Kualitas Sifat-sifat Penyalaan dari Pembakaran Briket Tempurung Kelapa,
Briket Serbuk Gergaji Kayu Jati, Briket Sekam Padi dan Briket Batubara
Siti JamilatunProgram Studi Teknik Kimia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Jl.Prof. Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta, Telp.(0274)379418/381523, Fax (0274) 381523,
Abstrak
Secara umum, proses pembakaran padatan terdiri dari beberapa tahap seperti pemanasan
pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang. Arang karbon bereaksi dengan oksigen pada permukaanpartikel membentuk karbon monooksida dan karbon dioksida. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik
pembakaran adalah kecepatan pembakaran yang diukur dari lama waktu nyala api sampai menjadi abu, nilai
kalor, berat jenis dan banyaknya polusi atau kadar volatile yang dihasilkan dari pembakaran briket. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui sifat-sifat penyalaan dari berbagai macam briket dari biomassa, dan batubara,
meliputi lama waktu penyalaan awal atau mudah tidaknya penyalaan, asap(kadar volatile) yang dihasilkan,lama briket menyala sampai menjadi abu, nilai kalor dan lama waktu untuk mendidihkan 1 liter air. Data hasil
penelitian ini untuk menentukan briket mana yang paling baik penyalaannya jika dibandingkan dengan batubara
yang sudah biasa dikenal dan dipakai dimasyarakat. Dengan membakar 250 gram untuk setiap jenis briket,
hasil yang paling optimum adalah paling lama menyala sampai menjadi abu, yakni dari tempurung kelapa 116
menit. Yang memiliki kadar volatile tertinggi adalah tempurung kelapa dilihat dari asap paling banyak, yang
terendah adalah batubara dengan asap yang sedikit, yang asapnya cepat hilang adalah briket batubara yaknisekitar 4 menit. Yang paling mudah menyala adalah batubara sekitar 5 detik, sedangkan nilai kalor tertinggi
dari briket biomassa adalah dari tempurung kelapa yakni 5.779,11 kal/gram dan untuk mendidihkan air 1 liter
rata-rata memakan waktu yang hampir sama antara 5 sampai 7 menit. Briket tempurung kelapa adalah yang
paling baik untuk bahan bakar dari biomassa meskipun asapnya banyak dan berwarna hitam tetapi nilai kalor
tertinggi dan paling lama menyalanya dengan nyala yang cukup besar diantara briket biomassa yang lain.
Kata kunci: Briket, biomassa, batubara, uji pembakaran ,kadar volatile dan nilai kalor
Pendahuluan
Energi alternatif dapat dihasilkan dari
teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai
untuk daerah pedesaan, yaitu pembuatan briket
dengan memanfaatkan limbah biomassa misalnya
tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji kayu.
Sejalan dengan itu, berbagai pertimbangan untuk
memanfaatkan tempurung kelapa, serbuk gergaji
kayu jati, sekam padi menjadi penting mengingat
limbah ini sering, bahkan belum dimanfaatkan
secara maksimal[1].
Uji kualitas pembakaran berbagai macam
briket dari tempurung kelapa, gergaji kayu jati,
bonggol jagung dan sekam padi jika dibandingkan
dengan batubara yang biasa dipakai di masyarakat
perlu dilakukan. Dari data yang didapatkan dapat
digunakan untuk mengetahui briket mana yang
lebih bagus kualitasnya dan baik untuk digunakan
oleh masyarakat dan dapat memperbaiki kualitas
dari briket yang sifat penyalaannya kurang baik.
Briket dengan kualitas yang baik
diantaranya memiliki tekstur yang halus, tidak
mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan
lingkungan dan juga memiliki sifat-sifat penyalaan
yang baik, diantaranya adalah: mudah menyala,
waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan jelaga,
asap sedikit cepat hilang dan nilai kalor yang
cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan
mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran,
semakin lama menyala dengan nyala api konstan
akan semakin baik[4].
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 22 Februari 2011
E04-1
Tinjauan Pustaka
Biomassa dan batubara adalah bahan bakar
padat yang memiliki karakteristik yang berbeda saat
dibakar. Lihat tabel dibawah ini
Tabel 1. Perbandingan sifat batubara dan
biomassa
No Sifat Batubara Biomassa
1 Kadar
volatil
Rendah,Dibawah
50%
Lebih tinggi,
diatas 50%
2 Kadar C
tetap
tinggi rendah
3 Kadar
abu
sedang Tergantung
jenis bahan4
4 Nilai
kalor
Tinggi Sedang
,tergantung
jenis dan
kadar airnya
Biomassa pada umumnya mempunyai
kadar volatil yang tinggi sehingga pembakarannya
dimulai pada temperatur yang rendah [11]. Proses
devolatisasi pada biomassa umumnya terjadi pada
temperatur rendah dan hal ini mengindikasikan
bahwa biomassa mudah dinyalakan dan dibakar,
meskipun pembakaran yang diharapkan terjadi
sangat cepat dan bahkan sulit dikontrol.
Penelitian intensif pada briket campuran
biomassa dan batubara telah dilakukan oleh
beberapa peneliti [3,7,9,10]. Pembakaran campuran
antara batubara dan biomassa terdapat beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh yakni dengan
tingginya kadar zat volatil dari mayoritas biomassa
dan tingginya kandungan karbon (fixed carbon)
batubara dapat melengkapi satu sama lain. Namun
dilain pihak karena beberapa jenis biomassa
mempunyai kadar abu yang tinggi, penggunaan
biomassa sebagai bahan bakar dapat menimbulkan
kendala tersendiri.
Secara umum pembakaran dapat
didefinisikan sebagai proses atau reaksi oksidasi
yang sangat cepat antara bahan bakar(fuel) dan
oksidator dengan menimbulkan panas atau nyala.
Reaksi pembakaran bahan bakar padat adalah
sebagai berikut:
Bahan + O2 Gas buang + abu -∆H (1)
Bakar padat
Proses pembakaran padatan terdiri dari
beberapa tahap seperti pemanasan, pengeringan,
devolatilisasi dan pembakaran arang. Selama proses
devolatisasi, kandungan volatile akan keluar dalam
bentuk gas seperti: CO, CO2, CH4 dan H2. Menurut
Pengmei LV,et al[7], komposisi gas selama
devolatilisasi tergantung pada jenis bahan kayu
yang digunakan, lihat table 2.
Tabel 2. Komposisi gas selama proses
devolatisasi
Sampel H2 CH4 CO CO2 O2
Pinus 16,19 15,36 52,16 9,71 6,58
Lignin 17,10 17,30 26,83 37,52 1,25
Cellulosa 19,28 13,38 53,76 7,41 6,16
Setelah devolatilisasi akan terjadi oksidasi
bahan bakar padat, laju pembakaran tergantung
pada konsentrasi oksigen, temperature gas, ukuran
dan porositas arang [8]. Kenaikan konsentrasi
oksigen dalam gas menimbulkan laju pembakaran
bahan bakar padat yang lebih tinggi. Temperature
pembakaran bahan bakar padat yang lebih tinggi
menaikkan laju reaksi dan menyebabkan waktu
pembakaran bahan bakar padat yang lebih singkat.
Kecepatan gas yang tinggi pada permukaan akan
menaikkan laju pembakaran bahan bakar padat,
terutama disebabkan karena laju perpindahan massa
dari oksigen ke permukaan partikel yang lebih
tinggi.
Arang karbon bereaksi dengan oksigen
pada permukaan partikel membentuk karbon
monooksida dan karbon dioksida. Proses tersebut
dinyatakan dalam reaksi-reaksi berikut:
C + ½ O2 CO (2)
CO + ½ O2 CO2 (3)
C + CO2 2 CO (4)
C + H2O CO + H2 (5)
Spesifikasi bahan bakar yang perlu diketahui
diantaranya adalah[12]:
Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi
yang dihasilkan., dan diukur sebagai nilai kalor
kotor (gross calorific value) atau nilai kalor netto
(nett calorific value).
Volatile matter
Volatile matter (VM) atau sering disebut dengan
zat terbang, berpengaruh terhadap pembakaran
briket. Semakin banyak kandungan volatile matter
pada biobriket maka biobriket semakin mudah
untuk terbakar dan menyala [3].
Kadar Air
Kadar air ini merupakan kandungan air pada bahan
bakar padat. Semakin besar kadar air yang terdapat
pada bahan bakar padat maka nilai kalornya
semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
Kandungan abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat
adalah mineral yang tidak dapat terbakar tertinggal
setelah proses pembakaran dan reaksi-reaksi yang
menyertainya selesai. Abu berperan menurunkan
mutu bahan bakar padat karena dapat menurunkan
nilai kalor.
E04-2
Karakteristik pembakaran
Samsiro,M.[8] , meneliti biobriket, dari
hasil penelitiannya didapatkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi karakteristik pembakaran
biobriket, antara lain :
1. Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah
pada komposisi biomassa yang memiliki banyak
kandungan volatile matter (zat-zat yang mudah
menguap). Semakin banyak kandungan volatile
matter suatu biobriket maka semakin mudah
biobriket tersebut terbakar, sehingga laju
pembakaran semakin cepat. Laju pembakaran dapat
diukur dari perubahan berat briket dari sebelum dan
sesudah dibakar dengan lamanya waktu yang
dibutuhkan sampai briket menjadi abu.
Laju pembakaran[5] : rA atau dmA/dt, dimana mA
adalah berat briket.
Maka :
-rA= - dmA/dt = kmnA
Dimana : k = konstanta laju pembakaran
n = pangkat reaksi
pangkat pertama adalah n = 1, dan pangkat
kedua n = 2
2.Kandungan nilai kalor yang tinggi pada suatu
biobriket saat terjadinya proses pembakaran
biobriket akan mempengaruhi pencapaian
temperatur yang tinggi pula pada biobriket, namun
pencapaian suhu optimumnya cukup lama.
3. Semakin besar berat jenis (bulk density) bahan
bakar maka laju pembakaran akan semakin lama.
Dengan demikian biobriket yang memiliki berat
jenis yang besar memiliki laju pembakaran yang
lebih lama dan nilai kalor lebih tinggi dibandingkan
dengan biobriket yang memiliki berat jenis yang
lebih rendah. Makin tinggi berat jenis biobriket
semakin tinggi pula nilai kalor yang diperolehnya.
4. Penggunaan biobriket untuk kebutuhan sehari-
hari
sebaiknya digunakan biobriket dengan tingkat
polusinya paling rendah dan pencapaian suhu
maksimal paling cepat. Dengan kata lain, briket
yang
baik untuk keperluan rumah tangga adalah briket
yang tingkat polutannya rendah, pencapaian suhu
maksimalnya paling cepat dan mudah terbakar pada
saat penyalaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui sifat-sifat penyalaan briket
biomassa seperti dari tempurung kelapa, serbuk
gergaji kayu jati, sekam padi, dan sifat
penyalaan briket batubara
b. Sifat-sifat penyalaan meliputi mudah tidaknya
waktu penyalaan awal, asap yang ditimbulkan,
lama briket menyala sampai menjadi abu
c. Membandingkan sifat-sifat penyalaan briket
biomassa tersebut, kemudian dapat menentukan
briket mana yang paling baik jika dibandingkan
dengan batubara yang sudah biasa dipakai
dimasyarakat.
Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah dengan
mengetahui kualitas sifat-sifat penyalaannya,
meliputi mudah tidaknya waktu penyalaan awal,
asap yang ditimbulkan, lama waktu briket menyala
sampai menjadi abu dan waktu yang dibutuhkan
250 gram berbagai macam briket briket untuk
mendidihkan 1 liter air, maka akan bisa
membandingkan kualitas pembakaran masing-
masing jenis briket. Dengan mengetahui kelemahan
sifat pembakaran, maka dapat memperbaiki sifat
briket yang memiliki sifat-sifat yang kurang baik
dan bisa membuat briket biomassa dengan sifat
penyalaan yang baik dalam skala besar.
Metodologi Penelitian
Alat Dan Bahan
Bahan :
a. Tempurung kelapa, serbuk gergaji kayu
jati, sekam padi, batubara
b. Tepung tapioka
c. Air
d. Minyak tanah
Alat :
a. Dapur pengarangan
b. Alat penumbuk arang
c. Ayakan
d. Alat pencetak briket
e. Oven
f. Timbaan analitis
g. kompor
h. Tungku briket, panci, ember, pengaduk
i. Korek api
Gambar 1. Alat pencetak briket
E04-3
Gambar 2 . Briket biomassa
Gambar 3. Pembakaran briket
Gambar 4. Pengipasan pada pembakaran briket
Cara Penelitian
Penelitian dimulai dengan membersihkan,
menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan briket,
yakni tempurung kelapa, serbuk gergaji kayu jati,
sekam padi, batubara. Setelah itu biomassa
diarangkan dengan cara menurut jenis biomassanya,
dihaluskan dengan ukuran tertentu, kira kira 60
mesh, kemudian dicampur dengan perekat tepung
kanji yang sudah dilarutkan dengan air panas
sehingga menjadi bubur dengan perbandingan
arang biomassa: perekat adalah 80:20. Setelah itu
adonan itu dicetak, hasil cetakan dikeringkan
beberapa hari dengan sinar matahari. Setelah benar-
benar kering, masing-masing jenis briket di analisis
kadar airnya, kadar volatil matter, kadar karbon,
berat jenis dan nilai kalornya.
Kemudian dilakukan pembakaran berbagai
jenis briket dengan mengamati sifat-sifat
penyalaannya, yakni lama waktu untuk penyalaan
awal, lama nyala api sampai menjadi abu, banyak
sedikitnya asap/volatil matter, waktu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan 1 liter air.
Pengujian briket:
Lama nyala briket sampai menjadi abu, dengan
mengukur menggunakan stop watch, dengan data
ini untuk selanjutnya dapat untuk menghitung
kecepatan pembakaran.
Berat jenis,dengan menghitung bobot briket dan
volumenya.
Kadar air, dengan menghitung berat air yang
menguap dengan berat briket mula-mula
Kadar volatil, dengan mengukur jumlah zat yang
menguap dengan berat briket mula-mula dilakukan
dalam furnace dengan suhu sekitar 970oC.
Nilai kalor, dilakukan dengan oxygen bomb
calorimeter
Berat sisa briket setelah dibakar dengan
menimbang sisa bahan yang tersisa atau menjadi
abu
Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Jenis Briket dengan lamanya waktu
nyala sampai menjadi abu
Tabel 3.Hubungan jenis briket dengan lamanya
waktu briket menyala sampai menjadi abu
No Jenis Briket Berat briket
yang
terbakar,gr
Lama
penyalaan
sampai jadi
abu,menit
1 Tempurung
kelapa
220,51 116,1
2 Serbuk
Gergaji kayu
jati
221,22 71,05
4 Sekam padi 233,25 103,57
5 Batubara
terkarbonisasi
229,91 60,57
6 Batubara non
karbonisasi
228,99 83,53
Dari tabel 3 hasil percobaan dapat
diketahui bahwa lamanya bara menyala sampai
menjadi abu yang paling lama adalah briket
tempurung kelapa dengan waktu 116,1 menit,
sedang yang paling cepat habis nyala baranya
adalah briket batubara terkarbonisasi dengan waktu
E04-4
60,57 menit, saat penyalaan menggunakan bantuan
kipas dengan kecepatan angin yang cukup rendah.
Tempurung kelapa dan serbuk gergaji
kayu jati yang kadar airnya dan kadar karbon terikat
cukup tinggi dengan struktur kayu yang keras
menghasilkan nyala api besar dan yang paling lama,
meski kalau dihitung briket yang terbakar dibagi
dengan waktu yang dibutuhkan untuk pembakaran
adalah cukup kecil yang berarti kecepatan
pembakaran cukup rendah. Untuk batubara dan
sekam padi dari data penelitian memiliki kecepatan
pembakaran relatif lebih besar.
Kecepatan pembakaran juga dipengaruhi
struktur bahan, kadar karbon terikat, keras dan
lunaknya bahan meskipun secara teori jika kadar
volatilnya tinggi maka akan mudah terbakar dan
kecepatan pembakaran lebih tinggi
2. Pengaruh Jenis Briket dengan Asap(kadar
volatil) yang ditimbulkan
Tabel 4. Hubungan jenis briket dengan asap
yang ditimbulkan
No Jenis Briket Kadar zat
menguap,
%
Asap yang
ditimbulkan,
lama asap
hilang,mnt
1 Tempurung
kelapa
44 Banyak(hitam)
, 37,04
2 Serbuk
Gergaji kayu
jati
43,9 Banyak(putih),
20,08
4 Sekam padi 28,3 Banyak(hitam)
, 29,49
5 Batubara
terkarbonisasi
22,1 Banyak(putih,
4,59
6 Batubara non
karbonisasi
24,3 Banyak(putih),
4,06
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa yang
paling lama asap hilang adalah briket tempurung
kelapa, sedang yang paling cepat asapnya hilang
adalah briket batubara. Jika dilihat dari kadar zat
menguap tempurung kelapa dan gergaji kayu jati
memiliki kadar yang paling besar. Kadar zat
menguap dari biomassa relatif cukup tinggi jika
dibandingkan dengan batubara dan sekam padi.
Hampir semua jenis briket pada pembakarannya
timbul asap yang cukup banyak, yang berwarna
putih asapnya adalah briket serbuk gergaji kayu jati
dan batubara. Sedang yang asapnya berwarna hitam
adalah briket tempurung kelapa. Banyak sedikitnya
asap, warna yang hitam atau putih dipengaruhi oleh
komposisi/kandungan dari bahan biomassa untuk
pembuatan briket dan dipengaruhi kadar air briket.
Menurut Sulistyanto,A.,2000, briket
dengan kadar zat menguap yang semakin tinggi
semakin mudah terbakar dan memiliki kecepatan
pembakaran yang semakin tinggi pula. Namun
kecepatan pembakaran juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang lainnya, diantaranya adalah
kadar karbon terikat, sturktur bahan, keras lunaknya
bahan, berat jenis bahan, suhu dan tekanan
pembakaran.
3. Pengaruh Jenis Briket dengan Mudah
tidaknya Penyalaan
Dari tabel 5, hasil percobaan di atas dapat
diketahui bahwa penyalaan awal yang paling
mudah adalah batubara dengan waktu sekitar 6
detik , dan briket yang penyalaannya paling susah
adalah briket tempurung kelapa dengan waktu
53.57 detik. Karena pada briket batubara
kandungan airnya sangat sedikit (kering), sehingga
mudah dalam penyalaannya. Pada briket tempurung
kelapa yang paling lama , kemungkinan disebabkan
bentuknya yang paling kompak, rapat, keras, berat
jenisnya paling besar dan kandungan airnya yang
masih cukup besar, hal ini bisa diatasi dengan
pengeringan semaksimal mungkin.
Tabel 5. Hubungan jenis briket dengan lamanya
penyalaan awal
No Jenis Briket Kadar air,
mL/gram
Lama penyalaan
awal, sampai
timbul api,detik
1 Tempurung
kelapa
9,32 53,57
2 Serbuk
Gergaji kayu
jati
8,73 10
4 Sekam padi 7,95 15
5 Batubara
terkarbonisasi
6,12 6,1
6 Batubara non
karbonisasi
5,99 6,08
Untuk briket serbu gergaji kayu jati, sekam
padi relatif mudah menyala, rapat massanya lebih
rendah dibanding briket tempurung kelapa,
bentuknya lebih renggang, hingga tdk terlalu rapat
seperti pada briket tempurung kelapa. Penyalaan
awal dibantu dengan kapas yang dibasahi minyak
tanah kemudian dinyalakan, apinya akan merambat
ke briket.
4. Pengaruh Jenis Briket dengan Lamanya
waktu pendidihan
Tabel 6. Hubungan jenis briket dengan lamanya
waktu pendidihan air 1 liter
No Jenis Briket Lama waktu
pendidihan, menit
1 Tempurung kelapa 7,19
2 Serbuk Gergaji kayu jati 6,19
4 Sekam padi 5,15
E04-5
5 Batubara terkarbonisasi 5
6 Batubara non
karbonisasi
5,01
Dari tabel 6, hasil percobaan dapat diketahui
bahwa waktu pendidihan air yang paling mudah
adalah dengan bahan bakar briket batubara
dengan waktu 5 menit. Karena bahannya cukup
kering, maka mudah terbakar dengan api yang
besar, sehingga mudah mendidih. Tapi kalau
dilihat waktunya hampir semua briket untuk
memanaskan air 1 liter membutuhkan waktu yang
hampir sama pada kisaran 5-7 menit, dengan suhu
maksimal 100oC. Dilihat dari lama tidaknya untuk
memanaskan air relatif tidak dipengaruhi oleh jenis
briketnya, panas yang dihasilkan dari pembakaran
briket masih cukup banyak yang hilang ke
lingkungan.
5. Pengaruh Jenis briket dengan nilai kalor
Dari tabel 7 dapat dilihat nilai kalor
berbagai macam briket biomassa, briket batubara,
kalor tertinggi adalah briket batubara sekitar
6.058,62 kal/gram, sedangkan dari briket biomassa
adalah briket dari tempurung kelapa, sekitar 5780
kal/gram, kalor terendah adalah dari sekam padi
yakni sekitar 3.072,76 kal/gram. Briket dari serbuk
gergaji kayu jati juga cukup tinggi yakni 5.478,99
kal/gram. Nilai kalor yang tinggi akan membuat
pembakaran menjadi lebih efisien karena briket
yang dibutuhkan menjadi lebih hemat.
Tabel 7. Pengaruh jenis briket terhadap nilai
kalor
No Jenis Briket Nilai Kalor,
kal/gram
Nyala api
1 Tempurung
kelapa
5.780 Besar
2 Gergaji kayu
jati
5.479 Besar
4 Sekam padi 3.073 Besar
5 Batubara
terkarbonisasi
6.158 Sedang
6 Batubara non
karbonisasi
6.058 Sedang
Kesimpulan
1. Dari berbagai macam briket diketahui
bahwa briket tempurung kelapa dari mulai
pembakaran awal sampai menjadi abu
yang paling lama nyalanya , yakni 116
menit dengan kecepatan pembakaran lebih
rendah dibandingkan briket yang lainnya.
2. Briket yang asapnya putih adalah briket
serbuk gergaji kayu jati dan batubara, yang
asapnya berwarna hitam adalah briket
sekam padi, tempurung kelapa. Briket
yang asapnya paling cepat hilang adalah
briket batubara sekitar 4 menit. Banyak
sedikitnya asap yang ditimbulkan
menandakan kadar volatil matter dari
masing-masing jenis briket dan dapat
menentukan mudah tidaknya bahan
terbakar.
3. Yang paling mudah dinyalakan, cepat
dalam penyalaan awal adalah batubara
sekitar 5 detik.
4. Untuk mendidihkan air sebanyak 1 liter
rata-rata membutuhkan waktu yang sama
,yakni 5 sampai dengan 7 menit dan
besarnya nyala api untuk berbagai macam
briket cukup besar dan hampir seragam.
5. Sebagai alternatif bahan bakar masyarakat
dari biomassa yang paling optimum jika
dibandingkan dengan briket batubara
adalah briket tempurung kelapa, dengan
nilai kalori yang cukup tinggi yakni 5780
kal/gram, dengan nyala api yang paling
besar dan lama yakni 116 menit, relatif
mudah dinyalakan dan kadar volatil yang
tinggi dapat dikondensasi dan dapat
dimanfaatkan untuk membuat asap cair
sebagai pengawet.
6. Kelemahan dari sifat-sifat penyalaan
dalam pembakaran briket biomassa ini
dapat dicarikan solusi, diantaranya dengan
mencampur biomassa dengan batubara.
Daftar Pustaka[1]Amin,S.,2000,Penelitian berbagai jenis kayu
limbah pengolahan untuk pemilihan Bahan Baku
briket Arang, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
2000, Vol 2,no 1 hal 41-46. /HUMAS_BPPT/ANY,
www.klipingut.wordpress.com(20 Maret 2008)
[2] Borman, G.L. dan Ragland, K.W. Combustion
Engineering, McGrawHill Publishing Co, New
York, 1998.
[3] Bahillo. A., Cabanillas. P.A, Gayan. L.P., De
Diego. L., dan Adanez, J., Co-combustion of coal
and biomass in FB boilers : model validation with
experimental results from CFB pilot plant, Energy
Agency-Fluidized Bed Conversion, 2003.
[4]Hartoyo, A .dan Roliadi H., 1978, “ Percobaan
Pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis
Kayu”,Laporan Penelitian hasil Hutan,Bogor.
[5] Levenspiel, O., “Chemical Reaction
Engineering”, John Wiley & Sons, 2nd Edition,
Singapore 1972
[6] Pengmei Lv, Chang, J., Wang, T., dan Wu, C. A
Kinetic Study on Biomass Fast Catalytic Pyrolysis.
Energy & Fuels 2004, vol 18 hal. 1865-1869.
E04-6
[7]Saptoadi, H.., The best composition of
coalbiomass briquettes, A two day CollaborationWorkshop on Energy, Enviromental, and New
Trend in Mechanical Engineering, Department of
Mechanical Engineering Brawijaya University_
Keio University, 2004.
[8] Syamsiro, M. dan Harwin Saptoadi, 2007,
“Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao :
Pengaruh Temperatur Udara Preheat”. Seminar
Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta,
[9]Saptoadi, H., Cofiring of agriculture wastes for
small and medium scale industries, InternationalConference on Integrated Renewable Energy for
Regional Development, Bali, Indonesia, 2001.
[10]Saptoadi, H., Energy from Indigenous for
Enhancing the Regional Competitiveness, the 2nd
Asean Science congress and SubcomitteConferences, 7
thASTW, 5-7 August 2005,
Indonesa.
[11]Werther, J., Saenger, M., Hartge, E.U., Ogad,
T.,
Siagi, Z., Combustion of Agricultural Residues,
Progress in Energy and Combustion Science,
2000, vol 26.
[12] Williams, F.A., Combustion Theory, Addison-
Wesley Publishing Company, Canada, 1985.
E04-7