Transcript
Page 1: Land Use (Sistim Transportasi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakteristik kota terbentuk dari karakteristik aktivitas penduduk yang berada

didalamnya. Secara umum, kota mewadahi kegiatan-kegiatan permukiman,

bekerja, berekreasi yang semua pergerakkannya dapat terjadi melalui jaringan

pergerakan (transportasi). Pergerakan tersebut, baik berupa pergerakan manusia

dan/atau barang, jelasmembutuhkan suatu moda transportasi (sarana) dan media

(prasarana) tempat moda transportasitersebut dapat bergerak.

Transportasi merupakan proses yang meliputi kebutuhan

perjalanan, pembangunan fasilitas bagi pergerakan penumpang dan barang

diantara beberapa kegiatan yang terpisah dalam ruang lingkungan perkotaan,

sistem transportasi dan pola tata guna lahan saling berpengaruh, dengan

berubahnya salah satu bagian akan menyebabkan perubahan pada bagian

yang lain. Pemahaman yang baik mengenai sistem transportasi akan

memudahkan perencana dalam merencanakan bentuk dan lokasitransportasi

dimasa mendatang serta kebutuhan tata guna lahan dengan menganalisa

informasi tentang tata ruang, tata guna lahan, dan pola perjalanan.

Interaksi sistem perkotaan dengan sistem transportasi merupakan

hubungan yang tak terpisahkan yang mana pengaruhnya terakumulasi sejalan

dengan waktu.Bentuk dan jenis perkotaan menawarkan daya tarik tertentu bagi

berlangsungnya suatu aktivitas, sementara sistem tranportasi menyediakan

aksesibilitas yang sangat diperlukan agar aktivitas-aktivitas yang ada bisa

dilaksanakan dan berkembang.Oleh karena itu isu-isu perkembangan perkotaan

merupakan pertimbangan yang amat penting dalam kaitan dengan sistem

transportasi agar sasaran-sasaran peningkatan efesiensi dan efektivitas sistem

transportasi bisa tercapai.

1

Page 2: Land Use (Sistim Transportasi)

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan fisik kotasangat dipengaruhi oleh sistem transportasi

bukan berarti mampu menyelesaikan masalah akan kebutuhan ruang kota

semua hal terselesaikan akan tetapi seiring dengan perkembangan fisik kota,

muncul permasalahan lainnya seperti kemacetan, tingginya angka kecelakaanserta

permasalahan lainny. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang disusun dalam bentuk pertanyaan"Apa itu sistem

transportasi”

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan penulisan ini adalah:

a. Mengidentifikasi system transportasi sebagai suatu system

b. Mengidentifikasi keterkaitan antara tata guna lahan dan system transportasi

dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan

1.4. Kegunaan

Berdasarkan tujuan penyusunan penulisan di atas, maka adapun kegunaan dari

penulisan penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana system transportasi sebagai suatu system

b. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara tata guna lahan dan

system transportasi dalam perencanaan pembangunan  yangberkelanjutan.

2

Page 3: Land Use (Sistim Transportasi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Transportasi

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha yang memindahkan,

menggerakkan, menganggkut, atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ke

tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat

berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Sejarah Transportasi sebenarnya sejalan

dengan sejarah manusia tersebut pindah/bergerak suatu tempat (A) ke tempat

yang lain (B) dengan membawa/mengangkutapa saja yang diperlukan namun

dalam kondisi yang terbatas dan kemudian berkembang dengan menggunakan

tenaga hewan sehingga daya angkut dan jarak angkut semakin besar. Selanjutnya

revolusiindustri, dengan diciptakannya tenaga mesin kendaraan (mobil, KA,

pesawatterbang dan kapal).Hasil daya angkut, jarak, maupun waktu hampir tak

terbatas.Manusia, hewan dan kendaraan merupakan perangkutan karena

orang/kendaraanbergerak dari satu tempat ketempat lain, sehingga timbullah lalu

lintas (traffic).

TRANSPORTASI PERPINDAHAN TEMPAT

• PENUMPANG

• BARANG

DENGAN ATAU

TANPA ALAT

ANGKUT

2.2. Kebutuhan Transportasi

Kebutuhan transportasi sebagai hasil interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi

yang tersebar didalam ruang atau tata guina lahan.Penyebaran aktivitas dan pola

interaksi yang demikian komplek menimbulkan permasalahan yang sangat beragam

dan banyak faktor penentu yang harus dipertimbangkan (Button, 1993:123).

Transportasi untuk orang atau barang umumnya tidak dilakukan hanya untuk keinginan itu

saja tetapi hal lainnya seperti aktivitas sosial dan juga hiburan dan untuk mencapai tujuan

lainnya,dengan demikian kebutuhan transportasi dapat disebut sebagai kebutuhan ikutan

3

Page 4: Land Use (Sistim Transportasi)

(derived demand) yang berasal dari kebutuhan untuk semua komoditi atau pelayanan

( Morlok Edward K, 1985:87).

2.3. Aksesibilitas dan mobilitas transportasi

AKSESIBILTAS adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata

gunalahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi

yangmenghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu

ukurankenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berintekasi satu dengan

yang laindan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui

sistem jaringan transportasi.

MOBILITAS adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak

yang biasanya dinyatakan dengan kemampuannya membayar biaya transportasi.

Jikaaksesibilitas ke suatu tempat tinggi, maka mobilitas orang ke tempat tersebut

jugatinggi selama biaya aksesibilitas ke tempat tersebut mampu dipenuhi.

Klasifikasi tingkat aksesibilitas:

Dari tabel diatas menunjukkan suatu tempat dikatakan ”aksesibel” jika

sangatdekat dengan tempat lainnya, dan ”tidak aksesibel” jika berjauhan. Konsep

inisangat sederhana dimana hubungan transportasi dinyatakan dalam jarak

(km)Saat ini JARAK merupakan suatu variabel yang tidak begitu cocok,

karenaorang lebih cenderung menggunakan variabel waktu tempuh sebagai

ukuranaksesibilitas

Black dan Conroy (1977) membuat ringkasan cara mengukur aksesibilitas

didalam daerah perkotaan. Daerah perkotaan dibagi menjadi N zona dan

semuaaktifitas terjadi di pusat zona. Aktivitas diberi notasi A. Aksesibiltas suatu

zonaadalah ukuran intensitas di lokasi tataguna lahan (misal: jumlah lapangan

kerja)pada setiap zona di dalam kota tersebut dan kemudahan untuk mencapai

zonatersebut melalaui sistem jaringan transportasi.

2.4. Sistem Transportasi

4

Page 5: Land Use (Sistim Transportasi)

Sistem adalah gabungan beberapa komponen (objek) yang saling

berkaitan dalam satu tatanan struktur dan perubahan satu komponen

dapatmenyebabkan perubahan komponen lainnya. Sistem transportasi

merupakan bentuk keterkaitan antara penumpang/barang, sarana dan prasarana

yang saling berinteraksi dalam kegiatan perpindahan orang dan barang

yangtercakup dalam satu tatanan, baik alamiah maupunrekayasa manusia

Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi

beberapasistem yang lebih kecil (mikro) yang saling terkait dan saling

mempengaruhi.Sedangkan sistem transportasi mikro terdiri dari sistem kegiatan,

sistem jaringanprasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem

kelembagaan.

Sistem transportasi mikro (Direktorat Jendral Perhubungan Darat,2008) tersebut

adalah sebagaiberikut :

a. Sistem Kegiatan (Transport Demand)

b. Sistem Jaringan (Prasarana Transportasi/Transport Supply)

c. Sistem Pergerakan (Lalu Lintas/Traffic)

d. Sistem Kelembagaan.

Gambar 2.1. Diagram Sistem Transportasi Makro dan MikroSumber :Tamin,1997

5

Page 6: Land Use (Sistim Transportasi)

Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistemjaringan

melalui suatu perubahan tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu

jugaperubahan pada sistem jaringan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui

peningkatanmobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut.Selain itu,

sistem pergerakanberperanan penting dalam mengakomodir suatu sistem

pergerakan agar tercipta suatu systempergerakan yang lancar, aman, cepat,

nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya. Padaakhirnya juga pasti akan

mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada.Ketiga

komponen transportasi mikro ini saling berinteraksi satu sama lain yang terkait

dalam suatu sistem transportasimakro.

a. Sistem Kegiatan (Transport Demand)

Yang dimaksud tata guna tanah (land use) adalah pengaturan

penggunaantanah. Dapat dikatakan, bahwa lahan berarti tanah yang sudah ada

peruntukannyadan umumnya ada pemiliknya baik perorangan atau lembaga

(Jayadinata,J.T.,1999 :10)Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia

akan terpaksamelakukan pergerakan (mobilisasi) dari tata guna lahan yang satu

ke tata gunalahan lainnya, seperti dari pemukiman (perumahan) ke pasar

(pertokoan). Agarmobilisasi manusia antar tata guna lahan ini terjamin

kelancarannya,dikembangkanlah sistem transportasi yang sesuai dengan jarak,

kondisi geografis,dan wilayah termaksud (Miro, 2005:15)

Sistem Kegiatan akan mempunyai suatu tipe kegiatantertentu yang

dapat“memproduksi” pergerakan (trip production) dan dapat “menarik”pergerakan

(trip attraction). Sistem tersebut dapat merupakan suatu gabungan dari

berbagaisistem pola kegiatan tata guna tanah (land use) seperti sistem pola

kegiatan sosial, ekonomi,kebudayaan dan lain-lain.

b. Sistem Jaringan (Prasarana Transportasi/Transport Supply)

Sistem Jaringan, meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus,

stasiun keretaapi, bandara dan pelabuhan laut. Jaringan transportasi secara

teknis terdiri atas (Munawar, A., 2005:15-16):

1. Simpul (node), yang dapat berupa terminal, stasiun kereta api,bandara,

pelabuhan.

6

Page 7: Land Use (Sistim Transportasi)

2. Ruas (link), yang berupa jalan raya, jalan rel, rute angkutan udara,alur

kepulauan Indonesia (ALKI).

Jaringan transportasi yang dominan berupa jaringan transportasi jalan.Dalam

menata jaringan jalan perlu dikembangkan sistem hirarki jalan yang jelasdan

didukung oleh penataan ruang dan penggunaan lahan

Peranansistem jaringan transportasi sebagai prasarana perkotaan mempunyai

dua tujuanutama yaitu :

a. Sebagai alat untuk mengarahkan pembangunan perkotaan.

b. Sebagai prasarana bagi pergerakan orang dan barang yang timbul

akibatadanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

c. Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas

c. Sistem Pergerakan (Lalu Lintas/Traffic)

Sistem pergerakansebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu

dilakukan setiap hari, yang tidak dapat dipenuhioleh penggunaan tanah

bersangkutan.Besarnya pergerakan yang ditimbulkan tersebut sangatberkaitan

erat dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan.Pergerakan

tersebut, baik berupa pergerakan manusia dan/atau barang, jelasmembutuhkan

suatu moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda

transportasitersebut dapat bergerak.

d. Sistem Kelembagaan

Sistem kelembagaan diperlukan untuk mengatur hubungan antara sistem

kegiatan, sistem jaringan dan seistem pergerakan sistem ini merupakan gabungan

dari pihak pemerintah dan swasta serta masyarakat yang berada dalam suatu

lembaga ataupun instansi.

Dalam upaya untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang

aman, nyaman,lancar, murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam

sistem transportasi makro terdapatsuatu sistem mikro lainnya yang disebut

SistemKelembagaan.Sistem ini terdiri atas individu,kelompok, lembaga, instansi

pemerintah serta swasta yang terlibat dalam masing-masing systemmikro. Sistem

7

Page 8: Land Use (Sistim Transportasi)

kelembagaan (instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah

sebagaiberikut :

Sistem Kegiatan : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

(Bappenas), BadanPerencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Provinsi, Badan Perencanaan danPembangunan Daerah(Bappeda) Kota

Sistem Jaringan : Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan

Umum

Sistem Pergerakan :Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR),

Polisi LaluLintas(Polantas).

2.5. Indikator Kinerja Transportasi

Indikator kinerja adalah besaran kuantitatif yang menggambarkan

kondisiobjektif dari sistem yang ditinjau dari suatu aspek tertentu.Dengan

definisitersebut, maka sangat relevan untuk mengkaji definisi Indikator Kinerja

yangdapat menggambarkan kondisi objektif dari suatu sistem transportasi.

Suatusistem transportasi pada dasarnya dapat dipilah menjadi beberapa

komponenberikut:

a. Prasarana/sarana transportasi

b. Sistem operasi

c. Pola dan intensitas pergerakan

d. Pola dan distribusi aktivitas

e. Organisasi dan kelembagaan

Satu komponen akan terkait dengan komponen lainnya secara langsung.Interaksi

tersebut pada gilirannya akan menghasilkan kondisi tertentu dari systemsecara

keseluruhan.

Indikator kinerja sistem transportasi secara keseluruhan dapatmenggunakan

konsep yang dikembangkan oleh Fielding (1977). Dalammerumuskan indikator

kinerja dari sistem transportasi, sistem transportasi yangditinjau dibagi dalam

empat aspek utama, yaitu:

– Aspek masukan sistem transportasi (service inputs)

8

Page 9: Land Use (Sistim Transportasi)

– Aspek keluaran sistem transportasi (service outputs)

– Aspek tingkat pemanfaatan sistem transportasi (consumption)

– Aspek alokasi sumber daya dalam komunitas (community)

Penjelasan dari masing-masing aspek utama di atas adalah sebagai berikut:

- Service Inputs adalah aspek sistem transportasi yang menunjukan

banyakdan jenis sumber daya yang diperlukan bagi terciptanya

systemtransportasi. Contoh parameter dari aspek ini adalah : Biaya

investasi,biaya operasional, besarnya subsidi yang diperlukan, biaya

perawatan,jumlah tenaga kerja yang terlibat dan total penggunaan energi

yangdiperlukan.

- Service Outputs adalah aspek sistem transportasi yang

menunjukankeluaran yang dihasilkan dari sistem transportasi. Contoh

parameter yangmerepresentasikan aspek ini adalah : jumlah kendaraan

yang digunakan,jumlah kilometer platform yang digunakan angkutan umum,

dan jumlahjam platform yang digunakan sistem angkutan umum.

- Consumption adalah komponen yang menunjukan tingkat

pemanfaatanyang dihasilkan oleh sistem transportasi. Beberapa contoh

parameter yangmenggambarkan aspek ini adalah : jumlah penumpang-km

yang terlayani,jumlah penumpang yang terlayani dan jumlah penghasilan

yang diperoleh.

- Community adalah aspek yang menunjukan besarnya alokasi sumber

dayayang dilayani oleh sistem transportasi. Contoh parameter dari aspek

iniadalah : Jumlah penduduk yang dirancangkan untuk dapat dilayani

olehsistem transportasi, jumlah dana yang dialokasikan dalam anggaran

untukmenjalankan sistem transportasi, luas daerah yang harus dilayani

olehsistem transportasi.

Selanjutnya keempat aspek tersebut dirangkaikan pada suatu segitigahubungan

seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

9

Page 10: Land Use (Sistim Transportasi)

Gambar 2.2. Keterkaitan Aspek Sistem Transportasi

2.6. Permintaan Jasa Transportasi

2.6.1. Teori Permintaan

Pada dasarnya permintaan atas jasa transportasi merupakan

cerminankebutuhan akan transportasi dari pemakai sistem tersebut, baik untuk

angkutanmanusia maupun barang. Oleh karena itu permintaan akan jasa

transportasimerupakan dasar yang penting dalam mengevaluasi perencanaan

transportasi danperancangan fasilitas pelengkapnya. Tanpa mengetahui

permintaan atas jasatransportasi, maka sangat dimungkinkan akan menghasilkan

sistem yang tidaksesuai dengan kebutuhan transportasi, sehingga akan

menimbulkan pemborosansumber daya yang ada.

Teori permintaan jasa transportasi sebagian besar diturunkan dari

teoriekonomi mengenai pilihan konsumen. Teori ekonomi umum

mengenaipermintaan akan komoditi menghubungkan jumlah komoditi tertentu

yang akandikonsumsi dengan harga tertentu, sehingga akan didapat bentuk kurva

10

Page 11: Land Use (Sistim Transportasi)

yangmiring ke bawah, karena apabila harga turun makin banyak orang yang

sanggupmembeli barang tersebut.

Gambar Bentuk fungsi permintaan sebagai konsep elastisitas

Elastisitas harga adalah ukuran tingkat perubahan kuantitas permintaandalam

perbandingan dengan tingkat perubahan harga

2.6.2. Model - Model Permintaan Perjalanan

Model a dalah a lat bantu atau media yang digunakan untuk menyederhanakan

realitas (dunia sebenarnya) secara terukur.

Contoh :

Model Fisik : Maket (bangunan, jembatan dsb), wayang golek

Model Peta/Diagram : Peta jalan, kontur, tata guna lahan dsb

Model Statistik dan Matematik

Model-model permintaan perjalanan digunakan untuk meramalkankebutuhan dan

penggunaan fasilitas baru transportasi.Model peramalan permintaan untuk

perjalanan di perkotaan terdiri darisejumlah model yang berlainan. Model empat

tahapan adalah model yang sering digunakan di Indonesia dalam prosedur

peramalan di perkotaan seperti terlihat pada gambarberikut ini :

11

Page 12: Land Use (Sistim Transportasi)

Gambar 2.5. Proses Permintaan Perjalanan

A. Ramalan Tata Guna lahanProsedurnya pada dasarnya non-matematis, dan sangat tergantung

padapertimbangan dan penilaian berbagai pihak yang ikut serta dalam

peramalan.Prosedurnya didasarkan pada penggunaan tiga macam aturan, yaitu :

- Intensitas pengembangan lahan akan berkurang apabila makin jauh

daripusat kota

- Kerapatan lahan akan berkurang jika makin jauh dari pusat kota

- Proporsi lahan yang disediakan untuk berbagai penggunaan lahan

akanselalu stabil

B. Pembangkit perjalanan

Pembangkit perjalanan merupakan suatu model yang digunakanuntuk

memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal dari suatu zona dan

jumlahperjalanan yang akan berakhir di setiap zona untuk setiap maksud

perjalanan.Dengan berdasarkan pada karakteristik tata guna lahan dan sosial

ekonomi padasetiap zona.Ada beberapa bentuk matematis model pembangkit

perjalanan yaitudiantaranya :

Bentuk yang pertama akan menghasilkan jumlah perjalanan total per zona.

Bentuk yang kedua menunjukan jumlah perjalanan per rumah tangga.

12

Page 13: Land Use (Sistim Transportasi)

Bentuk yang ketiga ini dapat dipakai untuk memperkirakan perjalanan perzona

dengan mengalikannya dengan jumlah rumah tangga di dalam zona itu.

Penganalisisan bangkitan perjalanan diperoleh dapat dari survai wawancara

rumah tangga ( Home Interview Survey ), yang diperoleh dari zona dalam, yaitu:

1. Jumlah perjalanan (Y) yang merupakan variabel tidak bebas (Dependent

Variable ).

2. Ukuran keluarga ( X1 ) dan jumlah kepemilikan kendaraan ( X2 ),serta

pendapatan keluarga ( X3) merupakan variabel bebas ( Independent

Variable).

Langkah - langkah didalam melakukan analisis bangkitan perjalanan adalah

dimulai dengan pengujian tehadap variabel-variabel bebas, dimana faktor-faktor

yang mempengaruhi jumlah perjalanan yang dibangkitkan, harus diuji secara

statistik mengingat faktor - faktor tersebut akan digunakan di dalam

memperkirakan bangkitan perjalanan dimasa mendatang. Untuk menganalisisnya

digunakan analisis regresi.

Dilihat berdasarkan pergerakan orang di daerah perkotaan, berdasarkan

maksud pergerakan maka dapat diklasifikasikan beberapa aktivitas yang

melingkupi masyarakat pengguna jalan, yaitu:

a. dalam aktivitas ekonomi, yaitu untuk mencari nafkah atau mendapatkan

barang dan pelayanan

b. aktivitas sosial, yaitu untuk menciptakan hubungan pribadi ataumelakukan

silaturahmi sesama anggota masyarakat

c. rekreasi atau mengunjungi tempat hiburan

d. kebudayaan

Berdasarkan keempat klasifikasi pergerakan orang berdasarkan maksud

pergerakannya, selanjutnya dapat dirinci sebagaimana tertera pada tabel berikut:

13

Page 14: Land Use (Sistim Transportasi)

Tabel 2.1. Klasifikasi Pergerakan Berdasarkan Maksud Pergerakan

14

Page 15: Land Use (Sistim Transportasi)

C. Distribusi Perjalanan

Trip distribution adalah suatu tahapan yang mendistribusikan berapajumlah pergerakan

yang menuju dan berasal dari suatu zona.Pada tahapan ini yang diperhitungkan adalah :

1. Sistem kegiatan (Land use)

2. Sistem jaringan (Aksesibilitas)

Tujuan utama distribusi perjalanan adalah untuk mendistribusikan

ataumengalokasikan jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona.

Untuk analisa penyebaran perjalanan pada masa yang akan datang tersebut

digunakan metode detroit. Dimana metode mengasumsikan : walaupun jumlah

pergerakan dari zona asal ( i ) meningkat sesuai dengan tingkat pertumbuhan

15

Page 16: Land Use (Sistim Transportasi)

Ej = AjajEi = Pipi

zona asal ( Ei ) pergerakan ini harus juga disebarkan ke zona tujuan ( j )

sebanding dengan pertumbuhan zona tujuan ( Ej ) dibagi dengan tingkat

pertumbuhan global ( E ) (Ofyar Z. Tamin, Edisi Kedua PPT).

Rumus menghitung distribusi perjalanan :

Rumus menghitung faktor pertumbuhan :

Keterangan :

Tij = Peramalan perjalanan (masa mendatang)

tij = Perjalanan existing (masa sekarang)

Ei = Faktor pertumbuhan pada zona asal

Ej = Faktor pertumbuhan pada zona tujuan

E = Nilai tingkat pertumbuhan

Pi = Jumlah pergerakan zona asal (tahun rencana)

pi = Jumlah pergerakan zona asal (masa sekarang)

Aj = Jumlah pergerakan zona tujuan (tahun rencana)

aj = Jumlah pergerakan zona tujuan (masa sekarang)

16

Tid = tijEi x EjE

Page 17: Land Use (Sistim Transportasi)

Model distribusi perjalanan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1. Metoda Faktor Pertumbuhan (Growth Factor)Pergerakan di masa

mendatang adalah pertumbuhan daripergerakan pada masa sekarang.

2. Metoda Sintetis (Synthetic Method)Pada metoda ini sudah mulai

mempertimbangkan bukan sajafaktor pertumbuhan tetapi juga

mempertimbangkan faktoraksesibilitas.

Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal

yang terjadi secara bersamaan yaitu:

Lokasi dan intensitas tataguna lahan yang akan menghasilkan lalu lintas

Spatial separation (pemisahan ruang), interaksi antara 2 buah tataguna

lahanakan menghasilkan pergerakan.

a. Intensitas tataguna tanah

Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tataguna tanah, makin tinggikemampuannya

menarik lalu lintas.Contoh: Supermarket menarik lalu lintas lebih banyak

dibandingkan rumahsakit (untuk luas yang sama).

b. Spatial separation

Jarak antara dua buah tataguna lahan merupakan batasan dari

adanyapergerakan.Jarak yang jauh atau biaya yang besar membuat

pergerakanantara dua buah zona menjadi lebih sulit.

c. Spatial separation dan intensitas tataguna lahan

Daya tarik suatu tataguna lahan berkurang dengan meningkatnya jarak

(efekspatial separation).Tataguna tanah cenderung menarik lalu lintas dari

tempatyang lebih dekat dibandingkan dengan tempat yang jauh.

Jumlah lalu lintas antara dua buah tataguna lahan tergantung dari intensitaskedua

tataguna lahan dan spatial separation (jarak, waktu, dan biaya)

17

Page 18: Land Use (Sistim Transportasi)

D. PEMILIHAN MODA / RUTE

Model ini bertujuan memprediksi pemilihan rute perjalanan yang

akandigunakan. Diasumsikan pemakai jalan mempunyai informasi yangcukup

(misalnya tentang kemacetan jalan), sehingga dapat menentukanrute yang

terbaik.

Dalam interaksi antara dua tata guna lahan atau lebih di suatu wilayah,maka

seseorang akan memutuskan bagaimana interaksi tersebut harusdilakukan,

dimana sering interaksi tersebut mengharuskan terjadinyaperjalanan, baik antar

tata guna lahan ataupun inter tata guna lahan.Keputusan dalam pemilihan moda

berkaitan dengan jenis transportasiyang digunakan.Jika terdapat lebih dari satu

moda, maka moda yangdipilih biasanya yang mempunyai rute terpendek,

tercepat, atautermurah, atau teraman, atau kombinasi dari faktor-faktor

tersebut.Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah ketidaknyamanan

dankeselamatan dan hal seperti ini harus dipertimbangkan.

Pengertian Pemodelan Pemilihan Moda adalah model yang

memberiGambaran bagaimana persepsi masyarakat mengenai dasar pemilihan

jenismoda yang digunakan.Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

pelayananangkutan umum seperti rute, tarif, kenyamanan, keamanan dan lain-

lain.Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orangyang

menggunakan setiap moda transportasi. Proses ini dilakukan denganmaksud untuk

mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar denganmengetahui peubah

bebas yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut dansetelah dilakukan proses

kalibrasi model dapat digunakan untuk meramalkanpemilihan moda dengan nilai

peubah bebas untuk masa mendatang. Pemilihanmoda ini sangat sulit dimodelkan,

walaupun hanya dua buah moda yangdigunakan (umum atau pribadi).Ini disebabkan

oleh banyak faktor yang sulitdikuantifikasikan, misalnya kenyamanan, keamanan,

kehandalan atauketersediaan mobil pada saat diperlukan (Tamin, 2000).

Pemilihan moda juga mempertimbangkan pergerakan yangmenggunakan

lebih dari satu moda dalam perjalanan (multimoda).Makadapat dikatakan bahwa

pemodelan pemilihan moda merupakan bagian yangterlemah dan tersulit

dimodelkan dari keempat tahapan model perencanaantransportasi.

Dalam cakupan identifikasi permasalahan yang dikaji, dapat dikenalidari faktor

penentu pemilihan jenis angkutan atau moda dan faktor yangmempengaruhi

18

Page 19: Land Use (Sistim Transportasi)

pemilihan, dimana faktor yang dapat mempengaruhipemilihan moda dapat

dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :

1. Ciri pengguna jalan:

Beberapa faktor berikut ini diyakini akan sangat mempengaruhipemilihan moda

yaitu: ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi,pemilikan Surat Ijin

Mengemudi (SIM), struktur rumah tangga(pasangan muda, keluarga dengan anak,

pensiun, bujangan dan lainlain),pendapatan, faktor lain misal keharusan

menggunakan mobil ketempat bekerja dan keperluan mengantar anak.

2. Ciri pergerakan:

Pemilihan moda juga akan sangat dipengaruhi oleh: tujuan pergerakan,waktu

terjadinya pergerakan, jarak perjalanan.

3. Ciri fasilitas moda transportasi:

Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Faktor kuantitatif seperti: waktu perjalanan, biaya transportasi (tarif,biaya

bahan bakar, dan lainnya), ketersediaan ruang dan tarif parkir.

b. Faktor kualitatif yang cukup sulit dihitung, meliputi: kenyamanan

dankeamanan,Kehandalan dan keteraturan dan lain-lain.

4. Ciri kota atau zona:

Beberapa ciri yang dapat mempengaruhi pemilihan moda adalahjarak dari pusat

kota dan kepadatan penduduk. Model pemilihan modayang baik harus

mempertimbangkan semua faktor tersebut. Darisemua model pemilihan moda,

pemilihan peubah bebas yangdigunakan sangat tergantung pada:

Orang yang memilih model tersebut,

Tujuan pergerakan,

Jenis model yang digunakan.

Dari semua faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi

danbagaimana satu faktor berpengaruh terhadap faktor lainnya, maka secara

ilustrasidapat digambarkan.

19

Page 20: Land Use (Sistim Transportasi)

E. Pembebanan Lalu Lintas(Traffic Assignment)

Pembebanan lalulintas (trip assignment) adalah suatu proses dimanapermintaan

perjalanan (yang didapat dari tahap distribusi) dibebankan kejaringan jalan.

Tujuan trip assignment adalah untuk mendapatkan arus diruas jalan dan/atau total

perjalanan di dalam jaringan yang ditinjau.

fj u

uukq

2

Flow (veh/hr)

Sp

ee

d (

mp

h)

uf

Free Flow Speed

Optimal flow,capacity, qm

Uncongested Flow

Congested Flow

um

20

Page 21: Land Use (Sistim Transportasi)

Arus lalulintas meningkat kecepatan cenderung menurun secara perlahan.

Arus mendekati kapasitaspenurunan kecepatan semakin besar

2.7. Tujuan Perencanaan Transportasi

Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah

danlokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk

angkutanumum ataupun angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun

rencana)untuk kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi

Transportasi perlu direncanakan karena :

- Adanya peningkatan aktivitas interaksi manusia (Kondisi ini dimulai dari

perubahan dan perkembangan tata guna lahan dan Kebutuhan transportasi

menjadi berhubungan langsung dengan penyebaran dan intensitas tata guna

lahan)

- Terbatasnya jaringan jalan dan moda transportasi (Pertambahan jaringan jalan

dalam aspek kuantitas maupun kualitas tidak akan dapat mengikuti

pertumbuhan aktivitas manusia).

- Kebutuhan aksebilitas, efektivitas, efisiensi dan kenyamanan perjalanan, serta

keselamatan perjalanan (Perjalanan orang/barang harus memiliki standar

kualitas dan kuantitas untuk mencapai kondisi yang ketersediaan, aman,

lancar, nyaman dan ekonomis).

- Aspek sumber daya energi dan lingkungan. (Menipisnya persediaan sumber

BBM, meningkatnya harga minyak dunia dan memburuknya kualitas

lingkungan telah menjadi problem global).

Umur Perencanaan Transportasi biasanya terdiri dalam tiga jangka waktu yaitu:

Jangka pendek , maksimum 5 tahun; biasanya berupa kajian

manajementransportasi yang lebih menekankan dampak manajemen

lalulintas terhadapperubahan rute suatu moda transportasi

Jangka menengah , 10 s/d 20 tahun (kajian kuliah ini); biasanya

digunakanuntuk meramalkan arus lalulintas yang nantinya menjadi dasar

perencanaaninvestasi untuk suatu fasilitas transportasi yang baru.

21

Page 22: Land Use (Sistim Transportasi)

Jangka panjang , lebih dari 20 tahun; digunakan untuk perencanaan

strategipembangunan kota jangka panjang.

Secara umum tujuan perencanaan transportasi adalah sebagai berikut :

Mencegah masalah transportasi di masa depan (kemacetan, tundaan,

kecelakaan)

Problem Solving untuk masalah transportasi

Melayani kebutuhan transportasi

Mempersiapkan kebijakan transportasi masa depan

Mengoptimalkan sumber daya untuk pencapaian tujuan transportasi.

Posisi Perencanaan Transportasi dalam Kebijakan Transportasi

Penentuan Kebijakan

Pengembangan Transportasi

Ekonomi Transportasi Perencanaan Sistem Transportasi

Hukum Transportasi Bidang Transportasi Lainnya

Perancangan Sarana Perancangan Prasarana Perancangan Operasi dan Pengendalian

- Mekanikal - Elektrikal - Thermodinamika

- Mekanika Tanah - Mekanika Fluida - Analisis Struktur

- Penelitian Operasi - Statistik - Administrasi Bisnis

22

Page 23: Land Use (Sistim Transportasi)

BAB III

KESIMPULAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya maka dapat kami simpulkan bahwa

System transportasi merupakan suatu system dalam pengembangan suatu

perkotaan. Permasalahan system transportasi tersebut merupakan

masalah yang kompleks yang melibatkan banyak aspek, pihak dan system

yang terkait maka diperlukan pendekatan system yang tepat pula yang

mencakup aspek yang terkait.

Interaksi tata guna lahan dan system transportasi merupakan indicator

yang mesti diperhatikan dalam melakukan perencanaan system jaringan

transportasi guna terciptanya pembangunan yang berkelanjutan tanpa

merusak ekologi yang ada.

1.2. Saran

Melakukan intervensi pada system transportasi baik pada aspek prasarana,

sarana dan manajemen secara tepat untuk menyelesaikan permasalahan

yang muncul.

Meningkatkan pelayanan system transportasi bagi masyarakat.

Kebijaksanaan penggunaan lahan seharusnya didukung dengan

kebijaksanaan pengembangan transportasi, sehingga meminimalisir

permasalahan yang muncul.

.

23

Page 24: Land Use (Sistim Transportasi)

DAFTAR PUSTAKA

1. Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana,

dan

2. Praktisi. Erlangga. Jakarta.

3. Morlok, E.K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.

Erlangga.Jakarta.

4. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. ITB. Bandung

5. Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gadjah Mada

UniversityPress. Yogyakarata.

6. Koestoer, R.H. 1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota. UI Press. Jakarta.

7. Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan

danPerkotaan & Wilayah. ITB. Bandung.

8. Yunus, H.S. 2005. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar.

Yogyakarata.

9. Mujiono, dkk. 2002. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. UNDIP.

Semarang.

10.Munawar, A. 2005. Dasar-Dasar Teknik Transportasi. Beta Offset.

Yogyakarta.

11.Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia

Indonesia.Jakarata.

12.Tamin, O.Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. ITB.

Bandung.

13.Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 2002, Pedoman Teknis

Penyelenggaraan AngkutanPenumpang Umum di Wilayah Perkotaan

dalam Trayek Tetap dan Teratur, Jakarta

14.LPM ITB,” Modul Pelatihan Perencanaan Sistem Angkutan Umum”,

KBKRekayasa Transportasi, Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung, 1997.

15.LPM ITB, “Manajemen Lalu Lintas Perkotaan”,KBK Rekayasa

Transportasi,Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung, 1997

16.FSTPT,”Prosiding Simposium I”, Forum Studi Transportasi antar

PerguruanTinggi, ITB,Bandung, 1998.

24


Top Related