Download - Laporan DK MPK

Transcript

PemicuDr. Andi adalah dokter di UPTD 24 jam daerah Batu Ampar Kubu Raya. Ketika dr. Andi jaga pada malam hari, seorang pasien wanita berusia 45 tahun dating dengan keluhan pusing dan nyeri di dada. Pertolongan pertama segera diberikan oleh dr. Andi, dan tenaga medis yang ada di puskesmas. Dari hasil pemeriksaan tanda vital diketahui TD: 170/100 mmHg, Frekuensi nadi : 90x/menit, Frekuensi nafas: 20x/menit, dan suhu: 36.5 C. Kerena keterbatasan alat yang ada di puskesmas dan beberapa diantaranya sedang rusak maka pasien dirujuk kerumah sakit terdekat.Klarifikasi dan definisi :1) Rujukan : Pelimpahan wewenang atau tanggung jawab atas masalah kesehatan dan kasus kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik baik secara vertikal maupun horizontal.Keywords:1) Puskesmas UPTD 24 Jam2) Pertolongan pertama di layanan primer3) Rujukan4) Keterbatasan alatRumusan MasalahBagaimana pertolongan pertama yang diberikan di layanan primer an bagaimana tata cara rujukan UPTD 24 jam?HipotesisPertolongan pertama pada keadaan gawat darurat dilayanan primer mempunyai prinsip : Mempertahankan hidup Membuat kondisi penderita stabil Mempercepat kesembuhan penderita Mencegah terjadinya kecacatanTata cara rujukan UPTD 24jam disesuaikan dengan peraturan mentri kesehatan RI no. 001 tahun 2012AnalisisMasalah

Program puskesmasUnit KerjaFasilitasKlasifikasiDefinisiPusing dan Nyeri dadaPuskesmas 24 Jam

Pertolongan pertama di layanan primer

RUJUKAN

Pertanyaan Pemicu1. Apa itu Puskesmas UPTD 24 jam?2. Bagaimana pertolongan pertama di layanan primer khususnya puskesmas?3. Apa itu rujukan?4. Apa perbedaan konseling dan rujukan?5. Bagaimana perbedaan wewenang dan tanggung jawab antara rujukan dan konseling?6. Bagaimana sistem rujukan ke layanan sekunder dan fasilitas apa saja yang disediakan?7. Pada kasus di daerah kecamatan, bagaimana serah terima sampai ke tempat rujukan?8. Studi kasus

PEMBAHASAN

1. Apa itu Puskesmas UPTD 24 jam?

a. Kedudukan

Unit Pelaksana Teknis Puskesmas yang selanjutnya disingkat UPT Puskesmas adalah UPT pada Dinas Keshatan Daerah yang selanjutnya disingkat UPTD Puskesmas.UPTD Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.UPTD Puskesmas Onembute adalah unit pelaksana teknis untuk menunjang operasional Dinas Kesehatan dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Konawe. UPTD Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dengan kata lain UPTD Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.UPTD Puskesmas sebagai badan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki kedudukan secara administratif dan kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan. Kedudukan secara administratif yang berarti UPTD Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah Kabupaten dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas kesehatan Kabupaten. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan yang berarti UPTD Puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama sesuai dengan SKN.

b. FungsiUPTD Puskesmas mempunyai fungsi pelayanan kesehatan strata pertama, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.Fungsi fungsi tersebut dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.

UPTD Puskesmas memiliki fasilitas penunjang untuk dapat menjangkau pelayanan lebih merata dan meluas, oleh karena itu perlu adanya fasilitas:

Puskesmas pembantuPuskesmas Pembantu / Poskesdes adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan UPTD Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.Puskesmas Pembantu / Poskesdes merupakan bagian integral dari Puskesmas dengan kata lain satu UPTD Puskesmas meliputi seluruh Puskesmas Pembantu / Poskesdes yang ada didalam wilayah kerjanya.

Puskesmas kelilingPuskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan roda empat atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal Puskesmas.Puskesmas Keliling berfungsi untuk menunjuag dan membantu melaksanakan kegiatan kegiatan UPTD Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Bidan DesaPada tiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya akan ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala UPTD Puskesmas.Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan Posyandu dan pembinaan pimpinan kelompok persepuluhan / dasawisma, disamping memberi pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan dirumah-rumah.

c. Tugas PuskesmasUntuk melaksanakan fungsi fungsi tersebut di atas, UPTD Puskesmas mempunyai tugas : mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat; merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Puskesmas; menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya; melaksanakan upaya kesehatan masyarakat; melaksanakan upaya kesehatan perorangan; melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/ kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya serta pembinaan pengobatan tradisional; melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta serta kader pembangunan kesehatan; melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya masyarakat di wilayah kerjanya; melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan; melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT; melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD; melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2. Bagaimana pertolongan pertama di layanan primer khususnya puskesma?Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan di Puskesmas menurut Kepmenkes Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008).Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat trasportasi dan komunikasi.On site adalah berada di tempat.GELS adalah General Emergency Life Support.ATLS adalah Advance Trauma Life Support. ACLS adalah Advance Cardiac Life Support.

3. Rujukana. DefinisiSistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

b. KlasifikasiBerdasarkan tingkatan : Rujukan HorizontalRujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan VertikalRujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Berdasarkan tata hubungan : Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Berdasarkan Lingkup Layanan : Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik: Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

c. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rujukan Keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik.

d. Tata Cara Rujukana) Faktor yang mengharuskan pasien di rujuk.b) Memintakan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.c) Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.d) Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.e) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana transportasi.f) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.g) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan.h) Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.

e. Format Surat Rujukana. Surat Rujukan

b. Balasan Surat Rujukan

f. Inform ConcernMemintakan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.dengan penjelasan sekurang-kurangnya meliputi: a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan; c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan; d. transportasi rujukan; dan e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan:Pasal 4: Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pasal 6: Rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan terdekat yg memiliki kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.Pasal 9: Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan. Pasal 11: Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan mendapat persetujuan pasien atau keluarganya. Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada poin 1 adalah pasien tidak dapat ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.Pasal 12: Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.Pasal 13: melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.

4. Apa perbedaan konseling dan rujukan?Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani olehseorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli. Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.a. Karakteristik konsultasi dan rujukan Ruang lingkup kegiatanKonsultasi merupakan kegiatan memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Sedangkan, rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.

Kemampuan dokterKonsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman. Sedangkan, hal ini tidak mutlak pada rujukan.

Wewenang dan tanggung jawabKonsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan wewenang dan tanggung jawab pindah pada dokter yang dirujuk.

b. Manfaat konsultasi & rujukan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kebutuhan dan tuntutan kesehatanpasien akan terpenuhic. Masalah konsultasi dan rujukan Rasa kurang percaya pasienterhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter) Rasa kurang senang pada diri dokter(bila rujukan/ konsultasi ataspermintaan pasien) Bila tidak ada jawaban dari konsultasi Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi) Apabila pasien tidak bersedia untukdikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

5. Bagaimana perbedaan wewenang dan tanggung jawab antara rujukan dan konseling?Pembagian wewenang dan tanggungjawab dalam konsultasi dan rujukan : Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tersebut tidak ikut menanganinya. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

6. Bagaimana sistem rujukan ke layanan sekunder dan fasilitas apa saja yang disediakan?Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan pengiriman dokter ahli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat berasal dari Puskesmas, klinik atau Rumah Sakit yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas Kesehatan yang memang mampu menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan.

a. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan pengetahuan dan tenaga ahli /dokter spesialis antara lain : Rumah Sakit / Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli, misalnya Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang mampu memberikan bantuan tenaga ahli , misalnya Rumah Sakit Umum Provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dimana Rumah Sakit /Puskesmas yang membutuhkan tenaga ahli tersebut berada. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang akan memberikan bantuan tenaga ahli tersebut berada.

b. Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga ahli /dokter spesialis meliputi antara lain:

Bimbingan klinis untuk deteksi dini kasus-kasus rujukan. Bimbingan klinis melakukan tindakan pra-rujukan. Bimbingan klinis penanganan kasus-kasus yang masih menjadi kewenangan puskesmas melakukan Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONED). Bimbingan klinis untuk tindak lanjut (follow up) kasus kasus rujukan balik yang diterima oleh puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes. Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-kasus yang sering dijumpai di puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.

c. Prosedur standar rujukan pengetahuan dan tenaga ahli/dokter spesialis, adalah sebagai berikut

Prosedur Standar Permintaana) Puskesmas / Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang memerlukan tenaga ahli membuat surat permintaan tenaga ahli.b) Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.c) Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan tenaga ahli tersebut ke Direktur Rumah Sakit tujuan dan tembusan kepada Kepala Staf Medik Fungsional (SMF) yang dituju paling lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima.d) Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda, akomodasi, konsumsi dan honor atau insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang bersangkutan.e) Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan pelaksanaannya.f) Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di wilayahnya dengan tembusan ke Rumah Sakit atau Instansi yang mengirim.g) Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan.

Prosedur Standar Pengirimana) Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga ahli berkonsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk disesuaikan dengan program rujukan di Provinsi tersebut.b) Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah Sakit/ Instansi tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas bagi tenaga ahli yang bersangkutan sesuai permintaan.c) Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip.d) Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan.Standar Minimal Pelayanan PuskesmasNo. Jenis Pelayanan Indikator Keterangan

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4.Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, triwulan ketiga umur kehamilan.

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Komplikasi kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas.

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Proses pelayanan persalinan dimulai pada kala Isampai dengan kala IV persalinan.

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 4. Cakupan Pelayanan Nifas pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan

5. Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Bayi berumur 0 28 hari, dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 6. Cakupan Kunjungan Bayi Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

7. Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), Ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 8. Cakupan pelayanan anak balitaMencakup Pemantauan pertumbuhan dan Pemantauan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan)

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulankeluarga miskinPemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 Bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatanbalita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkatpemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dokter kecil.

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 12. Cakupan peserta KB aktifPasangan suami Isteri, yang istrinya berusia 15 49 tahun. Angka Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan Tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS).

I. Pelayanan Kesehatan Dasar 13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit.a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahunb. Penemuan Penderita Pneumonia Balitac. Penemuan pasien baru TB BTA Positifd. Penderita DBD yang ditangani

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Jumlah pasien masyarakat miskin di puskesmas pada kurun waktu tertentu.

II. Pelayanan Kesehatan Rujukan15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskinRawat Jalan Tingkat Lanjut meliputi rawat inap di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga

16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki DokterUmum on site 24 jam dengan.General Emergency Life Support.Advance Trauma Life Support.Advance Cardiac Life Support.

III. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 17. Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Upaya untuk menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan Penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu KLB.

IV. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 18. Cakupan Desa Siaga Aktif desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan

7. Pada kasus di daerah kecamatan, bagaimana serah terima sampai ke tempat rujukan?Perujuk sebelum melakukan rujukan harus melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat.Penerima rujukan berkewajiban:a. Menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatanb. Memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.Perujuk membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana transportasi. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan perujuk, sedangkan pasien memerlukan asuhan medis terus menerus, rujukan dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi lain yang layak didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan.Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan.Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya.

8. Studi KasusPada kasus yang ada dalam pemicu, pasien kemungkinan dicurigai mengalami angina pektoris. Angina pektoris adalah keadaan klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak atau nyeri di dada akibat iskemia jaringan otot jantung. Secara klinik bentuk angina dibedakan atas dua bentuk, yaitu angina stabil dan tidak stabil. Angina tidak stabil merupakan bentuk yang lebih berat yang dapat berkembang menjadi dan/atau merupakan bentuk awal infark miokard sehingga penderita perlu diperiksa dan diobservasi lebih lanjut di rumah sakit. Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala klinis nyeri dada retrosternal dan dengan dilakukannya pemeriksaan EKG.Pengobatan serangan akut : Serangan akut diatasi dengan istirahat agar aktivitas jantung berkurang. Vasodilator berfungsi memperbaiki penyediaan oksigen dan mengurangi konsumsi oksigen jantung. Nitrogliserin sublingual 0,15 - 0,6 mg sangat efektif. Tablet ini dapat digunakan beberapa kali tiap hari tanpa efek samping kecuali sakit kepala. Bila 1 tablet belum menolong boleh diulang, tetapi bila setelah diulang 3 kali gejala tak berkurang maka kemungkinan telah terjadi infark. Isosorbid dinitrat (ISDN) sublingual 2,5 5 mg yang juga dapat diulang atau tablet oral 5 30 mg.

KesimpulanPertolongan pertama pada kegawat daruratan di layanan primer yaitu UPTD 24 jam dilakukan dengan menstabilkan kondisi pasien sesuai dengan kondisi medis dan bertujuan untuk menjaga keselamatan pasien .Tata cara rujukan dimulai dengan melakukan pertongan pertama, berkomunikasi dan memastikan penerima rujukan menerima pasien serta membuat surat pengantar rujukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga dan Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007Kepmenkes Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008 diakses pada www.depkes.go.id pada tanggal 25 September 2013

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)


Top Related