Transcript

VOLUME PARU, KPM DAN FEV

I. PENDAHULUANPraktikum ini sangat penting dalam dua hal :

1. melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fungsi ventilasi paru yang terdiri :

a. mempersiapkan diri dalam hal pengetahuan tentang fungsi ventilasi paru

b. mengetahui prosedur pemeriksaan secara lengkap

c. membuat interpretasi hasil pemeriksaan

2. bekerjasama dengan teman dalam melaksanaan pemeriksaan maupun perhitungan dan menginterpretasikan hasil.

Karena itu praktikum ini harus dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang dilakukan dan didapat dicocokkan dengan teori yang ada di kuliah maupun buku acuan.

DEFINISI VOLUME PARU YANG DIUKUR :

Volume paru adalah jumlah udara yang mengisi petak-petak ruangan udara di dalam paru. Kapasitas paru merupakan penjumlahan dua atau lebih volume paru. Volume dan kapasitas paru ini ada yag statik dan ada yang dinamik.

1. volume paru statik : volume paru yang diukur tanpa kekuatan paksa relawan yang terdiri dari :

a. volume pasang surut (Tidal Volume = TV)

ialah volume udara yang keluar masuk paru pada saat pernafasan biasa, pada dewasa muda sehat besarnya 500 mL

b. volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV)ialah volume udara yang masih dapat diisap semaksimal mungkin setelah inspirasi biasa, besarnya sekitar 2500-3000 mL

c. volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV)

ialah volume udara yanga dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah ekspirasi biasa, besarnya sekitar 1100 mL

d. volume residu (Residual Volume = RV)

ialah volume udara yang tersisa dalam paru setelah relawan melakukan ekspirasi maksimal, besarnya kira-kira 1,25 L2. volume paru dinamik : volume paru yang diukur pada saat relawan bernafas aktif dan dengan kekuatan penuh.

Volume ini terdiri dari :

a. FEV1 (Forced Expiratory Volume one second)Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama ekspirasi setelah relawan isap maksimalb. FEV2 (Forced Expiratory Volume two second)Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama dua detik ekspirasi setelah relawan isap maksimal (jarang dipakai)

c. FEV3 (Forced Expiratory Volume three second)Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama tiga detik ekspirasi setelah relawan isap maksimal (jarang dipakai)

3. kapasitas paru statik : kapasitas paru yang diukur tanpa kekuatan paksa relawan. Kapasitas paru statik terdiri atas:

a. kapasitas inspirasi (Inspiratory Capacity = IC)merupakan TV+IRV

b. kapasitas residu fungsional (Functional Residual Capacity = FRC)

merupakan gabungan RV+ERV

c. kapasitas total paru (Total Lung Capacity = TLC)

merupakan gabungan TV+ERV+IRVd. kapasitas vital (Vital Capacity = VC)

merupakan gabungan ERV+TV+IRV

VC ini ada dua macam :

VC dua tahap (VC two stage)

Relawan menghisap nafas dalam, disusul dengan nafas biasa beberapa saat kemudian melakukan ekspirasi dalam. Hasil IC-nya dijumlahkan dengan ERV

VC satu tahap (VC one stage)

Relawan menghisap udara secara maksimal, diikuti dengan ekspirasi maksimal. Yang diukur ialah udara ekspirasi. Karena itu VC one stage ini disebut VC one stage expiration (VC ose).

VC one stage bisa pula didapatkan dengan jalan ekspirasi maksimal kemudian diikuti dengan inspirasi maksimal. Karena itu VC ini disebut VC one stage inspiration (VC osi).4. kapasitas paru dinamikialah kapasitas paru yang diukur pada relawan yang bernafas aktif dan dengan kekuatan penuh. Yang termasuk dalam kapasitas paru dinamik adalah :

a. KPM (Kapasitas Paru Maksimal) nama lainnya MBC (Maximal Breathing Capacity) atau MVV (Maximal Voluntary Volume) ialah jumlah udara yang keluar masuk paru maksimal selama satu menit.b. Forced Vital Capacity (FVC) : metode kapasitas vital yang didapatkan dengan menghirup udara sekuat-kuatnya kemudian disusul dengan menghembuskan nafas semaksimal mungkin dan selam mungkin dengan kekuatan penuh.Gambar spirogram statis

Gambar spirogram dinamik

II. TUJUANMelatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fungsi ventilasi paru bersama-sama dengan saling membantu dan kerjasama

a. melakukan pemeriksaan dengan prosedur yang benar

b. mengukur volume para sukarelawan

c. menentukan apakah volume paru para sukarelawan itu dalam kondisi restriksi atau tidak

d. mengukur kapasitas pernafasan maksimal sukarelawan

e. menentukan apakah relawan menderita obstruksi jalan nafas atau tidak

f. mengukur volume respirasi paksa (Forced Expiratory Volume = FEV) sukarelawan

catatan :

obstruksi paru : terdapat tonjolan dinding saluran nafas ke arah lumen saluran nafas. Tonjolan tersebut dapat berupa : lendir, pembengkakan dinding saluran nafas, tumor dan lain-lain. Keadaan ini akan mengganggu aliran udara (flow) dalam saluran nafas.

Pemeriksaan obstruksi paru bisa dilaksanakan dengan mendeteksi : FEV1 & KPM

Restriksi paru : dinding saluran nafan tidak ada masalah, tetapi kerusakannnya terletak pada jaringan ikat peri bronchial, hingga proses kembang kempisnya saluran nafas terganggu. Pemeriksaan restriksi bisa dilasanakan dengan mendeteksi VC dan FVC.III. SARANAa. water tied spirometer :

a. spirometer Collin

b. spirometer Chest

c. spirometer Harvard

d. spirometer Palmer

Pada praktikum ini digunakan spirometer Chest.

Spirometer ini dilengkapi dengan :

a). Drum yang menyatu dengan silinder yang berisi air. Drum ini mempunyai tiga kecepatan :

1. rendah (low) 3cm/menit

2. sedang (medium) 3cm/12 detik

3. tinggi (high) 3cm/detik

b). Silinder yang berisi air dan di atasnya dipasang cungkup yang dihubungkan dengan penulis pada drumc). Di atas cungkup terpasang termometer

b. timbangan dan ukuran tinggi badanc. barometer aneroid

d. penjepit hidung dan mouth piece

e. daftar konversi suhu ruangan ke tekanan parsial uap air

f. Nomogram Du Bois untuk menentukan luas badan dari berat badan dan tinggi badan

IV. TATA KERJAa. persiapan alat

i. Spirometer dihubungkan dengan sumber listrik dan dilakukan pengecekan apakah aliran listrik ada atau tidak.

ii. Silinder diisi air bila kosong atau ditambah air bila kurang

iii. Penulis disiapkan

iv. Dilakukan pengecekan kecepatan drum

v. Spirometer diisi oksigen atau udara biasa

b. persiapan relawan

i. relawan tidak merokok 2 jam sebelum pemeriksaan/sakit batuk/pilek

ii. tinggi badan, berat badan dan umur diukur (dapat juga diukur nanti setelah pembuatan spirogram)

iii. relawan berdiri tegak di depan alat

iv. mouth piece dipasang dan hidung dijepit pakai penjepit hidung karena relawan harus bernafas melalui mulut

v. kecepatan drum rendah (LOW)

c. pelaksanaan : relawan disuruh bernafas biasa dan dihubungkan dengan spirometer dengan memutar kran spirometer. Perhatikan gerak penulis!i. Untuk mengukur IRV relawan disuruh isap nafas maksimal setelah akhir inspirasi biasa kemudian dilanjutkan dengan nafas biasa lagi.

ii. Untuk mengukur ERV relawan disuruh ekspirasi maksimal setelah akhir ekspirasi biasa.

iii. Untuk mengukur VC ose relawan disuruh isap maksimal diikuti ekspirasi maksimal

iv. Untuk mengukur VC osi relawan disuruh ekspirasi maksimal diikuti dengan inspirasi maksimal

v. Semua pengukuran dilakukan paling tidak 2 kali, diambil harga yang paling besar. Bila pengukuran I dan II berbeda lebih dari 10% harus dilakukan pengukuran III.d. semua volume dan kapasitas paru yang diukur adalah volume paru dan kapasitas paru di dalam alat atau dalam kondisi ATPS, karena itu harus diubah ke kondisi BTPS, dengan menggunakan rumus Boyle Gay Lussac :P x V

P1 x V1 T = T1

ATPS = Ambient Temperature Pressure Saturated BTPS = Body Temperature Pressure Saturated P = Pbar PH2Otemp V = volume udara yang diukur

T = suhu Kelvin = 273 + temp.spirometer yang dibaca dari termometer cungkup

P1 = Pbar PH2O37V1 = volume BTPS yang dicari

T1 = suhu Kelvin = (273 + 37)K

Pbar adalah tekanan barometer yang dibaca pada barometere. khusus untuk VC, perlu dihitung harga standard VC baik menurut Baldwin (USA) maupun Indonesia.i. Standar Amerika adalah :

Laki-laki : VC = (27,63-0,112 x umur) x tinggi badan

Perempuan: VC = (21,78-0,101 x umur) x tinggi badan

VC dalam mililiter, umur dalam tahun dan tinggi badan dalam centimeter

ii. Standar Indonesia adalah :

Laki-laki: VC = -5,44+0,061 x umur + 0,048 x TB + 1,62 x C 0,074 x C x umur

Perempuan: VC = -3,37+0,028 x umur +0,036 x TB + 1,00 x C 0,0458 x C x umur

VC dalam liter, umur dalam tahun, Tinggi badan dalam centimeter dan C = 0 bila umur kurang dari 21 tahun dan C = 1 bila umur 21 tahun ke atasf. perhitungan harga normal i. normal bila VCBTPS = 80% atau lebih kecil dari harga standar

ii. restriksi ringan bila VCBTPS lebih kecil dari 80% harga standar dan lebih atau sama dengan 60% harga standar

iii. restriksi sedang bila VCBTPS lebih kecil dari 60% harga standar dan lebih atau sama dengan 50% harga standar

iv. restriksi berat bila VCBTPS lebih kecil dari 50% harga standar dan lebih atau sama dengan 40%v. restriksi sangat berat bila VCBTPS lebih kecil dari 40% harga standarg. prosedur pemeriksaan FVC dan FEV

i. Dimulai dengan kecepatan drum rendah, relawan melakukan pernafasan biasa.

ii. Relawan disuruh isap maksimal dan tahan sebentar. Pada saat berikutnya kecepatan drum diubah ke tinggi (high).

iii. Relawan disuruh ekspirasi (tiup) secepat-cepatnya dan selama mungkin minimal 6 detik kemudian diakhiri dengan isap maksimal lagi.

iv. Perhatikan spirogram yang terjadi, gambar spirogram harus terjal dan berakhir lama > 6 detik, tidak boleh ada usaha isap nafas tambahan di tengah-tengah ekspirasi maksimal, bila meragukan harus diulang pengukurannya.

v. Untuk kepentingan perhitungan selanjutnya perhatikan gambar 4.2

h. perhitungan

i. Tarik garis vertikal dari A (belokan dari kurva datar ke turun terjal) akan memotong garis datar di titik S (garis datar tersebut ditarik dari titik T akhir dari kurva spirogram). Titik S merupakan awal waktu.

ii. Tentukan titik-titik waktu 1,2,3,4,5 dan 6 detik dari titik S ke kanan kemudian tarik garis waktu vertikal dari masing-masing titik waktu, garis vertikal itu akan memotong spirogram pada P (untuk waktu 1 detik), Q (untuk waktu 2 detik) dan R (untuk waktu 3 detik).

iii. Panjang garis BP sama dengan FEV1, garis CQ = FEV2 dan DR = FEV3 sedang garis AS adalah FVC (Forced Vital Capacity) yang harga standarnya sama dengan harga standar VC di atas.

iv. FVC/FVC standar normal sama atau di atas 80%. Bila kurang dari harga tersebut terdapat restriksi dari paru. Derajad ringan beratnya restriksi = perhitungan harga normal vital capacity (poin 6)

v. FEV1 mempunyai dua satuan :

1. Absolut (liter) yang sama dengan satuan VC atau FVC, harga standar FEV1 adalah :

Laki-laki: FEV1= -4,002 + 0,048 x umur + 0,039 x TB +1,49 x C - 0,074 x C x umur

Perempuan : FEV1= -2,39 + 0,017 x umur + 0,029 x TB + 0,85 x C - 0,039 x C x umur

2. Relatif (%) diberi nama RATIO FEV1 atau ratio saja, untuk itu dihitung dulu rationya dengan rumus :

Ratio : (FEV1/FVC) x 100% harga standarnya adalah :Laki-laki

Ratio= 96,63-0,365 x umur

Perempuan Ratio= 97,89-0,318 x umur

i. batasan normal FEV1

Batasan ini berlaku untuk satuan absolut atau relatif

Normal bila FEV1 = 75% harga standar atau lebih

Obstruksi ringan jika FEV1 = 60% harga standar sampai di bawah 75%-nyaObstruksi sedang jika FEV1 = 50% harga standar sampai di bawah 60%-nyaObstruksi berat jika FEV1 = 40% harga standar sampai di bawah 50%-nyaObstruksi sangat berat jika FEV1 di bawah 40% harga standarj. pemeriksaan KPM

i. Relawan disuruh bernafas cepat dan dalam (dengan fluktuasi volume dua kali TV atau lebih dan frekuensi nafasnya tergantung pada relawan walaupun ada peneliti menganjurkan frekuensi nafas 30-33/menit)

ii. Walaupun pernafasannya kira-kira 10-15 detik, karena kecepatan drum yang medium mengalami gangguan, maka pemeriksaan dilakukan dengan kecepatan drum high (3cm/detik). Perhatikan gambar 4.3 di bawah ini!

k. perhitungan KPM dari spirogram

i. jumlahkan semua fluktuasi dalam cm vertikal kemudian kalikan 500 ml (tidak boleh dirata-ratakan) kan diperoleh jumlah volume udara keluar masuk paru untuk waktu t

ii. penentuan waktu diperoleh dengan menghitung jarak datar dari permulaan pernafasaansampai akhir dalam satuan cm, kemudian dibagi 3 hasilnya adalah waktu dalam detik t = jarak/3 (ingat kecepatan drum 3cm/detik)iii. hitung KPM dengan jumlah volume/t dengan satuan liter/detik yang kemudian dikonversi dengan mengalikan KPM dengan 60 akan ditemukan KPM dalam satuan liter/menit

iv. perhitungan harga standar mengikuti aturan Amerika dengan rumus :

laki-laki KPM

: [86,5-(0,522 x umur)] x luas badan

perempuan KPM: [71,3-(0,474 x umur)] x luas badan

v. luas badan diperoleh dari tinggi badan dan berat badan kemudian dimasukkan ke nomogram du Bois atau rumus du Bois :

BSA(m2) = 0,007184 x Ht(cm)0,725 x Wt(kg)0,425l. perhitungan batasan normal

normal bila KPM = 75% harga sandar atau lebih

obstruksi ringan bila KPM = 60% harga standar sampai di bawah 75%-nyaobstruksi sedang bila KPM = 50% harga standar sampai di bawah 60%-nyaobstruksi berat bila KPM = 40% harga standar sampai di bawah 50%-nyaobstruksi sangat berat bila KPM < 40% harga standarV. HASIL5.1. Gambar Spyrogram Laki-Laki5.2. Gambar Spirogram Perempuan5.3. Tabel Kapasitas VitalRelawanKV 2 stage (BTPS)KV standarKesimpulan

Laki-laki 2,9754 LAmerika=4,233 LRestriksi ringan

Indonesia= 3,687LNormal

Perempuan 2,565 LAmerika=3,078 LNormal

Indonesia=2,742LNormal

RelawanKV OSE (BTPS)KV standarKesimpulan

Laki-laki2,9754 LAmerika=4,233 LRestriksi ringan

Indonesia= 3,687LNormal

Perempuan 2,5137 LAmerika=3,078 LNormal

Indonesia=2,742LNormal

RelawanKV OSI (BTPS)KV standarKesimpulan

Laki-laki3,4884 LAmerika=4,233 LNormal

Indonesia= 3,687LNormal

Perempuan 2,6163 LAmerika=3,078 LNormal

Indonesia=2,742LNormal

5.4. Tabel Kapasitas Pernapasan Maximal (KPM)

RelawanKPM (BTPS)KPM standarKesimpulan

Laki-laki122,812 L/mnt123,297 L/mntNormal

Perempuan33,427 L/mnt 92,195 L/mntObstruksi sangat berat

5.5. Tabel Kapasitas Vital Paksa (KVP) / Force Vital Capacity (FVC)

RelawanFVC (BTPS)FVC standarKesimpulan

Laki-laki3,7449 LAmerika=4,233 LNormal

Indonesia= 3,687LNormal

Perempuan 2,3598 LAmerika=3,078 LRestriksi ringan

Indonesia=2,742LNormal

5.6. Tabel Force Expiratory Volume at 1st Second (FEV1)RelawanFEV1 Absolut BTPSFEV1 Absolut standarKesimpulan

Laki-laki 3,5397 L3,384 LNormal

Perempuan 1,5903 L 2,428 LObstruksi ringan

FEV1 Relatif BTPSFEV1 Relatif

StandarKesimpulan

Laki-laki94,52 %89,695 %Normal

Perempuan67,39 %91,848 %Obstruksi ringan

V1. PEMBAHASANPriaWanita

NamaAlbert HartonoEvelina Larissa

Umur (tahun)1919

Tinggi (cm)166155

Berat badan (kg)6852

Luas tubuh (m2)(dengan diagram nomogram Du Bois)1,611,48

6.2. Faktor Konversi ATPS ke BTPS

P = Pbar PH2Otemp = 745-37,4= 707,6 mmHgV = VATPST = 273 + 33 = 310 KP1 = Pbar PH2O37= 745-46,6 = 698,4 mmHg

V1 = volume BTPS yang dicari

T1 = (273 + 37) = 310 KP x V P1 x V1

TT1

707,6 x V

698,4 x V1

306310

V1 = 1,026 x V

VBTPS = 1,026 x VATPS6.3. Harga Standard

a. VC

*. Standard America

Laki-laki: VC =(27,63-0,112 x umur) x TB = (27,63-0,112 x 19) x166

= (27,63- 2,128) x 166 = 4,233L

Perempuan:VC=(21,78-0,101 x umur) x TB = (27,63-0,101 x 19) x155

= (21,78- 1,919) x 155 = 3,078L

*. Standard Indonesia

Laki-laki: VC = -5,44 + 0,061 x umur + 0,048 x TB + 1,62 x C 0,074 x C x umur

=-5,44 + 0,061 x 19 +0,048 x 166 = 3,687L

Perempuan:VC= -3,37 + 0,028 x umur +0,036 x TB + 1,00 x C 0,0458 x C x umur

= -3,37 + 0,028 x 19+ 0,036 x155+ 0+ 0 = 2,742L

b. FVC

Sama dengan VC

c. FEV1

*. Absolute

Laki-laki: FEV1= -4,002+0,048 x umur +0,039 x TB + 1,49 x C - 0,074 x C x umur

= -4,002 + 0,048 x 19 + 0,039 x 166 = 3,384L

Perempuan FEV1= -2,39+0,017 x umur +0,029 x TB + 0,85 x C - 0,039 x C x umur

= -2,39 + 0,017 x 19 + 0,029 x 155 = 2,428 L

*. Relative

Pria: Ratio= 96,63 0,363 x umur = 96,63 - 0,365 x 19 = 96,63-6,935

= 89,695%

Perempuan: Ratio= 97,89 0,518 x umur = 97,89 0,318 x 19

=91,848%

d. KPM

Laki-laki KPM = [86,5 (0,522 x umur)] x luas badan

= [86,5 (0,522 x 19)] x 1,61

= 123,297L

PerempuanKPM = [71,3 (0,474 x umur)] x luas badan

= [71,3 (0,474 x 19)] x 1,48

= 92,195L

6.4. Hasil Percobaan

6.4.1. VC

a. VC 2 stage

*. Laki-laki: VC ATPS =2,9L

VC BTPS = 1,026 x 2,9= 2,9754 L

Perbandingan dengan standard Amerika2,9754 x 100% = 70,29% (restriksi ringan)

4,233

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,9754 x 100% = 80,69% (Normal)

3,687

*. Perempuan: VC ATPS = 2,5 L

VC BTPS = 1,026 x 2,5 = 2,565 LPerbandingan dengan standard Amerika2,565 x 100% = 83,33% (Normal)

3,078

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,565 x 100%= 93,54% (Normal)

2,742

b. Vital Capacity one stage expiration (VCose)

*. Laki-laki: VC ATPS =2,9L

VC BTPS = 1,026 x 2,9= 2,9754 L

Perbandingan dengan standard Amerika2,9754 x 100% = 70,29% (restriksi ringan)

4,233

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,9754 x 100% = 80,69% (Normal)

3,687

*. Perempuan: VC ATPS =2,45L

VC BTPS = 1,026 x 2,45= 2,5137 L

Perbandingan dengan standard Amerika2,5137 x 100% = 81,67% (Normal)

3,078

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,5137 x 100% = 91,67 % (Normal)

2,742

c. Vital Capacity one stage inspiration (VCosi)

*. Laki-laki: VC ATPS =3,4 L

VC BTPS = 1,026 x 3,4 = 3,484 L

Perbandingan dengan standard Amerika3,4884 x 100% = 82,41% (Normal)

4,233

Perbandingan dengan standard Indonesia

3,4884 x 100% = 94,61% (Normal)

3,687

*. Perempuan: VC ATPS =2,55L

VC BTPS = 1,026 x 2,3= 2,6163 L

Perbandingan dengan standard Amerika2,6163 x 100% = 85% (Normal)

3,078

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,6163 x 100% = 95,42% (Normal)

2,742

6.4.2. FVC

*. Laki-laki: FVC ATPS =3,65 L

FVC BTPS = 1,026 x 3,65 = 3,7449 L

Perbandingan dengan standard Amerika3,7449 x 100% = 88,47% (Normal)

4,233

Perbandingan dengan standard Indonesia

3,7449 x 100% = 101,57% (Normal)

3,687

*. Perempuan: FVC ATPS =2,3L

FVC BTPS = 1,026 x 2,3= 2,3598 L

Perbandingan dengan standard Amerika2,3598 x 100% = 76,67% (Restriksi Ringan)

3,078

Perbandingan dengan standard Indonesia

2,3598 x 100% = 86,06% (Normal)

2,742

6.4.3. FEV1

a. FEV1 Absolute

*. Laki-laki: FEV ATPS =3,45 L

FEV BTPS = 1,026 x 3,45 = 3,5397 L

Perbandingan dengan standard 3,5397 x 100% = 104,6% (Normal)

3,384

*. Perempuan: FEV ATPS =1,55 L

FVC BTPS = 1,026 x 1,55= 1,5903 L

Perbandingan dengan standard1,5903 x 100% = 65,5% (Restriksi Ringan)

2,428

b. FEV1 Relatif

*. Laki-laki: Ratio = 3,5397 x 100% = 94,52%

3,7449

Perbandingan dengan standard 94,52 x 100% = 105,38 % (Normal)

89,695*. Perempuan: Ratio = 1,5903 x 100% = 67,39%

2,3598

Perbandingan dengan standard 67,39 x 100% = 73,37 % (Obstruksi Ringan)

91,848

6.4.4. KPM

*. Laki-laki: KPM ATPS =119,7 L/menit

KPM BTPS = 1,026 x 119,7 = 122,812 L/menit

Perbandingan dengan standard 122,812 x 100% = 99,6% (Normal)

123,297

*. Perempuan: KPM ATPS =32,58 L/menit

KPM BTPS = 1,026 x 32,58 = 33,427 L/menit

Perbandingan dengan standard 32,58 x 100% = 36,26% (Obstruksi Sangat Berat)

92,195VII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Berapa persen harga kapasitas vital (KV) yang didapat (BTPS) dibandingkan harga standardnya?

KV relawan laki-laki:

VCtwo stage (2,9754 L( 70,29 % Harga standard (Restriksi Ringan)

VCosi

(3,4884 L

( 82,41 % Harga standard (Normal)

VCose(2,9754 L

( 70,29 % Harga standard (Restriksi Ringan)

KV relawan perempuan:

VCtwo stage(2,565 L(83,33 % Harga standard (Normal)

VCosi

(2,6163 L

(85 % Harga standard (Normal)

VCose

(2,5137 L

(81,67 % Harga standard (Normal)

Harga standard yang digunakan adalah standard AmericaKV relawan laki-laki:

VCtwo stage (2,9754 L( 80,69 % Harga standard (Normal)

VCosi

(3,4884 L

( 94,61 % Harga standard (Normal)

VCose(2,9754 L

( 80,69 % Harga standard (Normal)

KV relawan perempuan:

VCtwo stage(2,565 L(93,54 % Harga standard (Normal)

VCosi

(2,6163 L

(95,42 % Harga standard (Normal)

VCose

(2,5137 L

(91,67 % Harga standard (Normal)

Harga standard yang digunakan adalah standard Indonesia2. Normalkah KV relawan?

Sudah terjawab pada no.1.

3. Udara bagian yang mana yang diekspirasikan pada detik pertama, kedua, dan ketiga pada ekspirogram paksa?Jawab :

FEV1 adalah volume udara yang diekspirasikan maksimal setelah relawan melakukan inspirasi maksimal selama detik pertama ekspirasi pada penetuan KV.FEV2 adalah volume udara yang diekspirasikan maksimal setelah relawan melakukan inspirasi maksimal selama detik kedua ekspirasi pada penetuan KV.FEV3 adalah volume udara yang diekspirasikan maksimal setelah relawan melakukan inspirasi maksimal selama detik pertama ekspirasi pada penetuan KV.KV (Kapasitas Vital) adalah IRV + TV + ERV

Sehingga dapat disimpulkan : Bagian yang diekspirasikan pada FEV1, FEV2, FEV3 adalah IRV, TV, ERV.4. Bagaimana kesan saudara terhadap paru-paru relawan?

Paru-paru relawan laki-laki bagus, paru-paru relawan perempuan menampakkan gejala obstruksi5. Adakah beda antara KPM yang didapat dengan volume semenit?

Jawab :

Volume semenit: Volume udara yang keluar masuk paru selama semenit pada pernapasan biasa.

KPM : Volue udara maksimal dalam semenit yang keluar masuk paru.

Jadi, pada pemeriksaan volume semenit, relawan bernapas tanpa kekuatan paksa. Sedangkan, pada pemeriksaan KPM, relawan menggunakan otot pernapasan secara maksimal. Dari sini terlihat volume KPM lebih besar daripada volume semenit.

6. Apakah KPM juga berbeda dengan ventilasi alveoli?

KPM : Volume udara maksimal yang keluar masuk paru selama satu menit.

Ventilasi alveoli: Volume total udara yang masuk kedalam alveoli (dan daerah pertukaran gas yang berdekatan lainnya) setiap menit

Volume udara yang dihisap saat inspirasi tidak semuanya masuk kedalam alveoli paru tetapi ada yang tetap berada dalam saluran nafas dan tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas, seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi. Pada pengukuran KPM udara ruang rugi belum diperhitungkan jadi volume KPM masih termasuk udara ruang rugi

7. Jika hasil diagnosis paru melalui KPM dan FEV1 berbeda, apa kesimpulan saudara?

Pemeriksaan KPM & FEV1 relawan pria menunjukkan hasil yang sama, normal. Sedangkan pemeriksaan KPM & FEV1 relawan perempuan menunjukkan hasil yang berbeda. KPM relawan perempuan menunjukkan obstruksi sangat berat. FEV1 relawan wanita menunjukkan obstruksi ringan. Hasil KPM & FEV1 dipengaruhi factor relawan. Jadi, relawan wanita tidak bernapas dengan kekuatan maksimal/ kecepatan nafasnya tidak stabil pada pemeriksaan KPM sehingga hasil diagnosis paru melalui KPM dan FEV1 berbeda.VIII. KEPUSTAKAANArthur C. Guyton & John E.Hall : Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta, 1997

Ganong, W.F : Review of Medical Physiology, Edisi 19, EGC, Jakarta, 1999

_1094310766.doc


Top Related