Download - Laporan Kasus Dka Baru
LAPORAN KASUS
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. S. Windayati Hapsoro, Sp.KK
Disusun Oleh :
KAOFUL JALIL
1081700011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2012
LAPORAN KASUS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
PENYUSUN LAPORAN
Nama : KAOFUL HALIL
NIM : 1081700011
Tanda tangan :
PENGESAHAN
Nama Dosen : dr. S. Windayati H, Sp.KK
Tanda tangan :
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Mispan, Tn.
Usia : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jatisari RT 1/V Pengangan Semarang
Pekerjaan :
Pendidikan tertinggi : SMA
No. RM Irja : 196607
Tanggal MRS : 27 September 2012
B. ANAMNESIS
(secara Autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tugurejo Semarang)
Tanggal : 27 September 2012
Jam : 11.00
Keluhan Utama : bercak kemerahan disertai rasa gatal dan luka kering di
telapak.
Perjalanan Penyakit Sekarang
Os datang ke RS dengan keluhan bercak kemerahan disertai rasa gatal dan luka
kering di telapak tangan sebelah kanan ± 2 tahun, bercak kemerahan hanya di telapak
tangan saja tidak menjalar ke bagian yang lain bercak kemerahan tidak hilang, pasien
mengeluh timbul bercak kemerahn di kedua telapak tangan kanan dan kiri tersebut
terasa gatal, gatal tersebut tidak menjalar ke lengan tangan hanya dibagian telapak
tangan saja, gatal hilang timbul, gatal tersebut sewaktu Os melakukan aktifitas dan
membawa barang-barang pekerjaannya. Gatal biasanya tidak menentu dan melebar
luas ketelapak tangan. Selain gatal Os juga mengeluh luka kering di telapak
tangannya, dikarenakan luka tersebut sering di garuk sehingga timbul luka kering
yang meluas. Gatal bersifat hilang timbul.
Pasien sebelumnya pernah berobat tapi tidak kunjung sembuh sehingga pasien
minum darah ular ± 2 x dalam seminggu, akan tetapi sama saja tidak ada hasilnya.
Dan Os berhenti minum dara ular tersebut dan kembali lg ke RS untuk berpbat.
Os merasa keluhan yang di atas berulang-ulang dan menyebabkan terganggunya
aktifitas sehari-hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit seperti ini : (+)
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat sakit kulit lain : disangkal
- Riwayat sakit kelamin : disangkal
- Riwayat asma : (+)
- Alergi : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat penyakit kulit : disangkal
- Riwayat sakit kelamin : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : (+)
- Alergi : disangkal
C. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 27 September 2012
Jam : 11.00
Status Generalis
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : BB 60 kg, TB 160 cm, BMI : 23 kg/m2
Vital sign
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Nafas : 20 kali/menit regular thorakoabdominal
Suhu : 36,5oC
Kepala :rambut hitam keputih-putihan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Telinga : Normal, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
Thoraks : tidak dilakukan, kulit status dematologikus
Abdomen : tidak dilakukan, kulit status dematologikus
Ekstremitas atas : akral hangat, (status dermatologikus)
Status Dermatologis :
Distribusi :
- Luas keterlibatan : terbatas
- Pola : simetris
- Lokasi karakteristik : telapak tangan kanan dan kiri
Lesi : simetris, bentuk tidak teratur, plakat, batas tidak tegas, kering.
Efloresensi : plak eritem, skuama kasar, erosi (+).
D. RINGKASAN :
Tn. Mispan usia 56 datang ke RSUD Tugurejo Kamis, 27 September 2012 dengan
keluhan gatal, bercak – kemerahan, dan luka kering di telapak tangan kanan dan kiri
hampir ± 2 tahun yang lalu dan sering kambuh. Bercak tersebut terasa gatal dan melebar
luas ketelapak tangan. Gatal juga bersifat hilang timbul. Pasien mengaku sering
menggaruk karena terasa gatal sehingga timbul luka kering yang meluas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos mentis
dan kesan gizi cukup, Tensi : 130/80 mmHg, Nadi : 80x / menit, regular, isi dan tegangan
cukup, Nafas : 20x / menit, regular torakoabdominal, Suhu : 36,5oC. Pemeriksaan status
dermatologis didapatkan lesi : simetris, bentuk tidak teratur, plakat, batas tidak tegas,
kering di regio ekstrimitas atas ( metakarpal) dekstra et sinistra. Ujud kelainan kulit plak
eritem, skuama kasar, erosi (+).
E. DIAGNOSIS BANDING :
Dermatitis kontak iritan
F. DIAGNOSIS :
Dermatitis kontak alergi
G. PENATALAKSANAAN :
a. Non medikamentosa
Memberikan edukasi kepada penderita agar mengurangi kontak dengan alergen.
b. Medikamentosa
Tablet mebhydrolin napadisylate : 3 x 1
Krim mupirosin : 2 x aplikasi pada luka
Desoksimetason 0,25% ointment : 2 x aplikasi pada lesi
H. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
PEMBAHASAN
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang
yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke
orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung
dengan alergen.3
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia
dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana.
Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.3
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune response) atau reaksi tipe IV.
Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam
waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen.4
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena
adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan
protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan
sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah
diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan
berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori.
Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat
kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase
sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi
sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer),
jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek,
sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari
pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut,
bisa bulanan atau tahunan. Periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama
atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung
antara 24-48 jam.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit adalah kebersihan yang kurang
dan faktor lingkungan seperti pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat-tempat
lembab atau panas, serta pemakaian alat yang salah.6
Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain, bintik-bintik atau benjolan kemerahan,
gatal dan bengkak, keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula
pada kasus yang berat, serta kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang
terkena saja.3 Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis tampak kulit kering, berskuama,
papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, berbatas tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan
dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran. Kejadian
dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada ibu
rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di
tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya
deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida. Pada paha dan tungkai
bawah dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat
topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.2 Penderita
datang dengan keluhan bercak kemerahan di telapak tangan kiri dan kanan disertai rasa gatal
dialami penderita sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu dan disertai luka kering. Awalnya
bercak kemerahan sedikit, karena gatal, penderita menggaruknya sehingga bercak merah
meluas. Selain itu timbul bintik-bintik dan luka kering. Gatal bersifat hilang timbul. Penderita
sempat berobat ke Puskesmas,tapi pasien merasa belum sembuh dan akhirnya pasien
mencoba minum darah ular,
Diagnosis dermatitis kontak alergi et causa minum darah ular dengan infeksi bakteri
sekunder ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Diagnosis banding yang mungkin pada pasien ini antara lain dermatitis kontak iritan.
Untuk menyingkirkan diagnosis banding DKI dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu patch test (tes tempel) dimana antigen standar ditempelkan pada permukaan kulit,
biasanya punggung, untuk selanjutnya dilakukan interpretasi setelah 48 jam dan 72 jam atau
96 jam. Pada penderita DKA akan didapatkan reaksi cressendo yaitu reaksi yang lebih berat
pada interpretasi kedua, sedangkan pada DKI didapatkan reaksi decressendo yaitu reaksi
yang lebih ringan pada interpretasi kedua. Pada pasien ini tidak dilakukan patch test.
Pengobatan penderita DKA pada prinsipnya adalah menghindari pajanan alergen, baik
yang bersifat mekanik, fisis, atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat.
Obat-obatan hanya membantu mengurangi gejala dan komplikasi yang terjadi. Pada pasien
ini diberikan mebhydrolin napadisylate 3x1 tab (Interhistin®), mupirosin 2 kali aplikasi pada
luka (Bactoderm®), desoksimetason 0,25% 2 kali aplikasi pada lesi, Yang paling penting
adalah edukasi ke pasien untuk menghindari kontak dengan alergen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Habib TP. Alergic Contact Dermatitis. In: Clinical Dermatology - a colour guide to
diagnosis therapy. 5th ed. USA: Mosby 2004.
2. Juanda A, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI
3. Larsen WG. Allergic contact dermatitis, In: Moschella SL., Hurley HJ, Dermatology,
3rd ed. London: Saunders 1992. p. 391-400
4. Wikipedia. Alergi dermatitis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.orang/wiki/alergi
dermatitis. Tanggal akses: 30 oktober 2010.
5. Irwan.2009. Dermatitis kontak alergi. Diunduh dari:
http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-alergi.html. Tanggal akses:
30 september 2010
6. Siregar. Dalam: Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC. Jakarta 1996