Download - Laporan Iut II
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pembuatan konstruksi jembatan, gedung, bendungan dan lainnya sangat perlu
diperhatikan bagaimana letak yang baik dan cocok dengan rencana yang diinginkan serta
bagaimana mencari titik pedoman ketinggian.
Pengukuran tempat atau letak lokasi untuk pembuatan suatu konstruksi dapat
dilakukan dengan beberapa pengukuran dan diantaranya pengukuran tanah yang dikenal
sejak dahulu dan menjadi suatu bidang ilmu pengukuran yang disebut ilmu ukur tanah.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mendapat titik pedoman ketinggian tanah atau ketinggian yang direncanakan
perlu adanya suatu pengukuran yang baik dan benar. Tujuan pengukuran sangat penting
karena akan mendapatkan letak pembuatan suatu bentuk konstruksi yang direncanakan.
C. Pembahasan Masalah
Dalam hal ini bagaimana penerapannya di lapangan dan bagaimana dalam
menggunakan alat pengukur. Serta bagaimana melakukan pengukuran kontur baik secara
langsung maupun tidak langsung, pengukuran luas suatu daerah dan pengukuran
kelengkungan horizontal, serta dalam menggunakan alat yang tepat dalam pengukuran
tersebut.
D. Metode Pembahasan
Pengambilan pembahasan dilakukan dengan menggunakan suatu metode studi
literatur, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari macam-macam buku yang
berhubungan dengan permasalahan dan juga dengan menggunakan metode pengambilan
data-data di lapangan.
Jurusan Teknik Sipil 1 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kontur
Kontur adalah garis-garis pandangan atas pada gambar yang mnghubungkan titik
pertemuan antara bidang miring dengan bidang-bidang datar dengan dasar timggi permukaan
laut. Peta kontur adalah pandangan atas dari kumpulan-kumpulan garis kontur yang
menggambarkan keadaan perbedaan tinggi tanah.
Catatan :
Garis kontur di daerah pegunungan akan lebih rapat bila dibandingkan dengan garis kontur
di daerah yang rata atau datar.
Sedangkan yang dimaksud dengan interval adalah selisih ketinggian antara suatu titik
dengan titik yang lain dalam satu meter. Interval antara garis kontur dipilih angka yang
sama dengan angka setengah (½) ribuan skalanya.
Contoh :
Skala 1 : 10.000 maka angka intervalnya = ½ dari 10 = 5 penggambaran kontur.
1. Cara penggambaran garis kontur.
Adapun penggambilan gambar garis kontur ini dapat dibagi dengan dua cara
a. Cara Langsung
Dengan cara ini di ikuti secara fisis pada permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah
kebalikan dari sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik akan diketahui dan ini
sangat diperlukan pada penarikan garis kontur.
Untuk menentukan posisi kontur dilakukan dua tahap pekerjaan :
i. Sifat datar
ii. Pematokan
2. Cara tidak langsung
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung, kecuali beberapa
titik tinggi ditentukan dan posisi garis-garis kontur ditentukan dengan cara
interpolasi.
Cara ini dilakukan dengan dengan tiga tahap :
1. penentuan gird
2. sifat datar
3. interpolasi garis kontur, yang dibagi dengan dua cara :
a. Secara Matematis
Posisi daripada kontur dapat diinterpolasi secara matematis dari titik yang
diketahui tingginya secara sederhana.
Jurusan Teknik Sipil 2 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
b. Secara Grafis
Adalah bagian grid yang menggambarkan ketinggian titik.
2. Kegunaan Peta Kontur
Peta kontur adalah yang paling baik untuk keperluan pengukuran pemetaan untuk membuat
bangunan.
a.Penampang tegak
Garis kontur dimana diperlukan penampang tegak sepanjang garis XX dan XY atau
penggambaran sifat datar dari profil.
b. Perencanaan Galian dan timbunan
c.Pekerjaan membuat proyek yang mempunyai kemiringan.
B. Poligon
Prinsip dari poligon theodolite adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang dari
gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan
pemetaan dari suatu daerah tertentu. Sudut jurusan dan jarak kemudian digambarkan
dengan busur derajat atau dengan sistem koordinat. Sudut-sudut diukur dengan theodolite
searah jarum jam dan sudut jurusan dihitung dari sudut-sudut yang diukur. Jarak mendatar
dari setiap garis poligon harus diukur, dibandingkan dengan pengukuran sudut, pengukuran
jarak biasanya lebih sulit dan untuk mencapai hasil yang baik harus dilakukan pengukuran
yang teliti dan cermat dan diberikan koreksi-koreksi untuk mendapat jarak mendatar
Adapun macam- macam dari poligon adalah :
a. Poligon Terbuka
Pada poligon ini, kesalahan dalam pengukuran sudut maupun jarak tidak dapat dikontrol
atau diketahui. Kontrol dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang untuk
keseluruhan poligon atau melakukan pengukuran dengan arah yang berlawanan.
b . Poligon Tertutup
Pada poligon titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang sama. Panjang daripada
garis dan sudut-sudut diukur, sudut-sudut yang diukur dinyatakan dengan garis tebal adalah
sudut luar dari poligon. Dan pengukuran dilakukan searah jarum jam,dan juga dapat
dilakukan pengontrolan dalam pengukuran.
c . Poligon Tertutup antara dua titik
Pada poligon ini, pengukuran dimulai dari dua titik yang diketahui, dalam poligon ini dapat
dilakukan pengontrolan.
Theodolit konvensionil tidaklah mengukur sudut jurusan melainkan mengukur sudut peralatan
seperti kompas atau giro dapat dipasangkan untuk memungkinkan theodolite mendapatkan arah
utara magnetik atau arah utara sebenarnya, tetapi peralatan demikian jarang digunakan. Karena
arah utara pendekatan dapat ditentukan dengan bantuan peta topografi, dan biasanya di lapangan
kita tentukan suatu titik mudah dikenal seperti puncak-puncak gedung sebagai acuan
pengukuran.
Jurusan Teknik Sipil 3 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Untuk melaksanakan suatu pengukuran poligon dibutuhkan minimum empat surveyer,
dimana tugas mereka adalah :
1. memilih titik-titik yang memenuhi syarat
2. mengukur jarak antara dua titik
3. untuk memasang dan memindahkan target dari titik ke titik
4. mengukur dan mencatat sudut hasil ukuran
5. memonumenkan dan mengabadikan titik-titik untuk keperluan lebih lanjut.
C. Pengukuran suatu sudut mendatar ( pengukuran sat seri
ganda )
Jika secara tepat diletakkan diatas titik survei dan ditegakkan dengan benar, theodolite
dapat digunakan dalam dua kedudukan :
a. kedudukan biasa
b. kedudukan luar biasa
Alat ukur dikatakan dalam kedudukan biasa jika lingkaran tegak terletak pada bagian kiri
pengamat jika dia membidik objek, untuk membidik objek yang sama pada kedudukan luar
biasa, pengamat harus memutar alat ukur secara mendatar sebesar 180º sampai lensa
pengamat kira-kira mengarah ke target. Kemudian terdorong diputar mengelilingi
sumbunya sehingga membuat sisi obyektif teropong menghadap target. Lingkaran tegak
sekarang akan terletak di sebelah kanan pengamat. Langkah-langkah ini dikenal sebagai
pengalihan (transitting) teropong.
D. Pengaruh penyetelan alat tidak sempurna
Pengaruh kemiringan sumbu tegak tidak begitu membahayakan dan pada kenyataannya
ketidaksempurnaan yang pada umumnya terjadi tidak berpengaruh terhadap pengukuran dengan
theodolite konvensional.
Sudut-sudut yang diukur antara titik dengan perbedaan tinggi yang besar akan salah.
Walaupun begitu, harga menengah pembacaan biasa dan luar biasa adalah benar.
Hanya satu ketidaksempurnaan yang secara material mempengaruhi pengukuran sudut
tegak. Seperti telah dijelaskan, sudut tegak diukur dari suatu garis kearah tanda indeks pada
vernier. Karena itu, jika teropong pada kedudukan mendatar panah indeks harus membaca nol,
dan karena panah-panah indeks tersebut di ikatkan pada nivo tabung ketinggian, gelombang nivo
tabung ketinggian harus diletakkan di tengah.
E. Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran antara lain :
1.Theodolite
Theodolite adalah suatu alat untuk mengukur sudut. Pada pengetahuan pertama alat ini
terlihat sebagai suatu alat yang agak rumit, tetapi cara kerjanya dapat dipelajari dengan lebih
cepat, jika alat-alat ini dipisah-pisahkan dalam bentuk bagan (diagram) ke dalam bagian-
bagiannya secara terpisah dan masih asing dijelaskan secara mandiri.
Jurusan Teknik Sipil 4 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
2. Tripot / statip / kaki tiga
Digunakan untuk menunjang theodolite.
Jurusan Teknik Sipil 5 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
3. Landasan Theodolite
Landasan theodolite adalah dasar alat ukur yang datar yang di sekrupkan pada tripot
dan menunjang kaki-kaki sekrup penegak.
4. Tribrach
Tribrach adalah alat ukur yang menunjang bagian yang lain. Tribrach ini mempunyai
bagian yang berlekuk, dudukan yang berbentuk seperti kerucut yang mana bagian-bagian alat
ukur yang lain ditumpangkan diatasnya. Jika alat ukur sedang dipakai maka tribrach harus
benar-benar mendatar.
5. Pengaturan Penegakan
Untuk memungkinkan tribrach ditegakkan, sekrup-sekrup penegak dipasangkan antara
tribrach dengan landasan theodolite. Gerakan sekrup-sekrup kaki akan mengetengahkan
gelembung nivo tabungan yang terletak pada piringan penutup lingkaran mendatar.
Kepekaan nivo tabung ini sekitar dua mm sama dengan 40 detik sudut.
6. Lingkaran Mendatar atau piringan bawah
Lingkaran mendatar ini dipasangkan diatas gelondong (spindle) yang berlekuk.
Gelondong ini dipasangkan pada yang berlekuk dari tribrach. Gelondong ini bebas berputar
dalam tribrach , lingkaran ini dapat diputar dan dihentikan dalam sembarang kedudukam
dengan menggunakan sekrup pengunci yang dikeraskan. Walaupun telah dikeraskan, sedikit
gerakan masih mungkin dilakukan dengan sekrup gerakan halus yang disebut sekrup
tangensial.
7. Piringan penutup pada lingkaran mendatar atau piringan atas
Piringan penutup pada suatu gelombang pusat yang terpasang dalam kedudukan
berlekuk dari lingkaran.
8. Sekrup-skrup pengunci piringan atas dan bawah
Jika pengunci piringan atas dikeraskan, hubungan antar vernier dan piringan bawah
akan tetap. Karena itu, keduanya dapat diputar bersamaan untuk diarahkan pada arah yang
diinginkan. Sebagai alat untuk membidik suatu teropong dipasang pada piringan penutup,
teropong dan vernier akan berjalan diatas piringan bawah yang diam, perbedaan pembacaan
pada piringan bawah menyatakan besar sudut.
9. Sumbu pengalihan atau sumbu trunnion
Sumbu pengalihan pada badan dudukan dn dikokohkan kedudukannya oleh skrup
pengunci. Teropong dan lingkaran tegak bertumpu pada suumbu pengalihan.
10. Nivo tabung tinggi
Sudut –sudut yang diukur dalam suatu bidang tegak lurus harus diukur nisbi (relatif)
terhadap suatu garis mendatar.
Jurusan Teknik Sipil 6 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
11. Gerakan pengunting
Alat ini dilengkapi dengan suatu gerakan pengunting yang umumnya dipasang diatas
tribrach yang memungkinkan keseluruhan alat yang terletak diatas tribrach untuk bergerak
relatif terhadap tribrach.
F. Pengukuran suatu sudut tegak
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Mengatur alat ukur pada kedudukan biasa dan gerakan gelembung nivo ketinggian
ketengah dengan skrup penjepit.
2. Mengimpitkan dengan teliti pada taget dan cek, apakah gelembung nivo tetap berada
ditengah. Umumnya gelembung akan bergeser dari tengah sehingga harus ditegakkan
kembali sebelum membaca vernier. Catat pembacaan vernier kemudian masukkan dalam
tabel.
3. Mengalihkan (transit) teropong dan bidik kembali target. Cek apakah gelembung nivo
tabung ketinggian tetap berada ditengah dan jika tidak, diketengahkan lagi. Baca vernier
dan masukkan pembacaan-pembacaan dalam tabel.
G. Pengukuran dengan menggunakan theodolite
1. Poligon
a. unsur-unsur yang penting dalam pengukuran poligon :
1. sudut jurusan
2. jarak (d)
3. sudut antara dua arah
b. penentuan sudut tegak dihitung berdasarkan arah kutub utara ke arah jarum jam bergerak.
c. Harga-harga dari absis dan ordinat (X ; Y), ketanda positif atau negatif, sesuai keadaan.
d. Prinsip dasar mencari sudut jurusan :
1. sudut yang diukur = (akhir – awal) = n . 180 + f
2. f = koreksi sudut yang diberikan merata pada masing-masing titik.
e. Koreksi sudut
1. sudut dalam (poligon terbuka dan tertutup ), rumus = (n -2) . 180
2. sudut luar (poligon tertutup) dengan rumus = (n + 2) .180
Azimut awal – azimut akhir
1. untuk poligon tertutup = 0º 0’ 0”
2. untuk poligon terbuka tergantung sudut awal dan titik akhir.
f. Koreksi jarak
Jarak antara dua titik pertama dikurangi dengan jarak antara titik terakhir.
Jurusan Teknik Sipil 7 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
H.Mencari Beda Tinggi Untuk Menghitung Volume Galian Dan Timbunan
a. Mencari beda tinggi
1. Dengan mengetahui titik elevasi (BM) kita bisa mengetahui ketinggian dimana pesawat
theodolite kita tempatkan beserta ketinggian tanah disekitarnya, yaitu dengan
membidikkan rambu ukur yang diletakkan pada titik yang ingin kita ketahui
ketinggiannya, setelah itu baca rambu ukur pada benang atas, benang tengah, dan benang
bawah.
Bacaan benang atas dan benang bawah digunakan untuk mengetahui jarak dari pesawat
ke rambu ukur, sedangkan benang tengah digunakan untuk mengukur beda tinggi antara
pesawat dan titik dimana rambu ukur diletakkan.
2. Perhitungan jarak adalah benang atas dikurangi dengan benang bawah dikalikan dengan
100, jarak tersebut menjadi satuan meter.
Contoh : ( 1,404 – 1,490 ) x 100 = 8,5 m
3. Perhitungan beda tinggi adalah dengan menghitung selisih benang tengah dengan tinggi
pesawat dari permukaan tanah ke lensa bidik.
Contoh : a. BM =25
b. tinggi pesawat = 1,5
c. benang tengah = 1,40
BM – (bt – tinggi pesawat ) = 25 – (1,5 – 1,40) = 2,49
a. Menghitung volume galian dan timbunan
1. Untuk menghitung volume galian dan timbunan terlebih dahulu kita harus mengetahui
beda tinggi atau ketinggian titik pada areal yang direncanakan juga bentuk serta luas areal
kerja, dengan cara membagi areal tersebut menjadi beberapa segmen, dan pada setiap
segmen kita ukur ketinggian titiknya.
2. Setelah kita mngetahui ketinggian titik-titik pada setiap segmen, maka kita akan
mengetahui beda tingginya dengan titik-titik yang kita rencanakan, serta dapat
mengetahui kemiringan pada setiap tepi (sisi) galian atau timbunan yang kita rencanakan.
3. Apabila kita telah menghitung luas dari setiap potongan segmen melintang, maka kita
telah dapat menghitung volume galian dan timbunan dengan cara mengitung luas rata-
rata antara dua segmen dan dikalikan dengan jarak antara dua segmen itu sendiri maka
kita akan mendapatkan volume antara dua segmen tersebut.
Contoh :
Segmen A mempunyai luas 3,2 m² dan segmen B mempunyai luas 3,4 m² dan jarak
antara keduanya 5 m, maka volume galian dan timbunan yang didapat adalah 3,3 m² x 5 m =
16,5 m³ sedang untuk perhitungan selanjutnya adalah antara segmen B dan C, begitulah
Jurusan Teknik Sipil 8 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
selanjutnya sehingga seluruh volume antara segmen dijumlahkan akan mendapatkan volume
total timbunan dan galian.
I. Total Station
Total Station adalah alat yang di gunakan untuk menentukan survey dan pemetaan. Pada
alat ini memiliki prinsip pengukran servey dan pemetaan termasuk kategori “DIGITAL”.
Prinsip kerjanya sama dengan Theodolit namun pada Total Station ini memilih 2 Tools ang
saling berkaitan :
A. INSTRUMENT
Yang berperan seagai instrument ini adalah alay ukur (TOTAL STATION) Untuk
membaca dan sekaligus mengolah data yang di sorot melalui target.
B. TARGET
Berupa alat yang tediri dari bahan baja yang pipih ditengah-tengahnya prisma
yang dapat mementulkan informasi dari pembacaan yang dilakukan oleh instrument.
Target juga dapat dipasangkan pada bagian bawah pada instrument
Menu-menu utama pada total Station
Job Manager
Berisi file (Name, Client, Comment) menu ini dapa digunakan 1 kali
pekerjaan.
Station Set Up
Collection
Berupa : Control, Pengaturan Sidedhot, dan Pengaturan yang lain
Jurusan Teknik Sipil 9 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB III
JOB SHEET
JOB I
Pembuatan Kontur dengan cara Grid
Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung, kecuali beberapa
titik tinggi ditentukan dan posisi garis-garis kontur ditentukan dengan cara
interpolasi.
Cara ini dilakukan dengan dengan tiga tahap :
1. penentuan gird
2. sifat datar
3.interpolasi garis kontur, yang dibagi dengan dua cara :
b. Secara Matematis
Posisi daripada kontur dapat diinterpolasi secara matematis dari titik yang
diketahui tingginya secara sederhana.
2. Secara Grafis
Adalah bagian grid yang menggambarkan ketinggian titik.
Kesimpulan :
1. Dari hasil perhitungan diperoleh ketinggian dari masing- masing titik di lapangan,
kemudian digambarkan garis-garis konturnya.
2. Fungsi dari kontur adalah untuk mengetahui tinggi rendahnya keadaan tanah yang
sebenarnya di lapangan.
Jurusan Teknik Sipil 10 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
JOB II
(Pembuatan Grid dengan Theodolite)
A. Maksud Pengukuran :
1. mengetahui cara Pembuatan Grid dengan Theodolite
2. Diharapkan dapat mengembangkan bentuk dan cara pembuatan grid dengan theodolite.
B. Tujuan Pengukuran :
1. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kontur berdasarkan data hasil
pengukuran dan berdasarkan skala tertentu.
2. Mahasiswa diharapkan apat menghitung pengukuran luas suatu daerah dan
pengukuran kelengkungan horizontal, serta dalam menggunakan alat yang tepat
dalam pengukuran tersebut.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan peralatan yang diperlukan dalam
pengukuran, yaitu alat sifat datar dan theodolite.
C. Peralatan yang digunakan :
1. Theodolite
2. Pen baja
3. Rambu ukur
4. Roll meter
5. Statif
D. Langkah Kerja :
1.Memasang alat di titik A,lalu menyetel kedataran.
2.Mengarahkan alat ke utara pada sudut 0º (sudut horizontal )
3.Mengukur tinggi alat,lalu membidik ke titik BM,membaca sudut BA,BB,BT dan
mengukur jarak nya.
4.Membidik ke A1,mengunci pesawat,lalu membaca sudut BA,BB,BT dan mengukur
jaraknya.
5. Membidik ke A2,mengunci pesawat,lalu membaca sudut BA,BB,BT dan mengukur
jaraknya.
6.Dengan cara yang sama ulangi untuk titik A3,A4,dst.
7.Membidik ke arah B,lalu kunci sudut horizontal dibuka,kemudian membaca sudut
sebesar 90º.
8. Dengan cara yang sama ulangi untuk titik C,D,dst.lalu mengukur jaraknya.
9. Memindahkan alat ke titik B,kemudian stel dan arahkan sama ke titik A pada sudut 0º.
10. Mengukur tinggi alat pada titik B.
11. Membidik ke B1 dengan sudut 90º ,lalu membaca sudut BA,BB,BT dan mengukur
jaraknya.
12. Dengan cara yang sama ulangi untuk titik B2,B3,dst.
Jurusan Teknik Sipil 11 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
13. Memindahkan alat ke titik C,kemudian stel dan arahkan ke titik A pada sudut 0º.
14. Mengukur tinggi alat pada titik C.
15. Membidik ke B1 dengan sudut 90º ,lalu membaca sudut BA,BB,BT dan mengukur
jaraknya.
Jurusan Teknik Sipil 12 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
JOB II I
Membuat Poligon Tertutup
(Poligon Biasa)
Lokasi : Bengkel Terbuka Teknik Sipil Polsri
A. Maksud Pengukuran :
1. Dapat mengetahui cara kerja dan maksud dari Polygon tertutup.
2. Diharapkan dapat mengembangkan bentuk dan cara pembuatan 13olygon tertutup.
B. Tujuan Pengukuran :
1. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan 13olygon tertutup berdasarkan data
hasil pengukuran dan berdasarkan skala tertentu.
2. Mahasiswa diharapkan apat menghitung luas 13olygon tertutup dan dapat
menentukan titik sebenarnya.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan peralatan yang diperlukan dalam
pengukuran, yaitu alat sifat datar dan theodolite.
C. Peralatan yang digunakan :
1. Theodolite
2. Pen baja
3. Rambu ukur
4. Roll meter
5. Statif
D.Langkah kerja :
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pengukuran.
2. Menentukan titik BM, dan menegakkan jalon di titik BM.
3. Memasang theodolite pada titik A, melevelkannya dan mengarahkan sudutnya 0º ke
arah utara.
4. Membaca Bt pada BM, membaca sudutnya, dan mengukur jarak dengan rollmeter .
5. Mengarahkan theodolite ke titik B, dan membaca Bt, sudut pengukuran, mengukur
jarak dengan theodolite serta tinggi theodolite.
6. Memindahkan theodolite ke titik C, melevelkannya dan mengarahkan sudutnya 0º
ke arah utara.
7. Membidik kembali ke titik B, membaca sudut jurusannya, lalu membidik ke titik D
dan membaca Bt, sudut pengukuran, mengukur jaraknya dengan rollmeter serta
tinggi theodolite.
8. Mengulangi pengukuran dengan cara seperti nomor 5 sampai 7, sampai ke titik
terakhir dimana poligon harus menutup.
9. Mengukur dengan ASD, menegakkan ASD di titik A lalu membidik ke titik BM
dengan sudut 0º dan membaca Bt. Memutar ASD ke titik B dan membaca Bt serta
Jurusan Teknik Sipil 13 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
sudutnya dan mengukur tinggi ASD, dengan jarak seperti pada pengukuran dengan
theodolite.
10. Memindahkan ASD ke titik C, lalu membidik ke titik B dengan sudut 0º. Memutar
ASD lalu membidik titik D, membaca Bt dan sudutnya.
11. Melakukan pengukuran seperti pada pengukuran theodolite dengan cara nomor 9
sampai nomor 10.
Kesimpulan :
Pada pembuatan poligon tertutup dengan menggunakan ASD dan theodolite, terjadi
ketelitian pembacaan sudut dimana theodolite lebih telit. Karena pembacaannya sampai pada
menit, sedang ASD pembacaannya sampai derajat. Pembacaan Bt dan pengukuran jarak dengan
rollmeter antara ASD dan theodolite tidak terdapat perbedaan sudut.
Jurusan Teknik Sipil 14 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
JOB I V
Membuat Poligon Tertutup
(Poligon Spring Stand)
Lokasi : Bengkel Terbuka Teknik Sipil Polsri
A. Maksud Pengukuran :
1.Dapat mengetahui cara kerja dan maksud dari poligon tertutup.
2.Diharapkan dapat mengembangkan bentuk dan cara pembuatan poligon tertutup.
B. Tujuan Pengukuran :
1. Mahasiswa dapat menggambarkan poligon tertutup berdasarkan data hasil
pengukuran dan berdasarkan skala tertentu.
2. Mahasiswa dapat menghitung luas poligon tertutup dan dapat menentukan titik
sebenarnya.
3. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan yang diperlukan dalam pengukuran,
yaitu alat sifat datar dan theodolite.
C. Peralatan yang digunakan :
1. Theodolite
2. Pen baja
3. Rambu ukur
4. Roll meter
5. Statif
D. Langkah-langkah kerja :
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pengukuran.
2. Menentukan Titik-titik yang akan diukur.
3. Memasang Theodolid pada titik P1, menyetel kedataran dan mengarahkannya sudut
0o kearah utara.
4. Mengukur tinggi alat,kemudian membidik ke arah BM membaca rambu
(BA,BB,BT),dan mengukur jarak serta membaca sudut.
5. Membidik ke titik 5,lalu membaca rambu ( BA,BB,BT) dan mengukur jarak serta
membaca sudut.
6. Membidik ke titik 1,lalu membaca rambu (BA,BB,BT) dan mengukur jarak serta
membaca sudut.
7. Memindahkan alat ke P2, menyetel kedataran dan mengarahkannya sudut 0o kearah
utara.
8. Membidik ke titik 1,lalu membaca rambu (BA,BB,BT) dan mengukur jarak serta
membaca sudut.
9. Membidik ke titik 2,lalu membaca rambu (BA,BB,BT) dan mengukur jarak serta
membaca sudut.
Jurusan Teknik Sipil 15 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
10. Memindahkan alat ke P3, menyetel kedataran dan mengarahkannya sudut 0o kearah
utara
11. Untuk selanjutnya,mengulangi langkah sebelumnya sampai P5.
E. Penghitungan dan Koreksi Kesalahan Penutup Poligon
Azimut A B = Azimut B A = = 180o Sudut luar ABC =
AzimutB c= 2=
Koreksi X= Koreksi X=
Terkoreksi = -koreksi X
Terkoreksi = -koreksi y
Koordinat X = Koordint Sebelumnya + Terkoreksi
Koordinat Y = Koordinat sebelumnaya + Terkoreksi
Jurusan Teknik Sipil 16 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek mulai tahap awal hingga tahap akhir dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengenal alat-alat praktek dan dapat mempergunakan alat
dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membuat kontur secara langsung maupun tidak langsung.
3. Mahasiswa dapat membuat poligon dengan theodolite, baik poligon terbuka
maupun poligon tertutup.
B. Saran.
1. Dalam praktek pada surveyor yang dilakukan harus mempergunakan waktu dengan
tepat sesuai dengan job.
2. Perhatikan petunjuk instruktur agar surveyer yang dilakukan berjalan lancar.
3. Sebelum dan sesudah praktek sebaiknya alat terlebih dahulu dicek apakah masih
dapat dipergunakan lagi.
Jurusan Teknik Sipil 17 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 18 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 19 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 20 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 21 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 22 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 23 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 24 Ilmu Ukur Tanah II
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Sipil 25 Ilmu Ukur Tanah II