam sebelum makan. Temani pasien ketika ke
kamar mandi.
Timbang badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih
pertama.
Beri dorongan untuk perbaikan, tetapi jangan fokuskan pembicaraan
pada makanan atau cara makan.
Sejalan dengan makin membaiknya individu, gali isu – isu tentang
citra diri, penambahan berat badan, dan kontrol.
Untuk individu yang hiperktif (Townsend, 1994) :
Beri makanan atau minuman yang tinggi protein, tinggi kalori.
Tawarkan lebih sering makanan kecil. Hindari makanan yang tidak
mengandung kalori (misalnya soda).
Berjalan – jalan bersama individu ketika makanan kecil dimakan.
2. Intervensi Geriatrik
Evaluasi kemampuan untuk memproses dan menyiapkan makanan.
Keuangan
Transportasi
Mobilitas
Keterampilan manual
Jelaskan sumber komunitas yang tersedia :
Makanan yang dijual dengan mobil
Pusat lansia
Supermarket yang menerima layanan pesan – antar
Untuk wanita lebih dari 50 tahun, anjurkan untuk :
Meningkatkan asupan kalsium sampai 1200 mg/hari (1500 mg/hari bila
tidak dalam terapi penggantian hormon).
Mengurangi asupan kalori sampai 1700 – 1800.
Menyeimbangkan asupan dan latihan fisik.
Memasukkan suplemen beta karoten dan vitamin C serta E setiap hari.
Intervensi Keperawatan dari Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari
Kebutuhan Tubuh
1. Intervensi Generik
Tingkatkan kesadaran individu tentang jumlah/tipe makanan yang
dikonsumsi.
Bantu individu menetapkan tujuan yang realistis (misalnya dengan
menurunkan asupan oral 500 kalori akan mengakibatkan penurunan berat
badan 0,5 – 1 kg setiap minggu.
Ajarkan teknik modifikasi perilaku :
o Makan hanya pada tempat khusus di rumah (misanya pada meja
dapur).
o Jangan makan saat melakukan aktivitas lain seperti membaca atau
menonton televisi ; makan hanya apabila duduk.
o Minum 240 cc air segera sebelum makan.
o Gunakan piring kecil (sehingga porsi kelihatan lebih banyak).
o Siapkan porsi kecil, hanya cukup untuk makan dan kelebihan sisa
disingkirkan.
o Makan pelan – pelan dan kunyah dengan seksama.
o Letakkan peralatan makan dan tunggu 15 detik di antara kunyahan.
o Makan kudapan rendah kalori yang perlu dikunyah untuk kepuasan
kebutuhan oral (wortel, seledri, apel).
o Kurangi cairan berkalori ; minum diet soda atau air.
Rencanakan program berjalan harian dan secara bertahap tingkatkan
kecepatan dan jarak berjalan.
o Beri tahu bahwa aktivitas fisik intermiten yang sekaligus sampai 30
menit atau lebih setiap hari adalah baik.
o Anjurkan untuk mengambil setiap kesempatan untuk meningkatkan
aktivitas (misalnya turun melalui tangga ke lantai bawah bukan
menggunakan elevator, parkir mobil yang jauh dari toko.
2. Intervensi NIC
Membantu dan menyediakan asupan makanan dan cairan dengan diet
seimbang.
Memberi bantuan dengan proses interaktif yang berfokus pada kebutuhan
untuk modifikasi diet.
Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan kurang gizi.
Memfasilitasi penurunan berat badan dan lemak tubuh.
3. KRITERIA EVALUASI
Kriteria Evaluasi dari Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh
1. Nafsu makan meningkat.
2. Pasien mampu menghabiskan satu porsi makanan.
3. Pasien mengetahui tentang pentingnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh
tubuh.
4. Berat badan bertambah.
5. Pasien melaporkan tingkat energi yang adekuat.
6. Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang tepat.
Kriteria Evaluasi dari Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan
Tubuh
1. Pasien menyadari masalah berat badan.
2. Pasien akan mengungkapkan secara verbal keinginan untuk menurunkan berat
badan.
3. Pasien dapat berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yang
terstruktur.
4. Pasien dapat menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu.
5. Pasien akan mengalami asupan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral,
zat besi dan kalsium yang adekuat, tetapi tidak berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonim. 2012. Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Nutrisi (dalam: http://wormmoriss.blogspot.com/2012/11/lp-gangguan-pemenuhan-nutrisi.html). Diakses : 25 Mei 2013
Carpenito, Lynda Juall. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Nanda International. 2010.Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Klungkung,… Juni 2013
Mengetahui
Pembimbing Praktik Mahasiswa
Ns. H.Eko Kristiono, S.Kep Ni Kadek Rina Sumawati
NIP.196609211907031010 NIM.P07120012054
Mengetahui
Pembimbing akademik
IGA Ari Rasdini
NIP.