Transcript
Page 1: Laporan Mektan Kadar Air

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah terdiri dari tiga fase, yaitu butiran padat, air dan udara. Dan untuk memisahkan antara

tanah dengan air, di gunakan uji kadar air untuk menghilangkan airnya, dimana tanah nantinya

akan di oven selama 24 jam sehingga di dapat berat tanah kering dan dapat dihitung nilai kadar

airnya.

Pada percobaan ini kita akan menentukan kadar air suatu sample tanah dengan tujuan agar kita

bisa mendapatkan berat tanah keringnya dan berat volume airnya dan agar mahasiswa dapat

menentukan kadar air suatu tanah, dan mengetahui sifat-sifat fisis tanah dan percobaan ini

merupakan bagian dari klasifikasi tanah.

1.2 Tujuan Percobaan

Pratikan dapat melakukan pengujian kadar air.

Menentukan kadar air suatu sampel tanah.

Page 2: Laporan Mektan Kadar Air

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume

tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan

air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan

sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu

tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam

tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat

dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan

dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui

proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga

horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, dkk,

1986).

Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang

menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :

Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai

menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.

Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah

lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.

Page 3: Laporan Mektan Kadar Air

Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik

tanah.

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Kondisi kelebihan air

ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah

dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya

evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air

tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan

kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid, 2010).

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien

layu. Kadar air yang diperlukan  untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan

beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan

mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan

pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah

ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).

Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air

tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron

(Hardjowigeno, S., 1993).

Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture

tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh

Page 4: Laporan Mektan Kadar Air

tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil

dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah

bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya

gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya

berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (gram) mempunyai luas permukaan yang

lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena

lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar

sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur

halus lebih aktif dalam reaksi kimia dibanding tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

- Cawan kadar air

- Timbangan ketelitian 0,01 gram

- Oven

Page 5: Laporan Mektan Kadar Air

Bahan :

- Sampel tanah

3.2 Prosedur Percobaan

- Cawan dibersihkan dan diberi nomor, kemudian ditimbang beratnya (M1).

- Sampel tanah yang akan dicari kadar airnya, diambil sebagian (dalam bentuk gumpalan

bulat ), kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang berat tanah basahnya (M2).

- Sampel tanah beserta cawan tadi dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu

110OC dalam keadaan tutup cawan dibuka.

- Sampel tanah yang sudah dikeringkan dengan oven kemudian didinginkan, lalu ditimbang

lagi sebagai berat tanah kering (M3).

- Dilakukan percobaan sebanyak 2 (dua) kali, agar diperoleh kadar rata-ratanya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Uji

Tabel Data Hasil Uji Pemeriksaan Kadar Air

4.2. Pembahasan

Page 6: Laporan Mektan Kadar Air

Pada percobaan untuk menentukan kadar air kali ini masing-masing dilakukan pengukuran

dengan menggunakan 2 cawan yang berbeda. Saat ditimbang masing-masing berat cawan (W1)

ke-1 dan ke-2 yaitu 12,8 gr dan 12,6 gr. Dimasukkan contoh tanah yang akan dicari kadar airnya

kedalam masing-masing cawan dan ditimbang berat basahnya (W2) dan didapat masing-masing

sebesar 54,5 gram dan 45,9 gram. Setelah itu kedua cawan yang berisi contoh tanah dimasukkan

ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu ±110(C. Contoh tanah yang sudah dioven ditimbang

beserta cawannya dan didapat berat cawan dan tanah kering (W3) yaitu masing-masing sebesar

44,8 gram dan 37,9 gram. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapat kadar air rata-rata yaitu

sebesar 30,95%.

Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan penentuan kadar air kali ini yaitu sebagai

berikut :

Kesalahan dalam penimbangan dimana timbangan tidak dikalibrasi dengan baik sehingga

hasil yang diperoleh kurang akurat.

Cawan yang digunakan belum bersih, atau masih ada air atau tanah yang tertinggal di

dalamnya, sehingga beratnya bertambah.

Page 7: Laporan Mektan Kadar Air

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Praktikan dapat melakukan pengujian kadar air dengan benar.

- Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar air rata-rata pada

sampel tanah adalah 30,95 %.

5.2 Saran

- Sebaiknya sampel yang digunakan, dipanaskan tepat selama 24 jam agar diperoleh hasil

pengukuran tanah kering yang maksimal yang akan sangat mempengaruhi penentuan kadar

air dari sampel tanah tersebut.

Page 8: Laporan Mektan Kadar Air

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Hakim. N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

µ http://almunatsir.blogspot.com/2012/11/laporan-kadar-air.html §

Page 9: Laporan Mektan Kadar Air

LAMPIRAN

SKETSA PELAKSANAAN PRAKTIKUM

(Berat cawan kosong ditimbang) (Berat cawan + tanah ditimbang)

Page 10: Laporan Mektan Kadar Air

(Berat kering tanah) (Dimasukan kedalam oven)

(kemudian ditimbang berat kering tanah)


Top Related