1
Konsultasi Oleh PKonsultasi Oleh PKonsultasi Oleh PKonsultasi Oleh PKonsultasi Oleh PemudaemudaemudaemudaemudaUntuk PUntuk PUntuk PUntuk PUntuk Pemudaemudaemudaemudaemuda
(Kompilasi)(Kompilasi)(Kompilasi)(Kompilasi)(Kompilasi)
KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA,
SURABAYA,
UNIVERSITAS SURABAYA
13 -14 Oktober, 2003
KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA
YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, YOGYAKARTA
16-17 Oktober, 2003
KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA
PROVINSI JAWA BARAT, BANTEN DAN DKI JAKARTA,
UNIVERSITAS INDONESIA
18 Nopember 2003
Disusun oleh:Tim Edpro - April 2003
2
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Copyright © International Labour Office 2004
Pertama terbit tahun 2004
Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal CopyrightConvention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasidengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harusdialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland.Kantor Perburuhan Internasional akan menyambut baik lamaran tersebut.
ILOKantor Perburuhan Internasional, 2004
“Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda”
Judul Bahasa Inggris: ”Compilation Report of Youth for Youth Consultations”
ISBN 92-2-016121-4
Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa-Bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi-publikasi ILO beserta sajianbahan tulisan yang terdapat di dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional(International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukum suatu negara, daerah atau wilayahatau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak-pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaandengan penentuan batas-batas negara tersebut.
Dalam publikasi-publikasi ILO tersebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusi tertulis lainnya, yangtelah diakui dan ditandatangani oleh masing-masing penulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masingpenulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa Kantor PerburuhanInternasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.
Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa Kantor PerburuhanInternasional mengiklankan atau mendukung perusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatuperusahaan, produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagai tanda tidak adanyadukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional.
Publikasi-publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur-penyalur buku utama atau melalui kantor-kantor perwakilan ILO diberbagai negara atau langsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin Lantai 22, Jl. M. H. ThamrinKav. 3, Jakarta 10250. Katalog atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, ataumelalui e-mail: [email protected] ; [email protected].
Kunjungi website kami: www.ilo.org/publns ; www.un.or.id
Dicetak di Jakarta, Indonesia
3
PrakPrakPrakPrakPrakataataataataata
Untuk mengatasi tantangan dalam lapangan kerja bagi kaum muda, Organisasi PerburuhanInternasional (ILO) dalam kaitannya dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk JejaringLapangan Kerja bagi Kaum Muda (YEN), telah menciptakan kerangka Deklarasi Milenium dimanaPimpinan-Pimpinan Negara dan Pemerintah memutuskan untuk “mengembangkan dan melaksanakanstrategi-strategi dengan memberikan suatu kesempatan yang nyata bagi kaum muda dimanapun beradauntuk mendapatkan pekerjaan yang produktif dan layak”. Jejaring adalah suatu kemitraan antaraPerserikatan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia dan Organisasi Perburuhan Internasional untuk membawapara pemimpin di bidang industri, kalangan muda, perwakilan-perwakilan masyarakat sipil, dan parapembuat kebijakan untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan imajinatif untuk mengatasi lapangankerja bagi kaum muda dan kurangnya pekerjaan.
Indonesia adalah negara pertama yang mengajukan diri sebagai salah satu “negara percontohan”dalam inisiatif Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda (YEN). Pada bulan Mei 2003, MenteriKoordinasi Perekonomian meresmikan Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia (I-YEN), denganTim Koordinasi yang melibatkan para pembuat kebijakan senior dan juga perwakilan-perwakilan pentingdari sektor swasta dan masyarakat sipil. Tugas utama Tim Koordinasi Jejaring Lapangan Kerja bagi KaumMuda Indonesia adalah mengembangkan Rencana Aksi Nasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia(IYEAP).
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mendukung usaha Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum MudaIndonesia (IYEN) melalui proyek kerjasama tehnik dalam Mengatasi Tantangan Lapangan Kerja bagi KaumMuda di Indonesia (INS/02/50M/NET) yang danai oleh Pemerintah Belanda. Hal ini tercantum dalamagenda ILO untuk Pekerjaan yang Layak.
Pengertian atas arti dan persepsi kaum muda laki-laki dan perempuan adalah faktor utama dalampengembangan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan program-program efektif untukmengatasi lapangan kerja bagi kaum muda, masalah pengangguran dan kurangnya lapangan kerja. Untukmemberikan kesempatan masukan bagi kaum muda dan untuk menumbuhkan pengertian akan kesulitan-kesulitan yang akan mereka hadapi dalam mencari pekerjaan, telah dilaksanakan suatu rangkaian KonsultasiOleh Kaum Muda bagi Kaum Muda. Konsultasi-konsultasi ini telah dilaksanakan di Surabaya pada tanggal13 dan 14 Oktober 2003, di Yogyakarta pada tanggal 16 dan 17 Oktober 2003 dan di Jakarta padatanggal 18 Nopember 2003. Laporan ini merangkum masalah-masalah, ide-ide, rekomendasi-rekomendasidan saran-saran yang muncul dan dibicarakan selama berlangsungnya Konsultasi.
4
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Laporan menguraikan tujuan-tujuan Konsultasi-Konsultasi, dan menyediakan suatu ringkasan ataskontribusi-kontribusi dan pembahasan-pembahasan yang berfokus secara internasional teridentifikasipada empat prioritas lapangan kerja bagi kaum muda: Kemampuan untuk memperoleh pekerjaan, Penciptaanlapangan pekerjaan, Peluang yang sama dan Kewirausahaan. Lampiran-lampiran yang tersedia akan memberikaninformasi lebih lengkap apabila diperlukan.
Organisasi Perburuhan Internasional ingin menyampaikan penghargaan atas antusiasme dan kerjakeras yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Kaum Muda baik Laki-laki dan Perempuan dari UniversitasIndonesia, Universitas Surabaya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada,tanpa mereka Konsultasi tidak akan dapat terlaksana dan laporan ini tidak mungkin dibuat. Kami jugamenyampaikan penghargaan atas kerja EdPro dalam mengkonsolidasikan laporan ketiga workshop dalamalaporan ini. Program ini terlaksana atas inisiatif penuh Tim proyek Lapangan Kerja bagi Kaum Muda.
Alan BoultonDirekturKantor ILO Jakarta
5
I. Ringkasan Eksekutif 7
II. Pendahuluan 9
III. Persoalan-persoalan Umum 31
IV. Empat “E” 37
1. Kemampuan untuk Memperoleh Pekerjaan (Employability) 372. Penciptaan Lapangan Pekerjaan (Employment Creation) 433. Peluang yang Sama (Equal Opportunity) 484. Kewirausahaan (Enterpreneurship) 58
V. Lampiran 57
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
6
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
7
Laporan ini merupakan kompilasi tiga laporan dari serangkaian Konsultasi oleh Pemuda untukPemuda yang diselenggarakan di Surabaya pada 13 – 14 Oktober 2003, di Yogyakarta pada 16 – 17Oktober 2003, dan di Jakarta pada 18 November 2003. Laporan ini menyuarakan berbagai persoalan,gagasan, rekomendasi dan saran yang muncul selama berlangsungnya tiga konsultasi tersebut. Laporanini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: Ringkasan Eksekutif, Informasi Latar Belakang, DiskusiUmum, Diskusi Tematik, dan Lampiran.
Bagian Informasi Latar Belakang secara ringkas memaparkan latar belakang, tujuan dan hasil masing-masing konsultasi. Bagian Diskusi Umum memaparkan hasil-hasil diskusi-diskusi yang diselenggarakanpada tiga konsultasi tersebut. Bagian Diskusi Tematik mencakup empat prioritas: Kemampuan untukMemperoleh Pekerjaan (Employability), Penciptaan Lapangan Pekerjaan (Employment Creation), Peluangyang sama (Equal Opportunity) dan Kewirausahaan (Enterpreneurship). Bab terakhir terdiri dari Lampiran-lampiran, yang berisi dokumen-dokumen pendukung dari bab-bab sebelumnya.
Latar belakang tiga konsultasi ini adalah masalah pengangguran kaum muda yang telah mencapai6,1 juta, atau 76 persen dari jumlah seluruh penganggur di Indonesia. Untuk memecahkan masalahini, partisipasi aktif seluruh pihak yang berkepentingan (stake holder), terutama kaum muda, sangatdiperlukan. Organisasi Buruh Internasional (ILO), didukung pemerintah, merasa perlumenyelenggarakan serangkaian konsultasi ini dengan tujuan mendengarkan berbagai aspirasi, pendapat,dan gagasan kaum muda. Serangkaian konsultasi ini diharapkan dapat menyumbangkan beberapa gagasanuntuk rencana aksi nasional guna memecahkan masalah pengangguran kaum muda.
Bagian Diskusi Umum menjelaskan hasil-hasil berbagai diskusi dan rekomendasi yang diambil dalamketiga Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda yang diselenggarakan di Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta.Bagian Diskusi Tematik menyajikan hasil-hasil berbagai diskusi kelompok tentang empat prioritas:Kemampuan untuk Memperoleh Pekerjaan, Penciptaan Lapangan Pekerjaan, Peluang yang Sama, danKewirausahaan. Rekomendasi-rekomendasi dipaparkan setelah penjelasan mengenai setiap bidangprioritas.
Bagian Lampiran terdiri dari dokumen-dokumen yang menunjang bab-bab sebelumnya, dandibagi dalam empat sub-bab. Bagian pertama adalah Komentar para Peserta, yang menguraikan beberapakomentar para peserta konsultasi; bagian kedua adalah Liputan Media Massa, yang menguraikan artikel-artikel berkaitan dengan konsultasi-konsultasi ini; bagian ketiga berisi agenda-agenda konsultasi, danbagian terakhir adalah daftar nama peserta.
RingkRingkRingkRingkRingkasan Eksekutifasan Eksekutifasan Eksekutifasan Eksekutifasan Eksekutif
8
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
9
Bab ini secara ringkas memberikan garis besar mengenai latar belakang, tujuan dan persoalan-persoalan umum yang dibahas dalam tiga Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda yang diselenggarakandi Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, termasuk: Masalah Pengangguran Kaum Muda, Jejaring Lapangan Kerjabagi Kaum Muda Indonesia atau IYEN (Indonesian Youth Employment Network), dan Empat ‘E’ dari IYEN.
Masalah Pengangguran Kaum MudaMasalah Pengangguran Kaum MudaMasalah Pengangguran Kaum MudaMasalah Pengangguran Kaum MudaMasalah Pengangguran Kaum Muda
Kepadatan penduduk dan praktek-praktek korup adalah dua masalah utama di Indonesia. Ditambahpula, kekayaan sumber daya alam Indonesia hanya membuat rakyat Indonesia malas. Kondisi-kondisiini secara bersamaan meletupkan masalah yang dialami semua orang dengan berbagai latar belakangkehidupan, termasuk kaum muda.
Kaum muda di Indonesia menghadapi berbagai masalah seperti penyalahgunaan narkoba danpenyakit-penyakit menular seperti AIDS. Mereka juga menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan.Semua faktor tersebut menyebabkan terjadinya pengangguran kaum muda.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada tahun 2002, jumlah pengangguran kaummuda di Indonesia mencapai 6,1 juta, atau 76 persen dari jumlah pengangguran; pengangguran kaummuda kini sudah menjadi masalah serius bagi Indonesia.
Jika pekerjaan tidak disediakan untuk kaum muda, mereka tidak akan pernah menyadari potensimereka maupun tidak akan mendapatkan penghasilan yang mereka perlukan untuk menunjang dirisendiri dan keluarga mereka, dan dengan demikian mereka akan jatuh ke jurang kemiskinan.Bertambahnya jumlah kaum muda yang menganggur akan meningkatkan jumlah kaum miskin diIndonesia.
Beberapa kebijakan dan strategi harus diterapkan untuk mengurangi jumlah kaum muda yangmenganggur. Inilah sebabnya mengapa Indonesia membutuhkan sebuah Rencana Aksi mengenai persoalanini. Rencana aksi ini akan dikembangkan oleh Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda (YEN).
Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia atau IYENJejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia atau IYENJejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia atau IYENJejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia atau IYENJejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia atau IYEN(((((Indonesian YIndonesian YIndonesian YIndonesian YIndonesian Youth Employment Networkouth Employment Networkouth Employment Networkouth Employment Networkouth Employment Network)))))
Pada tanggal 19 Mei 2003, Menteri Koordinator bidang Ekonomi membentuk Tim Jejaring LapanganKerja bagi Kaum Muda Indonesia, atau IYEN (Indonesian Youth Employment Network) untuk mempersiapkansebuah rencana aksi guna memecahkan masalah pengangguran kaum muda di Indonesia. Tujuannya
PPPPPendahuluanendahuluanendahuluanendahuluanendahuluan
10
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
adalah membuka dan memperluas berbagai peluang demi penciptaan pekerjaan yang layak bagi kaummuda Indonesia, dan melalui strategi ini diharapkan jumlah kaum miskin di Indonesia akan berkurang.
Partisipasi aktif seluruh pihak yang berkepentingan, khususnya kaum muda sendiri, sangatdibutuhkan untuk menemukan penyelesaian masalah ini. ILO, didukung oleh pemerintah, menyadaripentingnya melakukan kegiatan yang memungkinkan berbagai aspirasi, pendapat dan gagasan kaummuda didengar melalui serangkaian Konsultasi Regional Pemuda.
Tiga konsultasi diselenggarakan sebagai wahana untuk menyumbangkan berbagai saran, gagasandan rekomendasi bagi rencana aksi nasional yang akan disusun oleh Tim Jejaring Lapangan Kerjabagi Kaum Muda. Tujuan tiga konsultasi ini adalah sebagai berikut:
1. Mendukung partisipasi aktif kaum muda dalam merancang dan menerapkan kebijakan danprogram bagi tenaga kerja muda.
2. Memberikan kesempatan kepada kaum muda menyuarakan aspirasi dan gagasan mereka tentangbagaimana pihak-pihak yang berkepentingan yang terlibat dalam soal tenaga kerja muda harusmerancang dan menerapkan program-program mereka.
3. Memperkuat pengetahuan, pemahaman dan pertimbangan para pembuat kebijakan, pengusaha,dan lembaga-lembaga yang terkait dengan angkatan kerja mengenai kondisi tenaga kerja mudadi Indonesia.
Empat Empat Empat Empat Empat ‘‘‘‘‘EEEEE’’’’’ dari IYEN dari IYEN dari IYEN dari IYEN dari IYEN
Organisasi Buruh Internasional mempunyai program global tentang tenaga kerja muda yangmemiliki empat prioritas: Kemampuan untuk Memperoleh Pekerjaan (Employability), PenciptaanLapangan Pekerjaan (Employment Creation), Peluang yang Sama (Equal Opportunity), danKewirausahaan (Enterpreneurship). Program ini di Indonesia disebut Jejaring Lapangan Kerja bagi KaumMuda Indonesia (I-YEN). ILO, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Departemen TenagaKerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) bekerja bersama untuk menemukan solusi terhadap masalahpengangguran kaum muda.
Tiga konsultasi ini memusatkan perhatian pada empat ‘E’ ini dan penyelesaian masalah tenagakerja muda. Di samping kebutuhan menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, para peserta konsultasimerasakan ada kebutuhan untuk membantu kaum muda dalam menciptakan pekerjaan bagi diri merekasendiri melalui kewirausahaan. ILO, Depdiknas dan Depnakertrans telah bekerja bersama mengembangkanprogram-program tentang bagaimana menjadi wirausahawan. Hasil tiga konsultasi ini diharapkan dapatmenyumbangkan beberapa gagasan untuk memperkaya rencana aksi nasional.
Persoalan-persoalan UmumPersoalan-persoalan UmumPersoalan-persoalan UmumPersoalan-persoalan UmumPersoalan-persoalan Umum
Bab ini memaparkan hasil-hasil yang dikumpulkan dari berbagai persoalan umum yang munculserta rekomendasi-rekomendasi yang diusulkan dalam tiga konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda yangdiselenggarakan di Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta. Rekomendasi-rekomendasi dijelaskan setelah uraianmengenai enam persoalan pokok.
11
Enam persoalan pokok yang muncul dalam tiga konsultasi adalah: Tidak ada keterkaitan dankecocokan (link-and-match) antara Pendidikan dan Dunia Kerja; Program Pemerintah yang tidak jelas;Tidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang Kuat; Kewirausahaan Kaum Muda; Beban Perempuan; danKekhawatiran terhadap AFTA (ASEAN Free Trade Area). Sejumlah rekomendasi muncul dari diskusi-diskusi umum tentang masing-masing permasalahan tersebut.
1.1.1.1.1. Tidak ada KeterkTidak ada KeterkTidak ada KeterkTidak ada KeterkTidak ada Keterkaitan-dan-Kecocokan antara Pendidikan dan aitan-dan-Kecocokan antara Pendidikan dan aitan-dan-Kecocokan antara Pendidikan dan aitan-dan-Kecocokan antara Pendidikan dan aitan-dan-Kecocokan antara Pendidikan dan DDDDDuuuuunia Kerjania Kerjania Kerjania Kerjania Kerja
Kesempatan kaum muda Indonesia memasuki lapangan kerja terus menyusut. Hal ini sebagianbesar disebabkan karena jurang yang lebar antara pengetahuan dan kemampuan kaum muda dengantuntutan dunia kerja, akibat ketidak-jelasan fokus program pemerintah mengenai ketenagakerjaan,dan akibat rendahnya tingkat penyerapan kaum muda ke berbagai pekerjaan di pasar dalam negeri.Persoalan-persoalan ini harus menjadi perhatian utama pemerintah karena jumlah kaum muda yangmenganggur melesat sampai 6,1 juta orang.
Dalam kaitannya dengan angkatan kerja, pendidikan —sebagai faktor terpenting dalammempersiapkan pekerja yang kompeten— harus membekali para siswa dengan keterampilan,pengetahuan, dan kompetensi yang dibutuhkan. Jika sistem pendidikan gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, pasti ada yang salah dengan sistem tersebut.
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya masih belum sanggup melengkapi para lulusanmereka dengan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat mereka siap-kerja. Terdapatkesenjangan antara pengetahuan yang mereka pelajari dengan tuntutan/persyaratan lapangan kerja.Akibatnya, dunia kerja hanya menyerap pekerja yang berpengalaman, dan sekaligus membatasikesempatan kerja bagi lulusan baru.
2.2.2.2.2. Program PProgram PProgram PProgram PProgram Pemerintah yang Tidak Jelasemerintah yang Tidak Jelasemerintah yang Tidak Jelasemerintah yang Tidak Jelasemerintah yang Tidak Jelas
Pemerintah telah menerapkan sejumlah program untuk membuka kesempatan kerja danmeningkatkan kompetensi kaum muda, seperti program pelatihan dan magang, tetapi banyakhambatan yang merintangi efektifitas berbagai program itu. Oleh karenanya, diperlukan evaluasiterhadap bentuk berbagai program ini, dan bagaimana program-program itu diterapkan, dan jugakegiatan-kegiatan khusus yang dimasukkan dalam program tersebut.
Generasi muda merasa bahwa pemerintah daerah belum sungguh-sungguh memusatkanperhatian dalam penyediaan pekerjaan bagi kaum muda, karena keterbatasan jejaring yangmenghubungkan berbagai lembaga pemerintah, lembaga bisnis, perusahaan swasta dan non-swastadengan sekolah dan perguruan tinggi yang ada.
Perlu ada proses sosialisasi program pemerintah yang transparan sehingga kaum muda dapatmemperoleh manfaat sepenuhnya dari informasi dan peluang pekerjaan yang ditawarkan olehprogram-program ini.
12
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
3.3.3.3.3. Tidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang KuatTidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang KuatTidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang KuatTidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang KuatTidak ada Jejaring Angkatan Kerja yang Kuat
Jejaring angkatan kerja bagi kaum muda membutuhkan perhatian lebih besar karena peran masing-masing dan hubungan antara berbagai macam unsur dalam jejaring belum sepenuhnya termanfaatkan.Contohnya, lembaga-lembaga pendidikan jarang menghasilkan lulusan yang siap-kerja.
Juga terdapat berbagai masalah yang menyangkut keterbatasan informasi dan pengetahuan yangdibutuhkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi dinamik lapangan kerja. Keadaan ini diperburuk olehtidak berfungsinya peranan pemerintah sebagai penengah dan fasilitator bagi terciptanya hubungan yangharmonis antara dunia kerja dan lembaga pendidikan. Dengan demikian, pemerintah perlu bekerja lebihgiat sehingga ia dapat membangun sebuah jejaring angkatan kerja, terutama bagi kaum muda. Tanpajejaring yang kuat, akan sulit menyediakan pekerjaan yang memadai bagi kaum muda.
4.4.4.4.4. Kewirausahaan Kaum MudaKewirausahaan Kaum MudaKewirausahaan Kaum MudaKewirausahaan Kaum MudaKewirausahaan Kaum Muda
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dimulai dari cara berpikir kebanyakan masyarakat Indonesiadi mana setiap orang harus mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, mengambil banyak kursus,mengirimkan surat lamaran ke perusahaan-perusahaan besar, kemudian bekerja, menikah dan memilikirumah. Mereka harus tetap mengikuti perkembangan berita terbaru, dan mampu memecahkan masalahrumah tangga mereka.
Sejauh ini, pendidikan hanya menyiapkan para siswa bekerja di berbagai perusahaan, meskipunistilah ‘bekerja’ memiliki makna yang jauh lebih luas, termasuk pilihan untuk menciptakan usahasendiri. Sebagai akibatnya, orang sering menganggap remeh semangat kewirausahaan. Dalammasyarakat yang sangat menjunjung status sosial, kewirausahaan sering dihindari, meskipunpenciptaan peluang kerja baru pada akhirnya akan bergantung pada kemunculan para wirausahawansemacam itu.
Anggapan di atas menjebak sebagian besar orang Indonesia ke dalam kerangka berpikir dancara bertindak yang homogen. Anak muda yang memiliki kesanggupan melihat peluang ataumengambil prakarsa untuk menciptakan pekerjaan makin langka.
Sistem pendidikan tidak dapat membantu anak muda mengatasi masalah pasar kerja. Jumlahkaum pengangguran di Indonesia telah mencapai 40 juta, sembilan juta di antaranya adalah anak-anak muda.
Kecenderungan yang mengarah pada pola pikir homogen di Indonesia sebetulnyamenguntungkan anak muda yang berani menciptakan sesuatu yang berbeda. Masyarakat cenderungmenyambut dengan hangat produk-produk alternatif karena mereka cepat bosan terhadap produk-produkyang ada, dan selalu mencari sesuatu yang baru (atau berbeda dari biasanya). Anak muda yang maumenciptakan pekerjaan alternatif harus berfikir tentang pilihan kerja (profesi) yang belum pernahdipikirkan orang lain.
Motivasi untuk menjadi beda dapat menjadi titik awal menumbuhkan semangat kewirausahaan dikalangan kaum muda. Hal ini dapat diperkuat dengan mempublikasikan contoh-contoh generasi muda(di bawah 30 tahun) yang sukses mengelola bisnis di sektor alternatif ini.
13
Sayangnya, tidak mudah menumbuhkan kewirausahaan karena secara teknis sulit memulai usahabaru, terutama dengan modal yang sangat terbatas, kurangnya jaminan, dan kesulitan mendapatkanpinjaman.
Satu cara untuk mengatasi ini adalah dengan cara meminjam uang dari keluarga atau teman. Tetapiini bukan jalan keluar yang bagus karena ini bukan sistem yang terstandarisasi, dalam artian jumlahorang yang dapat menyediakan uang.
5.5.5.5.5. PPPPPersoalan-persoalan yang Dihadapi Persoalan-persoalan yang Dihadapi Persoalan-persoalan yang Dihadapi Persoalan-persoalan yang Dihadapi Persoalan-persoalan yang Dihadapi Perempuanerempuanerempuanerempuanerempuan
Kaum perempuan menghadapi tantangan dua kali lebih berat dibandingkan laki-laki. Dari suduthukum perkawinan, perempuan adalah warganegara kelas dua, di mana mereka hanya memiliki peransebagai ibu rumah tangga, sementara laki-laki adalah pencari nafkah. Perempuan juga menghadapidiskriminasi dalam soal pemberian tunjangan. Mereka tidak mendapatkan tunjangan untuk anak dansuami, meskipun mereka mungkin adalah kepala rumah tangga.
Perempuan di pedesaan yang tidak memiliki keterampilan memadai biasanya akan pergi ke kota-kota untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan di dalam negeri,karena kurang pendidikan dan keterampilan, akan mencari pekerjaan di luar negeri.
Inti dari masalah-masalah ini adalah: (1) Tidak ada kebijakan yang mendukung kaum perempuanpada tingkat implementasi; (2) Perempuan memiliki beban ganda, karena kerangka berfikir negatifmasyarakat terhadap kaum perempuan; dan (3) kebijakan-kebijakan yang ada saat ini tidakmendukung generasi muda (terutama perempuan) untuk mengembangkan diri mereka.
Budaya juga menciptakan banyak hambatan bagi perempuan dalam mengatasi masalah lapangankerja. Kontrol publik sangatlah diperlukan dalam penciptaan kesetaraan peluang dalam pekerjaanbagi kaum perempuan.
6.6.6.6.6. AFTAFTAFTAFTAFTAAAAA
Penerapan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Tenggara (AFTA) juga merupakan sebuahtantangan serius bagi kaum muda. Pada umumnya —sebagaimana terungkap dalam riset yangdilakukan sejumlah organisasi internasional— keterampilan dan kemampuan tenaga kerja Indonesiadianggap jauh lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja dari Malaysia, Singapura, Thailand,atau bahkan Filipina.
Generasi muda sangat perlu meningkatkan keterampilan kerja mereka untuk membangun negeriini. Hal ini dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun informal. Potensi keterampilankaum muda masih belum dimanfaatkan seoptimal mungkin karena penggunaan otak kaum mudaIndonesia masih kurang dari satu persen, dibandingkan dengan kaum muda di Jerman sebanyaktiga persen. Sesungguhnya tingkat penggunaan ini masih dapat ditingkatkan sampai lima persen.
Kaum muda di Indonesia harus mempersiapkan diri mereka dengan sungguh-sungguh kalau merekatidak ingin tertinggal di belakang. Mereka harus memperluas cakrawala wawasan mereka dengan banyak
14
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
membaca, berdiskusi dan bersosialisasi dengan orang lain, serta mencari cara-cara alternatif untukmengatasi masalah lapangan pekerjaan. Pemerintah harus memainkan peran penting dalam membantumengembangkan penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda, serta juga menyediakan pekerjaan dankondisi kerja yang layak bagi mereka.
Indonesia termasuk di antara negara-negara terburuk di dunia ini dalam hal perdagangan manusia,khususnya perdagangan perempuan dan anak. Masalah ini menunjukkan bahwa Indonesia kurangmemiliki sistem yang mengurus dan memelihara generasi muda. Organisasi-organisasi kepemudaandi Indonesia, seperti KNPI, hanya dipakai sebagai media politik untuk mengidentifikasikankebutuhan-kebutuhan generasi muda tetapi tidak untuk mengasuh mereka; tidak seperti di Filipinayang mempunyai parlemen pemuda. Niatan politik pemerintah yang sungguh-sungguh diperlukanuntuk mengatasi masalah yang ada, dan upaya-upaya yang sungguh-sungguh diperlukan untukmengasuh generasi muda.
RRRRRekekekekekomendasiomendasiomendasiomendasiomendasi
Kaum muda harus memperhatikan empat faktor dalam membuka peluang kerja, yakni majikan/pengusaha, pelaku bisnis, investor dan pemilik bisnis.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah:
a. Melakukan pemetaan kebutuhan angkatan kerja melalui riset perguruan tinggib. Membangun kerjasama antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menyediakan informasi
tentang kesempatan kerja bagi kaum muda.c. Membangun kerjasama yang terus-menerus antara pemerintah, organisasi-organisasi kepemudaan,
Organisasi non Pemerintah/Lembaga Swadaya Masyarakat (Ornop/LSM), dan lembaga-lembagapendidikan.
d. Menciptakan kemitraan untuk berbagai bisnis kecil yang baru yang jumlahnya semakin meningkat,agar bisnis kecil dapat bekerja dengan berbagai perguruan tinggi, departemen terkait, dan usaha-usaha skala kecil dan menengah lainnya.
e. Memasukkan kurikulum kewirausahaan dalam program pelatihan bagi kaum muda, dengankegiatan-kegiatan bisnis untuk mempersiapkan generasi muda memulai usaha mereka sendiri.
f. Mengalokasikan dana untuk membantu usaha kecil dalam pengembangan bisnis.
Generasi muda tidak siap untuk memasuki AFTA karena rendahnya keterampilan mereka, lemahnyakompetensi bahasa asing mereka, kurangnya semangat mereka untuk maju, dan pengaruh-pengaruhnegatif lainnya dari budaya dan lingkungan. Upaya-upaya untuk mengatasi masalah ini mencakup:
a. Pendidikan berdasarkan kompetensi;
b. Perbaikan kualitas dan kuantitas program-program pelatihan bahasa;c. Penguatan arti pentingnya kompetensi bahasa asing oleh pemerintah;d. Lingkungan keluarga yang mendukung dalam mendidik anak-anak dari masa kanak-kanak
sehingga mereka memiliki kepribadian yang baik, dan IQ (Intelligence Quotient), EQ (EmotionalQuotient), SQ (Spiritual Quotient) yang tinggi.
15
Empat Empat Empat Empat Empat ‘‘‘‘‘EEEEE’’’’’
Bab ini memaparkan hasil kompilasi rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan DiskusiTematik dalam tiga Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda yang diselenggarakan di Surabaya, Yogyakartadan Jakarta. Diskusi-diskusi tematik menyangkut empat prioritas: Kemampuan untuk MemperolehPekerjaan (Employability), Penciptaan Lapangan Pekerjaan (Employment Creation), Peluang yang sama (EqualOpportunity), dan Kewirausahaan (Enterpreneurship). Berbagai rekomendasi disajikan setelah penjelasanmasing-masing empat prioritas ini.
1.1.1.1.1. Kemampuan untuk Memperoleh PKemampuan untuk Memperoleh PKemampuan untuk Memperoleh PKemampuan untuk Memperoleh PKemampuan untuk Memperoleh Pekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan
Diskusi kelompok tentang Kemampuan untuk Memperoleh Pekerjaan dapat diringkas sebagaiberikut:
a. Pendidikan formal menghasilkan angkatan kerja yang tidak siap-kerja.b. Pendidikan non-formal dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan kaum muda.c. Adanya kekurangan Pusat-pusat Pelatihan dan Informasi Pekerjaand. Kewirausahaan sebagai jalan keluar alternatif.e. Rekomendasi-rekomendasi.
a.a.a.a.a. Pendidikan Formal Menghasilkan Angkatan Kerja yang tidak Siap-KerjaPendidikan Formal Menghasilkan Angkatan Kerja yang tidak Siap-KerjaPendidikan Formal Menghasilkan Angkatan Kerja yang tidak Siap-KerjaPendidikan Formal Menghasilkan Angkatan Kerja yang tidak Siap-KerjaPendidikan Formal Menghasilkan Angkatan Kerja yang tidak Siap-Kerja
Pada dasarnya, menyiapkan kaum muda untuk hidup di dunia kerja dilakukan melaluiproses belajar mengajar, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Keluarga,karena keterbatasan mereka, bergantung pada sekolah untuk mendidik anak-anak mereka,dan kadang-kadang juga menyerahkan pendidikan anak-anak mereka kepada masyarakat.
Dipandang dari segi Kemampuan untuk Memperoleh Pekerjaan atau employability, sistempendidikan Indonesia telah menyediakan program-program pelatihan dan magang untukmempersiapkan kaum muda memasuki pasar kerja. Tetapi berbagai program ini seringkalitidak cocok dengan kebutuhan dunia kerja karena informasi yang berkaitan dengan kebutuhantersebut tidak dapat sepenuhnya diakses.Kurikulum pendidikan dan pelatihan seringkali tidak sesuai dengan pasar kerja karenalebih menekankan pada teori dibandingkan praktek, sedangkan dunia kerja membutuhkanlebih banyak keterampilan praktis. Namun, kesempatan magang juga kurang, terutama jika dilihatdari sisi jumlah, jangka waktu, dan intensitas magang, selain itu pengembangan kemampuankreatif para peserta magang juga kurang. Fasilitas dalam pusat pendidikan dan pelatihan jugaterbatas, sementara teknologi dalam dunia kerja berkembang begitu pesat. Hal ini menciptakankesenjangan yang lebar antara pusat pendidikan dan pelatihan dengan pasar kerja.Satu lagi kelemahan sektor pendidikan formal adalah ia tidak memberikan bimbingan karir danbentuk-bentuk bantuan lainnya yang diperlukan untuk membuat siswa agar benar-benar siapbekerja setelah lulus. Ini menyebabkan para siswa kurang memiliki paparan (exposure) terhadappersyaratan dan tuntutan pasar kerja yang sesungguhnya (meskipun Depnakertrans mengklaimbahwa mereka telah menyediakan semua informasi yang dibutuhkan kaum muda).
16
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Metoda belajar-mengajar yang ada sekarang tidak ditujukan untuk mengembangkan inisiatifdan kreatifitas para siswa. Program-program konseling di SMU dapat memberikan panduankepada para siswa mengenai karir yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Kendatidemikian, latar belakang pendidikan dan keterampilan tidak menjamin bahwa seseorangakan mendapatkan pekerjaan. Para pencari kerja kadang-kadang tersandung karena merekatidak mempunyai “koneksi” dengan pengusaha.
b.b.b.b.b. Pendidikan Non-formal untuk Meningkatkan Keterampilan Kaum MudaPendidikan Non-formal untuk Meningkatkan Keterampilan Kaum MudaPendidikan Non-formal untuk Meningkatkan Keterampilan Kaum MudaPendidikan Non-formal untuk Meningkatkan Keterampilan Kaum MudaPendidikan Non-formal untuk Meningkatkan Keterampilan Kaum Muda
Pendidikan formal belum sanggup menyediakan angkatan kerja yang siap kerja, sehinggadengan demikian perlu disediakan berbagai program pelatihan yang lain (pelatihan bahasaasing, kursus komputer, pelatihan kejuruan dalam bidang-bidang seperti jahit-menjahit,masak-memasak, dan lain-lain).Generasi muda perlu mempersiapkan diri mereka untuk mendapatkan pekerjaan melaluiprogram pelatihan tambahan dalam teknik-teknik pencarian kerja dan wawancara (baikdalam bahasa Inggris dan Indonesia), dalam menulis surat lamaran pekerjaan yangmeyakinkan dalam bahasa Inggris, dan dalam mengakses informasi lowongan pekerjaan.Akibatnya, lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti mereka yang menawarkankursus-kursus kejuruan —walaupun tidak semuanya memberikan pendidikan yangbermutu— menjadi salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuanyang didapatkan di sekolah dengan tuntutan-tuntutan pasar kerja, melalui program-programpelatihan dan magang. Salah satu kekuatan lembaga-lembaga seperti itu adalah bahwa merekamemberikan pelayanan penempatan kerja.Salah satu rintangan yang dihadapi para pencari kerja adalah rendahnya kemampuan merekadalam menulis surat lamaran yang baik, dan juga kurangnya informasi mengenai tes-tes ujianmasuk. Dan sekalipun banyak terdapat informasi yang tersedia mengenai bagaimana membuatsurat lamaran yang baik, kaum muda masih belum sanggup menyusun surat lamaran yang baik.Buku-buku tidak dapat membantu para pencari kerja dalam menghadapi wawancara pekerjaan.Generasi muda membutuhkan keterampilan praktis yang membuat mereka mampu bekerja didunia kerja, antara lain:• Keterampilan menggunakan komputer, sistem pengarsipan, pengelolaan administrasi dan
keuangan, atau hubungan masyarakat (disediakan oleh sekolah-sekolah kejuruan).• Pengetahuan kewirausahaan yang dibutuhkan pasar kerja (perguruan tinggi).• Kreatifitas dan pengalaman organisasi.
Tanpa keterampilan dan kreatifitas tersebut, tidak ada jaminan bahwa seorang anak muda akanmendapatkan pekerjaan. Dengan demikian, penting bagi pemerintah untuk mengambil tindakanguna memperbaiki cara pendekatan mereka dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitandengan peningkatan kemampuan anak muda untuk bekerja dalam bidang pekerjaan apapun.
17
c. Kekurangan Pusat-pusat Pelatihan dan Informasi Pekerjaan
Keterbatasan jumlah pusat pelatihan profesional untuk menghasilkan angkatan kerja yangbermutu, dan tidak memadainya keluaran (output) berbagai lembaga pendidikan, keduanyasama-sama memberikan kontribusi terhadap pengangguran. Upaya-upaya pemerintahmeningkatkan kapasitas orang-orang untuk bekerja dapat dilihat dalam pembangunansejumlah Balai Latihan Kerja (BLK) di setiap provinsi dan kabupaten. Balai-balai inidimanfaatkan sebagai tempat pengembangan keterampilan kerja para peserta, dan untukmembantu mereka mendapatkan pekerjaan. Namun standar dari setiap BLK tidaklah sama.Pemberitaan mengenai BLK dalam masyarakat umum masih rendah.Tidak mudah untuk mendapatkan informasi mengenai lowongan pekerjaan baik karenaterbatasnya upaya sosialisasi dari pihak pemerintah, dan maupun terbatasnya kaitan antarasekolah dan perusahaan yang membutuhkan karyawan/pegawai.
Dengan kemajuan teknologi informasi, lulusan sekolah kejuruan akan memperoleh informasilebih banyak tentang lowongan pekerjaan melalui surat kabar, Depnakertrans, danpengumuman-pengumuman di lembaga-lembaga pendidikan.Di samping akses yang lebih mudah untuk informasi pekerjaan, harus ada kesetaraan akseske informasi bagi pencari kerja perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan informasitentang kesempatan kerja, walaupun faktor-faktor budaya kadang-kadang dapat menghalangipencari kerja dalam mendapatkan pekerjaan, misalnya, budaya patriarkal.
d. Kewirausahaan sebagai Solusi Alternatif
Departemen-departemen terkait (Departemen Pendidikan Nasional, Koordinator PerguruanTinggi Swasta/Kopertis, dan Depnakertrans) harus menekankan pentingnya kewirausahaan,karena kebanyakan sekolah tidak memiliki bimbingan karir dan program magang untukmempersiapkan siswa mereka memasuki lapangan kerja.Kebanyakan anak muda tidak menyadari manfaat dari memiliki usaha sendiri dibandingkandengan bekerja untuk orang lain. Ini karena mereka menghadapi hambatan seperti: tidakmemiliki jiwa kewirausahaan, dan kurang memadainya perhatian yang diberikan para pelakubisnis besar Indonesia kepada bisnis kecil. Ini dapat dilihat dari tingginya tingkat suku bungadan kerumitan birokrasi yang ada dalam mendapatkan pinjaman untuk mendirikan usaha-usahaskala kecil dan menengah.
e. Rekomendasi-rekomendasi
• Mereformasi Sistem Pendidikan
1. Harus ada kerjasama antara para pengajar, siswa, orangtua, pemerintah dan pelaku bisnisuntuk meningkatkan kompetensi kaum muda. Para pengajar perlu meningkatkanketerampilan mereka dalam menularkan pengetahuan kepada siswa mereka. Para siswaharus menyadari bahwa proses belajar penting sekali bagi masa depan mereka. Pelakubisnis harus membantu para siswa memahami masalah-masalah yang ada dalam bidang
18
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
pekerjaan. Pemerintah harus membuat beberapa perubahan dalam kurikulum nasional untukmemenuhi kebutuhan dunia kerja.
2. Pendidikan harus mampu melayani kebutuhan dunia kerja sehingga terjadi keterkaitan dankecocokan di antara keduanya.
3. Peninjauan kembali terhadap sistem pendidikan formal harus dilakukan demi menghasilkankeluaran (output) yang dibutuhkan dunia kerja, misalnya dengan memberikan kesempatanmagang.
4. Visi pendidikan di Indonesia harus termasuk melengkapi para siswa sehingga mereka siap-kerja dan mandiri.
5. Mentalitas dan paradigma masyarakat harus diarahkan kembali dari ketergantungan padapengusaha menjadi kewirausahaan.
6. Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang meningkatkan keterampilan harus dirancang dandikembangkan.
7. Kursus-kursus kewirausahaan berbasis keterampilan sederhana harus diperkenalkan kesekolah-sekolah negeri.
8. Setiap sekolah, khususnya setiap sekolah kejuruan, harus membentuk unit usaha yangberkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari (pendidikan berbasis kompetensi).
9. Pendidikan berbasis kompetensi harus dimulai sejak dini, dari sekolah dasar dan berlanjutke tingkat perguruan tinggi, untuk menghasilkan angkatan kerja yang profesional.
10. Para pencari kerja harus melengkapi diri mereka tidak hanya dengan keterampilan tetapijuga dengan pengembangan pribadi yang terpusat pada mutu pelayanan.
11. Bimbingan karir harus diperkenalkan di SMU-SMU untuk membantu para siswamemilih karir mereka.
12. Biaya sekolah harus terjangkau oleh lebih banyak orang.13. Pendistribusian mata kuliah/pengajar berkualitas tinggi khususnya untuk daerah-daerah
terpencil, harus ditingkatkan.14. Kemungkinan memindahkan BLK menjadi di bawah pengawasan Departemen
Pendidikan perlu dipertimbangkan, demi mengubah pandangan orang mengenai BLK.15. Tingginya tingkat putus sekolah sebagian besar disebabkan oleh kesulitan keuangan.
Pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pendidikan kaum muda,dan membangun kesadaran pada perusahaan-perusahaan besar (baik pemerintah maupunswasta) untuk menyediakan beasiswa bagi para siswa yang datang dari keluarga miskin.
• Menyediakan Pusat-pusat Pelatihan
1. Pemerintah harus mendirikan pusat-pusat pelatihan untuk pendidikan kaum muda yangsiap kerja dan mandiri.
2. Pemerintah harus menciptakan program-program bagi mereka yang tidak menyelesaikanpendidikan formal.
19
3. Pemerintah daerah, Depnakertrans dan sistem pendidikan harus berupaya mensosialisasikan,mempromosikan dan meningkatkan BLK.
4. Sarana-sarana BLKI, terutama BLK di kabupaten, harus ditingkatkan.5. Mutu mata kuliah dan para pengajar yang mengajar keterampilan kewirausahaan bisnis harus
ditingkatkan.6. Pemerintah harus memfasilitasi BLK dalam memberikan kursus-kursus kejuruan dan
pekerjaan bagi masyarakat.
• Menyediakan Pusat-pusat Informasi
1. Pemerintah harus memberikan komitmen untuk menjadikan “kemampuan untukmemperoleh pekerjaan” sebagai prioritas utama, dengan membentuk sistem informasilowongan kerja, dan program keluarga yang menginternalisasikan etika kerja.
2. Media massa harus memberikan informasi tentang berbagai lowongan kerja dan bisnis.3. Informasi berharga dari program bersama antara sektor swasta dan lembaga pendidikan
harus digunakan untuk:- Mengurangi kelebihan pasokan angkatan kerja yang memiliki keterampilan yang sudah
ketinggalan zaman, dan memberikan gambaran kepada angkatan kerja mengenaiketerampilan yang dibutuhkan dunia usaha;
- Mengurangi hambatan-hambatan untuk program magang;- Memberikan peluang-peluang untuk meningkatkan kewirausahaan (penciptaan
pekerjaan mandiri).4. Pemerintah dan sektor swasta harus membuka akses ke informasi mengenai lowongan
kerja formal dan non-formal.5. Kebutuhan untuk mencari sumber daya potensial yang ada di daerah harus dijelajahi
melalui kerjasama dengan semua pihak.6. Pemerintah dan sektor swasta harus memberikan konsultasi dan pelatihan bagi mereka
yang menganggur.
2.2.2.2.2. PPPPPenciptaan Lapangan Penciptaan Lapangan Penciptaan Lapangan Penciptaan Lapangan Penciptaan Lapangan Pekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan
Diskusi kelompok tentang Penciptaan Lapangan Pekerjaan dapat diringkas sebagai berikut:
a. Tidak ada Kebijakan Pemerintah yang Mendukungb. Rendahnya Komitmen Pemerintah dalam Penyelesaian Masalah Pengangguranc. Berbagai Problema dalam Sistem Pendidikand. Rekomendasi-rekomendasi
20
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
a.a.a.a.a. Tidak Ada Kebijakan Pemerintah yang MendukungTidak Ada Kebijakan Pemerintah yang MendukungTidak Ada Kebijakan Pemerintah yang MendukungTidak Ada Kebijakan Pemerintah yang MendukungTidak Ada Kebijakan Pemerintah yang Mendukung
Walaupun kebijakan mengenai angkatan kerja telah diarahkan pada penciptaan lapanganpekerjaan, kebijakan tersebut tidak dikoordinasikan dengan baik dengan departemen terkait(contohnya, Depnakertrans dan Depperindag memiliki program-program yang mirip), daninformasi yang tersedia tidak sepenuhnya disebarkan kepada kaum muda.Pemerintah tidak sanggup menciptakan lingkungan yang dapat mendukung pengembanganwirausahawan baru. Perizinan, alokasi kredit, pajak, dan jaminan dapat dimanfaatkan sebagaiinsentif dalam penciptaan peluang-peluang pekerjaan baru.Faktor-faktor ekonomi makro yang dapat menciptakan pekerjaan adalah:a. Penegakan hukumb. Tata Pemerintahan yang baikc. Tata korporasi yang baik (Good Corporate Governance)d. Pendidikan berbasis kompetensi
Selain itu, juga diperlukan kebijakan yang mengharuskan sektor swasta mengakomodasitidak hanya kelompok yang siap-kerja, tetapi juga mereka yang siap-untuk-dilatih. Sistemperekrutan harus dirancang agar dapat mengakomodasi kedua kelompok ini.
Suatu kebijakan daerah yang berkait dengan penciptaan pekerjaan dalam jangka panjangadalah kebijakan yang memasukkan muatan lokal ke dalam kurikulum, seperti sumberdaya setempat, kebijakan daerah atau persoalan-persoalan lain yang dapat memperluascakrawala para siswa tentang hal-hal yang dapat mereka lakukan di daerah mereka setelahlulus sekolah.Kebijakan-kebijakan daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja harus melibatkan pengelolaanperaturan daerah. Pemerintah daerah harus memiliki sebuah sistem untuk mengevaluasi kebijakanlokal yang memasukkan penciptaan lapangan kerja, dan harus mengatasi dampak peraturan-peraturan daerah yang memicu banyak masalah yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja.
b.b.b.b.b. Rendahnya Komitmen Pemerintah untuk Menyelesaikan MasalahRendahnya Komitmen Pemerintah untuk Menyelesaikan MasalahRendahnya Komitmen Pemerintah untuk Menyelesaikan MasalahRendahnya Komitmen Pemerintah untuk Menyelesaikan MasalahRendahnya Komitmen Pemerintah untuk Menyelesaikan MasalahPengangguranPengangguranPengangguranPengangguranPengangguran
Meskipun pemerintah berusaha menyediakan lowongan pekerjaan, mereka belummensosialisasikan program mereka dengan benar, sehingga program-program ini tidak efisien.Masalah lainnya berkaitan dengan komitmen yang rendah. Seringkali pejabat pemerintahmemandang program-program ini sebagai proyek yang harus diselesaikan secepat mungkintanpa evaluasi.
Beberapa program tidak menjangkau kaum muda karena para peserta dalam program selaluorang-orang yang sama. Pemerintah tidak sanggup menciptakan sebuah lingkungan yangmemberikan kesempatan yang sama kepada angkatan kerja muda untuk memasuki lapangankerja. Contohnya, ada beberapa iklan pekerjaan yang mensyaratkan calon harus memilikipengalaman kerja tertentu. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak memberikanbimbingan yang cukup kepada sektor swasta tentang bagaimana menangani masalahpenciptaan lapangan kerja secara efektif.
21
Pemerintah pun tidak memberikan banyak perhatian kepada para pencari kerja. Pemerintahmendirikan BLK di bawah pengawasan Depnakertrans, tetapi informasi tidak dimasyarakatkandengan benar. Pencari kerja tidak dapat dengan mudah mengakses sistem informasi mengenailapangan kerja. Pemerintah belum membuat peraturan yang memperhatikan para pencari kerjaini.Peluang pekerjaan informal harus lebih dimanfaatkan sepenuhnya karena mereka menyerapsejumlah besar orang ke dalam angkatan kerja. Sayangnya, pemerintah tidak banyak menaruhperhatian pada sektor informal, dan ini tercermin dalam peraturan-peraturannya —contohnya adalah peraturan-peraturan yang mengatur penggusuran pedagang kaki lima.Sebetulnya mereka ini adalah yang justru memerlukan perlindungan pemerintah.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kaitan antara lapangan kerja dengankeluaran lembaga-lembaga pendidikan; tidak ada sistem informasi mengenai lapangan kerjayang dapat diakses dengan mudah oleh para pencari kerja; pemerintah tidak memberikanbanyak perhatian pada sektor informal, melainkan hanya pada usaha besar; mereka jugatidak memikirkan tentang para pencari kerja. Mengingat situasi ini, generasi muda tidakdapat hanya bergantung pada pemerintah. Sebaiknya mereka harus mencari solusi merekasendiri yang bersifat mandiri dan kreatif.
c.c.c.c.c. Problema-problema dalam Sistem PProblema-problema dalam Sistem PProblema-problema dalam Sistem PProblema-problema dalam Sistem PProblema-problema dalam Sistem Pendidikendidikendidikendidikendidikananananan
Pendidikan formal masih belum sanggup menyediakan tenaga kerja karena tidak ada kaitanantara lapangan kerja dengan lembaga pendidikan. Sistem pendidikan formal tidak sanggupmemenuhi tuntutan dunia kerja. Para pencari kerja tidak dapat dengan mudah mengaksessistem informasi dunia kerja. Di samping itu, jumlah para pencari kerja lebih besar daripadajumlah kesempatan pekerjaan yang ada, dan beberapa pencari kerja memiliki keterampilanberkualitas rendah.Penciptaan lapangan pekerjaan berkaitan dengan persoalan-persoalan pendidikan dalam halseberapa baik lembaga pendidikan dapat menghasilkan angkatan kerja yang siap-kerja, sesuaidengan latar belakang pendidikan pekerja, dan seberapa baik konsep “keterkaitan-dan-kecocokan” dapat diterapkan dalam pasar kerja.Program-program magang memperlengkapi kaum muda dengan pengalaman kerja.Sayangnya, program-program ini tidak mudah diterapkan. Sekolah tidak membuat program-program magang menjadi lebih mudah. Mereka hanya berfungsi sebagai instansi administratifyang memberikan izin kepada para para siswa untuk ikut serta dalam sebuah program magang.
Penciptaan lapangan pekerjaan mensyaratkan jiwa kewirausahaan yang dapat menciptakanpeluang secara kreatif, dibandingkan hanya melulu bergantung pada pendidikan formal. Jiwakewirausahaan masih rendah di antara kaum muda. Masyarakat memandang generasi mudamanja dan tidak memiliki semangat bersaing karena anak muda terlalu sangat bergantung padapekerjaan dan pendidikan formal.
22
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
d.d.d.d.d. RRRRRekekekekekomendasi-rekomendasi-rekomendasi-rekomendasi-rekomendasi-rekomendasiomendasiomendasiomendasiomendasi
• Soal Tidak adanya Kebijakan Pemerintah yang Mendukung
1. Penciptaan lapangan pekerjaan terkait pada beberapa faktor: pemerintah, hukum, sistempendidikan, dan pejabat pemerintah. Sampai saat ini tidak ada kebijakan pemerintahyang efektif yang mendukung penciptaan lapangan kerja.
2. Harus ada revisi program-program pemerintah yang ada sekarang mengenai penciptaanlapangan kerja, agar berbagai program tersebut dapat diukur, dievaluasi, dan direvisi.
3. Pemerintah harus menyediakan sistem informasi tentang lapangan kerja regional agarseluruh elemen masyarakat mampu mengatasi masalah pengangguran.
4. Pemerintah harus merancang sistem informasi yang lebih baik yang menuju ke prosessosialiasi yang lebih efektif dalam penciptaan lapangan kerja.
5. Pemerintah harus meningkatkan koordinasi antar departemen terkait.
6. Pemerintah dan masyarakat harus proaktif mencari dan berbagi informasi.
• Soal Rendahnya Komitmen Pemerintah
1. Pemerintah, Ornop/LSM, lembaga pendidikan, perusahaan dan lembaga swasta harusmembuat jejaring di antara mereka sehingga kaum muda dan mereka yang menganggurdapat memperoleh informasi tentang kesempatan kerja, pelatihan dan penempatan kerja,dan bimbingan setelah penempatan kerja.
2. Sistem sosialiasi harus menyertakan:- pemerintah- pemerintah daerah- negara lain- penempatan tenaga kerja sukarela- sistem padat-karya- sistem pelatihan yang efektif
3. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih banyak pada Usaha Kecil dan Menengah(UKM) dengan:- menyediakan modal bagi UKM- mengembangkan unit-unit usaha- menerbitkan peraturan-peraturan yang memberikan peluang yang sama bagi usaha kecil- menerbitkan peraturan-peraturan yang melindungi UKM- melindungi para pekerja formal maupun informal- menyediakan program alokasi dana yang transparan
4. Pengelolaan informasi pasar dan bimbingan kerja harus dibuat agar dapat diakses olehangkatan kerja:- Membuat sebuah jaringan informasi lapangan kerja di universitas-universitas.
23
• Soal Problema-problema dalam Sistem Pendidikan
1. Harus ada muatan lokal dalam kurikulum sekolah di seluruh jenjang pendidikan untukmengantisipasi dinamika lapangan kerja.
2. Sekolah-sekolah harus meningkatkan kurikulum mereka.3. Pemerintah harus merevisi sistem pendidikan dengan cara:
- membuat kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja (formaldan informal)
- mempromosikan pendidikan berbasis kompetensi untuk meningkatkan keterampilandan pengetahuan
- mempromosikan pendidikan berbasis keterampilan dan praktek lapangan- mengambil inisiatif ketika ada peluang yang muncul
3. Peluang yang Sama
Diskusi kelompok tentang Peluang yang Sama dapat diringkas dalam tiga persoalan pokok danrekomendasi-rekomendasi:
a. Pandangan Orang tentang Jenderb. Perlakuan berbeda berdasarkan Jenderc. Bentuk-bentuk lain Diskriminasid. Rekomendasi-rekomendasi
a.a.a.a.a. Pandangan Orang tentang JenderPandangan Orang tentang JenderPandangan Orang tentang JenderPandangan Orang tentang JenderPandangan Orang tentang Jender
Pandangan sempit (stereotyping) berdasarkan jender yang disebabkan oleh diskriminasi antaraperempuan dan laki-laki menciptakan kesempatan yang tidak sama untuk mendapatkanpekerjaan. Perempuan masih dipandang hanya cocok untuk pekerjaan rumah tangga, sepertipekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seorang ibu rumah tangga. Walaupun perempuan bekerjadi bidang publik, pekerjaan mereka sering terikat pada nilai-nilai kewanitaan, seperti dalampekerjaan-pekerjaan sebagai SPG (sales promotion girls/ staf pemasaran) atau sekretaris.Di sektor pendidikan, anak-anak masih sangat dipengaruhi pandangan sempit tentang jender.Contohnya, mereka menganggap masak-memasak adalah kegiatan untuk anak perempuansaja. Contoh lainnya, budaya Jawa menempatkan laki-laki dalam kedudukan lebih tinggidari perempuan, sehingga pendidikan yang sama bagi perempuan dan laki-laki belumditerapkan di daerah-daerah yang sangat kuat dipengaruhi budaya Jawa.Faktor-faktor budaya —yang memainkan peran dalam bangunan sosial berdasarkan perbedaanjender— menjadi faktor dominan yang melahirkan masalah ini. Faktor-faktor budaya ini sangatmempengaruhi pendidikan formal. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengubahparadigma tersebut. Dampak faktor-faktor budaya ini tercermin dalam pemeliharaan pandangansempit berkaitan dengan jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan perempuan dalam masyarakat,seperti menjahit, mengetik dan pengarsipan.
24
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Perbedaan jender menjadi subyek berbagai penafsiran. Contohnya, beberapa lowongan pekerjaanyang hanya terbuka untuk perempuan dapat ditafsirkan dalam dua cara. Satu, hal ini dapatdipandang sebagai bentuk diskriminasi terhadap pekerja laki-laki; dan yang kedua, hal ini dapatdipandang sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan.
b. Perlakuan Berbeda Berdasarkan Jender
Diskriminasi tidak hanya berhenti pada persepsi atau sudut pandang, ia juga sangatmempengaruhi persoalan-persoalan penting lain, seperti perbedaan pengupahan antara laki-laki dan perempuan yang memegang pekerjaan yang sama; fakta bahwa laki-laki menikahmendapatkan tunjangan keluarga sedangkan perempuan yang menikah tidakmendapatkannya.Ada perlakuan yang tidak setara terhadap angkatan kerja muda laki-laki dan perempuan.Ketidaksetaraan ini termasuk pengupahan dan pemenuhan hak-hak dasar biologis.Contohnya, hak cuti persalinan dan hak-hak terkait lain yang tidak tersedia bagi sejumlahpekerja perempuan.Beberapa kebijakan pemerintah memicu ketidaksetaraan ini, misalnya kebijakan dalampemberian tunjangan keluarga, tunjangan anak, dan libur hanya bagi pekerja laki-laki. Standarpengupahan minimum belum mempertimbangkan kebutuhan biologis pekerja perempuan,terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan reproduktif.Perempuan dipandang sebagai warganegara kelas dua dari sudut hukum. Diskriminasi jenderada dalam praktek-praktek yang berkaitan dengan:a. Perbedaan (yang dirasakan) dalam kemampuan, kualitas dan produktifitas laki-laki dan
perempuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.b. Kepentingan-kepentingan tertentu para investor.c. Faktor-faktor sosial, budaya dan hukum Indonesia.d. Diskriminasi dalam pengupahan dan praktek perekrutan tenaga kerja.Selain perempuan, laki-laki juga mengalami diskriminasi dalam kesempatan kerja berdasarkanjender. Dalam beberapa kondisi, laki-laki dapat juga menghadapi kesulitan mendapatkanpekerjaan, khususnya dalam pekerjaan-pekerjaan yang dipandang sebagai pekejaan perempuan.Contohnya, pabrik-pabrik pakaian jadi di Rancaekek, Bandung mempekerjakan lebih banyakperempuan dibandingkan laki-laki (1 laki-laki dibanding 500 perempuan) karena merekayang berada dalam posisi manajemen di pabrik-pabrik ini berpikir bahwa perempuan lebihteliti dan sabar, serta lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan laki-laki. Inilah sebabnyamengapa banyak laki-laki mengganggur di daerah ini.Beberapa bidang (seperti jurnalisme) memang memberikan peluang yang sama baik kepadaperempuan dan laki-laki. Dan beberapa pekerjaan yang dipandang sebagai pekerjaan laki-laki, seperti mengemudikan taksi atau menjadi kondektur bis, kadang-kadang diisi kaumperempuan.
25
c. Bentuk-bentuk Lain Diskriminasi
Selain ketidaksetaraan kesempatan berdasarkan jender, ada juga beberapa bentuk diskriminasidengan penyebab berbeda-beda, seperti latar belakang pendidikan, ketidakcakapan fisik,penampilan fisik, usia, senioritas, atau koneksi. Organisasi-organasisasi Pemuda dan Pekerjamasih tidak efektif dalam menasehati anggotanya mengenai persoalan-persoalan semacamini.
d. Rekomendasi-rekomendasi
• Soal Persepsi Orang tentang Jender
1. Harus ada sebuah sistem yang mengintegrasikan masalah jender ke dalam setiap peraturandan kebijakan ketenagakerjaan.
2. Sistem pendidikan harus ditingkatkan terus menerus, khususnya dalam hubungannyadengan nilai-nilai jender, untuk menghapuskan aspek-aspek budaya yang mendorongketidaksetaraan jender.
3. Kesadaran masyarakat tentang kesetaraan jender harus ditingkatkan.4. Perempuan harus siap secara mental untuk bersaing dengan laki-laki dalam mencari
pekerjaan.
• Soal Perlakuan Berbeda berdasarkan Jender
1. Meningkatkan pelayanan konsultasi bagi para pekerja dalam soal-soal yang berkaitandengan jender.
2. Mengembangkan kompetensi pribadi kaum perempuan melalui pendidikan.3. Perusahaan/investor tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap perempuan.4. Mendirikan lembaga-lembaga independen untuk memantau kebijakan-kebijakan perusahaan
berkaitan dengan masalah jender dalam angkatan kerja.5. Menyediakan tindakan yang bersifat afirmatif atau kegiatan-kegiatan yang mendukung
sebagai strategi untuk menerapkan peluang yang sama.6. Pencapaian peluang atau kesempatan yang sama dihambat oleh peraturan-peraturan
pemerintah, yakni sistem pekerjaan berdasarkan kontrak. Sistem ini mencegah pekerja/karyawan yang dikontrak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengaksesfasilitas/tunjangan walaupun mereka memiliki tugas dan tanggungjawab yang samadengan pekerja/karyawan tetap. Hal ini dapat mengarah ke rasa frustrasi dan pemutusanhubungan kerja (PHK). Solusi untuk mengatasi masalah yang berasal dari peraturan dankebijakan pemerintah adalah:- Menentukan kuota (proporsi pekerja dewasa dan pekerja muda) untuk para pekerja dan
mempercepat proses regenerasi.- Melibatkan kaum muda dalam pembuatan Undang-Undang Angkatan Kerja.- Memasyarakatkan perundang-undangan yang mengatur hak-hak yang sama bagi pekerja
dan warganegara.
26
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
- Membuka peluang kerja yang bebas-diskriminasi.- Menciptakan kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan yang seimbang.
7. Mengubah Paradigma atau Persepsi Kuno
- Mengubah paradigma atau persepsi orang mengenai pekerjaan yang berdasarkan jender(Tidak ada diskriminasi pekerjaan berdasarkan jender).
8. Menciptakan Kesempatan Kerja yang Sama- Kebijakan-kebijakan perusahaan.- Menciptakan pekerjaan berdasarkan bakat.
9. Pengembangan Kepribadian- Memotivasi para individu untuk berpikir secara kreatif dan produktif.
10. Advokasi- Membentuk organisasi berbasis sektor yang mendukung kaum lemah, seperti organisasi
pekerja untuk penyandang cacat, kaum perempuan, dan sejenisnya.
• Soal Bentuk-bentuk lain Diskriminasi
Masalah-masalah ketidaksetaraan kesempatan kerja tidak hanya menimpa laki-laki danperempuan, tetapi juga menimpa mereka yang cacat dan kaum trans-seksual. Prosesperekrutan harus didasarkan pada kompetensi dan kesanggupan orang-orang yangdirekrut untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kendati demikian, hal ini tidakterjadi dalam kehidupan nyata. Keputusan untuk mempekerjakan seorang karyawan/pekerja kadang-kadang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jender, pertaliankeluarga, uang, latar belakang budaya, penampilan fisik dan usia.
4. Kewirausahaan4. Kewirausahaan4. Kewirausahaan4. Kewirausahaan4. Kewirausahaan
Diskusi kelompok tentang Kewirausahaan dapat diringkas dalam tiga persoalan pokok danrekomendasi-rekomendasi:
a. Karakter Kewirausahaan.b. Kewirausahaan dalam Pendidikan.c. Problema dalam Menjalankan Usaha.d. Rekomendasi-rekomendasi.
a.a.a.a.a. Karakter KewirausahaanKarakter KewirausahaanKarakter KewirausahaanKarakter KewirausahaanKarakter Kewirausahaan
Pada kenyataannya, sejumlah anak muda telah melakukan hal-hal yang lebih kreatif,memanfaatkan peluang yang ada dengan lebih baik, dan memecahkan masalah penganggurandengan menjalankan usaha mereka sendiri. Banyak peserta pertemuan ini telah dan sedangmencoba menjalankan usaha mereka sendiri.
27
Dibutuhkan lebih dari sekedar keberanian untuk mengembangkan sebuah usaha kecil menjadiusaha yang lebih besar. Banyak hal-hal penting yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah usaha:ambisi, kreatifitas, gagasan-gagasan orisinal, cakrawala berfikir yang luas, dan yang terakhiryang tidak kalah pentingnya, modal. Kewirausahaan adalah fenomena sosial, ekonomi dan budayakarena ia melibatkan seluruh aspek ini.Semua hal yang disebutkan di atas harus melekat menjadi sifat dalam diri seseorang. Tapiada juga faktor-faktor penting lain yang membentuk kewirausahaan, yakni: pendidikan,organisasi, dan pemerintah.Perkembangan karakter kewirausahaan yang lambat dalam diri seseorang juga dipengaruhioleh rumusan yang sempit tentang bekerja. Istilah “bekerja” paling sering dirumuskan sebagaibekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan-perusahaan, atau bekerja untukorang lain. Menjalankan usaha sendiri tidak dianggap sebagai “bekerja”. Pikiran seperti itumenghambat upaya-upaya pengembangan karakter yang kondusif bagi kewirausahaan.Dengan demikian, dapat dipahami jika seorang anak muda akhirnya berhenti menjalankanusaha mereka sendiri karena tuntutan keluarga.
b. Kewirausahaan dalam Pendidikan
Pendidikan belum menekankan kewirausahaan kepada para siswa. Ini tercermin dalamkurikulum sekolah. Mahasiswa dan lulusan sekolah menengah atas tidak siap bersaing dalamdunia kerja, sebaliknya organisasi-organisasi pemuda dan organisasi-organisasi buruh sebagianbesar justru lebih memperhatikan organisasi itu sendiri dan bukannya kepentingan anggotamereka.Sejauh ini, nilai-nilai dan budaya kewirausahaan belum dikembangkan, terutama dalampendidikan formal. Sekolah dan perguruan tinggi, dengan perkecualian sekolah-sekolahkejuruan dan beberapa jumlah kecil perguruan tinggi, belum menyediakan pengetahuankewirausahaan. Meski sejumlah upaya mengembangkan kewirausahaan telah dilakukan selamabeberapa waktu, upaya-upaya tersebut belum cukup efektif menumbuhkan budayakewirausahaan.Mata kuliah tentang pengembangan kepribadian dan kemampuan manajerial telah diajarkandi perguruan tinggi, tetapi tidak ada informasi khusus mengenai kewirausahaan; juga tidak adakegiatan nyata apapun sebagai tindak-lanjut dari apa yang diajarkan untuk menghasilkan sebuahbudaya kewirausahaan.Karakter kewirausahaan terutama ditempa oleh lingkungan, dan selama masa sekolah. Iaditempa melalui kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yang memaksa para siswa berinteraksi denganlingkungan di luar sekolah. Gagasan-gagasan untuk menciptakan pekerjaan akan muncul ketikapara siswa ini berinteraksi dengan para wirausahawan.Pendidikan tidak sanggup menyediakan gagasan-gagasan tentang bagaimana menjalankansebuah bisnis bagi kaum muda karena terlambat dalam menyediakan pengetahuan tentangkewirausahaan bagi kaum muda. Kewirausahaan tidak diajarkan dalam pendidikan formal;kebanyakan orang mendapatkan sendiri pengetahuan ini melalui pengalaman. Lulusan sekolahbelajar tentang kewirausahaan di luar pendidikan formal dengan menyimak orangtua mereka
28
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
menjalankan bisnisnya. Pengembangan kepribadian, manajemen dan keterampilan kepemimpinanjuga diajarkan dalam sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi melalui organisasi-organisasi dan dewan-dewan mahasiswa.
c. Problema-problema dalam Menjalankan Bisnis
Untuk membangun sebuah usaha, generasi muda harus menginternalisasikan sifat-sifatkewirausahaan (keteguhan tekad, kejujuran, kesetiaan dan kemantapan dalam bertindakatau konsistensi), dan membentuk jejaring sejak mereka duduk di bangku sekolah, danmereka juga harus menyiapkan uang yang akan mereka butuhkan kelak.Beberapa problema yang terkait dengan upaya menjalankan sebuah usaha:• Tidak memberikan perhatian pada pasar.• Mudah menyerah dan tidak memiliki keyakinan di tengah-tengah ketidakpastian.• Sistem pendidikan yang tidak tepat, gagal menghasilkan orang-orang yang mandiri.• Kurangnya dukungan orangtua.• Kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan dan kurangnya bakat kewirausahaan.• Tidak memiliki keberanian untuk mencoba.
Pemerintah belum mendukung semangat kewirausahaan. Pemerintah belum merumuskankurikulum pendidikan yang spesifik atau menerapkan kegiatan-kegiatan yang berarti yangmendukung kewirausahaan. Pemerintah dapat berupaya menyediakan modal awal ataumemfasilitasi kaum muda. BLK belum berfungsi sebagaimana seharusnya.Peraturan pemerintah masih bersifat kontra-produktif terhadap semangat kewirausahaan,contohnya: tingginya suku bunga, jalinan birokrasi di kantor-kantor pemerintah bagiseseorang yang ingin mendirikan usaha, pajak, dan sejenisnya.
d. Rekomendasi-rekomendasi
• Soal Karakter Kewirausahaan
Sangat penting melibatkan organisasi-organisasi sosial dalam merumuskan kebijakanpublik yang menyangkut kewirausahaan. Melalui organisasi-organisasi ini, orang dapatbelajar bagaimana bekerjasama untuk meningkatkan kewirausahaan. Melalui hal ini,diharapkan proses produksi dan distribusi dapat diatur bersama untuk mencapai hasil yanglebih baik.Kewirausahaan harus disikapi sebagai sebuah persoalan penting yang perludisosialisasikan dan diterapkan dalam berbagai macam program.
• Soal Kewirausahaan dalam Pendidikan
Pendidikan adalah faktor yang terpenting untuk meningkatkan kompetensi pribadi.Sayangnya, sistem pendidikan kita belum mendukung kewirausahaan kaum muda. Dengandemikian, dirasakan penting mengubah kurikulum pendidikan.
29
Kaum muda harus menuntut pemerintah menyediakan lebih banyak peluang bagi kaummuda untuk memperoleh pengetahuan kewirausahaan, dan menyediakan pengetahuankewirausahaan kepada para siswa di jenjang-jenjang pendidikan SMU, D3 dan S1. Sekolahharus memberikan bimbingan tentang pekerjaan kepada para siswa mereka sehinggamereka dapat memilih pekerjaan yang sesuai. Langkah ini diperlukan untuk mencegahberbagai masalah di bidang pekerjaan nantinya.Adalah sangat penting melekatkan mata pelajaran kewirausahaan dalam kurikulumsekolah dan perguruan tinggi, yang diikuti dengan pelaksanaan yang terintegrasi. Dengancara ini, kewirausahaan tidak hanya sekedar diajarkan, tetapi juga diinternalisasikanmelalui kelompok-kelompok wirausaha siswa/mahasiswa.Penting juga buat Pemerintah untuk menyertakan pendidikan kewirausahaan dalamkurikulum setiap lembaga pendidikan formal. Pemerintah dan organisasi-organisasiterkait harus memberikan sebanyak mungkin peluang kepada kaum muda untukmeningkatkan keterampilan mereka, baik melalui pendirian pusat-pusat pendidikanberbasis keterampilan, ataupun dengan pemberian subsidi pada kegiatan-kegiatan yangberorientasi pada karier bagi kaum muda.
• Soal Problema-problema dalam Menjalankan Usaha
Pemerintah harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan caramemberikan bunga pinjaman yang rendah. Pemerintah juga harus lebih proaktif dalammendukung kewirausahaan kaum muda. Pemerintah dapat menyiapkan tambahanmodal dan akses lapangan kerja kepada bisnis kecil dan generasi muda, dan bimbingan bagiwirausahawan skala besar tentang bagaimana membantu wirausahawan muda.Cakupan dari penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda harus diperluas. Baikketerlibatan pelaku bisnis kecil maupun bimbingan bagi pelaku bisnis dibutuhkan untukmenciptakan program pengurangan kemiskinan yang efektif.
30
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
31
PPPPPersoalan-persoalan Umumersoalan-persoalan Umumersoalan-persoalan Umumersoalan-persoalan Umumersoalan-persoalan Umum
1. Peluang kaum mudaIndonesia untuk memasukilapangan kerja semakinmenyusut:
• Melebarnya kesenjanganantara pengetahuan dankemampuan kaum mudadengan permintaan duniakerja
• Tidakmemadainyaprogram ketenagakerjaanyang dimiliki pemerintah.
• Rendahnya tingkatpenyerapan tenaga kerjadalam negeri
2. Adalah penting untukmengevaluasi format danpenerapan beberapaprogram pemerintah yangterkait dengan penciptaanlapangan kerja.
3. Jejaring angkatan kerja bagikaum muda memerlukanperhatian lebih besar:
• Unsur-unsur jejaringbelum sepenuhnyadimanfaatkan.
1. Kaum muda harusmempertimbangkan empatfaktor (majikan/pengusaha,pelaku bisnis, investor danpemilik bisnis) untukmembuka peluangpekerjaan.
2. Kaum muda merasa bahwapemerintah daerah belumsungguh-sungguhmenyediakan pekerjaan,karena keterbatasanjaringan yangmenghubungkan lembagapemerintah, lembaga bisnis,perusahaan swasta dan non-swasta dengan sekolah danperguruan tinggi.
3. Hal-hal yang harusdilakukan pemerintah:
• Melakukan pemetaankebutuhan angkatankerja melalui risetperguruan tinggi
• Bekerjasama dengansektor swasta untukmemberikan informasi
1. Masalah lapangan kerja diIndonesia bermula daripola pikir kebanyakanorang bahwa setiap orangharus meraih pendidikanyang tinggi, mengambilbanyak kursus, mengirimsurat lamaran, dan bekerjadi perusahaan besar.
2. Kemampuan melihatpeluang atau mengambilinisiatif untuk menciptakanbidang pekerjaan yang barutelah menjadi sesuatu yanglangka di kalangan kaummuda.
3. Motivasi menjadi sesuatuyang lain dapat dijadikantitik awal untukmendorong kewirausahaandi kalangan kaum muda.Hal ini dapat diperkuatdengan mempublikasikancontoh-contoh kaum muda(di bawah 30 tahun) yangberhasil mengelola usaha disektor alternatif ini.
Konsultasi oleh Pemuda untukPemuda Surabaya,13-14 Oktober 2003
Konsultasi oleh Pemudauntuk Pemuda DIY dan
Provinsi Jawa Tengah,Yogyakarta, 16-17 Oktober 2003
Konsultasi oleh Pemudauntuk Pemuda Provinsi Jawa
Barat, Banten dan JakartaJakarta, 18 November 2003
32
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
• Pemerintah harusmembangun jejaringlapangan kerja yangkuat, khususnya bagikaum muda.
4. Ada beberapa masalah disisi pendidikan:
• Keluaran lembagapendidikan seringdipandang tidak ’siap-kerja‘
• Peran pemerintahsebagai mediator danfasilitator antaralembaga pendidikan dandunia usaha tidakberfungsi sebagaimanayang diharapkan.
• Ketidaksesuaian antarapengetahuan yangdipelajari danpersyaratan yangdibutuhkan oleh duniakerja membatasipeluang para pekerjabaru.
5. Tidak mudahmenanamkan jiwakewirausahaan:
• Orang memandangrendah statuswirausahawan
• Sulit untuk memulaisebuah usaha denganmodal terbatas, tidakada jaminan, dan tidakada pinjaman
mengenai peluang kerjakepada para anak muda
• Terus menerusbekerjasama denganorganisasi kepemudaan,Ornop/LSM, dan lembaga-lembaga perguruan tinggi.
• Terus meningkatkankemitraan bagi usaha-usahakecil yang baru agarmembuat usaha kecilbekerjasama denganperguruan tinggi,departemen pemerintahterkait, serta usaha-usahakecil dan menengahlainnya.
• Pemerintah perlumerancang kurikulumkewirausahaan yangditerapkan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan danbisnis untuk menyiapkananak muda memulai usaha.
• Dana yang dialokasikanuntuk membantu usahakecil harus difokuskanpada pengembangan usaha.
4. Kaum muda tidak siapmenghadapi AFTA karenarendahnya keterampilan,kurangnya kompetensibahasa asing, kurangnyasemangat untuk maju,pengaruh buruk budaya danlingkungan mereka. Beberapaupaya untuk mengatasimasalah ini termasuk:
4. Sangat dibutuhkan adanyapeningkatan keterampilangenerasi muda baik melaluipendidikan formal maupuninformal
5. Keterampilan potensialyang dimiliki generasimuda di Indonesia tidakdimanfaatkan semaksimalmungkin karenapemanfaatan otak merekahanya kurang dari satupersen, dibandingkandengan generasi muda diJerman yang pemanfaatanotaknya mencapai tigapersen. Pemanfaatan otakkaum muda Indonesiadapat ditingkatkan sampailima persen.
6. Generasi muda di Indonesiaharus mempersiapkan dirimereka jika tidak ingintertinggal di belakang.Generasi muda harusmemperluas pikiranmereka, banyak membaca,berdiskusi dan bersosialisasidengan orang lain, danterus mencari alternatif-alternatif untuk mengatasimasalah-masalah lapangankerja.
7. Pemerintah harusmemainkan peran utamadalam melindungi
KoPuP SurabayaKoPuP DIY dan
Provinsi Jawa TengahKoPuP Provinsi Jawa Barat,
Banten dan Jakarta
33
6. Penerapan AFTA akanmenghadirkan sebuahtantangan bagi semangatbersaing kaum mudaIndonesia, karenaketerampilan, pengetahuandan kemampuan merekalebih rendah dibandingkankaum muda yang berasaldari Malaysia, Singapura,Thailand dan Filipina.
• Pendidikan berbasiskompetensi
• Peningkatan kualitas dankuantitas pelatihan bahasaasing.
• Memperkuat arti pentingkompetensi bahasa asingyang dilakukan pemerintah.
• Lingkungan keluarga yangmendukung dalammendidik anak-anak darimasa kanak-kanak sehinggamereka dapat memilikikepribadian yang baik, danIQ, EQ, serta SQ yangtinggi.
5. Harus ada proses sosialisasiprogram-programpemerintah yang transparansehingga kaum muda bisamendapatkan informasitentang peluang-peluang yangditawarkan oleh program-program ini dan mengambilmanfaat darinya.
penciptaan lapangan kerjabagi kaum muda, dan jugadalam menyediakanpekerjaan dan kondisi kerjayang layak, dan tidak bolehmengekang hak-hak oranguntuk mendapatkanpekerjaan melaluikebijakan-kebijakannya.
8. Perempuan menghadapikesulitan dua kali lipatdibandingkan dengan laki-laki. Perempuan diberiprioritas lebih rendah,contohnya dalam hukumperkawinan, di manaperempuan hanyadipandang sebagai iburumah tangga, dan laki-lakisebagai pencari nafkah.Dalam hal tunjangan,seorang perempuan tidakmendapatkan tunjanganuntuk anak dan suaminya,meskipun dia adalah kepalarumah tangga.
9. Inti persoalan dari masalahini adalah:
• Tidak ada kebijakanyang mendukungperempuan pada tingkatpenerapan;
• Perempuan memilikibeban ganda karena caraberpikir orang-orang;
• Kebijakan yang ada saatini tidak mendukunggenerasi muda (terutama
KoPuP SurabayaKoPuP DIY dan
Provinsi Jawa TengahKoPuP Provinsi Jawa Barat,
Banten dan Jakarta
34
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
KoPuP SurabayaKoPuP DIY dan
Provinsi Jawa TengahKoPuP Provinsi Jawa Barat,
Banten dan Jakarta
perempuan) untukmenjadi lebih maju.Budaya juga menyajikanlebih banyak rintanganbagi perempuan dalammengatasi masalahlapangan kerja. Kontrolpublik sangatdibutuhkan dalammenciptakan kesetaraanpeluang pekerjaan bagiperempuan.
10. Kualitas angkatan kerjaIndonesia sangat rendahdibandingkan dengannegara-negara ASEANlainnya, dan Indonesia jugatermasuk dalam daftar darinegara-negara yang palingburuk dalam halperdagangan manusia danperdagangan perempuandan anak.
11. Indonesia tidak memilikisebuah sistem untukmemberikan perhatian danuntuk mengasuh sertamembimbing generasimuda. Organisasi-organisasipemuda di Indonesia,seperti KNPI, hanyadipakai sebagai mediapolitik, yakni untukmengumpulkan kebutuhangenerasi muda,dibandingkan untukmengasuh danmembimbing mereka.Berlainan dengan Filipina,
35
KoPuP SurabayaKoPuP DIY dan
Provinsi Jawa TengahKoPuP Provinsi Jawa Barat,
Banten dan Jakarta
di mana di sana merekamemiliki parlemenpemuda.
12. Dibutuhkan niatan politikyang sungguh-sungguh daripemerintah dalammengatasi masalah yangada, dan upaya-upaya yangsungguh-sungguh dalammengasuh danmembimbing generasimuda.
36
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
37
Empat ‘E’Empat ‘E’Empat ‘E’Empat ‘E’Empat ‘E’
1. Karena keterbatasan mereka, keluargabergantung pada sekolah untuk mendidikanak mereka, dan kadang-kadangmenyerahkan pendidikan anak-anak merekapada masyarakat.
2. Sistem pendidikan telah mempersiapkankaum muda untuk memenuhi permintaanyang muncul dalam dunia kerja denganmenyediakan program-program pelatihankerja dan magang, tetapi seringkali program-program ini tidak cocok dengan kebutuhandunia usaha karena informasi yang berkaitandengan kebutuhan-kebutuhan ini tidak dapatdiakses sepenuhnya.
3. Kurangnya kesempatan magang, dalam hal inimenyangkut jumlah mereka yang ikut serta,lamanya waktu yang dihabiskan, ataupunintensitas keterlibatan, dan juga kurangnyapengembangan kemampuan kreatif darimereka yang magang.
4. Sebagai akibatnya, lembaga-lembagapendidikan non-formal, seperti mereka yangmenawarkan kursus-kursus kejuruan —walaupun tidak semua lembaga ini dapatdianggap memberikan pelatihan berkualitasbaik— menjadi salah satu cara untukmenjembatani pengetahuan yang didapatkandi sekolah dengan tuntutan yang ada di dunia
1. Memperkuat jejaring yang melibatkanpemerintah, sektor swasta, lembagapendidikan, ORNOP/LSM, dan keluarga,dengan cara membentuk program yang jelasyang memiliki sinergi.
2. Pemerintah harus bertekad menjadikankemampuan untuk memperoleh pekerjaansebagai prioritas utama mereka. Pemerintahdapat melakukan ini, misalnya denganmembuat sebuah sistem informasi yang dapatdiakses, misalnya tentang lowonganpekerjaan, dan program-program keluargayang menginternalisasikan etika kerja.
3. Merevisi sistem pendidikan formalsedemikian rupa sehingga dapatmenghasilkan keluaran yang dibutuhkanlapangan kerja, misalnya denganmenyediakan program magang yang efektif.
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
EMPLEMPLEMPLEMPLEMPLOOOOOYYYYYABILITY ABILITY ABILITY ABILITY ABILITY atau Kemampuan untuk memperoleh pekatau Kemampuan untuk memperoleh pekatau Kemampuan untuk memperoleh pekatau Kemampuan untuk memperoleh pekatau Kemampuan untuk memperoleh pekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya, 13-14 Oktober 2003
38
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
kerja, melalui program-program pelatihandan magang yang mereka berikan. Salah satukekuatan lembaga semacam ini adalah merekaberjanji menempatkan lulusan mereka dalamlapangan kerja.
5. Sektor pendidikan formal tidak menyediakanbimbingan karir dan bentuk-bentuk bantuanlainnya yang diperlukan oleh lulusan merekauntuk membuat mereka benar-benar siap-kerja.
6. Salah satu hambatan adalah para pencari kerjamemiliki kompetensi yang rendah dalammenulis surat lamaran yang baik, dan kuranginformasi mengenai tes seleksi.
7. Dengan demikian, penting bagi pemerintahuntuk memperbaiki pendekatan merekadalam pemecahan masalah yang berkenaandengan peningkatan kapasitas kaum mudauntuk bekerja di bidang pekerjaan apapun.
39
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Pendidikan formal belum mampumenyediakan angkatan kerja yang siap-kerja,sehingga perlu membuat pelatihan bentuklain (pelatihan bahasa asing, kursuskomputer, pelatihan tambahan di bidang-bidang seperti jahit menjahit)
2. Departemen-departemen terkait (DinasPendidikan Nasional, Kopertis, Dinas TenagaKerja dan Transmigrasi) harus menekankanarti penting kewirausahaan, karenakebanyakan sekolah tidak memilikibimbingan karir atau program magang untukmempersiapkan siswa mereka untuk bekerja.
3. Generasi muda membutuhkan keterampilanyang membuat mereka mampu bekerja dilapangan kerja, misalnya melalui:
• Pelatihan pemakaian komputer, sistempengarsipan, administrasi dan pengelolaankeuangan, atau humas (Sekolah-sekolahKejuruan)
• Materi pelajaran/kuliah yang berkenaandengan keterampilan kewirausahaan yangdibutuhkan dunia kerja
• Kursus-kursus yang bisa membuat kaummuda menjadi lebih kreatif, danmendapatkan pengalaman keorganisasian.
4. Terbatasnya jumlah pusat pelatihanprofesional untuk menghasilkan angkatankerja yang bermutu, dan keluaran yang tidakmemadai dari lembaga-lembaga pendidikan
5. Sulitnya mendapatkan informasi tentanglowongan pekerjaan karena terbatasnyaproses sosialisasi dari pemerintah, danterbatasnya hubungan antara sekolah danperusahaan yang membutuhkan pegawai/karyawan.
Konsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Tengah,engah,engah,engah,engah,YYYYYogyakogyakogyakogyakogyakarta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003
1. Ada beberapa hal yang dapat membantugenerasi muda menyiapkan diri merekauntuk mendapatkan pekerjaan, yakni:
a. Memberikan pendidikan berbasiskompetensi, mulai dari sekolah dasarsampai ke perguruan tinggi, untukmenghasilkan angkatan kerja yangprofesional.
b. Membuka akses ke informasi mengenaikesempatan kerja formal dan non-formaloleh departemen terkait dan perusahaanyang ada di masyarakat.
c. Memfasilitasi BLK (pusat pelatihan) untukmemberikan kursus dan pekerjaan kepadamasyarakat
d. Memberikan bimbingan dan pelatihan bagimereka yang menganggur.
e. Memberikan pendidikan yang murah, ataujika mungkin pendidikan cuma-cuma.
2. Media massa harus memberikan informasitentang peluang kerja dan bisnis.
3. Pemerintah harus membuat program bagimereka yang tidak menyelesaikan pendidikanformal.
4. Visi pendidikan di Indonesia harusberlandaskan pada kompetensi, membuatpara siswa menjadi siap kerja dan independen.
5. Meningkatkan mentalitas nasional danparadigma masyarakat melalui kampanye-kampanye yang memotivasi orang-oranguntuk lebih mandiri.
6. Mendirikan pusat pelatihan untuk mendidikkaum muda yang mandiri dan siap-kerja.
40
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
6. Tanpa keterampilan lain dan kreatifitas,tidak ada jaminan kaum muda bisamendapatkan pekerjaan.
7. Akses yang sama ke informasi dibutuhkanoleh pencari kerja perempuan dan laki-lakiuntuk mendapatkan informasi tentangkesempatan kerja (meskipun kadang-kadangfaktor budaya menghalangi pencari kerjauntuk mendapatkan pekerjaan, misalnyabudaya yang bersifat patriarkal).
8. Pencari kerja muda perlu mempersiapkandiri mereka melalui kursus-kursus kejuruan:pelatihan dalam memburu pekerjaan danteknik-teknik wawancara (baik dalam bahasaInggris maupun Indonesia), dan dalammenulis surat lamaran dalam bahasa Inggris,serta dalam mengakses informasi lowongankerja.
9 Putus sekolah sebagian besar akibat darikesulitan keuangan. Pemerintah perlumengalokasikan anggaran yang lebih besaruntuk pendidikan kaum muda, danmengembangkan kesadaran perusahaan-perusahaan besar (pemerintah dan swasta)agar memberikan beasiswa bagi siswa yangmiskin.
10. Sebagian besar anak muda tidak menyadaribahwa memiliki usaha sendiri lebih baikdaripada bekerja untuk orang lain. Ini karenamereka menghadapi rintangan-rintangantertentu, seperti: kurang memiliki jiwakewirausahaan, dan fakta bahwasanya tidakbanyak perhatian yang diberikan kepadausaha kecil oleh usaha besar di Indonesia. Inidapat terlihat dari tingginya suku bunga, danbirokrasi yang berbelit-belit yang ada ketikamengajukan permohonan kredit.
41
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Upaya-upaya pemerintah untukmeningkatkan kapasitas orang-orang agarmampu bekerja dapat dilihat dari pendirianBLK di setiap provinsi dan kabupaten.
2. BLK dapat dimanfaatkan sebagai wahanauntuk mengembangkan keterampilan dankemampuan orang-orang untuk bekerja,sehingga setiap peserta BLK bisamendapatkan pekerjaan.
3. Tetapi standard setiap BLK tidaklah sama.Promosi tentang BLK di masyarakat masihterbatas.
4. Kurikulum pendidikan dan pelatihan tidaksesuai dengan lapangan kerja, karena lebihmenekankan pada teori ketimbang praktek,sedangkan lapangan kerja lebihmembutuhkan keterampilan praktis.
5. Berbagai fasilitas pusat-pusat pendidikan danpelatihan tidak banyak, sementaraperkembangan teknologi luar biasa pesat. Inimenciptakan gap antara pusat pendidikan danpelatihan dengan lapangan kerja.
6. Metoda belajar-mengajar yang ada saat initidak mampu mendorong inisiatif danperilaku kreatif di kalangan para siswa.
7. Program-program konseling di SMU dapatmemberikan bimbingan kepada para siswatentang karir yang sesuai dengan bakat danminat mereka.
8. Kendati demikian, latar belakang pendidikandan keterampilan saja tidak dapat menjaminseseorang akan mendapatkan pekerjaan.Pencari kerja terkadang tersandung karenamereka tidak mempunyai “koneksi.”
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Banten dan DKI JakBanten dan DKI JakBanten dan DKI JakBanten dan DKI JakBanten dan DKI Jakarta,arta,arta,arta,arta,JakJakJakJakJakarta, 18 November 2003arta, 18 November 2003arta, 18 November 2003arta, 18 November 2003arta, 18 November 2003
1. Harus ada kerjasama antara para pengajar, siswa,orangtua, pemerintah, dan pelaku bisnis untukmeningkatkan kompetensi kaum muda. Parapengajar perlu meningkatkan keterampilanmereka dalam mentransfer pengetahuan kepadaswa mereka. Para siswa harus menyadari bahwaproses belajar sangat penting bagi masa depanmereka. Pelaku bisnis harus membantu parasiswa memahami masalah-masalah yang adadalam bidang pekerjaan. Pemerintah harusmembuat beberapa perubahan kurikulum untukmemenuhi kebutuhan lapangan kerja.
2. Pendidikan harus dapat melayani kebutuhanlapangan kerja sehinga ada sebuah kaitan dankecocokan antara keduanya.
3. Pembentukan informasi lapangan kerjasebagai hasil kerjasama antara bisnis danpendidikan dapat berupa:
• Informasi tentang masalah-masalah kelebihanpasokan tenaga kerja yang memilikiketerampilan yang ketinggalan jaman.
• Program-program magang.
• Informasi tentang kewirausahaan (pekerjaanmandiri).
• Informasi lapangan kerja.
• Informasi tentang magang untuk siswa SMU.
4. Proses sosialisasi BLK yang dibuatpemerintah daerah, Depnakertrans, dansistem pendidikan adalah penting. Fasilitas-fasilitas untuk pusat pelatihan harusditingkatkan.
5. Ada kebutuhan untuk mencari sumber dayasetempat yang potensial dengan cara bekerjabersama dengan semua pihak.
42
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
6. Harus ada peningkatan kualitas, dengan parapengajar yang menjalankan bisnis.
7. Reformasi dalam bidang pendidikanmencakup:
• Pemberdayaan kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler untuk mendukung pasar kerja;
• Kelas-kelas kewirausahaan di sekolahberdasarkan keterampilan-keterampilansederhana;
• Setiap sekolah, terutama sekolah kejuruan,harus memiliki unit bisnis yang terkaitdengan mata pelajaran yang dipelajari disekolah (pendidikan berbasisketerampilan);
• Pendidikan berbasis kompetensi;
• Mempersiapkan sikap-sikap yang benardalam diri pencari kerja, denganpengembangan pribadi yang difokuskanpada keunggulan pelayanan;
• Peningkatan konseling di sekolah untukmengarahkan bakat dan minat para siswa;
• Biaya sekolah yang terjangkau;
• Mempekerjakan pengajar yang bermutu,terutama di daerah-daerah terpencil;
• Mengubah persepsi masyarakat dengancara menempatkan BLK di bawahpengawasan Departemen Pendidikan.
43
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Walaupun pemerintah telah mencobamenyediakan kesempatan kerja, mereka tidakmensosialisasikan programnya dengan benar.
2. Masalah lainnya berkenaan dengan rendahnyakomitmen. Pejabat pemerintah seringmenganggap program penciptaan lapangankerja sebagai sebuah proyek yang harusdiselesaikan secepat mungkin, tanpa evaluasi.
3. Pemerintah juga tidak sanggup menciptakansebuah lingkungan yang dapat memberikankesempatan yang sama bagi pekerja mudauntuk memasuki lapangan kerja. Contohnya,ada beberapa iklan lowongan pekerjaan yangmensyaratkan calon memiliki pengalamankerja.
4. Mesti ada sebuah kebijakan yangmengharuskan sektor swasta mengakomodasitidak hanya kelompok yang siap-kerja, tetapijuga kelompok yang siap-untuk-dilatih.Sistem perekrutan harus dirancangsedemikian rupa agar dapat mengakomodasikedua kelompok ini.
5. Pemerintah belum sanggup menciptakansebuah lingkungan yang menunjangpengembangan wirausahawan-wirausahawanbaru. Perizinan, alokasi kredit, pajak danjaminan dapat digunakan sebagai insentifuntuk menciptakan peluang kerja baru.
6. Suatu kebijakan daerah untuk menciptakanlapangan kerja dalam jangka panjang adalahmemberikan muatan lokal pada kurikulumpendidikan, dengan memfokuskan padasumber daya daerah, kebijakan daerah danpersoalan-persoalan daerah yang dapat
Empat ‘E’: EMPLEmpat ‘E’: EMPLEmpat ‘E’: EMPLEmpat ‘E’: EMPLEmpat ‘E’: EMPLOOOOOYMENT CREAYMENT CREAYMENT CREAYMENT CREAYMENT CREATION atau PTION atau PTION atau PTION atau PTION atau Penciptaan Lapanganenciptaan Lapanganenciptaan Lapanganenciptaan Lapanganenciptaan LapanganPPPPPekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003
1. Harus ada revisi terhadap programpenciptaan lapangan kerja yang dilakukanoleh pemerintah sehingga program-programini dapat diukur, dievaluasi dan direvisi.
2. Menyediakan sistem informasi mengenailapangan kerja regional agar masyarakatsecara keseluruhan dapat mengatasi masalahpengangguran.
3. Harus ada muatan lokal dalam kurikulum diseluruh jenjang pendidikan untukmengantisipasi dinamika lapangan kerja.
44
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
memperluas cakrawala para siswa tentang hal-hal yang dapat mereka lakukan di daerahmereka sendiri setelah lulus sekolah.
8. Kebijakan-kebijakan daerah yang dapatmenciptakan lapangan kerja melibatkanpengelolaan peraturan-peraturan daerah.Pemerintah daerah harus memiliki sebuahsistem untuk mengevaluasi kebijakan daerahyang memasukkan penciptaan lapangan kerja,dan harus mengatasi dampak peraturandaerah yang memicu banyak masalah yangberkenaan dengan penciptaan lapangan kerja.
45
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Meski kebijakan ketenagakerjaan telahberusaha untuk menciptakan lapangan kerja,kebijakan ini tidak terkoordinasi antardepartemen terkait yang baik. Contohnya,Depnakertrans dan Depperindag memilikiprogram-program yang mirip, dan informasiyang tersedia tidak sepenuhnya disebarkan kekaum muda.
2. Faktor-faktor ekonomi makro yang dapatmempengaruhi penciptaan lapangan kerjaadalah:
• Penegakan hukum.
• Tata pemerintahan yang baik.
• Tata korporasi yang baik.
• Pendidikan berbasis kompetensi.
4. Pendidikan formal masih belum mampumenyediakan lapangan kerja
5. Lebih banyak pencari kerja daripadakesempatan kerja
6. Angkatan kerja berkualitas rendah
Konsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Tengah,engah,engah,engah,engah,YYYYYogyakogyakogyakogyakogyakarta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003
1. Pemerintah harus merancang sisteminformasi yang lebih baik, yang membawa keproses sosialisasi yang lebih baik mengenaipenciptaan lapangan kerja.
2. Meningkatkan koordinasi antar departemen.
3. Pemerintah dan masyarakat harus proaktifmencari dan berbagi informasi.
4. Sistem sosialisasi harus melibatkan:
• koordinasi antar pemerintah.
• koordinasi antar wilayah.
• koordinasi antar negara.
• penempatan kerja sukarela.
• sistem padat-karya.
• sistem pelatihan yang efektif.
6. Meningkatkan kurikulum pendidikan
7. Membuat jaringan antara Pemerintah, Ornop/LSM, lembaga pendidikan, perusahaan danlembaga swasta sehingga kaum muda merekayang mengganggur dapat memperolehinformasi tentang peluang pekerjaan danpelatihan, penempatan, dan bimbingan setelahpenempatan kerja.
46
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Penciptaan lapangan kerja membutuhkansemangat kewirausahaan yang dapat melihatpeluang secara kreatif, dan tidak terhentipada pendidikan formal saja. Semangatkewirausahaan di kalangan kaum mudamasih terbatas. Orang-orang memandanggenerasi muda manja dan tidak memilikidaya saing karena mereka terlalu tergantungpada pekerjaan dan pendidikan formal.
2. Penciptaan lapangan kerja terkait denganpersoalan-persoalan pendidikan, dalam halsebaik apa lembaga-lembaga pendidikandapat menghasilkan pekerja-pekerja yangsiap-kerja sesuai dengan latar belakangpendidikan mereka, dan sebaik apa konsep“keterkaitan-dan-kecocokan” dapatditerapkan di lapangan kerja.
3. Upaya-upaya telah dibuat untukmemberikan pengalaman kerja melaluiprogram magang. Sayangnya, penerapanprogram semacam ini tidaklah mudah.Sekolah tidak membuat program magang inimenjadi lebih mudah. Mereka hanyaberfungsi sekadar badan administratif yangmemberikan izin kepada siswa untukmengambil program magang.
4. Kesempatan kerja informal harus lebihdieksploitasi karena mereka menyerapsebagian besar pekerja. Sayangnya,pemerintah tidak banyak memberikanperhatian pada sektor informal, dan hal initercermin dalam berbagai peraturan,misalnya, yang menyangkut penggusuranpedagang kaki lima. Sesungguhnyamerekalah yang memerlukan perlindunganpemerintah.
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Banten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaJakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003
1. Pemerintah harus lebih memberikanperhatian pada usaha kecil dan menengah(UKM) dengan cara:
• menyediakan modal bagi UKM.
• mengembangkan unit-unit usaha.
• mengeluarkan peraturan yang memberikankesempatan yang sama untuk usaha kecil.
• melindungi baik pekerja formal maupuninformal.
• menyediakan program alokasi dana yangtransparan.
2. Revisi sistem pendidikan:
• kurikulum pendidikan yang sesuai dengankebutuhan lapangan kerja (formal daninformal).
• pendidikan berbasis kompetensi untukmeningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
• pendidikan berdasarkan keterampilan danpraktek lapangan.
• mengajarkan orang untuk mengambil inisiatifketika mereka melihat peluang.
3. Pengelolaan informasi pasar (kerja) danbimbingan karir yang dapat diakses olehangkatan kerja:
• Jejaring yang terkait dengan informasilapangan kerja di perguruan tinggi -perguruan tinggi.
47
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
5. Pemerintah tidak banyak memberikan perhatianpada pencari kerja. Pemerintah mendirikan BLKdi bawah pengawasan Depnakertrans, tetapiinformasi tentang BLK tidak disosialisasikandengan baik. Informasi tentang sistem lapangankerja tidak mudah diakses oleh pencari kerja.Pemerintah tidak memiliki peraturan yangmemelihara dan mengurus para pencari kerja ini.
48
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Kewirausahaan adalah fenomena sosial,ekonomi dan budaya karena melibatkansemua aspek-aspek ini.
2. Sampai sejauh ini nilai dan budayakewirausahaan belum dikembangkan,terutama dalam pendidikan formal. Sekolahdan perguruan tinggi, dengan perkecualiansekolah kejuruan dan sejumlah kecilperguruan tinggi tertentu, belummemberikan pengetahuan tentangkewirausahaan.
3. Mata kuliah mengenai pengembangankepribadian dan kemampuan manajerialdiajarkan di perguruan tinggi, tetapi tidak adainformasi spesifik mengenai kewirausahaan;juga tidak ada kegiatan-kegiatan nyata yangberfungsi sebagai tindak-lanjut dari budayakewirausahaan.
4. Karakter kewirausahaan sebagian besardibentuk oleh lingkungan, dan selama masasekolah. Karakter ini dibentuk melaluikegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yangmendorong para siswa berinteraksi denganlingkungan di luar sekolah.
5. Lambatnya pengembangan karakterkewirausahaan juga dipengaruhi olehrumusan yang sempit tentang bekerja. Istilah“bekerja” kebanyakan dirumuskan sebagaibekerja atau melakukan kegiatan dalamperusahaan, atau bekerja untuk orang lain.Menjalankan usaha sendiri tidak dianggap“bekerja”. Anggapan ini menghalangi usaha-usaha untuk mengembangkan karakterkewirausahaan. Jadi dapat dipahami kalaukaum muda pada akhirnya berhentimenjalankan usaha mereka karena tuntutankeluarga.
Empat ‘E’: ENTERPRENEURSHIP atau KewirausahaanEmpat ‘E’: ENTERPRENEURSHIP atau KewirausahaanEmpat ‘E’: ENTERPRENEURSHIP atau KewirausahaanEmpat ‘E’: ENTERPRENEURSHIP atau KewirausahaanEmpat ‘E’: ENTERPRENEURSHIP atau Kewirausahaan
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003
1. Memasukkan mata kuliah kewirausahaandalam kurikulum sekolah dan perguruantinggi, yang diikuti dengan penerapan yangterintegrasi. Dengan melakukan hal ini makakewirausahaan tidak hanya diajarkan, tapijuga diinternalisasikan melalui kelompok-kelompok wirausaha siswa/mahasiswa.
2. Memperlakukan kewirausahaan sebagaipersoalan penting yang perlu disosialisasikandan diterapkan dalam berbagai jenis program.
49
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Anak muda dapat bersiap membangun usahadengan cara:
• Menginternalisasikan sifat-sifat kewirausahaan(keteguhan, kejujuran, kesetiaan dan ketetapanhati).
• Menjalin jejaring pada saat mereka di bangkusekolah.
• Menyiapkan modal.
2. Kewirausahaan dalam Pendidikan:
• Pendidikan tidak mampu memberikansaran kepada kaum muda tentangbagaimana menjalankan usaha, karenaterlambat dalam memberikan pengetahuantentang pendidikan kewirausahaan kepadakaum muda.
• Kewirausahaan tidak diajarkan dalamsistem pendidikan formal, dan sebagianbesar orang mendapatkan pengetahuan inisendiri.
3. Lulusan sekolah belajar tentangkewirausahaan di luar pendidikan formalmereka dengan mengamati usaha orangtuamereka.
4. Keterampilan pengembangan diri,manajemen, dan kepemimpinan diajarkan disekolah dan perguruan tinggi melaluiorganisasi-organisasi siswa/mahasiswa.
5. Problema-problema dalam menjalankanbisnis mencakup:
1. Tidak memperhatikan pasar.2. Mudah menyerah dan tidak memiliki
keyakinan ketika berhadapan denganketidakpastian usaha.
3. Sistem pendidikan yang tidak tepat yangtidak menghasilkan orang-orang berjiwamandiri.
Konsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Tengah,engah,engah,engah,engah,YYYYYogyakogyakogyakogyakogyakarta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003
1. Memberikan pengetahuan kewirausahaankepada siswa di SMU, D3 dan S1.
2. Memberikan bimbingan karir bagi siswasehingga mereka dapat memilih pekerjaanyang sesuai. Ini adalah penting untukmencegah masalah-masalah di lapangan kerja.
3. Meminta pemerintah menyediakan lebihbanyak kesempatan bagi kaum muda untukmemperoleh pengetahuan kewirausahaan.
50
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
4. Kurangnya dukungan orangtua.5. Kurangnya pengetahuan tentang
kewirausahaan dan kurangnya bakatkewirausahaan.
6.Tidak memiliki keberanian untuk mencoba.
51
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Dibutuhkan lebih dari sekedar keberanianuntuk mengembangkan sebuah usaha kecilmenjadi usaha yang lebih besar. Ada beberapahal yang diperlukan untuk mendukungsebuah usaha: ambisi, kreatifitas, gagasan-gagasan orisinal, pengetahuan, wawasanberfikir yang luas, keteguhan, dan yangterakhir, tapi tak kalah pentingnya, modal.
2. Semua hal yang disebutkan di atas adalahmenjadi sifat yang melekat dalam setiap diriindividu. Tetapi ada faktor-faktor pentinglainnya yang membentuk kewirausahaan,yakni pendidikan, organisasi, danpemerintah.
3. Sejauh ini, pendidikan belum menekankanpentingnya kewirausahaan kepada para siswa.Ini tercermin dalam kurikulum. Mahasiswadan lulusan SMU tidak siap bersaing dalamlapangan kerja, sedangkan organisasi-organisasi pemuda serta organisasi pekerjasebagian besar hanya memperhatikanorganisasi mereka, dan bukan angggotamereka.
4. Pemerintah masih belum mendukungkewirausahaan, juga belum merumuskankurikulum pendidikan yang khusus ataupunmenerapkan kegiatan-kegiatan yang signifikanuntuk mendukung kewirausahaan.
5. Peraturan pemerintah masih kontra-produktif terhadap kewirausahaan,contohnya: tingginya tingkat suku bunga,jalinan birokrasi yang rumit di kantor-kantorpemerintah ketika mendirikan usaha, pajak,dan sejenisnya.
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Banten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaJakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003
1. Pendidikan adalah faktor paling pentinguntuk meningkatkan kompetensi pribadi.Sayangnya, sistem pendidikan belummendukung kewirausahaan kaum muda;Karena itu, perubahan kurikulum menjadisesuatu yang sangat penting. Selain itu,penting bagi pemerintah untuk memasukkanpendidikan kewirausahaan dalam kurikulumsetiap lembaga pendidikan formal.
2. Pemerintah dan organisasi-organisasi terkaitharus memberikan sebanyak mungkinkesempatan kepada kaum muda untukmeningkatkan keterampilan mereka, baikmelalui pendirian pusat-pusat pendidikanberbasis keterampilan, atau melaluipemberian subsidi kepada kaum muda.
3. Keterlibatan organisasi-organisasi sosial dalammerumuskan kebijakan pemerintah mengenaikewirausahaan adalah penting. Melaluiorganisasi-organisasi ini diharapkankebijakan-kebijakan dapat diatur bersamauntuk mencapai hasil yang lebih baik.
4. Pemerintah harus sanggup menciptakan iklimyang menunjang sektor usaha melalui tingkatsuku bunga pinjaman yang rendah.
5. Pemerintah harus lebih proaktif mendukungwirausahawan muda. Pemerintah dapatmelakukan hal ini dengan menyediakankepada kaum muda tambahan modal danakses ke lapangan kerja dan ke usaha kecil.
6. Keterlibatan pelaku bisnis kecil danbimbingan pelaku usaha dibutuhkan untukmenciptakan program pengurangankemiskinan yang efektif.
52
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Angkatan kerja kaum muda laki-laki danperempuan mengalami perlakuan yang tidaksama. Ketidaksetaraan ini termasuk upahyang tidak sama, ketidaksetaraan dalampemenuhan hak-hak biologis yang pokok;contohnya, hak untuk cuti bersalin dan hak-hak lain yang terkait tidak tersedia untukbeberapa pekerja perempuan.
2. Beberapa kebijakan pemerintah memicuketidaksetaraan ini. Contohnya, kebijakan yangmemberikan tunjangan keluarga, anak dan liburhanya kepada pekerja laki-laki. Upah minimumstandar tidak mempertimbangkan kebutuhanbiologis pekerja perempuan, khususnyakebutuhan reproduktif.
3. Ketidaksetaraan juga terjadi dalam sektorpendidikan. Sering ditemukan dalamkesadaran yang terinternalisasikan di antaraanak-anak tentang pikiran mengenai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jender mereka,contohnya, pikiran bahwa masak-memasakhanya untuk anak perempuan.
4. Faktor-faktor budaya, yang memainkanperan penting dalam konstruksi sosialmengenai perbedaan jender, menjadi faktorpenyumbang dominan dalam masalah ini.Faktor-faktor ini pada akhirnyamempengaruhi pendidikan formal. Faktor-faktor budaya ini tercermin dalampemeliharaan stereotip-stereotip yangberkaitan dengan jenis-jenis pekerjaan yangdipandang tepat bagi perempuan dalammasyarakat, seperti jahit-menjahit, mengetik,atau pekerjaan yang bersifat ketatausahaan.
5. Perbedaan jender dapat memiliki banyakpenafsiran. Contohnya, beberapa lowongan
Empat ‘E’: EQUAL OPPORTUNITY atau Peluang yang SamaEmpat ‘E’: EQUAL OPPORTUNITY atau Peluang yang SamaEmpat ‘E’: EQUAL OPPORTUNITY atau Peluang yang SamaEmpat ‘E’: EQUAL OPPORTUNITY atau Peluang yang SamaEmpat ‘E’: EQUAL OPPORTUNITY atau Peluang yang Sama
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda Surabaya, 13-14 Oktober 2003
1. Harus ada sebuah sistem yangmengintegrasikan kepedulian jender ke dalamsetiap peraturan dan kebijakanketenagakerjaan.
2. Terus menerus membuat perubahan yangdiperlukan dalam sistem pendidikan,khususnya untuk hal-hal yang berkaitandengan nilai-nilai jender, untukmenghapuskan aspek budaya yangmendukung ketidaksetaraan jender.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentangkesetaraan jender.
4. Meningkatkan konsultasi untuk para pekerjatentang hal-hal yang berkaitan dengan jender.
53
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Karena budaya Jawa menempatkan laki-lakilebih tinggi daripada perempuan, pendidikanyang sama tidak disediakan bagi perempuandan laki-laki.
2. Meskipun tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam undang-undangketenagakerjaan, beberapa bentukdiskriminasi terjadi dalam praktek:
• Asumsi mengenai perbedaan kemampuan,kualitas dan produktifitas laki-laki danperempuan untuk pekerjaan-pekerjaantertentu.
• Kepentingan bercokol (vested interest) parainvestor.
• Faktor-faktor sosial, budaya dan hukum diIndonesia.
• Diskriminasi dalam pengupahan dan praktekperekrutan.
3. Pandangan sempit jender disebabkan karenadiskriminasi laki-laki dan perempuan.
4. Perempuan dipandang sebagai warganegarakelas dua dari sudut pandang hukum.
5. Tidak ada kesempatan yang sama bagipenyandang cacat.
Konsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Temuda, DIY dan Provinsi Jawa Tengah,engah,engah,engah,engah,YYYYYogyakogyakogyakogyakogyakarta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003arta, 16-17 Oktober 2003
1. Meningkatkan kompetensi pribadi kaumperempuan melalui pendidikan.
2. Perusahaan/investor tidak bolehmempraktekkan diskriminasi terhadapperempuan.
3. Mendirikan lembaga-lembaga independenuntuk memantau kebijakan perusahaan-perusahaan berkenaan dengan jender dalamangkatan kerja.
4. Menyediakan tindakan yang afirmatif ataukegiatan yang mendukung sebagai strategiuntuk menerapkan peluang yang sama.
5. Menyiapkan mentalitas kaum perempuanuntuk bersaing dengan laki-laki.
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
pekerjaan yang hanya terbuka untuk perempuandapat ditafsirkan dalam dua cara. Yang satu,untuk menganggap hal ini sebagai suatu bentukdiskriminasi terhadap pekerja laki-laki, dan yanglainnya, untuk menganggap hal ini sebagai suatubentuk pelecehan terhadap perempuan.
54
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
1. Ada bentuk-bentuk diskriminasi yangmenciptakan ketidaksamaan peluang untukmendapatkan pekerjaan, terutamaketidaksamaan peluang berdasarkan jender.Perempuan masih dipandang hanya sesuaiuntuk pekerjaan rumah tangga, sepertipekerjaan yang dilakukan oleh ibu rumahtangga. Walaupun perempuan bekerja dibidang publik, pekerjaan mereka masihterikat pada nilai-nilai kewanitaan sepertidalam pekerjaan-pekerjaan sebagai SPG (stafpemasaran) atau sekretaris.
2. Diskriminasi tidak berhenti pada pandangansaja, tetapi sampai ke persoalan-persoalanpenting: perbedaan upah antara perempuandan laki-laki yang memiliki jenis pekerjaanyang sama, atau kenyataan bahwa ada insentifuntuk keluarga dalam gaji laki-laki tetapitidak dalam gaji perempuan.
3. Selain perempuan, laki-laki juga menjadikorban diskriminasi peluang kerjaberdasarkan jender, karena mereka harusmenutupi kebutuhan biaya kaum perempuan.Dalam beberapa keadaan, laki-laki jugamenghadapi kesulitan dalam mendapatkanpekerjaan, terutama pekerjaan yangdipandang sebagai pekerjaan perempuan.
4. Ada beberapa bidang pekerjaan yangmemberikan peluang yang sama bagiperempuan dan laki-laki, seperti bidangjurnalisme. Beberapa pekerjaan yangdipandang sebagai pekerjaan laki-laki telahdiambil oleh beberapa perempuan,contohnya, perempuan yang bekerja sebagaikondektur bis atau pengemudi taksi.
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat,Banten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaBanten dan DKI JakartaJakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003Jakarta, 18 November 2003
1. Masalah-masalah yang berkaitan denganpeluang yang sama tidak hanya terjadi padalaki-laki dan perempuan, tetapi juga dialamipara penyandang cacat dan trans-seksual.Proses perekrutan harus berdasarkankompetensi dan kemampuan orang-orangyang diterima untuk melakukan tugas denganbaik. Hal ini tidak terjadi dalam kehidupannyata. Keputusan untuk menerima seorangpegawai/karyawan terkadang lebihdidasarkan pada pertimbangan perbedaanjender, koneksi, uang, latar belakang budaya,penampilan fisik, dan usia.
2. Pencapaian kesetaraan dalam kesempatan ataupeluang yang sama dihalangi oleh peraturanpemerintah, yakni sistem pekerjaanberdasarkan kontrak. Sistem ini mencegahpekerja mendapatkan peluang yang samadalam mengakses fasilitas/tunjangan, padahalpada kenyataannya mereka memiliki tugasdan tanggungjawab yang sama dengan pekerjatetap. Ini dapat menimbulkan frustrasi danPHK.
3. Berdasarkan peraturan dan kebijakanpemerintah:
• Menentukan kuota pekerja (perbandinganantara yang tua dan yang muda), danmempercepat proses regenerasi.
• Melibatkan kaum muda dalam pembuatanUndang-undang Angkatan Kerja.
• Mensosialisasikan peraturan perundang-undangan yang mengatur persamaan hakbagi pekerja dan warganegara.
• Membuka peluang kerja yang tidak bersifatdiskriminatif.
• Menciptakan kebijakan ketenagakerjaan yangseimbang.
55
Hasil-hasil Diskusi Rekomendasi-rekomendasi
5. Di samping ketidaksetaraan peluang berdasarkanjender, ada juga beberapa bentuk laindiskriminasi dengan penyebab yang berbeda,seperti diskriminasi berdasarkan latar belakangpendidikan, ketidakmampuan/cacat fisik,penampilan fisik, usia, senioritas dan koneksi.
6. Organisasi-organisasi pemuda dan organisasi-organisasi pekerja tidak efektif dalammemberikan saran kepada anggota merekamengenai persoalan-persoalan ini.
4. Mengubah paradigma atau sudut pandanganorang.
• Mengubah paradigma atau sudut pandangorang tentang pekerjaan berdasarkan jender(Tidak ada diskriminasi pekerjaanberdasarkan jender).
5. Menciptakan peluang yang sama
• Kebijakan-kebijakan perusahaan.
• Menciptakan pekerjaan berdasarkan bakat.
6. Pengembangan Kepribadian
• Mengembangkan pemahaman individutentang bagaimana berfikir secara kreatif danproduktif.
7. Advokasi
• Mendirikan organisasi-organisasiberdasarkan sektor-sektor yang lemah,seperti organisasi-organisasi pekerja untukpara penyandang cacat, perempuan, dansejenisnya.
56
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
57
Bab lampiran ini berisi dokumen-dokumen yang mendukung bab-bab sebelumnya. Bab ini terdiridari empat bagian. Yang pertama adalah Komentar Para Peserta yang memaparkan beberapa komentarpara peserta; yang kedua adalah Liputan Media, yang memaparkan artikel-artikel berkaitan dengan tigakonsultasi; yang ketiga adalah agenda-agenda tiga konsultasi; dan yang terakhir adalah daftar peserta.
1.1.1.1.1. Beberapa kBeberapa kBeberapa kBeberapa kBeberapa komentar para pesertaomentar para pesertaomentar para pesertaomentar para pesertaomentar para peserta
Topik dari program ini secara keseluruhan bagus. Tetapi saya tidak terlalu puas dengan diskusi paralel. Saya ikut dalamkelompok ‘Kemampuan untuk memperoleh pekerjaan’. Saya tidak mendapatkan hasil apapun yang memang benar-benarmencakup semua unsur. Diskusi tersebut hanyalah sebuah debat antara orang-orang yang mempromosikan lembagamereka sendiri, contohnya, apa yang dilakukan oleh unsur BLK dalam kelompok saya. Kesan yang saya dapatkanbahwa seorang siswa SMU tidak memiliki keterampilan apapun. Saya pikir ini benar-benar salah.
Sebagai siswa SMU, kami merasa mereka tidak memperhatikan pendapat kami, dan ini tidak adil. Mereka seharusnyatidak hanya menempatkan sekolah kejuruan di barisan terdepan; kami berpikir bahwa sebagai siswa SMU kami dapatlebih dipercaya, baik secara akademik maupun teori.
Sebagai siswa SMU, kami merasa mereka membiarkan kita gagal daripada membantu kita. Untuk konsultasi selanjutnya,akan lebih baik jika topik dapat dibuat lebih spesifik. Contohnya, topik ‘Kemampuan untuk memperoleh pekerjaan’dapat lebih difokuskan pada satu unsur dari hal tersebut.
(Intan Amalia, SMUN 54, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Jakarta)
Program dan hadirinnya asyik. Orang-orangnya baik. Saya adalah salah satu orang yang sangat sulitbersosialisasi, tetapi disini saya dapat berteman. Topiknya agak sedikit berat. Karena kami bergabungdengan mahasiswa dan karyawan, maka bahasanya agak sedikit sulit dipahami. Diskusi-diskusi yangterjadi sulit dipahami karena didominasi oleh ‘orang-orang besar’ dan bahasa yang digunakan rumit.Saya bergabung dengan kelas penciptaan lapangan kerja. Semua yang kami lakukan hanyalah mengirimsurat ke kawan-kawan yang duduk di sebelah kami, dan bertukar tanda tangan satu sama lain. Untuk konsultasiselanjutnya, akan lebih baik kalau diskusi berbentuk lingkaran. Hal ini akan memotivasi kita untuk berbicara.
(Eka, SMU Gonzaga, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Jakarta)
Hadirinnya baik dan ramah; cara mereka berbicara dan berpikir sangat maju. Topiknya bagus, walaupun saya tidaksepenuhnya mengerti. Saya ikut kelas penciptaan lapangan kerja. Suasana kelas hidup, terutama orang-orang dariDepnaker. Moderator dapat memberikan ikhtisar diskusi dalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Sangat sulitmemahami orang dari Depnaker karena bahasa yang mereka pakai sangat sulit untuk dimengerti. Untuk konsultasiyang akan datang, harus lebih disiplin mengenai waktu.
(Ii, SMK 12, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Jakarta)
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
58
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Programnya bagus, tapi tidak cukup. Ia memerlukan penerapan oleh pihak-pihak luar, contohnya, seperti ILO, yangmenyediakan lembaga khusus untuk tenagakerja. Program ini bagus untuk membimbing dan mengasuh generasi muda.Saya mengikuti kelas kewirausahaan. Saya melihat banyak siswa memiliki keterampilan dalam mengembangkankewirausahaan mereka. Saya hanya dapat menyerap sedikit saja dari diskusi yang ada karena bahasa yang digunakansangat ‘ rumit’. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk konsultasi selanjutnya adalah koordinasi yang lebih baik,disiplin waktu, dan informasi yang jelas tentang tempat yang dipakai untuk penyelenggaraan konsultasi.
(Tego, SMU 78, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Jakarta)
Orang-orang harus diberi sarana yang cukup untuk mendukung pembangunan [lapangan kerja] di bidang kelautan danpertanian. Ini seharusnya tidak menjadi hanya sekedar slogan, tetapi bantuan yang nyata bagi orang-orang.
(Bidin, Malang, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Pemerintah harus mengambil langkah nyata untuk menangani masalah jender, khususnya yang berkaitan denganperlindungan hak-hak pekerja, untuk menjaga agar orang-orang tidak dilecehkan. Pemerintah juga harus membentukkelompok-kelompok untuk memberdayakan para pekerja di luar negeri. Pemerintah harus mensinkronisasikan kurikulumpendidikan agar membuatnya menjadi lebih jelas.
(Nuraini, Sulawesi Selatan, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Usia yang dipandang layak untuk bekerja adalah 18 tahun. Adalah penting bahwa sekolah harus diwajibkan sampaike jenjang Sekolah Menengah Atas.
(Dian, Pusat Hak Asasi Manusia-Pusham, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Masukan-masukan untuk kelompok Peluang yang Sama: Ia harus meninjau apakah kebijakan pemerintah selama initelah mendukung pemecahan masalah pengangguran atau dalam mendukung kaum muda. Pada kenyataannya, kebijakanpemerintah sering menjadi sebuah “bumerang” bagi para pekerja. Contohnya, tingginya pajak untuk perusahaan asing,Sony — sampai 30% — telah menjadi alasan utama bagi Sony pindah dari Indonesia.
(Oetomo, Singaraja, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Kita mempunyai masalah diskriminasi pengalaman kerja. Ini dapat terlihat dalam persyaratan-persyaratan dari lowongankerja yang memberikan prioritas kepada mereka yang memiliki pengalaman kerja 2-3 tahun. Jika hal ini tetap sepertiini, bagaimana para lulusan baru dapat memperoleh pekerjaan?
Bicara mengenai hak atas kesempatan yang sama, saya tahu di sebuah daerah perkebunan di Jember, banyak perempuandan anak-anak yang bekerja di sana. Mereka mendesak pengelola perkebunan untuk menyewa mereka sebagai buruh.Perkebunan tidak memiliki anggaran untuk para buruh ini. Tetapi perempuan dan pekerja anak sudi dibayar berapapun.Universitas Jember melakukan riset tentang buruh perempuan dan anak-anak ini. Mereka dibayar Rp. 1.000 per hari,tetapi mereka mengerjakan pekerjaan itu dengan senang hati tanpa tekanan. Bagaimana memecahkan masalah ini? Perludiingat, perusahaan tidak pernah meminta mereka bekerja di sana, mereka sendirilah yang meminta.
Tentang masalah jender: ada beberapa pekerjaan yang memprioritaskan perempuan. Praktek semacam ini memperlakukanlaki-laki secara tidak sejajar.
(Saptarian, Jember, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
59
Tentang Kewirausahaan dan Kemampuan untuk Mendapatkan Pekerjaan. Dalam pendidikan, muatan mengenaikewirausahaan sangat sedikit. Selain itu tidak ada program terapan untuk menjadi wirausahawan bagi para siswa. Jikakita melihat kurikulum atau mata pelajaran dalam pendidikan kita, maka mungkin hanya sejumput kecil mata pelajaranyang berkenaan dengan keterampilan kejuruan atau pengetahuan produk. Keterampilan yang diajarkan sekarang harusdisesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Sehingga setelah lulus, para siswa siap bersaing. Pendidikan saat inimasih bersifat normatif.
(Imron, Pasuruan, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Masukan-masukan untuk kelompok Kewirausahaan: Keluarga harus menumbuhkan dan memelihara jiwa kewirausahaan,dan tidak hanya memfokuskan pada pendidikan. Banyak pihak-pihak formal, non-formal dan informal selain pemerintah.Untuk memecahkan masalah kewirausahaan, kita harus melibatkan seluruh unsur-unsur dasar.
Masukan-masukan untuk kelompok Penciptaan Lapangan Kerja: Ada beberapa program yang tidak jelas dan terbatas.Program-program ini masih memerlukan beberapa aplikasi dalam menjawab permasalahan yang berkaitan dengan investasi.Kami kadang-kadang terkecoh oleh pertimbangan sepihak dari kebutuhan kami, dan tidak mempertimbangkan kebutuhanlain, seperti kebutuhan perusahaan. Kami tahu bahwa perusahaan merekrut pekerja mereka berdasarkan kebutuhanmereka, sehingga persyaratan-persyaratan yang mereka minta harus dibahas juga. Mengapa kita tidak berusaha untuktidak menyudutkan salah satu pihak?
Masukan-masukan untuk kelompok Kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan: Ada sejumlah unsur yang terlibat,dan yang pertama adalah budaya. Budaya Indonesia berbeda dengan budaya bangsa lainnya. Hal-hal yang baik daribangsa kita tidak boleh diubah, dan hal-hal yang baik dari bangsa lain dapat dipelajari. Mengenai peluang yang sama,jika kita mau menerapkan peluang yang sama, maka pekerja laki-laki dapat memohon ‘cuti persalinan’. Kita benar-benar memerlukan rumusan yang jelas mengenai kesempatan yang sama, dan kita dapat mempelajari sistem tunjangan diJepang dan sistem kesetaraan hak di Amerika. Mudah-mudahan konsultasi ini dapat memberikan beberapa masukankepada pihak berwenang dalam membuat keputusan.
(Abdulrahman, IP3, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Berkaitan dengan ’Kemampuan untuk memperoleh pekerjaan, dan paradigma yang ada di masyarakat tentang kerja danprofesionalisme, kami berharap dapat mengubah paradigma masyarakat bahwa bekerja adalah memakai dasi danbekerja di kantor. Bagaimana kita dapat mengubah paradigma ini?
Kita tahu kita membutuhkan pendidikan tentang kewirausahaan, baik dalam keluarga dan di sekolah. Dua contohdalam masyarakat adalah Karang Taruna dan PKK. Tetapi ini masih tidak kongkrit. Jika kita ingin mengambiltindakan tentang persoalan ini, bagaimana kita harus menerapkannya?
(Nesty, Pusdakota-Surabaya, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Diskusi mengenai kewirausahaan memberi kesan bahwa pengetahuan bisnis harus diperkenalkan sejak dari tamankanak-kanak sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Di taman kanak-kanak kita belajar tentang psikologi pendidikan.Apakah sesuai bagi orang-orang untuk diajari tentang kewirausahaan sejak mereka dalam taman kanak-kanak?Idealnya, kewirausahaan harus diperkenalkan pada jenjang pendidikan sekolah menengah tingkat atas sehingga parasiswa termotivasi untuk bekerja. Namun demikian untuk hal ini kita pelu melakukan riset yang luas.
Kita juga membahas masyarakat marjinal. Kami menemukan bahwa banyak anak-anak menjadi pengamen jalanan danpengemis di kota-kota besar. Kita membutuhkan beberapa kebijakan untuk memecahkan masalah eksploitasi anak.
Indonesia telah kehilangan identitasnya karena karakternya yang lemah. Kegiatan-kegiatan ekstra dan pramuka diharapkandapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Hal ini diperlukan untuk membangun karakter nasional. Terdapatbanyak perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi masa lalu. Kita dapat melihat bahwa adik-adik kita yang lebih
60
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
muda memilih melihat film-film kartun internasional, seperti Doraemon atau Digimon daripada film-film kartun darinegara kita. Kita perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi ini dalam pembangunan karakter nasional kita.
Satu hal lainnya yang membutuhkan pertimbangan kita adalah kesenjangan sosial. Sekarang, kita dapat melihat bahwaseseorang yang mencuri seekor ayam dihukum lebih berat daripada para koruptor. Kita harus mencoba [untuk membalik]agar di masa depan tidak ada kesenjangan sosial semacam ini akan terjadi.
(Didik, Malang, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
Masalah umum yang dihadapi setiap orang adalah mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Perguruan tinggi harusmempertahankan citra mereka sebagai lembaga yang menghasilkan mahasiswa yang dapat memperoleh pekerjaan setelahlulus. Untuk alasan inilah, maka kurikulum harus dirubah dan disesuaikan dengan profesi yang ada dalam lapanganpekerjaan.
(Suwandono, Pasuruan, Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Surabaya)
61
2.2.2.2.2. Liputan MediaLiputan MediaLiputan MediaLiputan MediaLiputan Media
Dari tiga konsultasi, hanya dua konsultasi menyerahkan laporan-laporan tentang artikel-artikel yangditulis di media massa mengenai konsultasi. Laporan Konsultasi Pemuda di Surabaya menyertakan tujuh(7) artikel berkaitan dengan konsultasi, dan Konsultasi Pemuda di Yogyakarta menyertakan tiga (3)artikel. Tidak ada artikel mengenai konsultasi di Jakarta. Sinopsis artikel-artikel liputan media adalahsebagai berikut.
A.A.A.A.A. ArtikArtikArtikArtikArtikel-artikel-artikel-artikel-artikel-artikel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda di Surabaya:emuda di Surabaya:emuda di Surabaya:emuda di Surabaya:emuda di Surabaya:
••••• Surabaya: TSurabaya: TSurabaya: TSurabaya: TSurabaya: Tuan rumah Konsultasi Puan rumah Konsultasi Puan rumah Konsultasi Puan rumah Konsultasi Puan rumah Konsultasi Pemuda, Jawa Pemuda, Jawa Pemuda, Jawa Pemuda, Jawa Pemuda, Jawa Pos, 8 Oktober 2003os, 8 Oktober 2003os, 8 Oktober 2003os, 8 Oktober 2003os, 8 Oktober 2003
Isi: Jumlah kaum muda yang menganggur meningkat. ILO, bersama-sama dengan Depnakertrans,menyelenggarakan sebuah konsultasi untuk membicarakan masalah pengangguran pemudadan untuk mencoba menemukan solusi-solusi sebagai sebuah landasan dalam merumuskankebijakan. Konsultasi ini menyertakan enam provinsi dari Indonesia Timur dan 10 Kabupatendi Jawa Timur, dengan peserta dari angkatan kerja muda berusia 15 – 29. Konsultasi inidiselenggarakan di Surabaya karena kota ini memiliki tingkat pengangguran yang tinggi.
••••• Konsultasi Pemuda Membahas Pengangguran, Jawa Pos, 13 Oktober 2003.Konsultasi Pemuda Membahas Pengangguran, Jawa Pos, 13 Oktober 2003.Konsultasi Pemuda Membahas Pengangguran, Jawa Pos, 13 Oktober 2003.Konsultasi Pemuda Membahas Pengangguran, Jawa Pos, 13 Oktober 2003.Konsultasi Pemuda Membahas Pengangguran, Jawa Pos, 13 Oktober 2003.
Isi: Diskusi utama dalam Konsultasi Pemuda di Surabaya adalah tentang pengangguran muda,yang semakin meningkat tiap tahunnya. Peter Rademaker, Wakil Direktur dari ILO,menyatakan bahwa pemerintah daerah, seperti Pemerintah Kotamadya Surabaya, harusmelakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini. Konsultasi ini, yang diikuti enam provinsi,adalah sebuah usaha untuk melibatkan kaum muda, terutama generasi muda Indonesiabagian timur, dalam menghasilkan program-program ketenagakerjaan bagi kaum muda. Adaempat hal yang akan dibahas dalam konsultasi ini: peluang untuk mendapatkan pekerjaan,kesempatan yang sama, kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.
••••• 66.29 P66.29 P66.29 P66.29 P66.29 Persen Angkersen Angkersen Angkersen Angkersen Angkatan Kerja di Jawa Timur Lulusan SDatan Kerja di Jawa Timur Lulusan SDatan Kerja di Jawa Timur Lulusan SDatan Kerja di Jawa Timur Lulusan SDatan Kerja di Jawa Timur Lulusan SD, Kompas, 8 Oktober, Kompas, 8 Oktober, Kompas, 8 Oktober, Kompas, 8 Oktober, Kompas, 8 Oktober20032003200320032003
Isi: 66,29 persen angkatan kerja di Jawa Timur terdiri dari lulusan SD, yang menunjukkanbetapa rendahnya kualitas angkatan kerja. Tenaga kerja tidak terampil akan menghadapimasalah serius dalam mendapatkan pekerjaan. Dilaporkan bahwa ada 846.295 kaummuda yang mengganggur. Disnaker Jawa Timur telah mencoba mengatasi masalah inidengan meningkatkan keterampilan angkatan kerja dengan mendirikan BLK, mengirimpekerja ke luar negeri, menempatkan pekerja dalam sektor-sektor informal, membentukbisnis padat-modal, dan memberikan bimbingan serta konseling kepada para pekerjatidak terampil agar mereka bisa memperoleh pekerjaan dan upah yang layak. Disnakerjuga sudi menjadi fasilitator untuk program-program ILO demi mendapatkan masukanyang baik untuk kebijakan-kebijakan pemerintah.
62
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
••••• ILO: Mencari Solusi untuk Masalah Pengangguran, Harian Surya, 8 OktoberILO: Mencari Solusi untuk Masalah Pengangguran, Harian Surya, 8 OktoberILO: Mencari Solusi untuk Masalah Pengangguran, Harian Surya, 8 OktoberILO: Mencari Solusi untuk Masalah Pengangguran, Harian Surya, 8 OktoberILO: Mencari Solusi untuk Masalah Pengangguran, Harian Surya, 8 Oktober20032003200320032003
Isi: ILO menyelenggarakan sebuah konsultasi pemuda pada tanggal 13 – 14 Oktober, 2003untuk mengetahui aspirasi kaum muda, khususnya mereka yang tinggal di bagianIndonesia timur. Gita F. Lingga, Media Relations ILO, mengatakan bahwa ada 6,1 jutaanak muda yang menganggur di Indonesia. Konsultasi ini menitikberatkan pada saling berbagipengalaman dan harapan dari generasi muda, dan jenis-jenis program yang efektif yangdibutuhkan. Pemerintah bekerja sama dengan ILO, membentuk I-YEN (Indonesian YouthEmployment Network — Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia), yang tugasutamanya adalah membuat rencana aksi mengenai peluang lapangan kerja bagi kaum muda.
••••• Konsultasi tentang Pengangguran di Surabaya, Suara Pembaruan, 9 OktoberKonsultasi tentang Pengangguran di Surabaya, Suara Pembaruan, 9 OktoberKonsultasi tentang Pengangguran di Surabaya, Suara Pembaruan, 9 OktoberKonsultasi tentang Pengangguran di Surabaya, Suara Pembaruan, 9 OktoberKonsultasi tentang Pengangguran di Surabaya, Suara Pembaruan, 9 Oktober20032003200320032003
Isi: ILO, bersama-sama dengan Depnakertrans dan Ubaya, menyelenggarakan konsultasipengangguran kaum muda, yang dihadiri oleh 100 kaum muda yang tidak bekerja dan50 pejabat pemerintah. Konsultasi ini membahas peluang kerja yang diinginkan kaum muda,dan mencoba mengetahui aspirasi kaum muda sebagai bentuk umpan balik untukmerumuskan kebijakan ketenagakerjaan yang tepat. Konsultasi ini juga mengkaji empathal, yakni: kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan, peluang yang sama, kewirausahaan,dan penciptaan lapangan kerja.
••••• Pengangguran Usia Produktif: Mengkhawatirkan!, Radar Surabaya, 8 OktoberPengangguran Usia Produktif: Mengkhawatirkan!, Radar Surabaya, 8 OktoberPengangguran Usia Produktif: Mengkhawatirkan!, Radar Surabaya, 8 OktoberPengangguran Usia Produktif: Mengkhawatirkan!, Radar Surabaya, 8 OktoberPengangguran Usia Produktif: Mengkhawatirkan!, Radar Surabaya, 8 Oktober2003.2003.2003.2003.2003.
Isi: Gita F. Lingga menyatakan bahwa pengangguran muda di Indonesia disebabkan olehpersaingan dan keterampilan yang rendah. ILO menyelenggarakan konsultasi tentangpengangguran kaum muda untuk mengetahui bagaimana reaksi masyarakat mengenaikeberadaan I-YEN (Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia). Sularto dariDisnaker Jawa Timur menyatakan bahwa pengangguran di Jawa berhubungan eratdengan rendahnya pertumbuhan ekonomi (3,2% - 3,s5%). Rendahnya pertumbuhanekonomi ini menunjukkan terbatasnya peluang pekerjaan, yang disebabkan olehrendahnya mutu tenaga kerja, distribusi yang tidak merata, dan hubungan industri yangtidak seimbang. Depnaker Jawa Timur telah mencoba mengatasi masalah-masalah inidengan mengirim pekerja ke program-program magang di Jepang dan Korea, menambahpusat-pusat pelatihan atau BLK, dan mengembangkan pelayanan pertukaran pekerja.
••••• Sebuah Lukisan Kemiskinan di Negeri Kita, Bernas, 8 Oktober 2003Sebuah Lukisan Kemiskinan di Negeri Kita, Bernas, 8 Oktober 2003Sebuah Lukisan Kemiskinan di Negeri Kita, Bernas, 8 Oktober 2003Sebuah Lukisan Kemiskinan di Negeri Kita, Bernas, 8 Oktober 2003Sebuah Lukisan Kemiskinan di Negeri Kita, Bernas, 8 Oktober 2003
Isi: Proses globalisasi dan modernisasi telah menciptakan kemiskinan dan jurang sosial yangmengakibatkan rendahnya mutu kehidupan, malnutrisi, ketidakmampuan mengaksespendidikan, biaya kesehatan yang tidak dapat dijangkau, dan pengangguran. Diramalkanbahwa pengangguran di Indonesia akan mencapai 11,19 juta pada tahun 2005.Pengangguran akan menimbulkan masalah lain — tingginya tingkat kejahatan.
63
Pemerintah harus melakukan yang berikut ini: pertama, meningkatkan kualitas sumber dayamanusia, khususnya pegawai pemerintah; kedua, menciptakan lapangan kerja yang dapatdiakses oleh mereka yang miskin; ketiga, menegakkan kedaulatan hukum; keempat,mengeluarkan peraturan yang melindungi kaum miskin; dan yang terakhir, melakukan progamevaluasi.
B.B.B.B.B. ArtikArtikArtikArtikArtikel-artikel-artikel-artikel-artikel-artikel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pel tentang Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda di Yemuda di Yemuda di Yemuda di Yemuda di Yogyakogyakogyakogyakogyakartaartaartaartaarta
••••• ILILILILILO MelibatkO MelibatkO MelibatkO MelibatkO Melibatkan Kaum Muda dalam Pan Kaum Muda dalam Pan Kaum Muda dalam Pan Kaum Muda dalam Pan Kaum Muda dalam Pekekekekekerjaan Perjaan Perjaan Perjaan Perjaan Perencanaan, Kedaulatanerencanaan, Kedaulatanerencanaan, Kedaulatanerencanaan, Kedaulatanerencanaan, KedaulatanRakyat, 16 Oktober 2003Rakyat, 16 Oktober 2003Rakyat, 16 Oktober 2003Rakyat, 16 Oktober 2003Rakyat, 16 Oktober 2003
Isi: Pengangguran Kaum Muda Indonesia telah mencapai 6,1 juta orang, dan ini dapatmenimbulkan tingkat kejahatan yang tinggi. Peter Rademaker, Wakil Direktor ILO,menyatakan bahwa harus ada peluang-peluang baru bagi kaum muda untuk mendapatkanpekerjaan layak dan produktif. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan I-YEN (JejaringLapangan Kerja bagi Kaum Muda Indonesia), sebuah program kerjasama antara ILOdengan pemerintah Indonesia. ILO menyelenggarakan konsultasi untuk memfasilitasiketerlibatan kaum muda dalam merumuskan kebijakan dan program-program untuklapangan kerja bagi pemuda.
••••• Pengangguran yang Tinggi di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, 8 Oktober 2003Pengangguran yang Tinggi di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, 8 Oktober 2003Pengangguran yang Tinggi di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, 8 Oktober 2003Pengangguran yang Tinggi di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, 8 Oktober 2003Pengangguran yang Tinggi di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, 8 Oktober 2003
Isi: Indonesia akan memiliki proyek percontohan untuk menangani masalah pengangguran kaummuda, karena jumlah kaum muda yang tidak bekerja telah mencapai 6,1 juta, dan 57-60persen dari mereka adalah lulusan sekolah dasar. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintahtelah mendirikan sebuah jejaring yang bernama I-YEN, dan bekerja bersama dengan ILOdalam menyelenggarakan sebuah konsultasi tentang Tantangan, Peluang dan Strategi untukmenanggulangi pengangguran kaum muda di Indonesia.
••••• Jumlah PJumlah PJumlah PJumlah PJumlah Pengangguran Tengangguran Tengangguran Tengangguran Tengangguran Tetap Bertambah, Bernas, 17 Oktober 2003etap Bertambah, Bernas, 17 Oktober 2003etap Bertambah, Bernas, 17 Oktober 2003etap Bertambah, Bernas, 17 Oktober 2003etap Bertambah, Bernas, 17 Oktober 2003
Isi: Jumlah kaum pengangguran di Indonesia tetap bertambah, sampai 100 juta dan 6,1 jutaadalah kaum muda yang menganggur. Tingginya tingkat pengangguran kaum muda inidisebabkan oleh sempitnya kesempatan kerja dibandingkan dengan banyaknya jumlah pencarikerja. Solusi atas masalah ini harus termasuk membentuk sebuah jaringan di antarapemerintah, pelaku bisnis, dan lembaga pendidikan. ILO menyelenggarakan sebuah konsultasitentang pengangguran pemuda untuk membentuk jaringan antara tiga pihak tersebut.
64
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
3.3.3.3.3. Agenda-agenda KonsultasiAgenda-agenda KonsultasiAgenda-agenda KonsultasiAgenda-agenda KonsultasiAgenda-agenda Konsultasi
Sub-bab ini berisi daftar acara dari tiga konsultasi.
A.A.A.A.A. Konsultasi oleh Pemuda untuk PemudaKonsultasi oleh Pemuda untuk PemudaKonsultasi oleh Pemuda untuk PemudaKonsultasi oleh Pemuda untuk PemudaKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, , , , , Surabaya, Universitas Surabaya,Surabaya, Universitas Surabaya,Surabaya, Universitas Surabaya,Surabaya, Universitas Surabaya,Surabaya, Universitas Surabaya,13 – 14 Oktober 200313 – 14 Oktober 200313 – 14 Oktober 200313 – 14 Oktober 200313 – 14 Oktober 2003
Hari Pertama, 13 Oktober 20031. Pidato Pembukaan
- Ketua Komite- Wakil Direktur ILO- Rektor Universitas Surabaya
- Dirjen Depnaker2. Konperensi Pers3. Dialog-dialog Interaktif4. Diskusi Kelompok Paralel
Hari Kedua, 14 Oktober 20031. Presentasi Akhir dari Diskusi Paralel2. Tinjauan terhadap Presentasi Akhir3. Kesimpulan
4. Pidato penutupan oleh Kepala Dinas Ketenagakerjaan Jawa Timur
65
B.B.B.B.B. Konsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh PKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda untuk Pemuda, Yemuda, Yemuda, Yemuda, Yemuda, Yogyakogyakogyakogyakogyakarta & Provinsi Jawa Tarta & Provinsi Jawa Tarta & Provinsi Jawa Tarta & Provinsi Jawa Tarta & Provinsi Jawa Tengah,engah,engah,engah,engah,Universitas Muhammadiyah, YUniversitas Muhammadiyah, YUniversitas Muhammadiyah, YUniversitas Muhammadiyah, YUniversitas Muhammadiyah, Yogyakogyakogyakogyakogyakarta, 16-17 Oktoberarta, 16-17 Oktoberarta, 16-17 Oktoberarta, 16-17 Oktoberarta, 16-17 Oktober, 2003, 2003, 2003, 2003, 2003
Waktu Program
Kamis, 16 Oktober 2003
08:00-09:00 Pendaftaran Peserta
09:00-10:00 Upacara Pembukaan
• Pidato oleh Rektor UMY
• Pidato oleh ILO
• Pidato oleh Departemen Ketenagakerjaan Indonesia
10:00-12:00 Kuliah Umum dan Dialog InteraktifPembicara:
• Drs. Pardjo (Departemen Tenaga Kerja, DIY)
• Sri Natin, SH., SU (Pusat Studi Perempuan UGM)
• Buyung Johansyah, SE (Desanta Learning Institute)
• Ir. Joko Ismanu Herlambang (Pengusaha)
Moderator:
Indah Fatmawati, SE, M. Si (Dosen Fakultas Ekonomi, UMY)
12:00-12:30 Pembagian/penentuan Kelompok dan Diskusi
12:30-13:30 Istirahat makan siang
13:30-16:00 Diskusi Kelompok
Jumat, 17 Oktober 2003
09:00-11:30 Penyajian hasil Diskusi Kelompok
Moderator: Sutrisno Wibowo, SE, MM
11:45-13:00 Istirahat makan siang
13:00-14:00 Sesi Diskusi dan Tanya-Jawab
14:00-14:30 Ikhtisar dari Konsultasi
14:30-15:00 Upacara Penutupan
66
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
C.C.C.C.C. Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat, Banten dan DkiKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat, Banten dan DkiKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat, Banten dan DkiKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat, Banten dan DkiKonsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda, Provinsi Jawa Barat, Banten dan DkiJakarta, Universitas Indonesia, 18 November 2003Jakarta, Universitas Indonesia, 18 November 2003Jakarta, Universitas Indonesia, 18 November 2003Jakarta, Universitas Indonesia, 18 November 2003Jakarta, Universitas Indonesia, 18 November 2003
Selasa, 18 November 20031. Pidato Pembukaan
• ILO• Depnakertrans
1. Dialog interaktif2. Diskusi Paralel3. Diskusi Pleno
4.4.4.4.4. Daftar PDaftar PDaftar PDaftar PDaftar Pesertaesertaesertaesertaeserta
Peserta Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda,Provinsi DI Yogyakarta & Jawa Tengah
Universitas Muhammadiyah (UMY),Yogyakarta, 16 – 17 oktober 2003
Kategori: Kaum Muda/Organisasi Pemuda, Provinsi DI Yogyakarta
No Nama Lembaga
1 Anggi Puspa Pradhini SMUN I Yogyakarta
2 Wiwien Apriliani SMUN I Yogyakarta
3 Muh. Latif Fauzi Univ. Islam Indonesia
4 Eko Riyadi Univ. Islam Indonesia
5 Al Kadri Univ. Muh. Yogyakarta
6 Zeki Mubarak Univ. Muh. Yogyakarta
7 Abdi Ramdhan Univ. Muh. Yogyakarta
8 Farizal Univ. Muh. Yogyakarta
9 Muh. Abu Univ. Muh. Yogyakarta
10 M. Effendi Univ. Negeri Yogyakarta11 Unik Ambarwati Univ. Negeri Yogyakarta
12 Maryadi Nurhadi Prayitna Univ. Atmajaya Yogya
13 Monika Novena Univ. Atmajaya Yogya
14 Sunu Widianto AMP YKPN
67
15 Yunani AMP YKPN
16 Hudan Mudarris IAIN Sunan Kalijaga
17 Khotimatus Saadah IAIN Sunan Kalijaga
18 Alwi Ismail Dian Desa
19 Dwi Pramudyatno Dian Desa
20 Sri Rejeki APIKRI
21 Lasmanu Rukiyanto APIKRI
22 Mohammad Ridwan KKB Indonesia Bangkit
23 Wawin Endang Widiastuti KKB Indonesia Bangkit
24 Sigit Isnugroho PP AI Munawwir Krapyak
25 Sarwani PP AI Munawwir Krapyak
26 Sofriatno Soleh PW Pemuda Muhamadiyah
27 M. Irfan Islami PW Pemuda Muhamadiyah
28 Anne Permatasari, SIP PSW UMY
29 Yoni Astuty PSW UMY
30 Dra. Iin Kristianti LPK Desanta
31 Daimatun Nafiah LPK Desanta
32 Nurul Saadah, SH CIQAL
33 Ari Kurnaiwan, S. Ant. CIQAL
34 Rio Muda Irawan HIMAMA
35 Amir Yudo Winarno HIMAMA
36 Ranto Subangkit SMSR
37 Ika Yulianti SMSR
38 Imam Machali Elstra
39 Idnah Khozimatun Nur Elstra
40 Ahamd Rifai GP Anshor
41 Hamdanuddin GP Anshor
42 Suryadi Rumah Singgah Ahmad Dahlan
43 Wiyadi, S. Ag. Rumah Singgah Ahmad Dahlan
44 Layin Fauziah, S. Ag. Nasyiatul Aisyiah
No Nama Lembaga
68
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
No Nama Lembaga
45 Eni Ernawati Nasyiatul Aisyiah
46 Kembar Abadi Panti Sosial Bina Remaja
47 Giyono Panti Sosial Bina Remaja
48 Oktariningsih Panti Sosial Bina Remaja
49 Sri Wahyuni Panti Sosial Bina Remaja
50 Ibi Satibi PW IPNU
51 Mahfudz Rifai PW IPNU
52 Badrun Hermawan, ST TKPMP
53 Eka Novaianto MAN 2 Yogyakarta
54 Wardatul Ushad MAN 2 Yogyakarta
55 Bertha Cahyani HIPMI Yogyakarta
56 Haris Setyawan HIPMI Yogyakarta
57 Dian Aprilia MAN 1 Yogyakarta
58 Ikhsan Tanjung MAN 1 Yogyakarta
59 Ahmad Ma’ruf INSPECT
60 Ardi Hamzah INSPECT
61 Agung Setyabudi SMKN I Yogyakarta
62 Susanti SMKN I Yogyakarta
63 Abdul Rozaq Karang Taruna Desa Kemusuk
64 Yulianti Widyasari Karang Taruna Desa Kemusuk
65 Sigit Pramono SMKN I Wates66 Andini Widyawati SMKN I Wates
67 Sisca Wulandari SMU Stella Duce II Yogyakarta
69
No Nama Lembaga
Kategori: Kaum Muda/Organisasi Pemuda, Provinsi Jawa Tengah
1 Aris Fajar Rokhani Universitas Diponegoro
2 Nuniek Akhiriani Universitas Diponegoro
3 Fery Jayanta Universitas Negeri Surakarta
4 Fajar Suharmanto Universitas Negeri Surakarta
5 Nuhim Universitas Muhammadiyah Purworejo
6 Yuli Permana Sari Universitas Muhammadiyah Purworejo
7 Mardiyan Universitas Negeri Semarang
8 Fitri Maulida Universitas Negeri Semarang
9 Nasrudin IAIN Walisongo
10 Nur Lailiy Mazkiyatun F. IAIN Walisongo
11 Hasan A. Aziz PURA Group
12 Atmo Suwito Rabban PURA Group
13 Wagino LSM Bina Bakat Surakarta
14 Tamtomo LSM Bina Bakat Surakarta
15 Fuad Hasan MAN Salatiga
16 Syarif Nurrohmah MAN Salatiga
17 Nita Triadisti UM. Surakarta
18 Dedi Pujakesuma UM. Surakarta
19 Armi Yuniani Maharanie LSM PAHAM Semarang
20 Devi LSM PAHAM Semarang
21 Mahardika Agung P., ST LPPSP Semarang
22 Niken Laras W., S. Kom LPPSP Semarang
23 Merlin Adriani SMU Sedes Sapientiae
24 Kristi Natalia SMU Sedes Sapientiae
25 Wijanarko LSM Persepsi Klaten
26 Sri Indarti LSM Persepsi Klaten
27 M. Suharmanto SMU Muhammadiyah I Surakarta
28 Ratih Anggraeni SMU Muhammadiyah I Surakarta
29 Christanto Wibisono Universitas Kristen Saya Wacana Salatiga
30 Jesica Arumsari Universitas Kristen Saya Wacana Salatiga
70
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
31 Eko Prasetyo Universitas Jenderal Soedirman
32 Rini Cahyani M. Universitas Jenderal Soedirman
33 Rommy Chandra I. SMU Negeri I Semarang
34 Natalia A. Maharany SMU Negeri I Semarang
35 Kusworo Aji SMU Negeri I Temanggung
36 Novika Primanigrum SMU Negeri I Temanggung
37 Taufik Hermawan STM Negeri I Cilacap
38 Rohmat Nur Hidayat STM Negeri I Cilacap
Kategori: Lembaga Pemerintah, Provinsi DI Yogyakarta
1 M. Syarif Said Disnakertrans DIY
2 Pudji Christiatmi Disnakertrans DIY
3 Drs. Sudewo Disnakertrans DIY
4 Drs. Agus Suryono Disnakertrans DIY
5 Budi Haryono Disnakertrans Bantul
6 Subiyono Disnakertrans Sleman
7 Suyanto Hidayat Disnakertrans Kulon Progo
8 Drs. Hargiyono Disnakertrans Gunung Kidul
9 Winarno Bappeda Prop. DIY
10 Kadri Renggono, M. Si. Bappeda Kodya Yogyakarta
11 Bambang Triyanto, SH Bappeda Bantul
12 Drs. Abdur Rosyid Bappeda Sleman
13 Drs. Daldiri, M.M Bappeda Kulon Progo
14 Sri Suhartanta, SIP, M. Si. Bappeda Gunung Kidul
15 Hudiyono Disdiknas Provinsi DIY
16 Drs. Ponidi Disdiknas Provinsi DIY
No Nama Lembaga
No Nama Lembaga
71
1 Drs. Joko Sutarto Disnakertrans Jateng
2 SR. Christiangsih Disnakertrans Jateng
3 Djoko Minarto Disnakertrans Jateng
4 Tjatur Juniarto Disnakertrans Jateng
5 Suhardo Disnakertrans Magelang
6 Bandari Kusudi Atmaji Disnakertrans Temanggung
7 Dra. Rofiatun Disnakertrans Kudus
8 Imam Irjanto Disnakertrans Pati
9 Drs. Sarbini Disnakertrans Surakarta
10 Agus Joko Santoso Disnakertrans Sragen
11 Marjono HS Disnakertrans Purworejo
12 Agus Samekto Disnakertrans Cilacap
13 Drs. Syamsul Huda Disnakertrans Purwokerto
14 Dra. Widya Fitriana Disnakertrans Kota Semarang
15 Drs. Gunanto Bappeda Kota Semarang
16 Arif Mulyono, BA Bappeda Kudus
17 Danarsih Wudyastuti, SE Bappeda Sragen
18 Kuspartondo Bappeda Purworejo
19 Ir. Muhammad Hadjid, MM Bappeda Cilacap
20 Budi Sutrisno Bappeda Pekalongan
21 Supomo Puji Atmoko Disdiknas Jateng
22 Mardi Utomo Bappeda Magelang
23 M. Susanto Bappeda Temanggung
24 Ir. Soemarno Bappeda Purwokerto
No Nama Lembaga
Kategori: Lembaga Pemerintah, Provinsi Jawa Tengah
72
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
No Nama Media
Peserta Konperensi PersKonsultasi oleh Pemuda untuk PemudaUniversitas Surabaya, 7 Oktober 2003
1 Dian Wahyudi Surabaya Pagi
2 Indah Jawa Pos
3 Indah Surabaya News
4 Ery JJFM
5 Dony Radio Mercury FM
6 Edy ANTARA
7 Heariyanto SWA
8 Dheny Y Surya
9 Dyan Radar Surabaya
10 Nita Kompas
11 Erna Sonora FM
12 Hijrah Harian Bangsa
13 Kistoro RRI
14 Charles Warta Ubaya
Peserta Konperensi PersKonsultasi oleh Pemuda untuk PemudaUniversitas Surabaya, 13 Oktober 2003
1 Grace Imelda Utomo Warta Surabaya
2 Hijrah Harian Bangsa
3 Yunanto Surya
4 Kim Jawa Pos
5 Dyah Radar Surabaya
6 Indah Surabaya News
7 Edy ANTARA
8 Dwi Harian Bangsa
9 Tanjung Jawa Pos
10 Jujuk Surya
No Nama Media
73
11 Agus S Surabaya Pagi
12 Baby Warta Ubaya
13 Lia Kompas
14 Dony Radio Mercury FM
15 Charles Warta Ubaya
16 Achmad Surabaya Pagi
Peserta Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda,Provinsi Jawa Barat, Banten Dan DKI Jakarta
Universitas Indonesia, 18 November 2003
1 Sahlan UPN Veteran
2 Iwang sUntag
3 Wiwi Minarti Untag
4 Sonang H.S IISIP
5 Zainul A. MH Thamrin
6 Yusri Khaldidj UBK
7 Rustiana STIENUS
8 Eka Widya Weku Usakti
9 Paramita Laksmiandita YAI
10 Puji Rahayu Gunadarma
11 Rina UNJ
12 Yunita Zelvita UI
13 Dina Hardiana UI
14 Eka SMU Gonzaga
15 Indah Amalia SMUN 54
16 Tami STIENUS
17 Risza Restu Rianty SMIP Jawis
18 Sri Sukaesih SMKN 12
No Nama Media
No Nama Lembaga
74
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
19 Yulianty Amelia SMK Paramita
20 Yunita STIENUS
21 Eko Pramono SMKN 5
22 Rudi Setiawan SMK Malakal 23
23 Mega Maulana STM Telkom
24 Tego Hadi Pujianto SMUN 78
25 Rinaldi S. SMUN 89
26 Doni Kristanto SMU Patriot Bekasi
27 Ridwan Hardiansyah SMU PGRI 24
28 Minar Magdalena Karyawan/Pekerja
29 Dwi Mulyani BLK Condet
30 Martha DP Gurning Karyawan/Pekerja
31 Nia Kurniasari YAI
32 Juniati Christine BLK
33 Bunga Kusumadewi IISIP
34 Rafika P. Agustina YAI
35 Adi Nugraha Utama SMU BPSK
36 Willy FMN
37 Darwadi BLK Condet
38 Eko FMN
39 Latief FMN
40 Billy HS YAI
41 Bonny Hargens Pemuda Katolik
42 Benedictus Karyawan/Pekerja
43 Remon FMN
44 Dwi Winarno PMII
45 Guntur Wicaksana KGM
46 Kojek SPED
47 Dewa Gede D Hindu
48 Agus Setiawan WP
49 Viktor PEKAT
No Nama Media
75
50 Panel Barus STIENUS
51 Dian PEKAT
52 Dwi Kartika Ayu Lulusan Baru
53 Liya Mandra Melawai
54 Nur Hasanah SBIP
55 I Made Budi Arsika KMHDI
56 Restu KAB
57 Amie KAB
58 Ady Mulyawan FHUI
59 Yustina Tutu Sr. Bina Swadaya
60 Ari Ayu Rembulan MAPALA UI
61 Mila IISIP
62 Aisah UPI
63 Arianti Sofiah Universitas Padjajaran
64 Agustian Setya Danarko STT Telkom
65 Rohmat S SMKN 4
66 Ahmad Fauzan Unisba
67 Imam Kesuma Dilaga UIB
68 Muhammad Yusuf ITB69 Arif Ahmad Haryadin BLK Bandung
70 Andreas Pranajaya BLK Bandung
71 Dipta Rahmadito BLK Bandung
72 Lilik Kristianto BLK Bandung
73 Regi Unpad
74 Rahmat Sodikin Karyawan/Pekerja
75 Normalinda Unpad
76 Dyah Ayu Paramita Arifien SMUN 5
77 Davidta Hadi W Unpas
78 Tika SMU BinMuda
79 Sukmana Disnakertrans Jawa Barat
80 Robiatul Adawiyah STAIN
No Nama Media
76
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
81 Aliyah Syah Ehan MA Anyer
82 Muhadi STIE Al-Khairiyah Cilegon
83 Guna Sukma SMK KS
84 Afud Mahmudin SMKN I
85 Susi Anggraini SMKN I
86 A. Nouvan Hidayat UNMA
87 Ipik Permana Untirta
88 Evni Yunita STAISMAN
89 Irza UPTD – Balai Pelatihan Kerja Kab. Bogor
90 Joko Labo UPTD – Balai Pelatihan Kerja Kab. Bogor
91 Then Kok Teng Pencari Kerja
92 Kevin Lodewijk Maramis Universitas Pakuan
93 Steisi IPB
94 Anto Pencari Kerja
95 Ika Wahyu LIPS
96 Rulas Lebardo Pencari Kerja
97 Joe Andika Orus Gobel ITI
98 Joko STIE Muhammad
99 Esih Asiah STIE Ahmad Dahlan
100 Ria E. Pah Karyawan/Pekerja
101 Widianti SMUN 7
102 Yandi SMKN 2
103 Adhe Dandy Pencari Kerja
104 Semut Pencari kerja
105 Abdul Wasi Ayafiyah
106 Iwan Ridwan UNISMA
107 Endah Utari Bina Insani
108 Tunda Hakim Agustina UNKRIS
109 Arafat Helmi SMUN 5
110 Putra Abdurrahman SMK Abadi
No Nama Media
77
No Nama Media
111 Wita SMEA Gelora
112 Arum SMUN 10 Bekasi
113 Anika Widiana UBAYA
114 Ivana Atmojo AIESEC
115 Wisnu Wiboyo UNAIR
116 Rini Juni Astutui UMY
117 Nurul S. Andriani CIQAL
118 Aris Fadjar UNDIP
119 Rio Muda Irawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
78
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Catatan
79
Catatan
80
Konsultasi oleh Pemuda untuk Pemuda
Catatan