Transcript

LAPORAN MONITORING BANJIR

[LAPORAN MONITORING BANJIR] 2013

Kata PengantarKegiatan Monitoring Banjir didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Nomor 15 G/KPTS/SKBWSS3/2013 tentang Pembentukan Tim Pelaksana KegiatanMonitoring Banjir Kategori II Tahun Anggaran 2013.Pelaksanaan Monitoring Banjirdilaksanakan dalam wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.

Monitoring Banjir tahun 2013 bertujuan untuk mengamati dan memantau serta menginventarisasi daerah-daerah yang mengalami banjir. Sehingga data yang diperoleh dari monitoring banjir ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Sumber Daya Air di masa yang akan datang.

Semoga melalui kegiatan Monitoring Banjir 2013 dan laporan ini dapat menjadi bagian dalam pengembangan pengolaan Sumber Daya Air khususnya di Sulawesi Tengah, terimakasih.

Palu,Desember 2013

Tim Pelaksana Monitoring Banjir,

Ketua

Suwanto, ST

NIP. 19601031 199003 1 001

Daftar Isi

iiiKATA PENGANTAR

ivDAFTAR ISI

iiiDAFTAR GAMBARi

BAB I. PENDAHULUAN51. 1. Latar Belakang51. 2. Rumusan Masalah61. 3. Maksud dan Tujuan61. 3. 1.Maksud61. 3. 2.Tujuan61. 4. Sasaran61. 5. Lingkup Kegiatan6BAB II. KAJIAN TEORI72. 1. Definisi Banjir72. 2. Siklus Air dan Penyebab Banjir72. 3. Pendekatan Penanganan Banjir9BAB III. HASIL MONITORING BANJIR103.1. Monitoring Banjir Desa Sausu Taliabo Kec. Sausu Kab. Parigi Moutong 103.2. Monitoring Banjir Desa Sausu Trans Kec. Sausu Kab. Parigi Moutong 133.3. Monitoring Banjir Desa Bangga, Walatana, dan Desa Bulu Bete Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi153.4. Monitoring Banjir Desa Kilo, dan Desa Trimulya Kec. Poso Pesisir Utara Kab. Poso173.5. Monitoring Banjir Kelurahan Lembomawo dan Kelurahan Ranononcu Kec. Poso Kota Selatan Kab. Poso193.6. Monitoring Banjir Desa Porame Kec. Kinovaro Kab. Sigi213.7. Monitoring Banjir Desa Pulu Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi233.7. Monitoring Banjir Desa Salua Kec. Kulawi Kab. Sigi ..25

BAB IV. PENANGANAN BANJIR274. 1. Usulan Penanganan Banjir274. 2. Penanganan Yang Telah Dilakukan29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN314. 1. Kesimpulan314. 2. Saran31DAFTAR PUSTAKA32LAMPIRAN

Peta Wilayah Sungai Kewenangan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III

Peta Lokasi Banjir di Wilayah Sungai Palu-Lariang Tahun 2013...... Peta Lokasi Banjir di Wilayah Sungai Parigi-Poso Tahun 2013

Dokumentasi Hasil Monitoring Banjir Tahun 2013.......

Daftar Gambar

Gambar. 1. Peta Lokasi Banjir Sungai Sausu.10Gambar. 2. Peta Lokasi Banjir Sungai Sausu.13Gambar. 3. Peta Lokasi Banjir Sungai Miu..15Gambar. 4. Peta Lokasi Banjir Sungai Kilo17Gambar. 5. Peta Lokasi Banjir Sungai Poso...19Gambar. 6. Peta Lokasi Banjir Sungai Sombe.21Gambar. 7. Peta Lokasi Banjir Sungai Pulu...23Gambar. 8. Peta Lokasi Banjir Sungai Salua.25Gambar. 9. Perkuatan Tebing Menggunakan Bronjong Silinder ..28Gambar. 10. Perkuatan Tebing Menggunakan Matras Bronjong .29BAB I. PENDAHULUAN1. 1. Latar BelakangSesuai dengan perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya air sebagaimana digariskan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sekitar sungai, danau, waduk, rawa, pantai, dan daerah irigasi.Pada umumnya di Sulawesi Tengah kondisi alur sungai sering berpindah-pindah, sehingga daerah genangan sering berubah-ubah. Daerah di sekitar alur sungai merupakan areal pemukiman dan lahan pertanian produktif milik rakyat. Dampak banjir yang signifikan dapat menyebabkan kerugian besar terhadap perekonomian, sosial dan kesehatan masyarakat serta kerusakan infrastruktur. Untuk menanggulangi kejadian banjir yang selalu terulang pada saat musim hujan, perlu dilakukan tindakan investigasi dan pendataan kerusakan akibat banjir serta penyebab terjadinya banjir. Melalui kegiatan monitoring banjir, diharapakan diperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan tindakan antisifatif penanggulangan banjir.1. 2. Rumusan Masalah

Monitoring banjir dilakukan untuk memantau perubahan-perubahan alur sungai akibat banjir dan genangan air banjir di sepanjang alur sungai. Selain itu, melalui kegiatan ini dapat diinvetarisasi dampak kerusakan dan kerugian yang terjadi akibat banjir, sehingga data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.1. 3. Maksud dan Tujuan1. 3. 1. MaksudKegiatan monitoring banjir dimaksudkan untuk menunjang kegiatan pengelolaan Sumber Daya Air di bidang penanggulangan daerah rawan banjir, meliputi daerah yang diprediksi akan terjadi banjir dalam wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.1. 3. 2. TujuanTujuan yang hendak dicapai dari kegiatan monitoring banjir untuk mendapatkan data yang dapat digunakan dalam menyusun prioritas penanggulangan banjir secara terpadu di daerah yang diprediksi akan terjadi banjir dalam wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, serta sebagai data pada sistem informasi PDSDA.1. 4. SasaranSasaran kegiatan monitoring banjir adalah pemantauan/monitoring banjir pemukiman dan lahan pertanian sekitar alur sungai di daerah-daerah yang diprediksi akan terjadi banjir, dalam wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.1. 5. Lingkup Kegiatan1) Pengumpulan data primer dan data sekunderdampak banjir2) Inventarisasi dan koordinasi dengan instanti terkait dalam upaya mengantisipasi dampak banjir.3) Pelaksanaan evaluasi dalam upaya penanganan banjir.4) Pembuatan laporan hasil kegiatan monitoring banjir.BAB II. LANDASAN TEORI2. 1. Definisi BanjirMengingat banjir menjadi fenomena yang setiap tahun datang, maka perlu diketahui apa sebenarnya istilah yang sering muncul pada saat musim penghujan tersebut. Beberapa istilah dari banjir telah dirangkum dengan berbagai sumber seperti berikut ini:Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat.

Menurut Isnugroho (2002), bahwa banjir memiliki tiga pengertian yang berbeda yang sering dijumpai di masyarakat yaitu:

1) Suatu sungai dikatakan banjir apabila terjadi peningkatan debit aliran yang relatif besar, pengertian ini biasanya digunakan oleh para petugas hidrologi dan masyarakat awam setempat.

2) Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air melimpas ke luar alur sungai, pengertian ini biasa digunakan oleh instansi pengelola sungai/pengendali banjir.

Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air sungai melimpas ke luar alur sungai dan menimbulkan gangguan terhadap manusia, pengertian ini biasa digunakan oleh mass media dalam kaitannya dengan informasi bencana banjir.

Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran (SNI 03-2415-1991)

Flood is a great quantity of water, especially over land(Oxford English Dictionary, 1980)(Sumber : Segel Hendrycus Ginting, 2011)2. 2. Siklus Air dan Penyebab BanjirMusim hujan menjadi musim yang banyak membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Namun belakangan ini musim hujan menyebabkan bencana banjir sehingga mengganggu kegiatan manusia. Menanggapi kondisi ini, kita perlu memahami kembali teori siklus air yang menguraikan bagaimana proses perputaran air di bumi, menyikapi dengan bijak tentang ancaman pemanasan global dan mendesain penataan ruang yang memberikan perhatian lebih besar kepada fungsi air.

Hampir setiap musim hujan di beberapa kota besar di Indonesia terjadi banjir, baik dalam skala genangan yang besar maupun kecil. Sekecil apapun genangan air akan menimbulkan dampak gangguan ketidaknyamanan bagi warga. Penyebab banjir dapat berasal dari limpahan air hujan maupun air pasang untuk daerah permukiman yang berada di tepian pantai, yang keduanya merupakan fenomena alam serta sudah menjadi bagian kehidupan manusia selama proses siklus hidrologi berlangsung.

Dalam perjalanannya di alam, air membentuk suatu siklus yang sering disebut siklus air. Siklus air didefinisikan sebagai sirkulasi air secara terus menerus dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui hujan (precipitation), pengembunan (condensation), penguapan (evaporation) dan pernafasan tumbuhan (transpiration). (www.id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air).

Dari definisi di atas disebutkan bahwa hujan merupakan salah satu bagian dari siklus air. Pada saat hujan, penyebab terjadinya banjir adalah air terperangkap di daratan akibat terhambatnya proses run off menuju bagian hilir. Idealnya, besaran run off menuju hilir dengan jumlah hujan yang turun ke daratan berada dalam keadaan seimbang. Permasalahan terjadi ketika air hujan jatuh ke bumi namun tidak banyak diserap tanah karena proses infiltration terhambat akibat minimnya daerah resapan air. Kondisi ini menyebabkan penambahan volume air yang bergerak di atas permukaan tanah mengikuti aliran sungai menuju ke hilir. Apabila kondisi saluran air yang membawa air permukaan menuju ke hilir tidak cukup menampung volume air, maka air akan mencari jalannya sendiri. Air akan melewati bahkan menggenangi daerah-daerah yang secara topografi rendah, tanpa peduli apakah kawasan tersebut dihuni atau tidak.

Selain itu, kondisi siklus air dapat mengalami perubahan karena terpengaruh oleh peningkatan temperatur bumi secara global. Pemanasan global akan menimbulkan perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya peningkatan intensitas curah hujan yang diprediksi mencapai 2%-3% per tahun di Indonesia. (Ratag et.al, 2001 dalam Laporan Bank Dunia, 2007). Musim penghujan diperkirakan berlangsung lebih singkat (jumlah hari musim hujan tahunan berkurang) dengan intensitas yang tinggi sehingga meningkatkan risiko banjir dan longsor. Bersamaan dengan itu pemanasan global membuat es di kutub mencair, mengakibatkan semakin tingginya permukaan air laut dan semakin banyak daratan yang memiliki topografi lebih rendah di bawah permukaan air laut. Singkatnya ancaman pemanasan global membuat perubahan siklus air yang menjadikan peluang kejadian bencana banjir di Indonesia yang semakin sering, serta dengan kemungkinan skala wilayah yang semakin luas.

(Sumber :www.bebasbanjir2025.wordpress.com).2. 3. Pendekatan Penanganan BanjirBanyak cara ditempuh manusia untuk melakukan usaha preventif terhadap bencana banjir karena memahami filosofi siklus air di atas. Teknik yang dipakai dapat berupa pemeliharaan alam secara alami, atau dengan teknologi buatan. Teknik yang pertama sudah berumur ribuan tahun, yaitu berupa upaya memelihara daerah resapan air baik di bagian hulu maupun hilir dari suatu daerah aliran sungai (DAS), antara lain dengan melestarikan hutan. Artinya, sebanyak mungkin air hujan dapat meresap ke dalam tanah karena bantuan akar pepohonan yang dapat menghambat laju run off menjadi lambat.Pada prinsipnya pemecahan masalah banjir dilakukan secara fisik dan non fisik bersama-sama dalam jangka panjang untuk menyeimbangkan siklus air. Pendekatan pembangunan fisik melalui teknologi buatan manusia selama ini adalah pembuatan waduk buatan (situ, danau, embung air) dan sumur resapan Pembuatan waduk dan sejenisnya memerlukan lahan yang sekarang sulit didapatkan di kota-kota, demikian juga penerapan sumur resapan juga sulit dilaksanakan secara masal.

Sementara pendekatan non fisik melalui perencanaan tata ruang dan tata kelola air yang baik, selaras dengan kegiatan manusia. Tata ruang air tidak berarti menata ruang airnya, akan tetapi lebih kepada penataan ruang yang memberikan perhatian lebih kepada siklus air agar keseimbangan air terjaga. Pada musim hujan air tidak menimbulkan masalah besar di daratan dan sebaliknya pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan atau kekurangan air. ( PUSTRA/ BPI/ Mei/2008).(Sumber : www.bebasbanjir2025.wordpress.com).BAB III. HASIL MONITORING BANJIR3.1 Monitoring Banjir desa Sausu Taliabo, Kec.Sausu Kab. Parigi MoutongDesa Sausu Taliabo terletak di Koordinat x = 010326.5 dan y = 1202512.4 dengan kedudukan demografis berada di wilayah kecamatan Sausu, Kab. Parigi Moutong. Bencana banjir di Desa sausu Taliabo, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong terjadi diawali dengan hujan dengan intensitas lebat pada hari senin (1 April 2013). Data pada pos hujan manual di bendung sausu menunjukkan bahwa curah hujan di daerah bendung sebesar 8.11 mm, relatif kecil sehingga disimpulkan bahwa hujan terjadi di daerah hulu sehingga tidak ada data pasti karena tidak terdapat pos hujan di daerah hulu.

Gambar 1. Peta Lokasi Banjir di Sungai SausuDari hasil pengamatan dilokasi bendung terjadi penumpukan material didepan mercu, penumpukan material hingga menutupi pintu penguras dan intake sausu kiri dan sausu kanan. Selain itu terjadi kerusakan pada screen border pada bagian intake saluran sausu kiri, screnn border tersebut patah akibat tekanan air dan material kayu gelondongan.

Berdasarkan keterangan salah seorang warga, bapak I Wayan Peneng (Kepala Desa Sausu Taliabo) sedikitnya 300 rumah dan 25 Ha sawah terendam air setinggi 20 cm di dua dusun di desa Taliabo.(Mercusuar, Rabu 3 April 2013)

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah membersihkan material yang tertumpuk didepan mercu menggunakan mesin pemotong (Chain saw) dan alat-alat seperti parang dan kampak. Diperlukan penanganan darurat yang lebih intensif dan terpadu dalam upaya pembersihan material di bendung sehingga penumpukan material tersebut tidak menggangu stabilitas bendung dan fungsi bendung dapat terjaga mengingat begitu luasnya daerah irigasi yang dilayani oleh bendung sausu.

3.2 Monitoring Banjir desa Sausu Trans, Kec.sausu Kab. Parigi Moutong

Bencana banjir di Desa Sausu, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong diawali terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari kamis (18 April 2013) sekitar pukul 17.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi karena air hujan yang mengalir pada saluran cepat meluap ke jalan, sehingga disimpulkan bahwa hujan terjadi di daerah hulu dengan intensitas tinggi, sehingga tidak ada data pasti untuk mengetahui jumlah curah hujan yang terjadi karena tidak terdapat pos hujan di daerah hulu.

Gambar 2. Peta Lokasi Banjir di Sungai SausuDari hasil pengamatan dilokasi ada 3 tempat yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu ;

1. Lokasi 1 berada pada jalan sausu trans+ 50 m dari SMAN 1 Sausu, terletak pada elevasi 42 m dengan koordinat x = 0216171 dan y = 9883433. Jembatan ini merupakan jembatan beton sederhana yang menghubungkan antara kecamatan Sausu ke kabupaten Poso. Jembatan ini putus akibat hujan yang disertai banjir pada saluran pembuang dengan membawa material sedimen lepas dengan arus yang deras. Selain itu, abutment pada jembatan mengalami kerusakan, bronjong yang terpasang pada dinding saluran terlepas karena arus air yang deras.

2. Lokasi 2 berada pada jalan Desa Suli + 20 m dari SD Negeri 1 Sausu, terletak pada elevasi 40 m dengan koordinat x = 0216002 dan y = 9883304, lokasi ini berada di belakang SMA Negeri 1 Sausu, untuk sementara jalan desa ini sudah dikerja dengan menggunakan alat berat (Excavator) Balai Wilayah Sungai Sulawesi III yaitu pelebaran dan pemerataan jalan. Jalan ini sebagai jalan alternatif untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat roda empat yang akan melintas, karena jalan trans pada lokasi 1 susah dikerjakan alat berat, selanjutnya akan ditangani oleh PEMDA setempat.

3. Lokasi 3 berada pada jalan desa juga terletak pada elevasi 33 m dengan koordinat x = 0216569 dan y = 9883569. Lokasi 3 sebagai jalan alternatif kedua yang menghubungkan antara kecamatan Sausu ke kabupaten Poso. Jembatan kecil ini putus juga akibat hujan yang disertai banjir, abutmenpada jembatan mengalami kerusakan, dan bronjong yang terpasang juga pada dinding saluran pembuang terlepas karena arus air yang deras.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,3 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 15) cm. Selain itu, sebagian saluran drainase meluap oleh material sedimen.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah pelebaran dan pemerataan jalan desa yang berada pada lokasi 2, dimana untuk sementara jalan desa ini sudah dikerja dengan menggunakan alat berat (Excavator) Balai Wilayah Sungai Sulawesi III. Jalan ini sebagai jalan alternatif untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat roda empat yang akan melintas.

3.3 Monitoring Banjir desa Bangga, Walatana dan Bulu Bete Kec.Dolo Selatan Kab. SigiBencana banjir di Desa Bangga, Walatana dan Bulu Bete, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari senin dan selasa malam hari (22-23 April 2013) sekitar pukul 21.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan meluapnya air Sungai Miu ke persawahan serta perkebunan warga. Banjir tersebut menghantam persawahan dan perkebunan warga hingga puluhan hektar lahan persawahan dan perkebunan tersebut tergenang air dan tak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya.Gambar 3. Peta Lokasi Banjir di Sungai MiuDari hasil pengamatan dilokasi ada 3 tempat yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu ;

1. Lokasi 1 berada pada Desa Bangga, terletak pada elevasi 119 m dengan koordinat x = 01148.5 dan y = 119569.8 Pada daerah ini terdapat sekitar 9 ha sawah warga tidak dapat lagi digunakan akibat tergerus banjir. Lahan persawahan berubah menjadi aliran sungai. Serta lahan perkebunan coklat dan kopra juga tidak dapat lagi digunakan. Sehingga warga kehilangan mata pencaharian mereka.

2. Lokasi 2 berada pada Desa Walatana, terletak pada elevasi 102 m dengan koordinat x = 0113'21.7" dan y = 11955'51.3" Di Desa Walatana sendiri sedikitnya terdapat 59 Ha perkebunan dan 35 Ha lahan persawahan yang juga tidak dapat lagi digunakan sesuai fungsinya akibat banjir yang menghantam desa tersebut.

3. Lokasi 3 berada pada desa Bulu Bete juga terletak pada elevasi 86 m dengan koordinat x = 0112'35.1"dan y = 11954'52.3". Lokasi 3 berada tepat di bibir sungai saluri yang merupakan anak sungai dari Sungai Miu. Akibat meluapnya sungai saluri 10 ha persawahan masyarakat dan 15 hektar perkebunan masyarakat tidak dapat lagi digunakan. Akibat terendam oleh sedimen pasir yang terbawa oleh arus banjir.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,0 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 15) cm.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah dengan menurunkan alat berat (excavator) dimana alat tersebut diturunkan untuk melakukan galian terhadap sungai (saluran pembuang) hingga dapat meminimalisirkan dampak banjir jika terjadi banjir susulan.3.4 Monitoring Banjir Desa Pandere Kec. Gumbasa Kab. SigiBencana banjir di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari senin dan selasa malam hari (22-23 April 2013) sekitar pukul 21.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan meluapnya air Sungai Miu ke persawahan serta perkebunan warga. Banjir tersebut menghantam persawahan dan perkebunan warga hingga ratusan hektar lahan persawahan dan perkebunan tersebut tergenang air dan tak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya.Gambar 4. Peta Lokasi Banjir di Sungai GumbasaDari hasil pengamatan dilokasi ada 2 tempat yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu ;

4. Lokasi 1 berada pada Desa Pandere, terletak pada elevasi 95 m dengan koordinat x = 011232.7 dan y = 1195623.7. 2/3 wilayah persawahan atau sekitar 300 Ha lahan persawahan tepat di Desa Pandere serta 20 Ha kebun coklat, kopra, pisang hilang akibat banjir yang menghantam desa tersebut setiap tahunnya dan puncak banjir pada Selasa 23 April 2013.

5. Lokasi 2 berada pada Desa Pandere Dusun Ramba, terletak pada elevasi 44 m dengan koordinat x = 0110'53.7" dan y = 11955'22.2" Di Dusun Ramba itu sendiri sedikitnya terdapat 40 Ha sawah dan 40 Ha lahan perkebunan yang juga tidak dapat lagi digunakan akibat banjir yang menghantam desa tersebut. Sementara 1 lahan TPU (Tempat Pemakaman Umum) telah tergerus oleh banjir sehingga tak ada lagi Tempat Pemakaman Umum yang berada di dusun tersebut.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,0 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 20) cm.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan penggalia terhadap Sungai (saluran pembuang) agar dapat meminimalisirkan dampak banjir jika terjadi banjir susulan dengan menggunakan alat berat (excavator) milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.

Bencana banjir ini harus segera ditangani dengan baik sebab bukan hanya mengancam perkebunan warga, fasilitas umum dan sosial lainnya seperti masjid dan sekolah dasar yang berada pada desa tersebut.3.5 Monitoring Banjir Desa Kalukubula Kec. Gumbasa Kab. Sigi

Bencana banjir di Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari senin dan selasa malam hari (22-23 April 2013) sekitar pukul 21.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan debit air pada Sungai Palu lebih besar dari biasanya. Hal ini menyebabkan tergerusnya perkebunan warga serta lebih parahnya adalah merusak tebing sungai sehingga menyebabkan beberapa rumah hanyut terbawa banjir.

Gambar 5. Peta Lokasi Banjir di Sungai Palu

Dari hasil pengamatan di lokasi Desa Kalukubula, terletak pada elevasi 26 m dengan koordinat x = 005733.6 dan y = 1195248. Pada desa ini sedikitnya 3 unit rumah hanyut terbawa banjir, 7 kepala keluarga mengungsi dan 5 Ha kebun coklat dan kopra tergerus oleh banjir.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga dan Kepala Desa Kalukubula bahwa banjir telah menghantam pemukiman warga sejak Tahun 2010. Yang menyebabkan 2 Kepala Keluarga harus mengungsi atau dengan kata lain berpindah mukim ke daerah yang lebih jauh dari bantaran sungai. Ditambah lagi pada Tahun 2013 ini dengan hujan yang terus mengguyur Hulu Sungai Palu sehingga debit air semakin besar menyebabkan tergerusnya tebing sungai dan menambah rentetan bencana bagi warga.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah dengan menurunkan alat berat (excavator) dimana alat tersebut diturunkan untuk melakukan galian terhadap sungai (saluran pembuang) hingga dapat meminimalisirkan dampak banjir jika terjadi banjir susulan.

3.6 Monitoring Banjir Desa Kilo, dan Desa Tri Mulia Kec. Poso Pesisir Utara Kab. PosoBencana banjir di Desa Kilo dan Desa Trimulia, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso diawali terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari kamis (25 April 2013) sekitar pukul 18.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi. Disimpulkan bahwa hujan terjadi di daerah hulupun memiliki intensitas tinggi, namun belum ada data pasti untuk mengetahui jumlah curah hujan yang terjadi karena tidak terdapat pos hujan di daerah hulu.

Gambar 6. Peta Lokasi Banjir di Sungai KiloDari hasil pengamatan dilokasi ada 3 tempat yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu ;

1. Lokasi 1 berada pada Desa Kilo Dusun Kameasi Kecamatan Poso Pesisir Utara, terletak pada elevasi 33 m dengan koordinat x = 0232677 dan y = 9857600. Sungai Kameasi yang memisahkan antara Desa Kilo dan Dusun Kameasi .meluap ke permukiman warga, persawahan dan perkebunan coklat. Hal ini disebabkan karena intensitas hujan yang terjadi cukup tinggi. Pada Sungai Kameasi ini Balai Wilayah Sungai Sulawesi III telah melakukan pengerukan sungai dengan menggunakan Alat Berat (Excavator) untuk mengurangi terjadinya risiko Banjir susulan.

2. Lokasi 2 berada pada jalan Desa Kilo Kecamatan Poso Pesisir Utara, terletak pada elevasi 25 m dengan koordinat x = 0231469 dan y = 9859112, lokasi ini belum dapat dilakukan pengananan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III karena pengaruh cuaca dan alat berat (excavator) yang hanya berjumlah 1 unit saja. Untuk itu akan dilakukan pengerukan sungai juga namun setelah pengerukan Sungai Kameasi selesai dikerjakan. Sungai Kilo yang memisahkan antara Desa Kilo dan Desa Tri Mulia.

3. Lokasi 3 berada pada jalan desa juga terletak pada elevasi 15 m dengan koordinat x = 0231240 dan y = 9859228. Pada lokasi 3 tebing sungai mengalami rusak berat akibat tergerus oleh arus banjir pada Kamis malam.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,0 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 15) cm. Selain itu, sebagian saluran drainase meluap oleh material sedimen dan lumpur.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan galian terhadap Sungai Kameasi. Yang selanjutnya juga akan dilakukan terhadap Sungai Kilo dan Sungai Rambata dengan menggunakan alat berat (Excavator) milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.

3.7 Monitoring Banjir Desa Korobono Kec. Pamona Tenggara Kab. Poso

Kondisi topografi yang relatif datar dan sistem drainase yang belum memadai dapat menyebabkan terjadinya banjir di saat musim penghujan datang. Desa Korobono yang berada di Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso merupakan salah satu langganan banjir apabila terjadi hujan. Dari hasil survey di lapangan penampang melintang sungai yang ada di bantaran sungai korobono belum terdapat tanggul/perkuatan tebing yang salah satu fungsinya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap wilayah bantaran sungai.

Banjir yang terjadi disebabkan melimpasnya air sungai ke jalan, jembatan atau permukiman sekitarnya, dan apabila jumlah curah hujan yang terjadi tinggi rentan membuat sebagian desa ini cepat terendam banjir. Hal ini dikarenakan penampang melintang sungai yang terlalu sempit, serta penampang basah Box Culver jembatan yang mulai menyempit akibat sedimentasi, sehingga menyebabkan air sungai pada saat banjir meluap sampai ke jalan trans, dan permukiman penduduk dan tentunya sangat berbahaya bagi jembatan sebagai jalur transportasi kendaraan.

Gambar 7. Peta lokasi Banjir Desa KorobonoDari hasil pengamatan dilokasi ada beberapa tempat yang menjadi titik genangan banjir yaitu ;

6. Lokasi pertama berada pada ruas jalan trans sulawesi Taripa Pendolo. Dari hasil survey 300 m ruas jalan trans sulawesi Taripa Pendolo terendam banjir, kondisi penampang basah Box Culver jembatan juga mulai menyempit akibat sedimentasi, maka pada saat terjadi banjir air sungai akan melimpas ke jalan dan jembatan, sehingga menimbulkan terjadinya genangan pada poros jalan dan jembatan.

7. Lokasi kedua berada pada permukiman penduduk yang berada di bantaran sungai korobono, 50 m terjadi genangan air pada permukiman penduduk. Dari hasil survey sekitar 20 rumah mengalami kerusakan yang tergenang air saat banjir. Hal ini terjadi karena tidak ada tanggul/perkuatan tebing di bantaran sungai sehingga apabila terjadi banjir air dapat melimpas begitu saja ke permukiman penduduk. Selain itu, elevasi muka air sungai korobono dengan elevasi permukiman penduduk beda tingginya hanya 1m 1,2 m, sehingga rentan terendam banjir di saat hujan datang.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air yang melimpas ke jalan, jembatan, dan permukiman warga saat banjir mencapai + 70 cm. Menurut keterangan Kepala Desa Korobono Bapak Rahman Langkarano apabila terjadi hujan lebat wilayah permukiman yang berada di sekitar bantaran sungai pasti terendam banjir, apalagi dengan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, Kepala Desa Korobono mengatakan perlu adanya penggerukan sedimen yang menumpuk di sungai dan pembangunan tanggul/perkuatan tebing di sungai, sehingga apabila terjadi hujan setidaknya mengurangi terjadinya limpasan air sungai ke jalan dan permukiman apabila terjadi banjir.

3.8 Monitoring Banjir Kelurahan Lembomawo dan Kelurahan Ranononcu Kec. Poso Kota Selatan Kab. PosoKondisi topografi yang relatif datar dan sistem drainase Kota Poso yang belum memadai menyebabkan wilayah Kota Poso umumnya dan wilayah sekitarnya rentan banjir yang diakibatkan luapan sungai Poso. Dari hasil survey di lapangan penampang melintang sungai yang ada di bantaran sungai Poso belum terdapat tanggul/perkuatan tebing yang salah satu fungsinya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap wilayah bantaran sungai.

Di kala musim penghujan tahunan datang yang mengguyur Kota Poso sering menyebabkan terjadinya banjir, sehingga membuat sebagian wilayah Kota Poso terendam banjir. Banjir yang terjadi disebabkan melimpasnya air sungai ke jalan atau permukiman sekitarnya, dan apabila jumlah curah hujan yang terjadi tinggi rentan membuat sebagian wilayah cepat terendam banjir, untuk itu perlu dilakukan pembangunan tanggul/perkuatan tebing di setiap bantaran sungai yang ada di Kota Poso.

Gambar 8. Peta Lokasi Banjir Di Sungai Poso

Dari hasil pengamatan dilokasi ada 2 tempat yang menjadi titik genangan banjir yaitu ;

1. Lokasi 1 berada pada RT. 07 Kelurahan Lembomawo, elevasi muka air sungai Poso dan elevasi permukiman beda tingginya antara 1 m 1,5 m, sehingga pada saat terjadi banjir prasarana jalan dan jembatan tergenang air. Dari data yang di survey 300 meter sebagian jalan terendam air, dan sekitar 15 rumah tergenang air.

2. Lokasi 2 berada pada RT. 08 Kelurahan Ranonuncu yang berbatasan dengan Kelurahan Lembomawo, elevasi muka air sungai Poso dan elevasi permukiman beda tingginya antara 1 m 1,5 m, sehingga pada saat terjadi banjir wilayah permukiman tergenang air. Dari data yang di survey 200 meter prasarana jalan terendam air, dan sekitar 12 rumah tergenang oleh air khususnya di sekitar bantaran sungai Poso.Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air yang melimpas ke jalan, jembatan, dan permukiman warga saat banjir mencapai + 70 cm. Menurut keterangan Lurah Lembomawo Ibu Sri Ngatina Karyosumito apabila terjadi hujan lebat prasarana jalan dan wilayah permukiman yang berada di sekitar bantaran sungai pasti terendam banjir, apalagi dengan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, Lurah Lembomawo mengatakan perlu adanya pembangunan tanggul/perkuatan tebing di sungai, sehingga apabila terjadi hujan setidaknya mengurangi terjadinya limpasan air sungai ke jalan dan permukiman apabila terjadi banjir.

3.9 Monitoring Banjir Desa Porame Kec. Kinovaro Kab. SigiSungai sombe terletak di DAS Palu dengan koordinat titik banjir 0o 56 54,5 LS dan 119o 50 08 BT dengan kedudukan demografis berada di wilayah kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi. Sungai sombe memisahkan dua desa yaitu desa Balane yang berada di sisi barat dan desa Porame yang berada di sisi timur, dua daerah tersebut dihubungkan oleh salah satu Banguna Pengendali Sedimen yang dilengkapi dengan dambridge. Sungai sombe yang terletak di desa porame dan sungai lewara yang terletak di desa balane bermuara ke sungai sombe lewara yang merupakan anak sungai palu.Gambar 9. Peta Lokasi Banjir di Sungai SombeBanjir terjadi pada tanggal 1 s/d 2 mei 2013 terjadi hujan dengan durasi rata-rata 4-5 jam, berdasarkan laporan data curah hujan pos hujan desa porame diketahui curah hujan pada tanggal 1 mei 2013 (2,0 mm/jam) dan tanggal 2 mei 2013 (5,1 mm/jam), curah hujan tersebut relatif kecil diduga curah hujan yang terjadi di hulu lebih tinggi. Pada tanggal 2 mei 2013 pukul 16.00 WITA s/d 18.00 WITA terjadi peningkatan debit sungai sombe akibat curah hujan di hulu yang cukup tinggi, aliran air yang bercampur dengan material tanah, pasir dan bebatuan serta batang pohon yang hanyut di sungai menyebabkan terjadinya aliran debris.

Sabo Dam (Tipe Celah) yang terletak di sungai sombe merupakan salah satu rangkaian bangunan pengendali sedimen yang dibangun secara seri untuk mengontrol aliran debris yang terjadi.Dari hasil pengamatan di lokasi diketahui sebagai berikut:1. Akibat suplai sedimen dari hulu, penampang basah (alur sungai) menjadi tidak teratur dan konsentrasi sedimen tertumpuk pada celah sabo dam yang menyebabkan celah menyempit sehingga ketika debit sungai cukup besar , aliran air sungai melimpas melewati dambridge. Oleh karena itu dibutuhkan pengerukan sedimen untuk membentuk alur sungai dan membersihkan penumpukan material di celah Sabo.

2. Sayap hilir sebelah kiri mengalami kerusakan sepanjang 50 m akibat gerusan air, sehingga mengganggu kestabilan bangunan. Untuk sementara masyarakat menggunakan sandbag sebagai perkuatan tebing.3.10 Monitoring Banjir Desa Pulu Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi

Bencana banjir di Desa Pulu Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari Senin Malam hari (21 Mei 2013) sekitar pukul 21.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan meluapnya air Sungai Pulu dan Sungai Pema sehingga memasuki perkebunan coklat, kopra dan jagung milik warga. Bukan hanya itu saja meluapnya Sungai Pulu ke perkebunan warga membentuk alur sungai baru yang mengakibatkan warga tak dapat lagi menggunakan lahan mereka.Gambar 10. Peta Lokasi Banjir di Sungai PuluDari hasil pengamatan dilokasi ada yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu terletak pada elevasi 70 m dengan koordinat x = 010958.6 dan y = 1195405.6 20 Ha kebun masyarakat habis tergerus oleh banjir.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,0 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 25) cm.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan pengukuran untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan dengan segera terhadap bencana banjir tersebut seperti normalisasi sungai.

Bencana banjir ini harus segera ditangani dengan baik sebab akan semakin banyak lagi lahan yang akan tergerus akibat banjir.

3.11 Monitoring Banjir Desa Padalembara Kec. Poso Pesisir Utara Kab. PosoBencana banjir di Desa Padalembara Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari Rabu Malam hari 22 Mei 2013 sekitar pukul 21.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan meluapnya air Sungai Moliu yang membawa material kayu sehingga menghantam sayap gorong-gorong yang berada tepat di bawah saluran primer Bendung Puna.

Gambar 11. Peta Lokasi Banjir di Sungai Moliu

Dari hasil pengamatan dilokasi yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu terletak pada elevasi 44 m dengan koordinat x = 012829.6 dan y = 1203725.8. Plat saluran primer mengalami patah, sehingga tidak dapat mengalirkan air ke saluran sekunder. Akibatnya warga yang memiliki sawah di hilir tidak mendapatkan pembagian air untuk persawahan mereka.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan survey untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan dengan segera terhadap bencana banjir tersebut.

Bencana banjir ini harus segera ditangani dengan baik sebab warga dihilir tidak mendapatkan pembagian air irigasi untuk lahan persawahan mereka. Jika dibiarkan begitu saja maka warga yang memiliki lahan persawahan tersebut akan mengalami gagal panen.

3.12 Monitoring Banjir Desa Sausu Piore Kec. Sausu Kab. Parigi Moutong

Bencana banjir di Desa Sausu Piore Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong diawali dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari Rabu Sore Hari 29 Mei 2013 sekitar pukul 16.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi menyebabkan meluapnya air Sungai Sausu Bawah yang membawa sedimen lumpur sehingga menghantam fasum-fasos, persawahan, perkebunan, bangunan air, jalan, permukiman dan tambak.

Gambar 12. Peta Lokasi Banjir di Sungai SausuDari hasil pengamatan dilokasi ada yang menjadi titik terjadinya bencana yaitu terdepat pada 2 tempat sebagai berikut :

1. Lokasi 1 berada pada Dusun Bali Indah terletak pada elevasi 10 m dengan koordinat x = 010136.1 dan y = 1202950.9. Akibat banjir pada saluran pembuang terdapat endapan lumpur dan menghantam TPU (Tempat Pemakaman Umum) yang berada pada Desa Sausu Piore. Beberapa dari makam telah hanyut terbawa banjir. Bukan hanya itu saja, banjir juga menghantam persawahan, perkebunan serta menggenangi jalan desa. Hal ini menyebabkan terganggunya transportasi yang berada pada desa tersebut akibatnya proses bantuan dari berbagai pihak menjadi lamban.

2. Lokasi 2 berada pada Dusun I Desa Sausu Piore terletak pada elevasi 0 m dengan koordinat x = 005931.4 dan y = 1202920.5. Pada lokasi ini, karena letaknya berada pada hilir sungai sehingga menyebabkan banjir tetap terus menggenangi wilayah tersebut hingga Kamis Pagi, 30 Mei 2013, drainase masih tergenang air yang bercampur lumpur, rumah warga masih tergenang oleh banjir, jalanan rusak berat, bangunan bagi juga mengalami kerusakan akibat banjir. Parahnya petani tambak gagal panen udang sebanyak 10 ton.

Dalam peristiwa ini belum dapat ditaksir secara pasti berapa kerugian yang dialami. Bukan hanya itu saja banyak warga kehilangan mata pencahariannya akibat banjir yang menerjang desa tersebut.

Bencana banjir ini harus segera ditangani dengan baik sebab warga tidak mendapatkan air bersih untuk keperluan mereka sehari-hari. Juga untuk mengurangi kerugian yang begitu besar.3.13 Monitoring Banjir Desa Pesaku Kec. Dolo Barat Kab. Sigi

Bencana banjir di Desa Pesaku, Kec. Dolo barat, Kab. Sigi diawali dengan terjadinya hujan debngan intensitas lebat pada hari sbtu dan minggu malam hari (6-7 Juli 2013) sekitar pukul 20.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat curah hujan yang terjadi cukup tinggi sehingga menyebabkan meluapnya air Sungai Palu ke perkebunan warga yang merendam hingga puluhan hektar perkebunan, akibatnya perkebunan tersebut tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar 13. Peta Lokasi Banjir di Sungai PaluDari hasil pengamatan di lokasi yang menjadi titik terjadinya bencana berada pada Desa Pesaku Dusun I dengan ketinggian 61 mdpl dengan koordinat x = 01o 04 14,3 dan y = 119o 53 11,3. Banjir menggenangi 80% lahan perkebunan warga. Banjir bukan hanya kali ini menggenangi tersebut, sejak setahun yang lalu apabila hujan terjadi dengan intensitas tinggi dalam beberapa hari, maka dapat dipastikan banjir akan menggenangi wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi, ketinggian air di sungai saat banjir mencapai 1,0 m. Menurut keterangan sala seorang warga setempat, dalam keadaan normal krtinggian air mencapai (10-20) cm.

Banjir Sungai Palu ini selain menghantam perkebunan warga juga menghantam empang yang berada di tepi sungai palu. Hal ini menyebabkan mata pencaharian warga tidak ada lagi.

Adapaun kendala selama melakukan monitoring ini adalah medan yang cukup rumit akibat genangan air yang masih menggenangi perkebunan warga. Tindakan tanggap darurat yang sementara ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan monitoring/survey lokasi untuk mengetahui kondisi lapangan dan untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya. 3.14 Monitoring Banjir Desa Salua Kec. Kulawi Kab. Sigi

I. Kejadian Banjir

Pada tanggal 01 Oktober 2013 terjadi hujan terus-menerus di SubDAS. Miu yang dimulai dari jam 18.00 WITA. Puncak curah hujan terjadi pukul 19.30 WITA yang menghantam Desa Salua.II. Letak Geografis

Sungai Salua terletak di SubDAS Miu dengan Koordinat x = 012034.58 dan y = 1195750.58, dan kedudukan demografis berada di wilayah kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Selain itu terdapat infrastruktur Sumber Daya Air di sungai tersebut, yaitu Tanggul Sungai Salua dan Bronjong yang memanjang di sepanjang Sungai Salua. Desa Salua dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan waktu tempuh 1 jam atau berjarak 60 km dari pusat kota Palu melalui jalur Trans Palu-Kulawi.

Gambar 14. Peta Lokasi Banjir di Sungai SaluaIII. Dampak Akibat Banjir

Kejadian banjir yang terpantau di Desa Salua terjadi pada tanggal 01 Oktober 2013 diawali Hujan dengan intensitas lebat pada pukul 18.00 Wita, kemudian terjadi banjir bandang (aliran debris) pada pukul 19.30 Wita, dari hasil pantauan di lokasi aliran debris sarat dengan material, limbah kayu gelondongan dengan volume diestimasi diatas 600 m3, kerusakan terparah terletak di dusun III Desa Salua, sejak pantauan terakhir pada tanggal 02 Oktober 2013 pukul 14.00 Wita diketahui jembatan yang menghubungkan kedua dusun mengalami kerusakan parah akibat banjir sehingga jalur transportasi darat trans Palu-Kulawi sepanjang 200 meter tergenang air tetapi masih dilewati kendaraan roda empat (angkutan umum). Berdasarkan informasi sementara oleh pihak BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) diketahui korban luka-luka sebanyak 4 orang, sementara kerusakan rumah penduduk sebanyak 49 unit rusak berat, dan 5 unit hanyut akibat aliran debris. Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak seperti pemerintah daerah, TNI, POLRI, unsur Masyarakat dan Swasta dalam upaya tanggap darurat bencana alam banjir bandang yang melanda wilayah tersebut, Balai Wilayah Sungai Sulawesi III telah mengirimkan alat berat berupa excavator untuk memindahkan kayu gelondongan dari jalan Trans Palu-Kulawi yang tersangkut di jembatan.

3.15 Monitoring Banjir Desa Kilo Kec. Poso Pesisir Utara Kab. PosoKejadian banjir di Desa Kilo (Sungai Kameasi), Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso diawali terjadinya hujan dengan intensitas lebat pada hari Sabtu (14 s/d 15 Desember 2013) sekitar pukul 17.00 WITA. Dari keterangan penduduk setempat selaku penjaga pos hujan ketinggian muka air di bendung mencapai + 85 cm sehingga ketinggian muka air di hilir, yaitu rumah penduduk mencapai lebih dari 95 cm. Curah hujan yang terjadi cukup tinggi selama 2 hari, memang Desa Kilo menjadi pusat langganan banjir apabila hujan turun dengan curah hujan yang tinggi. Disimpulkan bahwa hujan terjadi di daerah hulu dengan intensitas tinggi, namun belum ada data pasti untuk mengetahui jumlah curah hujan yang terjadi karena baru saja dilakukan pemasangan pos curah hujan dan alat telemetri di lokasi sungai tersebut.Gambar 15. Peta Lokasi Banjir di Sungai KameasiDari hasil pengamatan dilokasi ada 3 tempat yang menjadi titik terjadinya pusat kejadian banjir, yaitu ;

8. Lokasi 1 berada pada Bendung Sungai Kameasi Desa Kilo Dusun Kameasi Kecamatan Poso Pesisir Utara terletak pada elevasi 38 m dengan koordinat S 011825,74 dan E 1203515,28 arah tenggara. Sungai Kameasi yang memisahkan antara Desa Kilo dan Dusun Kameasi . meluap ke permukiman warga, persawahan dan perkebunan coklat. Hal ini disebabkan karena intensitas hujan yang terjadi cukup tinggi. Saat ini Balai Wilayah Sungai Sulawesi III telah melakukan survey dan tindak tanggap darurat dengan upaya untuk mengurangi terjadinya risiko banjir susulan.

9. Lokasi 2 berada pada Sungai Kameasi Desa Kilo Kecamatan Poso Pesisir Utara terletak pada elevasi 11 m dengan koordinat S 011712,30 dan E 1203550,52 arah tenggara, lokasi ini juga telah di survey oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III. Pada lokasi ini menyebabkan tergerusnya tebing sungai + 1 meter, pasangan bronjong yang dipasang oleh pihak BWS Sul III jebol/patah, dan menumbangkan beberapa pohon di sungai.

10. Lokasi 3 berada pada Jembatan Desa Kilo Kecamatan Poso Pesisir Utara, terletak pada elevasi 12 m dengan S 011658,30 dan E 1203557,85 arah tenggara. Pada lokasi 3 ini banyak tanaman perkebunan yang rusak karena banjir dan sebagian dinding tebing sungai di bawah jembatan terkikis oleh air. Berdasarkan hasil peninjauan dan keterangan penduduk di lokasi ketinggian air di sungai saat banjir mencapai + 1,0 m. Menurut keterangan salah seorang warga setempat, dalam keadaan normal ketinggian air mencapai (10 15) cm.

Tindakan tanggap darurat yang sementara ini akan dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III adalah melakukan galian dan perkuatan pemasangan bronjong pada tebing Sungai Kameasi dan Sungai Kilo dengan menggunakan alat berat (Excavator) milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.

3.16 Monitoring Banjir Desa Salukaia Kec. Pamona Barat Kab. PosoKondisi topografi yang relatif datar dan sistem persungaian yang alur sungainya meandering menyebabkan wilayah sekitarnya rentan terhadap bahaya banjir.. Banjir merupakan fenomena alam yang bisa terjadi kapan saja saat musim penghujan tiba dengan curah hujan yang relatif tinggi.

Dari hasil survey di lapangan penampang melintang sungai merupakan salah satu jenis sungai yang alurnya berkelok-kelok, sehingga membuat aliran air menjadi kencang apabila terjadi arus deras dan debit air yang tinggi. Sungai Salukaia memilik penampang sungai yang tidak terlalu lebar dan di Desa Salukaia ini rentan sering terjadi hujan pada bulan bulan November s/d Desember. Hal yang perlu dilakukan adalah pembangunan tanggul/perkuatan tebing yang salah satu fungsinya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap wilayah bantaran sungai.

Gambar 16. Peta Lokasi Banjir Sungai SalukaiaDari hasil survey yang dilakukan tim monitoring banjir dilokasi ada beberapa tempat yang menjadi titik genangan banjir yaitu ;

1. Lokasi 1 berada pada wilayah perkebunan penduduk, elevasi muka air sungai saat banjir dengan elevasi tanggul sungai beda tingginya hanya 15 cm, sehingga pada saat terjadi banjir air pasti akan melimpas ke perkebunan penduduk. Areal perkebunan yang dirugikan akibat banjir 30 Ha. Dari data yang di survey 500 meter sebagian jalan terendam air, dan sekitar 177 rumah tergenang air.

2. Lokasi 2 berada pada wilayah persawahan tidak jauh dari perkebunan coklat penduduk 50 m jaraknya, akibat banjir sawah warga tergenang air setinggi 1 meter, sehingga banyak warga yang mengeluh akibat gagal panen. Areal persawahan yang dirugikan akibat banjir 100 Ha.

3. Lokasi 3 adalah wilayah permukiman penduduk, prasarana jalan dan jembatan (jembatan gantung sebagai jalan kantong produksi putus dkarena arus yang membawa material tumpukan kayu), fasilitas umum/sosial (seperti ; rumah ibadah, sekolah terendam oleh banjir, kantor desa, balai desa, dan lapangan bola), dan beberapan hewan ternak hilang tersapu banjir.

Berdasarkan hasil peninjauan di lokasi tanggal kejadian banjir yaitu pada hari kamis, 19 Desember s/d jumat, 20 desember 2013, dimulai dengan hujan yang terjadi pada singa hari pukul 14.00 wita s/d pukul 20.00 wita. Ketinggian air yang melimpas ke jalan, jembatan, dan permukiman warga saat banjir mencapai + 70 s/d 100 cm. Menurut keterangan Kepala Desa Salukaia Kharisma Koela apabila terjadi hujan lebat prasarana jalan dan wilayah permukiman pasti terendam banjir apabila curah hujan tinggi dengan durasi yang lama, banyak warga yang mengungsi saat itu karena khawatir akan terjadinya banjir yang lebih besar. Oleh karena itu, Kepala Desa Salukai mengatakan perlu adanya pembangunan tanggul/perkuatan tebing di sungai sepanjang 1 km ke arah hilir karena dinding sungainya belum di tanggul, sehingga apabila terjadi hujan setidaknya mengurangi terjadinya limpasan air sungai ke jalan dan permukiman apabila terjadi banjir, perlu adanya normalisasi sungai untuk menghindari terjadinya banjir besar.

BAB IV. PENANGANAN BANJIR

4.1 Usulan Penanganan Banjir

Dalam merencanakan suatu bangunan pengaman tebing sungai, perlu memperhatikan berbagai macam kriteria sesuai dengan kondisi daerah lokasi rencana pengamanan tebing. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Posisi lokasi tebing yang akan diamankan

b) Tinggi tebing dan kemiringan

c) Jenis kerusakan tebing

d) Kondisi tanah di lokasi

e) Tinggi muka air normal dan muka air banjir.

Sedangkan Pemilihan alternatif bangunan pengaman tebing sungai,juga harus mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

a) Alternatif yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan untuk mengendalikan banjir;

b) Alternatif yang dipilih memiliki dampak, baik dampak lingkungan maupun dampak sosial yang paling sedikit;

c) Alternatif yang dipilih memenuhi syarat secara teknis, yaitu kuat dan aman, yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan teknis;

d) Alternatif yang dipilih adalah alternatif dengan pekerjaan yang workable dalam arti mudah dilaksanakan dengan kondisi sumber daya yang ada.

Dari kondisi di atas tersebut, maka untuk menentukan jenis bangunan pengaman tebing sungai akan diajukan beberapa alternatif dengan memperhatikan seluruh kondisi lokasi pekerjaan, baik aspek-aspek teknis maupun non teknis. Untuk itu dalam penanganan banjir sungai Pakava desa Polando Jaya diusulkan penanganan-penanganan perkuatan tebing sebagai Berikut :

Bronjong Kawat silinder

Batu kali yang didapat dari sungai atau batu belah dapat ditempatkan di atas permukaan lereng yang akan dilindungi.Kelebihan dari bronjong kawat silinder (wire cylinder work) ini adalah kekasarannya yang tinggi, fleksibel, dapat dikerjakan dengan cepat dan cukup ekonomis, terutama untuk pelindung lereng secara darurat dan sementara. Pelindung bronjong kawat silinder juga dipergunakan sebagai pengganti pelindung permanen, karena lokasi pukulan air berpindah-pindah akibat mudahnya tenjadi perubahan bentuk alur sungai pada sungai yang alurnya mudah berubah. Biasanya bronjong diperkuat dengan tiang pancang kayu, agar tidak mudah hanyut. Jumlah dan kedalaman tiang pancang disesuaikan dengan ukuran lereng yang dilindungi dan kecepatan arus. Pemasangan perkuatan tebing menggunakan bronjong kawat silinder dapat dilakukan dengan susunan tegak lurus trase tanggul ataupun dipasang sejajar trase tanggul, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar.

Gambar 17. Perkuatan Tebing Menggunakan Bronjong Silinder

Matras Bronjong (Bronjong Pabrikasi)

Anyaman kawat bronjong harus dipabrikasi secara mekanik untuk menjadi anyaman heksagonal yang seragam dimana ikatan dibentuk oleh sepasang kawat yang dililit tiga setengah putaran (biasa dikenal dengan lilitan ganda). Tipe matras bronjong ini merupakan bangunan perkuatan tebing yang sudah umum dipakai sebagai alternatif pengaman tebing sungai. Untuk kondisi di tebing sungai, bangunan tipe ini dapat dipakai sebagai bangunan pengaman tebing. Disamping pelaksanaannya mudah,juga bahan baku utama yang berupa batu kosong mudah diperoleh di lokasi. Untuk desain matras bronjong ini, maka dapat di-desain dengan ukuran 0.5 m x 1.0 m dengan panjang bentang 2.0 m ( 1 m3). Posisi penempatan matras bronjong disesuaikan mengikuti kemiringan lereng tebing yang ada dengan bentuk penumpukan seperti terlihat pada gambar di bawah :

Gambar 18. Perkuatan Tebing Menggunakan Matras Bronjong

Untuk perkuatan tebing semestinya diperlukan suatu bangunan yang cukup kuat dalam mengatasi arus air dengan tingkat kekasaran permukaan yang besar. Dalam kondisi darurat yang bersifat sementara bangunan yang direncanakan dapat berupa matras bronjong berisi batu. Pemakaian bronjong yang berbentuk kotak-kotak persegi enam yang terbuat dari kawat logam diisi dengan batu-batu atau karang, akan cukup mampu untuk menahan erosi air yang terjadi sehingga perlindungan terhadap pondasi pengaman tebing dapat dilakukan. Keuntungan-keuntungan pemakaian bronjong antara lain :

a) Kawat bronjong cukup banyak tersedia yang dipabrikasi secara seragam dan tahan lama.

b) Struktur bronjong sudah dikenal di banyak negara dan sudah terbukti keefektifannya.

c) Bronjong cukup lentur dan dapat dipergunakan pada berbagai tempat dan kondisi.

4.2 Penanganan Banjir Yang Telah Dilakukan

Penanganan banjir yang telah dilakukan dalam hal ini dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Pemerintah Daerah setempat maupun Instansi-instansi terkait adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Normalisasi Sungai mulai dari hulu sampai ke hilir (disesuaikan dengan panjang lokasi terjadinya banjir), sekaligus memperbaiki palung sungai yang tertimbun oleh material kayu-kayu dengan menggunakan alat berat yaitu excavator.2. Membuat perkuatan tebing dari pasangan bronjong pada titik-titik rawan kerusakan yang akan menghantam daerah pemukiman penduduk, perkebunan, serta mengamankan infrastruktur yang ada di sekitarnya.

3. Melakukan Pengerukan sungai yang telah mengalami pendangkalan yang dikarenakan sedimen-sediman akibat terjadinya banjir.4. Memperbaiki Tanggul sungai yang mengalami rusak berat akibat aliran debris dengan menggunakan alat berat excavator..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan1. Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan meredam daratan. WS Palu Lariang dan WS Parigi Poso merupakan wilayah sungai yang memiliki banyak percabangan anak sungai, dengan kondisi topografi yang cukup curam. Dari hasil laporan kegiatan monitoring banjir yang terjadi dalam waktu satu tahun 2013 ini, banyak kejadian banjir yang terjadi akibat fenomena alam terutama di WS Palu Lariang dan WS Parigi Poso. 2. Dari hasil laporan kegiatan monitoring banjir ini upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir adalah dengan melakukan beberapa tahap rencana penanggulangan banjir dan perbaikan sungai. Adapun beberapa tahap yang harus dilakukan untuk penanganan sebelum terjadinya banjir, yaitu : membuat saluran air yang baik, membersihkan saluran air apabila aliran air sudah mulali terganggu, mendirikan bangunan/ konstruksi pencegah banjir di sekitar bantaran sungai, membuat lubang biopori, membuat sumur resapan, dan penggunaan paving stone untuk jalan.5.2 Saran1. Dari hasil laporan kegiatan monitoring banjir ini yang harus perlu dilakukan adalah mendirikan pos komando dan pos siaga banjir di setiap daerah aliran sungai di wilayah sungai yang ada yang dibentuk dalam hal untuk menginformasikan dan penanggulangan terhadap bahaya banjir.2. Perlu adanya kegiatan sosialisasi rutin tentang satgas penanggulangan banjir terhadap masyarakat, pihak-pihak terkait (BPBD, BNPB, Dinas PU,BBWS/BWS) yang ada di wilayah kewenangannya masing-masing.DAFTAR PUSTAKASegel Hendrycus Ginting. 2011. Flood is a great quantity of water, especially over land(Oxford English Dictionary, 1980)PUSTRA/BPI/ Mei/2008.www.bebasbanjir2025.wordpress.com.Chay Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengendalian Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Anonim, 2004. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,Jakarta.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.

Lokasi Banjir

rekaman berita

(media cetak)

Lokasi Banjir

Gambar 7. Denah Genangan Banjir

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

LOKASI BANJIR

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

LOKASI BANJIR

LOKASI BANJIR

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

Lokasi Banjir

x = 012034.58

y = 1195750.58

Lokasi Banjir

DESA SALUKAIA

KECAMATAN PAMONA BARAT

TITIK LOKASI BANJIR

Operasi dan Pemeliharaan SDA-1 BWS Sulawesi IIIiv


Top Related