LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI
KE PROVINSI SULAWESI SELATAN MASA RESES V TAHUN SIDANG 2018 – 2019
TANGGAL 26-28 JULI 2019
Sekretariat Komisi VIII DPR RI [email protected]
JAKARTA TAHUN 2019
DAFTAR ISI
BAB I Hal
PENDAHULUAN
A. Umum ................................................................................... 1
B. Dasar Kunjungan Kerja ........................................................ 1
C. Maksud dan Tujuan............................................................... 2
BAB II
KINERJA KOMISI VIII DPR RI
A. Fungsi Legislasi ................................................................... 3
B. Fungsi Anggaran ................................................................. 4
C. Fungsi Pengawasan ............................................................ 7
BAB III
HASIL DAN ANALISA KUNJUNGAN KERJA
A. Sekilas Sulawesi Selatan .................................................... 8
B. Hasil Kunjungan Kerja ......................................................... 9
1. Kunjungan ke P2TP2A Maros ....................................... 9
2. Kunjungan ke KUBe Fatimah Azzahra .......................... 14
3. Kunjungan ke MAN 2 dan MTsN 1 Makassar ................ 17
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ......................................................................... 22
B. Rekomendasi ...................................................................... 23
BAB V
PENUTUP
DAFTAR NAMA ANGGOTA
TIM KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VIII DPR RI
KE PROVINSI SULAWESI SELATAN
TANGGAL 26 – 28 JULI 2019
NOMOR N A M A JABATAN FRAKSI DAPIL
URUT ANGG
1.
086
H. Iskan Qolba Lubis, M.A.
Wakil Ketua/
Ketua Tim
PKS
SUMUT II
2. 152 Dr. Jalaludin Rakhmat, M.Sc Anggota PDIP JABAR II
3. 227 Drs. H. Samsu Niang, M.Pd. Anggota PDIP SULSEL II
4. 251 Drs. Musthafa Bakri, MA. Anggota PG DKI JKT II
5. 407 H. Syofwatillah Mohzaib, S.Sos.I
Anggota PD SUMSEL II
6. 426 Khatibul Umam Wiranu,
M.Hum. Anggota PD JATENG
VIII
7. 492 Ir. Dr. Bambang Budi Susanto Anggota PAN Jatim IX
8. 70 H. An’im Falachuddin Mahrus Anggota PKB JATIM VI
9. 508 H. Lukman Hakim Hasibuan Anggota PPP SUMUT III
10. 024 K.H. Dja’far Shodiq, SH. Anggota NASDEM JATIM XI
11. - Yusup Kamaludin Sekretariat Komisi VIII DPR RI
12. - Dicky Rachmadi, S.Ip. Sekretariat Komisi VIII DPR RI
13. - Mohammad Hasyim, S.S.,M.Si.
Tenaga Ahli Komisi VIII DPR RI
14. Jaka Nugraha Media Cetak & Medsos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai ketentuan
Peraturan Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR-RI dalam kunjungan Kerja
Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2018-2019 telah membentuk 3 Tim
yakni ke Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan
Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
B. Dasar Kunjungan Kerja
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20,
20A, 21 dan 23 tentang tugas DPR-RI di bidang Legislasi, Anggaran dan
Pengawasan.
2. Undang-undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3 sebagaimana telah
diubah dalam Undang undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang undang Nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
3. Keputusan DPR RI Nomor 01 tahun 2014 tentang Tata Tertib:
a. Pasal 6 dan 7 tentang Wewenang dan Tugas DPR RI;
b. Pasal 58 Ayat (3) tentang Tugas Komisi di bidang Pengawasan;
c. Pasal 59 Ayat (3) huruf (f) tentang Pelaksanaan Kunjungan Kerja
Komisi DPR RI pada masa reses.
d. Keputusan Rapat Internal Komisi VIII DPR RI
C. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
a. Melakukan komunikasi intensif antara DPR RI khususnya Komisi VIII DPR
RI dengan daerah, baik Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di
bidang Agama, Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
b. Melaksanakan fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-undang
termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Menggali dan menyerap aspirasi daerah dari unsur Pemerintah Daerah
maupun masyarakat.
2. Tujuan.
Mendapatkan masukan berupa data faktual tentang pelaksanaan
program pembangunan secara umum dan secara khusus di bidang agama,
sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak serta pelaksanaan
penanggulangan bencana di daerah.
BAB II
KINERJA KOMISI VIII DPR RI
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20 ayat (1)
menyatakan, bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.*) kemudian Pasal 20A ayat (1) menyatakan, bahwa ”Dewan Perwakilan
Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.**)1 Untuk
menjalankan fungsi tersebut dibentuk alat kelengkapan Dewan, antara lain Alat
Kelengkapan Dewan, yaitu Komisi VIII yang bermitra kerja dengan Kementerian Agama
R.I; Kementerian Sosial R.I; Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak; Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI); Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)’ dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Atas dasar landasan konstitusional di atas, Komisi VIII DPR-RI melaksanakan
tugas-tugasnya dalam tiga fungsi:
A. Fungsi Legislasi
1. Pada tanggal 29 Maret 2019 telah disahkan RUU tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umroh (PIHU) menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh.
2. Menyusun RUU Inisiatif, yang menjadi prioritas adalah:
a. RUU tentang Pekerja Sosial (dalam proses pembahasan Panja
Komisi VIII DPR RI dengan Panja Pemerintah).
b. RUU tentang Pendidikan Pesantren (dalam proses pembahasan
Panja Komisi VIII DPR RI dengan Panja Pemerintah).
c. RUU tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (dalam proses
penyiapan Daftar Inventarisasi Masalah/DIM).
1 http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
B. Fungsi Anggaran
Dalam konteks pelaksanaan Fungsi Anggaran, DPR RI menetapkan APBN
tahun 2020 bersama Pemerintah, kemudian melakukan evaluasi APBN
Kementerian/Lembaga dan pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2019.
Dalam pelaksanaan Fungsi Anggaran dengan mitra kerja, Komisi VIII DPR
RI telah menyetujui pagu indikatif Kementerian Agama RI dalam RAPBN Tahun
2020 sebesar Rp65.245.833.430.000,- (enam puluh lima triliun dua ratus empat
puluh lima miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta empat ratus tiga puluh ribu
rupiah), yang akan dialokasikan untuk program:2
No Program
Pagu Indikatif 2020
(dalam ribuan rupiah)
1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
1.921.417.232
2 Kerukunan Umat Beragama 52.321.037
3 Pengawasan Akuntabilitas 162.396.272
4 Bimas Islam 5.310.238.736
5 Pendidikan Islam
52.410.371.101
6 Bimas Kristen 1.713.397.340
7 Bimas Katolik 859.770.735
8 Bimas Hindu 746.637.881
9 Bimas Buddha 255.149.529
10 Penyelenggaraan Haji dan Umrah 1.212.866.308
11 Litbang dan Diklat 560.978.718
12 Jaminan Produk Halal 40.288.541
JUMLAH
65.245.833.430
2 Kesimpulan Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Agama RI pada hari Senin 24 Juni 2019
Komisi VIII DPR RI juga menyetujui Pagu Indikatif Kementerian Sosial RI Tahun
Anggaran 2020 sebesar Rp62.767.643.594.000,- (enam puluh dua triliun tujuh ratus
enam puluh tujuh miliar enam ratus empat puluh tiga juta lima ratus sembilan puluh
empat ribu rupiah), yang dialokasikan untuk program:3
NO
PROGRAM
Pagu Indikatif
2020
(dalam ribuan rupiah)
1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
343.514.196
2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 44.550.770
3. Pendidikan, Pelatihan, Penelitian Pengembangan dan
Penyuluhan Sosial
531.116.093
4. Rehabilitasi Sosial 893.764.729
5. Perlindungan dan Jaminan Sosial 34.457.913.675
6. Pemberdayaan Sosial 347.534.103
7. Penanganan Fakir Miskin 26.149.250.028
JUMLAH 62.767.643.594
3 Kesimpulan Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Sosial RI pada hari Selasa 18 Juni 2019
Selain itu, Komisi VIII DPR RI mendukung usulan tambahan Anggaran Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2020 sebesar Rp689.761.774.000,-
(Enam Ratus Delapan Puluh Sembilan Milyar Tujuh Ratus Enam Puluh Satu Juta Tujuh
Ratus Tujuh Puluh Empat Ribu Rupiah) yang akan digunakan untuk:4
NO
PROGRAM
Pagu Indikatif
2020
(dalam ribuan rupiah)
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Lainnya
55.879.210
2. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabiltas
Aparatur BNPB
11.213.170
3. Program Penanggulangan Bencana 622.669.394
JUMLAH 689.761.774
Komisi VIII DPR RI memahami penjelasan dari Sekretaris Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI atas upaya yang dilakukan untuk
menindaklanjuti hasil rapat kerja pada tanggal 18 Juni 2019, yaitu penolakan Komisi VIII
DPR RI terhadap pagu indikatif Tahun Anggaran 2020 dan mendesak untuk melakukan
pembicaraan ulang trilateral meeting bersama Kementerian Keuangan RI dan Bappenas
atas perubahan alokasi RAPBN Tahun 2020 atau dikembalikan seperti Tahun 2019.
Komisi VIII DPR RI mendukung segala upaya yang dilakukan oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI melalui trilateral meeting dan
Badan Anggaran DPR RI.
Kemudian Komisi VIII DPR RI juga mendukung Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI untuk memanfaatkan Pasal 15 ayat (6) UU No.
4 Kesimpulan Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VIII DPR RI dengan Sestama BNPB RI pada hari Kamis 27 Juni
2019
17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara sebagai alternatif mengatasi kekurangan
Pagu Indikatif Tahun 2020.5
C. Fungsi pengawasan
Dalam pelaksanaan UU dan APBN tahun 2019 dalam rangka
pembangunan, Komisi VIII DPR-RI memiliki cakupan kerja bidang agama,
kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Dengan
kata lain, Komisi VIII DPR-RI menjalankan fungsi pengawasan pembangunan pada
bidang agama, kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak.
.
5 Kesimpulan Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VIII DPR RI dengan Sekretaris Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak pada Kamis 27 Juni 2019.
BAB III
HASIL DAN ANALISA KUNJUNGAN KERJA
KE SULAWESI SELATAN
A. Sekilas Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan, atau disingkat Sulsel, adalah sebuah provinsi di
Indonesia yang terletak di bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar.
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' -
122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km². Provinsi ini berbatasan
dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi
Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.6
Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten dan kota, yakni
Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone, Kabupaten
Bulukumba, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur,
Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten
Sinjai, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Tana Toraja,
Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Wajo, Kota Makassar, Kota Palopo dan Kota
Pare Pare.
Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di
daerah Makassar dan sekitarnya. Tersebar di Kota Makassar, Gowa, Takalar,
Jeneponto, Bantaeng, sebagian Bulukumba sebagian Maros dan sebagian
Pangkep.
Mayoritas penduduk Sulawesi Selatan beragama Islam, kecuali di
Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara dan sebagian wilayah di
Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu beragama
Kristen Protestan.
Salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan adalah
Mappalili. Mappalili (Bugis) atau Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang
memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan
6 https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan
mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-
temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari
Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya yang sudah
diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai
menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam,
disalipuri (Bugis) atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang
biasanya mengurangi produksi.
Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21
Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif
Sulawesi. Sekitar 10 tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47
Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Empat tahun setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah
memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah
memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun
2004.
Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mandar
yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan resmi menjadi
kabupaten di provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut
pada tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
B. Hasil Dan Analisa Kunjungan
1. Kunjungan Ke P2TP2A Kabupaten Maros
Di lingkungan kompleks perkantoran Pemerintahan Kabupaten
(Pemkab) Maros, Sulawesi Selatan, terdapat P2TP2A atau Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Layanan ini merupakan pusat
kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat terutama
perempuan dan anak korban tindak kekerasan.
a. Dasar hukum pembentukan P2TP2A:
UUD NRI Tahun 1945
UU No 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan
segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan. Jo Rekomendasi
Umum PBB No. 19 tahun 1992 tentang Kekerasan terhadap
Perempuan jo. Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap
Perempuan.
UU No. 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
UU No. 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (UU PTPPO)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.
b. Tujuan Pembentukan P2TP2A
Memfasilitasi kebutuhan perempuan dan anak korban kekerasan
dalam memenuhi hak korban yaitu hak atas kebenaran, hak atas
perlindungan, hak atas keadilan dan hak atas pemulihan/
pemberdayaan.
Mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan gender
diberbagai bidang kehidupan perempuan dan anak secara
menyeluruh.
c. Sasaran P2TP2A
Perempuan dan anak korban kekerasan
Masyarakat
Pengambil kebijakan/pemerintah
Lembaga Pemberi Layanan (SKPA, lembaga vertikal, LSM)
d. Kasus-kasus di P2TP2A Kabupaten Maros
Menurut Kepala Dinas PPPA Kabupaten Maros Drs. Idrus, M.Si
yang juga penanggungjawab P2TP2A setempat, jumlah pengaduan
masyarakat ke P2TP2A Maros tercatat mencapai 75 kasus pada tahun
2017. Namun setelah P2TP2A Kabupaten Maros didirikan, jumlah
pengaduan berkurang menjadi 47 kasus pada 2018 dan 23 kasus sampai
Juli 2019.
Kantor P2TP2A Kabupaten Maros sedang direnovasi
Mayoritas kasus yang diadukan ke P2TP2A Kabupaten Maros adalah
kekerasan terhadap anak, mulai dari korban pemerkosaan, anak lahir di luar
nikah atau anak yang menjadi korban akibat orang tua yang bercerai. Mereka
mendapat pelayanan dari P2TP2A seperti mobil penjemputan untuk melapor
ke polisi atau visum ke RSUD serta konseling psikologis juga bimbingan
keagamaan.
Data Kasus Pengaduan ke P2TP2A Kab. Maros
Dalam menangani pengaduan yang masuk, P2TP2A menghadapi
kendala yang beragam. Selain dana yang terbatas, P2TP2A juga kesulitan
untuk mengurus asuransi kesehatan sebab rata-rata anak korban kekerasan
yang mengadu tidak memiliki BPJS. Untuk mengurus BPJS mereka
terkendala tidak adanya akte kelahiran sebagai prasyarat kepersertaan BPJS.
Akhirnya sering diakali dengan menerbitkan akte kelahiran dadakan,
meskipun tanpa menyebutkan identitas sang ayah sebab mereka anak yang
lahir di luar nikah.
Kendala yang dihadapi P2TP2A Kabupaten Maros antara lain:
Belum ada rumah aman/shelter bagi anak dan perempuan korban
kekerasan sehingga untuk sementara mereka dirujuk ke rumah
singgah Dinsos Maros.
Koordinasi antar unit layanan untuk perempuan dan anak belum
optimal (antara P2TP2A, SLRT Dinsos, Disdik, Dinkes, RSU dan
PPA Polres).
Tidak tersedianya biaya visum di P2TP2A
Pemahaman masyarakat bahwa KDRT merupakan aib keluarga
yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
3 7 7
26
75
47
23
2013 2014 2015 2016 2017 2018 Jul-19
Komitmen Pemerintah Desa/Kelurahan masih kurang dalam
penanganan KTP/KTA (baik kebijakan maupun anggaran).
Masih kurang tenaga terlatih untuk penanganan KTP/KTA di
P2TP2A, PPA Polres, Puskesmas/RSU dan organisasi/lembaga
masyarakat.
Biaya operasional yang sangat terbatas.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI H. Iskan Qolba Lubis, MA memberikan sambutan
Penyerahan plakat dari Komisi VIII ke Kadis PPPA Maros
2. Kunjungan ke KUBe Fatimah Azzahra
Kelompok Usaha Bersama (KUBe) adalah kelompok warga atau
keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial
yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS. Hal ini dilakukan
untuk mewujudkan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai
sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.7
a. Tujuan KUBe
KUBe diarahkan dalam upaya mempercepat penghapusan kemiskinan,
melalui:
Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBe secara
bersama dalam kelompok.
Peningkatan pendapatan
Pengembangan usaha
7 https://kemsos.go.id/content/kube
Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para
anggota KUBe dan dengan masyarakat sekitar.
b. Sasaran KUBe
Selama ini sasaran KUBe dalam kaitan dengan kebijakan MPMK adalah
PMKS yang hidup dibawah garis kemiskinan dengan rincian sebagai
berikut :
Keluarga fakir miskin yang dibina melalui Program Bantuan
Kesejahteraan Sosial Fakir miskin.
Kelompok masyarakat terasing yang dibina melalui Program
Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing.
Para penyandang cacat yang dibina melalui Program Pelayanan
dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat.
Lanjut usia yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia.
Anak terlantar yang dibina melalui Program Pembinaan
Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar.
Wanita rawan sosial ekonomi yang dibina melalui Program
Peningkatan Peranan Wanita di Bidang Kesejahteraan Sosial.
Keluarga muda mandiri yang dibina melalui Program Pembinaan
Keluarga Muda Mandiri.
Remaja dan pemuda yang dibina melalui Program Pembinaan
Karang Taruna.
Keluarga miskin di Daerah Kumuh yang dibina melalui Program
Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).
c. Peninjauan ke KUBe Fatimah Azzahra
KUBe Fatimah Azzahra merupakan kelompok wanita nelayan
(KWN) yang bersatu untuk pemberdayaan ekonomi. Mereka membentuk
usaha pembuatan abon ikan. Harga ikan yang tadinya hanya
Rp.50.000/kg disulap menjadi seharga Rp 150.000 setelah dikemas
dalam produk abon ikan.
Usaha pemberdayaan ekonomi para wanita nelayan ini yang
mayoritas sudah berusia lanjut, sudah banyak mendapatkan penghargaan
baik dari tingkat desa, kecamatan sampai Kota Makassar. Bahkan KUBe
ini pernah juga tampil di layar televise berkat usahanya yang mampu
mengangkat harkat dan martabat sekitar 150 lansia.
KUBe Fatimah Azzahra bahkan tidak hanya mampu
memberdayakan ekonomi masyarakat tetapi juga sosial. Para lansia yang
dibina oleh KUBe ini dapat beraktivitas dalam berbagai kegiatan positif
seperti olah raga bersama, mendapat makanan tambahan hingga
melaukan interaksi sosial lainnya.
Menurut Direkur Jaminan Sosial Keluarga Kemensos RI Nur
Pujianto, KUBe Fatimah Azzahra merupakan salah satu model KUBe
yang berhasil melakukan pemberdayaan ekonomi dan juga sosial. Dia
berharap apa yang sudah dilakukan oleh KUBe Fatimah Azzahra dapat
diikuti oleh KUBe-KUBe lainnya di Indonesia.
Rombongan Komisi VIII DPR sedang menyimak paparan pengurus KUBe
Para Anggota KUBe mendengar Sambutan Pimpinan Komisi VIII DPR
3. Peninjauan ke MAN 2 Makassar
Madrasah Aiyah Negeri (disingkat MAN) adalah jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah
menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama.
Pendidikan Madrasah Aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas
10 sampai kelas 12.8
a. Sejarah MAN 2 Model Makassar
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Makassar berawal dari
PGAN 4 yang didirikan oleh Pemerintah tahun 1958. Awalnya Perguruan
Islam di Jalan Dr. Sam Ratulangi dan Perguruan Muhammadiyah di jalan
Muhammadiyah. Tahun 1961 – 1963 pembangunan gedung baru
dilakukan di jalan Sultan Alauddin untuk memusatkan kegiatan pendidikan.
Pada tahun 1964 PGAN resmi terpusat di jalan Sultan Alauddin.
Tahun 1980 PGAN 4 beralih menjadi MTsN dan PGA 6 Tahun
beralih menjadi PGAN. Perkembangan Selanjutnya, tahun 1989 PGAN
beralih menjadi MAN 2 Ujung Pandang, kemudian sesuai SK Nomor
8 https://id.wikipedia.org/wiki/Madrasah_aliyah
E.IV/PP.006/Kep/17-A/1998 tanggal 20 Februari 1998 beralih menjadi
MAN 2 Model Makassar sampai sekarang.9
b. Membutuhkan Bantuan
Menurut Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar H.
Kaharudin, sampai saat ini jumlah peminat dan alokasi atau ketersediaan
kursi di MAN 2 Makassar tidak sebanding. Setiap tahun tidak kurang dari
1.500 lulusan MTs/SMP mendaftarkan diri namun ketersediaan kursi hanya
untuk 400 siswa/i.
Oleh sebab itulah dia mengharapkan Komisi VIII DPR RI selaku
mitrakerja Kementerian Agama RI dapat memberikan bantuan anggaran
untuk pembangunan ruang kelas agar ketersediaan kursi bisa diingkatkan.
Hal ini dia lakukan secara sinergis dengan membangun dan
mengembangkan fasilitas pendidikan lainnya seperti laboratorium
komputer, bahasa, biologi, kimia dan fisika.
Kaharudin juga menjelaskan, meskipun dengan fasilitas terbatas
tetapi prestasi siswa/i MAN 2 Model Makassar patut dibanggakan. Itu
karena MAN 2 Model Makassar mampu menjuarai berbagai ajang atau
kompetisi berbasis ilmu pengetahuan.
Menanggapi hal ini, Anggota Komisi VIII DPR RI dari Dapil Sulsel I
Bpk. Samsu Niang menyatakan bahwa bantuan untuk MAN 2 Model
Makassar sudah direalisasikan pada tahun 2019 bahkan untuk tahun 2020
juga sudah diproyeksikan akan mendapat kembali bantuan kendati nilainya
belum dipastikan.
Wakil Ketua Komisi VIII yang juga Ketua Tim Rombongan Bpk. H.
Iskan Qolba Lubis menjeaskan bahwa bantuan untuk sekolah-sekolah
madrasah sudah dialokasikan melalui Kementerian Agama RI. Namun
hendaknya Pemerintah Daerah (Pemda) juga ikut peduli sehingga ada
sinergitas dalam pembangunan.
Bpk. Iskan Qolba Lubis juga percaya bahwa siswa/i MAN2 Model
Makassar tidak kalah cerdas dibanding siswa/i sekolah umum. Namun
tentu siswa/i MAN 2 Model Makassar harus menjaga kepercayaan para
9 https://man2modelmakassar.sch.id/sejarah/
stake holder di bidang pendidikan keagamaan bahwa siswa/i madrasah
bisa diandalkan baik dalam ilmu pengetahuan maupun iman dan taqwa.
Rombongan Komisi VIII DPR RI melakukan audiensi di Aula MAN 2 Model Makassar
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI memberikan pengarahan di MAN 2 Model Makassar
Rombongan Komisi VIII DPR RI berfoto bersama MAN 2 Model Makassar
Rombongan Komisi VIII DPR RI Juga Mengunjungi MTsN 1 Makassar
Rombongan Komisi VIII DPR RI Disambut Tarian Siswa/i MTsN 1 Makassar
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Memberikan Sambutan di MTsN 1 Makassar
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Dalam kunjungan ke P2TP2A Kabupaten Maros dapat disimpulkan:
Keberadaan P2TP2A Kabupaten Maros telah memberikan manfaat dalam
menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dalam penanganan kasus, P2TP2A seringkali terkendala permasalahan
administratif.
Sinergi antara P2TP2A Kabupaten Maros dengan stake holder terkait seperti
PPA Polres, Dukcapil, aparat kelurahan dan pemuka agama perlu
ditingkatkan.
Rumah Aman bagi para perempuan dan anak korban kekerasan perlu
disediakan.
Menyediakan operasional untuk penanganan kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
2. Dalam kunjungan ke KUBe Fatimah Azzahra dapat disimpulkan:
Keberadaan KUBe Fatimah Azzahra sangat penting dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
KUBe Fatimah Azzahra menjadi model pemberdayaan sosial.
KUBe Fatimah Azzahra sudah mendapatkan penghargaan di tingkat
kelurahan hingga tingkat kota bahkan sempat diundang dalam acara talk
show di televisi nasional.
KUBe Fatimah Azzahra mampu menyantuni 150 lansia.
KUBe Fatimah Azzahra berhasil membangun interaksi sosial yang intensif di
tengah perkampungan nelayan.
3. Dalam kunjungan ke MAN 2 Model Makassar dapat disimpulkan:
MAN 2 Model Makassar menjadi salah satu model pendidikan berbasis
keagamaan di Makassar.
Para siswa/i lulusan MTs/SMP yang ingin melanjutkan pendidikan ke MAN 2
Model Makassar membludak, setiap tahun tidak kurang dari 1.500 pendaftar
tetapi hanya 400 siswa/i yang bisa diterima.
MAN 2 Model Makassar membutuhkan ruang kelas baru dan sarana serta
prasarana pendidikan lainnya.
MAN 2 Model Makassar mampu menjuarai berbagai ajang atau kompetisi
berbasis ilmu pengetahuan.
MAN 2 Model Makassar belum memiliki laboratorium.
B. Rekomendasi
1. Untuk P2TP2A Kabupaten Maros dapat direkomendasikan:
Manfaat dari keberadaan P2TP2A Kabupaten Maros harus ditingkatkan.
Kendala administrasi yang dihadapi dalam penanganan kasus oleh P2TP2A
harus segera diatasi.
Tingkatkan sinergi antara P2TP2A Kabupaten Maros dengan stake holder
terkait seperti PPA Polres, Dukcapil, aparat kelurahan dan pemuka agama.
Rumah Aman bagi para perempuan dan anak korban kekerasan perlu
disediakan.
Operasional untuk penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak perlu disediakan.
2. Untuk KUBe Fatimah Azzahra dapat direkomendasikan:
Tingkatkan manfaat keberadaan KUBe Fatimah Azzahra dalam
pemberdayaan ekonomi dan juga sosial.
KUBe Fatimah Azzahra harus terus menjadi model pemberdayaan
masyarakat.
Prestasi KUBe Fatimah Azzahra dalam mendapatkan penghargaan di tingkat
kelurahan hingga tingkat kota harus ditingkatkan.
Tingkatkan santunan kepada para lansia.
Tingkatkan terus interaksi sosial yang intensif di tengah masyarakat.
3. Untuk MAN 2 Model Makassar dapat direkomendasikan:
Tingkatkan manfaat dari MAN 2 Model Makassar sebagai model pendidikan
berbasis keagamaan di Makassar.
Pertimbangkan untuk menambah daya tamping siswa/i lulusan MTs/SMP
yang ingin melanjutkan pendidikan ke MAN 2 Model Makassar mengingat
besarnya animo masyarakat.
Perlu dialokasikan dana untuk penambahan ruang kelas baru dan sarana
serta prasarana pendidikan di MAN 2 Model Makassar.
Tingkatkan prestasi MAN 2 Model Makassar untuk menjuarai lebih banyak
ajang atau kompetisi berbasis ilmu pengetahuan.
BAB V
PENUTUP
Demikianlah laporan kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI ke Sulawesi
Selatan pada Masa Reses V Tahun Persidangan 2018-2019 ini dibuat, dengan harapan
dapat menjadi bahan rujukan dalam menjalankan fungsi pengawasan, legislasi dan
anggaran dengan mitra kerja Komisi VIII DPR RI.
PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI
KETUA TIM
(H. Iskan Qolba Lubis, M.A.)