Download - laporan jangka sorong
BAB I
JANGKA SORONG
1.1 Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
Gambar 1.1 Jangka Sorong Manual
Jangka sorong atau yang disebut juga vernier caliper merupakan salah satu
alat ukur mekanik, yang sering sekali digunakan dalam pekerjaan pengukuran
otomotif, ataupun pekerjaan pengukuran yang lainnya.
Pengertian jangka sorong adalah salah satu alat ukur mekanik bukan alat
ukur pneumatic yang memiliki fungsi fungsi seperti dibawah ini.
Fungsi jangka sorong adalah :
a). Untuk mengukur diameter luar suatu benda
b). Untuk mengukur diameter dalam suatu benda
c). Untuk mengukur kedalaman suatu benda
d). Untuk mengukur ketebalan suatu benda
| 3331140208
Dalam mengukur suatu benda terkadang, kita memerlukan hasil dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi, misal saja diameter silinder, diameter piston,
diameter bantalan, ketebalan suatu benda dll. Tetapi terkadang juga kita tidak
membutuhkan hasil pengukuran yang memiliki tingkat ketelitian tinggi. Maka dari
itu jangka sorong dibuat dengan tingkat ketelitian yang bermacam macam. Dan
berikut ini berberapa ketelitian yang biasanya digunakan dalam jangka sorong :
a). Jangka sorong dengan ketelitian 0.02 mm
b). Jangka sorong dengan ketelitian 0.05
c). Jangka sorong dengan ketelitian 0.1
Untuk memudahkan kita dalam menggunakan jangka sorong, terdapat
salah satu macam jangka sorong yang bernama jangka sorong analog, pada
dasarnya fungsinya sama dengan jangka sorong yang sering kita gunakan (jangka
sorong manual). Hanya saja jangka sorong analog ini kita tidak perlu susah susah
dalam membacanya, kita tinggal mengukur dan hasil pengukuran akan langsung
muncul di layar pada jangka sorong
Gambar 1.2 Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm
Bagian-bagian Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari rahang tetap dan ragang geser. Rahang tetap dan
geser ada yang di atas dan di bawah. Dalam jangka sorong terdapat 2 skala. Skala
utama pada rahang tetap dan skala nonius (renvier*) di rahang gesernya.Skala
utama memiliki skala dalamm satuan cm dan mm sedangkan skala pada nonius
memiliki panjang 9 mm yang dibagi menjadi 10 skala.Sobat hitung pahami betul
| 3331140208
bagian-bagian ini karena akan memudahkan sobat tahu bagaimana cara
menggunakan jangka sorong nantinya.
Gambar 1.3 Bagian-bagian Jangka sorong
Fungsi Jangka Sorong
1. Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan
ketelitian sampai 0,1 mm. (rahang tetap dan rahang geser bawah)
2. Rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur
diameter benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll.
3. Tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman
seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil.
Kegunaan dan fungsi jangka sorong – Jangka sorong adalah alat ukur yang
ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian,
bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung
pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan digital. Pada
versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang
dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Kegunaan jangka sorong adalah:
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
| 3331140208
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur. Bagian pengukur
tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Sifat-Sifat Alat Ukur
Rantai Kalibrasi (Chain Calibration)
Kalibrasi (peneraan) pada dasarnya serupa dengan pengukuran yaitu
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dlama kalibrasi yang
diukur adalah yang objek ukur yang diketahui “harga sebenarnya” yang menjadi
acuan kalibrasi. Harga sebenarnya adalah harga yang dianggap benar dalam
kaitannya dengan “tingkat kebenaran” yang diperlukan oleh alat ukur yang
dikalibrasi
Keterlacakan (Traceability)
Dengan menjalankan system kalibrasi berantai, setiap alat ukurakan
memiliki keterlacakan (Traceability) yaitu sampai sejauh mana mata rantai
kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seorang dapat menyatakan bahwa
keterlacakan suatu alat ukur (misalnya alat ukur kerja) adalah sampai mata rantai
ke 2 berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi dengan memakai acuan standar
kerja yang mana acuan standar kerja ini pernah dikalibrasi dengan alat ukur
standar.
Kecermatan (Resolution)
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara
pembacaannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk
kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu arti jarak antar garis
skala.
Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,sesuai
dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dalam hal ini,kepekaan alat ukur
adalah kemampuan alat ukur untuk menerima,mengubah dan meneruskan isyarat
| 3331140208
sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat atau pengolah data
pengukuran).Secara matematis kepekaan didefinisikan sebagai kemiringan grafik
antara keluaran (output) sebagai fungsi masukan (input), yaitu : kepekaan = dy/dx.
Keterbacaan (Readability)
Karena pengamat akan dapat lebih mudah dan cepat membaca hasil
pengukuran, maka secara umum keterbacaan penunjuk digital dikatakan lebih
tinggi daripada keterbacaan skala dengan jarum penunjuk, garis indeks, atau garis
indeks dengan skala nonius. Istilah keterbacaan dalam metrology secara khusus
lebih dikaitkan pada bagian penunjuk dengan skala.
Histerisis
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah secara berlawanan
(mulai dari 0 hingga skala maksimum kemudian diulang dari skala maksimum
sampai skala nol). Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat
ukur
Kepasifan (Passivity)
Kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan “perjalanan isyarat”
mulai dari sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur dapat memiliki kepekaan
tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau sebaliknya, sebab antara kepekaan dan
kepasifan tidak ada kaitannya. Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan sebab alat
ukur akan cepat reaksinya, terutama pada bagian pengubahnya yang dirancang
dengan memperhatikan hal itu.
Pergeseran (Shifting)
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser dari
posisi semestinya. Proses pergeseran biasanya berjalan lambat dan pengamat tak
menyadari gara-gara jarum penunjuk atau pena pencatat berfungsi secara dinamik
mengikuti perubahan isyarat sensor. Jadi, pergeseran merupakan suatu penyimpangan
yang membesar dengan berjalannya waktu.
| 3331140208
Kestabilan Nol (Zero Stability)
Jika pergeseran merupakan perubahan yang menyebabkan penyimpangan yang
membesar dengan berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi penyebab
penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau berubah-ubah secara rambang
(Acak) tak stabil.
Pengambangan (Floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selaluberubah posisinya
atau angka terakhir penunjuk digital berubah-ubah. Halini disebabkan oleh adanya
gangguan (noise) yang menyebabkan perubahan kecil yang”dirasakan sensor” yang
kemudian diperbesar olehbagian pengubah alat ukur
Faktor Kesalahan Pengukuran.
1) Penyimpangan yang berasal dari alat ukurAlat ukur yang digunakan harus
mendapat tera teliti. Dengandemikian, proses pengukuran akan bebas dari
penyimpangan yang merugikanyang biasanya berasal dari alat ukur.
Apabila alat ukur sering dipakai danbelum dikalibrasi ulang ada
kemungkinan timbul sifat-sifat yang merugikanseperti histerisis,
kepasifan, pergeseran, dan kestabilan nol yang jelek.
2) Penyimpangan yang berasal dari benda ukurSetiap benda elastic akan
mengalami deformasi (perubahanbentuk) apabila ada beban yang beraksi
padanya. Beban ini dapat disebabkanoleh tekanan sensor kontak alat ukur,
berat benda ukur sendiri,( yangdiletakkan di antara tumpuan), dan tekanan
penjepit penahan benda ukur.Meskipun harga deformasi ini dianggap kecil
dan sering diabaikan dalamperhitungan kekuatan, dalam hal pengukuran
geometric yang cermat membuatdeformasi ini menjadi bermakna untuk
diperhitungkan dan dapat menjadisumber kesalahan sistematik.
3) Penyimpngan yang berasal dari posisi pengukuran Sesuai dengan prinsip
ABBE, yakni “Garis ukur harus berimpit dengan garis dimensi”. Apabila
garis ukur, yaitu garis pada skalaukur, tidak bermpit dengan garis dimensi
objek ukur melainkan membuatsudut sebesar teta, hasil pengukuran akan
| 3331140208
lebih besar daripada dimensisebenarnya. Semakin besar sudut teta
kesalahan ini akan membesar sesuaidengan membesarnya sisi miring pada
segitiga siku-siku mengikuti rumuskosinus. Oleh karena itu, kesalahan ini
sering disebut kesalahan kosinus.
4) Penyimpangan yang berasal dari lingkungan Sesuai dengan prinsip yang
menyatakan bahwa “Lingkungan harus memberikan kenyamanan bagi
pengukur”. Jika persyaratan ini dipenuhi, pada umumnya akan memenuhi
persyaratan yang diminta alat ukur dan benda ukur
1.2 Cara Menggunakan Jangka Sorong
Berikut ini cara menggunakan jangka sorong dalam beberapa langkah.
1. Awal persiapan, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan
rahang geser bekerja dengan baik. Sobat hitung jangan lupa untuk cek ketika
rahang tertutup harus menunjukkan angka nol. Jika tidak menunjukkan angka
nol sobat bisa mensettingnya.
2. Langkah/ cara menggunakan jangka sorong selanjutnya adalah membersihkan
permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada benda yang
menempel yang bisa sebabkan kesalahan pengukuran.
3. Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi benda
sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca
skalanya.
Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk mengukur diameter
Mengukur diameter sama seperti pengukuran sebelumnya, bedanya kalau tadi
menggunakan rahang bagian bawah, untuk pengukuran diameter menggunakan
rahang atas. Cara Menggunakannya, rapatkan rahang atas lalau tempatkan benda
(cincin) yang akan diukur diameternya. Tarik rahang geser hingga kedua rahang
menempek dan menekan bagian dalam benda. Patikan bahwa dinding bagian
dalam benda tegak lurus dengan skala dalam artian benda jangan sampai miring.
Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk Mengukur Kedalaman
| 3331140208
Cara menggunakan jangka sorong untuk kedaaman prinsipnya sama dengan
mengukur panjang benda dan diameter. Sobat hitung cukup menempatkan benda
yang akan diukur kedalamannya pada tangkai ukur. Tarik rahang geser hingga
menyentuk permukaan dalam (dasar lubang).Usahakan benda yang diukur
kedalamannya dalam keadaan statis (tidak Bergeser)
Adapun penggunaan jangka sorong tersebut, adalah sebagai berikut :
Mengukur Diameter Luar Benda
Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:Putarlah pengunci
ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong, geser
rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda , geser agar
rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
Mengukur Kedalaman Benda
Cara mengukur kedalaman benda : Putarlah pengunci ke kiri, buka
rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabung, putar pengunci ke
kanan
1.3 Cara Membaca Jangka Sorong
Berikut adalah Cara Membaca Jangka Sorong :
1. Lihat skala utama, sobat lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka
nol di skala nonius. Bisa menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada
skala utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang terdekat
di kirinya. Pada tahap ini sobat hitung baru mendapatkan ketelitian sampai 1
mm
2. Lihat Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan
garis di skala utama. Pengukuran ini punya ketelitian hingga 0,1 mm
3. Jumlahkan
| 3331140208
Berikut ini ilustrasi cara membaca pengukuran panjang suatu benda
dengan menggunakan jangka sorong atau caliper (vernier caliper). Ketelitian
sebuah jangka sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm.
Perhatikan contoh gambar pengukuran dengan jangka sorong berikut!
Gambar 1.4 Contoh cara membaca Jangka sorong
Buka rahang geser jangka sorong ke sebelah kanan untuk memudahkan
memasukkan benda yang akan diukur.
Geser lagi rahang ke sebelah kiri dengan rapat agar mendapatkan hasil
pengukuran yang optimal.
Ada dua angka NOL pada jangka sorong di bawah. Yang pertama pada
skala atas (ujung kiri), yang kedua di baris bawahnya agak ke tengah.
Perhatikan garis pertama sebelum angka NOL yang bawah. setelah angka
1 adalah 1,1, kemudian 1,2, 1,3 dan seterusnya. Sehingga disini kita dapat angka
1,2.
Perhatikan garis yang berhimpit antara skala atas dan skala bawah, cari
yang nyambung dengan lurus garis atas dan bawahnya. Di contoh didapat angka 6
atau sesungguhnya 0,06 .
Jumlahkan dua angka yang di dapat tadi.
L = x ± Δ x
| 3331140208
Bagaimana Cara Penyajian atau Pelaporan Data pada Hasil Pembacaan
Jangka Sorong?
Seperti telah disebutkan di atas, ketelitian jangka sorong atau skala terkecil
jangka sorong adalah 0,01 cm. Misalkan dari sebuah pengukuran yang dilakukan
diperoleh nilai panjang sebuah pelat besi adalah 1,48 cm. Angka ini, yang
diperoleh dari hasil pengukuran tadi, masih dipandang sebagai nilai pendekatan
saja. Jadi nilai "aslinya" panjang pelat besi berapa, belum tahu juga karena jika
diukur dengan alat yang lebih teliti lagi akan diperoleh hasil yang berbeda.
Maka penyajian atau pelaporan datanya adalah :
(1,48 ± 0,005) cm
atau seperti berikut juga boleh, menyesuaikan jumlah desimal depan dan
belakangnya:
(1,480 ± 0,005) cm
dan bukan seperti berikut:
(1,48 ± 0,01 ) cm
Jadi cara pelaporan data hasil pengukuran adalah:
L = x ± Δ x
Dimana x adalah hasil yang nampak di pengukuran kita, dengan Δx adalah
ketidakpastiannya atau bahasa gampangnya kurang lebihnya, dimana Δx = 1/2 ×
ketelitian alat.
Sebagai contoh jangka sorong di atas, ketelitiannya atau skala terkecilnya
adalah 0,01 cm, sehingga
Δ x = 1/2 × 0,01 cm = 0,005 cm.
| 3331140208
BAB II
TEORI PERHITUNGAN
2.1 Persentase Kesalahan Relatif pada Tiap Pengukuran
1) Benda A
Diketahui : rata-rata hasil pengukuran
Ditanya : a. SM (Salah Mutlak)
b. SR (Salah Relatif)
c. PK (Persentase Kesalahan)
Jawab :
Salah Mutlak
SM = 0,5 x SPTk
SPTk (Ketelitian alat ukur) = 0,05 mm
SM = 0,5 x 0,05 mm = 0,025 mm
Salah Relatif
SR= Salah MutlakHasil Pengukuran
=SMHP
HP (Hasil pengukuran) = ……
SR= Salah MutlakHasil Pengukuran
=0,025… ….
=…
Persentase Kesalahan
| 3331140208
PK = SR x 100%
PK = …….. x 100 % = ……….. %
Diameter Dalam
HP (mm) SM SR PK (%)
Dd1 6.83 0.025 0.0037 0.37
Tabel 2.1 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Diameter Dalam Benda A
Diameter Luar HP (mm) SM SR PK (%)
D1 30.08 0.025 0.0008 0.08
D2 31.62 0.025 0.0008 0.08
D3 26.15 0.025 0.0010 0.10
D4 18.05 0.025 0.0014 0.14
D5 20.22 0.025 0.0012 0.12
D6 18.18 0.025 0.0014 0.14
D7 24.10 0.025 0.0010 0.10
D8 20.02 0.025 0.0012 0.12
Tabel 2.2 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Diameter Luar Benda A
Ketinggian HP (mm) SM SR PK (%)
T1 12.13 0.025 0.0021 0.21
T2 9.20 0.025 0.0027 0.27
T3 3.27 0.025 0.0077 0.77
T4 3.60 0.025 0.0069 0.69
T5 1.37 0.025 0.0183 1.83
T6 2.20 0.025 0.0114 1.14
T7 7.50 0.025 0.0033 0.33T8 10.60 0.025 0.0024 0.24T9 71.23 0.025 0.0004 0.04
Tabel 2.3 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Ketinggian Benda A
Kedalaman HP (mm) SM SR PK (%)
K1 24.25 0.025 0.0010 0.10
Tabel 2.4 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Kedalaman Benda A
Notasi HP (mm) SM SR PK (%)
N1 23.63 0.025 0.0011 0.11
| 3331140208
N2 27.05 0.025 0.0009 0.09
Tabel 2.5 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Notasi Benda A
2) Benda B
Diketahui : rata-rata hasil pengukuran
Ditanya : a. SM (Salah Mutlak)
b. SR (Salah Relatif)
c. PK (Persentase Kesalahan)
Jawab :
Salah Mutlak
SM = 0,5 x SPTk
SPTk (Ketelitian alat ukur) = 0,05 mm
SM = 0,5 x 0,05 mm = 0,025 mm
Salah Relatif
SR= Salah MutlakHasil Pengukuran
=SMHP
HP (Hasil pengukuran) = ……
SR= Salah MutlakHasil Pengukuran
=0,025…….
=…
Persentase Kesalahan
PK = SR x 100%
PK = …….. x 100 % = ……….. %
Diameter Dalam
HP (mm) SM SR PK (%)
Dd1 9.70 0.025 0.0026 0.26
| 3331140208
Tabel 2.6 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Diameter Dalam Benda B
Diameter Luar HP (mm) SM SR PK (%)
D1 25.75 0.025 0.0010 0.10
D2 18.30 0.025 0.0014 0.14
D3 13.97 0.025 0.0018 0.18
D4 15.80 0.025 0.0016 0.16
D5 13.70 0.025 0.0018 0.18
D6 14.57 0.025 0.0017 0.17
Tabel 2.7 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Diameter Luar Benda B
Ketinggian HP (mm) SM SR PK (%)
T1 37.80 0.025 0.0007 0.07
T2 2.50 0.025 0.0100 1.00
T3 5.02 0.025 0.0050 0.50
T4 2.10 0.025 0.0119 1.19
T5 3.83 0.025 0.0065 0.65
T6 8.50 0.025 0.0029 0.29
T7 16.53 0.025 0.0015 0.15
T8 78.90 0.025 0.0003 0.03
Tabel 2.8 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Ketinggian Benda B
Kedalaman HP (mm) SM SR PK (%)
K1 16.80 0.025 0.0015 0.15
Tabel 2.9 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Kedalaman Benda B
Notasi HP (mm) SM SR PK (%)
N1 18.50 0.025 0.0014 0.14
N2 21.20 0.025 0.0012 0.12
Tabel 2.10 Perhitungan Persentase Kesalahan Relatif Notasi Benda B
2.2 Persentase Kesalahan Relatif Rata-rata
1) Benda A
Diketahui :
a) PK D1 : 0,08%
| 3331140208
b) PK D2 : 0,08%
c) PK D3 : 0,10%
d) PK D4 : 0,14%
e) PK D5 : 0,12%
f) PK D6 : 0,14%
g) PK D7 : 0,10%
h) PK D8 : 0,12%
i) PK Dd1 : 0,37%
j) PK T1 : 0,21%
k) PK T2 : 0,27%
l) PK T3 : 0,77%
m) PK T4 : 0,69%
n) PK T5 : 1,83%
o) PK T6 : 1,14%
p) PK T7 : 0,33%
q) PK T8 : 0,24%
r) PK T9 : 0,04%
s) PK K1 : 0,10%
t) PK N1 : 0,11%
u) PK N2 : 0,09%
Jawab :
PK Rata−rata=
0,08+0,08+0,10+0,14+0,12+0,14+0,10+0,12+0,37+0,21+0,27+0,77+0,69+1,83+1,14+0,33+0,24+0,04+0,10+0,11
+0,0921
PK Rata−rata=7,0 621
=0,34 %
2) Benda B
Diketahui :
a) PK D1 : 0,10%
b) PK D2 : 0,14% | 3331140208
c) PK D3 : 0,18%
d) PK D4 : 0,16%
e) PK D5 : 0,18%
f) PK D6 : 0,17%
g) PK Dd1 : 0,26%
h) PK T1 : 0,07%
i) PK T2 : 1,00%
j) PK T3 : 0,50%
k) PK T4 : 1,19%
l) PK T5 : 0,65%
m) PK T6 : 0,29%
n) PK T7 : 0,15%
o) PK T8 : 0,03%
p) PK K1 : 0,15%
q) PK N1 : 0,14%
r) PK N2 : 0,12%
Jawab :
PK Rata−rata=
0,10+0,14+0,18+0,16+0,18+0,17+0,26+0,07+1,00+0,50+1,19+0,65+0,29+0,15+0,03+0,15+0,14+0,12
18
PK Rata−rata=5,471 8
=0,30 %
PK Rata-Rata Keseluruhan
Diketahui :
a) PK Rata-rata Benda A: 0,34%
b) PK Rata-rata Benda B: 0,30%
Jawab :
PK Rata−rata=0,34+0,302
=0,6 42
=0,32 %
| 3331140208
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
Fungsi jangka sorong adalah :
a). Untuk mengukur diameter luar suatu benda
b). Untuk mengukur diameter dalam suatu benda
c). Untuk mengukur kedalaman suatu benda
d). Untuk mengukur ketebalan suatu benda
Cara Menggunakan Jangka Sorong
1. Awal persiapan, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan
rahang geser bekerja dengan baik. Sobat hitung jangan lupa untuk cek
ketika rahang tertutup harus menunjukkan angka nol. Jika tidak
menunjukkan angka nol sobat bisa mensettingnya.
2. Langkah/ cara menggunakan jangka sorong selanjutnya adalah
membersihkan permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada
benda yang menempel yang bisa sebabkan kesalahan pengukuran.
3. Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi benda
sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca
skalanya.
Cara Membaca Jangka Sorong :
1. Lihat skala utama, sobat lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka
nol di skala nonius. Bisa menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada
| 3331140208
skala utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang
terdekat di kirinya. Pada tahap ini sobat hitung baru mendapatkan
ketelitian sampai 1 mm
2. Lihat Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit
dengan garis di skala utama. Pengukuran ini punya ketelitian hingga 0,1
mm
3. Jumlahkan
PK Rata-Rata Keseluruhan
Diketahui :
a) PK Rata-rata Benda A: 0,34%
b) PK Rata-rata Benda B: 0,30%
Jawab :
PK Rata−rata=0,34+0,302
=0,642
=0,32%
4.2 Saran
Menurut saya saran untuk Laboratorium adalah lebih ditingkatkan lagi
kerapihan labnya, kemudian jika bisa laboratorium pengukuran ruangannya
berbeda dengan laboratorium prestasi mesin, agar lebih tertata.
Kemudian dalam pembuatan jadwal praktikum agar disesuaikan dengan
KRS sehingga tidak ada benturan waktu antara praktikum pengukuran dengan
mata kuliah atau praktikum lainnya.
| 3331140208
DAFTAR PUSTAKA
Asisten Laboratorium Pengukuran. 2015. Modul Praktikum Laboratorium
Pengukuran Teknik. Cilegon : FT UNTIRTA
http://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong
http://fisikastudycenter.com/animasi-fisika/284-cara-membaca-jangka-sorong
http://komponenelektronika.biz/fungsi-jangka-sorong.html
http://www.academia.edu/7306214/JANGKA_SORONG_metrologi_industri
http://teknisi-otomotif.blogspot.com/2014/10/fungsi-dan-carah-kerjas-jangka.html
| 3331140208
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktikum Pengukuran yang berjudul “Jangka Sorong” ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Laporan Praktikum
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan Praktikum ini penulis akui masih banyak kekurangan, karena
pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Cilegon, Mei 2015
Penulis
| 3331140208
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR …………………………………………….....
DAFTAR ISI ………………………………………………………...
BAB I JANGKA SORONG
1.1 Pengertian Jangka Sorong ….……………………………….
1.2 Cara Menggunakan Jangka Sorong …..……………………..
1.3 Cara Membaca Jangka Sorong …..……………………….....
BAB II TEORI PERHITUNGAN
2.1 Persentase Kesalahan Relatif pada Tiap Pengukuran ……....
2.2 Persentase Kesalahan Relatif Rata-rata …………………….
BAB III GAMBAR BENDA UKUR
3.1 Gambar 2D (Manual) ………………………………………..
3.2 Gambar 3D (Solidwork) ……………………………………..
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan …………………………………………………..
4.2 Saran ………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..
GAMBAR SKETCH
BLANGKO
| 3331140208
BAB III
GAMBAR BENDA UKUR
3.1 Gambar 2D (manual)
Terlampir
3.2 Gambar 3D (Solidworks)
Terlampir
| 3331140208
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK
Tanggal Penerimaan Laporan
Tanggal Pengumpulan Revisi
Nilai Paraf
Keterangan :
| 3331140208