Download - Laporan Ibs Spt

Transcript
Page 1: Laporan Ibs Spt

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An RDC DENGAN COLOSTOMY e/c ATRESIA ANI FISTULA

RECTOVAGINAL DI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA

TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006

OLEHMaryana

KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2006

ISNTALASI BEDAH SENTRAL RSU POLTEKKES DEPKES YOGYAKARTA

Page 2: Laporan Ibs Spt

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESI REANIMASI

Nama Klien : Ny. Latifah Siregar, 51 tahun

RM : 01 22 36 17

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosa medis : HNP L3,4,5

Tindakan : Laminectomi

DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)

Data Fokus:

Keluhan utama saat masuk RS: Nyeri boyok.

RPS: ± 3 bulan yang lalu klien mengalami nyeri boyok menjalar ketungkai kiri seperti

ditusuk-tusuk, dirasakan sekitar 3 bulan yang lalu. Nyeri akan bertambah berat bila klien

batuk, bersin, mengejan, kesemutan pada pada kaki kiri. Riwayat trauma (-), trauma kronis

(-), riwayat batuk lama (-), BAB (+), BAK (+). Tanggal 24-06-2009 klien berobat ke RS.

Poltekkes Depkes Yogyakarta dan dianjurkan untuk mondok dengan DX medis HNP

L3,4,5.

RPD: klien mengatakan tidak ada riwayat trauma ataupun sakit kronis, tahu-tahu boyok

pegel dan nyeri terus kesemutan.

Data subyektif:

Klien mengatakan terasa nyeri pada boyok dan menjalar ketungkai kiri seperti ditusuk-

tusuk, dirasakan sekitar 3 bulan yang lalu.

Klien mengatakan nyerinya akan bertambah berat bila untuk batuk, bersin, dan

mengejan.

Klien menyatakan bahwa ia sudah mantap menjalani operasi karena sudah tidak tahan

dengan sakitnya, tetapi masih merasa takut.

Data obyektif:

Klien dengan HNP L3, 4, 5 dan dijadwalkan operasi jam 09.30 WIB.

Kesadaran: compos mentis, Wajah klien nampak tegang

TB: 157 cm, BB: 67 kg

TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R 20 x/m, suhu: 36.60C.

Kemampuan penglihatan normal

Mulut: gigi palsu (-)

Berjalan dibantu

Dada : simetris, retraksi (-)

Page 3: Laporan Ibs Spt

Jantung : S1 tunggal, S2 split tak konstan, bising (-)

Paru : simetris, sonor, ves (+), premitus +/+

Abd : supel, peristaltik (+), percusi timpani, H/L tak teraba

Ekstremitas : akral dingin, perfusi jaringan baik.

Hasil pemeriksaan MRI tanggal 20/06/09 : HNP Ringan L3,4,5-S1 dengan canal

stenoid dan penyempitan ringan neural foramen L 3-4 kanan, L 5-S1 kanan kiri.

Hasil rongent thorax : besar cor normal, bronchitis kronik.

Hasil laboratorium tanggal 23 Juni 2009: WBC : 9,66, HGB : 8 gr/dl, Neut: 6,600, PLT:

273, HCT: 41,6, BUN : 12,8, CREAT: 1,02, URIC: 4,9, CHOLESEROL :294, TG :

139, GLU: 105.

Analisa Data

No Data Masalah PenyebabDs: Klien mengatakan terasa nyeri boyok, menjalar

ketungkai kiri seperti ditusuk-tusuk, dirasakan

sekitar 3 bulan yang lalu.

Do:

Klien dengan HNP L3, 4, 5. TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R 20 x/m. Berjalan dibantu

Nyeri akut Agen injuri fisik

Ds: Klien menyatakan bahwa ia sudah mantap

menjalani operasi, tetapi masih merasa takut.Do: Wajah klien nampak tegang TD 180/100 mmHg, Nadi 88 x/m, R : 20x/mnt

Cemas Krisis situasional

Asuhan keperawatan

Dx kep./ mslh kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri: fisik

NOC: Kontrol nyeri,Setelah diberi penjelasan selama 5 - 8 menit diharapkan kenyamanan pasien meningkatIndikator: Menggun

akan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

Klien menyatakan nyeri berkurang

Klien mampu istirahat

Menggunakan tekhnik non farmakologi

NIC: a. Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan

penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

3. Fasilitasi lingkungan nyaman

4. Berikan obat anti sakit

5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

6. Anjurkan klien penggunaan tehnik relaksasi

7. Kelola analgetik

Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.151.Menganjurkan klien

untuk nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan perlahan-lahan melalui mulut.

2.Membantu klien untuk mengatur posisi tidur yang nyaman

S:

O:

A:

P:

Jam 9.25Klien mengatakan merasa enak bila untuk tiduran, tetapi kalau untuk bergerak boyok terasa nyeri. Tetapi kesemutannya tetap terasa Kalau sedang tidak beraktifitas seperti ini skala 3

Klien tampak agak tenang

Masalah teratasi sebagainAmati isyarat non verbal tentang

Page 4: Laporan Ibs Spt

8. Terapi relaksasi

9. Manajemen lingkungan

kegelisahan klien

Cemas berhubungan dengan krisis situasional

NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan cemas berkurangIndikator:Ps mampu: Mengung

kapkan cara mengatasi cemas

Mampu menggunakan coping

Klien tidak tampak tegang dan ketakutan

NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub.

Saling percaya2. Jelaskan

prosedur3. Hargai

pengetahuan pasien tentang penyakitnya

4. Bantu pasien untuk mengefektifkan sumber support

Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.151. Mendampingi klien

sebelum masuk kamar operasi

2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien

3. Menganjurkan klien untuk berdzikir/berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.

S:

O:

A:

P:

Jam 09.25Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.

Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan GA

DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)

Laporan intra operasi:

Persiapan:

- Alat-alat disiapkan

- Klien telah terpasang infus dari ruangan

- Klien dilakukan anestesi general

- Klien diintubasi dengan ET No 7,5.

- Klien Dipasang DC

- Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

- Dipasang negatif plate pada kaki kanan

- Klien dipasang monitor: TD 137/76 mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m,

SaO2 97%

- Pasien diposisikan tengkurap

- Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu

mengenakan jas operasi dan sarung tangan.

Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30,

- Klien nafas spontan, RR 28 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal kanul

4 liter/menit

- Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:

diolesi aseton → hibitan 0,5 % → alkohol 79 % → betadin 10 % → diberikan

anestesi lokal dengan lidokain 3 ampul + adrenalin Uuntuk mencegah perdarahan)

→medan di garis dengan pisau mess untuk memberikan tanda yang akan dilakukan

insisi.

Page 5: Laporan Ibs Spt

- Dipasang doek biasa pada 4 sisi, difiksasi dengan doek klem selanjutnya

ditutup/dipasang doek lubang besar.

- Operasi dimulai dengan melakukan insisi pada daerah L 3, 4, 5

- Otot – otot pro spinal disisihkan kelateral sambil dlakukan suction dan

dicouter, prog spinalis L4-5 dipotong dilakukan laminectomi (memotong daerah

tepi lumbal 4-5).

- Tampak Medulla spinalis tertekan dilakukan pembebasan lamina ke

lateral dan medulla spinalis tampak lebar. Kemudian dicuci dengan cairan Nacl 0,9

% setelah bersih baru kemudian diberikan injeksi dexametason 2 cc, serta ditaburi

serbuk kemicitin 1 gr.

- Pasang drainase dan difiksasi.

- Luka operasi dijahit lapis demi lapis

- Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan

tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.

- Control perdarahan → perdarahan disuction, jumlah perdarahan sekitar

150 cc.

- Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%

- Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.

- Luka bekas operasi diolesi betadin → diberi sufratul → ditutup dengan

kasa steril → diplester.

- Mengontrol v/s setelah selesai operasi ;TD 110/60 mmHg, Nadi 84 x/m,

R: 28 x/m, Sao2 98 %

Jam 11.30 WIB

- Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan

- Klien dipindahkan ke brancard dan dipindahkan ke RR

Analisa Data

No Data Masalah Penyebab1 Ds: -

Do: Dilakukan insisi di darah L 3,4,5

(laminectomi) Dipasang infuse pada lengan kanan Dipasang DC dipasang ET

Resiko infeksi Prosedur invasif, dan pembedahan

2 Ds: -Do: Dilakukan anestesi general

Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi

3 Ds: -Do: Dilakukan insisi pada L 3, 4, 5 Perdarahan sekitar 150 cc

PK: perdarahan -

4 Ds: - Resiko hipotermi Berada diruangan yang

Page 6: Laporan Ibs Spt

Do: Suhu ruang 20-240 C

dingin

5 Ds: -Do: Keadaan intra operasi

Pk: Syok -

Asuhan keperawatan

Dx kep./ mslh kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasive, pembedahan.

NOC: Kontrol infeksi

Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator:1. Alat dan

bahan yang dipakai tidak terkontaminasi

NIC: kontrol infeksi intra operasiAktifitas:1. Gunakan pakaian

khusus ruang operasi

2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Tgl 02 – 02- 2006 Jam 09.251. Mencuci tangan

secara steril, mengenakan gaun steril dan sarung tangan steril

2. Memastikan daerah operasi telah dilakukan disinfektan

3. menjaga area steril tetap steril

4. Menampung cairan sisa dan darah pada tempatnya

S:O:

A:

P:

-prinsip steril dipertahankanmasalah tidak terjadiLakukan perawatan luka operasi dan tindakan invasive lain secara steril

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri

NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tidurkan klien pada

meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan

2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa

3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

1. Mengamankan klien pada meja operasi sesuai kebutuhan

2. Menghitung dan memonitor instrumen, jarum dan kassa yang digunakan dengan teliti

S:O:

A:

P:

-instrumen, jarum dan kassa yang digunakan berjumlah sama dengan yang dipersiapkanTidak terjadi injuri.Cegah injuri post operasi

PK: perdarahan

Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi dari perdarahan

1. Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui daerah pembedahan

2. Pantau TTV secara teratur terutama TD dan nadi

1. Memantau jumlah perdarahan yang keluar melalui pembedahan/ yang disuction

2. dilakukan couter bila terjadi perdarahan

3. Memantau TTV secara teratur

S:O:

A:

P:

-jumlah perdarahan ±150 cc.Tidak terjadi komplikasi perdarahanLanjutkan pemantauan perdarahan post operasi

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin

NOC: control temperatureCriteria:2. Temperature

ruangan nyaman

3. Tidak terjadi hipotermi

NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan

yang nyaman2. Lindungi area diluar

wilayah operasi

1. Melindungi tubuh klien di luar wilayah operasi dengan selimut.

2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.

3. Menggantikan selimut yang basah setelah operasi selesai

S:O:

A:

P:

-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi

PK: syok Perawat menangani dan

1.Pantau pemasukan dan pengeluaran

1. Bersama anestesi

S:O:

-TD 110/60

Page 7: Laporan Ibs Spt

meminimalkan terjadinnya syok

cairan2.Pantau tanda dan

gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan SaO2

3.Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan

memantau aliran infuse

2. Memantau TTV secara teratur.

3. Memantau keluarnya perdarahan melalui luka operasi.

A:

P:

mmHg, Nadi 84 x/m, R: 28 x/m, Sao2 98 %Tidak ada tanda-tanda syok.Lanjutkan pemantauan post operasi

DI RUANG ULIH SADAR (RR): (TAHAP POST OPERASI)

Data Fokus:

Klien tiba di RR jam 11.40. klien masih dalam pengaruh anestesi, belum sadar penuh GCS:

E3 V3 M6. klien dapat menggerakkan tangan atas perintah, bisa bernafas dalam, tensi

stabil, kesadaran mulai pulih (dapat dibangunkan), TD : 123/77 mmHg, N: 92 x/mnt, R: 18

x/mnt, SaO2 : 100%, warna kulit pucat, score post anestesi 7.

Score Post Operasi: 7

Analisa Data

No Data Masalah Penyebab1 Ds: -

Do: Klien belum sadar penuh, GCS: 12

Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi

2 Ds: -Do: Suhu ruang 20-240 C

Resiko hipotermi Berada diruangan yang dingin

Asuhan keperawatan

Dx kep./ mslh

kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri

NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tem

patkan klien pada brancard dengan posisi yang nyaman

2. Pasang restrain di sisi kanan kiri klien untuk menjaga keamanan klien

Tgl 02 – 02- 2006 Jam 11.401. Menempatkan

klien pada brancard dengan posisi yang nyaman

2. Memasang restrain di sisi kanan kiri klien untuk menjaga keamanan klien

S:O:

A:

P:

Tgl 02 – 02- 2006 Jam 12.10-TD:123/77mmHg, N 92x/m, RR 18x/m, SaO2 98%Tidak terjadi injuriLanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh anestesi hilang

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin

NOC: control temperatureCriteria:4. Temperature

ruangan nyaman

5. Tidak terjadi hipotermi

NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan

yang nyaman2. Lindungi tubuh

klien dari kedinginan / diselimuti

1. Menyelimuti tubuh klien

2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.

S:O:

A:

P:

-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi

Page 8: Laporan Ibs Spt

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY LS DENGAN LAMINECTOMI e/c HNP LUMBAL 3,4,5 DI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA

TANGGAL 30 Januari – 04 Pebruari 2006

OLEHSRI SUPARTI

03/167861/EIK/00311

KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2006HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

I. PENGERTIAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis

dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan

pada radiks atau cauda equina.

Page 9: Laporan Ibs Spt

HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi

dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,

1996).

II. ANATOMI FISIOLOGI

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang

terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital

magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri

dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

1. 8 pasang saraf cervical.

2. 15 pasang saraf thorakal.

3. 5 pasang saraf lumbal

4. 5 pasang saraf sacral

5. 1 pasang saraf cogsigeal.

Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu

substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi

kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna

ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba

mengandung saraf myelin (akson).

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang

berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.

Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra

yang berdekatan

Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis

terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang

lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok :

nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari

tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.

Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus

ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang

rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-

pembuluh kapiler.

III. ETIOLOGI

1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.

2. Spinal stenosis.

3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.

4. Pembentukan osteophyte.

Page 10: Laporan Ibs Spt

5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus

mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari

nucleus hingga annulus.

IV. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala :

1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.

2. Nyeri tulang belakang

3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas

4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus

yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh

radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa

pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan

yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus

pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk,

mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan

berkurang jika tirah baring.

V. PATOFISIOLOGI

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,

kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu

serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang

mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar

syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian

koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan

Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5

sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf

pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,

maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar

protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal

meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak

langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan

transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan

keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal

terjadilah herniasi.

Page 11: Laporan Ibs Spt

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboraturium

1) Daerah rutin

2) Cairan cerebrospimal

2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi

3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.

4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta

herniasi.

5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik

sebelum pembedahan

6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.

7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi.

8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro

spinal.

V. KOMPLIKASI

1. RU

2. Infeksi luka

3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.

VI. PENATALAKSANAAN MDIK

1. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :

a. Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras

b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.

c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan

analgetik.

d. Terapi panas dingin.

e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau

korset

f. Terapi diet untuk mengurangi BB.

g. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya residis

h. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).

2. Pembedahan

1. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri

menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan

adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung

kemih serta foot droop.

2. Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau

pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk

memperbaiki luka pada spinal.

Page 12: Laporan Ibs Spt

3. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C.

Long, 1996).

4. Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra,

osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Pre operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

Intra operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan

2. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik.

3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif

4. PK: perdarahan

5. PK: syok

Post operasi

1. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi sensori

karena anestesi.

2. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasive

3. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan

kurangnya paparan informasi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Guyton, Athur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta

Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year book.

St. Louis

Page 13: Laporan Ibs Spt

Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book. St.

Louis

Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002.

NANDA

Tambayong, Jan, Patofisiologi untuk Keperawatan, Editor : Monica Ester, cetakan :1,

2000,EGC,Jakarta

Page 14: Laporan Ibs Spt

RENCANA KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator: Menggunakan skala

nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

Ps menyatakan nyeri berkurang

Ps mampu istirahan/tidur

Menggunakan tekhnik non farmakologi

NIC: Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan penilaian terhadap nyeri,

lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

3. Fasilitasi linkungan nyaman4. Berikan obat anti sakit 5. Bantu pasien menemukan posisi

nyaman6. Ajarkan penggunaan tehnik tanpa

pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri)

7. Kelola analgetik8. Terapi relaksasi9. Manajemen lingkungan

- untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan

- Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

Dx. keperawatan: Cemas b.d status kesehatanNOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang atau berkurang dg:Indikator:Ps mampu: Mengungkapkan cara

mengatasi cemas Mampu menggunakan

coping Dapat tidur Mengungkapkan tidak

ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas

NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:5. Bina Hub. Saling percaya6. Libatkan keluarga7. Jelaskan semua Prosedur

8. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya

9. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support

10. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif

1. Mempermudah intervensi2. Mengurangi kecemasan3. Membantu ps dlam

meningkatkan pengetahuan tentang status kes dan meningkatkan kontrol kecemasan

4. Merasa dihargai

5. Dukungan akan memberikan keyakinan thdp peryataan harapan untuk sembuh/masa depan

6. Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap ( dari mekanisme pertahan, coping, samapi strategi penguasaan) membantu ps cepat mengadaptasi kecemsan

Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses kanker, diskontinuitas jaringan)NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator: Menggunakan skala

nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

Ps menyatakan nyeri berkurang

NIC:

a. Manajement nyeriAktifitas:Lakukan penilaian terhadap nyeri,

lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

Fasilitasi linkungan nyamanBerikan obat anti sakit

untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan

Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

Page 15: Laporan Ibs Spt

Ps mampu istirahan/tidur

Menggunakan tekhnik non farmakologi

Bantu pasien menemukan posisi nyaman

Ajarkan penggunaan tehnik tanpa pengobatan (ct: relaksasi, distraksi, massage, guidet imageri)

Tekan dada saat latihan batuk

b. Kelola analgetik3. Tentukan lokasi,

karaketristik, kualitasc. Terapi relaksasid. Manajemen lingkungan

Meningkatkan kenyamananMengurangi nyeri dan

memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri

Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks

Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping

Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi bd indekuat pertahanan primer atau imonosupresi

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:

Indikator: Bebas dari tanda-tanda

infeksi Angka leukosit normal Ps mengatakan tahu

tentang tanda-tanda infeksi

NIC: Perawatan payudara/ lukaAktifitas:1. Amati luka dari tanda2

infeksi2. Lakukan perawatan

payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka

3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi

4. Kelola th/ sesuai program

NIC: Kontrol infeksiAktifitas:1. Batasi pengunjung2. Cuci tangan sebelum dan

sesudah merawat ps3. Tingkatkan masukan gizi

yang cukup4. Anjurkan istirahat cukup5. Pastikan penanganan

aseptic daerah IV6. Berikan PEN-KES

tentang risk infeksi

1. Penanda proses infeksi2. Menghindari infeksi

3. Mencegah infeksi

4. Mempercepat penyembuhan

1. Mencegah infeksi sekunder2. Mencegah INOS

3. Meningkatkan daya tahan tubuh

4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi

5. Mencegah tjdnya infeksi6. Meningkatkan

pengetahuan ps

Dx. keperawatan: PK: Perdarahan

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam perawat mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor:

6. Luka sembuh kering, bebas

NIC: Pencegahan sirkulasi

Aktifitas:

1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan di saat merawat mamae

1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB

Page 16: Laporan Ibs Spt

pus, tidak meluas. 7. HB tidak kurang dari 10 gr

%

2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah

3. Kelola th/sesuai order

2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka

3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikn perdarahan

Dx. keperawatan: PK: syok

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

8. Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok

1. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan

2. Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan PaO2

3. Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan

Deteksi dini dapat membantu menentukan intervensi segera

Dapat mendeteksi komplikasi dini

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

DI ISNTALASI BEDAH SENTRAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UGM

Nama mahasiswa : Sri Suparti

NIM : 03/167861/EIK/00311

Tanggal praktek : 30 Januari – 04 Pebruari 2006

Nama Klien : Ny. Slamet Rahayu

Diagnosa medis : Myoma Uteri

Rencana Tindakan : Histerectomy

DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)

Data Fokus:

Keluhan utama saat masuk RS: Klien mengatakan ada benjolan pada perut bagian

bawah.

RPS: 1 bulan SMRS klien merasa ada benjolan diperut bagian bawah, dan rasanya

kembung terus, diperiksakan ke dokter penyakit dalam kembungnya tidak hilang-hilang,

kemudian klien disarankan periksa ke Rumah Sakit Sardjito, setelah periksa di RSS klien

dianjurkan diperiksa dalam curiga adanya mioma uteri kemudian klien dianjurkan untuk

opname.

Page 17: Laporan Ibs Spt

RPD: Riwayat DM dan hipertensi disangkal, ada riwayat haid teratur selama 7 hari, darah

banyak dan 3 bulan terakhir ini keluar darah mrongkol-mrongkol / jendalan, tidak ada

riwayat keputihan.

Data subyektif:

Klien mengatakan perut bagian bawah ada benjolan dirasakan dalam 1 bulan SMRS

Klien menyatakan sudah siap untuk dilakukan operasi, tetapi masih merasa takut.

Data obyektif:

Klien direncanakan operasi jam 8.30 WIB.

Kesadaran: compos mentis, Wajah klien nampak tegang

TD 160/90 mmHg, Nadi 96 x/m, R 20 x/m, suhu: 36.60C.

Kemampuan penglihatan normal

Mulut: gigi palsu (-)

Riwayat alergi (-)

Pemeriksaan Abdomen : dinding abdomen // dengan dinding dada. Teraba massa tumor

padat mobil batas atas pergerakan simpisis – pusat kanan / kiri lima mid clavikulisis.

Periksa dalam oleh residen : V/U tenang, dinding vagina licin, servik tertarik keatas

uterus, Teraba masa tumor padat mobil dengan ukuran 12x10x10 cm.

USG : Myoma uteri

Hasil laboratorium : AL: 9,2 ; HGB :11,6; PLT: 290; GLU:112; CT:9; BT:2; GOL : O

Analisa Data

No Data Masalah PenyebabDs: Klien menyatakan sudah siap untuk

dilakukan operasi, tetapi masih merasa takutDo: Wajah klien nampak tegang TD 160/90 mmHg, Nadi 96 x/m, R:20x/mnt Klien tampak tidak berhenti berdoa.

Cemas Krisis situasional

Asuhan keperawatan

Dx kep./ mslh kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Cemas berhubungan dengan krisis situasional

NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengung

kapkan cara mengatasi cemas

Mampu menggunakan coping

Klien tidak tampak

NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling

percaya2. Jelaskan Prosedur

persiapan tindakan 3. Anjurkan untuk

berdoa dan berserah diri agar hatinya tenang

4. Berikan suport mental dan spiritual.

5. Temani klien sebelum dilakukan tindakan operasi

Tgl 04 – 02- 2006 Jam 08.101. Membina hubungan

saling percaya dengan klien

2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien saat dilakukan pasang infus dan injeksi ciprofloksasin 1 gr IV

3. Menganjurkan klien untuk berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.

4. Mendampingi klien

S:

O:

A:

P:

Jam 08.25Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.

Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan anestesi dengan SAB

Page 18: Laporan Ibs Spt

tegang dan ketakutan

sampai masuk kamar operasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY SR DENGAN HISTERECTOMY e/c MYOMA UTERIDI RUANG IBS RUMAH SAKIT DR SARDJITO

YOGYAKARTA

TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006

OLEHSRI SUPARTI

03/167861/EIK/00311

KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2006

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY UFDENGAN TUMOR PAROTIS DI RUANG IBS

RUMAH SAKIT DR SARDJITO YOGYAKARTA

TANGGAL 30 JANUARI – 04 PEBRUARI 2006

Page 19: Laporan Ibs Spt

OLEHSRI SUPARTI

03/167861/EIK/00311

KULIAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2006

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

DI ISNTALASI BEDAH SENTRAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UGM

Nama mahasiswa : Sri Suparti

NIM : 03/167861/EIK/00311

Tanggal praktek : 30 Januari – 04 Pebruari 2006

Nama Klien : Ny. Umi Fatonah ( 69 th)

Diagnosa medis : Tumor Parotis Dextra

Rencana Tindakan : Parotidectomy

DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)

Data Fokus:

Keluhan utama saat masuk RS: ada benjolan sebesar telur ayam pada maxila kanan.

Page 20: Laporan Ibs Spt

RPS: klien mengatakan ada benjolan di maxila kanan sudah lama, lupa mulai kapan. Tetapi

benjolan masih kecil sebesar biji jagung, lama kelamaan benjolan membesar, pada satu

bulan ini benjolan kok makin membesar dengan cepat.

RPD: Riwayat Hipertensi dan DM disangkal.

Data subyektif:

Klien mengatakan ada benjolan di dekat telinga kanan makin lama makin membesar

Klien mengatakan agar segera dioperasi.

Klien menyatakan siap dilakukan operasi walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.

Data obyektif:

Klien direncanakan operasi jam 9.30

Kesadaran: compos mentis

TD: 177/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 28 x/mnt, suhu: 36.60C.

Kemampuan penglihatan normal

Mulut: terdapat gigi palsu pada rahang atas dan bawah.

Riwayat alergi (-)

EKG : NSR

ANALISA DATA

No Data Masalah PenyebabDs: Klien menyatakan siap dilakukan operasi

walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.

Do: TD 177/80 mmHg, Nadi 80 x/m, R 28x/mnt

Cemas Krisis situasional

ASUHAN KEPERAWATAN

Dx kep./ mslh kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Cemas berhubungan dengan krisis situasional

NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengung

kapkan cara mengatasi cemas

Mampu menggunakan coping

Klien tidak tampak tegang dan ketakutan

NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling

percaya2. Jelaskan Prosedur

persiapan tindakan 3. Anjurkan untuk

berdoa dan berserah diri agar hatinya tenang

4. Berikan suport mental dan spiritual.

5. Temani klien sebelum dilakukan tindakan operasi

Tgl 04 – 02- 2006 Jam 09.201. Membina hubungan

saling percaya dengan klien

2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien

3. Menganjurkan klien untuk berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar.

4. Mendampingi klien sampai masuk kamar operasi

S:

O:

A:

P:

Jam 09.30Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.

Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan anestesi dengan SAB

DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)

Page 21: Laporan Ibs Spt

Laporan intra operasi:

Persiapan:

- Alat-alat disiapkan

- Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

- Dipasang infus pada tangan kiri

- Klien diposisikan telentang

- Klien dilakukan general anestesi

- Klien mulai dipasang ET, DC dan negatif plat pada kaki.

- Klien dipasang monitor: TD 137/76 mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m,

SaO2 97%

- Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu

mengenakan jas operasi dan sarung tangan.

Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30,

- Klien nafas spontan, RR 28 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal kanul

4 liter/menit

- Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:

betadin 10 % medan di garis dengan pisau mess untuk memberikan tanda yang

akan dilakukan insisi sekitar 15 cm.

- Dipasang doek biasa pada 4 sisi, difiksasi dengan doek klem selanjutnya

ditutup/dipasang doek lubang besar.

- Operator mulai melakukan eksisi pada daerah maxila dextra sepanjang

sekitar 15 cm, eksisi dari dermis sampai subcutan dan sampai batas pembebasan

tumor, sambil dilakukan kouter bila terjadi perdarahan serta didrug dengan kassa

steril, eksisi dilakukan untuk membebaskan tumor parotis.

- Setelah tumor diangkat dimasukkan kedalam plastik oleh instrument

nursing dan diberi formalin oleh circulator nursing.

- Pasang drainase dan difiksasi.

- Luka operasi dijahit lapis demi lapis

- Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan

tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.

- Control perdarahan → perdarahan disuction, jumlah perdarahan sekitar

70 cc.

- Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%

- Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.

- Luka bekas operasi diolesi betadin → diberi sufratul → ditutup dengan

kasa steril → diplester.

- Mengontrol v/s setelah selesai operasi ;TD 130/87mmHg, Nadi 84 x/m,

R: 20 x/m, Sao2 99 %

Jam 10.30 WIB

- Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan

Page 22: Laporan Ibs Spt

- Klien dipindahkan ke brancard dan dipindahkan ke RR

- Klien dipindahkan ke brancard dan diantar keluar ruangan operasi

ANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab1 Ds: -

Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar

15 cm Dipasang infuse pada lengan kiri Dipasang DC dipasang ET terpasang drainase

Resiko infeksi Prosedur invasif, dan pembedahan

2 Ds: -Do: Dilakukan anestesi general

Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi

3 Ds: -Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar

15 cm Perdarahan sekitar 70 cc

PK: perdarahan -

4 Ds: -Do: Suhu ruang 20-240 C

Resiko hipotermi Berada diruangan yang dingin

5 Ds: -Do: Keadaan intra operasi

Pk: Syok -

ASUHAN KEPERAWATAN

Dx kep./ mslh kolaborasi

Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasive, pembedahan.

NOC: Kontrol infeksi

Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator:Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi

NIC: kontrol infeksi intra operasiAktifitas:1. Gunakan pakaian

khusus ruang operasi

2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Tgl 04 – 02- 2006 Jam 09.301. Mencuci tangan

dengan disinfektan.

2. Memastikan daerah operasi telah dilakukan disinfektan

3. menjaga area steril tetap steril

4. Menampung cairan sisa dan darah pada tempatnya

S:O:

A:

P:

-prinsip steril dipertahankanmasalah tidak terjadiLakukan perawatan luka operasi dan tindakan invasive lain secara steril

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri

NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tidurkan klien pada

meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan

2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa

3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

1. Mengamankan klien pada meja operasi sesuai kebutuhan

2. Menghitung dan memonitor instrumen, jarum dan kassa yang digunakan dengan teliti

S:O:

A:

P:

-instrumen, jarum dan kassa yang digunakan berjumlah sama dengan yang dipersiapkanTidak terjadi injuri.Cegah injuri post operasi

PK: perdarahan

Perawat akan menangani atau mengurangi

1. Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui

1.Memantau jumlah perdarahan yang

S:O:

-jumlah perdarahan

Page 23: Laporan Ibs Spt

komplikasi dari perdarahan

daerah pembedahan2. Pantau TTV secara

teratur terutama TD dan nadi

keluar melalui pembedahan/ yang disuction

2.dilakukan couter bila terjadi perdarahan

3.Memantau TTV secara teratur

A:

P:

±70 cc.Tidak terjadi komplikasi perdarahanLanjutkan pemantauan perdarahan post operasi

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin

NOC: control temperatureCriteria:Temperature

ruangan nyaman

Tidak terjadi hipotermi

NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan

yang nyaman2. Lindungi area

diluar wilayah operasi

1. Melindungi tubuh klien di luar wilayah operasi dengan selimut.

2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.

3. Menggantikan selimut yang basah setelah operasi selesai

S:O:

A:

P:

-Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasi

PK: syok Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok

1.Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan

2.Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan SaO2

3.Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan

1. Bersama anestesi memantau aliran infuse

2. Memantau TTV secara teratur.

3. Memantau keluarnya perdarahan melalui luka operasi.

S:O:

A:

P:

-TD 130/87 mmHg, Nadi 84 x/m, R: 20 x/m, Sao2 99 %Tidak ada tanda-tanda syok.Lanjutkan pemantauan post operasi


Top Related