Download - Laporan Ibs Spt
LAPORAN PRAKTEK PROFESI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An RDC DENGAN COLOSTOMY e/c ATRESIA ANI FISTULA
RECTOVAGINAL DI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA
TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006
OLEHMaryana
KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2006
ISNTALASI BEDAH SENTRAL RSU POLTEKKES DEPKES YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESI REANIMASI
Nama Klien : Ny. Latifah Siregar, 51 tahun
RM : 01 22 36 17
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : HNP L3,4,5
Tindakan : Laminectomi
DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)
Data Fokus:
Keluhan utama saat masuk RS: Nyeri boyok.
RPS: ± 3 bulan yang lalu klien mengalami nyeri boyok menjalar ketungkai kiri seperti
ditusuk-tusuk, dirasakan sekitar 3 bulan yang lalu. Nyeri akan bertambah berat bila klien
batuk, bersin, mengejan, kesemutan pada pada kaki kiri. Riwayat trauma (-), trauma kronis
(-), riwayat batuk lama (-), BAB (+), BAK (+). Tanggal 24-06-2009 klien berobat ke RS.
Poltekkes Depkes Yogyakarta dan dianjurkan untuk mondok dengan DX medis HNP
L3,4,5.
RPD: klien mengatakan tidak ada riwayat trauma ataupun sakit kronis, tahu-tahu boyok
pegel dan nyeri terus kesemutan.
Data subyektif:
Klien mengatakan terasa nyeri pada boyok dan menjalar ketungkai kiri seperti ditusuk-
tusuk, dirasakan sekitar 3 bulan yang lalu.
Klien mengatakan nyerinya akan bertambah berat bila untuk batuk, bersin, dan
mengejan.
Klien menyatakan bahwa ia sudah mantap menjalani operasi karena sudah tidak tahan
dengan sakitnya, tetapi masih merasa takut.
Data obyektif:
Klien dengan HNP L3, 4, 5 dan dijadwalkan operasi jam 09.30 WIB.
Kesadaran: compos mentis, Wajah klien nampak tegang
TB: 157 cm, BB: 67 kg
TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R 20 x/m, suhu: 36.60C.
Kemampuan penglihatan normal
Mulut: gigi palsu (-)
Berjalan dibantu
Dada : simetris, retraksi (-)
Jantung : S1 tunggal, S2 split tak konstan, bising (-)
Paru : simetris, sonor, ves (+), premitus +/+
Abd : supel, peristaltik (+), percusi timpani, H/L tak teraba
Ekstremitas : akral dingin, perfusi jaringan baik.
Hasil pemeriksaan MRI tanggal 20/06/09 : HNP Ringan L3,4,5-S1 dengan canal
stenoid dan penyempitan ringan neural foramen L 3-4 kanan, L 5-S1 kanan kiri.
Hasil rongent thorax : besar cor normal, bronchitis kronik.
Hasil laboratorium tanggal 23 Juni 2009: WBC : 9,66, HGB : 8 gr/dl, Neut: 6,600, PLT:
273, HCT: 41,6, BUN : 12,8, CREAT: 1,02, URIC: 4,9, CHOLESEROL :294, TG :
139, GLU: 105.
Analisa Data
No Data Masalah PenyebabDs: Klien mengatakan terasa nyeri boyok, menjalar
ketungkai kiri seperti ditusuk-tusuk, dirasakan
sekitar 3 bulan yang lalu.
Do:
Klien dengan HNP L3, 4, 5. TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R 20 x/m. Berjalan dibantu
Nyeri akut Agen injuri fisik
Ds: Klien menyatakan bahwa ia sudah mantap
menjalani operasi, tetapi masih merasa takut.Do: Wajah klien nampak tegang TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R : 20x/mnt
Cemas Krisis situasional
Asuhan keperawatan
Dx kep./ mslh kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri: fisik
NOC: Kontrol nyeri,Setelah diberi penjelasan selama 5 - 8 menit diharapkan kenyamanan pasien meningkatIndikator: Menggun
akan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Klien menyatakan nyeri berkurang
Klien mampu istirahat
Menggunakan tekhnik non farmakologi
NIC: a. Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan
penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
3. Fasilitasi lingkungan nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
6. Anjurkan klien penggunaan tehnik relaksasi
7. Kelola analgetik
Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.151.Menganjurkan klien
untuk nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan perlahan-lahan melalui mulut.
2.Membantu klien untuk mengatur posisi tidur yang nyaman
S:
O:
A:
P:
Jam 9.25Klien mengatakan merasa enak bila untuk tiduran, tetapi kalau untuk bergerak boyok terasa nyeri. Tetapi kesemutannya tetap terasa Kalau sedang tidak beraktifitas seperti ini skala 3
Klien tampak agak tenang
Masalah teratasi sebagainAmati isyarat non verbal tentang
8. Terapi relaksasi
9. Manajemen lingkungan
kegelisahan klien
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan cemas berkurangIndikator:Ps mampu: Mengung
kapkan cara mengatasi cemas
Mampu menggunakan coping
Klien tidak tampak tegang dan ketakutan
NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub.
Saling percaya2. Jelaskan
prosedur3. Hargai
pengetahuan pasien tentang penyakitnya
4. Bantu pasien untuk mengefektifkan sumber support
Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.151. Mendampingi klien
sebelum masuk kamar operasi
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien
3. Menganjurkan klien untuk berdzikir/berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.
S:
O:
A:
P:
Jam 09.25Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.
Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan GA
DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)
Laporan intra operasi:
Persiapan:
- Alat-alat disiapkan
- Klien telah terpasang infus dari ruangan
- Klien dilakukan anestesi general
- Klien diintubasi dengan ET No 7,5.
- Klien Dipasang DC
- Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
- Dipasang negatif plate pada kaki kanan
- Klien dipasang monitor: TD 137/76 mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m,
SaO2 97%
- Pasien diposisikan tengkurap
- Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu
mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30,
- Klien nafas spontan, RR 28 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal kanul
4 liter/menit
- Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:
diolesi aseton → hibitan 0,5 % → alkohol 79 % → betadin 10 % → diberikan
anestesi lokal dengan lidokain 3 ampul + adrenalin Uuntuk mencegah perdarahan)
→medan di garis dengan pisau mess untuk memberikan tanda yang akan dilakukan
insisi.
- Dipasang doek biasa pada 4 sisi, difiksasi dengan doek klem selanjutnya
ditutup/dipasang doek lubang besar.
- Operasi dimulai dengan melakukan insisi pada daerah L 3, 4, 5
- Otot – otot pro spinal disisihkan kelateral sambil dlakukan suction dan
dicouter, prog spinalis L4-5 dipotong dilakukan laminectomi (memotong daerah
tepi lumbal 4-5).
- Tampak Medulla spinalis tertekan dilakukan pembebasan lamina ke
lateral dan medulla spinalis tampak lebar. Kemudian dicuci dengan cairan Nacl 0,9
% setelah bersih baru kemudian diberikan injeksi dexametason 2 cc, serta ditaburi
serbuk kemicitin 1 gr.
- Pasang drainase dan difiksasi.
- Luka operasi dijahit lapis demi lapis
- Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan
tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.
- Control perdarahan → perdarahan disuction, jumlah perdarahan sekitar
150 cc.
- Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%
- Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.
- Luka bekas operasi diolesi betadin → diberi sufratul → ditutup dengan
kasa steril → diplester.
- Mengontrol v/s setelah selesai operasi ;TD 110/60 mmHg, Nadi 84 x/m,
R: 28 x/m, Sao2 98 %
Jam 11.30 WIB
- Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan
- Klien dipindahkan ke brancard dan dipindahkan ke RR
Analisa Data
No Data Masalah Penyebab1 Ds: -
Do: Dilakukan insisi di darah L 3,4,5
(laminectomi) Dipasang infuse pada lengan kanan Dipasang DC dipasang ET
Resiko infeksi Prosedur invasif, dan pembedahan
2 Ds: -Do: Dilakukan anestesi general
Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi
3 Ds: -Do: Dilakukan insisi pada L 3, 4, 5 Perdarahan sekitar 150 cc
PK: perdarahan -
4 Ds: - Resiko hipotermi Berada diruangan yang
Do: Suhu ruang 20-240 C
dingin
5 Ds: -Do: Keadaan intra operasi
Pk: Syok -
Asuhan keperawatan
Dx kep./ mslh kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasive, pembedahan.
NOC: Kontrol infeksi
Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator:1. Alat dan
bahan yang dipakai tidak terkontaminasi
NIC: kontrol infeksi intra operasiAktifitas:1. Gunakan pakaian
khusus ruang operasi
2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik
Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.251. Mencuci tangan
secara steril, mengenakan gaun steril dan sarung tangan steril
2. Memastikan daerah operasi telah dilakukan disinfektan
3. menjaga area steril tetap steril
4. Menampung cairan sisa dan darah pada tempatnya
S:O:
A:
P:
-prinsip steril dipertahankanmasalah tidak terjadiLakukan perawatan luka operasi dan tindakan invasive lain secara steril
Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri
NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tidurkan klien pada
meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa
3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
1. Mengamankan klien pada meja operasi sesuai kebutuhan
2. Menghitung dan memonitor instrumen, jarum dan kassa yang digunakan dengan teliti
S:O:
A:
P:
-instrumen, jarum dan kassa yang digunakan berjumlah sama dengan yang dipersiapkanTidak terjadi injuri.Cegah injuri post operasi
PK: perdarahan
Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi dari perdarahan
1. Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui daerah pembedahan
2. Pantau TTV secara teratur terutama TD dan nadi
1. Memantau jumlah perdarahan yang keluar melalui pembedahan/ yang disuction
2. dilakukan couter bila terjadi perdarahan
3. Memantau TTV secara teratur
S:O:
A:
P:
-jumlah perdarahan ±150 cc.Tidak terjadi komplikasi perdarahanLanjutkan pemantauan perdarahan post operasi
Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin
NOC: control temperatureCriteria:2. Temperature
ruangan nyaman
3. Tidak terjadi hipotermi
NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan
yang nyaman2. Lindungi area diluar
wilayah operasi
1. Melindungi tubuh klien di luar wilayah operasi dengan selimut.
2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.
3. Menggantikan selimut yang basah setelah operasi selesai
S:O:
A:
P:
-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi
PK: syok Perawat menangani dan
1.Pantau pemasukan dan pengeluaran
1. Bersama anestesi
S:O:
-TD 110/60
meminimalkan terjadinnya syok
cairan2.Pantau tanda dan
gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan SaO2
3.Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan
memantau aliran infuse
2. Memantau TTV secara teratur.
3. Memantau keluarnya perdarahan melalui luka operasi.
A:
P:
mmHg, Nadi 84 x/m, R: 28 x/m, Sao2 98 %Tidak ada tanda-tanda syok.Lanjutkan pemantauan post operasi
DI RUANG ULIH SADAR (RR): (TAHAP POST OPERASI)
Data Fokus:
Klien tiba di RR jam 11.40. klien masih dalam pengaruh anestesi, belum sadar penuh GCS:
E3 V3 M6. klien dapat menggerakkan tangan atas perintah, bisa bernafas dalam, tensi
stabil, kesadaran mulai pulih (dapat dibangunkan), TD : 123/77 mmHg, N: 92 x/mnt, R: 18
x/mnt, SaO2 : 100%, warna kulit pucat, score post anestesi 7.
Score Post Operasi: 7
Analisa Data
No Data Masalah Penyebab1 Ds: -
Do: Klien belum sadar penuh, GCS: 12
Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi
2 Ds: -Do: Suhu ruang 20-240 C
Resiko hipotermi Berada diruangan yang dingin
Asuhan keperawatan
Dx kep./ mslh
kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri
NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tem
patkan klien pada brancard dengan posisi yang nyaman
2. Pasang restrain di sisi kanan kiri klien untuk menjaga keamanan klien
Tgl 02 – 02- 2006 Jam 11.401. Menempatkan
klien pada brancard dengan posisi yang nyaman
2. Memasang restrain di sisi kanan kiri klien untuk menjaga keamanan klien
S:O:
A:
P:
Tgl 02 – 02- 2006 Jam 12.10-TD:123/77mmHg, N 92x/m, RR 18x/m, SaO2 98%Tidak terjadi injuriLanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh anestesi hilang
Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin
NOC: control temperatureCriteria:4. Temperature
ruangan nyaman
5. Tidak terjadi hipotermi
NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan
yang nyaman2. Lindungi tubuh
klien dari kedinginan / diselimuti
1. Menyelimuti tubuh klien
2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.
S:O:
A:
P:
-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi
LAPORAN PRAKTEK PROFESI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY LS DENGAN LAMINECTOMI e/c HNP LUMBAL 3,4,5 DI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA
TANGGAL 30 Januari – 04 Pebruari 2006
OLEHSRI SUPARTI
03/167861/EIK/00311
KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2006HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
I. PENGERTIAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis
dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan
pada radiks atau cauda equina.
HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi
dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,
1996).
II. ANATOMI FISIOLOGI
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang
terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri
dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
1. 8 pasang saraf cervical.
2. 15 pasang saraf thorakal.
3. 5 pasang saraf lumbal
4. 5 pasang saraf sacral
5. 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu
substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi
kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna
ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba
mengandung saraf myelin (akson).
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra
yang berdekatan
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang
lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok :
nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari
tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus
ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-
pembuluh kapiler.
III. ETIOLOGI
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari
nucleus hingga annulus.
IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus
yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh
radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa
pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan
yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus
pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk,
mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan
berkurang jika tirah baring.
V. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar
syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar
protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan
transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan
keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal
terjadilah herniasi.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium
1) Daerah rutin
2) Cairan cerebrospimal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta
herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik
sebelum pembedahan
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi.
8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro
spinal.
V. KOMPLIKASI
1. RU
2. Infeksi luka
3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
VI. PENATALAKSANAAN MDIK
1. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a. Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan
analgetik.
d. Terapi panas dingin.
e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau
korset
f. Terapi diet untuk mengurangi BB.
g. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya residis
h. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2. Pembedahan
1. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri
menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan
adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung
kemih serta foot droop.
2. Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau
pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk
memperbaiki luka pada spinal.
3. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C.
Long, 1996).
4. Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra,
osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Intra operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik.
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
4. PK: perdarahan
5. PK: syok
Post operasi
1. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi sensori
karena anestesi.
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasive
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Guyton, Athur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta
Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book.
St. Louis
Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St.
Louis
Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002.
NANDA
Tambayong, Jan, Patofisiologi untuk Keperawatan, Editor : Monica Ester, cetakan :1,
2000,EGC,Jakarta
RENCANA KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator: Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Ps menyatakan nyeri berkurang
Ps mampu istirahan/tidur
Menggunakan tekhnik non farmakologi
NIC: Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan penilaian terhadap nyeri,
lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan nyaman4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan posisi
nyaman6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa
pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri)
7. Kelola analgetik8. Terapi relaksasi9. Manajemen lingkungan
- untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan
- Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan
Dx. keperawatan: Cemas b.d status kesehatanNOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang atau berkurang dg:Indikator:Ps mampu: Mengungkapkan cara
mengatasi cemas Mampu menggunakan
coping Dapat tidur Mengungkapkan tidak
ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas
NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:5. Bina Hub. Saling percaya6. Libatkan keluarga7. Jelaskan semua Prosedur
8. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya
9. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support
10. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif
1. Mempermudah intervensi2. Mengurangi kecemasan3. Membantu ps dlam
meningkatkan pengetahuan tentang status kes dan meningkatkan kontrol kecemasan
4. Merasa dihargai
5. Dukungan akan memberikan keyakinan thdp peryataan harapan untuk sembuh/masa depan
6. Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap ( dari mekanisme pertahan, coping, samapi strategi penguasaan) membantu ps cepat mengadaptasi kecemsan
Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses kanker, diskontinuitas jaringan)NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator: Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Ps menyatakan nyeri berkurang
NIC:
a. Manajement nyeriAktifitas:Lakukan penilaian terhadap nyeri,
lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
Fasilitasi linkungan nyamanBerikan obat anti sakit
untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan
Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan
Ps mampu istirahan/tidur
Menggunakan tekhnik non farmakologi
Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri)
Tekan dada saat latihan batuk
b. Kelola analgetik3. Tentukan lokasi,
karaketristik, kualitasc. Terapi relaksasid. Manajemen lingkungan
Meningkatkan kenyamananMengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri
Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks
Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping
Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman
Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi bd indekuat pertahanan primer atau imonosupresi
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:
Indikator: Bebas dari tanda-tanda
infeksi Angka leukosit normal Ps mengatakan tahu
tentang tanda-tanda infeksi
NIC: Perawatan payudara/ lukaAktifitas:1. Amati luka dari tanda2
infeksi2. Lakukan perawatan
payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka
3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi
4. Kelola th/ sesuai program
NIC: Kontrol infeksiAktifitas:1. Batasi pengunjung2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat ps3. Tingkatkan masukan gizi
yang cukup4. Anjurkan istirahat cukup5. Pastikan penanganan
aseptic daerah IV6. Berikan PEN-KES
tentang risk infeksi
1. Penanda proses infeksi2. Menghindari infeksi
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat penyembuhan
1. Mencegah infeksi sekunder2. Mencegah INOS
3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi
5. Mencegah tjdnya infeksi6. Meningkatkan
pengetahuan ps
Dx. keperawatan: PK: Perdarahan
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam perawat mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor:
6. Luka sembuh kering, bebas
NIC: Pencegahan sirkulasi
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan di saat merawat mamae
1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB
pus, tidak meluas. 7. HB tidak kurang dari 10 gr
%
2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah
3. Kelola th/sesuai order
2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka
3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikn perdarahan
Dx. keperawatan: PK: syok
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
8. Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok
1. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
2. Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan PaO2
3. Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan
Deteksi dini dapat membantu menentukan intervensi segera
Dapat mendeteksi komplikasi dini
LAPORAN PRAKTEK PROFESI
DI ISNTALASI BEDAH SENTRAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UGM
Nama mahasiswa : Sri Suparti
NIM : 03/167861/EIK/00311
Tanggal praktek : 30 Januari – 04 Pebruari 2006
Nama Klien : Ny. Slamet Rahayu
Diagnosa medis : Myoma Uteri
Rencana Tindakan : Histerectomy
DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)
Data Fokus:
Keluhan utama saat masuk RS: Klien mengatakan ada benjolan pada perut bagian
bawah.
RPS: 1 bulan SMRS klien merasa ada benjolan diperut bagian bawah, dan rasanya
kembung terus, diperiksakan ke dokter penyakit dalam kembungnya tidak hilang-hilang,
kemudian klien disarankan periksa ke Rumah Sakit Sardjito, setelah periksa di RSS klien
dianjurkan diperiksa dalam curiga adanya mioma uteri kemudian klien dianjurkan untuk
opname.
RPD: Riwayat DM dan hipertensi disangkal, ada riwayat haid teratur selama 7 hari, darah
banyak dan 3 bulan terakhir ini keluar darah mrongkol-mrongkol / jendalan, tidak ada
riwayat keputihan.
Data subyektif:
Klien mengatakan perut bagian bawah ada benjolan dirasakan dalam 1 bulan SMRS
Klien menyatakan sudah siap untuk dilakukan operasi, tetapi masih merasa takut.
Data obyektif:
Klien direncanakan operasi jam 8.30 WIB.
Kesadaran: compos mentis, Wajah klien nampak tegang
TD 160/90 mmHg, Nadi 96 x/m, R 20 x/m, suhu: 36.60C.
Kemampuan penglihatan normal
Mulut: gigi palsu (-)
Riwayat alergi (-)
Pemeriksaan Abdomen : dinding abdomen // dengan dinding dada. Teraba massa tumor
padat mobil batas atas pergerakan simpisis – pusat kanan / kiri lima mid clavikulisis.
Periksa dalam oleh residen : V/U tenang, dinding vagina licin, servik tertarik keatas
uterus, Teraba masa tumor padat mobil dengan ukuran 12x10x10 cm.
USG : Myoma uteri
Hasil laboratorium : AL: 9,2 ; HGB :11,6; PLT: 290; GLU:112; CT:9; BT:2; GOL : O
Analisa Data
No Data Masalah PenyebabDs: Klien menyatakan sudah siap untuk
dilakukan operasi, tetapi masih merasa takutDo: Wajah klien nampak tegang TD 160/90 mmHg, Nadi 96 x/m, R:20x/mnt Klien tampak tidak berhenti berdoa.
Cemas Krisis situasional
Asuhan keperawatan
Dx kep./ mslh kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengung
kapkan cara mengatasi cemas
Mampu menggunakan coping
Klien tidak tampak
NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling
percaya2. Jelaskan Prosedur
persiapan tindakan 3. Anjurkan untuk
berdoa dan berserah diri agar hatinya tenang
4. Berikan suport mental dan spiritual.
5. Temani klien sebelum dilakukan tindakan operasi
Tgl 04 – 02- 2006 Jam 08.101. Membina hubungan
saling percaya dengan klien
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien saat dilakukan pasang infus dan injeksi ciprofloksasin 1 gr IV
3. Menganjurkan klien untuk berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.
4. Mendampingi klien
S:
O:
A:
P:
Jam 08.25Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.
Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan anestesi dengan SAB
tegang dan ketakutan
sampai masuk kamar operasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY SR DENGAN HISTERECTOMY e/c MYOMA UTERIDI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO
YOGYAKARTA
TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006
OLEHSRI SUPARTI
03/167861/EIK/00311
KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2006
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY UFDENGAN TUMOR PAROTIS DI RUANG IBS
RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA
TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006
OLEHSRI SUPARTI
03/167861/EIK/00311
KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2006
LAPORAN PRAKTEK PROFESI
DI ISNTALASI BEDAH SENTRAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UGM
Nama mahasiswa : Sri Suparti
NIM : 03/167861/EIK/00311
Tanggal praktek : 30 Januari – 04 Pebruari 2006
Nama Klien : Ny. Umi Fatonah ( 69 th)
Diagnosa medis : Tumor Parotis Dextra
Rencana Tindakan : Parotidectomy
DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)
Data Fokus:
Keluhan utama saat masuk RS: ada benjolan sebesar telur ayam pada maxila kanan.
RPS: klien mengatakan ada benjolan di maxila kanan sudah lama, lupa mulai kapan. Tetapi
benjolan masih kecil sebesar biji jagung, lama kelamaan benjolan membesar, pada satu
bulan ini benjolan kok makin membesar dengan cepat.
RPD: Riwayat Hipertensi dan DM disangkal.
Data subyektif:
Klien mengatakan ada benjolan di dekat telinga kanan makin lama makin membesar
Klien mengatakan agar segera dioperasi.
Klien menyatakan siap dilakukan operasi walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.
Data obyektif:
Klien direncanakan operasi jam 9.30
Kesadaran: compos mentis
TD: 177/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 28 x/mnt, suhu: 36.60C.
Kemampuan penglihatan normal
Mulut: terdapat gigi palsu pada rahang atas dan bawah.
Riwayat alergi (-)
EKG : NSR
ANALISA DATA
No Data Masalah PenyebabDs: Klien menyatakan siap dilakukan operasi
walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.
Do: TD 177/80 mmHg, Nadi 80 x/m, R 28x/mnt
Cemas Krisis situasional
ASUHAN KEPERAWATAN
Dx kep./ mslh kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengung
kapkan cara mengatasi cemas
Mampu menggunakan coping
Klien tidak tampak tegang dan ketakutan
NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling
percaya2. Jelaskan Prosedur
persiapan tindakan 3. Anjurkan untuk
berdoa dan berserah diri agar hatinya tenang
4. Berikan suport mental dan spiritual.
5. Temani klien sebelum dilakukan tindakan operasi
Tgl 04 – 02- 2006 Jam 09.201. Membina hubungan
saling percaya dengan klien
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien
3. Menganjurkan klien untuk berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.
4. Mendampingi klien sampai masuk kamar operasi
S:
O:
A:
P:
Jam 09.30Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.
Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan anestesi dengan SAB
DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)
Laporan intra operasi:
Persiapan:
- Alat-alat disiapkan
- Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
- Dipasang infus pada tangan kiri
- Klien diposisikan telentang
- Klien dilakukan general anestesi
- Klien mulai dipasang ET, DC dan negatif plat pada kaki.
- Klien dipasang monitor: TD 137/76 mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m,
SaO2 97%
- Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu
mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30,
- Klien nafas spontan, RR 28 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal kanul
4 liter/menit
- Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:
betadin 10 % medan di garis dengan pisau mess untuk memberikan tanda yang
akan dilakukan insisi sekitar 15 cm.
- Dipasang doek biasa pada 4 sisi, difiksasi dengan doek klem selanjutnya
ditutup/dipasang doek lubang besar.
- Operator mulai melakukan eksisi pada daerah maxila dextra sepanjang
sekitar 15 cm, eksisi dari dermis sampai subcutan dan sampai batas pembebasan
tumor, sambil dilakukan kouter bila terjadi perdarahan serta didrug dengan kassa
steril, eksisi dilakukan untuk membebaskan tumor parotis.
- Setelah tumor diangkat dimasukkan kedalam plastik oleh instrument
nursing dan diberi formalin oleh circulator nursing.
- Pasang drainase dan difiksasi.
- Luka operasi dijahit lapis demi lapis
- Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan
tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.
- Control perdarahan → perdarahan disuction, jumlah perdarahan sekitar
70 cc.
- Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%
- Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.
- Luka bekas operasi diolesi betadin → diberi sufratul → ditutup dengan
kasa steril → diplester.
- Mengontrol v/s setelah selesai operasi ;TD 130/87mmHg, Nadi 84 x/m,
R: 20 x/m, Sao2 99 %
Jam 10.30 WIB
- Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan
- Klien dipindahkan ke brancard dan dipindahkan ke RR
- Klien dipindahkan ke brancard dan diantar keluar ruangan operasi
ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab1 Ds: -
Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar
15 cm Dipasang infuse pada lengan kiri Dipasang DC dipasang ET terpasang drainase
Resiko infeksi Prosedur invasif, dan pembedahan
2 Ds: -Do: Dilakukan anestesi general
Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi
3 Ds: -Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar
15 cm Perdarahan sekitar 70 cc
PK: perdarahan -
4 Ds: -Do: Suhu ruang 20-240 C
Resiko hipotermi Berada diruangan yang dingin
5 Ds: -Do: Keadaan intra operasi
Pk: Syok -
ASUHAN KEPERAWATAN
Dx kep./ mslh kolaborasi
Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasive, pembedahan.
NOC: Kontrol infeksi
Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator:Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi
NIC: kontrol infeksi intra operasiAktifitas:1. Gunakan pakaian
khusus ruang operasi
2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik
Tgl 04 – 02- 2006 Jam 09.301. Mencuci tangan
dengan disinfektan.
2. Memastikan daerah operasi telah dilakukan disinfektan
3. menjaga area steril tetap steril
4. Menampung cairan sisa dan darah pada tempatnya
S:O:
A:
P:
-prinsip steril dipertahankanmasalah tidak terjadiLakukan perawatan luka operasi dan tindakan invasive lain secara steril
Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri
NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tidurkan klien pada
meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa
3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
1. Mengamankan klien pada meja operasi sesuai kebutuhan
2. Menghitung dan memonitor instrumen, jarum dan kassa yang digunakan dengan teliti
S:O:
A:
P:
-instrumen, jarum dan kassa yang digunakan berjumlah sama dengan yang dipersiapkanTidak terjadi injuri.Cegah injuri post operasi
PK: perdarahan
Perawat akan menangani atau mengurangi
1. Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui
1.Memantau jumlah perdarahan yang
S:O:
-jumlah perdarahan
komplikasi dari perdarahan
daerah pembedahan2. Pantau TTV secara
teratur terutama TD dan nadi
keluar melalui pembedahan/ yang disuction
2.dilakukan couter bila terjadi perdarahan
3.Memantau TTV secara teratur
A:
P:
±70 cc.Tidak terjadi komplikasi perdarahanLanjutkan pemantauan perdarahan post operasi
Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin
NOC: control temperatureCriteria:Temperature
ruangan nyaman
Tidak terjadi hipotermi
NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan
yang nyaman2. Lindungi area
diluar wilayah operasi
1. Melindungi tubuh klien di luar wilayah operasi dengan selimut.
2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.
3. Menggantikan selimut yang basah setelah operasi selesai
S:O:
A:
P:
-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi
PK: syok Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok
1.Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
2.Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan SaO2
3.Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan
1. Bersama anestesi memantau aliran infuse
2. Memantau TTV secara teratur.
3. Memantau keluarnya perdarahan melalui luka operasi.
S:O:
A:
P:
-TD 130/87 mmHg, Nadi 84 x/m, R: 20 x/m, Sao2 99 %Tidak ada tanda-tanda syok.Lanjutkan pemantauan post operasi