Download - Laporan Kemajuan ABMAS Kenjeran EP rev1s
1
LAPORAN KEMAJUAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
DANA BOPTN ITS 2015
DIVERSIFIKASI OLAHAN HASIL LAUT SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN KENJERAN DAN PENINGKATKAN
PENGHASILAN
Tim Pengabdi:
Ir. Endang Purwanti, MT. Ketua (Kimia/FMIPA) Dr. Afifah Rosyidah, MSi. Anggota 1 (Kimia/FMIPA)
Ratna Ediati, Ph.D. Anggota 2 (Kimia/FMIPA) Prof. Dr. rer. nat Irmina Kris Murwani, MSi. Anggota 3 (Kimia/FMIPA)
Drs. Djoko Hartanto, MSi. Anggota 4 (Kimia/FMIPA) Prof. Dr. Didik Prasetyoko, MSc. Anggota 5 (Kimia/FMIPA)
Slamet. Anggota 6 (Kimia/FMIPA)
Dibiayai Program Pengabdian Kepada Masyarakat Dana BOPTN ITS Anggaran 2015
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2015
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
DANA BOPTN ITS
1. Judul Pengabdian : Diversifikasi Olahan Hasil Laut Sebagai Upaya Pemberdayaan Nelayan Kenjeran Dan Peningkatkan Penghasilan
2. Ketua Tim a. Nama : Ir. Endang Purwanti, MT b. NIP :196607031991022001 c. Pangkat /Golongan : Lektor Kepala/IV-c d. Jabatan Fungsional : Pembina Utama Madya e. Jurusan : Kimia f. Fakultas : MIPA g. Alamat Kantor : Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya h. Telp / HP / Fax : 031-5996467 / 081 759 6067 / - 3. Jumlah anggota : 6 orang 4. Mitra pengabdian (jika ada) a. Nama instansi mitra : b. Contact person : c. Jabatan : d. Alamat : e. Telp / HP / Fax : 5. Biaya pengabdian a. Dana BOPTN ITS 2015: Rp. 16.000.000 b. Sumber lain (sebutkan jika ada) Rp. - Jumlah Rp. 16.000.000
Surabaya, 15 Oktober 2015
Mengetahui, Ketua Jurusan Ketua tim pengabdi
Hamzah Fansuri, MSi, Ph.D Ir. Endang Purwanti, MT. NIP. 196910171994121001 NIP. 196607031991022001
Menyetujui, Ketua LPPM,
Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT NIP 196404051990021001
3
Ringkasan
Hasil laut di Indonesia seperti ikan maupun kerang juga rumput laut sangat besar manfaatnya bagi manusia. Sebagian besar nelayan langsung menjual hasil tangkapannya laut pada pasar di sekitarnya. Tetapi tingkat perekonomian masyarakat pesisir masih tergolong rendah. Salah satu daerah pesisir yang masyarakatnya berpenghasilan rendah dari penjualan hasil tangkapan adalah penduduk kelurahan Kenjeran, kecamatan kenjeran yang terletak di kota Surabaya dengan lokasi berdekatan dengan selat Madura. Oleh karena itu dilakukan upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui diversifikasi pengolahan hasil laut maupun tangkapan laut selain pengeringan hasil tangkapan laut melalui pembuatan ikan kering seperti ikan asin. Teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan nugget dengan bahan baku kerang, ikan maupun rumput laut. Pengabdian ini akan dilakukan di Kenjeran Surabaya, kepada para nelayan dan pengrajin hasil tangkapan laut. Mereka akan dilatih cara mengolah hasil laut menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dan mempunyai kualitas simpan lebih baik. Tidak sekedar diolah menjadi ikan asin atau direbus saja yang harganya relatif lebih murah dan cepat membusuk. Pada pelatihan ini akan ditularkan ilmu tentang rumput laut, manfaat rumput laut dalam makanan, nugget besert cara pengemasannya. Pelatihan ini juga mempraktekkan cara membuat nugget rumput laut dari ikan dan kerang.
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil laut di Indonesia yang berbagai macam baik hasil tangkapan seperti ikan
maupun kerang juga rumput laut dan yang lain sangat besar manfaatnya bagi manusia, apalagi luas lautan yang lebih besar dari pada luas daratan. Masyarakat pesisir yang kebanyakan berprofesi nelayan dapat memanfaatkan hasil laut sebagai sumber pendapatan. Sebagian besar nelayan langsung menjual hasil tangkapannya laut pada pasar di sekitarnya. Tetapi menurut Asianto (2006) tingkat perekonomian masyarakat pesisir masih tergolong rendah. Salah satu daerah pesisir yang masyarakatnya berpenghasilan dari penjualan hasil tangkapan adalah penduduk kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran yang terletak di kota Surabaya dengan lokasi berdekatan dengan selat Madura. Lokasi kelurahan Kenjeran secara geografis memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan penduduk dengan pengembangan sektor yang ada sebagai contoh untuk pariwisata. Lokasi Kenjeran yang dekat dengan pantai Kenjeran yang sudah merupakan tempat wisata dan jembatan Suramadu menjadi aset pengembangan wisata kuliner dari hasil laut. Berbagai macam olahan hasil tangkapan laut memungkinkan untuk dikembangkan pada lokasi ini. Hasil tangkapan laut yang beragam kemungkinan besar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dalam bentuk olahan makanan. Oleh karena itu dilakukan upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui diversifikasi pengolahan hasil laut maupun tangkapan laut selain pengeringan hasil tangkapan laut melalui pembuatan ikan kering seperti ikan asin.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini akan diberikan sosialisasi teknologi pengolahan hasil laut dan tangkapan laut di kawasan kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran agar nilai jual hasil laut meningkat yang otomatis juga meningkatkan kesejahteraan nelayan. Teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan nugget dengan bahan baku kerang, ikan maupun rumput laut. Ketrampilan nelayan dalam deversifikasi pengolahan hasil laut diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya.
1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan Produksi kerang, ikan dan rumput laut kelurahan Kenjeran dan kecamatan
Kenjeran masih dipasarkan sebagian besar dalam bentuk basah, sehingga pendapatan yang diperoleh dari pemasaran ini masih relatif rendah. Tidak adanya diversifikasi pemasaran ini disebabkan karena pengetahuan teknologi pengolahan yang masih relatif sederhana, sehingga perlu pengetahuan tambahan mengenai cara pengolahan hasil laut tersebut agar pendapatan dari hasil penjualan meningkat. Adanya keadaan ini perlu diberikan sosialisasi teknologi pengolahan sebagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
5
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini akan diberikan sosialisasi teknologi pengolahan hasil laut dan tangkapan laut di kawasan kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran agar nilai jual hasil laut meningkat yang otomatis juga meningkatkan kesejahteraan nelayan. Teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan nugget dengan bahan baku kerang, ikan maupun rumput laut.
Pengabdi akan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Mengenalkan cara-cara pengolahan baik kerang, ikan maupun rumput laut menjadi nugget.
- Memberi penularan teknologi pengolahan ketiga bahan baku tersebut di atas menjadi nugget.
- Pelatihan pengolahan ketiga bahan baku tersebut menjadi nungget. - Pengemasan hasil olahan - Pembinaan secara intensif kader-kader dari kelompok produksi maupun
manajemen pemasaran produksi hasil olahan rumput laut Agar tujuan di atas dapat tercapai maka dibuat modul untuk pelatihan :
- Kandungan gizi ikan, kerang dan rumput laut - Manfaat ikan, kerang dan rumput laut - Olahan ikan, kerang dan rumput laut - Pengemasan hasil olahan ikan, kerang dan rumput laut
1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan
Kegiatan dari pengabdian ini bertujuan agar pengetahuan nelayan mengenai gizi dan manfaat ikan, kerang dan rumput laut bertambah, disertai dengan penambahan ketrampilan nelayan dalam diversifikasi pengolahan hasil laut. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah kemampuan nelayan dalam pengolahan hasil laut dalam bentuk nugget sehingga terjadi penambahan jenis olahan hasil laut untuk meningkatkan pendapatannya.
1.4 Target Luaran Target luaran program pengabdian masyarakat ini berupa teknologi tepat guna produk olahan ikan, kerang dan rumput laut yang higienis berupa nugget. Luaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan diversifikasi olahan hasil laut pada masyarakat nelayan, up-dating ipteks pada masyarakat, meningkatkan atensi akademisi terhadap kelompok masyarakat dan industri kecil, serta meningkatkan kegiatan pengembangan ilmu dan teknologi di institusi. Selain itu juga terlibatnya kegiatan PKM mahasiswa yang merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat ini. Pada Pengabdian ini mahasiswa yang terlibat adalah Dina Nafa Hanifah (1411 100 040) dan Fitri Ratna Juwita (1413 100 044) dengan judul PKM ”Bunaken (Bisnis Unggulan Nugget Kenjeran) Sebagai Diversifikasi Olahan Kerang Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Kenjeran”
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang
dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu
(battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget dikonsumsi setelah proses
penggorengan rendam (deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nugget dibuat dari daging
giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk
tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti
(breading). Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan untuk mempertahankan
mutunya selama penyimpanan (Astawan, 2007). Nugget merupakan salah satu bentuk
produk makanan beku siap saji, yaitu produk yang telah mengalami pemanasan sampai
setengah matang (precooked), kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk beku siap
saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150 ºC.
Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya (Astawan, 2007). Standarisasi kualitas
untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia dan organoleptik. Persyaratan
untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan Standarisasi Nasional (2002)
menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar lemak, air, abu, protein dan karbohidrat.
Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional
(BSN) (2002) pada SNI.01-6638-2002 mendefinisikan nugget ikan sebagai produk
olahan ikan yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ikan giling yang diberi
bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan. Sebagai pedoman standar karakteristik nugget
keong, mengacu pada SNI. 01–6638–2002 (BSN, 2002) yang membahas tentang
standar kualitas nugget ikan. Hingga saat ini persyaratan mutu dan karakteristik nugget
ikan belum ada, sehingga pada pengabdian ini digunakan persyaratan mutu dan
karakateristik nugget ayam, sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002). Tabel 1. Syarat mutu nugget ayam
Jenis Uji Persyaratan Keadaan - Aroma Normal, sesuai label - Rasa Normal, sesuai label - Tekstur Normal, sesuai label Air %,b/b Maks.60 Protein %,b/b Min.12 Lemak %,b/b Maks.20 Karbohidrat %,b/b Maks.25 Kalsium 5 mg/100 g
7
B. Pembuatan Nugget Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu penggilingan yang disertai oleh
pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan, pengukusan dan pencetakan, pelapisan
perekat tepung dan pelumuran tepung roti, penggorengan awal (pre-frying) dan
pembekuan (Aswar, 2005). Tahapan pembuatan nugget adalah sebagai berikut :
1. Penggilingan Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, yaitu dengan menambahkan
es pada saat penggilingan daging (Tatono, 1994). Pendinginan ini bertujuan untuk
mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses penggilingan daging
terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan panas. Air yang ditambahkan ke
dalam adonan nugget pada waktu penggilingan daging dalam bentuk serpihan es. Air es
digunakan untuk mempertahankan temperatur selama pendinginan. Air es selain
berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging, juga berfungsi untuk
melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam yang akan melarutkan
protein myofibril (Afrisanti, 2010).
2. Pengukusan Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula– granula pati yang
disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan granula pati
sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula (Winarno, 1997).
Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati akan menyerap air yang memecah
kristal amilosa dan memutuskan ikatan–ikatan struktur heliks dari molekul tersebut.
Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi keluar granula,
sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian amilopektin dan akan pecah
membentuk suatu matriks dengan amilosa yang disebut gel (Winarno, 1997).
3. Batter dan Breading Menurut Fellow (2000), perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri dari air,
tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum
dimasak. Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian yang paling penting dalam
proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah
tepung yang digunakan untuk melapisi produk–produk makanan dan dapat digunakan
untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpangan. Breading
dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat. Nugget termasuk salah satu
8
produk yang pembuatannya menggunakan batter dan breading. Batter yang digunakan
dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan berwarna putih, bersih dan tidak
mengandung benda–benda asing. Tepung roti harus segar, berbau khas roti, tidak
berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang, serpihan rata, tidak berjamur dan tidak
mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
4. Penggorengan Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang dengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng mempunyai
permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul disebabkan karena
reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi Maillard terjadi antara protein,
asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab
terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama
pada bahan pangan berprotein. Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang
terpenting dalam proses aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal adalah
untuk menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih lanjut
dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada konsumen. Penggorengan awal
akan memberikan warna pada produk, membentuk kerak pada produk setelah digoreng,
memberikan penampakan goreng pada produk serta berkontribusi terhadap rasa produk
(Fellow, 2000). Penggorengan awal dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih
(180-195°C) sampai setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis
produk menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna
gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik.
Penggorengan awal dilakukan karena penggorengan pada produk akhir hanya
berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan ukuran produk
(Tanoto, 1994). Menurut Jamaludin et al (2008) selama proses penggorengan terjadi
secara simultan perpindahan panas dan massa.
C. Bahan Pengikat Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan
emulsifikasi lemak dibandingkan dengan bahan pengisi. Bahan pengikat dalam adonan
emulsi dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi (Afrisanti, 2010). Bahan pengikat juga
berfungsi mengurangi penyusutan pada waktu pengolahan dan meningkatkan daya ikat
air. Protein dalam bentuk tepung dipercaya dapat memberikan sumbangan terhadap sifat
pengikatan. Pengikat menurut asalnya bahan terdiri dari bahan pengikat yang berasal
9
dari hewan dan tumbuhan. Bahan pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan
tepung ikan (Afrisanti, 2010)
D. Bahan Pengisi Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam produk restrukturisasi
untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi sebagian daging sehingga biaya
dapat ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan pengisi adalah membantu
meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997) pati terdiri atas dua fraksi yang
dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut
disebut amilopektin. Fraksi amilosa berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifat
hidrasi amilosa dalam pati yang dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk
massa yang elastis. Stabilitas ini dapat hilang dengan penambahan air yang berlebihan.
Bahan pengisi yang umum digunakan pada pembuatan nugget adalah tepung (Afrisanti,
2010). Pada nugget ikan ini bahan pengisinya adalah rumput laut. Rumput laut
mengandung karagenan yang berfungsi sebagai pengemulsi, pemantap dan pengental
(mengandung polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6
anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosiklik. Setiap unit galaktosa
mengikat gugusan sulfat. Jumlah sulfat kurang lebih 35,1% )
E. Bumbu-bumbu Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna untuk
meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan,
memantapkan bentuk dan rupa produk (Erawaty, 2001). Pembuatan nugget memerlukan
bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan merica (Aswar, 2005). Garam
merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai
penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak
karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk
menjadi asin. Konsentrasi garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari
berat daging yang digunakan (Aswar, 2005). Pemakaian gula dan bumbu dapat
memperbaiki rasa dan aroma produk yang dihasilkan. Pemberian gula dapat
mempengaruhi aroma dan tekstur daging serta mampu menetralisir garam yang
berlebihan (Buckle et al, 1987). Bawang putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai
penambah aroma serta untuk meningkatkan citarasa produk. Bawang putih merupakan
bahan alami yang ditambahkan ke dalam bahan makanan guna meningkatkan selera
makan serta untuk meningkatkan daya awet bahan makanan (bersifat fungistotik dan
10
fungisidal). Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang
mengandung komponen sulfur (Palungkun et al, 1992). Merica atau lada (Paperningrum)
sering ditambahkan dalam bahan pangan. Tujuan penambahan merica adalah sebagai
penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Merica sangat digemari
karena memiliki dua sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas merica
disebabkan oleh adanya zat piperin dan piperanin, serta chavicia yang merupakan
persenyawaan dari piperin dengan alkaloida (Rismunandar, 2003).
Nugget–Rumput laut
Nugget ini dibuat dengan komposisi 250 gram daging ikan 100 gram. Preparasi pertama
yang dilakukan adalah merendam rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii dengan air
tawar selama semalam dan kemudian dibilas dengan air. Setelah bersih, rumput laut
direbus dalam air mendidih selama 2-3 menit kemudian dihaluskan. Daging ikan dicuci
dan dicincang halus. Rumput laut, daging ikan cincang dan bumbu (bawang merah,
bawang putih, garam dan lada) digiling dengan penggiling daging sampai halus. Adonan
kemudian dituang ke dalam cetakan dan dikukus sekitar ± 30 menit. Hasil dari
pengukusan tersebut dinamakan nugget. Proses yang sama dilakukan untuk bahan baku
kerang.
11
BAB III STRATEGI, RENCANA KEGIATAN, DAN KEBERLANJUTAN
3.1 Strategi
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini akan diberikan sosialisasi teknologi pengolahan hasil laut dan tangkapan laut di kawasan kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran agar nilai jual hasil laut meningkat yang otomatis juga meningkatkan kesejahteraan nelayan. Teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan nugget dengan bahan baku kerang, ikan maupun rumput laut.
3.2 Rencana Kegiatan
Pengabdi akan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat modul untuk pelatihan : - Kandungan gizi ikan, kerang dan rumput laut oleh Slamet dan Dr. Afifah
Rosyidah - Manfaat ikan, kerang dan rumput laut oleh Ir. Endang Purwanti, MT dan
Prof. Irmina Kris Murwani - Olahan ikan, kerang dan rumput laut oleh Ratna Ediati, Ph.D; Drs. Djoko
Hartanto, MSi dan Prof. Didik Prasetyoko
b. Sosialisasi materi program pelatihan
- Mengenalkan cara-cara pengolahan baik kerang, ikan maupun rumput laut menjadi nugget.
- Memberi penularan teknologi pengolahan ketiga bahan baku tersebut di atas menjadi nugget.
c. Pelatihan pengolahan bahan baku menjadi nungget. d. Pengemasan hasil olahan
3.3 Keberlanjutan
Pada tahap ini, tim pengabdi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap masyarakat setelah diberi pelatihan dengan cara mengadakan kunjungan ke kelurahan Kenjeran, kecamatan Kenjeran di wilayah Jawa Timur. Pemantauan kinerja dari masyarakat dalam pengolahan nugget dengan bahan baku kerang, ikan maupun rumput laut. Pembinaan secara intensif kader-kader dari kelompok produksi maupun manajemen pemasaran produksi hasil olahan rumput laut. Ketrampilan nelayan dalam diversifikasi pengolahan hasil laut akan dapat meningkatkan pendapatannya.
12
Kegiatan pembuatan nugget
13
14