5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
B A B
4
Krisis Ekonomi Global
dan Feminisasi
Kemiskinan
1Peneliti Madya bidang Studi Kemasyarakatan, Studi Khusus Gender pada
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal
DPR RI.2
“Prolog: Perempuan dalam Dimensi Kemiskinan,” dalam Jurnal Per empuan
No. 42 Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan? Halaman 4.
75
I. Pendahuluan
Kemiskinan masih menjadi salah satu persoalan yang harus
dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia,
terutama negara berkembang, terrmasuk Indonesia. Data
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa
sepertiga penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan,
dan sekitar 70% di antaranya adalah perempuan.2 Banyaknya
Sali Susiana1
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
aspek yang terkait dengan kemiskinan menjadikan konsep
ini memiliki beragam definisi. Max Nef mendefinisikan
kemiskinan sebagai suatu kondisi dimana tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar atau esensial individu
sebagai manusia.3 Sedangkan menurut Ollenburger dan
Moore kemiskinan adalah tidak adanya sumber-sumber
ekonomi yang cukup guna menjamin kebutuhan hidup,
termasuk makanan, perumahan, dan pakaian.4
Mengingat jumlah terbesar dari masyarakat miskin
dunia adalah perempuan dan persoalan kemiskinan
memberikan dampak yang jauh lebih buruk pada
perempuan, maka dalam Konferensi Perempuan se-Dunia
ke IV tahun 1995 di Beijing, para pemimpin dunia termasukIndonesia, telah berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan perempuan. Dalam konferensi tersebut Indo-
nesia bersama 188 negara lainnya juga telah menyepakati
Deklarasi dan Landasan Aksi Beijing atau Beijing Declara-
tion and Platform for Action ( BPFA).
BPFA merupakan landasan operasional yang
disepakati bagi pelaksanaan Konvensi Perempuan yang
bertema kesetaraan, pembangunan, dan perdamaian
(equality, development, and peace). BPFA mengidentifikasi
12 bidang kritis beserta tujuan-tujuan strategis bagi setiap
bidang. Kedua belas bidang kritis tersebut meliputi: (1)
perempuan dan kemiskinan; (2) pendidikan dan pelatihan
bagi perempuan; (3) perempuan dan kesehatan; (4)
kekerasan terhadap perempuan; (5) perempuan dan konflik
bersenjata; (6) perempuan dan ekonomi; (7) perempuan
dan pengambilan keputusan; (8) mekanisme institusional
bagi kemajuan perempuan; (9) hak asasi perempuan; (10)
perempuan dan media; (11) perempuan dan lingkungan;
dan (12) anak perempuan.
Jelaslah bahwa kemiskinan merupakan salah satu
bidang kritis yang harus dihadapi oleh banyak perempuan
di seluruh dunia. Untuk memerangi kemiskinan yang
Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan76
3
Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi Beijing
1995-2005. Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10, Februari 2005, halaman 1.4
Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, Sosiologi Wanita, penerjemah Budi
Sucahyono dan Yan Sumaryana, Jakarta: Rineka Cipta, halaman 125.5 Ibid ., halaman 3.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
dihadapi para perempuan tersebut, negara-negara peserta
konferensi juga sepakat untuk melakukan berbagai tindakan
strategis, yaitu:
1. Menelaah, menetapkan, dan mempertahankan
kebijakan-kebijakan ekonomi makro dan strategi
pembangunan yang diarahkan untuk menangani
kebutuhan dan upaya-upaya perempuan yang hidup
dalam kemiskinan;
2. Memperbaiki peraturan perundang-undangan dan
praktek-praktek administrasi untuk menjamin
persamaan hak dan akses perempuan untuk
memperoleh sumberdaya ekonomi;
3. Menyediakan kesempatan bagi perempuan untukmenabung serta memanfaatkan mekanisme dan
lembaga-lembaga kredit lainnya;
4. Mengembangkan metodologi berdasarkan gender dan
melakukan penelitian untuk menangani kemiskinan di
kalangan perempuan.5
Selain menjadi salah satu bidang kritis dalam BPFA,
kemiskinan juga menjadi salah satu target dalam Tujuan
Pembangunan Abad Milenium/ atau lebih dikenal dengan
Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan
oleh PBB dalam Millenium Summit yang diselenggarakan
pada bulan September 2000. MDGs berisi 8 tujuan dan 17
target yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB pada
tahun 2015. Ke delapan target tersebut adalah:
1) meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrim;
2) mencapai pendidikan dasar secara universal;
3) meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan
perempuan;
4) mengurangi tingkat kematian anak;
5) memperbaiki kesehatan ibu;
6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit-penyakit
lainnya;
7) menjamin kelestarian lingkungan hidup; dan8) membentuk sebuah kerja sama global untuk
pembangunan. 6
77Pendahuluan
6Diterjemahkan dari The UN Millennium Development Goals.
7Pernyataan Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick di Brussels, Belgia, pada
saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-thank dari
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
Krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika
Serikat telah membawa berbagai dampak bagi sebagian
besar negara-negara di dunia. Bagi sejumlah negara
berkembang, krisis telah membuat aliran modal keluar,
menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor.7 Krisis juga
meningkatkan jumlah penduduk miskin yang saat ini
jumlahnya sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.8
Demikian pula dengan Indonesia. Krisis ekonomi global akan
mempengaruhi kondisi kemiskinan di Indonesia, termasuk
di dalamnya kemiskinan yang dialami oleh perempuan.
Tulisan ini akan membahas kaitan antara krisis ekonomi glo-
bal dengan perempuan, khususnya perempuan yang berasal
dari golongan ekonomi lemah atau perempuan miskin dariperspektif feminis. Pembahasan akan dikaitkan dengan
teori feminisasi kemiskinan.
78 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
Jerman, Marshall Fund. Lihat “Krisis Pukul Banyak Negara, Zoellick: 400.000
Bayi Akan Meninggal pada Tahun 2009,” Kompas, 22 Maret 2009, halaman 15.8
Ibid ,.9 Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Satker
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Unit KIE, 2006, halaman 13.10
Jurnal Perem puan No. 42: Men gurai Kem isk inan Diman a Per emp uan?
halaman 119.11
Ann Whitehead, dalam Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah
Perempuan,” Jurnal Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan?
halaman 11.
II. Feminisasi Kemiskinan
Permasalahan perempuan di bidang ekonomi tidak pernah
terlepas dari kemiskinan.9
Perempuan adalah kelompokyang terus mengalami pemiskinan. Secara ekonomi,
pendapatan perempuan di seluruh dunia jauh lebih kecil
dari laki-laki dan jumlahnya terus menurun setiap tahun.
Pengalaman kemiskinan perempuan juga berbeda dengan
pengalaman laki-laki.10 Lebih dari setengah penduduk
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
miskin di negara berkembang adalah perempuan.11 Hal ini
menguatkan terjadinya feminisasi kemiskinan ( feminiza-
tion of poverty ), yaitu sebuah kenyataan bahwa sebagian
besar angka kemiskinan diisi oleh kaum perempuan12.
Dengan kalimat lain, kemiskinan memiliki wajah
perempuan. Meskipun seorang laki-laki dan perempuan
sama-sama miskin, kemiskinan itu disebabkan oleh alasan
yang berbeda, pengalaman yang berbeda, serta kemampuan
yang berbeda pula dalam menghadapinya.
Selain itu, feminisasi kemiskinan adalah sebuah
istilah untuk menggambarkan kegoyahan ekonomi tertentu
bagi perempuan yang secara sendirian menyokong
penghidupan mereka sendiri dan/atau anak-anak mereka.13
Istilah ini juga menggambarkan subordinasi posisi ekonomi
perempuan pada umumnya yang dialami perempuan di
sepanjang siklus kehidupan: pengangguran remaja,
pekerjaan rumah tangga non-upahan, pengasuhan anak
yang tidak dibayar, kurangnya keuntungan bagi pekerjaan
paruh waktu, hilangnya dukungan ekonomi bila bercerai
atau menjanda, serta kemiskinan di kalangan perempuan
tua yang memiliki sejarah penghasilan sekali-sekali atau
berupah rendah. Ruang lingkup internasional dari
feminisasi kemiskinan ini terlihat jelas dari angka statistik.
Perempuan merupakan 50% dari populasi dunia, 70% dari
tenaga kerja (yang dibayar dan tidak dibayar), menghasilkan
10% upah, dan memiliki kurang dari 1% kekayaan.14
79Feminisme Kemiskinan
12Istilah feminisasi perempuan untuk pertama kali diperkenalkan oleh
Diana Pearce, seorang sosiolog dari Universitas Wisconsin, dalam sebuah
tulisan hasil kajiannya yang berjudul, “The Feminization of Poverty: Women,
Work, and Welfare”, dimuat dalam Urban and Social Change Review (February,
1978). Dalam Tulisan ini Pearce mengemukakan kurangnya dukungan
pemerintah (Amerika Serikat) terhadap perempuan sebagai orangtua tunggal,
dan pemberian gaji/upah yang lebih rendah kepada pekerja perempuan
ketimbang pekerja laki-laki, sehingga secara struktural terjadi pemiskinanterhadap kaum perempuan..13
Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, op.cit., halaman 124.14
Ibid ., halaman 124-125.15
Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan,” Jurnal Perempuan
No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan? halaman 12.16
Ibid,.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
Kemiskinan memiliki dimensi yang sangat bias gen-
der karena adanya ketimpangan gender dan akses
kekuasaan.15 Dalam kaitan ini, Nilufer Cagatay menyatakan
bahwa:
“gender-based power relation mean that
women experience poverty differently and
more forcefully than man do and women are
more vulnerable to chronic poverty because
of gender inequality in the distribution of in-
come, acces to productive inputs, such as
credit, command over poverty or control over
earned income, as well as gender biased inlabour markets.”16
Tiga pendekatan kemiskinan dapat digunakan untuk
menjelaskan penyebab kemiskinan di kalangan
perempuan. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan
kultural, struktural, dan alamiah.17 Secara kultural, sebagian
masyarakat Indonesia masih dipengaruhi secara kuat oleh
budaya tradisional yang berideologi patriarki. Ketimpangan
struktural berupa keterbatasan kaum perempuan untuk
memperoleh akses ekonomi (misalnya bekerja untuk
memperoleh penghasilan, bukan sekedar menjalankan
peran sebagai ibu rumah tangga), berorganisasi, dan
sebagainya masih berlaku. Kemiskinan struktural berakses
pada timbulnya kemiskinan kultural, dalam bentuk
rendahnya pendidikan dan ketrampilan sebagian besar
perempuan, terutama di pedesaan. Sedangkan kemiskinan
alamiah menjelaskan adanya sebagian kaum perempuan
yang bersikap pasrah terhadap posisi dirinya dalam
kehidupan rumah tangga dan masyarakat, karena secara
sadar mereka menganggap demikianlah kodrat sebagai
seorang perempuan. Fenomena kemiskinan alamiah ini
tidak hanya dijumpai pada masyarakat pedesaan, melainkan
17Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), op.cit.,
halaman 13.18
Ibid ., halaman 14.
80 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
ju ga di pe rkotaan, te rmasuk di kalangan perempuan
terpelajar.18
Ruspini dalam Longitudinal Research in the Social
Sciences menemukan bahwa kemiskinan struktural yang
menyebabkan ketergantungan, pengabaian sosial (social
exclusion), dan ketiadaan akses dalam perubahan sosial
berakar pada tiga sistem utama, yaitu:19
19
Lihat Feminisasi Kemiskinan (Feminization of Poverty ) dalam Kata dan
Makna, Jurnal Perempu an No. 42: Men gurai Kemiskinan Dimana Perempuan?
halaman 119-120.20
Imam Cahyono, op.cit., halaman 12-13.
81Feminisme Kemiskinan
1. Dalam ruang privat rumah tangga
Kekuasaan dalam rumah tangga dan keluarga erat kaitannya
dengan kontrol terhadap sumber keuangan dan partisipasiperempuan dalam pasar kerja. Umumnya laki-laki atau
suami memiliki akses yang lebih besar terhadap dunia kerja,
sementara perempuan lebih diarahkan untuk mengelola
sektor keluarga yang “tidak produktif.” Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa kemiskinan tidak dibagi secara merata
dalam keluarga. Keluarga-keluarga lebih miskin biasanya
menyerahkan pengelolaan keuangannya pada perempuan.
Sedangkan keuangan keluarga dengan kemampuan
ekonomi lebih baik selalu berada di bawah kontrol laki-laki.
Studi lain juga menunjukkan, perempuan yang memiliki
beban untuk menjaga kehidupan keluarga biasanyamengutamakan pembagian bagi anak-anak atau keluarga
yang lain. Dalam situasi sumber daya yang sangat terbatas,
perempuan terpaksa mengkonsumsi sisa-sisa pembagian
tersebut. Tidak mengherankan jika dalam keluarga kualitas
hidup perempuan lebih buruk dari laki-laki;
2. Dalam pembagian kerja secara seksual (sexual
division of labour)
Perempuan lebih banyak mengerjakan tugas-tugas yang
tersembunyi dan tidak dibayar. Mereka merupakan kelas
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
kedua dalam susunan pasar kerja. Kehidupan perempuan
dibentuk oleh tanggung jawabnya terhadap keluarga, baik
ketika melakukan pekerjaan yang dibayar maupun tidak.
Itulah sebabnya meskipun perempuan telah bekerja di
sektor-sektor produktif, perempuan tetap terbebani oleh
tanggung jawab moral untuk mendedikasikan hasil kerjanya
pada keluarga;
82 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
21
“Prolog: Perempuan dalam Dimensi Kemiskinan,” op.cit., halaman 4.
3. Globalisasi
Dampak negatif globalisasi adalah terbentuknya sistem
ekonomi yang terintegrasi dalam sebuah pasar dunia. Sistemekonomi menjadi lebih banyak mengabaikan program-pro-
gram kesejahteraan, mengurangi pengeluaran untuk
kemaslahatan publik, dan menekan biaya kesejahteraan
keluarga yang berakibat pada beban-beban tambahan bagi
perempuan.
Kemiskinan perempuan juga dapat ditelaah melalui
dua hal.20 Pertama, perspektif ekonomi. Kemiskinan dan
pemiskinan perempuan secara jelas terlihat dari sektor
ekonomi. Perempuan yang hidup dalam kemiskinan selalu
kesulitan untuk mendapatkan akses sumber daya ekonomi.
Untuk bekerja mereka tidak diakui dan tidak dihargai. Dalambekerja pun, perempuan mendapat upah jauh lebih rendah
dari apa yang diperoleh laki-laki. Seorang perempuan yang
turut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, atau yang menjadi kepala keluarga dari kelompok
miskin, lebih miskin dibandingkan laki-laki dari kategori
yang sama. Perempuan yang tidak memiliki penghasilan
ja uh lebi h bu ru k si tu as inya di band in gk an deng an
perempuan yang mempunyai penghasilan dalam keluarga
dengan tingkat ekonomi subsistem. Perempuan
mengalokasikan sebagian besar penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan lebih
mementingkan kebutuhan dasar keluarganya dibandingkanlaki-laki. Dengan demikian, semakin besar penghasilan
perempuan, semakin sedikit kemungkinan anak-anak
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
menderita kekurangan gizi. Lebih jauh, perempuan lebih
banyak memberikan waktunya untuk memproduksi barang
dan pelayanan untuk keluarga dibandingkan laki-laki.
Secara adil harus diakui perempuan dari berbagai belahan
dunia memiliki jam kerja sekitar 30-50% lebih panjang
daripada laki-laki untuk pekerjaan yang dibayar maupun
tidak dibayar, dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang
sama.
Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini,
perempuan tidak terwakili secara proporsional di antara
kelompok miskin dan tidak memiliki kekuasaan. Kemiskinan
perempuan ini antara lain kerentanan hidup (vulnerabil-
ity ), kesempatan dan suara (voicelessness and powerless-ness), serta didukung pemerintah yang sangat bias gender
(male-biased governance systems). Dimensi kemiskinan
gender, yaitu bias gender, mudah ditemui dalam kebijakan
struktural, perbedaan efek kebijakan, dan dana yang tidak
memadai untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum
perempuan, sehingga diskriminasi terhadap perempuan
sangat kental. Perempuan sangat rentan terhadap
kekerasan, terutama kekerasan domestik (domestic vio-
lence). Secara fisik, tubuh perempuan lebih rentan dan
lebih lemah dibandingkan laki-laki, sehingga kualitas hidup
perempuan juga lebih rendah.
Di Indonesia, terdapat berbagai dimensi kemiskinan
yang menimpa perempuan, yaitu: akibat lemahnya posisi
tawar dalam masyarakat; kultur yang represif, miskin akibat
bencana dan konflik, diskriminasi di ruang publik dan
domestik, serta tidak pedulinya negara dalam
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat guna
mengentaskan perempuan dari kemiskinan.21
Forum non-Government Organization (NGO) Indone-
sia untuk BPFA + 1022 mencatat adanya isu-isu yang muncul
dan berulang dalam penanganan masalah kemiskinan di
Indonesia. Isu yang muncul antara lain:
a. Meningkatnya pengangguran dari perempuan yangbekerja di sektor infomal;
22
BPFA + 10 merupakan istilah yang digunakan untuk Sepuluh Tahun
Pelaksanaan BPFA.23
Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi
Beijing 1995-2005, op. cit ., halaman 8-11.
83Feminisme Kemiskinan
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
b. Kurangnya perempuan yang berada dalam posisi
pengambilan keputusan, sementara para pengambil
keputusan yang ada tidak sensitif gender;
c. Perempuan yang termarginalisasikan menjadi prioritas
utama dari kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan;
dan
d. Masih kurangnya akses pada sumberdaya bagi
perempuan kelompok marginal.
Sedangkan isu yang berulang adalah:
a. Kebijakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
perempuan yang aktif di bidang ekonomi;
b. Makin meningkatnya jumlah perempuan yang hidup dibawah garis kemiskinan; dan
c. Meningkatnya feminisasi kemiskinan.
Menurut Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10,
hambatan yang dihadapi dalam mengentaskan perempuan
dari kemiskinan di Indonesia adalah:23
24“Resesi dan Kemiskinan,” Republika, 3 April 2009, halaman 18.
25
Ibid,.
Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan84
Perbedaan gender masih belum dipahami dan disadari oleh
para pengambil kebijakan. Hal ini terlihat dari kecilnya
perhatian dan minimnya upaya yang dilakukan untuk
mengatasi persoalan mendasar yang masih dihadapi oleh
perempuan Indonesia, terutama masalah pendidikan dan
kesehatan. Di lain pihak, kebijakan makroekonomi yang
berfokus pada pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi dengan promosi tenaga kerja murah, sumber
alam yang melimpah, dan kestabilan politik, telah
mengabaikan dampak negatif pembangunan. Kebijakan
tersebut pada akhirnya menyulitkan perempuan untuk
mendapatkan sumber daya kehidupan yang memadai;
1. Kebijakan sosial, ekonomi, dan politik yang buta
gender
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
Ideologi patriarki telah menyebabkan rendahnya otonomi
dan kekuasaan sosial perempuan dalam kehidupan sehari-
hari. Otonomi perempuan dapat dilihat dari adanya
kekuasaan perempuan atas dirinya dibandingkan dengan
laki-laki. Sedangkan kekuasaan sosial dilihat dari ada
tidaknya kekuasaan perempuan terhadap orang lain dalam
rumah tangga maupun masyarakat. Beberapa indikator
menunjukkan bahwa perempuan miskin pada umumnya
tidak memiliki otonomi dan kekuasaan sosial, misalnya
pembagian kerja yang berdasarkan perbedaan seks danrendahnya partisipasi perempuan dalam pengambilan
keputusan;
85Feminisme Kemiskinan
2.Dominasi ideologi patriarki yang menjadi nilaidalam relasi laki-laki dan perempuan
3. Ketergantungan Indonesia pada negara donor dan
lembaga keuangan internasional
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
hutang terbesar, yang berakibat pada rendahnya
independensi dalam mengembangkan kebijakan sosial.
Adanya tekanan dari negara-negara donor mengharuskanIndonesia untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi yang
berorientasi dan terintegrasi dengan sistem pasar dan
perekonomian global tetapi mengabaikan hak-hak warga
negaranya;
4. Konflik yang berkepanjangan
Konflik yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 telah
membawa bangsa Indonesia ke dalam kemiskinan yang
berkepanjangan. Konflik telah menyebabkan terusirnya
sebagian masyarakat dari tempat mereka mencari
kehidupan, terhentinya proses pendidikan, terdamparnya
masyarakat ke tempat-tempat pengungsian, terbunuhnya
kaum laki-laki yang menyebabkan perempuan terpaksa
menjadi kepala keluarga dalam kondisi serba kekurangan,
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
terhentinya kegiatan ekonomi masyarakat, dan hilangnya
rasa aman. Dan yang paling menderita dalam kondisi seperti
ini adalah perempuan dan anak-anak.
86 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
5. Dampak globalisasi
Dibukanya pasar global telah menyebabkan komersialisasi
sektor sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Globalisasi
ju ga menyeb abkan peningkatan eksploitas i terhad ap
perempuan yang terdapat dalam komunitas pekerja seks.
Penjualan anak perempuan untuk menjadi penghibur di
wilayah-wilayah industri dan negara-negara lain masihmewarnai kehidupan perempuan miskin di Indonesia.
Ketidakberdayaan pemerintah menyebabkan semakin
beratnya perjuangan masyarakat untuk mengatasi
kemiskinan absolut yang terdapat di negeri ini. Banyaknya
hambatan tersebut di atas, baik yang bersifat struktural
maupun kultural, dan yang berskala nasional maupun glo-
bal, telah membuat upaya untuk mengurangi tingkat
kemiskinan perempuan menjadi sebuah tantangan berat
yang harus dihadapi semua pihak, baik para pengambil
kebijakan/stake holders, organisasi nonpemerintah,
maupun perempuan itu sendiri.
III. Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap
Perempuan
Riset Bank Dunia memperkirakan krisis ekonomi global
menyebabkan 53 juta orang terperangkap dalam
kemiskinan.24
Kriteria miskin menurut Bank Dunia adalahpenghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Dalam riset tersebut
dikemukakan bahwa pada tahun 2008, akibat
26
Ibid ., halaman 14,
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
melambungnya harga pangan dan bahan bakar, jumlah
warga miskin di dunia dapat mencapai 130 juta sampai
dengan 155 juta orang. Sebagaimana telah diuraikan pada
bagian sebelumnya, data PBB menunjukkan bahwa 70% dari
sepertiga penduduk dunia yang hidup di bawah garis
kemiskinan adalah perempuan. Oleh karena itu, jika
penduduk miskin dunia bertambah menjadi 130 juta sampai
dengan 155 juta orang akibat krisis ekonomi global, maka
terdapat 91 juta sampai dengan 108,5 juta perempuan yang
hidup di bawah garis kemiskinan.
Lebih lanjut hasil riset Bank Dunia menyatakan,
sekitar 40% dari 107 negara berkembang terancam terkena
dampak kemiskinan akibat krisis ekonomi global. Bank Duniamengelompokkan tiga kategori negara yang terdampak
krisis ekonomi global, yaitu: (1) negara yang mengalami
pertumbuhan menurun; (2) negara dengan kerentanan
tinggi; dan (3) negara yang mengalami pemiskinan tinggi.
Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok ketiga, bersama
dengan Ethiopia, Mali, Lesotho, Ghana, dan Timor Leste.25
Masuknya Indonesia menjadi salah satu negara yang
mengalami pemiskinan tinggi versi Bank Dunia tersebut
memang tidak berlebihan. Sebelum krisis ekonomi global
terjadi, kemiskinan dan ketertinggalan masih ada di hampir
semua wilayah dan provinsi di Indonesia. Data statistik
menunjukkan, lebih dari 43% atau 190 kabupaten/kota dari
440 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori
daerah tertinggal. Sebagian besar di antaranya (63%)
terdapat di kawasan Timur Indonesia, 28% di wilayah
Sumatera, dan 8% di wilayah Jawa dan Bali. Hanya dua
provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan Selatan dan DKI Jakarta,
yang tidak tercantum dalam daftar daerah tertinggal.26
Salah satu sektor atau bidang yang paling terpengaruh
akibat adanya krisis ekonomi global adalah
ketenagakerjaan. Organisasi Perburuhan Dunia (Interna-
tional Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah
pengangguran di seluruh dunia akan mencapai 210 juta pada
87Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan
27“Pengangguran Global 210 Juta,” Suara Pembaruan, 26 November 2008
halaman 1.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
akhir 2009.27 Jumlah ini meningkat sekitar 20 juta orang jika
dibandingkan dengan pengangguran pada tahun 2007 yang
mencapai 190 juta orang. Peningkatan ini disebabkan
maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK)
yang melanda banyak industri besar di seluruh dunia akibat
krisis finansial yang menyeret perekonomian global ke
jurang resesi saat ini.
Tingginya tingkat PHK sebagai salah satu dampak dari
krisis ekonomi global juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan
data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sudah
38.000 orang pekerja yang menjadi korban PHK dan 16.400
orang pekerja dirumahkan. Di samping itu, sedikitnya
180.000 buruh kontrak kehilangan pekerjaan akibatperusahaan pemakai jasa tidak lagi memperpanjang masa
kerja. Diperkirakan PHK akan meningkat tajam pada kuartal
II tahun 2009 saat industri sudah kehabisan order.28
Adapun data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
menunjukkan, hingga awal Maret 2009 sudah terjadi PHK
terhadap sekitar 240.000 pekerja, 5 sampai 10% di antaranya
merupakan pekerja tetap, dan sekitar 90-95% lainnya
merupakan PHK pada pekerja harian dan outsourcing.29
Diperkirakan PHK akibat krisis dapat menimpa 200.000
pekerja. Hal ini disebabkan industri berbasis ekspor
terpukul akibat turunnya pesanan dari pasar global yang
berujung pada turunnya produktivitas.30
Pekerja perempuan merupakan bagian dari angkatan
kerja. Oleh karena itu, PHK sebagai salah satu dampak dari
krisis ekonomi global yang terjadi saat ini mau tidak mau
juga menimpa para pekerja perempuan. Data BPS/Sakernas
2007 menyebutkan jumlah penduduk yang bekerja
mencapai 97.583.141 orang. Dari total jumlah tersebut,
jumlah perempuan yang bekerja adalah 35.431.859 orang,
sementara jumlah laki-laki yang bekerja mencapai
88 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
28“180.000 Buruh Kontrak di-PHK, Pemerintah Harus Lebih Tegas,” Kompas, 13
Maret 2009 halaman 18.29“PHK Terjadi di Berbagai Sektor, Apindo: Segera Realisasikan Stimulus,”
Suara Pembaruan, 12 Maret 2009 halaman 16.30
“PHK 200.000 Orang, Pemerintah Koreksi Target Pertumbuhan Ekonomi”,
Kompas, 6 Februari 2009 halaman 17.31
Jumlah Penduduk Bekerja :http:/www.depnakertrans.go.id/pusdatin.html.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
62.151.282 orang.31 Dengan demikian, pekerja perempuan
yang jumlahnya mencapai 36,3% dari total jumlah pekerja
secara keseluruhan juga memiliki kemungkinan yang sama
untuk terkena PHK sebagaimana pekerja laki-laki yang
persentasenya mencapai 63,7%.
Implikasi lebih jauh dari banyaknya pekerja yang
terkena PHK adalah meningkatnya angka kemiskinan di In-
donesia. Data BPS menyebutkan per Maret 2008 jumlah
penduduk miskin mencapai 35 juta jiwa atau 15,42% dari
total penduduk.32 Jumlah ini memang menurun bila
dibandingkan sebelumnya. Data BPS per Maret 2007
menunjukkan, jumlah penduduk miskin adalah 37,17 juta
jiwa (16,58%) dan 39,3 juta jiwa pada tahun 2006.33 Akantetapi, dengan adanya krisis ekonomi global, upaya
pengurangan jumlah penduduk miskin akan terhambat.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 diperkirakan
meningkat menjadi 33,714 juta orang, lebih tinggi dari tar-
get yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 32,38 juta
orang.34
Meningkatnya jumlah penduduk miskin secara
otomatis juga akan meningkatkan jumlah perempuan
miskin. Hal ini semakin menguatkan terjadinya feminisasi
kemiskinan. Selain menambah jumlah perempuan yang
termasuk dalam kategori miskin, akibat krisis ekonomi glo-
bal juga akan semakin membebani perempuan miskin yang
menjadi kepala rumah tangga. Data menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah perempuan yang menjadi kepala rumah
tangga dari tahun ke tahun. Data tahun 1993 menunjukkan,
10% dari rumah tangga dikepalai oleh perempuan. Jumlah
ini meningkat menjadi 13,19% pada tahun 2003. Salah satu
penyebab terjadinya kondisi ini adalah tingginya angka
perceraian.35
89Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan
32
“Penciptaan Lapangan Kerja Formal Seret,” Media Indonesia, 10 Maret 2009
halaman 14.33
“Angka Kemiskinan Sulit Turun,” Media Indonesia, 20 November 2008halaman 7.34
“Kemiskinan Bertambah, Pastikan Semua Proyek Padat Karya Segera
Berjalan,” Kompas, 13 Februari 2009 halaman 1.35
Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan Aksi
Beijing 1995-2005, op. cit ., halaman 3.36
Ibid,.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
90 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
Yang menjadi masalah adalah, rumah tangga yang
dikepalai oleh perempuan pada umumnya lebih miskin
daripada yang dikepalai oleh laki-laki. Hal ini disebabkan
tenaga kerja perempuan umumnya dibayar lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pendapatan
perempuan lebih sedikit US$ 1 per harinya, dengan rata-
rata 5 orang anggota keluarga yang menjadi
tanggungannya.36 Kesenjangan tingkat upah antara pekerja
perempuan dengan pekerja laki-laki juga dapat dilihat dari
Laporan Country Gender Assessment mengenai Indonesia
yang menunjukkan bahwa rata-rata upah yang diterima oleh
pekerja perempuan per jam hanyalah 70% daripada
pendapatan yang diterima oleh pekerja laki-laki.37
Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan,
rendahnya gaji atau upah yang diterima oleh perempuan
ini tidak terlepas dari pandangan patriarkis bahwa
perempuan kurang produktif jika dibandingkan dengan laki-
laki.38 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga dibayar dengan
“upah keluarga,” yaitu upah yang meliputi kebutuhan hidup
bagi dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya. Sebaliknya,
perempuan yang melakukan kerja produktif hanyalah
memberi tambahan pendapatan keluarga, dan oleh
karenanya dapat diberi upah yang kurang daripada pekerja
laki-laki, bahkan untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Pandangan patriarkis seperti itu sebenarnya
bertentangan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa di banyak negara,
25-40% dari semua keluarga pertama-tama hidup dari
pendapatan yang diterima oleh perempuan atau merupakan
rumah tangga dengan orang tua tunggal yang dikepalai oleh
perempuan. Sebagian besar perempuan seperti itu hidup
dalam kemiskinan atau bekerja dengan upah yang tidak
37
“Country Gender Assessment: Indonesia,” Southeast Asia Regional Department,Regional and Sustainable Development Departement, Asia Development
Bank, Manila, Philippines, July 2006, page 13.38
Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok mengenai Feminisme
dan Relevansinya, alih bahasa S. Herlinah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama bekerja sama dengan Kalyanamitra, 1995, halaman 26.39
Ibid, halaman 27.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
layak dan mengalami diskriminasi di tempat kerja akibat
pandangan patriarkis tersebut.39
Berbeda halnya dengan pekerja perempuan yang
bekerja di dalam negeri, para tenaga kerja perempuan yang
bekerja di luar negeri atau sering disebut dengan tenaga
kerja wanita (TKW) yang bekerja di sektor informal relatif
lebih aman dari dampak krisis ekonomi global. Secara
umum, tenaga kerja Indonesia (TKI) sektor informal
memang lebih aman dari krisis, berbeda dengan apa yang
dialami oleh pekerja yang termasuk dalam kelompok for-
mal. Menurut Kepala Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia), tahun 2009 sekitar 100 ribu TKI(10%) yang bekerja di sektor formal di berbagai negara
terancam PHK. Mereka bekerja di sektor manufaktur seperti
perusahaan telekomunikasi dan elektronik.40 Sebelumnya
sejumlah TKI formal yang bekerja di bidang konstruksi di
Uni Emirat Arab juga sudah terkena PHK karena perusahaan
menghentikan pembangunan proyek.
Dari total 4,3 juta orang TKI yang bekerja di 41 negara,
sekitar 65% di antaranya memang masih didominasi oleh
pekerja sektor informal. Mereka berprofesi sebagai buruh
bangunan, buruh perkebunan, dan pembantu rumah tangga
(PRT).41 Bagi banyak perempuan miskin, bekerja di luar
negeri sebagai TKW telah menjadi salah satu alternatif yang
dapat dipilih di tengah segala keterbatasan yang mereka
hadapi. Tidak mengherankan jika setiap tahun terjadi
peningkatan jumlah TKW yang bekerja ke luar negeri.
Setidaknya terdapat empat faktor yang dapat menjelaskan
hal ini. Pertama, adanya krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1997 yang telah menyebabkan banyak perempuan
kehilangan pekerjaan. Kedua, adanya peningkatan
permintaan terhadap pekerja perempuan di satu sisi dan
terbatasnya kesempatan kerja bagi pekerja tidak terlatih
dengan upah yang memadai di sisi yang lain. Ketiga,
kebijakan pemerintah (Departemen Tenaga Kerja) yang
91
40“Pasar Kerja Pramuwisma Belum Tersentuh Krisis,” Media Indonesia, 1 April
2009, halaman 14.41
Ibid.42
“Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit ., page 72-73.
Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhdap Perempuan
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulanga
mendorong perempuan untuk bekerja ke luar negeri
melalui Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI). Dan keempat , peran aktif dari para calo yang
membuat perempuan tergiur dan berani pergi bekerja ke
luar negeri.42
Sejak krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998, terdapat
sekitar 400.000 orang yang secara resmi tercatat sebagai TKI
setiap tahunnya.43 Data Bank Dunia menunjukkan, pada
tahun 2004, sekitar 80% dari TKI adalah TKW, dan 95% di
antaranya bekerja di sektor informal sebagai pembantu
rumah tangga atau profesi lain yang sejenis. Seperti perawat
bayi (babysitter ) atau orang lanjut usia (pramurukti).44 Data
lain dari Bank Dunia menunjukkan, pada tahun yang sama jumlah TKI yang terdaftar mencapai 380.688 orang, dan 83%
di antaranya adalah perempuan (TKW). Dari jumlah
tersebut, lebih dari 90% TKW bekerja di sektor informal
sebagai PRT.45
Meskipun profesi sebagai PRT kemungkinan tidak
akan begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi global, namun
sebenarnya dari perspektif feminis gejala ini menunjukkan
adanya stereotip gender yang merefleksikan bahwa peran
tradisional perempuan telah terbawa ke dalam pasar kerja
internasional.46 Stereotip gender adalah citra baku tentang
individu atau kelompok yang melekat pada peran, fungsi,
dan tanggung jawab yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan dalam keluarga dan masyarakat yang tidak
sesuai dengan kenyataan empirik yang ada.47 Sebagai
contoh, ciri yang dianggap dominan pada laki-laki adalah
yang berkaitan dengan rasionalitas, sedangkan pada
perempuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan ekspresi
Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan92
43
Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,” Female
Migrant Workers Research Team Bank Dunia (World Bank), Januari 2006, page
1.44 Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit .,page 72.45
Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,” op.cit.,hal. 1.46 Country Gender Assessment: Indonesia, op.cit .,page 73.47
Panduan dan Bunga Rampai Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan
Gender. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan dan UNFPA, 2005, halaman 314.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
perasaan seperti kehangatan, keramahan, kelembutan, dan
sejenisnya. Selanjutnya stereotip ini dijadikan dasar untuk
mengalokasikan peran untuk laki-laki dan perempuan.48
Peran tradisional perempuan sebagai penjaga,
pemelihara, dan perawat dalam rumah tangga inilah yang
nampaknya menjadi dasar munculnya stereotip gender
tersebut di atas, mengingat bahwa sampai saat ini masih
ada pandangan yang menempatkan perempuan di ranah
privat (rumah tangga), sementara laki-laki ditempatkan di
ranah publik sebagai pencari nafkah utama terkait posisinya
sebagai kepala keluarga. Hal ini tentu saja tidak sesuai
dengan kenyataan, mengingat adanya kecenderungan
semakin meningkatnya jumlah perempuan yang memilikiposisi sebagai kepala rumah tangga, baik yang disebabkan
oleh karena perceraian maupun karena suaminya
meninggal. Oleh karena itu, stereotip gender sebagaimana
diuraikan di atas sudah saatnya dikoreksi, karena hanya akan
merugikan perempuan dan semakin menjauhkan upaya
menuju kesetaraan dan keadilan gender bagi perempuan
dan laki-laki.
93Penutup
IV. Penutup
Krisis ekonomi global yang membawa dampak pada
lambannya upaya penanggulangan kemiskinan menuntut
adanya tindakan nyata dari Pemerintah untuk
mengatasinya. Terkait dengan perempuan, krisis ekonomi
global telah memperparah feminisasi kemiskinan yang telah
terjadi sebelum adanya krisis. Sebagaimana dinyatakan oleh
Forum NGO Indonesia untuk BPFA+10, meningkatnya
feminisasi kemiskinan merupakan salah satu isu yang selalu
berulang dalam penanganan masalah kemiskinan di Indo-
nesia. Oleh karena itu, berbagai program penanggulangan
48 Daftar Istilah Gender , disusun oleh Wardah Hafidz, diterbitkan oleh Kantor
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Jakarta, tanpa tahun.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
kemiskinan yang saat ini tengah dijalankan dan sedang
direncanakan oleh Pemerintah hendaknya
mempertimbangkan isu feminisasi kemiskinan ini sebagai
salah satu aspek yang penting. Hal ini sangat diperlukan,
mengingat berdasarkan berbagai data yang telah dipaparkan
pada bagian sebelumnya, perempuan merupakan salah satu
kelompok yang paling merasakan dampak krisis ekonomi
global, terutama perempuan miskin yang berstatus sebagai
pekerja dan perempuan miskin yang memiliki posisi sebagai
kepala rumah tangga.
Mengingat bahwa profesi TKW di luar negeri telah
terbukti relatif lebih aman dari ancaman krisis ekonomi glo-
bal dibandingkan dengan profesi lainnya yang digeluti olehTKI, maka terdapat kemungkinan bahwa jumlah perempuan
yang menjadi TKW akan meningkat. Untuk itu Pemerintah
perlu terus meningkatkan segala upaya yang dapat
melindungi para TKW tersebut, mulai dari saat perekrutan,
pemberangkatan, penempatan, hingga kembali lagi ke
tanah air. Perlindungan secara khusus juga harus diberikan
kepada TKW yang berprofesi sebagai PRT, karena
pengalaman selama ini menunjukkan bahwa TKW yang
bekerja sebagai PRT lebih rentan terhadap resiko pekerjaan
yang dilakukannya, seperti gaji yang tidak dibayar atau
dibayar tidak sebagaimana mestinya, jam kerja di luar batas
kewajaran, dan pelecehan ataupun kekerasan, baik secara
fisik, psikis, maupun seksual.
Dalam jangka panjang, harus diupayakan agar gender
dijadikan sebagai arus utama dalam pembangunan, sesuai
dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional. Hal ini sesuai dengan hasil konferensi
internasional yang berkaitan dengan perempuan yang
menunjukkan pentingnya untuk mengubah paradigma
pembangunan yang semula bertumpu pada pembangunan
ekonomi menjadi paradigma pembangunan yang adil,
menyeluruh, dan berkelanjutan.49
Paradigma ini
95 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
49
Siti Hidayati Amal, “Anggaran Responsif Gender: Kebijakan Anggaran untuk
Kesejahteraan Perempuan dan Laki-laki,” dalam Anggaran Respo ns if Gend er:
Konsep dan Aplikasi , Sri Mastuti et al, Jakarta: Civic Education and Budget
Transparency Advocation (CiBa), 2007 halaman 8-9.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
menekankan pentingnya strategi pengarusutamaan gender
untuk mencapai kesejahteraan perempuan dan laki-laki
sebagai prasyarat untuk mencapai tujuan pembangunan
tersebut. Salah satu komponen yang sangat penting dalam
strategi pengarusutamaan gender adalah penganggaran
yang responsif gender, agar dana pembangunan yang
digunakan dapat memberi manfaat yang adil bagi
kesejahteraan perempuan dan laki-laki.50
Penyusunan anggaran yang responsif gender ini
sangat penting karena perempuan memiliki kebutuhan-
kebutuhan khusus yang berbeda dengan laki-laki, sehingga
idealnya perspektif gender dijadikan sebagai salah satu
instrumen yang penting dalam penyusunan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penyusunan
anggaran di setiap sektor idealnya harus memasukkan
perspektif gender di dalamnya, mengingat kebutuhan
perempuan ada di setiap sektor dan pada sektor-sektor
tertentu kebutuhan perempuan berbeda dengan
kebutuhan laki-laki.
Oleh karena itu, anggaran responsif gender perlu
diintegrasikan ke dalam APBN. Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan pedoman bagi
penyusunan RAPBN harus benar-benar berperspektif gen-
der, agar dapat dihasilkan anggaran yang responsif gender.
Paradigma lama yang menganggap bahwa segala hal yang
berkaitan dengan masalah perempuan hanya menjadi
tanggung jawab satu bidang atau sektor pemerintahan perlu
diubah karena dalam kenyataannya permasalahan
perempuan ada di setiap sektor dan bidang pembangunan.
95Penutup
50
Ibid , halaman 9.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Siti Hidayati, “Anggaran Responsif Gender: Kebijakan Anggaran
untuk Kesejahteraan Perempuan dan Laki-laki,” dalam Anggaran
Responsif Gender: Konsep dan Aplikasi , Sri Mastuti et al,
Jakarta: Civic Education and Budget Transparency Advocation
(CiBa), 2007.
Bhasin, Kamla, Memahami Gender , Jakarta: Teplok Press, 2001.
Cahyono, Imam, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan,” Jurnal
Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan Dimana Perempuan?
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, Juli 2005.
Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.Hafidz, Wardah, Daftar Istilah Gender , Jakarta: Kantor Menteri Negara
Urusan Peranan Wanita, tanpa tahun.
Jurnal Perempuan No. 42: Mengurai Kemiskinan, Dimana Perempuan,
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, Juli 2005.
Luhulima, Achie Sudiarti, Hak Perempuan dalam Konstitusi Indonesia,
dalam: Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang
Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan, Sulistiowati Irianto
(ed), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.
Ollenburger, Jane C. dan Helen A. Moore, Sosiologi Wanita,
penerjemah Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.Pambudi, Ninuk Mardiana, Mengubah Perspektif Keliru Mengenai
Peran Ekonomi Perempuan, dalam Perempuan dan Hukum,
Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan,
Sulistyowati Irianto (ed), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.
Dokumen Resmi:
“Country Gender Assessment: Indonesia,” Southeast Asia Regional
Department, Regional and Sustainable Development
Departement, Asia Development Bank, Manila, Philippines,
July 2006.Fact Sheet: “Migration, Remittance, and Female Migrant Workers,”
Female Migrant Workers Research Team Bank Dunia (World
Bank), Januari 2006.
96 Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
97Daftar Pustaka
Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP),
Satker Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Unit KIE,
2006.
Laporan Organisasi non-Pemerintah tentang Pelaksanaan Landasan
Aksi Beijing 1995-2005. Forum NGO Indonesia untuk BPFA + 10,
Februari 2005.
Materi Advokasi dan Pembekalan kepada Perempuan Bakal Calon
Anggota Legislatif dalam Rangka Menyambut Pemilu Tahun
2009, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2008,
tidak diterbitkan.
Panduan dan Bunga Rampai Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan
Gender. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan UNFPA,2005.
Media Cetak:
“Angka Kemiskinan Sulit Turun,” Media Indonesia, 20 November 2008.
“PHK Terus Berlanjut,” Media Indonesia, 20 November 2008.
“Pengangguran Global 210 Juta,” Suara Pembaruan, 26 November
2008.
“PHK 200.000 Orang, Pemerintah Koreksi Target Pertumbuhan
Ekonomi,” Kompas, 6 Februari 2009.
“Kemiskinan Bertambah, Pastikan Semua Proyek Padat Karya Segera
Berjalan,” Kompas, 13 Februari 2009.
“Penciptaan Lapangan Kerja Formal Seret,” Media Indonesia, 10 Maret
2009.
“PHK Terjadi di Berbagai Sektor, Apindo: Segera Realisasikan
Stimulus,” Suara Pembaruan, 12 Maret 2009.
“180.000 Buruh Kontrak di-PHK, Pemerintah Harus Lebih Tegas,”
Kompas, 13 Maret 2009.
“Krisis Pukul Banyak Negara, Zoellick: 400.000 Bayi Akan Meninggal
pada Tahun 2009,” Kompas, 22 Maret 2009.
“Pasar Kerja Pramuwisma Belum Tersentuh Krisis,” Media Indonesia, 1
April 2009.“Resesi dan Kemiskinan,” Republika, 3 April 2009.
5/17/2018 Krisis Ekonomi Global Dan Tantangan Dalam Penanggulangan Kemiskinan - s...
http://slidepdf.com/reader/full/krisis-ekonomi-global-dan-tantangan-dalam-penanggulangan
Krisis Ekonomi Global dan Feminisasi Kemiskinan98
Internet:
Jumlah Penduduk Bekerja :http:/www.depnakertrans.go.id/
pusdatin.html.