Download - KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI POLINDES WATU GEDE
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals
(MDG’s), sampai dengan tahun 2015 Indonesia harus menurunkan angka
kematian balita dari 97/1000 kelahiran hidup, menjadi 32/1000 kelahiran
hidup. Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, AKABA saat ini 44/1000 KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan)
masih tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) 54% kematian
bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian
telah membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian
balita dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan
daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada
kematian (Depkes, 2010).
Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Keadaan gizi yang jelek dapat
mempermudah terkena infeksi, penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara lain diare,
tuberkolusis, campak, dan batuk rejan (wooping cough) (Supariasa, 2012).
Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari Status gizi balita yang di
deteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat, jika berat
badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita
warna diatasnya. Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus bila berat badan balita dibawah garis merah (BGM)
(Depkes, 2000).
Faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman
tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan,
akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh (Depkes, 2010).
Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena anak mendapat makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau adanya
2
ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi
kuantitatif maupun kualitatif (Moehji, 2003).
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu
lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita (Depkes, 2010).
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa balita
merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Kondisi
kecukupan gizi sangatlah berpengaruh pada kondisi kesehatannya secara
berkesinambungan pada masa mendatang (Muaris, 2006). Prevalensi status
gizi pada balita berdasarkan hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG)
tahun 2006 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat 17,5 % balita yang
menderita Kurang Energi Protein (KEP) terdiri dari 2,6 % balita gizi buruk
dan 14,96 % balita gizi kurang. Jumlah balita yang ditimbang tahun 2006
sebesar 2.193.958, jumlah berat badan naik 1.560.784 (71,14 %), yang BGM
65.277 (2,98 %) dan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 10.227
(78,65 %) dari seluruh jumlah balita gizi buruk 13.066. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada 5 Februari 2013 di Polindes Watugede
Singosari, dari jumlah keseluruhan balita 596 orang, 28 balita (4,70%) berada
pada pita kuning, 19 balita (3,19%) berada dibawah garis merah (BGM).
Menurut buku pedoman pelayanan anak gizi buruk, Penanggulangan
balita gizi kurang dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT)
sedangkan balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai tatalaksana
balita gizi buruk yang ada.
Berdasarkan panduan penyelenggaraan PMT-P bagi balita gizi kurang
(2011) makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi untuk
pemulihan gizi. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan
sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.
PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas
daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Konsumsi makanan PMT-
P yang adekuat juga akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita.
3
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Pemberian PMT Terhadap Berat Badan Balita BGM Di
Polindes Watu Gede”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan
balita BGM di Polindes Watu Gede?
1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh PMT terhadap berat badan balita BGM di polindes watu gede.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi berat badan balita BGM di polindes Watu Gede
sebelum pemberian makanan tambahan.
2. Mengidentifikasi berat badan balita BGM di polindes Watu Gede
setelah pemberian makanan tambahan.
3. Mengidentifikasi pengaruh PMT terhadap berat badan balita BGM di
polindes Watu Gede.
1.4. MANFAAT
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan
masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
pemberian makanan tambahan dan balita dengan gizi kurang.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan
bagi bidan dan kader posyandu dalam identifikasi dan penatalaksaanaan
balita dengan gizi kurang.
4
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidan dan
kader posyandu dalam pemberian makanan tambahan bagi balita dengan
gizi kurang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Berat Badan
2.1.1. Pengertian Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi,
kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat
dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi
penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan
jaringan lemak dan otot khususnya orang kekurangan gizi (Supariasa,
2012).
2.1.2. Alasan Pemilihan Berat Badan Sebagai Pengukur Laju Pertumbuhan
Menurut Supariasa (2012), beberapa pertimbangan mengenai Berat
badan merupakan parameter yang menjadi pilihan utama pengukur laju
pertumbuhan, antara lain:
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan
secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum
dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang
memerlukan penjelasan secara meluas.
6
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan
pengukur.
5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik
untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan
juga berat badan sebagai dasar pengisian.
6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian
status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan
dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian
yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal
oleh masyarakat.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan
Dalam proses pertumbuhan, setiap individu akan mengalami siklus
yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara
cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses
percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
herediter, faktor lingkungan, atau faktor hormonal.
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan
sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping
faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin,
ras, suku bangsa.
Pertumbuhan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir
akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan
serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki
maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
ketika mereka mencapai masa pubertas.
Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi
pertumbuhan. Hal ini dapat dillihat pada suku bangasa tertentu yang
memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi seperti orang Asia
7
cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang
Eropa atau lainnya.
2. Faktor Lingkungan
a. Budaya Lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di
masyarakat yang memengaruhi pertumbuhan anak. Budaya
lingkunga dapat menentukan bagaimana seseorang atau
masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat
terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang
ada sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam
aspek pertumbuhan. Sebagai contoh, anak yang dalam usia
tumbuh kembang membutuhkan makanan bergizi, namun
karena terdapat adat atau budaya tertentu yang melarang makan
dalam masa tertentu akan mengganggu atau menghambat masa
tumbuh kembang.
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan
anak. Anak dengen keluarga yang memiliki sosial ekonomi
tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik
dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.
Demikian juga anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka
sering tidak mau atai tidak meyakini pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang
menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
8
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.
Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi
maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan
gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim
yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim
kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah
sulit.
e. Olahraga dan Latihan Fisik
Untuk melakukan aktifitas fisik, manusia membutuhkan
sejumlah energi. Jika kalori masuk kurang dari kalori keluar,
maka simpanan kalori (lemak) akan digunakan untuk menutupi
defisit energi. Kalori masuk adalah kalori yang diperoleh dari
makanan sedangkan kalori keluar adalah kebutuhan kalori untuk
Basic Metabolite Rate (BMR) ditambah dengan kalori
peraktivitas.
f. Posisi Anak dalam Keluarga
g. Status Kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila
anak dalam kondisi sehat dan sejahtera makan percempatan
untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebalikya.
Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai
puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila
saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak
maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh
kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis.
9
3. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid.
Hormon somatotropin (growth hormon) berperan dalam
memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi
terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon
tiroid berperan daam menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon
glukokortikoid berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial
dari testis dan ovarium, selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun
perempuan yang sesuai dengan peran hormonnnya.
2.1.4. Alat Ukur Berat Badan
Menurut Supriasa (2012) penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebagiknya maksimum 0,1kg.
4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan
untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan.
2. Dibuat di Indonesia, bukan import, dan mudah didapat.
3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.
Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di
Puskesmas. Timbangan kamar mandi (Bath Room Scale) tidak dapat
dipakai menimbang anak balita karena menggunakan “per”, sehingga
hasilnya dapat berubah-bah menurut kepekaan “per”nya.
10
2.1.5. Cara Mengukur Berat Badan (Menimbang)
Periksalah dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik
atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada
posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang.
Setelah alat timbang lainnya (celana/sarung timbang) dipasang pada
dacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara menambah beban pada ujung
tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.
Dalam buku kader (1995), diberikan petunjuk bagaimana
menimbang balita dengan menggunakan dacin, langkah-langkah
tersebut dikenal dengan 9 langkah penimbangan, yaitu :
1. Langkah 1
Gantung dacin pada :
a. Dahan pohon
b. Palang rumah, atau
c. Penyangga kaki tiga
2. Langkah 2
Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin
ke bawah kuat-kuat.
3. Langkah 3
Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang
dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
4. Langkah 4
Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang
yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol).
5. Langkah 5
Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung
timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke
dalam kantong plastik.
6. Langkah 6
Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin.
11
7. Langkah 7
Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung
bandul geser.
8. Langkah 8
Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
9. Langkah 9
geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali
pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.
2.1.6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penimbangan
Menurut supariasa (2012) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penimbangan berat badan bayi/balita.
1. Pemeriksaan alat timbang
Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama,
apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik
adalah apabila bandul bergeser berada pada posisi 0,0 kg, jarum
penunjuk berada pada posisi seimbang. Disamping itu keadaan
bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin, oleh karena itu
perlu pula dilakukan peneraan terhadap timbangan yang sudha
dipakai agak lama. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini
sangat penting untuk mendapatkan data dengan validitas tinggi.
2. Anak balita yang ditimbang
Pengalaman di lapangan cukup banyak anak balita yang takut
ditimbang, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu penimbangan
pada balita yang tidak merasa takut. Apabila anak yang ditimbang
pertama takut dan menangis, maka akan mempengaruhi anak yang
akan ditimbang berikutnya. Kadang-kadang anak yang belum
ditimbang sudah menangis terlebih dahulu, karena melihat
pengalaman sebelumnya.
Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian yang
seminim dan seringan mungkin. Sepatu, baju, dan topi sebaiknya
dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil
12
penimbangan harus dikoreksi dengan berat kain balita yang ikut
tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita tidak
mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya,
maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan
injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. Kedua,
timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan
mengurangi berat ibu dan anak, dengan berat ibu sendiri.
3. Keamanan
Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan.
Tidak jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan
itu. Misalnya langkah ke-2 dari 9 langkah penimbangan tidak
dilakukan, maka kemungkinan dacin dan anak yang ditimbang bisa
jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat. Oleh karena itu, segala
sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai
dimana dilakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu
licin,berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi
keamanan, baik yang ditimbang maupun petugas.
4. Pengetahuan dasar petugas
Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan
untuk mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur
tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat
memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat
pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini
dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan
memindah-mindahkan bandul geser secara tidak menentu.
2.1.7. Interpretasi Hasil Penimbangan
Berat badan merupakan indikator sederhana yang digunakan
dilapangan atau puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat di
ketahui apakah keadaan gizi anak tergolong normal, kurang atau buruk.
13
Tabel 2.1. Berat Badan dan Tinggi Badan Balita Usia 2-5 Tahun
Usia Jenis Kelamin BB TB
2 tahunPerempuan 10,4-13,6 kg 81,3-87 cmLaki-Laki 10,9-15 kg 81,9-91 cm
3 tahunPerempuan 11,8-15,9 kg 88,9-99,1 cmLaki-Laki 12,7-17,2 kg 90,2-100,3 cm
4 tahunPerempuan 13,6-18,1 kg 95,3-106 cmLaki-Laki 13,8-19,1 kg 96,5-108 cm
5 tahunPerempuan 15-20,9 kg 101,6-114,3 cmLaki-Laki 15,9-21,8 kg 102,9-114,9 cm
Sumber : Adzania (2004, 3)
Berdasarkan tabel 2.1 dan kurva pada KMS, status gizi anak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. status gizi normal, bila BB anak antara 90-100% dari BB standar
atau pada KMS posisi BB berada pada garis titik-titik.
b. Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari BB standar
atau pada KMS posisi BB berada di bawah garis titik-titik.
c. Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama dengan 80% dari
BB standar atau pada KMS posisi BB berada dibawah garis merah.
2.2. Konsep Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
2.2.1. Pengertian PMT
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi balita usia 6- 59 bulan sebagai makanan tambahan
untuk pemulihan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
2.2.2. Prinsip PMT
Menurut panduan penyelenggaraan PMT-P bagi balita gizi kurang, prinsip
dasar PMT adalah sebagai berikut :
1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan
lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
14
2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi
antar ibu dari balita sasaran.
2.2.3. Jenis dan Bentuk PMT
1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan
atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat
digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat
dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk
keamanan pangan.
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.
4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/ daging/ ayam, kacang-
kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang
terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-
turut.
6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/ makanan
lokal ada 2 jenis yaitu berupa:
a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan
berupa makanan keluarga.
7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita
dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaimana tabel 2.2
15
Tabel 2.2. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak Balita
Umur(Bulan)
ASIJenis Makanan
Makanan Lumat
Makanan Lembik
Makanan Keluarga
0 - 6* √6 – 8 √ √9 – 11 √ √12 - 23 √ √24 - 59 √
Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari
Sumber : Depkes RI (2011, 7)
2.3. Kacang Hijau
Dalam penelitian ini digunakan kolak kacang hijau sebagai makanan
tambahan.
2.3.1. Deskripsi dan Morfologi Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau tergolong ke dalam golongan tanaman palawija
(tanaman pangan). Tanaman kacang hijau membentuk polong dan
tanaman berbentuk perdu atau semak.
a. Akar
Perakaran kacang hijau tersusun atas akar tunggang, akar serabut, dan
akar lateral.
b. Batang
Batang tanaman kacang hijau mengayu, berbatang jenis perdu
(semak), berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang
beragam, bewarna kecoklatan muda atau hijau.
c. Daun
Tanaman kacang hijau berdaun majemuk yang bersusun 3 helaian
anak daun setiap tangkai. Daun berbentuk lonjong dengan bagian
ujung runcing. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dengan
struktur bulu beragam sesuai varietasnya.
16
d. Bunga
Bunga tanama kacang hijau berbentuk menyerupai kupu-kupu
dengan mahkota bunga berwarna kuning keabu-abuan atau kuning
muda, tergantung varietasnya.
e. Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong yang panjangnya sekitar 6-
15cm, warna polong hitam. Polong kacang hijau tersusun
bersegmen-segmen yang berisi biji. Jumlah biji dalam satu polong
bervariasi antara 6-16 buah.
f. Biji
Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap.
Warna tersebut merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang
hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit.
2.3.2. Klasifikasi Kacang Hijau
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio (divisi) : Spermatophyta (tanaman berbiji)
Subdivisio (subdivisi) : Angeaspermae (biji berada dalam buah)
Clas (Kelas) : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo (bangsa) : Leguminales
Famillia (suku) : Leguminoceae (kacang-kacangan)
Subfamillia : Papillionoideae
Genus (marga) : Phaseolus
Spesies (jenis) : Phaseolus Aurus atau Phaseolus Radiatus
L.
2.3.3. Manfaat dan Kegunaan Kacang Hijau
Biji kacang hijau sebagian besar dikonsumsi untuk bahan makanan
seperti taoge, bubur, tepung, pati, dan minuman. Pada umumnya yang
paling disukai adalah taoge (kecambah). Meskipun demikian kacang
hijau dalam bentuk tepung juga banyak digunakan di mana-mana.
17
Kacang hijau merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang
penting bagi manusia. Dengan potensinya ini kacang hijau dapat
mengisi kekurangan protein (Soeprapto, 2010).
Menurut Cahyono (2011) Di indonesia, kacang hijau merupakan
komoditas kacang-kacangan yang penting setelah kacang kedelai dan
kacang tanah. Kacang hijau memiliki bermacam-macam manfaat di
dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan makanan
manusia, untuk pengobatan (terapi), dan untuk bahan pakan ternak.
Sedangkan kegunaan kacang hijau adalah dapat diolah menjadi
bermacam-macam produk makanan yang lebih sempurna.
a. Bahan makanan manusia
Kacang hijau sebagai bahan makanan manusia cukup baik
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan tubuh,
karena disamping kaya protein, juga mengandung zat-zat gizi
lainnya yang cukup lengkap.
Protein biji kacang hijau mengandung asam amino yang cukup
lengkap terdiri atas asam amino esensial (isoleusin, leucin, lysin,
methionin, phenylalanin, theronin, dan valin) dan asam amino
non esensial (Alanit, arginin, asam aspartat, asam glutamat,
glycin, trptophan, dan tyrosin).
18
Tabel 2.3. Kandungan Gizi Kacang Hijau Dan Hasil Olahan
Kacang Hijau (Tepung Hungkue) Tiap 100gr Bahan Yang Dapat
Dimakan.
Jenis ZatKadar
Kacang Hijau Tepung HungkueKalori (Kal) 345,00 364,00Protein (g) 20,4-24,81 4,50Lemak (g) 1,20 1,00
Karbohidrat (g) 62,90 83,50Kalsium/Ca (mg) 125,00 50,00
Fosfat/P (mg) 320,00 100,00Besi/Fe (mg) 6,70 1,00
Vitamin A (SI) 157,00 0Vitamin B1 (mg) 0,64 0Vitamin C (mg) 6,00 0
Air (g) 10,00 10,00Sumber: Direktorat Gizi.Depkes RI.1981
Tabel 2.4. Kandungan Asam Amino biji kacang hijau
Jenis Asam Amino Kandungan (%)Alanin 4,15Arginin 4,44Asam aspartat 12,10Asam glutamat 17,00Glisin 4,03Hitsidin 4,05Isoleusin* 6,95Leusin* 12,90Lisin* 7,94Metionin* 0,84Fenilalanin* 7,07Profin 4,72Serin 5,35Treonin* 4,50Triptofan 1,35Tirosin 3,86Valin* 8,23
Keterangan: *) asam amino esensial
Sumber: Soeprapto (2010)
19
b. Pengobatan (Terapi)
Kacang hijau sebgai bahan makanan juga berkhasiat untuk
pengobatan beberapa jenis penyakit, karena kacang hijau juga
mengandung zat-zat yang berkhasiat sebagai obat. Kacang hijau
untuk pengobatan berkhasiat mencegah dan menyembuhkan
penyakit beri-beri (bubur kacang hijau), antisterilitas (taoge),
selain itu taoge kacang hijau dapat melancarkan buang air kecil,
menghaluskan kulit wajah, menurunkan kadar gula bagi penderita
kencing manis, dan menurunkan berat badan bagi penderita
obesitas.
c. Bahan Pakan Ternak
Kacang hijau sangat baik diberikan kepada unggas karena bisa
meningkatkan produksi telur dan daging.
20
2.4. Kerangka Konsep
Keterangan:
diteliti
tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Pengaruh PMT Terhadap Berat Badan Balita
BGM di Polindes Watu Gede Singosari
2.5. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan balita
BGM di Polindes Watu Gede Singosari.
Status Gizi
Balita:
1. Normal
2. BGT
3. BGMPemberian Makanan
TambahanBerat Badan
Meningkat
Tetap
Turun
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan:
1. Faktor Herediter2. Faktor Lingkungan
- Budaya lingkungan- Status sosial ekonomi- Nutrisi- Iklim dan Cuaca- Olahraga atau
Latihan Fisik- Posisi anak dalam
keluarga- Status kesehatan
3. Faktor Hormonal
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian “Quasi Eksperimen”
yaitu metode penelitian yang tidak menggunakan rancangan eksperimen
sungguhan (eksperimen semu), dengan rancangan “Non-Equivalent Control
Group” dan menggunakan pendekatan cohort. Dengan demikian dapat
diketahui perbedaan berat badan balita antara yang diberi makanan tambahan
dengan yang tidak.
Pretest Perlakuan Postest
Kelompok Eksperimen 01 x 02
Kelompok Kontrol 01 02
Gambar 3.1. Rancangan Non-Equivalent Control Group
22
3.3. Kerangka Operasional
Gambar 3.2. Kerangka Operasional Pengaruh PMT Terhadap Berat Badan Balita
BGM di Polindes Watu Gede Singosari
Teknik Pengolahan Data1. Editing 3. Transfering2. Coding 4. Tabulating
Analisa DataMann-Whitney U-test
KesimpulanH1 diterima apabila Z hitung < Z tabelH1 ditolak apabila Z hitung > Z tabel
PopulasiSemua balita dengan berat badan
BGM di wilayah Polindes Watugede, Singosari
sejumlah 19 balita (Agustus 2012)
Kriteria Inklusi Total Sampling
SampleSemua balita dengan berat badan
BGM Usia 3-5 tahunyang terdapat di wilayah polindes
Watugede Singosarisejumlah 19 balita
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Teknik Pengumpulan Data1. Pengumpulan data balita BGM2. Penimbangan berat badan sebelum
pemberian makanan tambahan3. Pemberian makanan tambahan4. Penimbangan berat badan sesudah
pemberian makanan tambahan
23
3.4. Populasi, Sampel, dan Sampling
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita dengan berat badan
BGM di wilayah Polindes Watugede, Singosari, yaitu sebanyak 19 balita
3.4.2. Sampel
Semua balita dengan berat badan BGM Usia 3-5 tahun yang terdapat di
wilayah polindes Watugede Singosari dan memenuhi kriteria inklusi,
yaitu sebanyak 19 balita
Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak
10 orang dan kelompok kontrol sebanyak 9 orang.
3.4.3. Sampling
Dalam penelitian ini teknik pengambilang sampel secara total sampling.
Pelaksanaan pengambilan sampel secara total ini antara lain sebagai
berikut:
Mula-mula peneliti mengadakan studi pendahuluan untuk mengetahui
jumlah dan karakteristik populasi. Kemudian peneliti menetapkan
berdasarkan pertimbangannya, seluruh anggota populasi yang memenuhi
kriteria inklusi menjadi sampel penelitian.
24
3.5. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada ada dua variabel:
3.5.1. Variabel Independen
Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi pada penelitian ini, yaitu
pemberian makanan tambahan berupa kolak kacang hijau dan susu.
3.5.2. Variabel Dependen
Faktor-faktor yang diduga dapat dipengaruhi pada penelitian ini, yaitu
berat badan balita.
3.6. Definisi Variabel
3.6.1. Definisi Konseptual
a. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan
gizi. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-
kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang
terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
b. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dari
protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
25
3.6.2. Definisi Operasional
Table 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat UkurSkala Ukur
Kategori
Pemberian Makanan Tambahan
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan tambahan berupa kolak kacang hijau sebanyak 1 gelas (200cc) dengan frekuensi 1 kali sehari selama 30 hari.Komposisi (untuk 10 porsi) :- 250 gr Kacang hijau - 1 liter Air - ½ sdt garam- 2 cm jahe- 1 lembar daun
pandan- 200 gr gula jawa- 50 gr gula pasir- 200 ml santan kentalKandungan Gizi dalam 1 porsi :- Energi 240,45 kal- Protein 6,47 gr- Karbohidrat 40 gr- Lemak 7,3 gr
Gelas Ukur Nominal 1. Diberi2. Tidak
diberi
Berat badan balita
Selisih antara berat badan awal dan berat badan akhir.
Timbangan Rasio 1. Meningkat
2. Tetap3. turun
26
3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.7.1. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
- Balita usia 3-5 tahun
- Balita dengan berat badan dibawah garis merah.
- Tidak memiliki riwayat atau sedang menderita batuk lama dan diare.
- Orang tua bersedia berperan serta dan mengijinkan balitanya untuk
diberikan PMT.
3.7.2. Kriteria Eksklusi
- Balita yang tidak mengkonsumsi PMT yang diberikan lebih dari 3 kali
pemberian.
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Polindes Watugede Singosari
Waktu Penelitian : Maret-April 2013
3.9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
a. Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, antara lain :
1) Lembar protocol dan observasi.
2) Kolak Kacang hijau sesuai jumlah responden (@ responden 200ml)
b. Pelaksanaan
1) Kepada setiap balita Usia 3-5 tahun dengan berat badan BGM yang
terdapat di wilayah polindes Watugede Singosari dianamnese dan
diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan.
Pendataan dilakukan saat posyandu.
2) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian terhadap orangtua balita.
3) Meminta persetujuan ibu dari balita untuk mengikuti penelitian
dengan cara menandatangani inform consent.
27
4) Menjelaskan tentang protocol observasi sebelum mengonsumsi
makanan tambahan dan selama mengonsumsi makanan tambahan.
5) Menimbang berat badan awal balita sebelum diberi makanan
tambahan.
6) Membagi sampel menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan
(10 orang) dan kelompok kontrol (9 orang).
7) Memberikan makanan tambahan berupa kolak kacang hijau.
Pemberian kolak kacang hijau dilakukan oleh peneliti.
8) Observasi dilakukan 1 bulan berikutnya.
9) Menimbang berat badan balita setelah pemberian makanan
tambahan.
3.10. Teknik Pengolahan Data
3.10.1. Editing
Editing adalah proses pemeriksaan kembali lembar protocol dan lembar
observasi dengan maksud untuk mengecek apakah lembar tersebut telah
diisi responden sesuai petunjuk sebelumnya.
3.10.2. Coding
Coding yaitu memberikan kode pada responden seta jawaban yang telah
dibuat untuk memudahkan penilaian. Kode dalam penelitian ini adalah :
a. Responden
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2 ...dst
b. Perlakuan
Kelompok eksperimen = 1
Kelompok kontrol = 2
28
c. Pekerjaan Orang Tua
PNS/ABRI = 1
Swasta = 2
Wiraswasta = 3
Tidak bekerja = 4
d. Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD = 1
SD = 2
SMP = 3
SMA = 4
PT = 5
e. Kriteria
Naik = 1
Tetap = 2
Turun = 3
Transfering
Transfering adalah memindahka data yang telah diperoleh da akan
dimasukkan kedalam media tertentu (master sheet).
3.9.3. Tabulating
Tabulating adalah menyusun data dalam bentuk tabel untuk disajikan
dan dianalisis, sehingga penyajian dan analisis data lebih mudah.
n1 (n1+1) 2
n2 (n2+1) 2
U –
n1xn2 (n1+n2+1) 12
n1xn2 2
29
3.10. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dan diolah, selanjutnya untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan
balita BGM di polindes watugede singosari digunakan uji statistik Mann-
Whitney U-Test dengan rumus :
U1=n1n2 + - R1
U2=n1n2 + - R2
Keterangan :
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada sampel n1
R2 = jumlah rangking pada sampel n2
Apabila n>20 menggunakan pendekatan distribusi normal dengan rumus :
Z =
Hipotesis statistiknya :
H0 = tidak ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat
badan balita BGM di polindes Watugede Singosari.
H1 = ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan
balita BGM di polindes Watugede Singosari.
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Z hitung dengan
Z tabel pada taraf signifikansi α 0,05 dan titik kritis 1,96.
30
Tolak H1 jika Z hitung > Z Tabel
Terima H1 jika Z hitung < Z Tabel
3.11. Etika Penelitian
3.11.1. Inform Consent (Lembar Persetujuan Menajadi Responden)
Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti terlebih dahulu
menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian ini
kepada orang tua responden dan setelah menerima penjelasan orang tua
responden dapat mengerti, maka orang tua responden diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan jika mereka setuju. Jika orang tua
responden tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak
orang tua responden.
3.11.2. Anonimity (Tanpa Nama)
Nama balita dan orang tua balita yang menajdi responden tidak perlu
dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Untuk mengetahui
keikutsertaan responden yang diteliti, ditulis nama kode pada masing-
masing lembar.
3.11.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan hasil informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin
oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada
hasil penelitian.
3.12. Jadwal Penelitian
Jadwal Terlampir
31
Terdapat beberapa macam produk hasil olahan susu :
a. Susu homogen
Susu yang telah diproses untuk memecahkan butiran-butiran
lemaknya sedemikian rupa, sehingga setela 48 jam penyimpanan
tanpa adanya gangguan pada suhu 10-150C, tidak terjadi pemisahan
krim pada susu.
b. Susu skim
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah sebagian
atau seluruh krim dipisahkan. Pemisahan krim tersebut dilakukan
dengan alat cream separator. Susu skim mengandung semua zat gizi
dari susu kecuali sebagian lemak dan vitamin-vitamin yang larut
lemak.
c. Krim
Krim adalah bagian dari susu yang kaya akna lemak, yang
timbul ke bagian permukaan apabila susu didiankan atau dipisahkan
dengan alat pemisah sentrifugal. Kadar lemak dalam krim dapat
divariasikan tergantung dari penggunaan selanjutnya. Sebagai
contoh, light coffe atau table cream mengandung sekitar 18-30%
lemak, sedangkan whipping cream kadar lemaknya sekitar 30-36%.
d. Susu kental
Terdapat dua macam produk yang tergolong seabgai susu kental,
yaitu yang berasa manis dan tidak manis. Secara umum istilah susu
kental digunakan bagi produk yang diberi tambahan gula (sukrosa)
sehingga hasil akhirnya disebut susu kental manis (SKM),
sedangkan untuk produk susu kental yang tidak diberi tambahan
gula diberi istilah susu evaporasi.
e. Susu bubuk
Produk susu bubuk atau tepung susu dibuat sebagai kelanjutan
dari proses penguapan. Biasanya kadar air susu diturunkan sampai
mencapai kurang dari 5% (sebaiknya kurang dari 2%). Susu penuh
32
susu skim dan bahkan campuran keduanya, dapat diolah menjadi
menjadi susu bubuk.
f. Yoghurt
Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Proses
pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa aba yang
lalu, dengan cara membiarkan susu terkontaminasi oleh mikroba
secara alami sehingga menjadi masam.
g. Keju
Keju adalah produk olahan susu yang dibuat dari dadih susu,
yang diperoleh baik dari susu penih atau susu skim dengan cara
menggumpalkan kasein menggunakan enzim rennet atau dengan
cara meningkatkan keasaman susu melalui fermentasi asam laktat,
atau dengan kombinasi kedua cara tersebut.
h. Eskrim
Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam es krim adalah susu,
krim, gula, flavouring serta bahan penstabil dan pembentuk emulsi.
i. Susu rendah laktosa
Laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan dapat diserap
dari usus kecil kalau tidak diuraikan menjadi komponen
penyusunnya, yaitu glukosa dan galaktosa. Tidak adanya atau
defisiensi enzim laktase pada seseorang akan mengakibatkan
laktosa susu tidak dicerna dan diserap. Laktase adalah enzim yang
dapat menguraikan laktosa tersebut dan terdapat di dalam bagian sel
mukosa yang melapisi permukaan usus kecil.
Untuk mengatasi masalah diatas dikembangkan produk susu
dengan kadar laktosa yang rendah. Ada dua macam metode yang
dapat diterapkan untuk menurunkan kadar laktosa dalam susu.
Pertama dengan cara menambah enzim laktase pada susu, sehingga
laktosa yang teradapat akan dihidrolisis menjdi glukosa dan
galaktosa. Cara kedua adalah dengan menggunakan teknik ultra
filtrasi, dimana laktosa dapat dipisahkan dari susu.
33
Tabel 2.5. Komposisi Kimia Beberapa Produk Olahan Susu
Produk Lemak
Protein Laktosa Abu Air
Light cream 19,0% 2,9% 4,1% O,6% 73,4%Whipping cream 36,0% 2,2% 3,1% 0,5% 58,2%Susu skim (non-fat skim milk)
0,1% 3,7% 5,0% 0,8% 90,4%
Sumber : Muchtadi (2009,127)
3. MODISCO
MODISCO singkatan dari Modified Dread Skimed and Coconut Oil
yang banyak digunakan di Indonesia merupakan modifikasi yang
digunakan di Uganda (1973). Modifikasi dilakukan dengan
pertimbangan ketersediaan bahan lokal, selera, daya cerna, kebutuhan
kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco dicobakan pertama kali untuk
anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika)
dengan hasil memuaskan. (Depkes RI, 2003)
Modisco dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk Modisco II, Kolak
Ubi Modisco, dan Puding Modisco.
a. Modisco II
Bahan :
Susu skim 10 gram
Gula Pasir 5 gram
Margarine 5 gram
Air masak 200 cc
Nilai Gizi :
Energi : 100 kalori
Protein : 3,6 gram
Lemak : 4 gram
b. Kolak Ubi Modisco
Bahan :
34
Larutan modisco (susu skim 12 gram, gula pasir 5 gram, margarine
5 gram)
Ubi merah 50 gram
Gula Pasir 10 gram
Vanili
Nilai Gizi :
Energi : 222 kalori
Protein : 3,88 gram
c. Puding Modisco
Bahan :
Modisco III 600 cc
Agar-agar bubuk 1 bungkus
Nilai Gizi :
Energi : 130 kal
Protein : 3 gram
Lemak : 7,5 gram
35
4. Buah – Buahan
a. Pisang
Pisang dengan mudah dapat dicerna, gula yang terdapat di dalam
buah tersebut diubah menjadi sumber tenaga yang bagus secara
cepat, dan itu sangat baik bagi pembentukan tubuh, untuk kerja oto,
dan sangat bagus untuk menghilangkan rasa lelah. (Jordan, 2010)
b. Jeruk
Jeruk mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat,
misalnya : limonene, linalin, asetat, geranil asetat, felladen dan sitral
dan asam sitrat. 100 gram jeruk mengandung vitamin C 27 miligram,
kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 gram,
vitamin B10 sebanyak 0,4 miligram, zat besi 0,6 miligram, lemak 0,1
gram, kalori 37 gram, protein 0,8 gram dan air 86 gram. (Jordan,
2010)
d. Semangka
Semangka memiliki kulit berwarna hijau dan kuning sementara
daging yang manis, berair biasanya berwarna merah atau kuning.
Semangka mengandung citrulline yang memicu produksi nitrat
oksida yang membuat pembuluh darah rileks. Kadar gula dalam
semangka juga cukup tinggi. (Jordan, 2010)
e. Pepaya
Pepaya kaya akan kandungan penting seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, fosfor, zat
besi, dan serat. (Jordan, 2010)
f. Apel
Apel kaya akan serat, fitokimia, dan flavonoid. Serat yang
terkandung dalam apel sebanyak 5 gram dapat membantu
melancarkan pencernaan. Fitokimia berfungsi sebagai antioksidan
yang melawan kolesterol jahat. Flavonoid mencegah pertumbuhan
sel kanker. (Jordan, 2010)