LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PANJA KOMISI VIII DPR RI MENGENAI SBSN KE PROVINSI SULAWESI UTARA
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2018 – 2019
TANGGAL 4-6 OKTOBER 2018
SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI 2018
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
2
JADWAL DAN TIM KUNJUNGAN KERJA 3
BAB I LAPORAN KUNKER PANJA KOMISI VIII DPR RI MENGENAI SBSN DI PROVINSI SULAWESI UTARA
BAB II PENUTUP
5
13
DAFTAR PERTANYAAN
14
3
DAFTAR ANGGOTA KUNJUNGAN KERJA PANJA KOMISI VIII DPR RI
KE PROVINSI SULAWESI UTARA KAMIS, 4-6 OKTOBER 2018
NOMOR N A M A JABATAN FRAKSI DAPIL URUT ANGG
1. A-495 DR. H. M. ALI TAHER, SH,
M.Hum KETUA KOM
VIII DPR RI F-PAN
BANTEN II
2. A-293
Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily,
M.Si
WK KETUA
KOM VIII DPR
RI
F-PG
BANTEN I
3. A-141 ITET TRiDJAJATI
SUMARJIANTO, MBA ANGGOTA F-PDIP
LAMPUNG
II
4. A-256 Dr. H. Deding Ishak SH,
M.Hum ANGGOTA F-PG
5. A-298 Adi Putra Darmawan Tahir ANGGOTA F-PG
6. A-375 H. Anda SE.MM ANGGOTA F-GER
7. A-429 Evi Zainal Abidin B.Comm ANGGOTA F-PD
8. A-60 Drs. H. Bisri Romly ANGGOTA F-PKB
9. A-524 H. Achmad Fauzan Harun
SH.M.Kom.I ANGGOTA F-PPP
10. - DIAN ARIVANI ,SE,M.S.M SEKRETARIAT KOMISI VIII
11. - ADI WICAKSONO SE.AK.ME. TENAGA AHLI KOMISI VIII
12. - LUTHFANDY PROTOKOL
13. - SLAMET SANJAYA TV PARLEMEN
Telp Kantor : 021 5715 863 Fax : 021 5715 512
Email : [email protected]
Dian Arivani : 081298651982
4
JADWAL KUNJUNGAN KERJA PANJA KOMISI VIII DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA
KAMIS, 4-6 OKTOBER 2018
NO HARI-TANGGAL-
WAKTU
ACARA KET.
1 Kamis, 4 Okt 2018
04.50 WIB
05.50 WIB
10.20 WIB
11.00-13.00 WIB
13.00-14.00 WIB
14.00-15.00 WIB
15.00-15.30
16.15-18.35 WIB
Tim berkumpul di Terminal 3 Ultimate Bandara
Internasional Soekarno Hatta
Take Off menuju manado dengan Pesawat GA 602
Tiba di VIP Bandara Sam Ratulangi
Pertemuan dengan Kakanwil Kementerian Agama
Provinsi Sulawesi Utara, Kabid Haji, Kabid Pendis,
Kabid urais, Rektor IAIN Manado beserta
jajarannya.
Istirahat, Sholat dan Makan Siang
Peninjauan lokasi bangunan penerima SBSN
Menuju bandara Sam Ratulangi Manado
Take Off menuju Jakarta dengan pesawat GA 601
Tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta
terminal 3
2 Jum’at, 5 Okt 2018 Tim Sekretariat Rapat Penyusunan Laporan Kunker
dilanjutkan pencarian dan pengumpulan materi
laporan
3 Sabtu, 6 Okt 2018 Tim Sekretariat Menuju Jakarta
5
BAB I LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PANJA KOMISIS VIII DPR RI MENGENAI SBSN
DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan nasional dalam
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu disertai
dengan, antara lain, upaya pengelolaan keuangan negara secara optimal. Hal
tersebut dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan aset negara
dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan anggaran negara, guna
meningkatkan daya dukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dalam menggerakkan pembangunan secara berkesinambungan.
Pengembangan berbagai alternatif instrumen pembiayaan anggaran negara,
khususnya instrumen pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah guna
memobilisasi dana publik secara luas perlu segera dilaksanakan. Instrumen
keuangan yang akan diterbitkan harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah,
memberikan kepastian hukum, transparan, dan akuntabel. Upaya pengembangan
instrumen pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut, antara lain, bertujuan
untuk: (1) memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah di
dalam negeri; (2) memperluas basis pembiayaan anggaran negara; (3) menciptakan
benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar keuangan syariah domestik
maupun internasional; (4) memperluas dan mendiversifikasi basis investor; (5)
mengembangkan alternatif instrumen investasi baik bagi investor dalam negeri
maupun luar negeri yang mencari instrumen keuangan berbasis syariah; dan (6)
mendorong pertumbuhan pasar keuangan syariah di Indonesia.
Konsep keuangan Islam didasarkan pada prinsip moralitas dan keadilan. Oleh
karena itu, sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah Islam yang bersumber
dari Al Qur’an dan Hadist serta Ijma, instrumen pembiayaan syariah harus selaras
dan memenuhi prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan oleh para
pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat. Selain itu, transaksi dalam
keuangan Islam sesuai dengan syariah harus terbebas dari unsur larangan berikut:
(1) Riba, yaitu unsur bunga atau return yang diperoleh dari penggunaan uang untuk
mendapatkan uang (money for money); (2) Maysir, yaitu unsur spekulasi, judi, dan
sikap untung-untungan; dan (3) Gharar, yaitu unsur ketidakpastian yang antara lain
terkait dengan penyerahan, kualitas, kuantitas, dan sebagainya.
6
Strategi dan kebijakan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat
adil, makmur, dan sejahtera perlu ada upaya pengelolaan keuangan negara secara
optimal melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan barang milik negara dan
sumber pembiayaan anggaran negara.
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara untuk meningkatkan daya
dukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menggerakkan
perekonomian nasional secara berkesinambungan, diperlukan pengembangan
berbagai instrumen keuangan yang mampu memobilisasi dana publik secara luas
dengan memperhatikan nilai-nilai ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang
dalam masyarakat. Potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang
menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besar
saat ini. Instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan instrumen keuangan konvensional, sehingga perlu
pengelolaan dan pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen
maupun perangkat hukum yang diperlukan.
Menurut undang-undang nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN pasal 1 ayat 1
adalah Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat
disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
SBSN diterbitkan dengan tujuan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara termasuk membiayai pembangunan proyek. Penerbitan SBSN harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat pada saat
pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperhitungkan
sebagai bagian dari Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan
diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran.
Pembiayaan proyek melalui SBSN merupakan sinergi kebijakan di antara
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas, dan Kementerian/Lembaga untuk membiayai proyek-proyek
atau kegiatan prioritas dengan menggunakan dana yang bersumber dari pasar
keuangan melalui instrumen Surat Berharga Negara yang berbasis syariah yang
diterbitkan oleh Pemerintah sejak tahun 2008.
Kementerian Agama RI mendapat alokasi pembiayaan dari SBSN sebesar
Rp.6,34 Triliun selama empat tahun sejak 2014 hingga 2018 yang diperuntukan bagi
7
pembangunan gedung di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Madrasah Negeri,
Gedung KUA, dan Asrama Haji.
Pembiayaan melalui SBSN ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di
lingkungan Kementerian Agama dengan adanya bangunan yang berkualitas,
modern, fasilitas yang baik dan memenuhi kebutuhan untuk masa depan.
Berikut alokasi SBSN di seluruh Kementerian dan Lembaga dari tahun 2013
sampai tahun 2018.
ALOKASI DANA SBSN
Ada tujuh Kementerian dan Lembaga yang mendapatkan alokasi anggaran
melalui SBSN dengan total 62,4 triliun. Pembiayaan melalui SBSN ini memiliki
konsekuensi adanya imbal hasil yang harus dibayarkan oleh pemerintah setelah
kewajiban pokok nilai SBSN yang diterbitkan. Untuk itu perlu ada komitmen bersama
bagi penerima pembiayaan dari SBSN untuk menyelesaikan proyek dengan kualitas
dan perencanaan yang baik.
Adanya kebutuhan yang dapat diusulkan melalui pembiayaan SBSN
diharapkan memenuhi kriteria diantaranya adalah dapat memenuhi kebutuhan di
masa yang akan datang, bangunan yang modern, fasilitas penunjang yang baik, dan
kemampuan untuk merawat bangunan yang ada.
8
MEKANISME PENGUSULAN DAN PENGALOKASIAN ANGGARAN SBSN
Perencanaan pengusulan proyek pembiayaan melalui SBSN hendaknya juga
mempersiapkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan,
diantaranya adalah kemampuan panitia pengadaan barang dan jasa yang
mengetahui kemampuan teknis pembangunan, penyediaan SDM fungsional setelah
bangunan selesai dibangun, serta kemampuan SDM dalam perencanaan.
Berikut ini adalah gambaran pagu dan reaalisasi dana SBSN dari tahun 2013-
2017 di tiga direktorat jenderal Kementerian Agama.
PAGU DAN REALISASI DANA SBSN TAHUN 2013-2017 DI KEMENTERIAN AGAMA
9
Adanya keterlambatan dalam pembangunan proyek SBSN dan adanya
pembangunan yang tidak selesai tentu saja membuat adanya penurunan dalam
pelayanan dan dikhawatirkan menjadi bangunan yang mangkrak. Pembangunan
yang mangkrak tentu saja tidak dapat segera dianggarkan kembali pembangunannya
karena harus dilakukan pemeriksaan dari badan pengawas keuangan pembangunan
(BPKP) dan badan pengawas keuangan (BPK RI) sehingga harus menunggu
persetujuan terlebih dahulu.
Untuk itu diharapkan dalam pengusulan dan perencanaan pembangunan
melalui pembiayaan SBSN harus benar-benar memperhatikan proses ketentuan dan
kemampuan dalam aturan pengadaan barang dan jasa.
Pengajuan proyek pembangunan melalui SBSN juga harus memperhatikan
kebutuhan masyarakat di sekitar tempatnya, misalkan pembangunan madrasah
negeri seperti MIN, MTsN dan MAN mempertimbangkan kebutuhan ruang kelas bagi
siswa dan sarana penunjang lainnya seperti ruang laboratorium, ruang
10
perpustakaan, asrama siswa, ruang guru dan sebagainya. Begitu juga bagi
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dengan mempertimbangkan serapan jumlah
mahasiswa, ruang kuliah, ruang dosen, ruang laboratorium, perpustakaan, Mesjid,
dan sebagainya. Selanjutnya pembangunan asrama haji hendaknya juga
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat di sekitar akan kebutuhan tempat acara,
penginapan yang setaraf hotel bintang 3, dan sebagainya.
Upaya tersebut diharapkan dapat mengejar ketertinggalan kemampuan
sarana dan prasarana dengan lembaga yang lain sehingga diharapkan bangunan
tersebut modern, berkualitas, bertahan lama sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat akan kualitas pelayanan di Kementerian Agama RI.
Beberapa kendala dan hambatan yang muncul selama ini dari pembiayaan
SBSN diantara adalah sebaran penerima SBSN ada beberapa yang sering
mendapatkan ada yang tidak. Tempat yang akan dibangun tanahnya harus sudah
bersertifikat Kementerian Agama yang selama ini ada tanah wakaf, tanah milik
pemda yang belum dapat di sertifikatkan atau dialihkan ke Kementerian Agama.
Sedangkan anggaran Kementerian Agama untuk pengadaan membeli tanah tidak
ada alokasinya. Anggaran melalui SBSN akan mengurangi anggaran rupiah murni
yang dianggarkan pada pagu anggaran Kementerian Agama sehingga
mempengaruhi program lainnya selain pembangunan sarana dan prasarana. Adanya
bangunan yang terlambat penyelesainnya dan pembangunan yang tidak selesai
yang diakibatkan kurang perencanaan dan kurang baiknya kerja panitia pengadaan
barang dan jasa. Khusus untuk pembangunan Kantor Urusan Agama hendaknya
memperhatikan ruangan balai nikah dan manasik haji serta ruang penyuluhan
keagamaan sehingga dapat memberikan kualitas pelayanan bagi masyarakat.
Untuk perguruan tinggi keagamaan islam IAIN Manado mendapatkan alokasi
anggaran pada tahun 2017 sebesar Rp.22.912.166.000,- dan tahun 2018 sebesar
Rp. 40.000.000.000,- sedangkan untuk pembangunan KUA Kanwil sulawesi Utara
mendapatkan 2 dengan pagu Rp.3,350.000.000,- dan pembangunan asrama haji di
manado sebesar Rp.40.500.000.000,-.
REKOMENDASI
1. Perencanaan kegiatan yang dibiayai SBSN memerlukan waktu dan anggaran
khususnya penyusunan dokumen Rencana Anggaran Biaya dan gambar.
11
Selama ini tidak ada alokasi anggaran untuk itu sehingga perlu ada alokasi
anggaran bagi penyusunan kegiatan pembiayaan melalui SBSN.
2. Anggaran konsultan harus terlebih dahulu dianggarkan karena adanya
kebutuhan dokumen upaya pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan
lingkungan (UPL) serta analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
sehingga dokumen perizinan tersebut dapat dilakukan terlebih dahulu karena
memakan waktu yang lama daan menyita waktu pelaksanaan kegiatan.
3. Adanya keterlambatan penyelesaian pekerjaan revitalisasi dan pembangunan
gedung asrama haji manado tahun 2017 dengan pagu definitif
Rp.40.500.000.000,- pada 31 desember 2017 posisi fisik mencapai 67,49% dan
realisasi pembayaran 50% dan penyedia menyelesaikan 100% pekerjaan pada
tanggal 28 maret 2018. Perlu perencanaan yang lebih baik untuk proses
pengadaan barang dan jasa kegiatan yang dibiayai oleh SBSN.
4. KUA di Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 78 KUA dan yang mendapat SBSN
baru 3, dikarenakan adanya syarat luas tanah minimal 500m2. Untuk itu perlu
ada upaya terobosan peraturan kebijakan bagi daerah yang memiliki
keterbatasan lahan/tanah sehingga dapat dibangun dengan konstruksi
pembanguan vertikal/ ke atas. Upaya lain adalah alokasi anggaran untuk
pembelian tanah bagi KUA.
5. Kendala dalam perencanaan dana SBSN adalah :
a. Proses penyusunan dokumen perencanaan belum disediakan alokasi
anggaran khusus.
b. Proses penganggaran perencanaan bersamaan dengan pelaksanaan fisik,
sehingga secara riil tentu menyita waktunya dan berisiko terjadi
keterlambatan manakala ada hambatan dalam pelaksanaannya.
c. Proses perijinan perlu dilaksanakan terlebih dahulu mendahului pekerjaan
konstruksi dan lebih aman jika dilakukan tahun sebelumnya untuk
pengurusan perijinan dan penyusunan dokumen perencanaan. Selaama ini
keseluruhan anggaran tersedia pada satu DIPA dalam tahun anggaran yang
sama sehingga waktu pengurusan sangat terbatas.
d. Belum semua usulan kebutuhan sarana dapat terpenuhi melalui alokasi
SBSN.
e. Bilamana diperlukan melakukan kegiatan penghapusan data Barang Milik
Negara (BMN) sebelum pembangunan, maka proses penghapusan terlebih
12
dahulu. Jika sudah tersedia anggaran pada tahun anggaran berjalan namun
masih harus melakukan penghapusan BMN, maka tentu akan menyita waktu
yang ada.
f. Dalam pelaksanaan lelang/tender fisik, harus menunggu hasil kerja dari
konsultan perencana. Bilamana penyelesaian dokumen perencanaan cukup
lama maka akan semakin mengurangi alokasi waktu pembangunan fisik.
g. IMB baru dapat diurus manakala seluruh dokumen pendukung lengkap salah
satunya adalah dokumen AMDAL atau UKL-UPL. Bilaman dokumen UKL-
UPL lama terbit maka IMB dipastikan akan terlambat pengurusannya dan
penerbitannya, semestinya sebelum memulai pembangunan seharusnya
dikumen IMB telah kita miliki.
h. Lokasi yang cukup menyulitkan dalam hal transportasi atau mobilisasi bahan
dan alat menyebabkan jadwal pelaksanaan pekerjaan membutuhkan alokasi
waktu pelaksanaan pekerjaan yang lebih lama dan hal ini berisiko manakala
sisa waktu yang ada sangat terbatas.
6. Usulan anggaran melalui SBSN diharapkan tidak mengurangi anggaran melalui
Rupiah Murni karena akan mengurangi program kegiatan lainnya.
13
BAB II
PENUTUP
Demikianlah laporan ini kami susun sebagai referensi dalam pembahasan
Panja Komisi VIII DPR RI mengenai SBSN di Kementerian Agama RI.
PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI
KETUA,
Ttd.
DR. H. M. ALI TAHER, SH. M.Hum.
14