Transcript
Page 1: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau
Page 2: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

i

R i n g k a s a n

Hal - i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis bagi Indonesia di bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan Negara sehingga diperlukan upaya penanganan secara khusus. Disisi lain pemerintah menyadari banyak permasalahan sosial dan ekonomi, pertahanan keamanan yang timbul di kawasan perbatasan membutuhkan reorientasi kebijakan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, penegakan hukum, kerjasama antarnegara di kawasan perbatasan disamping pendekatan keamanan secara bersamaan. Pendekatan ini kemudian direfleksikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, dimana kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah, melalui Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional didukung oleh Decentralization Support Facility (DSF) – Bank Dunia saat ini tengah melaksanakan pekerjaan “Penguatan Kapasitas Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Kawasan Perbatasan” (Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas). Pekerjaan ini akan menghasilkan beberapa keluaran yaitu : 1) Penyusunan naskah kebijakan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan secara terpadu; 2) Penyusunan Konsep Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan; 3) Kerangka Monitoring dan Evaluasi; 4) Pelatihan bagi Pemerintah daerah dan 5) Pelaksanaan Workshop Nasional. Sebagai bagian dari upaya penyusunan naskah kebijakan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan secara terpadu, melalui kerjasama dengan BNPP akan disusun arah kebijakan, strategi, dan sasaran pengelolaannya di 3 (tiga) lokasi pilot project kabupaten (Sanggau, Nunukan dan Bintan. Dalam rangka untuk memperoleh masukan-masukan pada konsep tersebut, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan dimasing-masing kabupaten dengan melibatkan stakeholder terkait di tingkat kabupaten. Hasil yang diharapkan dari FGD ini adalah diperolehnya informasi mengenai konsep pengembangan kawasan perbatasan negara ditinjau dari perspektif perencanaan pembangunan daerah berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten serta terumuskannya isu strategis permasalahan dan akar masalah berdasarkan temuan masing-masing RPL di Kabupaten (Sanggau, Nunukan dan Bintan), yang kemudian didiskusikan dalam satu wadah FGD untuk ditindak lanjuti dengan arah kebijakan, strategi, dan sasaran pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan di 3 lokasi tersebut. Untuk mendukung kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Bappenas dan Bappeda Kabupaten masing-masing. Peserta yang hadir pada acara ini berasal dari berbagai stakeholder (SKPD kabupaten, instansi Kecamatan, masyarakat, LSM, Pergurun TInggi). Pelaksanaan FGD itu sendiri dilakukan selama 1 (satu) hari di masing-masing kabupaten dimana dilaksanakan dalam rentang waktu antara bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat di Bappeda dan Kantor Bupati.

Page 3: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

ii

R i n g k a s a n

Hal - ii

Dalam proses pelaksaaan FGD metode dilakukan secara partisipatif, dengan mengedepankan pengalaman-pengalaman dari peserta terkait dengan isu-isu strategis yang berkembang diwilayah perbatasan negara. Proses-proses yang dilakukan oleh peserta pada FGD ini meliputi curah pendapat, diskusi kelompok, penugasan, dan presentasi. Dari proses-proses diskusi yang telah dilakukan, beberapa temuan-temuan penting yang diperoleh dari FGD ini adalah pada Aspek Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, isu yang muncul belum seluruh segmen batas baik di darat maupun di laut disepakati dengan negara tetangga. Di samping itu, kurangnya tanda batas dan atau tidak adanya tanda batas yang jelas, patok batas yang hilang terutama jenis Type D (Type kecil) serta belum tersosialisasikannya tanda batas kepada masyarakat kedua negara sehingga sering menimbulkan terjadinya pelanggaran batas wilayah negara. Lemahnya pengawasan salah satunya disebabkan oleh sarana dan prasarana yang tersedia sangat minim, sebagian besar telah mengalami kerusakan, ataupun teknologi yang kurang canggih. Hal ini sangat dikhawatirkan dapat mengakibatkan hilang atau bergesertnya patok-patok batas negara yang telah disepakati. Lemahnya kemampuan diplomasi dalam perundingan mengenai batas negara dimana tim perunding yang ditugaskan tidak memahami secara utuh tentang perbatasan, penguasaan data dan lain sebagainya sebagai penunjang perundingan dengan negara tetangga. Penetapan batas negara cenderung berlarut-larut karena terlalu dominan dengan unsur politis sehingga belum menghasilkan solusi yang signifikan. Aspek Aspek Pertahanan, Keamanan dan Hukum, isu yang muncul pengawasan terhadap kedaulatan negara baik darat, laut dan udara belum dapat dilaksanakan secara optimal dimana salah satu penyebabnya adalah jumlah personil dan sarana pendukung yang dirasa belum memadai dibanding dengan luasnya cakupan pengawasan dan panjangnya batas untuk dilalui. Masih maraknya kegiatan ilegal (penyelundupan barang, perdagangan manusia, pembalakan liar, penangkapan ikan liar, dll.), di jalur jalan setapak yang tidak terawasi dan zona-zona laut yang tidak terpantau oleh patroli. Penegakan hukum dirasa masih lemah sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi pelanggar yang masuk ke wilayah NKRI baik darat maupun laut. Kondisi demikian disebabkan oleh belum terintegrasinya dan tumpang tindihnya aturan dari institusi yang terlibat dalam penegakan hukum di darat maupun di laut. Pengaruh idelogi, politik, sosial dan budaya dari negara tetangga sulit terbendung karena era globalisasi yang mengakibatkan rendahnya rasa nasionalisme pada masyarakat di wilayah perbatasan sehingga warga negara Republik Indonesia yang lebih hafal karakter ideologi dan budaya negara tetangga dibanding dengan negara sendiri bahkan disinyalir ada beberapa warga negara Republik Indonesia yang beralih status menjadi warga negara tetangga. Pelayanan CIQS yang melintasi Pos Lintas Batas masih menggunakan cara yang manual dalam mengidentifikasi barang yang masuk atau keluar di kawasan perbatasan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama bagi calon imigran. Hal ini disinyalir rawan terhadap praktek penyelundupan. Didaerah perbatasan laut yang merupakan pulau terluar termasuk wilayah yang rawan invasi dan penguasaan dan kepemilikan pulau sehingga antisipasi dan penguatan terhadap dokumen kepemilikan keberadaan gugus pulau harus didukung dengan keberadaan data dan fakta sejarah yang otentik serta dapat dipertanggung jawabkan di dunia internasional sehingga tidak mudah dipatahkan oleh negara lain, seperti kasus sipadan dan ligitan.

Page 4: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

iii

R i n g k a s a n

Hal - iii

Aspek Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan isu yang muncul ketimpangan ekonomi khususnya di wilayah perbatasan dengan negara Malaysia sangat jelas sekali terlihat sehingga masyarakat di perbatasan lebih memilih produk negara tetangga dibandingkan dengan produk dalam negeri. Aturan regulasi mengenai tata niaga perdagangan belum sepenuhnya atau belum ada sama sekali yang mengatur tentang produk impor di kawasan perbatasan. Pembangunan infrastruktur yang mendukung kawasan ekonomi dirasa masih kurang sehingga daya dukung untuk menggerakkan roda perekonomian di kawasan perbatasan menjadi terhambat. Terkadang dalam membangun infrastruktur tersebut terkendala oleh status tanah yang termasuk ke dalam hak ulayat, cagar alam atau kawasan hutan lindung. Kurangnya promosi terhadap budaya lokal dan keindahan alamnya yang apabila dikelola dengan baik berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri sehingga dengan sendirinya akan menghidupkan aspek ekonomi masyarakat sekitarnya. Di samping itu, sarana transportasi untuk menjangkau daerah wisata budaya tersebut juga dinilai belum memadai apalagi daerah kunjungan wisata berada di lokasi (pulau) terpencil. Keterbatasan teknologi pengelolaan SDA khususnya bidang perikanan menjadi salah satu kendala dalam mengekspoloitasi kekayaan laut (lokasi Teluk Sebong-Bintan dan Sebatik-Nunukan) termasuk sumber daya manusia beserta permodalannya. Di bidang pertanian dan perkebunan (khusus Sekayam-Sanggau), ketersediaan benih unggul masih dirasa kurang (tanaman mudah terjangkiti oleh hama tanaman) sehingga tidak memberikan hasil panen yang memuaskan, kualitas/mutu pasca panen yang rendan sehingga menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah pula. Belum ada sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi lokal (pasar bantu) sehingga masyarakat cenderung untuk melaksanakan transaksi barter (menukar barang dengan barang) dan tidak menggunakan uang. Pemanfaat SDA yang belum optimal dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dalam hal pemanfaatan SDA karena rendahnya kualitas SDM masyarakat sehingga tetap berada dalam kemiskinan. Aspek Pelayanan Sosial Dasar isu yang muncul Sebagian besar wilayah perbatasan merupakan daerah yang terisolasi dan tertinggal terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, air bersih, dan telekomunikasi baik kualitas maupun kuantitasnya dibandingkan dengan wilayah bukan perbatasan. Kondisi masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang tinggal di wilayah perbatasan sangat memprihatinkan terutama dari sisi kesejahteraan sosial. Untuk sistem pendidikan belum disesuaikan dengan adat istiadat setempat masyarakat KAT (misalnya: jam sekolah tidak perlu mengikuti jam sekolah seperti di wilayah lain). Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di kawasan perbatasan dikarenakan kurangnya aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar, diantaranya masalah tenaga pelayanan kesehatan, pendidikan dan Pekerja Sosial Masyarakat. Didaerah perbatasan laut yang merupakan pulau terluar termasuk wilayah yang rawan bencana, namun demikian, upaya pemerintah dalam memberikan info (early warning) dan pemahaman kepada masyarakat tentang bencana alam masih kurang sehingga belum ada tindakan antisipatif dan preventif dalam menghadapi bencana. Di samping itu, daerah pulau terluar rawan terhadap eksploitasi SDA yang tidak terkendali serta kerusakan akibat abrasi gelombang laut. Aspek Kelembagaan isu yang muncul keterlibatan lembaga adat selama ini nyaris tidak pernah tersentuh, padahal lembaga adat tersebut secara yuridis informal menguasai kawasan yang dihuni di wilayah perbatasan (ulayat). Koordinasi, integrasi, sinergitas dan sinkroniasai lintas sektoral belum berjalan secara optimal dan cenderung sektor-

Page 5: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

iv

R i n g k a s a n

Hal - iv

sektor melaksanakan program sendiri-sendiri (ego sektoral) sehingga mengakibatkan program yang telah dijalankan kurang berhasil. Selain itu dampak dari begitu banyaknya program dari masing-masing sektor/ SKPD terkait adalah masyarakat menjadi jenuh karena setiap program yang dibawa oleh masing-masing sektor membawa isu yang hampir sama. Khusus untuk provinsi Kalbar dan Kaltim sudah ada Badan Pengelola Perbatasan Daerah yaitu Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) Kalbar dan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil (BPKPPDT). Sedangkan Badan Perbatasan Daerah untuk tingkat kabaupaten (Sanggau dan Nunukan) masih dalam tahap proses pengesahan dan untuk Provinsi Kepri dan lokasi pilot Bintan belum memilki Badan Perbatasan Daerah tersendiri, hingga saat ini masih berada dan gabung dengan Bappeda Provinsi maupun kabupaten. Secara umum permasalahan koordinasi, informasi dan inkonsistensi pelaksanaan program antar instansi menjadi kendala dalam pembangunan kawasan perbatasan secara terpadu. Koordinasi yang kurang baik salah satunya dapat mengakibatkan tidak diperolehnya informasi mengenai program-program yang tengah atau akan digulirkan di wilayah perbatasan sehingga dikhawatirkan akan terjadi tumpang tindih dengan program sektoral. Konsep pembangunan wilayah perbatasan (penataan ruang wilayah perbatasan, penyelesaian masalah-masalah perbatasan, dan lain lain) belum seluruhnya dirumuskan secara terarah karena rendahnya “political will” dari pemerintah serta dukungan anggaran yang sangat terbatas. Penempatan aparat pengelola wilayah perbatasan cenderung tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ataupun pengalamannya sehingga kurang serius dalam menangani masalah perbatasan. Rekomendasi yang diberikan kaitannya dengan penyusunan policy paper adalah penataan wilayah perbatasan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan adalah mendesak untuk segera dilaksanakan serta membutuhkan konsentrasi dan kemauan yang kuat (political will). Disamping itu perlunya data dan informasi yang memadai mengenai kondisi wilayah, pendidikan, kesehatan, potensi SDA, dan sebagainya untuk mendukung perencanaan yang tepat dan mengena pada sasaran. Rencana Induk belum sepenuhnya tersosialisasikan dengan baik, berakibat pada pemahaman pemerintah daerah (Bappeda/Pemda) terhadap persoalan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan belum sepenuhnya utuh, sehingga dalam beberapa hal akan memunculkan persoalan ketika akan diimplementasikan dalam Rencana Aksi. Pembangunan kawasan perbatasan hendaknya lebih mengedepankan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) daripada pendekatan keamanan (security approach). Untuk memperkuat pada aspek batas wilayah negara, maka pemerintah harus lebih serius dan proaktif dalam melakukan perundingan dengan negara tetangga dalam menyelesaikan beberapa segmen batas wilayah yang belum selesai, baik untuk perbatasan darat maupun perbatasan laut. Upaya pengamanan dilakukan untuk meningkatkan pertahanan negara di sepanjang garis perbatasan dengan negara tetangga guna mengantisipasi segala kemungkinan munculnya gangguan maupun ancaman terhadap kedaulatan negara yang bisa terjadi di kawasan perbatasan. Sebagai pendukung kelancaran interaksi sosial-ekonomi antara masyarakat Indonesia dan masyarakat negara tetangga maka keberadaan Pos Lintas Batas (PLB) beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan (CIQS) sebagai pintu/gerbang

Page 6: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

v

R i n g k a s a n

Hal - v

yang mengatur arus keluar masuk (exit/entry) orang dan barang di kawasan perbatasan sangat mendesak untuk ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di perbatasan mendesak untuk diwujudkan dengan mendasarkan kearifan lokal serta melibatkan masyarakat setempat. Upaya peningkatan akses dan pelayanan sosial dasar bagi masyarakat perbatasan merupakan hal yang mendesak sehingga perlunya meningkatkan sinergitas antar lembaga-lembaga terkait perbatasan. Dalam upaya penguatan kapasitas kelembagaan pembangunan kawasan perbatasan perlu mengikutsertakan kelembagaan yang berkembang di masyarakat, seperti swasta (private sector) dan lembaga kemasyarakatan (cross section sector).

Page 7: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

v

K a t a P e n g a n t a r - F G D

Hal - v

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat Rahmat serta KaruniaNya kepada kita sekalian, kami dapat menyelesaikan Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) di 3 (tiga) lokasi kabupaten pilot project (Sanggau, Nunukan, Bintan) yang termasuk salah satu agenda kegiatan ”Institution Building For The Accelerated Development of Border Areas”. Laporan penyelenggaraan FGD ini berisi informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Tim Konsultan RPL (Regional Project Leader) di 3 (tiga) lokasi kabupaten pilot project (Sanggau, Nunukan, Bintan). Laporan ini juga dimaksudkan sebagai bentuk pertangungjawaban penyelenggaraan kegiatan FGD di 3 lokasi kabupaten pilot project tersebut yang telah selesai dilaksanakan. Dengan adanya informasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sama mengenai proses dan hasil yang telah diperoleh.. Demikian kami sampaikan, kami menyadari bahwa dalam penyusunan pelaporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan pelaporan kami dimasa mendatang.

Hormat Kami

Tim Konsultan

Page 8: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan

Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project

(Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan)

Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

vi

D a f t a r I s i - F G D

Hal - vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... vi

Bab 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1-1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1-1

1.2 Tujuan Umum ................................................................................................................... 1-2

1.3 Tujuan Khusus .................................................................................................................. 1-2

1.4 Keluaran .............................................................................................................................. 1-2

1.5 Materi ................................................................................................................................... 1-3

1.6 Nara Sumber dan Pemandu ........................................................................................ 1-3

1.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................................ 1-3

1.8 Peserta .................................................................................................................................. 1-4

Bab 2 METODOLOGI .................................................................................................................. 2-1

2.1 Brainstorming (Curah Pendapat) ............................................................................. 2-1

2.2 Diskusi Kelompok ........................................................................................................... 2-1

2.3 Penugasan .......................................................................................................................... 2-2

2.4 Presentasi ........................................................................................................................... 2-3

Bab 3 PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION ......................................................... 3-1

3.1 Penyelenggaraan Focus Group Discussion ........................................................... 3-1

3.2 Dinamika Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ................................... 3-2

3.2.1 Paparan dari Bappenas Tentang Pengantar Pekerjaan dalam

rangka “Penyusunan Naskah Kebijakan (policy paper)

Pengelolaan Kawasan Perbatasan Secara Terpadu” untuk 3

lokasi pilot project ............................................................................................ 3-2

3.2.2 FGD Kabupaten Bintan ................................................................................... 3-4

3.2.3 FGD Kabupaten Sanggau ................................................................................

3.2.4 FGD Kabupaten Nunukan ............................................................................... 3-22

3.3 Penutup Kegiatan ............................................................................................................. 3-27

Bab 4 TEMUAN-TEMUAN PENTING ..................................................................................... 4-1

Bab 5 REKOMENDASI ............................................................................................................... 5-1

Page 9: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan

Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project

(Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan)

Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

vii

D a f t a r I s i - F G D

Hal - vii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran A Bahan Paparan Bappenas, : Pengantar dalam Penyusunan Naskah Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara Secara Terpadu.

Lampiran B Bahan Paparan Bappeda Kabupaten Bintan Lampiran C Bahan Paparan Bappeda Kabupaten Sanggau Lampiran D Bahan Paparan Bappeda Kabupaten Nunukan

Page 10: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

B A B 1 P e n d a h u l u a n

Hal 1 - 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia di bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta kedaulatan negara. Disisi lain pemerintah menyadari begitu banyak permasalahan sosial, ekonomi, pertahanan dan keamanan yang muncul di kawasan perbatasan sehingga membutuhkan reorientasi kebijakan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, penegakan hukum, kerjasama antar negara di kawasan perbatasan disamping pendekatan keamanan secara bersamaan. Pendekatan ini kemudian direfleksikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, dimana kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Selanjutnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009, ditetapkan bahwa pembangunan kawasan perbatasan sebagai prioritas nasional seperti yang dilaksanakan oleh negara-negara tetangga dalam rangka menumbuhkan perdagangan lintas batas antar negara-negara ASEAN. Dalam RPJMN 2010-2014 secara khusus, pembangunan kawasan perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu: a) Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara; b) Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta penegakan hukum; c) Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan; d) Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan e) Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Namun upaya pembangunan kawasan perbatasan hingga RPJM II masih mengalami kendala dalam sisi konsep pembangunan, kebijakan, maupun sistem dan prosedur pengelolaan kawasan perbatasan serta implementasinya di lapangan. Hal ini tercermin dari masih kuatnya pendekatan sektoral, lemahnya sinergi antar sektor serta antara pusat dan daerah, serta lemahnya affirmative action dari sektor terkait. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk mendukung upaya implementasi perencanaan pengelolaan kawasan perbatasan pada RPJMN 2010-2014, maka dilaksanakan kegiatan “Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas” oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Maksud dari kegiatan ini adalah dalam rangka memberikan kontribusi bagi Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) untuk penguatan sinkronisasi dan koordinasi pengelolaan batas wilayah dan pembangunan kawasan perbatasan. Kegiatan penguatan kelembagaan di wilayah perbatasan ini diharapkan akan memberikan keluaran-keluaran yaitu: a) Konsep Kebijakan pembangunan kawasan perbatasan secara

Page 11: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

B A B 1 P e n d a h u l u a n

Hal 1 - 2

terpadu; b) Rencana Induk Nasional Pengelolaan Kawasan Perbatasan; c) Kerangka Monitoring dan Evaluasi; d) Pelatihan bagi Pemerintah Daerah; dan e) Laporan Pelaksanaan Workshop Nasional. Menindaklanjuti kegiatan Focus Group Discussion (FGD) provinsi yang telah diselenggarakan di 12 provinsi perbatasan (Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat), maka perlu diselenggarakan FGD lanjutan di tingkat kabupaten terutama pada lokasi pilot project (Kabupaten Bintan-Kepulauan Riau, Kabupaten Sanggau-Kalimantan Barat dan Kabupaten Nunukan-Kalimantan Timur) dalam rangka memperkuat baseline data dan mengidentifikasi isu strategis, arah kebijakan, strategik, dan sasaran strategis di tingkat kabupaten dan kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan, Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Sebatik dan Krayan Kabupaten Nunukan.

1.2 TUJUAN UMUM

Diperolehnya informasi tentang isu strategis, arah kebijakan, strategi pengelolaan dan program dalam pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan yang spesifik di 3 lokasi kabupaten dan kecamatan pilot project.

.

1.3 TUJUAN KHUSUS

Teridentifikasinya isu strategis perbatasan darat dan perbatasan laut mencakup Aspek

Penetapan dan Penegasan Batas, Aspek Pertahanan-Keamanan dan Hukum.

Teridentifikasinya isu strategis kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut

mencakup aspek Pertahanan-Keamanan dan Hukum, Aspek Ekonomi Kawasan dan

Aspek Sosial Dasar.

Teridentifikasinya isu strategis kapasitas kelembagaan pengelolaa kawasan perbatasan.

1.4 KELUARAN

Hasil yang diharapkan (keluaran) pada Focus Group Discussion (FGD) ini adalah : 1. Diperolehnya informasi mengenai konsep pengembangan kawasan perbatasan negara

ditinjau dari perspektif perencanaan pembangunan daerah berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

2. Rumusan isu strategis sebagai bahan penyusunan Naskah Kebijakan (Policy Paper) Pembangunan Kawasan Perbatasan Secara Terpadu.

3. Base line data kecamatan perbatasan sebagai bahan penyusunan kerangka Monitoring dan Evaluasi.

Page 12: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

B A B 1 P e n d a h u l u a n

Hal 1 - 3

1.5 MATERI Materi yang diberikan sebagai bahan masukan pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ini berupa paparan-paparan yaitu : - Pengantar untuk Penyusunan Naskah Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan

Negara secara Terpadu dalam kegiatan nstitution Building for the Accelerated Development of Border Areas.

- Konsep Pembangunan Kawasan Perbatasan Dari Perspektif RTR Wilayah Kabupaten.

1.6 NARA SUMBER DAN PEMANDU Narasumber yang terlibat pada kegiatan FGD ini berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappeda Kabupaten sedangkan sebagai pemandu berasal dari Tim Konsultan yang tergabung pada kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Kawasan Perbatasan (Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas - IBADBA).

1.7 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Penyelenggaraan FGD di 3 (tiga) lokasi pilot project kabupaten dilakukan masing-masing selama 1 (satu) hari dimana dilaksanakan dalam rentang waktu antara bulan Juli - Agustus 2011. Waktu pelaksanaan FGD ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masing-masing kabupaten.. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan FGD di 3 lokasi pilot project dapat dilihat berikut ini :

No Provinsi Tanggal Jumlah

Peserta (orang)

Tempat

1 Bintan 4 Agustus 2011

36 Ruang Pertemuan Bappeda Bintan

2 Sanggau 21 Juli 2011 35 Ruang Musyawarah Lantai I Kantor Bupati

3 Nunukan 25 Juli 2011 32 Kantor Bupati LT. I

Page 13: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

B A B 1 P e n d a h u l u a n

Hal 1 - 4

1.8 PESERTA Peserta yang terlibat dari FGD terdiri dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi dan kabupaten yaitu :

KABUPATEN PESERTA YANG HADIR

1. Bintan Bappeda, Polres, Komando Distrik Militer 0315, Kantor Imigrasi Tanjung Pinang, Lantamal IV Tanjung Pinang, Setda Bag. Pemerintahan, Dinas Perikanan & Kelautan, Camat Teluk Sebong, Camat Bintan Utara, Kasubag Pemerintahan Kab, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Camat Tambelan, Camat Bintan Pesisir, Kades Berakit, Bp. Juanda mewakili masyarakat pelaku usaha, BPN, Bagian Kesos Setda Kab., Dinas Tenaga Kerja, Kasubag Infrastruktur Kab, Dinas Perhubungan Kab, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertambangan, Energi dan Sumberdaya Alam, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, Camat Bintan Timur, Camat Teluk Bintan, Kades Sebong Lagoi, LSM Bintan Care People, BPMPKB, Bakesbanglinmas

2. Sanggau Kodim, Polres, Asisten Administrasi Pemerintahan, Bag. Tapem Setda, Bag. Pertanahan Setda, BPN, Kantor Bea dan Cukai, Kantor Imigrasi, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan, Dinas Indagkop dan UKM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ketua Kadin, Balai Karantina, Ketua AP3I, Bappeda, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pemberdayaan Perempuan, KB dan Perlindungan Anak, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Camat Entikong, LSM Anak Bangsa

3. Nunukan Bappeda/Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten, Sekretariat Daerah Kabupaten, Bagian Tata Pemerintahan Setda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Kodim/TNI AL, Polres, BPN, Kantor Imigrasi, Kantor Bea dan Cukai, Balai Karantina, Lembaga Pendidikan (Universitas), Lembaga Swadaya Masyarakat, Dunia Usaha/KADIN Daerah, Camat Lini I

Page 14: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 1 of 2

M e t o d o l o g i

Hal 2 - 1

METODOLOGI

Metode yang digunakan pada kegiatan FGD ini dilakukan secara partisipatif dengan mengedepankan pengalaman-pengalaman dari peserta terkait dengan isu-isu strategis yang berkembang diwilayah perbatasan masing-masing. Dengan latar belakang pengalaman yang berbeda-beda pada setiap peserta diharapkan muncul suatu isu-isu strategis sebagai bahan masukan bagi penyusunan naskah kebijakan. Sebelum melakukan kegiatan FGD terlebih dahulu dipaparkan input (masukan) berupa paparan yang berkaitan dengan kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Kawasan Perbatasan (Institution Building for the Accelerated Development of Border Areas - IBADBA). Input (masukan) yang diberikan kepada peserta FGD meliputi :

- Pengantar dalam rangka “Penyusunan Naskah Kebijakan (policy paper) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Secara Terpadu” yang disampaikan oleh Bappenas.

- Konsep Pembangunan Kawasan Perbatasan dari Perspektif RTR Wilayah Kabupaten yang disampaikan oleh Bappeda Kabupaten masing-masing.

Dalam melakukan kegiatan FGD ini dilakukan berbagai proses dimana proses satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Proses-proses yang telah dilalui pada FGD ini meliputi :

2.1 BRAINSTORMING (CURAH PENDAPAT)

Metode ini merupakan cara yang mudah dan efektif untuk menggali pendapat peserta secara cepat. Kualitas pertanyaan penggerak yang dilemparkan kepada peserta sangat mempengaruhi proses dan hasilnya sehingga, pemandu harus tepat menyusun pertanyaan penggerak. Metode ini dipakai pada saat awal melakukan diskusi dan hasil dari curah pendapat ini digunakan sebagai landasan untuk pembahasan berikutnya. Dalam FGD ini curah pendapat dilakukan untuk menggali pendapat peserta mengenai isu-isu strategis terkait pengelolaan perbatasan.

2.2 DISKUSI KELOMPOK

Diawali dengan pengantar paparan hasil temuan dilapangan lokasi kasus (lokus) Kecamatan Sekayam, Teluk Sebong, Krayan dan Sebatik oleh RPL yang telah dituangkan kedalam tabel mastrik masalah, akar masalah dan kolom strategi serta kebijakan yang masih kosong untuk didiskusikan. Berdasarkan kesepakatan dengan tim konsultan DSF dan pihak perwakilan peserta maka metode pelaksanaan FGD diarahkan berupa diskusi langsung tiap masing-masing kelompok bahasan (5 aspek menjadi 3 kelompok diskusi) dengan bahan dasar diskusi yaitu akar permasalahan dan masalah yang telah dituangkan dalam hand-out masing-masing peserta.

Page 15: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 2 of 2

M e t o d o l o g i

Hal 2 - 2

2.3 PENUGASAN

Penugasan sesuai instruksi dari pemandu digunakan untuk membahas pokok bahasan yang menjadi topik dalam diskusi kelompok. Metode ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertajam pembahasan sehingga hasil yang diperoleh merupakan murni aspirasi secara partisipatif dari peserta. Penugasan yang diterapkan adalah ; a) mendiskusikan masalah dan akar maslah hasil temuan RPL dilapangan oleh peserta yang telah dibagi ke dalam 3 kelompok bahasan; ; b) mendiskusikan hasil curah pendapat dan c) menyusun matrik strategi dan arah kebijakan hasil diskusi yang dituangkan dalam kertas metaplan/langsung diinput ke media komputer laptop dengan 1 orang operator

2.4 PRESENTASI

Presentasi digunakan untuk mengungkapkan temuan-temuan baru dari hasil analisis bersama di dalam kelompok. Ketika sebuah kelompok melakukan presentasi maka kelompok yang lain memberikan umpan balik berupa pertanyaan sehingga temuan-temuan baru yang berhasil ditemukan tersebut lebih jelas untuk disepakati secara bersama. Dalam hal ini diskusi kelompok mengenai isu strategis dan matrik arah kebijakan dipresentasikan kepada peserta FGD.

Page 16: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 1 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 1

PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION

3.1 PENYELENGGARAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Sebagai upaya agar pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan tentunya dibutuhkan pengelolaan dalam penyelenggaraan FGD. Langkah ini ditempuh agar pelaksanaan FGD dapat berjalan secara sistematik sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya. Secara garis besar penyelenggaraan FGD terbagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Adapun tahapan-tahapan tersebut diatas dapat disampaikan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

- Koordinasi dengan Bappeda Provinsi Koordinasi ini dilakukan oleh RPL di masing-masing lokasi pilot project dengan menginformasikan rencana penyelenggaraan FGD tingkat kabupaten, permintaan menjadi nara sumber, penyediaan tempat, waktu pelaksanaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penyelenggaraan FGD. Koordinasi dilakukan dengan cara korespondensi dan ditindaklanjuti dengan menghubungi contact person yang bertanggung jawab pada kegiatan ini di Bappeda Kabupaten.

- Koordinasi RPL Pilot dengan Tim Pusat Berupa koordinasi antara RPL masing-masing pilot dengan Tim Konsultan Pusat dan terkait ketersediaan personil nara sumber dari Bappenas dan BNPP yang akan hadir dan mendampingi FGD Kabupaten.

b. Tahap pelaksanaan FGD

- Pengorganisasian peserta Peserta pelatihan diorganisir dalam 1 (satu) kelas besar sehingga memudahkan narasumber dan pemandu dalam menyampaikan paparan dan arahan diskusinya. Dalam melakukan FGD, peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok diskusi dimana setiap kelompok membahas aspek-aspek yang telah ditentukan oleh pemandu diskusi.

- Narasumber dan Pemandu Narasumber yang berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) dan Bappeda menyampaikan paparannya sesuai dengan substansinya masing-masing. Sedangkan pemandu bertugas untuk memfasilitasi jalannya diskusi dimana pada proses diskusi setiap kelompok juga didampingi oleh Bappenas dan Tim Konsultan.

Page 17: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 2 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 2

3.2 DINAMIKA PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Dinamika pelaksanaan FGD ini menggambarkan proses maupun hasil yang terjadi selama kegiatan FGD berlangsung. Pelaksanaan FGD di 3 lokasi pilot project yang dilakukan selama 1 (satu) hari di masing-masing kabupaten ini diawali dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Bappenas dan Bappeda masing-masing Kabupaten. Setelah paparan dari narasumber tersajikan seluruhnya, agenda dilanjutkan dengan pembagian peserta FGD ke dalam 3 (tiga) kelompok diskusi untuk membahas aspek-aspek yang telah ditentukan, kecuali di Nunukan tidak dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok namun melalui diskusi langsung dengan moderator oleh RPL Nunukan. Adapun Pembagian kelompok itu adalah :

Kelompok 1 : membahas aspek Penetapan Batas Wilayah Negara, Hankam dan Penegakan Hukum, serta Kelembagaan;

Kelompok 2 : membahas aspek Pertumbuhan Ekonomi, SDA, dan Lingkungan Hidup, dan ;

Kelompok 3 : membahas aspek Pelayanan Sosial Dasar.

Di masing-masing kabupaten, paparan yang disampaikan oleh Bappenas antara kabupaten satu dengan kabupaten yang lainnya tidak mengalami perbedaan substansi materi. Paparan yang disampaikan oleh Bappenas bermuatan materi tentang Pengantar pekerjaan dalam rangka “Penyusunan Naskah Kebijakan (policy paper) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Secara Terpadu”. Sedangkan paparan selanjutnya tentang Konsep Pembangunan Kawasan Perbatasan dari Perspektif Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten disajikan oleh Bappeda masing-masing kabupaten.

Bertindak selaku penyaji di masing-masing kabupaten, dalam menyampaikan paparan dari Bappenas disampaikan oleh perwakilan dari Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal. Sedangkan penyaji dari Bappeda Kabupaten disampaikan oleh Kepala Bappeda Kabupaten atau yang mewakili.

3.2.1 Paparan dari Bappenas Tentang Pengantar Pekerjaan dalam rangka “Penyusunan Naskah Kebijakan (policy paper) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Secara Terpadu” untuk 3 lokasi pilot project.

Pembangunan Kawasan Perbatasan merupakan bagian dari Prioritas Nasional (poin 10 yaitu Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik) dan Prioritas Bidang (poin 9 yaitu Wilayah dan Tata Ruang prioritas bidang Pembangunan Kawasan Perbatasan) dalam RPJMN 2010-2014. Adapun Isu Pengelolaan Batas Wilayah dan Kawasan Perbatasan hingga tahun 2012 adalah :

1. Segmen batas wilayah negara belum terselesaikan sehingga menimbulkan potensi konflik dengan negara tetangga;

2. Terjadinya kegiatan-kegiatan ilegal yang bersifat lintas batas negara; 3. Belum optimalnya pembangunan kecamatan perbatasan berbasis potensi

sumberdaya lokal; 4. Keterbatasan akses transportasi yang menghambat upaya pengamanan wilayah,

peningkatan pelayanan sosial dasar, serta pengembangan kegiatan ekonomi lokal secara berkelanjutan di kecamatan-kecamatan perbatasan;

Page 18: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 3 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 3

5. Rendahnya kualitas SDM dan tingkat kesejahteraan masyarakat; 6. Kesenjangan pembangunan dengan wilayah negara tetangga di beberapa kawasan;

dan 7. Terbatasnya infastruktur pendukung kegiatan ekonomi seperti listrik, air bersih,

telekomunikasi.

Maka untuk sasaran dan arah kebijakan pengelolaan Batas Wilayah dan Pembangunan Perbatasan dalam RKP Tahun 2012 adalah :

1. Tercapainya kemajuan yang signifikan dalam upaya penyelesaian segmen batas darat dan laut antara RI dengan Malaysia, Filipina, Singapura, Timor Leste, Vietnam, dan Palau

2. Menurunnya tingkat kejadian kegiatan ilegal secara gradual di seluruh kawasan perbatasan darat dan laut

3. Meningkatnya akses masyarakat kepada sarana dan prasarana dasar, dengan prioritas 39 kecamatan perbatasan

4. Meningkatnya pendapatan masyarakat dengan prioritas di 39 kecamatan perbatasan prioritas

5. Terciptanya keterkaitan sistem produksi dan distribusi antara Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan pusat kegiatan di sekitarnya dalam suatu sistem kawasan pengembangan ekonomi.

Sedangkan arah kebijakannya “Optimalisasi dan konsolidasi kontribusi seluruh stakeholder dalam upaya penegasan kedaulatan wilayah NKRI dan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan ekonomi dan social dasar di 39 kecamatan perbatasan prioritas.

Dalam pelaksanaan program pembangunan kawasan perbatasan akan terdiri dari unsur-unsur K/L yang terlibat, agar dalam perjalanannya seiring dan sejalan maka diperlukan Manajemen Pembangunan Kawasan Perbatasan secara Terpadu. Pengelolaan Perbatasan ibarat sebuah “Orkestra Besar” yang memerlukan harmonisasi antara seluruh pelaku yang terlibat didalamnya 35 K/L, 12 Provinsi, 38 Kab/Kota, Swasta dan Masyarakat. BNPP sebagai dirigen pengelolaan batas wilayah dan perbatasan, dokumen Pengelolaan Perbatasan (Grand Design, Rencana Induk, Rencana Aksi) sebagai instrument untuk melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi (KISS) lintas pelaku. Sedangkan K/L, Pemda, swasta dan masyarakat sebagai pelaksana kegiatan pembangunan di kawasan perbatasan.

Selain itu instrument yang mempunyai peranan penting sebagai pedoman pelaksanaan pengelolaan kawasan perbatasan secara terpadu yaitu Policy Paper, dimana output nya yaitu :

Terumuskannya rekomendasi kebijakan khusus pembangunan kawasan perbatasan bagi seluruh sektor terkait dan Pemda , yang disusun melalui pengkajian isu/masalah spesifik kawasan perbatasan.

Terumuskannya rekomendasi mengenai sistem dan prosedur kelembagaan dalam perencanaan pembangunan kawasan perbatasan secara terpadu.

Sedangkan hasil yang diharapkan yaitu : Kesesuaian antara kebutuhan spesifik perbatasan dengan kebijakan dan program

yang dilaksanakan oleh K/L dan Pemda

Page 19: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 4 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 4

Meningkatnya alokasi anggaran K/L dan Pemda bagi pembangunan lokasi prioritas kawasan perbatasan.

Tertatanya hubungan kerja antar lembaga di pusat dan daerah dalam hal perencanaan dan penganggaran pembangunan kawasan perbatasan pasca dibentuknya BNPP dan BPPD.

Terakomodasinya Rencana Kebutuhan Anggaran Pembangunan Perbatasan ke dalam rencana dan anggaran K/L dan Pemda setiap tahun.

Tindak lanjut dari hasil yang diharapkan yaitu :

Perumusan kebijakan dan program khusus di setiap sektor yang ditujukan bagi kepentingan pembangunan perbatasan.

Koordinasi penetapan kebijakan di perbatasan oleh BNPP Koordinasi penyusunan RKP Prioritas 10 oleh Bappenas Pelaksanaan proses koordinasi penyusunan rencana aksi berdasarkan SOP yang baku

oleh BNPP dan BPPD. Pengintegrasian hasil forum Rakortas ke dalam pelaksanaan Musrenbang di level

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional oleh Bappeda dan Bappenas. Penganggaran oleh K/L, DPR, Kemenkeu, sesuai Rencana Kebutuhan Anggaran yang

ditetapkan dalam Rencana Aksi.

3.2.2 FGD Kabupaten Bintan A. Paparan dari Bappeda dibawakan oleh Kabag Pemerintahan Bappeda

Kabupaten Bintan, Bpk. Susilo Priyadi Utomo, mewakili Kepala Bappeda Kab.Bintan.

Bintan memiliki beberapa kawasan strategis yang menjadi pusat perhatian daerah antara lain: Kawasan pelabuhan bebas, kawasan wisata terpadu Lagoi, kawasan militer Angkatan Udara, kawasan Ibukota, kawasan taman laut, kawasan wisata Trikora, kawasan Agropolitan, kawasan Industri Galang Batang, kawasan Industri Maritim, kawasan Minapolitan, Kawasan wisata Kuala Sempang, Kawasan Industri Anak Lobam, Kawasan industri Lobam, kawasan militer Angkatan Laut, dan kawasan wisata Sebong

Pereh. Dari segi infrastruktur, jalan lintas barat telah dibangun sepanjang 51 Km (pada 2005-2010) dan pembangunan lanjutan sepanjang 15 Km menuju Kota Kijang (pada 2011-2015), yang mana jalan akan berfungsi sebagai penghubung pusat-pusat pertumbuhan di Kabupaten Bintan. Dalam bidang sosial, pada 2005-2010, Pemkab telah menetapkan kawasan Minapolitan di 3 kecamatan yaitu Bintan Timur, Bintan Pesisir, dan Mantang. Sementara pada tahun 2011 sedang disusun master plan Minapolitan dan direncanakan pada 2012-2015 akan dimulai pembangunan fisik kawasan Minapolitan (budidaya perikanan, pengolahan hasil perikanan dan pembangunan dermaga perikanan di kawasan fishing ground). Dalam bidang pertanian, Pembak telah menetapkan kawasan agropolitan di Kecamatan Toapaya (2005-2010), sehingga telah dibuka lahan seluas 18 Ha untuk tanaman buah Naga (pada tahun 2010) dan pada tahun 2011 dilakukan

Page 20: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 5 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 5

pembebasan lahan untuk perluasan lahan kebun seluas 30 Ha lagi. Adapun pemberdayaan yang dilakukan untuk masyarakat adalah pengembangan komoditas unggulan pertanian buah Naga (Hyloceratus Costaricensis) dengan pertimbangan pangsa pasar di Malaysia dan Singapura tidak terlalu jauh, umur tanaman lebih dari 12 tahun dan dapat berbuah sepanjang musim pada umur 7-9 bulan dengan nilai ekonomi baik (Rp. 20.000 s/d Rp. 40.000 per Kg). Selain itu, buah naga merupakan konsumsi masyarakat lokal keturunan Tionghoa di Pulau Bintan.

Selain berbagai aksi di atas, Pemkab juga melakukan program Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang telah melakukan rehabilitasi 1.578 unit rumah tidak layak huni pada tahun 2010 dan pada 2011-2015 akan dilakukan rehabilitasi 1.182 unit rumaah tidak layak huni. Dari sisi pendidikan, telah dikirimkan 52 orang masyarakat ke Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) di Tangerang, Banten untuk menempuh pendidikan setingkat D1 (hasil kerjasama dengan Sahid Jaya Group). Dan pada 2011-2015 akan didirikan Sekolah Tinggi Pariwisata setingkat D3 bertaraf internasional dan akan didirikan Akademi Kemaritiman dan BP2IP di Kabupaten Bintan. Dari sisi kesehatan, pada 2010 telah dilakukan penyerahan Rumah Sakit Antam Kijang kepada Pemkab Bintan, dan pada 2011 dilengkapinya alat-alat kesehatan dan peningkatan kapasitas gedung dari APBN sebesar Rp. 14,5 Milyar.

Dengan adanya gambaran tersebut, beliau berharap agar pembangunan kawasan perbatasan dapat dilakukan dengan lebih fokus dan membawa manfaat besar bagi kawasan perbatasan di Kabupaten Bintan.Diharapkan, dalam momen diadakannya FGD ini, rekomendasi kebijakan dan strategi dapat disampaikan oleh semua peserta FGD demi kemajuan kawasan perbatasan negara di Kabupaten Bintan.

B. Proses dan Hasil Focus Group Discussion

Setelah pemaparan hasil temuan dan kajian, RPL menyampaikan arahan pelaksanaan FGD. Tujuan FGD adalah disepakatinya isu strategis, arah kebijakan, strategi dan sasaran pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan negara di Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan.Output dari FGD ini adalah rekomendasi kebijakan dan strategi mengatasi isu yang ada.Metode FGD dilakukan secara partisipatif. Peserta FGD dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok seperti yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya.

Diharapkan pula setiap kelompok dapat memberikan arah kebijakan dan strategi yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan memiliki Timebound).FGD dilaksanakan di kelompok masing-masing hingga waktu istirahat dan sholat. Setelah istirahat dan sholat kemudian setiap perwakilan kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya.

Hasil Diskusi Kelompok 1

Kelompok 1 melakukan pendalaman terkait dengan aspek: Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, Peningkatan Upaya Pertahanan dan Penegakan Hukum dan Kelembagaan. Adapun hasil FGD kelompok 1 adalah sebagai berikut:

1. Sub pokok bahasan: Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Page 21: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 6 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 6

Tabel Analisa Sub Bahasan Aspek Penegasan Batas Wilayah Negara

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi Para nelayan sering diusir oleh tentara penjaga laut Singapura di sekitar Batu Puteh.

Belum adanya kesepakatan batas wilayah negara RI-Singapura, di Selat Singapura.

Diskusikan di pusat (Kemenlu, Kemhan/ TNI-AL, KKP, BNPP)

Penjelasan/ sosialisasi tentang batas wilayah negara kepada nelayan dan Kepala Desa. Para nelayan di Berakit dilengkapi dengan GPS. Budidaya laut untuk nelayan agar tidak hanya bergantung kepada penangkapan ikan. Kesepakatan batas RI-Singapura dipercepat. Optimalisasi pengawasan batas wilayah laut dengan melibatkan instansi terkait. Dibuatnya tanda-tanda batas fisik di laut.

Sering terjadi penangkapan/ pengusiran para nelayan di batas RI-Malaysia di sekitar Tanjung Berakit-Johor.

Belum ada sosialisasi dari pemerintah kepada nelayan apakah Batu Puteh sebagai batas wilayah negara.

Pelabuhan penampungan ikan perlu diadakan. Peningkatan pengawasan secara tegas di perairan perbatasan. Sosialisasi Per-UU tentang penggunaan alat tangkap yang dilarang.

2. Sub pokok bahasan: Pertahanan dan Keamanan serta Hukum, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Page 22: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 7 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 7

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Hankam dan Hukum

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi

Ada indikasi nelayan asing maupun lokal menggunakan pukat harimau di sekitar perairan Berakit/ Selat Singapura.

Kurangnya pengawasan

Diskusikan di pusat (KKP)

Ekonomi masyarakat ditingkatkan. Sarana dan prasarana pengamanan ditingkatkan. Pembinaan masyarakat tentang kesadaran hukum.

Indikasi adanya barang yang diperdagangkan secara tidak resmi seperti rokok, minyak, diperjualbelikan ke pihak asing, di sekitar pelabuhan Berakit.

Rendahnya kesejahteraan masyarakat. Perbedaan kurs sangat jauh. Kurangnya pengawasan terhadap pelabuhan yang tidak resmi. Partisipasi masyarakat terhadap pengamanan masih rendah. Penegakan hukum belum maksimal dilakukan. Sarana prasarana pengamanan kurang.

Diskusikan di pusat (TNI-AL, Bea Cukai, POLRI, BNPP)

Ekonomi masyarakat ditingkatkan. Sarana dan prasarana pengamanan ditingkatkan. Pembinaan masyarakat tentang kesadaran hukum.

Indikasi masih adanya TKI ilegal ke Johor. TKI pada umumnya berasal dari Jawa.

Kurangnya pengawasan terhadap pelabuhan yang tidak resmi. Lokasi strategis menuju ke negara tetangga, jalur tradisional (Berakit).

Diskusikan di pusat (Imigrasi, TNI AL, Polri, Kemnakertrans).

Pengawasan terhadap pelabuhan ilegal melalui penambahan armada patroli yang memadai.

3. Sub pokok bahasan: Kelembagaan, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Page 23: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 8 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 8

Tabel Hasil Analisa Sub Bahasan Aspek Kelembagaan

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi Pembangunan kawasan perbatasan masih belum dilakukan secara fokus.

Pembiayaan cenderung ke fisik daerah baru berkembang. Pembangunan kawasan perbatasan belum optimal. Musrenbang lebih banyak mengusulkan pembangunan fisik. TP terbatas pada fisik dengan birokrasi yang panjang. DAK (Pendidikan, Perikanan, PU, dll) fisik, tidak boleh non fisik. DAU, kriterianya masih berorientasi pada wilayah darat, sementara Kabupaten Bintan 96 persen adalah lautan.

Meningkatkan program yang bersifat non fisik seperti pembinaan di desa, dan lainnya. TP untuk non-fisik, Birokrasi dipermudah. Sistem pertanggungjawaban DAK diperjelas. DAU perlu direvisi, formula perhitungannya mempertimbangkan wilayah laut bagi daerah kepulauan.

Diskusikan di tingkat pusat (Kemenkeu dan Bappenas)

Belum adanya BNPPD di Kabupaten Bintan.

Belum adanya PERDA tentang BNPPD. Anggaran untuk membentuk badan mahal (kurang lebih 5 Milyar) Program perbatasan dari BNPP tidak terlalu banyak, itu dapat dititipkan di Bappeda.

Perlu kajian lebih lanjut jika bisa hanya dibentuk POKJA di bawah Bappeda (Program pembangunan daerah perbatasan) untuk memudahkan koordinasi. Eselon III di SETDA karena sifatnya lintas sektor.

Diskusikan di pusat (Kemenkeu dan Bappenas)

Masyarakat belum memiliki akses terhadap informasi dalam melaksanakan program pembangunan kawasan perbatasan.

Pengelolaan perbatasan masih menjadi wewenang Bappeda.

Perlu kajian lebih lanjut jika bisa hanya dibentuk POKJA di bawah Bappeda (Program pembangunan daerah perbatasan) untuk memudahkan koordinasi. Eselon III di SETDA karena sifatnya lintas sektor.

Diskusikan di pusat (Kemenkeu dan Bappenas)

Page 24: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 9 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 9

Hasil Diskusi Kelompok 2

Kelompok 2 mempunyai sub pokok bahasan diskusi yaitu tentang aspek Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan. Adapun kebijakan dan strategi yang menyangkut pokok bahasan ekonomi kawasan perbatasan yang akan dibahas kelompok ini yaitu :

Tabel Hasil Analisa Sub Bahasan Aspek Peningkatan Ekonomi

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi

Para nelayan masih bergantung kepada para tengkulak dalam memasarkan hasil penangkapan ikan.

Belum ada TPI di Berakit. Para nelayan umumnya miskin sehingga bergantung kepada pinjaman dari para tengkulak untuk modal kerja.

Pembinaan kelompok nelayan. Jaminan aparat secara terus menerus dalam pengendalian perusakan lingkungan dan pencurian ikan. Pembangunan infrastruktur nelayan. Ratifikasi perbatasan yang jelas antara Singapura dan Malaysia. Jaminan ketersediaan BBM Peningkatan kapasitas armada Pemberantasan perusakan lingkungan laut (bom, pukat harimau, pengerusan pasir laut) Pemeliharaan mangrove

Diskusikan di pusat

Para nelayan masih bergantung pada hasil tangkapan ikan.

Kurangnya modal usaha. Kurangnya pengetahuan Belum adanya usaha keramba (budidaya)

Diskusikan di pusat

Page 25: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 10 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 10

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi Pembinaan masyarakat nelayan dalam memanfaatkan hasil tangkapan, dan Pengembangan pemasaran hasil kerajinan/ keterampilan.

Diversifikasi usaha para nelayan untuk meningkatkan pendapatan masih belum terpacu.

Kurangnya akses pengetahuan dan permodalan kepada para nelayan.

Memberikan pelatihan budidaya ikan.

Diskusikan di pusat

Harga BBM lebih murah dibandingkan dengan negara tetangga, sehingga menjadi komoditas illegal trading.

Kurangnya pengawasan.

Diskusikan di pusat

Pergeseran kepemilikan tanah (masyarakat mudah menjual tanahnya kepada para pengusaha/ swasta).

Adanya kekosongan hukum terkait tentang tata ruang. Masyarakat kurang mampu membuat laha menjadi produktif.

Percepatan penetapan tata ruang wilayah. Percepatan strategi sertifikasi tanah.

Sosialisasi ke masyarakat tentang tata ruang. Pemberian pelatihan kepada masyarakat tentang pengolahan lahan supaya lebih produktif. Meningkatkan fungsi PPL Percepatan penetapan tata ruang wilayah. Percepatan strategi sertifikasi tanah.

Hasil Diskusi Kelompok 3

Page 26: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 11 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 11

Kelompok 3 mempunyai sub pokok bahasan diskusi yaitu tentang aspek Pelayanan Sosial Dasar Kawasan Perbatasan. Adapun kebijakan dan strategi yang menyangkut pokok bahasan ekonomi kawasan perbatasan yang akan dibahas kelompok ini yaitu :

Tabel Hasil Analisa Sub Bahasan Aspek Pelayanan Sosial Dasar

Masalah Akar Masalah Kebijakan Strategi

Biaya listrik bulanan yang relatif lebih mahal di Kecamatan Teluk Sebong dibanding dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bintan

Baiaya operasional pembangkit tenaga listrik yang dikelola oleh Desa yang lebih besar daripada biaya dari instalasi listrik oleh PLN.

Mempercepat interkoneksi antar pulau

Privatisasi PLN PLN perlu membuat standar pelayanan minimalnya (berapa banyak pelanggan dalam suatu daerah agar pengadaan listrik oleh PLN diinstalasi). Mengembangkan jaringan listrik hingga ke semua bagian desa.

Tidak berfungsinya sarana pendidikan yang ada seperti komputer, TV, parabola, dan lain-lain (di sekolah).

Tidak adanya layanan listrik ke sekolah pada jam pelajaran

Menyediakan layanan listrik bagi sekolah pada jam belajar.

Pengadaan PLTS oleh PLN sebelum 2013

Adanya fasilitas di Desa Sebong Lagoi yang belum difungsikan meskipun sudah siap untuk digunakan. Sebagai contoh: Pasar kecamatan di Desa Sebong Lagoi dan pelabuhan nelayan.

Kurangnya fasilitas penerangan yang membuat masyarakat enggan menggunakan fasilitas tersebut.

Mempercepat pengadaan listrik.

Privatisasi PLN PLN perlu membuat standar pelayanan minimalnya (berapa banyak pelanggan dalam suatu daerah agar pengadaan listrik oleh PLN diinstalasi). Mengembangkan jaringan listrik hingga ke semua bagian desa.

Rendahnya tingkat pendapatan nelayan dan petani.

Kurangnya akses informasi dan modal. Belum optimalnya produktifitas lahan pertanian dan hasil tangkapan nelayan.

Pembinaan etos kerja masyarakat dan penurunan status catchment areas menjadi lahan produktif.

Penguatan kepemilikan tanah. Pelatihan yang komprehensif. Dukungan Bupati tentang pemanfaatan lahan.

Kurang produktifnya kebun karet masyarakat.

Program peremajaan karet yang cenderung berjalan lambat. Industri pengelolaan yang belum ada. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya karet. Kurangnya perhatian dalam melakukan pembimbingan petani.

Peremajaan karet dengan bibit unggul.

Pelatihan pengelolaan kebun karet kepada masyarakat pemilik kebun karet. Pengadaan bibit unggul.

Page 27: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 12 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 12

3.2.3 FGD Kabupaten Sanggau A. Paparan dari Bappeda dibawakan oleh Kepala Bappeda Kabupaten Sanggau,

Bpk. Yus Suhardi. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

1. Pengembangan Wilayah Inti, yaitu Kota Sanggau dan sekitarnya ditekankan pada sektor tersier dan sekunder dengan adanya rencana perubahan fungsi dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

2. Pengembangan Wilayah Inti Baru, yaitu Kota Entikong yang merupakan Kawasan Perbatasan, dan Kota Tayan berpotensi di sektor pertambangan.

3. Pengembangan Wilayah Pedalaman, pengembangan kegiatan-kegiatan sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah.

4. Pengembangan Kawasan Tertentu, yang akan dikembangkan yaitu : a) Kawasan Kehutanan dan Kawasan Kritis Lingkungan, khususnya Kawasan

Gunung Niut Penrissen dan Danau Lait. b) Kawasan industri dan perdagangan. c) Kawasan Pariwisata dengan potensi wisata alam, flora dan fauna, wisata

budaya dan sejarah. d) Kawasan perbatasan dengan Sarawak terutama pada Kawasan BDC

Entikong dapat diarahkan menjadi kawasan sentra perdagangan regional

Kebijakan Pengembangan Pola Ruang 1. Pengelolaan Kawasan Lindung, didasarkan pada kriteria-kriteria yang dimuat

dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

2. Pengelolaan Kawasan Budidaya Kehutanan. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

1. Pengembangan sektor di wilayah tersebut mempunyai dampak yang luas, baik secara regional maupun nasional.

2. Pengembangan sektor di wilayah tersebut membutuhkan ruang kegiatan dalam skala luas.

3. Pengembangan sektor yang akan dikembangkan di atasnya mempunyai prioritas tinggi dalam lingkup regional maupun nasional.

4. Kawasan yang mempunyai prospek ekonomi yang tinggi sehingga membutuhkan penanganan yang mendesak.

5. Kawasan yang menunjukkan perkembangan minat investasi yang tinggi, sehingga membutuhkan penanganan dan pengendalian yang segera.

6. Kawasan kritis yang diperkirakan akan segera membawa dampak negatif, karenanya perlu dikendalikan dengan segera.

7. Kawasan dengan fungsi khusus.

Page 28: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 13 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 13

Sistem Perkotaan 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): Kota Sanggau. 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Kota Balai Karangan, Tayan, Sosok, Pusat Damai,

dan Kota Kembayan. 3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) : Kota Entikong. 4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) : Kota Meliau, Balai Sebut, Batang Tarang,

Beduai, Kedukul, dan Kota Bonti. 5. Pusat Pelayanan Lingkungan : Kota Teraju dan Kota Noyan.

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga.

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan disekitarnya.

Berdasarkan arahan RTRWN, Kota Entikong merupakan pintu gerbang internasional dengan pusat pelayanan tersier yang juga berfungsi sebagai PKN, dan juga merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sanggau Kota yang sesuai dengan kriteria PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Adapun arahan pengembangan Kota Entikong sebagai berikut :

1. Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran bagi Kabupaten Landak, Bengkayang dan Sanggau.

2. Perlu peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan, fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara, di samping untuk meningkatkan fungsi dan khirarki kotanya.

3. Perlu penyiapan paduserasi pemanfaatan ruang kawasan Entikong dan sekitarnya dengan kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.

4. Perlu peningkatan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga.

5. Perlu peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.

6. Perlu peningkatan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat.

7. Perlu penyiapan perangkat zoning regulation sebagai landasan pembangunan kegiatan perkotaan ikutan, dan sbg landasan pengendalian pembangunan.

Arahan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan 1. Pembangunan jalan paralel di jalur garis perbatasan sangat diperlukan sebagai

jalur pengamanan dan membuka isolasi kawasan pedalaman perbatasan. Pembangunan Jalan Entikong – Batas Kab. Bengkayang Sepanjang 17 Km

(Belum Ada Jalan). Peningkatan Jalan Entikong – Batas Kab. Bengkayang Sepanjang 23 Km

(Kondisi Aspal 7 Km, Kerikil 6 Km, Tanah 10 Km)

Page 29: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 14 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 14

Peningkatan Jalan Balai Karangan – Batas Kab. Sintang Sepanjang 49,75 Km (Kondisi Sekarang Jalan Kerikil).

2. Strategi Pemantapan RTRW, RDTR DAN Master Plan BDC Entikong Mensinergikan pembangunan antar Wilayah dengan Negara Tetangga.

B. Proses dan Hasil Focus Group Discussion

Setelah pemaparan hasil temuan dan kajian, RPL menyampaikan arahan pelaksanaan FGD. Tujuan FGD adalah disepakatinya isu strategis, arah kebijakan, strategi dan sasaran pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan negara di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau. Output dari FGD ini adalah rekomendasi kebijakan dan strategi mengatasi isu yang ada.Metode FGD dilakukan secara partisipatif. Peserta FGD dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok seperti yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya.

Hasil Diskusi Kelompok 1

Kelompok 1 melakukan pendalaman terkait dengan aspek: Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, Peningkatan Upaya Pertahanan dan Penegakan Hukum dan Kelembagaan. Adapun hasil FGD kelompok 1 adalah sebagai berikut:

1. Sub pokok bahasan: Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

1 Ada Indikasi patok batas hilang, digeser atau dipindah terutama untuk ukuran kecil (lebar 10 cm, k’dlman 76 cm, prmkaan 16 cm)

Kurang terpantaunya setiap titik patok ke setiap pelosok batas, panjangnya batas wilayah, jalan akses yang minim, sarana mobilisasi-demob minim.

Membuat akses agar mudah untuk melakukan kontrol terhadap patok-patok batas

Pengawasan, pemeliharaan rutin akan patok-patok batas

Page 30: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 15 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 15

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

2 Mudahnya keluar masuk orang maupun barang (melalui jalan-jalan setapak)

Border/check point, pintu gerbang hanya berupa halang perintang gerbang kayu/besi biasa saja.

Meningkatkan status jalan-jalan setapak yang dijadikan sebagai arus masuk keluar orang-barang menjadi PLB.

Menyediakan sarana prasarana (infrastruktur) pendukung bagi pengadaan PLB.

3 Border pada umumnya Kurang terawasi (Bungkang, Lubuk Sabuk, Sei Tekam)

Panjangnya batas wilayah , Jalan akses yang minim dan kualitas buruk

Meningkatkan pengawasan dan meminimalisir kegiatan ilegal.

Pengadaan sarana dan prasarana patroli Peningkatan jalan akses

4 Belum tersedianya gerbang Batas Negara di Dsn Segumun, Bantan dan Bungkang

Ketidak jelasan Kewenangan dan faktor pengelolaan sarana gerbang batas khususnya lokasi terpencil sedangkan Kecamatan merupakan wilayah terdepan

Memberdayakan lembaga yang sudah terbentuk

Membentuk tugas pembantuan (TP)

2. Sub pokok bahasan: Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Hankam dan Hukum

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

1

Kurang terpantaunya batas wilayah terutama di Desa Lubuk Sabuk dan Sei Tekam dan Gun Tembawang

Minimnya kendaraan operasional

Pengadaan helikopter (serta pendukungnya)

Pembuatan helipad di setiap titik-titik pos lintas batas dan Percepatan pembangunan helipad yang sedang dibangun

Buruknya jalan akses (mobil maupun motor).

Mempercepat aksesibilitas kawasan perbatasan dan tertinggal

Pembuatan jalan raya yang memadai dari kualitas maupun kuatitasnya

Peralatan radiokom tergantung cuaca dan buruknya Sinyal

Peningkatan sarana telekomunikasi

Pengadaan tower dan sarana telekomunikasi yang canggih

Page 31: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 16 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 16

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

2

Indikasi masuknya orang maupun barang serta transaksi illegal

Adanya jalan tikus di 7 (tujuh) titik di Bungkang, Lubuk Sabuk, Sei Tekam

Meningkatkan keamanan dan kenyamanan kawasan perbatasan

Review kebijakan sosekmalindo

Penyediaan/peningkatan prasarana dan sarana pos lintas batas

3

Faktor jenuh kerap melanda

Lamanya sistem rotasi personil

Peningkatan kinerja petugas/personil di kawasan perbatasan yang penuh tanggung jawab

Perlu ada rotasi paling lama 3 bulan

Kurangnya insentif Memperluas jaringan RRI dan televisi

Terbatasnya sarana pendukung (TV, Radio)

Pengadaan sarana hiburan

Peningkatan sarana dan prasarana serta infrastruktur

Insentif /tunjangan bagi petugas di perbatasan

4.Masih adanya pembakaran lahan

Pembukaan lahan masyarakat

Penyuluhan Penegakan hukum

3. Sub pokok bahasan: Kelembagaan, adapun kebijakan dan strategi yang mengemuka disampaikan oleh peserta FGD adalah:

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Kelembagaan

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

1 Terkedalanya pengembangan usaha hasil perkebunan (paska panen : padi, coklat, karet)

Belum adanya lembaga koperasi yang terbentuk (KUD), untuk desa sentra penghasil pertanian/ perkebunan.

Pembinaan dan pengawasan

Payung hukum dlm pengelolaan kelembagaan

Pemberdayaan lembaga yang sudah ada

2 Ketertinggalan inovasi teknologi usaha pertanian (pra panen dan pasca panen)

Minimnya dukungan pelatihan alih Iptek pertanian oleh Lembaga Swasta atau pemerintah.

Meningkatkan sumber daya manusia

Pengadaan sekolah kejuruan

Pengadaan balai latihan kerja

Transfer iptek

Page 32: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 17 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 17

3 Terhambatnya pelaksanaan pembangunan (Inkonsistensi kebijakan)

Tumpang tindihnya peraturan (kewenangan pelaksanaan, pengelolaan pembangunan

Pemberian wewenang yang jelas tentag pengelolaan perbatasan

Sinkronisasi antar lembaga

Terbatasnya anggaran

Meningkatkan hubungan kerja antar instansi

Regulasi atau kewenangan

Kurangnya Koordinasi antar dinas/lembaga maupun dengan lembaga adat daerah .

Percepatan realisasi perda perbatasan

Percepatan implementasi Perda Badan Perbatasan Daerah

Pemenuhan personil.

Hasil Diskusi Kelompok 2

Kelompok 2 mempunyai sub pokok bahasan diskusi yaitu tentang aspek Peningkatan Ekonomi Kawasan Perbatasan. Adapun kebijakan dan strategi yang menyangkut pokok bahasan ekonomi kawasan perbatasan yang akan dibahas kelompok ini yaitu :

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Peningkatan Ekonomi

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

1 Banyak dijumpai yang menggunakan BBG dari Petronas (Balai karangan dsk)

Kurangnya passokan BBG dari dalam negeri (pertamina)

Payung Hukum yang Jelas

Pasokan yang cukup, keamanan terjamin dan harga tersaing

2 Banyak diperjualbelikan makanan kemasan (kue-kue), susu, gula dan minuman kaleng di balai karangan

Adanya perbedaan harga yang lebih murah (ada laba), serta kemasan yang menarik dibanding dalam negeri .

Perlunya review terhadap kebijakan menteri Perdagangan terhadap perdagangan diperbatasan

Peningkatan Produksi dalam negeri dgn harga terjamin dgn mutu bersaing.

Page 33: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 18 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 18

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

3 Sebagian barang (makanan dan minuman) dari Malaysia ada yang kadaluarsa tidak layak konsumsi

Ketidaktelitian pembeli, hanya pertimbangan harga murah dan kemasan menarik.

Memberikan sanksi kepada pelaku yang melanggar aturan

Optimalisasi Petugas terkait di i wilayah perbatasan

Melakukan Pengawasan secara berkala

Dibentuk LPKSM sesuai UU nomor 8 tahun 1999

4 Sebagian kebutuhan protein hewani (telur, daging) dari Malaysia

Supply/pasokan dari Pontianak dan Singkawang kurang. Akibat buruknya transportasi.

Dukungan anggaran dari pemerintah (pusat,daerah)

Perlunya pengembangan peternakan petelur/Pedaging di kawasan perbatasan

5 Adanya perbedaan harga keb. Pokok (mis. Beras) antara Balai Karangan (Rp. 135 rb-155rb/krg) dgn desa terpencil (Rp. 200rb-225rb/krg)

Konversi ongkos angkut akibat prasarana dan sarana transportasi yang tidak mendukung (minim moda angkut/mobil, jalan kondisi buruk/jalan rintisan atau jalan kebun masyarakat)

Perlunya dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat

Perlu sarana dan prasana infrastruktur (jalan)

6 Sekayam sbg salah satu sentra hasil Kakao selain Entikong belum bisa menghasilkan mutu yang baik.

Hanya sedikit masyarakat yang melakukan fermentasi Kalaupun ada lamanya fermentasi (6 hari)

Perbedaan harga kakao yang fermentasi dan non fermentasi

Perbaikan mutu kakao, melalui penyediaan sarana dan prasarana,pengolahan kakao, pelatihan dan pembinaan Tempat jemur

masih konvensional

7 Lebih banyak dijual ke Toke malaysia/tengkulak

Lebih cepat mendapatkan hasil (uang) , kualitas dan kuantitas tidak menjadi syarat utama

Penguatan modal kelompok gapoktan

Penguatan modal gapak tan di sentrak kakao utk utk membeli kakao basah petani menjadi kakao fermentasi

8 Belum bisa memenuhi pemintaan produk Kakao (Perusahaan yang dijalin PT. Bumi Tangerang)

Kurangnya memenuhi kuota dan mutu yang telah disyaratkan. Sehingga tengkulak selalu mendapat kesempatan untuk menampung/ membeli langsung dari petani.

Penguatan modal kelompok gapoktan

Penguatan modal gapaktan di sentra kakao utk utk membeli kakao basah petani menjadi kakao fermentasi

Pengembanganm tatanaman kakao

Perluasan, peremajaan, rehabilitisai dan intensifikasi

Page 34: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 19 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 19

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

tanaman kakaao

Penguatan Gapoktan menjadi lembaga keuangan mikro/koperasi

9 Kualitas paska panen kakao yang masih rendah

Minimnya sarana produksi (fermentasi) dan mesin penggiling (pengupas) kulit kakao

Perbedaan harga kakao yang fermentasi dan non fermentasi

Perbaikan mutu kakao, melalui penyediaan sarana dan prasarana,pengolahan kakao, pelatihan dan pembinaan

Minimnya pengetahuan teknologi paska panen

Kurangnya modal /bantuan untuk pengembangan usaha kakao

10 Terhambatnya pengembangan areal lahan kakao di Sekayam

lahannya berada di kawasan HP (hutan produksi), sedangkan berdasarkan ketentuan tidak diperbolehkan (Tata Ruang), hanya dibolehkan dalam area APL

Revisi Terhadap Tata Ruang

Perluasan areal diluar kawasan hutan

11 Belum terakomodirnya Permohonan Bantuan untuk Masyarakat membuka lahan tanaman karet selain cacao

Terbatasnya anggaran , sedangkan lahan untuk karet sangat tersedia di area HP

Pemberdayaan petani dan Perusahaan. Perbankan

Membuat kebun benih karet

Pemanfaatan CSR

Dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat

Pengembangan/peremajaan tanaman karet

12 Rendahnya tingkat perekonomian masyarakat

Belum optimalnya pemanfaatan hasil produksi komoditas unggulan karet, kakao

Peningkatan SDM petani

Perbaikan mutu Bokar(karet dan kakao fermentasi)

Rendahnya kualitas SDM masyarakat

Peninmgkatan Mutu Hasil Perkebunan

Pelatihan dan pembinaan

Page 35: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 20 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 20

Hasil Diskusi Kelompok 3

Kelompok 3 mempunyai sub pokok bahasan diskusi yaitu tentang aspek Pelayanan Sosial Dasar Kawasan Perbatasan. Adapun kebijakan dan strategi yang menyangkut pokok bahasan pelayanan sosial dasar kawasan perbatasan yang akan dibahas kelompok ini yaitu :

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Pelayanan Sosial Dasar

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

1 Rendahnya pelayanan pendidikan dasar (SD) terutama di Desa Lubuk Sabuk, Malenggang dan Desa Sei Tekam

Rasio tenaga pengajar yang melebihi standar, 1 guru rata2 mengajar untuk >30 murid SD (tidak efektif). Kekurangan tenaga pengajar sesuai bidangnya. Kekurangan Ruang Kelas (lokal) dan sarana prasarana , Kualitas bangunan SD yang rendah

Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana pendidikan (Sekolah, Rumah dinas Guru, Asrama) dan pelatihan termasuk tenaga pendidik Insentif khusus

Penambahan guru bantu yang sesuai bidangnya, penambahan ruang belajar berikut sarananya

2 Sebagian penduduk usia sekolah daerah terpencil tidak bisa meneruskan ke jenjang sekolah lanjutan (SMP, SMA), Desa Malenggang ,Sei Tekam

Faktor kendala biaya dan jarak jangkau serta tidak tersedianya prasarana dan sarana transportasi yang memadai

Meningkatkan jumlah penduduk usia sekolah wajib belajar dan menengah

Penambahan failitas pendidikan negeri dan swasta berserta tenaga pengajar ke pelosok desa

Page 36: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 21 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 21

No MASALAH SPESIFIK AKAR MASALAH REKOMENDASI

KEBIJAKAN STRATEGI

3 Indikasi kerawanan “Kewarganegaraan Ganda” pada masyarakat perbatasan terutama desa terpencil dan dekat dengan serawak (Sei Tekam). Kasus terjadi di Ds. Suruh Tembawang (Kec. Entikong) bahkan pindah (sumber : Liputan TvOne)

Faktor alam (morfologi, jarak tempuh), minimnya prasarana sarana transportasi. Faktor SDM (tingkat pendidikan rendah, pendapatan rendah). Jumlah Fasilitas Pendidikan dasar minim dibanding jml usia sekolah

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sosialisasi UU Adminduk No 26 Th 2003 dan UU Kewarganegaraan di kawasan perbatasan untuk memantapkan kedaulatan wilayah

Pengadaan tenaga sukarelawan di bidang pendidikan, kesehatan dan ahli ekonomi kerakyatan yang tangguh

4 Belum optimalnya mutu pelayanan tenaga kesehatan kecuali Balai Karangan

Jumlah tenaga kesehatan (paramedis terutama dokter) yang terbatas dan terpusat di Balai Karangan (2 orang) dan mankes 5 orang, dibanding cakupan pelayanan yang luas dan penduduk yang terpencar . Minimnya dukungan sarana kesehatan untuk Pustu tiap Desa.

Meningkatkan pelayanan dan penyediaan sarana kesehatan

Menyediakan dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan, Meningkatkan partisipasi swasta dan masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat

5 Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat

Kurangnya dukungan infrastruktur dasar (listrik- sebagian desa Malenggang dan Sei Tekam menggunakan Listrik Non PLN , kualitas air bersih), usaha hasil pertanian/perkebunan yang sub sisten

Memperluas jaringan prasarana air bersih, sanitasi, drainase, Irigasi, listrik, dan telekomunikasi

Menye diakan jaringan infratruktur Pemukiman dan memperlancar aksessibilitas Ekonomi Rakyat

6 Rendahnya pemenuhan prasarana transport dan utilitas lingkungan.

Tingkat aksesibilitas rendah (desa-desa terpecil (malenggang, Sei tekam). Kualitas sanitasi lingkungan rendah.

Mengembangkan jaringan jalan penghubung pusat-pusat pertumbuhan dan antara pusat pertumbuhan dengan pintu Membangunan Kualitas Sanitasi Lingkungan yang baikgerbang perbatasan

Menyediakan jaringan infrastuk tur transpor tasi dan lingkung an yang memadai

7 Masih terdapatnya TKI ilegal dan Trafiking

Tingkat kemiskinan (kesenjangan Ekonomi), Terbatasnya lapangan pekerjaan, kurangnya PJTKI yang berada di Daerah Perbatasan,

Menciptakan pengembangan ekonomi yang padat karya, Inovatif, kreatif. Mengefektifkan BLK dan shelter yang ada di wilayah perbatasan.

Membuka peluang lapangan kerja di wilayah perbatasan

Page 37: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 22 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 22

3.2.4 FGD Kabupaten Nunukan A. Paparan dari Bappeda dibawakan oleh

Kepala Bappeda Kabupaten Nunukan, Bpk. Hanafiah. Visi dan Misi Kabupaten Nunukan

Visi: “Terwujudnya Kabupaten Nunukan Yang Aman, Damai, Maju, Dan Sejahtera Dengan Dukungan Masyarakat Yang Harmonis Serta Kepemerintahan Yang Baik” Misi : 1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bersih melalui penyelenggaraan

pemerintahan yang aspiratif, partisipatif dan transparan. 2. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis agro industri dengan

mengutamakan partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya yang

didukung dengan pendayagunaan IPTEK. 4. Meningkatkan sarana prasarana publik dengan memperhatikan kelestarian

lingkungan. 5. Optimalisasi penataan ruang dengan memperhatikan kelestarian lingkungan,

daya saing dan potensi pengembangan wilayah perbatasan. 6. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat dengan mengutamakan

supremasi hukum. Pola Pemanfaatan Ruang : Kawasan budidaya non kehutanan 470.914 Ha,

Kawasan budiaya hutan 431.207 Ha, Hutan lindung 167.428 Ha dan Taman Nasional Kayan Mentarang 356.819 Ha.

Distibusi Ekonomi Sektoral : Pertanian 24,84%, Pertambnagan dan Penggalian 51,44%, Industri Pengolahan 0,24%, Listrik Gas dan Air Minum 0,49%, Bangunan 4,33%, Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,28%, Angkutan dan Komunikasi 2,09%, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,35% dan Jasa-jasa 5,18%.

Potensi Geografis : Sebagai salah satu pintu masuk dan daerah transit dari dan ke

Malaysia (Sabah dan Sarawak), Merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II, karena letaknya menghadap ke Laut Sulawesi/Selat Makasar) yang merupakan jalur transportasi masa depan, apalagi dengan semakin beratnya beban Selat Malaka dan Laut China Selatan dan Berpotensi dalam pengembangan perdagangan internasional dan sebagai gerbang keluar masuknya komoditas dari dan ke luar negeri (export-import).

Potensi SDA : Jenis padi unggulan adalah padi Adan, Pengembangan komoditas

Kelapa sawit yang didukung dengan ketersediaan pabrik CPO di Kecamatan Nunukan, Sebuku dan Lumbis, Pengembangan tanaman Vanilli di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan, Rencana pengembangan tanaman karet di Kecamatan Sebuku, Sembakung dan Lumbis. Potensi laut dengan pajang garis pantai 314,592 KM dengan luas perairan 304,87 hektar. Tersedianya pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), BudidayaTiram di P. Tinabasan seluas 14 hektar

Page 38: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 23 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 23

dengan produksi 2,4 ton daging tiram per hektar, Pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Bidang pertambangan merupakan sektor memberikan kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kab. Nunukan dengan jenis tambang minyak dan gas bumi, emas, batubara dan jenis galian C. Obyek wisata bahari yang tersedia antara lain pantai batu lamampu di Kec. Sebatik, pantai eching di Kecamatan Nunukan Selatan, wisata pemandian Binusan di Kecamatan Nunukan Batu Sicien di Kecamatan Krayan Selatan, air terjun Pa’ Ramayo di Kecamatan Krayan, air terjun Ruab Sebiling di Kecamatan Krayan.

Issue Kawasan Perbatasan : Rawan terhadap penyerobotan wilayah oleh negara

tetangga (seperti pada kasus Sipadan dan Ligitan), belum selesainya permasalahan tata batas antara Republik Indonesia dengan Malaysia, sinyalemen adanya pemindahan tapal batas Negara; Kesenjangan terjadi antara wilayah perbatasan negara dengan wilayah perbatasan negara tetangga, dalam bentuk kesenjangan sarana dan prasarana, ekonomi, ketergantungan terhadap pelayanan social ekonomi Negara tetangga. Masyarakat di perbatasan menjadi termarjinalkan, dengan kondisi memprihatinkan seperti kemiskinan dan keterbelakangan dalam bidang SDM. Rawan terhadap illegal logging, illegal fishing, illegal trading, human trafficking, disintegrasi bangsa, kejahatan transnasional (peredaran narkoba) dan infiltrasi kelompok terorisme internasional, Jumlah Pintu Perbatasan (Pos Pemeriksa Lintas Batas dan Pos Lintas Batas) Masih Sangat Terbatas.

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat Perbatasan Kabupaten Nunukan : Pemberdayaan usaha ekonomi, yang mengarah pada terbangunnya keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat. Pembentukan Lembaga Teknis Khusus Pengelola Wilayah Perbatasan Kabupaten. Terbangunnya “kesaling terkaitan” (linkage) antara masyarakat dan lembaga-lembaga pemerintahan dan korporasi-korporasi ekonomi baik lokal,nasional maupun internasional.

Strategi & Program Pembangunan Wilayah Perbatasan Kabupaten Nunukan

; Pembangunan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan, jaringan irigasi, prasarana air baku dan sarana permukiman, komunikasi dan informasi. Pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan perdagangan. Pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana transportasi darat, laut , udara dan penyediaan subsidi angkutan di wilayah perbatasan. Penambahan tenaga pengajar/guru di wilayah perbatasan. Peningkatan Kapasitas aparat pemerintah daerah perbatasan. Pelaksanaan koordinasi pembangunan wilayah perbatasan. Pengembangan Sektor Pertanian melalui pembentukan cluster-cluster ekonomi berbasis Agropolitan & Agroindustri. Pemberian Bantuan Sarana Produksi kepada masyarakat.. . Pemberdayaan sosial ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT). Kerjasama pembangunan sosial ekonomi dengan negara tetangga melalui forum SOSEK MALINDO. Pembukaan dan peningkatan pelayanan imigrasi, bea cukai dan karantina di Pos Lintas Batas (PLB). Pembangunan dan peningkatan pos pengamanan perbatasan. Pembangunan tugu batas, dermaga suar, dan pembuatan patok-patok perbatasan.

Page 39: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 24 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 24

B. Proses dan Hasil Focus Group Discussion

Setelah pemaparan hasil temuan dan kajian, RPL menyampaikan arahan pelaksanaan FGD. Tujuan FGD adalah disepakatinya isu strategis, arah kebijakan, strategi dan sasaran pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan negara di Kecamatan Krayan dan Sebatik Kabupaten Nunukan. Output dari FGD ini adalah rekomendasi kebijakan dan strategi mengatasi isu yang ada. Metode FGD dilakukan secara partisipatif dengan cara langsung diskusi 2 arah dengan dipandu oleh seorang moderator yaitu RPL dan dibantu oleh seorang notulen. Adapun hasil dari diskusi 5 (lima) aspek sub pokok bahasan seperti yang terlihat pada table-tabel dibawah berikut ini.

Tabel Analisa

Sub Bahasan Aspek Batas Wilayah

MASALAH SPESIFIK

AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pelanggaran Batas

a. Wilayah perairan yang belum disetujui kedua negara

b. Patok Hilang, rusak krn tidak terawat

c. Sosialisasi yang kurang mengenai patok batas

a. Diusulkan dipasang tanda batas yang jelas dan sisepakati kedua belah negara serta disosialisasikan dengan pemerintah daerah.

b. Untuk dilaut diusulkan masyarakat memasang bagan-bagan permanen yang dapat dijadikan tanda batas di laut disamping sebagai sarana penangkapan ikan.

c. Diusulkan adanya kerjasama pengamanan pelintas batas.

Page 40: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 25 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 25

Tabel Analisa

Sub Bahasan Hankam dan Hukum

MASALAH SPESIFIK

AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kurang optimalnya pengamanan dan penegakan hukum di kawasan perbatasan

Posisi pos pamtas, pos keamanan, pos imigrasi dan beacukai belum terintegrasi dengan baik disamping sarana dan prasarana pendukungnya juga belum memadai seperti air bersih dan listrik serta kendaraan baik mobil patroli maupun kapal, disamping itu peralatan deteksi barang berbahaya juga tidak dimiliki petugas beacukai.

Kebijakan yang diarahkan untuk memposisikan pos pertahanan keamanan dan penegakan hukum menjadi satu kesatuan yang terintregrasi dalam satu kawasan.

Kebijakan untuk penyediaan sarana listrik dan air serta peralatan dan sarana kendaraan patroli yang memadai seperti mobil atau kapal patroli, Kebijakan untuk pengadaan peralatan deteksi barang berbahaya juga diperlukan untuk beacukai.

Tabel Analisa

Sub Bahasan Peningkatan Ekonomi

MASALAH SPESIFIK

AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Mahalnya kebutuhan pokok

Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam dan pemenuhan kebutuhan pokok masih menggantungkan barang-barang negara tetangga, belum ada tata niaga untuk barang-barang luar dan dalam negeri, subsidi ongkos angkut barang yang ada belum dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan ekonomi masyarakat perbatasan diatur dalam regulasi khusus.

Subsidi ongkos angkut barang untuk kebutuhan ekonomi masyarakat perbatasan yang terisolir seperti krayan. Diadakan kerjasama ekonomi dengan negara serawak untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat perbatasan.

Page 41: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 26 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 26

Tabel Analisa

Sub Bahasan Pelayanan Sosial Dasar

MASALAH SPESIFIK DI KECAMATAN

AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Untuk lokasi krayan adalah aksesibilitas yang rendah dan hanya bisa dijangkau oleh pesawat udara, untuk sebatik air bersih dan listrik

Untuk krayan adalah UU tentang kawasan konservasi yang menetapkan kawasan konservasi tidak boleh dibangun, untuk sumber air yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan.

Hal yang paling mendasar untuk segera diselesaikan adalah memperjelas status hukum kawasan perbatasan untuk wilayah krayan sehingga pembangunan infrastruktur dasar dapat segera dibangun.

Fasilitas listrik untuk daerah perbatasan juga harus segera di sediakan apakah menggunakan sumber daya alam atau teknologi yang lain.

Penyediaan air bersih juga harus menjadi perhatian untuk segera direalisasikan. Ketiga hal pokok diatas menjadi dasar pemenuhan fasilitas lainnya seperti kesehatan, pendidikan maupun pelayanan publik yang lainnya.

Tabel Analisa

Sub Bahasan Kelembagaan

MASALAH SPESIFIK AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pengelolaan kawasan perbatasan sering terjadi tumpang tindih baik di daerah maupun di pusat

Belum ada lembaga yang memiliki tupoksi yang dapat mengintegrasikan semua kegiatan di kawasan perbatasan sehingga tidak terjadi tumpang tindih.

Daerah sudah menyiapkan badan pengelola harapannya pengaturan tupoksi badan sudah diatur dalam peraturan yang mengikat dengan tidak menjadikan tumpang tindih dengan tupoksi skpd yang lain di daerah dan menjadikan badan ini lebih efisien mengingat dana operasional badan ini tidak sedikit.

Kondisi pelayanan dan operasional wilayah kerja imigrasi perlu untuk segera disesuaikan dengan pemekaran wilayah di daerah, seperti kewenangan tugas imigrasi diwilayah krayan harusnya menjadi kewenangan kantor imigrasi Kabupaten Nunukan bukan kantor imigrasi Kabupaten Tarakan. Adanya pendampingan untuk pemerintah daerah dalam upaya penguatan fungsi badan pengelola daerah sehingga tupoksinya tidak tumpang tindih dengan bappeda.

Page 42: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 27 of 27

P e l a k s a n a a n - F G D

Hal 3 - 27

3.3 PENUTUP KEGIATAN

Pada akhir acara Focus Group Discussion (FGD) di 3 lokasi kabupaten Pilot Project ditutup secara resmi oleh perwakilan dari Bappeda kabupaten masing-masing. Ucapan terima kasih disampaikan seluruh peserta yang telah berpartisipasi mengikuti acara FGD ini sehingga menghasilkan masukan-masukan yang secara khusus berguna bagi penyusunan policy paper (naskah kebijakan) dan bagi kebutuhan-kebutuhan program lainnya.

Photo Bersama Saat

Penutupan acara FGD

di Kabupaten Sanggau

Photo Bersama Saat

Penutupan acara FGD

di Kabupaten Bintan

Page 43: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 1 of 4

T e m u a n P e n t i n g - F G D

Hal - 1

TEMUAN-TEMUAN PENTING

Pada Focus Group Discussion (FGD) ini isu-isu atau permasalahan yang dibahas meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan wilayah batas dan perbatasan negara yaitu : 1) Aspek penetapan dan penegasan batas wilayah; 2) Aspek peningkatan upaya pertahanan, keamanan dan penegakan hukum; 3) Aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi; 4) Aspek pelayanan sosial dasar dan 5) Aspek penguatan Kelembagaan. Adapun temuan-temuan penting yang merupakan kristalisasi selama proses pelaksanaan FGD diantaranya adalah : Aspek Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Negara :

1. Belum seluruh segmen batas baik di darat maupun di laut disepakati dengan negara tetangga. Di samping itu, kurangnya tanda batas dan atau tidak adanya tanda batas yang jelas, patok batas yang hilang terutama jenis Type D (Type kecil) serta belum tersosialisasikannya tanda batas kepada masyarakat kedua negara sehingga sering menimbulkan terjadinya pelanggaran batas wilayah negara.

2. Lemahnya pengawasan salah satunya disebabkan oleh sarana dan prasarana yang tersedia sangat minim, sebagian besar telah mengalami kerusakan, ataupun teknologi yang kurang canggih. Hal ini sangat dikhawatirkan dapat mengakibatkan hilang atau bergesertnya patok-patok batas negara yang telah disepakati.

3. Lemahnya kemampuan diplomasi dalam perundingan mengenai batas negara dimana tim perunding yang ditugaskan tidak memahami secara utuh tentang perbatasan, penguasaan data dan lain sebagainya sebagai penunjang perundingan dengan negara tetangga. Penetapan batas negara cenderung berlarut-larut karena terlalu dominan dengan unsur politis sehingga belum menghasilkan solusi yang signifikan.

Aspek Pertahanan, Keamanan dan Hukum :

1. Pengawasan terhadap kedaulatan negara baik darat, laut dan udara belum dapat dilaksanakan secara optimal dimana salah satu penyebabnya adalah jumlah personil dan sarana pendukung yang dirasa belum memadai dibanding dengan luasnya cakupan pengawasan dan panjangnya batas untuk dilalui.

2. Masih maraknya kegiatan ilegal (penyelundupan barang, perdagangan manusia, pembalakan liar, penangkapan ikan liar, dll.), di jalur jalan setapak yang tidak terawasi dan zona-zona laut yang tidak terpantau oleh patroli.

Page 44: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 2 of 4

T e m u a n P e n t i n g - F G D

Hal - 2

3. Penegakan hukum dirasa masih lemah sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi pelanggar yang masuk ke wilayah NKRI baik darat maupun laut. Kondisi demikian disebabkan oleh belum terintegrasinya dan tumpang tindihnya aturan dari institusi yang terlibat dalam penegakan hukum di darat maupun di laut.

4. Pengaruh idelogi, politik, sosial dan budaya dari negara tetangga sulit terbendung karena era globalisasi yang mengakibatkan rendahnya rasa nasionalisme pada masyarakat di wilayah perbatasan sehingga warga negara Republik Indonesia yang lebih hafal karakter ideologi dan budaya negara tetangga dibanding dengan negara sendiri bahkan disinyalir ada beberapa warga negara Republik Indonesia yang beralih status menjadi warga negara tetangga. Pelayanan CIQS yang melintasi Pos Lintas Batas masih menggunakan cara yang manual dalam mengidentifikasi barang yang masuk atau keluar di kawasan perbatasan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama bagi calon imigran. Hal ini disinyalir rawan terhadap praktek penyelundupan.

5. Didaerah perbatasan laut yang merupakan pulau terluar termasuk wilayah yang rawan invasi dan penguasaan dan kepemilikan pulau sehingga antisipasi dan penguatan terhadap dokumen kepemilikan keberadaan gugus pulau harus didukung dengan keberadaan data dan fakta sejarah yang otentik serta dapat dipertanggung jawabkan di dunia internasional sehingga tidak mudah dipatahkan oleh negara lain, seperti kasus sipadan dan ligitan.

Aspek Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Perbatasan :

1. Ketimpangan ekonomi khususnya di wilayah perbatasan dengan negara Malaysia sangat jelas sekali terlihat sehingga masyarakat di perbatasan lebih memilih produk negara tetangga dibandingkan dengan produk dalam negeri. Aturan regulasi mengenai tata niaga perdagangan belum sepenuhnya atau belum ada sama sekali yang mengatur tentang produk impor di kawasan perbatasan.

2. Pembangunan infrastruktur yang mendukung kawasan ekonomi dirasa masih kurang sehingga daya dukung untuk menggerakkan roda perekonomian di kawasan perbatasan menjadi terhambat. Terkadang dalam membangun infrastruktur tersebut terkendala oleh status tanah yang termasuk ke dalam hak ulayat, cagar alam atau kawasan hutan lindung.

3. Kurangnya promosi terhadap budaya lokal dan keindahan alamnya yang apabila dikelola dengan baik berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri sehingga dengan sendirinya akan menghidupkan aspek ekonomi masyarakat sekitarnya. Di samping itu, sarana transportasi untuk menjangkau daerah wisata budaya tersebut juga dinilai belum memadai apalagi daerah kunjungan wisata berada di lokasi (pulau) terpencil .

4. Keterbatasan teknologi pengelolaan SDA khususnya bidang perikanan menjadi salah satu kendala dalam mengekspoloitasi kekayaan laut (lokasi Teluk Sebong-Bintan dan Sebatik-Nunukan) termasuk sumber daya manusia beserta permodalannya. Di bidang pertanian dan perkebunan (khusus Sekayam-Sanggau), ketersediaan benih unggul masih dirasa kurang (tanaman mudah terjangkiti oleh hama tanaman) sehingga tidak memberikan hasil panen yang

Page 45: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 3 of 4

T e m u a n P e n t i n g - F G D

Hal - 3

memuaskan, kualitas/mutu pasca panen yang rendan sehingga menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah pula.

5. Belum ada sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi lokal (pasar bantu) sehingga masyarakat cenderung untuk melaksanakan transaksi barter (menukar barang dengan barang) dan tidak menggunakan uang.

6. Pemanfaat SDA yang belum optimal dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dalam hal pemanfaatan SDA karena rendahnya kualitas SDM masyarakat sehingga tetap berada dalam kemiskinan.

Aspek Pelayanan Sosial Dasar :

1. Sebagian besar wilayah perbatasan merupakan daerah yang terisolasi dan tertinggal terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, air bersih, dan telekomunikasi baik kualitas maupun kuantitasnya dibandingkan dengan wilayah bukan perbatasan.

2. Kondisi masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang tinggal di wilayah perbatasan sangat memprihatinkan terutama dari sisi kesejahteraan sosial. Untuk sistem pendidikan belum disesuaikan dengan adat istiadat setempat masyarakat KAT (misalnya: jam sekolah tidak perlu mengikuti jam sekolah seperti di wilayah lain) .

3. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di kawasan perbatasan dikarenakan kurangnya aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar, diantaranya masalah tenaga pelayanan kesehatan, pendidikan dan Pekerja Sosial Masyarakat.

4. Didaerah perbatasan laut yang merupakan pulau terluar termasuk wilayah yang rawan bencana, namun demikian, upaya pemerintah dalam memberikan info (early warning) dan pemahaman kepada masyarakat tentang bencana alam masih kurang sehingga belum ada tindakan antisipatif dan preventif dalam menghadapi bencana. Di samping itu, daerah pulau terluar rawan terhadap eksploitasi SDA yang tidak terkendali serta kerusakan akibat abrasi gelombang laut.

Aspek Kelembagaan :

1. Keterlibatan lembaga adat selama ini nyaris tidak pernah tersentuh, padahal lembaga adat tersebut secara yuridis informal menguasai kawasan yang dihuni di wilayah perbatasan (ulayat).

2. Koordinasi, integrasi, sinergitas dan sinkroniasai lintas sektoral belum berjalan secara optimal dan cenderung sektor-sektor melaksanakan program sendiri-sendiri (ego sektoral) sehingga mengakibatkan program yang telah dijalankan kurang berhasil. Selain itu dampak dari begitu banyaknya program dari masing-masing sektor/ SKPD terkait adalah masyarakat menjadi jenuh karena setiap program yang dibawa oleh masing-masing sektor membawa isu yang hampir sama.

Page 46: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 4 of 4

T e m u a n P e n t i n g - F G D

Hal - 4

3. Khusus untuk provinsi Kalbar dan Kaltim sudah ada Badan Pengelola Perbatasan Daerah yaitu Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) Kalbar dan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil (BPKPPDT). Sedangkan Badan Perbatasan Daerah untuk tingkat kabaupaten (Sanggau dan Nunukan) masih dalam tahap proses pengesahan dan untuk Provinsi Kepri dan lokasi pilot Bintan belum memilki Badan Perbatasan Daerah tersendiri, hingga saat ini masih berada dan gabung dengan Bappeda Provinsi maupun kabupaten. Secara umum permasalahan koordinasi, informasi dan inkonsistensi pelaksanaan program antar instansi menjadi kendala dalam pembangunan kawasan perbatasan secara terpadu. Koordinasi yang kurang baik salah satunya dapat mengakibatkan tidak diperolehnya informasi mengenai program-program yang tengah atau akan digulirkan di wilayah perbatasan sehingga dikhawatirkan akan terjadi tumpang tindih dengan program sektoral .

4. Konsep pembangunan wilayah perbatasan (penataan ruang wilayah perbatasan, penyelesaian masalah-masalah perbatasan, dan lain lain) belum seluruhnya dirumuskan secara terarah karena rendahnya “political will” dari pemerintah serta dukungan anggaran yang sangat terbatas.

5. Penempatan aparat pengelola wilayah perbatasan cenderung tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ataupun pengalamannya sehingga kurang serius dalam menangani masalah perbatasan.

Page 47: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 1 of 3

R e k o m e n d a s i - F G D

Hal - 1

REKOMENDASI

Sebagai rekomendasi dari hasil pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di 3 (tiga) lokasi pilot project kabupaten (Sanggau, Nunukan dan Bintan) berkaitan dengan upaya penyusunan naskah kebijakan pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan secara terpadu, berikut beberapa hal yang perlu disampaikan yaitu :

1. Penataan wilayah perbatasan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan adalah mendesak untuk segera dilaksanakan serta membutuhkan konsentrasi dan kemauan yang kuat (political will).

2. Perlunya data dan informasi yang memadai mengenai kondisi wilayah, pendidikan, kesehatan, potensi SDA, dan sebagainya untuk mendukung perencanaan yang tepat dan mengena pada sasaran. Dalam rangka penyediaan data dan informasi dapat memanfaatkan lembaga perguruan tinggi setempat untuk melakukan penelitian yang objektif. Hal ini merupakan kerjasama/simbiosis mutualisme karena pemerintah akan lebih mudah merumuskan perencanaan dan perguruan tinggi mendapat dukungan dana penelitian.

3. Rencana Induk belum sepenuhnya tersosialisasikan dengan baik, berakibat pada pemahaman pemerintah daerah (Bappeda/Pemda) terhadap persoalan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan belum sepenuhnya utuh, sehingga dalam beberapa hal akan memunculkan persoalan ketika akan diimplementasikan dalam Rencana Aksi.

4. Pembangunan kawasan perbatasan hendaknya lebih mengedepankan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) daripada pendekatan keamanan (security approach). Kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat perbatasan lebih penting daripada sekedar menghadirkan tentara di kawasan perbatasan.

5. Untuk memperkuat pada aspek batas wilayah negara, maka pemerintah harus lebih serius dan proaktif dalam melakukan perundingan dengan negara tetangga untuk menyelesaikan beberapa segmen batas wilayah yang belum selesai, baik untuk perbatasan darat maupun perbatasan laut. Penyelesaian masalah delimitasi dan demarkasi akan berpengaruh banyak dalam pengembangan dan pembangunan kawasan perbatasan tahap berikutnya. Selanjutnya, secara bertahap pemerintah harus berani mempertegas batas wilayah negara Republik Indonesia.

6. Upaya pengamanan dilakukan untuk meningkatkan pertahanan negara di sepanjang garis perbatasan dengan negara tetangga guna mengantisipasi segala kemungkinan munculnya gangguan maupun ancaman terhadap kedaulatan negara yang bisa terjadi

Page 48: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 2 of 3

R e k o m e n d a s i - F G D

Hal - 2

di kawasan perbatasan, seperti gerakan separatisme yang menjadikan kawasan perbatasan sebagai tempat persembunyian dan operasinya, ataupun pelanggaran pelanggaran oleh pihak-pihak tertentu terhadap kedaulatan wilayah Indonesia. Namun demikian, hendaknya penempatan Pos Pamtas (Pos Pengamanan Perbatasan) tidak terkesan menonjol. Hal ini untuk menghindari kesan bahwa pendekatan hard border (hard border approach) lebih kuat dibanding pendekatan soft border (soft border approach). Penempatan personil militer di beberapa titik menjadi kebutuhan, namun penempatan personil militer yang berlebihan akan memberikan kesan bahwa security approach terkesan kuat di wilayah perbatasan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas Pos Pamtas lebih mendesak dibandingkan dengan peningkatan jumlah Pos Pamtas di sepanjang perbatasan. Fasilitas pendukung pengamanan perbatasan antara lain, pos penjaga perbatasan dengan fasilitas pendukungnya (seperti alat dan sistem komunikasi, early warning system, GPS – Global Positioning System, peta, kompas, dll), persenjataan standard yang memadai, kendaraan operasional, serta dukungan logistik yang memadai.

7. Untuk mendukung kelancaran interaksi sosial-ekonomi antara masyarakat Indonesia dan masyarakat negara tetangga maka keberadaan Pos Lintas Batas (PLB) beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan (CIQS) sebagai pintu/gerbang yang mengatur arus keluar masuk (exit/entry) orang dan barang di kawasan perbatasan sangat mendesak untuk ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karenanya, pembangunan dan peningkatan sarana prasarana pendukung pelayanan pos lintas batas (PLB) yang terintegrasi mutlak untuk dilakukan guna meningkatkan fungsi dan peran dalam mengawasi dan memfasilitasi aktivitas lintas batas. Peningkatan sarana dan prasarana dilakukan dengan pembangunan tempat pemeriksaan keluar masuk barang dan manusia (dokumen keimigrasian), pengadaan gedung sita negara, dan pengadaan gedung karantina serta pos penjagaan. Disamping itu juga perlu diupayakan koordinasi yang baik antar instansi yang bersangkutan seperti bea cukai, imigrasi, karantina (pertanian dan kesehatan) dan aparat keamanan agar pelayanan terhadap masyarakat pelintas batas lebih optimal, dan juga perlu diperhatikan tingkat kesejahteraan para petugasnya.

8. Upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di perbatasan mendesak untuk diwujudkan dengan mendasarkan kearifan lokal serta melibatkan masyarakat setempat. Untuk pengembangan aktivitas ekonomi dan perdagangan diarahkan berbasis komoditas unggulan wilayah perbatasan dan sekitarnya. Langkah-langkah untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan perdagangan di perbatasan meliputi, antara lain: (a) Pengembangan untuk usaha lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan; (b) pembangunan pusat dan sub-pusat pertumbuhan yang memberi fungsi pelayanan publik bagi desa-desa yang jauh dari ibukota kecamatan; (c) mendukung perekonomian warga terutama aktivitas perdagangan; (d) Pengembangan SDM baik untuk tenaga kerja maupun pengusaha; dan (e) Peningkatan akses skala regional dan lokal kawasan dengan meningkatkan, mengembangkan, maupun membangun jaringan jalan dan sistem transportasi terutama jaringan jalan darat.

Page 49: Lapoaran FGD 3 Perbatasan Bintan_Nunukan_Sanggau

Laporan Penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) 3 Lokasi Pilot Project (Kabupaten Sanggau, Nunukan, dan Kabupaten Bintan) Institution Building for The Accelerated Development of Border Area

Page 3 of 3

R e k o m e n d a s i - F G D

Hal - 3

9. Upaya peningkatan akses dan pelayanan sosial dasar bagi masyarakat perbatasan merupakan hal yang mendesak. Dalam aspek pendidikan, upaya yang dilakukan terutama melalui pemerataan distribusi guru di perbatasan sehingga kualitas pelayanan pelayanan dan hasil yang didapat murid dari guru yang mengajar dapat diperoleh dengan maskimal (rasio guru terhadap murid), pemberian insentif atau tunjangan khusus bagi guru di pelosok-pelosok perbatasan; penyediaan sarana dan prasarana sekolah, serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Dalam aspek kesehatan, upaya yang dilakukan terutama melalui penyediaan puskesmas perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terdepan (terluar) berpenduduk; penyediaan Rumah Sakit bergerak yang memberikan pelayanan kesehatan rujukan; pemerataan distribusi tenaga kesehatan; pemberian insentif khusus bagi tenaga kesehatan; serta pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin (Jamkesmas) di perbatasan.

10. Perlunya meningkatkan sinergitas antar lembaga-lembaga terkait perbatasan. Dalam upaya penguatan kapasitas kelembagaan pembangunan kawasan perbatasan perlu mengikutsertakan kelembagaan yang berkembang di masyarakat, seperti swasta (private sector) dalam hal kerjasama penyediaan tenaga sukarela handal yang mau membantu masyarakat perbatasan dalam kemajuan pendidikan, kesehatan maupun ekonominya. Adanya kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan (cross section sector) yang ada baik dibidang social, budaya maupun ekonomi. Dengan terbentuknya BNPP diharapkan mampu membangun pola hubungan dan koordinasi yang sinergis, baik lintas pemangku kepentingan maupun lintas kewenangan pemerintahan. Selain itu, perlunya meningkatkan sosialisasi secara menyeluruh tentang regulasi dan perencanaan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan.


Top Related