Download - Laporan Modul 3 Blok 18
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
1/20
1 | P a g e
Skenario
Skenario 3
Makin Menderita Setelah Cabut Gigi
Seorang pasien datang ke klinik gigi dengan keluhan sakit yang dirasakan tiga
hari setelah pencabutan gigi. Pasien merasa nyeri yang konstan, tumpul, dan
terlokalisir pada daerah gigi yang telah dicabut. Pasien telah berusaha meredakan rasa
sakitnya dengan minum obat, tetapi tidak membantu.
Dokter gigi kemudian melakukan pemeriksaan. Dari pemeriksaan ekstraoral
terlihat pasien mengalami trismus dengan pembukaan maksimal sebesar 22mm. dari
pemeriksaan intraoral terlihat soket bekas pencabutan kosong dan tidak terisi bekuan
darah. Diagnosa tentatif dokter gigi yaitu pasien mengalami alveolitis.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas?
Terminologi
1. Alveolitis : kehilangan bekuan darah pada soket (dry socket).2. Diagnosa tentatif : diagnosa sementara.
Masalah
1. Apa penyebab, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan untuk alveolitis?2. Apa hubungan trismus dengan alveolitis seperti skenario?3. Apa komplikasi lain pasca pencabutan selain alveolitis? Dan bagaimana
penatalaksanaannya?
4. Kenapa rasa sakit tidak hilang padahal sudah minum obat, sesuai dengankondisi pada skenario?
5. Apa penyebab komplikasi pasca ekstraksi secara umum?
Analisa Masalah
1. Tanda dan gejala : rasa sakit yang hebat terus menerus pasca 2-4 haripencabutan, alveolus terbuka, halitosis, oedema pada pinggiran alveolus,
limfadenopati, biasanya pada regio molar bawah.
Penyebab: OH pasien buruk, terdapat bakteri streptococcus, terlalu sering
berkumur, kekurangan konsumsi vitamin B1 dan C, irigasi tidak adekuat pasca
ekstraksi, pasien perokok, anestesi dengan vasokonstriktor, trauma pada tulang
dengan mineralisasi tinggi pada lansia.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
2/20
2 | P a g e
Penatalaksanaan:
irigasi dengan larutan saline atau H2O2, aplikasikan iodofom padasoket, apa bila perlu di rotgen.
Diaplikasikan packing obat kedalam soket.
Spulling dengan larutan fisiologis NaCL dan jenis antibiotik diganti. Anestesi terlebih dahulu, kemudian alveolus dilukai, diaplikasikan
antiseptik, ditutup dengan tampon .
2. Hubungan trismus dengan alveolitis:Hubungan trismus dengan alveolitis : infeksi yang terjadi menyebabkan
alveolitis, rasa sakit yang hebab mnyebar menjadi trismus akibat spasme otot
M.Masseter. Dapat pula diakibatkan suntikan berulang pada pterygoideus
medialis saat anestesi.
Penatalaksanaan: aplikasi antibiotik, terapi panas, terapi membuka mulut
dengan menggunakan tang blade yang disusun untuk membiasakan
pembukaan mulut normal.
3. Komplikasi pasca ekstraksi: Pendarahan
Biasanya pada pasien yang menderita penyakit hemoragi, pasien DM
tidak terkontrol. Penatalaksanaan: instruksikan pasien menggigit
tampon yang telah diberikan vasokonstriktor; sugestikan untuk tenang;
soket dijahit; dapat diberi asam mefenamat untuk menghentikan
pendarahan.
Dolor post ekstraksi Sobekan mukosa Dislokasi TMJ Fraktur gigi dan fraktur alveolar Komplikasi dibagi 3 macam : 1) saat ekstraksi. Contohnya fraktur akar,
fraktur mahkota, cedera jaringan lunak; 2) setelah ekstraksi. Contohnya
pendarahan, oedema, reaksi obat; 3) beberapa saat pasca ekstraksi,
contohnya dry soket, patah jarum, prolong anestesi.
Cedera akibat instrument Orantal fistula, yaitu dinding sinus tipis yang berlubang akibat
penekanan berlebihan saat ekstraksi.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
3/20
3 | P a g e
4. Penyebab rasa sakit tidak kunjung hilang: resisten terhadap antibiotik yangdiberikan, faktor penyebab tidak diobati, vaskularisasi yang berkurang pada
bekas pencabutan menyebabkan obat tidak terdistribusi dengan baik.
5. Penyebab komplikasi secara umum: kondisi fisik pasien yang lemah,kemampuan operator kurang, prosedur kerja yang tidak memenuhi SOP.
Skema
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Mengenai Tanda dan Gejala,
Penyebab, dan Penatalaksanaan untuk Komplikasi Ekstraksi.
Pasien ke klinik gigi
Anamnesa Pemeriksaan klinis
sakit 3 hari pascaekstraksi.
nyeri konstan, tumpul, danterlokalisir pada bekas
daerah pencabutan.
minum obat, tetapi sakittidak hilang
IO:
soket bekaspencabutan
kosong
bekuan darahtidak ada
EO:
trismus denganpembukaan
maksimal
22mm
Diagnosa tentatif
Komplikasi Ekstraksi
Alveolitis
Dry socketPendarahanFraktur akar dan
tulang alveolar
Oroantal fistulaLaserasi mukosaDolor post ekstraksi
Tanda & gejala
Penyebab
Penatalaksanaa
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
4/20
4 | P a g e
LO. Komplikasi Ekstraksi (macam, tanda dan gejala, penyebab, dan
penatalaksanaan)
Cedera Jaringan Lunak (Laserasi Mukosa)
Robekan pada Flap Mukosa
Robekan pada flap mukosa merupakan hal yang dapat terjadi selama
prosedur pembedahan ekstraksi gigi. Hal ini diakibatkan oleh bentuk flap
mukosa yang tidak adekuat dan ukurannya kurang memadai, sehingga saat
retraksi flap mengalami peregangan melebihi batas kemampuan regang
mukosa. Robekan biasa terjadi pada akhiran insisi.
Cara pencegahan:
Membuat flap yang adekuat dan sesuai dengan kebutuhan saatpembedahan.
Meminimalisir tekanan saat retraksi flap. Memberikan perhatian lebih untuk setiap langkah kerja agar
kemungkinan robek dapat dikurangi.
Penatalaksanaan:
Apabila mukosa sudah robek, reposisi harus dilakukan kembali denganhati-hati dan dijahit. Biasanya hasil jahitan dapat adekuat, tetapi proses
penyembuhannya semakin lama.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
5/20
5 | P a g e
Dapat dibuat perpanjangan insisi untuk mendapatkan akses yamg lebihbaik.
Apabila tepi sobekan mukosa bergerigi, dapat dipertimbangkan untukmengeksisi tepian mukosa agar mendapatkan margin flap yang rapisebelum dijahit. Tapi harus diperhatikan lagi jangan sampai
pengambilan jaringan terlalu banyak karena dapat berakibat pada
penyembuhan yang terlalu lama dan jumlah tepi attachment gingiva
jadi berkurang.
Luka Akibat Tusukan
Pengkontrolan instrumen dan kekuatan yang dipakai saat ekstraksi
mutlak dilakukan, karena pengkontrolan yang tidak stabil dapat melukai
jaringan lunak mulut. Contohnya pada pemakaian instrument straight elevator
atau periosteal elevator, kedua instrument ini dapat saja tergelincir tanpa
sengaja dari area kerja dan melukai bagian lain jaringan lunak mulut. Dapat
disimpulkan semua ini terjadi akibat kurangnya pengkontrolan tekanan atau
kekuatan saat pemakaian instrumen.
Kejadian ini dapat dicegah dengan mengkontrol kekuatan saat
memegang alat dan memanfaatkan jari tangan yang bebas sebagai dukungan.
Ketika tiba-tiba alat melenceng dari daerah kerja, jari tangan yang bebas
langsung berfungsi sebagai bantalan atau penahan.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
6/20
6 | P a g e
Penatalaksanaan:
Darah yang keluar dapat dihentikan dengan cara menekan bagian yangluka menggunakan kasa steril.
Rawat bagian yang luka dengan menggunakan antiseptik agar terhindardari infeksi.
Luka tidak perlu dijahit, hal ini bertujuan untuk bendapatkan jalurdrainase yang baik apabila terjadi infeksi.
Luka Akibat Peregangan dan Abrasi
Luka abrasi atau luka bakar pada area bibir, sudut mulut, dan mukosa
diakibatkan oleh instrumen rotasi, instrument metal panas, dan retraktor yang
berkontak dengan jaringan lunak. Penggunaan tang yang tidak hati-hati saat
pencabutan gigi juga dapat melukai jaringan lunak, terutama bibir atau
mukosa pipi yang terjepit diantara gagang tang.
Pencegahan dengan cara operator memperhatikan posisi saat
pemakaian instrument. Jika ada asisten, maka asisten operator harus
memperhatikan keadaan pasien serta posisi penempatan alat. Contohnya saat
penggunaan retraktor pipi, asisten meregang pipi pasien hanya selama operator
bekerja dan peregangan mukosa pipi disesuaikan dengan kebutuhan operator.
Penatalaksanaan:
Luka abrasi kecil dapat sembuh sendiri dalam waktu 4 sampai 7 hari(tergantung kedalaman luka).
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
7/20
7 | P a g e
Luka yang cukup besar dan dalam dapat diolesi dengan antibiotiktopikal untuk mencegah infeksi. Pengolesan cukup pada daerah luka
saja dan selama masa penyembuhan. Penyembuhannya memakan
waktu 5 sampai 10 hari.
Masalah Saat Ekstraksi Gigi
Fraktur Akar Gigi
Masalah yang paling sering terjadi berkaitan dengan ekstraksi gigi
adalah fraktur pada akar gigi yang dicabut. Jenis akar yang panjang, berkelok,
divergen, atau adanya hipersementosis dan lain-lain, sering menyebabkan
fraktur.
Penatalaksanaan:
Sisa akar dapat dikeluarkan dengan menggunakan cryer dan straightelevatorapabila memungkinkan.
Pada pencabutan molar maksila, apabila fragmen akar yang tertinggalhanya 1/3 apikal dapat dapat dipertimbangkan untuk dibiarkan saja
tanpa harus diangkat. Peninggalan akar bertujuan agar akar yang
tersisa tidak terambil secara paksa dan menghindari terdorongnya
fragmen ke dalam sinus maxillaris atau menyebabkan terbentuknya
fistula oroantral pada kebanyakan kasus. Selain itu, peninggalan
fragmen akar tidak akan menimbulkan reaksi biologis atau penolakan
benda asing oleh tubuh, karena gigi merupakan bagian dari tubuh itu
sendiri. Indikasi lainnya adalah fragmen akar yang dibiarkan tidak
mengalami ganggren atau masalah apikal. Hal ini haruslah
diinformasikan kepada pasien terlebih dahulu.
Apabila diindikasikan untuk dikeluarkan secara bedah, sebaiknyadidahului dengan pemeriksaan radiografi dan dilakukan oleh operator
yang berpengalaman dengan menggunakan teknik pembuatan flap.
DisplacementAkar Gigi
Sisa akar gigi maksila masuk ke bagian anatomi lain dari maksilla,
seperti sinus, dapat saja sewaktu-waktu terjadi. Biasanya penggunaan straight
elevatordengan penekanan terlalu besar ke arah apikal justru mendorong akar
gigi ke dalam sinus dengan menjebol dinding sinus.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
8/20
8 | P a g e
Penatalaksanaan:
Tentukan ukuran fragmen yang masuk ke sinus, periksa apakahfragmen yang masuk berasal dari gigi yang infeksi atau terdpat infeksi
periapikal, kemudian periksa keadaan sinus maksilaris apakah dalam
keadaan sehat atau terinfeksi.
Fragment akar yang berasala dari kondisi gigi dan periapikal yangsehat dapat dibiarkan saja di dalam sinus, tapa dilakukan tindakan
pengeluaran, karena dapat diterima secara biologis oleh tubuh dan
perforasi pada dinding sinus lama-kelamaan akan diisi oleh jaringan
ikat. Namun diperlukan kontrol berkala untuk memastikan apakah
nantinya terjadi infeksi atau tidak.
Apabila ukuran fragmen 2-3 mm dan keadaan sinus sehat, operatoratau surgeon harus berani membuat keputusan untuk mengeluarkan
fragmen akar. (1) lakukan rontgen foto untuk memastikan ukuran dan
letak fragmen di dalam sinus, (2) irigasi melalui soket apeks yang
terbuka dansuction kembali larutan irigasi dari sinus, (3) cek kembali
melalui gambaran radiografi apakah fragmen akar ikut terbawa.
Untuk ukuran fragmen akar yang besar, kondisi gigi dan sinus yangtidak baik, diperlukan tindakan bedah dengan menggunakan teknik
Caldwell-Luc approach ke sinus maksilla pada regio fossa kaninus.
Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh ahlinya.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
9/20
9 | P a g e
Cedera Pada Struktur Osseus
Fraktur Processus Alveolar
Penggunaan tekanan yang berlebihan saat menggunakan tang pada saat
ekstraksi dapat menyebabkan fraktur pada tulang alveolar. Bagian yang paling
sering mengalami fraktur adalah bagian bukal kortikal plate gigi kaninus
maksilla, bukal kortikal plate molar maksilla (terutama M1), dinding dasar
sinus yang berbatasan dengan maksilla, tuberositas maksila, dan tulang labial
insisivus mandibular.
Penatalaksanaan:
Apabila keseluruhan tulang telah terekstraksi bersamaan gigi, janganreposisi kembali. Tetapi pastikan reposisi jaringan lunak sebaik
mungkin di atas tulang yang tersisa untuk mencegah penyembuhan
yang lama. Tepian tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file atau
tang rongeur.
Saat ekstraksi telah dilakukan fiksasi dengan menggunakan jari danterasa fraktur pada bukal cortical plate, maka saat itu sebenarnya
tulang masih melekat pada periousteum dan lakukan teknik open
ekstraksi.
Fraktur Tuberositas Maksila
Keadaan lainnya yang dapat terjadi adalah fraktur dari tuberositas
maksilla. Ikut terbawanya tuberositas maksilla disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan saat ekstraksi molar 3 atau molar 2 yang berada paling akhir dari
lengkung rahang.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
10/20
10 | P a g e
Penatalaksanaan:
Apabila terasa mulai terjadi patahan dan masih melekat pada jaringanperiousteum, tahan menggunakan jari, gigi dicabut dengan cara yang
biasa dan lebih lembut, kemudian dijahit untuk mendapatkan stabilitas.
Jika sudah terjadi mobilisasi yang banyak pada tuberositas maksilla,ada 2 cara penanganan: (1) splinting gigi yang akan dicabut, undur
pencabutan 6-8 minggu sampai penyembuhan tulang terjadi, kemudian
ekstraksi dengan open surgical technique. (2) lakukan separasi
mahkota, sisakan akar dan tunggu penyembuhan 6-8 minggu,
kemudian lakukan ekstraksi akar dengan cara biasa.
Tuberositas maksila sudah terangkat keseluruhan pada saat ekstraksigigi, tidak boleh dilakukan reposisi tulang. Cukup reposisi terhadap
jaringan lunak dan pastikan tidak terjadi penyembuhan yang lama.
Oroantral Fistula (Oroantral Communication)
Oroantral fistula atau oroantral communication adalah lubang antara prosesus
alveolaris dan sinus maksilaris yang tidak mengalami penutupan dan mengalami
epitelisasi. Ada beberapa penyebab terjadinya oroantral fistula, antara lain:
Pencabutan gigi posterior rahang atas terutama M1, M2, P2, dimana akarnyadekat dengan anthrum.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
11/20
11 | P a g e
Kecelakaan menggunakan alat seperti penggunaan elevator dengan tekananyang berlebihan ke arah superior dalam tindakan pengambilan fragmen atau
ujung akar molar atau premolar, penggunaan kuret yang tidak benar sehingga
menyebabkan terjadinya penembusan epitel yang tipis dari sinus maksilaris.
Bentuk dinding dasar anthrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigisehingga tulang dasar anthrum menjadi menipis.
Adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi seperti kista radikuler,granuloma periapikal dan adanya suatu neoplasia. Keradangan pada daerah
periapikal mengakibatkan terjadinya kerusakan pada struktur tulang di daerah
infeksi sehingga tulang menjadi rapuh.
Enukleasi atau pengeluaran kista besar pada maksila. Fraktur pada segemn prosesus alveolaris rahang atas yang besar.
Tanda dan gejala oroantral fistula:
Adanya pembukaan atau lubang antara rongga mulut dengan anthrum. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit kecuali terjadi infeksi akut pada
sinus.
Pada saat minum atau kumur-kumur, pasien mengeluhkan adanya cairan yangkeluar dari hidung.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
12/20
12 | P a g e
Selain itu, kita juga dapat mendiagnosis apakah sudah terjadi komunikasi dengan cara
sebagai berikut:
Selesai ekstraksi, periksa gigi yang dicabut (gigi maksilla) apakah dibagianakar ada tulang yang menempel atau tidak. Jika ada, dapat dicurigai telah
terjadi perforasi sinus.
Ada atau tidaknya tulang yang menempel masih membuka kemungkinanterjadinya komunikasi, maka dilakukan nose-blowing test, yaitu test dengan
cara pasien meniup dengan hidung tertutup dan mulut terbuka. Apabila
komunikasi terjadi, pada hasil test akan terdengar hembusan udara melalui
daerah yang mengalami kerusakan, pada soket gigi akan terlihat gelembung
udara seperti busa yang terperagkap di dalam darah, dan kaca mulut yang
diletakkan dibawah bekas ekstraksi berembun. Namun, jangan instruksikan
pasien untuk meniup udara terlalu keras karena nantinya justru menimbulkan
komunikasi itu sendiri.
Cara pencegahan sebaiknya dilakukan foro rotgen terlebih dahulu sebelum
tindakan pencabutan gigi untuk mengetahui posisi akar gigi posterior rahang atas
yang letaknya dekat dengan antrum dan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit
periapikal pada jaringan disekitar ujung akar gigi. Pengontrolan tekanan yang
diberikan pada instrumen dan tindakan yang selalu berhati-hati mutlak dilakukan
sehingga terjadinya oroantral fistula dapat dihindari.
Penatalaksanaan:
Diameter komunikasi 2mm Tidak diperlukan perawatan bedah, tetapi pastikan terjadinya
pembekuan darah di dalam soket dan meminta pasien mengikuti
instruksisinus precautions untuk mencegah bekuan darah tanggal.lara
Operator dilarang untuk melakukan probing melalui soket ke dalamsinus, karena dapat memperbesar perforasi dan malah menjadi jalan
masuk bagi bakteri.
Diameter komunikasi 2-6mm Untuk menjaga bekuan darah pada area maka diperlukan penjahitan
pada soket.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
13/20
13 | P a g e
Pada soket juga dapat ditambahkan bahan perangsang untuk bekuandarah seperti gelatin sponge (gelfoam) sebelum dijahit.
Instruksikan pasien untuk mengikuti sinus precautions dan dibekalidengan antibiotik seperti amoxicillin, cephalexin, atau clindamycin
selama 5 hari untuk mengurangi kemungkinan terjadinya sinusitis.
Tambahan, decongestant nasal spray atau oral decongestant jugadapat diberikan untuk mengkerutkan mukosa nasal agar menjagajalur
ostium. Selama ostium terbuka dan normal drainase sinus dapat terjadi,
maka kemungkinan sinusitis dan infeksi sinus dapat dikurangi.
Lakukan kontrol berkala. Diameter komunikasi 7mm
Operator harus mempertimbangkan perawatan dengan prosedur flapdan biasanya dikerjakan oleh ahli (oral and maxillofacial surgeon).
Penentuan desain flap perlu dipertimbangkan agar suplai darah tetap memadaiuntuk menghindari terjadinya nekrosis dan hilangnya jaringan karena
hilangnya sirkulasi darah yang sempurna. Flap harus bebas dari semua
perlekatan periosteal agar dapat berotasi atau berubah letak untuk menutupi
kerusakan yang terjadi tanpa membuat tekanan pada jaringan. Flap harus di
desain agar garis sutura tidak diletakkan di daerah perforasi dan semua margin
yang diperlukan dapat diperoleh dan dipertahankan dengan cara penjahitan.
Beberapa prosedur yang disarankan untuk menutup oroantral fistula yang
terjadi diantaranya adalah kombinasi jaringan mukoperiostem bukal dan
palatal, teknik flap bukal, dan teknik flap palatal. Kombinasi jaringan
mukoperiosteum bukal dan palatal merupakan prosedur sederhana yang dapat
memberikan hasil yang baik bagi penutupan daerah oroantral fistula yang
terbuka secara tidak sengaja setelah pencabutan.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
14/20
14 | P a g e
Sinus precautions bertujuan untuk mencegah tekanan udara di dalam sinusterlalu rendah atau terlalu tinggi agar bekuan darah tidak tanggal. Instruksikan
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
15/20
15 | P a g e
pasien untuk tidak menghembuskan nafas terlalu keras melalui hidung (seperti
membuang ingus), dilarang bersin dengan keras, dilarang menghisap area
bekas pencabutan, dan dilarang merokok.
Kontrol berkala, paling lama 2 minggu.
Perdarahan Pasca Ekstraksi
Prosedur ekstraksi gigi memancing mekanisme hemostatik karena : (1)
jaringan rongga mulut memiliki tingkat vaskularisasi yang tinggi, (2) ekstraksi gigi
meninggalkan luka yang terbuka, (3) sulit untuk mengkontrol bahan dressing tanpa
tekanan dan mencegah pendarahan bertambah, (4) pasien akan memainkan lidahnya
pada area bekas pencabutan dan bekuan darah akan tanggal, sehingga menimbulkan
pendarahan lagi, (5) enzim saliva dapat melisis bekuan darah sebelum terbentuknya
jaringan granulasi.
Tanda-tanda terjadinya perdarahan adalah sukarnya darah berhenti pasca
ekstraksi, karena perdarahan yang normal hanya terjadi selama 12-24 jam pasca
ekstraksi dan apabila pasien mulai mengalami syok (berkeringat, denyut nadi lemah,
tekanan darah menurun) lebih baik segera dilarikan ke rumah sakit. Perdarahan hebat
biasanya terjadi pada individu yang memiliki trauma operasi yang besar, haemoragi,
penyakit dengan gangguan fungsi dan aktivasi platelet, hipertensi tidak terkontrol,
pasien dengan perawatan NSAIDs, DM tidak terkontrol, defisiensi haemostasis seperti
antikoagulan atau thrombocytopenia, penyakit herediter seperti von Willebrand
syndrome dan haemophilia.
Penatalaksanaan:
Perdarahan biasa dapat ditangani dengan menginstruksikan pasien menggigitkasa steril selama 15-30 menit.
Perlukaan harus diperiksa secara seksama untuk melihat apakah adaperdarahan dari arteri. Bila ada, maka diperlukan penekanan pada area
tersebut. Jika gagal, jepit artei menggunakan hemostat dan jahit menggunakan
resorbable sutura.
Bahan untuk mengkontrol pendarahan: Soket ditutup dengan gelatin sponge (gelfoam) dan dijahit. Absorbable
gelfoam merangsang formasi atau pembentukan bekuan darah. Jahitan
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
16/20
16 | P a g e
membantu mempertahankan posisi gelfoam selama proses koagulasi.
Kemudian taruh kasa steril diatasnya dan ditekan.
Material lain yang dapat digunakan untuk mengkontrol pendarahanadalah oxidized regenerated cellulose (e.g., Surgicel). Material ini
mampu merangsang koagulasi lebih baik dari gelfoam karena bisa
dimasukka ke dalam soket dibawah tekanan. Namun, selulosa yang
dimasukkan ke dalam soket dapat memperlama penyembuhan soket.
Karena itu, selulosa dipacking kedalam soket hanya untuk keadaan
pendarahan yang persisten.
Apabila diperlukan perhatian khusus terhadap pasien dengankemampuan bekuan darah kurang, dapat dipersiapkan liquid topical
thrombin yang bisa dicampur bersamaan dengan gelatin sponge dan
ditaruh ke dalam soket. Liquid thrombin ini akan melewati fase
koagulasi dan membantu mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan
membentuk bekuan darah. Kemudian jahit soket dan letakkan kasa
steril diatasnya.
Material terakhir yang dapat membantu menghantikan pendarahanadalah collagen. Collagen akan mendorong agregasi platelet dan
membantu kecepatan koagulasi darah. Collagen tersedia dalam
berbagai bentuk, ada microfibular kolagen (avitene), sediaan tanam
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
17/20
17 | P a g e
(collaplug), dan bentuk pita (collatape). Material-material ini lebih
mudah digunakan, tetapi harganya relative mahal.
Dry Socket (Alveolar Osteitis)
Setelah pencabutan gigi, terbentuk bekuan darah di tempat pencabutan,
bekuan ini terbentuk oleh jaringan granulasi, dan akhirnya terjadi pembentukan tulang
secara perlahan-lahan. Bila bekuan darah ini rusak, maka pemulihan akan terhambat
dan menyebabkan sindroma klinis yang disebut alveolar osteitis (dry socket).
Penyebab dry socket belum terlalu jelas, tapi merupakan hasil dari aktivitas
fibrinolitik disekitar socket. Perubahan plasminogen menjadi plasmin yang
menyebabkan fibrinolisis pada bekuan darah di soket bekas pencabutan. Kerusakan
bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi (ekstraksi dengan
komplikasi), dokter gigi yang kurang hati-hati, penggunaan kontrasepsi oral,
penggunaan kortikosteroid, dan suplai darah (suplai darah di rahang bawah lebih
sedikit daripada rahang atas). Kurang nya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan
yang dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti
kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan
merusak bekuan darah. Kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu
orang dengan oral hygiene buruk lebih beresiko mengalami dry socket pasca
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
18/20
18 | P a g e
pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis, periodontitis, dan
perikoronitis.
Untuk gambaran klinis, daerah pasca pencabutan yang mengalami dry socket
awalnya terisi oleh bekuan darah yang berwarna keabu-abuan yang kotor, kemudian
bekuan ini hilang dan meninggalkan soket tulang yang kosong. Tulang terekspos dan
sangat sensitif. Penderita biasanya mengeluhkan sakit yang parah dan dapat tibul bau
tidak sedap. Hal ini dapat terjadi kurang dari 24 jam setelah ekstraksi namun dapat
juga terjadi 3-4 hari pasca pencabutan. Kadang-kadang dapat terjadi pembengkakan
dan limfadenopati. Frekuensi alveolar osteitis lebih tinggi pada rahang bawah dan gigi
posterior. Kemungkinan paling besar pada kelompok umur 40 tahun.
Pencegahan : wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih beresiko mengalami
dry socket setelah ekstraksi. Oleh karena itu sebaiknya tindakan pencabutan
dijadwalkan pada hari dimana kadar estrogen rendah, yaitu saat tidak ada
suplementasi estrogen, sekitar hari ke-22 hingga 28 dari siklus menstruasi. Irigasi
yang baik selama tindakan ekstraksi juga dapat mencegah dry socket. Beberapa
penelitian menganjurkan pemakaian obat kumur chlorhexidine 0,12% segera setelah
pencabutan dan 7 hari pasca pencabutan dapat mencegah terjadinya dry socket.Penatalaksanaan:
Terdiri dari irigasi dan dressing bahan medikamen. Terlebih dahulu soketdiirigasi lembut menggunakan larutan saline steril. Melakukan kuretase pada
soket dilarang, karena hanya akan meningkatkan rasa sakit dan tulang yang
terpapar semakin luas. Sedot kembali larutan saline dengan hati-hati dan kasa
yang telah diberi iodoform di letakkan di dalam soket.
Bahan medikasi terdiri dari eugenol untuk mengurangi rasa sakit, topikalanastetik seperti benzocaine. Rasa sakit akan berkurang setelah 5 menit.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
19/20
19 | P a g e
Dressing diganti selama 3-6 hari kedepan dan irigasi kembali dengan salinesetiap pergantian dressing. Setelah rasa sakit reda, bahan dressing tidak boleh
diletakkan lagi karena justru memperlama penyembuhan.
Cedera Pada Struktur yang Berdekatan
Cedera Syaraf Regional
Nervus kranial cabang ke-5 yang mensyarafi oral tidak luput dari
cedera selama proses ekstraksi. Cabang spesifik yang paling sering terkena
seperti N. Mentalis, N. Ligualis, N. Bukalis, dan N. Nasopalatinus. Cedera
syaraf ini diakibatkan ketidak hati-hatian operator saat melakukan insisi flap
teknik open ekstraksi ataupun saat melakukan ekstraksi untuk gigi impaksi.
Akibatnya dapat menyebabkan parasthesia pada bagian wajah dan mati rasa.
Keadaan ini dapat hilang ataupun bertahan.
Penatalaksanaan: segera rujuk pasien setelah dideteksi adanya cedera,
perawatan dapat ditunda 3-6 bulan. Perawatan yang terdiri dari dekompresi,
anastomosis, atau graft biasanya memberikan hasil yang baik.
Cedera pada TMJ
Selama proses ekstraksi, TMJ juga tidak luput dari cedera. Cedera
padaTMJ biasanya terjadi akibat dukungan rahang yang inadekuat selama
prose ekstraksi untuk menahan tekanan, terlalu lama membuka mulut. Hal ini
dapat diketahui saat pasien merasa sakit dan tidak dapat menutup mulut.
Penatalaksanaan:
Selama ekstraksi asisten operator dapat membantu pasien dengan caramenahan rahang bawah pasien.
Jika pasien mengeluhkan sakit pada TMJ sehabis prosedur ekstraksi,instruksikan pasien untuk mengkompres rahang dengan menggunakan
handuk hangat, istirahatkan rahang, diet lunak, dan beri resep
ibuprofen 600-800 mg setiap 4 jam untuk beberapa hari. Untuk pasien
yang tidak bisa mentoleransi nonsteroidal anti-inflammatory drugs,
maka acetaminophen dapat menjadi pilihan.
-
7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18
20/20
20 | P a g e
Daftar Pustaka
Hupp, James R.et all. 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery (fifth
edition). Missoury : Mosby Elsevier
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Sulastra, I Wayan. Oroantral Fistula As One Of The Complications Of Dental
Extraction And Their Treatment. Jurnal PDGI, Vol 58 No. 1, Januari-April 2009.