Download - Korban Tenggelam
LAPORAN KASUS FORENSIK PATOLOGI
KORBAN TENGGELAM
DISUSUN OLEH:
Syarif Hidayatullah (H1A003047)
Gede Bayu Marguna Putra (H1A006015)
Aldy Valentino Maehca Rendak (HA1007001)
Muhammad Fadillah (H1A007041)
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan World Health Organization (WHO), 0,7% kematian di dunia atau
500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. Tenggelam merupakan
penyebab utama kematian didunia diantara anak laki-laki berusia 5- 14 tahun. Di amerika
serikat, tenggelam merupakan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kecelakaan
diantara anak-anak usia 1 sampai 4 tahun, dengan angka kematian rata-rata 3 per 1000 orang.
Berdasarkan definisi terbaru dari WHO pada tahun 2002, tenggelam merupakan suatu proses
gangguan respirasi yang disebabkan subumersi atau imersi oleh cairan. Sebagian besar
korban tenggelam hanya mengisap sebagian kecil air dan akan baik dengan sendirinya.
Kurang dari 6 % dari korban tenggelam membutuhkan perawatan medis dirumah sakit. Jika
korban tenggelam diselamatkan secepatnya maka proses tenggelam selanjutnya dapat dicegah
yang berarti tidak akan menjadi fatal. 1
Tenggelam merupakan salah satu kematian yang disebabkan oleh asfiksia. Kematian
karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar, sehingga tidak jaranmg
dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi/penyidik untuk membantu memecahkan kasus-
kasus kematian karena aspiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar.
Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup.
Jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini merupakan penyebab kematian
jika kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika bertahan lebih dari 24 jam setelah
tenggelam memperlihatkan adanya pemulihan telah terjadi ini disebut near drowning.
Penelitian pada akhir tahun 1940-an hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian
disebabkan adanya gangguan elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang
menyebabkan aritmia jantung akibat masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi
melalui paru-paru. 2,3
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara langsung
maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah
pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi. Pembunuhan dengan cara
menenggelamkan jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa
dapat terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal
hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena
tenggelam. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang
1
jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun
ke air. 4
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai temuan otopsi korban tenggelam pada
tanggal 12 Desember 2012 atas nama Tri Subagio, laki-laki, usia 17 tahun.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi dimana korban terbenam dalam air/cairan dan
benda tersebut terhisap masuk ke jalan nafas sampai alveoli paru-paru. Hal-hal yang perlu
diketahui pada kasus tenggelam:5
1. Apakah korban meningal pada kasus tenggelam ?
2. Apakah meninggal di air tawar atau asin ?
3. Apakah ada cedera ante-mortem, bila ada apakah berpengaruh dengan pada kematiannya?
4. Apakah ada sebab kematian wajar atau keracunan, dan apakah ini menyebabkan
kematian?
5. Bagaimanakah cara kematiannya ?
Pembagian tenggelam (drowing)
Dibagi menjadi 2 kelompok besar, sebagai berikut:5
I. Primary drowing
Korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan peristiwa tenggelam tanpa
pertolongan pernafasan buatan. Ada dua macam :
1. Dry drowing
Kematian korban oleh karena cardiac arrest yang mendadak dan sirkulasi refleks
oleh karena vagal refleks dan sirkulasi kolaps.
Tidak ada air yang masuk ke dalam traktus gastrointestinalis maupun traktus
respiratorius.
Tidak ditemukan kelainan patologis yang bermakna.
2. Wet drowing
Tenggelam di air tawar (fresh water)
Secara teoritis adalah akibat ventrikular fibrilasi. Kelainan patologis yang
ditemukan berupa hipervolemia, hemolisis, hiperkalemia, hipoklorida,
hiponatremia.
Tenggelam di air asin (salt water)
Kematian akibat oedema pulmoner. Kelainan patologis yang ditemukan berupa
hipovolemia, hipoproteinemia, hipernatremia, hiperklorida.
3
Pada keadaan sebenarnya, kematian terjadi oleh karena asfiksia dengan kelainan
patologis berupa hipoksemia arterial yang persisten dan asidosis. Oleh karena itu, pada
pemeriksaan setempat (TKP) sebaiknya dilakukan :
Pemeriksaan korban
Pengambilan contoh cairan, penting untuk tes korban meninggal di tempat yang
ditemukan atau pada tempat lain dan menilai kadar elektrolit dalam cairan tersebut.
II. Secondary drowing
Korban meninggal dalam waktu 30 menit sampai beberapa hari setelah tenggelam dan
sempat dilakukan pernafasan buatan. Biasanya korban meninggal oleh karena oedema
pulmoner, asidosis dan pneumonitis.
Mekanisme Tenggelam
Mekanisme tenggelam ada 3 macam, sebagai berikut:5
1. Beberapa korban begitu berhubugan dengan air yang dingin terutama leher atau jatuh
horizontal, ia mengalami vagal refleks.
2. Korban saat menghirup air, air yang masuk kelaring, menyebabkan laringeal spasme.
Sebab kematian karena asfiksia tetapi tanda-tanda drowning pada organ dalam tidak ada
oleh karena air tidak masuk
3. Korban pada saat masuk kedalam air, ia berusaha untuk mencapai permukaaan sehingga
panik dan menghisap air, batuk dan berusaha untuk ekspirasi. Karena kebutuhan oksigen
maka ia akan bernafas sehingga air lebih banyak yang terhisap. Lama-lama korban
menjadi sianotik dan tidak sadar. Selama tidak sadar korban akan terus bernafas dan
akhirnya paru-paru tidak akan berfungsi sehingga pernapasan akan berhenti. Proses ini
berlangsung 3-5 menit kadang-kadang 10 menit
Mekanisme Tenggelam Pada Air Tawar 5
1. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi hemodilusi
yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis.
2. Oleh karena terjadi perubahan biokimia yang serius, dimana kalium dalam plasma
meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia pada miokardium.
4
3. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol dan dalam waktu beberapa menit terjadi
fibrilasi ventrikel.
4. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia serebri yang
hebat, hal ini menereangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.
Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar terjadi absorbsi
cairan masif ke dalam membran alveolus, dimana dalam waktu 3 menit dapat mencapai 72 %
dari vol darah sebenarnya. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah
daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam
aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis). Akibat
terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah yang terjadi. tubuh
berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot jantung
sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi perubahan keseimbangan ion
K dan Ca dalam serabut otot jantung sehingga terjadi anoksia yang hebat pada mioardium
dan mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, jantung untuk
beberapa saat masih berdenyut dengan lemah yang kemudian menimbulkan kematian akibat
anoksia otak hebat,ini yang menerangkan mengapa kematian dapat terjadi dalam waktu 4-5
menit.
Mekanisme Tenggelam Dalam Air Asin 5
1. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai dengan 42% dan
masuk kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu
yang relatif singkat.
2. Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit
dan peningkatan kadar natrium plasma darah.
3. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan disertai
peningkatan viskositas tekanan darah akan menyebabkan payah jantung
4. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsetrasi, tekanan sistolik akan menentap dalam
beberapa menit.
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah, sehingga
air akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
5
interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem pulmonal, hemokonsentrasi,
hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah. Pertukaran elektrolit dari air asin
ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium
plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, hemokonsentrasi akan mengakibatkan terjadinya
anoksia pada miokardium dan disertai peningkatan viskositas darah sehingga sirkulasi
menjadi lambat, tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit dan menyebabkan
terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah tenggelam.4
Pemeriksaan Otopsi Pada Kasus Tenggelam 5
1. Pemeriksaan Luar
- Tidak ada yang patognomonis untuk drowning, fungsinya hanya menguatkan.
- Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnosis drowning, antara lain : kulit basah,
dingin dan pucat.
- Lebam mayat biasanya sianosis, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat akan
berwarna merah muda.
- Kadang-kadang terdapat kutis anserina (goose flesh) pada lengan, paha dan bahu. Ini
disebabkan suhu air dingin menyebabkan kontraksi m.errector pillorum.
- Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih)
- Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tenggelam.
- Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput (washer
women’s hands) dan pucat (bleached).
- Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi. Ini dapat merobek paru, hati, otak, atau iga.
2. Pemeriksaan Dalam
- Jalan napas berisi buih, kadang ditemukan lumpur, pasir, rumput air, diatom dll.
6
- Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan yang terjadi
karena adanya kompresi terhadap septum inter-alveolar atau oleh karena terjadinya
fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
- Paru-paru membesar, mengalami kongesti dan mempunyai gambaran seperti marmer
sehingga jantung kanan dan vena-vena besar dilatasi. Bila paru masih segar, kadang-
kadang dapat dibedakan apakah ini tenggelam dalam air tawar atau asin. Perbedaannya
yaitu :
No
.
Tenggelam Dalam Air Tawar Tenggelam Dalam Air Asin
1. Paru-paru kering Paru-paru basah
2. Paru-paru besar tapi ringan Paru-paru besar dan berat
3. Batas anterior menutupi jantung Batas anterior menutupi mediastinum
4. Warna merah pucat dan
emfisematous
Warna ungu/kebiruan, permukaan
mengkilat
5. Paru-paru bila dikeluarkan dari
thorax tidak kempis
Paru-paru bila dikeluarkan dari
thorax, bentuknya mendatar dan bila
ditekan menjadi cekung.
6. Bila diiris terdengar krepitasi, tindak
mengempis, tidak mengandung
cairan, dipijat keluar buih.
Bila diiris terdengar krepitasi
menurun, tanpa ditekan akan keluar
banyak cairan.
- Banyak cairan dalam lambung.
- Perdarahan telinga bagian tengah (dapat ditemukan pada kasus asfiksia lain).
7
Bila jenazah sudah beberapa hari berada dalam air maka terjadi bleaching dan terjadi
pembusukan dimana kulit ari banyak terkelupas. Pembusukan terjadi dalam 2 hari setelah
tenggelam dalam iklim yang panas. Pada iklim dingin dapat tahan sampai 1 minggu.
Pembusukan dimulai pada bagian kepala dan atas tubuh, karena dalam air kepala
mempunyai kecendrungan lebih rendah letaknya oleh karena lebih berat. Bila pembusukan
sudah merata, seluruh tubuh akan mengapung karena timbunan gas, hal ini disebut floater.
Pada stadium tertentu, kulit dapat terkelupas seluruhnya, kadang terjadi mutilasi dari
bagian-bagian tubuh akibat persentuhan dengan benda-benda dalam air atau baling-baling
kappa atau dimakan binatang air.
Pemeriksaan Khusus Pada Tenggelam : 5
1. Percobaan Getah Paru
Merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus-kasus tertentu. Disini dicari benda-
benda asing dalam getah paru yang diambil pada daerah subpleura, antara lain : pasir,
lumpur, telur cacing, tanaman air, dll (percobaan getah paru positip).
Syarat untuk melakukan percobaan getah paru yaitu paru-paru harus belum membusuk,
alat yang pakai adalah objek glass, cover glass, dan mikroskop.
Caranya :
- Setelah paru-paru dikeluarkan dari thorax, diletakkan dengan bagian konveks
menghadap ke atas.
- Dengan pisau yang telah dibersihkan dibawah air yang mengalir kemudian pisau
dikibaskan untuk menghilangkan airnya.
- Permukaan paru dibersihkankan dengan cara dikerik 2-3 kali, lalu pisau kembali
dibersihkan dibawah air yang mengalir.
- Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru, kemudian permukaan paru diiris
sedangkal mungkin (subpleura), lalu pisau kembali dibersihkan dibawah air yang
mengalir, lalu dikibaskan sampai kering.
- Dengan ujung pisau lalu getah paru pada irisan tadi diambil kemudian diteteskan pada
objek glass lalu ditutup cover glass dan diperiksa dibawah mikroskop.
- Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan di daerah
subpleural, lalu ditutup cover glass dan diperiksa dibawah mikroskop.
8
- Syarat sediaan percobaan getah paru: eritrosit dalam sediaan harus sedikit jumlahnya.
Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.
- Gambaran dibawah mikroskop :
Pasir berbentuk Kristal, persegi, hitam. Pasir lebih besar daripada eritrosit.
Lumpur amorf. Lumpur lebih besar daripada pasir.
Menurut beberapa ahli, cairan masih dapat mengalir kedalam saluran napas setelah korban
meninggal, tetapi tidak sampai pada alveoli. Jadi bila ada benda asing dalam alveoli, maka
diagnosisnya adalah tenggelam.
Jika percobaan ini positif dan tidak ada sebab kematian lain, kesimpulannya adalah
tenggelam. Dengan tenggelam korban belum tentu mati, mungkin mati oleh sebab lain.
Bila tes getah paru positif dan ditemukan sebab kematian lain, maka kemungkinannya adalah:
Mungkin meninggal karena tenggelam
Mungkin meninggal karena sebab lain tersebut
Mungkin sebab kematian bersain
Bila tes getah paru negatif, maka kemungkinannya adalah :
Mungkin korban sudah mati, lalu dimasukkan ke dalam air. (harus ditemukan sebab
kematian lain).
Mungkin korban tenggelam dalam air yang jernih.
Mungkin korban mati karena refleks vagal atau spasme laring.
Bila percobaan tes getah paru negatif dan sebab kematian lain tidak ditemukan, maka
kesimpulannya : tidak hal-hal yang menyangkal kalau korban meninggal karena tenggelam.
2. Pemeriksaan Darah Secara Kimia
Pemeriksaan ini harus dilakukan secepatnya karena pada post mortem kadar elektrolit (Cl,
Na, K, Mg) dalam darah akam mengalami perubahan.
Menurut Gettler :
Kadar Elektrolit Tenggelam Dalam Air Tawar Tenggelam Dalam Air Asin
9
Cl Dalam jantung kiri < kanan Dalam jantung kiri > kanan
Na Dalam plasma menurun Dalam plasma meningkat jelas
K Dalam plasma meningkat Dalam plasma sedikit meningkat
Tenik pemeriksaannya adalah :
- Darah dari ventrikel kanan dan kiri diambil sebanya 10 ml.
- Dianalisa kadar NaCl nya, bila perbedaan tersebut 25% atau lebih, merupakan
petunjuk yang kuat bahwa terjadi drowning.
- Waktu membuka jantung, harus diperiksa adanya atrial septal defek atau ventrikular
septal defek, sebab mengakibatkan pemeriksaan menjadi kabur.
Hasil ini jarang sekali positif, oleh karena tenggelam tergantung dari :
Banyaknya aspirat yang masuk traktus respiratorius
Kadar NaCl air dimana korban tenggelam. Bila kadar NaCl air sama dengan tubuh
maka tidak ada perubahan.
3. Destruction Test Dan Analisa Isi Lambung
Usaha untuk mencari diatom (binatang bersel satu) dalam tubuh korban. Karena adanya
anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu tenggelam, maka akan terjadi
aspirasi, dan oleh force of respiration terjadinya kerusakan bronkioli/bronkus sehingga
terdapat jalan dari diatom untuk masuk kedalam tubuh. Tidak ditemukannya diatom, tidak
dapat menyingkirkan bahwa kematian korban bukan karena tenggelam.
4. Pemeriksaan histopatologi jaringan paru
Mungkin ditemukan bintik-bintik perdarahan sekitar bronkioli yang disebut “paltauf spot”.
Dapat juga terjadi asphyxia oleh karena penutupan jalan napas secara mekanis yang lain.
Ada tanda-tanda emfisema yang akut dengan pecahnya banyak alveoli.
5. Menentukan berat jenis plasma (BJ plasma)
Lebih dapat dipercaya dari pada Gettler test. Tetapi tidak dapat membedakan apakah
tenggelam di air tawar atau asin, karena pada semua kasus tenggelam akan terjadi BJ
plasma jantung kiri < jantung kanan.
Pemeriksaan Diatom
10
Umumnya diatom dikenal sebagai ganggang yang hidup di dalam air. Setiap jenis air
memiliki keanekaragaman diatom tersendiri. Diatom merupakan organisme mikroskopik
algae uniseluler yang autotropik di alam dan memiliki berbagai macam jenis yang dapat
ditemukan di air laut dan air tawar . Diatom ini memiliki tulang silica berbentuk dua valve.
Pada diatom kelas Bacillariophyceae terbagi atas dua bagian yaitu, central dan Pennales atas
dasar kesimetritannya. Ada sekitar 10.000 jenis dan 174 jenis diatom, mempunyai ukuran dan
bentuk berbeda berkisar antara 1 ke 500 µm. Diatom biasanya ditemukan di dalam air seperti
kolam, danau, sungai, kanal dan lain lain, akan tetapi konsentrasinya dapat tinggi atau rendah
di dalam air tertentu, tergantung pad musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman
air tidak didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100 m. 3,4
Pada saat tenggelam berlangsung, diatom masuk ke rongga paru-paru seseorang yang
terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk menekan rongga paru-paru dan memecahkan
alveoli. Melalui alveoli yang pecah diatoms dapat masuk ke jantung, hati, ginjal, sumsum
tulang dan otak. Pada diameter dan ketebalan alveoli paru-paru diketahui sangat kecil akan
tetapi tidak mustahil semua diatom-diatom dapat masuk ke dalam organ dan rongga paru-
paru dimana dapat menembus melalui jaringan kapiler ini disebut “ Drowning Associated
Diatoms (DAD)”. 3
11
Analisa diatom yang berada di paru-paru, hati, limpa, sumsum tulang dan darah selama
bertahun-tahun dilakukan sebagai tes konfirmasi di dalam kasus tenggelam. Meskipun, tes
pada diatom menjadi kontraversi sejak beberapa kasus menghasilkan negatif yang salah dan
positif yang salah didokumentasikan. Analisa diatom yang saksama merupakan suatu yang
dapat menentukan ya atau tidaknya kematian terjadi akibat tenggelam. Sebelum hasil
diagnosa kematian dengan korban tenggelam haruslah diketahui morfologi dan morphometric
suatu diatom dari korban tenggelam sebab penetrasi suatu diatom di kapiler paru-paru
tergantung atas kepadatan dan ukuran diatom tersebut. 3
Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam, salah satu hal
termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh yang tenggelam, Pada kasus
tenggelam ante mortem maka didapatkan diatom pada putative drowning medium. Untuk
mencari diatom, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan asam nitrat,
kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Paru-paru, hati, ginjal,dan
sumsung tulang telah di analisa dan kesimpulan telah diambil berdasarkan ditemukannya atau
tidak ditemukannnya organisme ini. Saat ini penggunaan analisa diatom cenderung
digunakan pada sistem yang tertutup seperti sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari
tubuh yang belum membusuk. Diagnosis pada kasus tenggelam dari analisa diatom harusnya
positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas 20 diatom / 100 ul lapangan pandang
kecil (terdiri atas 10 cm dari sample paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ,
selanjutnya sebaiknya diatom yang ditemukan harusnya cocok dari sumsum tulang dan
tempat dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung dan dapat
menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau tidak. Pada beberapa
literature telah berusaha untuk mengembangkan beberapa informasi penting tentang tipe
diatom yang spesifik, dimana umumnya masuk pada bermacam organ dalam tubuh seorang
yang tenggelam. 2,3,4
12
BAB III
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
(Departement of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, University of Mataram)Jl. Pendidikan No.37 Mataram 83625
SMF Kedokteran Forensik Klinik – RS. Bhayangkara
Nomor : VER-12 /12/2012. Mataram, 12 Desember 2012Perihal : Hasil Pemeriksaan Luar korban
atas nama Tri Subagio.-Lampiran : -
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUMNomor:
Berhubung dengan surat saudara ___________________ pangkat _____________,
NRP _______, Nomor Polisi_________________, tertanggal dua belas desember dua ribu
dua belas, maka kami yang bertanda tangan dibawah ini dokter ________________, dokter
pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik _________________ menerangkan bahwa
memang benar pada tanggal dua belas desember dua ribu dua belas pukul sebelas lewat lima
belas menit Waktu Indonesia Tengah di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram telah diperiksa korban, yang berdasarkan surat tersebut :
Nama : Tri Subagio----------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki - Laki-----------------------------------------------------------------
Usia : Tujuh belas Tahun--------------------------------------------------------
Agama : Islam------------------------------------------------------------------------
Kewarganegaraan : Indonesia-------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar SMA---------------------------------------------------------------
Alamat : Dasan Agung, Mataram--------------------------------------------------
Korban diduga mengalami kecelakaan karena tenggelam.----------------------------------
14
HASIL PEMERIKSAAN
1. Jenasah ditemukan dipintu saluran air dusun aik nyet desa buwun sejati, kecamatan
Narmada kabupaten lombok barat pada hari rabu tanggal dua belas desember dua ribu
dua belas pukul enam waktu indonesia bagaian tengah. Korban terakhir terlihat pada hari
rabu tanggal sembilan desember dua ribu dua belas pukul sebelas lewat tiga puluh menit
waktu indonesia bagian tengah.---------------------------------------------------------------------
2. Pada Korban dilakukan pemeriksaan :-------------------------------------------------------------
Identitas umum jenasah :
a. Jenis kelamin : Laki-laki. -----------------------------------------------------------
b. Umur : kurang lebih tujuh belas tahun.----------------------------------
c. Berat badan : kurang lebih enam puluh lima kilogram.-----------------------
d. Tinggi badan : seratus tujuh puluh tiga sentimeter.------------------------------
e. Warna kulit : sawo matang.--------------------------------------------------------
f. Ciri rambut : warna hitam, lurus, dan pendek.----------------------------------
g. Keadaaan gizi : keadaan gizi cukup.-----------------------------------------------
Identitas khusus jenasah :
a. Tato : tidak ada.-----------------------------------------------------------------------
b. Tahi lalat : tidak ada.-----------------------------------------------------------------
c. Tanda lahir : tidak ada.---------------------------------------------------------------
d. Cacat fisik : tidak ada. ---------------------------------------------------------------
e. Penutup jenasah : terdapat tiga lapisan penutup jenasah. Lapisan pertama
kantong jenasah berwarna hitam bertuliskan “BASARNAS”. Lapisan kedua
kantong jenasah berwarna hitam bertuliskan “ BASARNAS”. Lapisan
ketiga penutup jenasah berwarna biru bercampur dengan orange--------------
f. Label jenasah : tidak ada.------------------------------------------------------------
g. Pakaian : Jenasah tidak menggunakan pakaian.celana berwarna coklat muda
sedangkan celana dalam berwarna abu.--------------------------------------------
h. Benda di samping jenasah :
1. Terdapat seutas tali tambang pada lapisan kedua penutup kantong
jenasah.----------------------------------------------------------------------------
2. Terdapat rumput-rumput pada sekitar tubuh jenasah. Rumput tersebut
berwarna hijau.--------------------------------------------------------------------
15
Kondisi Kematian
a. Kaku mayat : tidak ada ----------------------------------------------------------------------
b. Lebam mayat : terutama ditemukakan pada bagian kepala jenasah.-------------------
c. Pembusukan : kulit berwaran hijau kebiruan dan terkelupas.---------------------------
Pemeriksaan Luar jenasah :
Daerah berambut : warna rambut hitam. Panjang rambut bagian depan adalah
dua puluh satu sentimeter. Panjang rambut bagian belakang adalah dua puluh satu
sentimeter. Panjang rambut bagian tengah dan samping adalah dua sentimeter.----
Wajah : Ditemukan wajah membengkak dan berwarna kehitamam. Terdapat luka
terbuka pada dahi sebelah kanan. Bagian teratas luka adalah tiga sentimeter dari
garis pertengahan kepala bagian depan dan tujuh sentimeter dari garis yang
melewati pertengahan kedua mata. Bagian terbawah luka adalah enam sentimeter
dari garis pertengahan kepala bagian depan dan empat sentimeter dari garis yang
melewati pertengan kedua mata. Bagian terkiri luka adalah empat sentimeter dari
garis pertengahan kepala bagaian depan dan tujuh koma lima sentimeter dari garis
yang melewati pertengahan kedua mata sedangkan bagian terkanan luka adalah
lima sentimeter dari garis pertengahan kepala bagaian depan dan tujuh sentimeter
dari garis yang melewati pertengahan kedua mata. Luka berukuran tiga sentimeter
dan satu sentimeter. Garis batas luka bentuknya tidak teratur, tepi luka tidak rata
rata. Luka memiliki dua sudut, Tebing luka tidak rata dan terdiri dari jaringan
kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot. Jembatan jaringan tidak ada. Dasar luka
terdiri dari jaringan lemak dan dasar luka berwarna kemerahan. Daerah di sekitar
luka tidak didapati memar.
Mata : kedua bola mata menonjol. Selaput kelopak mata tertutup, tidak ada tirai
mata. Pada celah mata kanan dan kiri keluar cairan bening berwarna kemerahan.
Hidung : berwarna kehitamam. Tidak ada keluar darah atau cairan pada hidung.
Telinga : tidak ada luka atau kelaianan.
Mulut : mulut membengkak berwarna kehitamam.lidah sedikit menjulur dan
tergigit oleh gigi.
Gigi geligi : jumlah gigi lengkap. Susunan gigi teratur. Tidak ada kelainan khas
yang ditemukan.
Leher : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.
16
Bahu : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.
Dada : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.terdapat kulit yang
mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam kehijauan.
Punggung : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.terdapat kulit yang
mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam kehijauan.
Perut : perut sedikit membengkak. tidak ditemukan luka atau kelaianan
lainnya.terdapat kulit yang mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam
kehijauan.
Bokong : tidak ditemukan luka atau kelainan lainnya.
Dubur : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya. Keluar kotoran berwarna
kekuningan dari dubur.
Anggota gerak atas : tidak ditemukan luka atau kelainan.
Anggota Gerak bawah : ditemukan luka menyembuh pada betis kanan bagian
luar. Luka berukuran empat sentimeter dan dua sentimeter.
Bagian tubuh lainnya : penis telah disunat. Buah zakar membengkak.
3. Pada korban tidak dilakukan tindakan pemeriksaan dalam.
4. Jenasah dibolehkan diambil oleh keluarga tanggal dua belas desember dua ribu dua belas.
Pemeriksaan dalam jenazah :
1. Rongga kepala :
a. Kulit kepala bagian dalam : Tidak ditemukan resapan darah.
b. Tengkorak : Tidak ada kelainan.
c. Selaput keras otak : Tidak terdapat perdarahan di atas selaput keras otak. Selaput
keras otak tidak menunjukkan kelainan.
d. Selaput lunak otak : Tidak ada kelainan.
e. Otak
- Otak besar : membubur.
- Otak kecil : membubur.
- Batang otak : membubur.
2. Leher dan lidah bagian dalam :
a. Kulit bagian dalam : warna biru.
b. Tenggorokan : terdapat lumpur, pasir, dan rumput air.
c. Kerongkongan : Tidak ada kelainan.
17
d. Kelenjar gondok : Tidak ada kelainan.
e. Tulang rawan lidah : Tidak ada kelainan.
f. Tulang rawan cincin : Tidak ada kelainan.
3. Dada :
a. Jaringan bawah kulit : tidak ditemukan kelainan--------------------------------------------------
b. Rongga dada :. pada dinding dada ditemukan lebam mayat warna merah gelap tidak
hilang dengan penekanan, tidak ditemukan darah dalam rongga dada.------------------------
- Otot dinding dada : Tidak ada resapan darah.---------------------------------------------
- Tulang dada : Tidak ada patah.
- Tulang rusuk : Tidak ada patah.------------------------------------------------------------
c. Paru :
- Paru kanan : Terdiri atas tiga bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat enam ratus lima puluh gram, panjang dua puluh satu
sentimeter, lebar empat belas sentimeter, dan tinggi dua
sentimeter.----------------------
- Paru kiri : Terdiri atas dua bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat empat ratus lima puluh gram, panjang dua puluh dua
sentimeter, lebar empat belas koma lima sentimeter, dan tinggi dua koma lima
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------------
d. Jantung :. Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat pucat,
perabaan kenyal. Berat jantung dua ratus tujuh puluh gram, panjang tiga belas
sentimeter, lebar dua belas sentimeter, dan tinggi tiga koma lima sentimeter.
- Jantung kanan : Katup antara serambi dan bilik kanan terdiri dari tiga katup, tidak
ada kelainan. Ukuran lingkar katup dua belas sentimeter, katup pembuluh nadi
paru enam sentimeter. Tebal otot bilik kanan jantung enam millimeter. Tidak
terdapat resapan darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi
kanan.Pada irisan mengeluarkan banyak cairan.------------------------------------------
- Jantung kiri : Katup antara serambi dan bilik kiri terdiri dari dua katup, tidak ada
kelainan. Ukuran lingkar katup sepuluh sentimeter, katup batang nadi enam
setengah sentimeter. Tebal otot kiri jantung tiga belas milimeter. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat, sekat jantung tidak ada kelainan. Tidak terdapat resapan
18
darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi kanan.Pada irisan
mengeluarkan banyak cairan.----------------------------------------------------------------
- Sekat rongga dada : Ditemukan dua luka tembus pada sekat rongga dada,
berbentuk bulat dengan tepi tidak rata.----------------------------------------------------
4. Rongga perut
- Dinding bagian perut dalam: terdapat daerah pembusukan berwarna hijau
kehitaman pada dinding perut kanan bawah. Tidak terdapat darah dalam rongga
perut.-----------------------------
- Tirai usus: menutupi sebagian besar usus, berwarna hijau kehitaman-----------------
- Usus halus, usus besar, usus buntu mengalami pembendungan, pada irisan
mengalami banyak cairan--------------------------------------------------------------------
- Hati:mengalami pembendungan, berwarna pucat, permukaan rata, tepi tajam,
perabaan padat dan lunak, berat seribu dua ratus lima puluh gram, panjang dua
puluh tujuh sentimeter, lebar dua belas sentimeter, tebal tiga koma dua sentimeter.
Pada pengirisan tidak ada kelainan------
- Lambung mengalami pembendungan, berwarna pucat, permukaan licin, tepi rata,
perabaan kenyal, panjang lengkung besar empat puluh lima sentimeter, panjang
lengkung kecil dua puluh sentimeter. Dinding dalam lambung licin dan rata. Berat
dua ratus lima puluh gram. Pada pengirisan keluar sedikit cairan berwarna
kekuningan.-----------------------------------------
- Limpa tampak pucat, berat enam puluh gram, panjang sembilan sentimeter, lebar
enam sentimeter, tebal dua sentimeter, pada pengirisan tidak tampak kelainan------
- Ginjal:------------------------------------------------------------------------------------------
- Kanan: Tampak pembendungan,berat delapan puluh lima gram , permukaan
licin, panjang dia belas sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tinggi dia koma
sembilan sentimeter, perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas,
warna pucat, pada pengirisan tidak tampak kelainan---------------------------
Kiri: berat tujuh puluh lima gram , permukaan licin, panjang sepuluh koma tujuh
sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi dua koma sembilan sentimeter,
perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas, warna pucat, pada
pengirisan tidak tampak kelainan.----------------
5. Rongga panggul:
- Kandung kemih isi kosong.
19
- Prostat: permukaan licin, ukuran satu koma lima sentimeter lebar nol koma lima
sentimeter. Irisan penampang tidak ada kelainan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas korban dengan jenis kelamin laki-laki, tujuh belas tahun
status gizi cukup, dalam keadaan telah meninggal, maka dapat disimpulkan penyebab
kematian belum jelas, sedangkan perkiraaan saat kematian lebih dari dua hari.------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dan menggunakan keilmuan
saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.--------------------
20
Mataram, 12 Desember 2012Yang membuat Visum et Repertum,
_______________________________
BAB IV
PEMBAHASAN
DVI (Disaster Victim Identification) merupakan prosedur yang telah ditentukan untuk
mengidentifikasi korban dalam sebuah insiden atau bencana yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang merupakan bagian dari investigasi dan rekonstruksi
tentang penyebabnya. Proses DVI meliputi 5 fase, sebagai berikut:5
1. The scene (Tempat Kejadian Perkara/TKP)
Merupakan temuan tempat kejadian perkara dan bukti-bukti yang ada di tempat tersebut.
2. The Mortuary
Merupakan proses pengumpulan data-data post-mortem melalui pemeriksaan jenazah korban.
3. Ante-mortem Information Retrievel
Merupakan pengumpulan data-data korban sebelum kejadian atau sewaktu korban masih hidup,
seperti data gigi, sidik jari dan kepemilikan yang dipakai/dibawa.
4. Reconciliation
Merupakan proses pencocokan data-data yang telah dikumpulkan melalui beberapa metode
identifikasi. Metode tersebut terdiri dari :
Identifikasi primer, seperti sidik jari, catatan gigi dan pemeriksaan DNA
Identifikasi sekunder, seperti ilmu kedokteran (medis), harta benda milik korban
(properti), visual (foto, ciri-ciri fisik korban, dll).
5. Debriefing
Merupakan evaluasi pelaksanaan DVI, seperti melaporkan temuan yang telah terdata.
Pada kasus ini, proses identifikasi telah sesuai dilakukan yakni melalui 5 fase tersebut,
yaitu ditemukan seorang korban berjenis kelamin laki-laki berusia tujuh belas tahun dengan
status gizi cukup yang telah meninggal dan terapung di sungai, sedangkan saat kematian
diperkirakan lebih dari dua hari. Kemudian korban dibawa ke RS Bhayangkara untuk
diperiksa. Identifikasi awal dilakukan dengan mengumpulkan data-data ante-mortem maupun
post-mortemnya, kemudian dilakukan pencocokan data-data yang dikumpulkan tersebut.
Pencocokan dilakukan dengan mencocokan sidik jari (identifikasi primer) dan pengenalan
ciri-ciri fisik dan sesuatu yang dikenakan korban melalui informasi yang diperoleh dari
anggota keluarganya (identifikasi sekunder).
Bila jenazah sudah beberapa hari berada dalam air maka terjadi bleaching dan terjadi
pembusukan dimana kulit ari banyak yang terkelupas. Pembusukan terjadi dalam 2 hari
setelah tenggelam dalam iklim yang panas. Pada iklim yang dingin dapat tahan sampai 1
21
minggu. Pembusukan dimulai pada bagian kepala dan atas tubuh, karena dalam air kepala
mempunyai kecenderungan lebih rendah letaknya oleh karena lebih berat.5 Pada kasus ini,
korban ditemukan terapung di sungai dan diperkirakan telah meninggal selama 4 hari, hal ini
sesuai dengan yang ditemukan pada korban yakni telah terjadi bleaching dan pembusukan.
Keadaan tersebut terjadi karena enzim proteolitik dan mikroorganisme dan umumnya proses
pembusukan dimulai 18 sampai 24 jam setelah seseorang meninggal. Korban terapung di
sungai karena telah terjadi proses pembusukan yang merata di seluruh tubuh akibat timbunan
gas (disebut sebagai Floater).
Pada pemeriksaan luar korban tenggelam didapatkan : 5
- Tidak ada yang patognomonis untuk drowning.
- Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnosis drowning, antara lain : kulit basah,
dingin dan pucat.
- Lebam mayat biasanya sianosis, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat akan
berwarna merah muda.
- Kadang-kadang terdapat kutis anserina (goose flesh) pada lengan, paha dan bahu. Ini
disebabkan suhu air dingin menyebabkan kontraksi m.errector pillorum.
- Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih)
- Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tenggelam.
- Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput (washer
women’s hands) dan pucat (bleached).
- Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi. Ini dapat merobek paru, hati, otak, atau iga.
Temuan-temuan pada pemeriksaan luar korban sesuai dengan teori di atas. Pada
pemeriksaan luar korban didapatkan rumput-rumput di sekitar tubuh korban, hampir seluruh
bagian tubuh (dari wajah hingga ekstrimitas bawah) mengalami pembengkakan, kulit pada
telapak tangan dan kaki mengeriput (washer women’s hands), pucat (bleaching) dan dua
buah luka pada kepala serta adanya lebam mayat.
Pada kasus diatas, keluarga korban menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam
walaupun penyidik menginginkan untuk dilakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
penyebab kematian dari jenasah yang ditemukan.
22
Pasal 222 KUHP5
“Barangsiapa dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan,dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”
Karena dokter hanya merupakan pelaksana permintaan polisi, maka pihak keluarga
dipersilahkan menghadapa polisi untuk mengutarakan keberatannya. Dalam intruksi Kapolri
INS/E/20/IX/75 ditentukan siapa yang boleh mencabut permintaan visum et repertum:5
1. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat maka adalah kewajibana dari petugas polri pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan perlu dan pentingnya otopsi untuk kepentingan penyidikan, kalau perlu, bahwa ditegakannya pasal 222 KUHP.
2. Pada dasarnya penarikan/ pencabutan kembali visum et repertum tidak daat dibenarkan. Bila terpaksa Visum at Repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh komandan-komandan kesatuan paling paling rendah tingkat Kompres (sekarang Kapolres) dan untuk kota besar hanya oleh DanTabes (sekarang Kapolwil/tabes).
Keluarga yang meninggal dunia pernyataan tertulis bahwa jika dikemudian hari ada
hal-hal yang tidak dapat diterimanya begitu saja kematian korban dan mayat harus segera
digali, maka segala sesuatu ditanggung oleh keluarga dan keluarga tidak dapat menuntut
siapapun. Bilamana permintaan visum et repertum dicabut, konsekuensinya ialaha dokter
tidak dapat melakukan pemeriksaan apapun, dokter hanya menyatakan korban meninggal dan
pada keluarga diberikan surat yang diperlukan untuk pemakamam.
Karena pada proses otopsi korban tidak dapat dilakukan pemeriksaan dalam. Sehingga
kami menuliskan hasil pemeriksaan dalam dengan berlandaskkan teori untuk memperkirakan
berdasarkan hasil temuan luar korban, kira-kira kemungkinan temuan apa yang akan
ditemukan pada pemeriksaan dalam korban. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan perdarahan
pada jaringan leher disebabkan karena pendarahan di otot dilaporkan sebagai sekuele yang
disebabkan oleh kejang axogonal, hiperkontraksi, dan overeksersi pada otot selama proses
tenggelam. Masuknya cairan selama proses tenggelam meningkatkan tekanan dijalan nafas
dan menyebabkan edema pulmonum. Gabungan antara air dengan cairan edema paru, sekresi
dari bronkus dan surfaktan dari paru-paru menghasilkan buih yang dimana karena usaha
bernafas saat tenggelam dapat mencapai saluran nafas bagian atas dan keluar melalui hidung
dan mulut. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik bintik perdarahan yang
terjadi karena adanya kompresi terhadap septum interalveolar atau oleh terjadinya fase
konvulsi akibat kekurangan oksigen. Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga
23
paru-paru sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya Aspirasi cairan kedalam
paru-paru memberikan efek dari gradien osmotik yang menyebabkan kerusakan integritas
membran alveoli kapiler sehingga meningkatkan permeabilitas dan eksaserbasi cairan,
plasma dan elektrolit, hal ini menyebabkan terjadinya edema pulmonum sehingga
menurunkan pertukaran gas didalam paru-paru. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam
jumlah besar sehingga akan terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat
terjadinya hemolisis. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole dan dalam waktu beberapa saat terjadi fibrilasi
ventrikel. Ditemukan cairan pada lambung disebabkan pada saat tenggelam korban
menghisap cairan akibat usaha untuk bernafas. Selain itu Usaha untuk mencari diatom
(binatang bersel satu) dalam tubuh korban, karena adanya anggapan bahwa bila orang masih
hidup pada waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan oleh force offer respiration
terjadi kerusakan bronchi atau bronciolus sehingga terdapat jalan dari diatom untuk masuk
kedalam tubuh. Tidak ditemukan diatom dalam tubuh, tidak menyingkirkan bahwa kematian
korban bukan karena tenggelam. Pembusukan tubuh pada lingkungan yang berair terjadi kira-
kira setengah kecepatan pembusukan di udara karena temperatur air yang dingin
menghambat aktivitas bakteri dan serangga. Ketika tubuh mulai diangkat dari permukaan air
maka terjadi percepatan proses pembusukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembusukan diantaranya, temperatur dari air, kadar garam dalam air, jumlah bakteri yang
tersedia didalam air,dan juga luka antemortem dan post mortem yang dapat menjadi jalan
masuk bakteri.6
24
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas korban dengan jenis kelamin laki-laki, tujuh belas
tahun status gizi cukup, dalam keadaan telah meninggal, maka dapat disimpulkan penyebab
kematian belum jelas, sedangkan perkiraaan saat kematian lebih dari dua hari. Dari Proses
identifikasi korban diperoleh kecocokan identitas korban dengan prosedur pencocokan sidik
jari (identifikasi primer) dan pengenalan ciri-ciri fisik dan sesuatu yang dikenakan korban
melalui informasi yang diperoleh dari anggota keluarganya (identifikasi sekunder). Korban
diduga tenggelam dalam air tawa, temuan pada pemeriksaan luar adalah didapatkan rumput-
rumput di sekitar tubuh korban, hampir seluruh bagian tubuh (dari wajah hingga ekstrimitas
bawah) mengalami pembengkakan, kulit pada telapak tangan dan kaki mengeriput (washer
women’s hands), pucat (bleaching) dan dua buah luka pada kepala serta adanya lebam mayat.
Pada kasus diatas, keluarga korban menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam walaupun
penyidik menginginkan untuk dilakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan penyebab
kematian dari jenasah yang ditemukan.
25
KEPUSTAKAAN
1. David Szpilman, dkk. 2012. ”Drowning”. The New England Journal of Medicine. Acesed from http://www.nejm.org/doi/pdf/.
2. Dimaio V, Dimaio D. ”Death by drowning in Forensic Pathology ; Second edition”. CRC press LLC. 2001. Page 395-403.
3. Singh R, Kumar M, ell. ”Drowning Associated Diatoms”. Department of Forensic Science Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org.
4. Mun’im A. Tenggelam. ”Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1”. Binarupa Aksara.Jakarta. 1997. Hal 178-189.
5. Apuranto, Hariadi, dkk. 2007. ”Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal edisi ketiga : Asfiksia”. Bagian Ilmu Kedokteran forensik dan medikolegal FK UNAIR. Surabaya. hal. 87-89.
6. Tsokos, Michael. ”Forensic Pathology Review; volume 3”. Humana Press. New Jersey, USA. 2005.
26