Transcript
Page 1: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

3- SAMBUNGAN BAUT

Latar Belakang • Elemen-elemen yang menyusun struktur baja harus digabungkan satu

dengan yang lain dengan suatu sistem sambungan.

• Sambungan berfungsi menyatukan elemen-elemen dan menyalurkan beban dari satu bagian ke bagian yang lain

Sistem Sambungan • Elemen yang disambung

• Jenis penyambung : las, baut, paku keling

• Pelat penyambung (dan pelat pengisi)

Contoh Sambungan

Sambungan balok - balok

1 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 2: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

2 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Sambungan profil – pelat penyambung

Sambungan pelat – pelat

Page 3: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

3 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Sambungan balok - kolom

Page 4: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

4 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Paku Keling (Rivet) • Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan paku keling adalah sama,

yang membedakan adalah cara pelaksanaan dan bahan yang dipakai.

• Sambungan keling umumnya terbuat dari mutu normal.

• Sambungan keling dipasang dengan pemanasan awal. Pada saat membara, material keling diselipkan ke lubang keling dan salah satu ujungnya dipukul sementara ujung lainnya ditahan. Pukulan tersebut akan membentuk kepala keling pada ujungnya dan badan keling akan mengisi penuh lubang keling

• Pada saat pendinginan, lubang keling akan memberikan gaya tarik awal, sehingga sambungan akan menjadi sangat fit.

Page 5: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

5 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Baut Mutu Normal (Baut Hitam) • Sambungan baut dapat terbuat dari baut mutu normal atau mutu tinggi.

• Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah

• Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan

• Pemakaian terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, platform, gording, rusuk dinding.

• Mutu baut dapat dibaca dibagian kepala baut, misalnya tertulis 4.6 artinya tegangan leleh baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2

• Baut mutu normal dipasang kencang tangan, tanpa gaya tarik awal dan merupakan tipe tumpu.

Page 6: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

6 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB) • Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi

karena pengencangan awal.

• Gaya tersebut dinamakan proof load.

• Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu tinggi hingga taraf gaya tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini baik untuk gaya bolak-balik.

• Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe tumpu.

• Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan dan diikuti dengan setengah putaran setelah kencang tangan. Atau menggunkana kunci torsi yang telah dikalibrasi sehingga menghasilkan setengah putaran setelah kencang tangan.

• Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci.

• Diamter yang palins sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci

• Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling.

Page 7: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

7 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

SPESIFIKASI BAUT DAN PAKU KELING

Baut Mutu db (mm) Proof Stress (MPa)

Kuat Tarik min. , fu (MPa)

A307 Normal 6,35 – 10,4 - 60

A325 Tinggi 12,7 – 25,4 585 825

28,6 – 38,1 510 725

A490 Tinggi 12,7 – 38,1 825 1035

Keling Normal - 370

• Proof stress A307 adalah 70% x fu

• Proof stress A490 adalah 80% x fu

Page 8: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

8 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Data – Data Teknis Baut HTB

Baut Mutu Tegangan geser ijin (kg/cm2)

Tegangan tarik ijin (kg/cm2)

A307 Normal 960 1600

A325 Tinggi 1225 3080

A490 Tinggi 1540 3780

Page 9: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

9 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Pengertian Diameter Nominal (dn) dan Diameter Kern (dk) • Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama

perdagangan, misalnya M12 artinya diameter nominal (dn) = 12 mm

• Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar dari batang baut

• Untuk baut ulir penuh, diameter inti (dk) adalah diameter dalam dari batang tersebut

• Diameter yang digunakan untuk menghitung luas penampang :

Baut tidak di ulir penuh menggunakan dn

Baut diulir penuh menggunakan dk

Page 10: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

10 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kerusakan Sambungan a. Kerusakan pada baut akibat geser

b. Kerusakan pada pelat lewat lubang sambungan

c. Kerusakan pada baut ataupun pelat (mana yang lebih lemah) akibat tumpu

d. Kerusakan pada tepi pelat akibat geser

Page 11: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

11 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Panduan Pemilihan Alat Sambung 1. Sambungan baut sesuai untuk struktur ringan dengan beban statis yang

kecil, dan batang sekunder (seperti gording, pengikat, bracing, dsb)

2. Pelaksanaan pekerjaan baut sangat cepat, tidak memerlukan pekerja dengan kecakapan tinggi

3. Bila struktur kelak akan dibongkar pasang, baut lebih sesuai untuk digunakan dibandingkan las

4. Untuk beban fatique, sebaiknya menggunakan baut mutu tinggi dan las

5. Pemasangan baut mutu tinggi memerlukan perhatian khusus

6. Sambungan las memerlukan baja lebih sedikit, dan penampilan sambungan baik

7. Pada sambungan yang menerus dan rigid, sambungan las lebih sesuai

8. Pengelasan sebaiknya dikerjakan di bengkel / work shop karena pemeriksaan las di lapangan agak diragukan

9. Pekerjaan las untuk elemen batang yang sangat tebal memerlukan perhatian ekstra. Lebih seusai jika menggunakan sambungan baut, lagipula sambungan baut lebih kecil bahanya terhadap retak dan rapuh.

Page 12: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

12 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Mekanisme Sambungan 1. Tipe tumpu

Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkna gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan

Page 13: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

13 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

2. Tipe friksi

Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak

Page 14: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

14 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Klasifikasi Sambungan 1. Sambungan Kaku (Rigid Connection)

Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur. Sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut diantara elemen-elemen yang disambung.

M sambungan = 90% - 100% M jepit sempurna

Page 15: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

15 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 16: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

16 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 17: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

17 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

2. Sambungan Semi Kaku (Semi Rigid Connection)

Pada sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisa mekanika yang hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental.

Sambungan tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut antara elemen yang disambung. Dianggap mempunyai kapasitas yang cukup untuk memberikan tahanan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut tersebut

M sambungan = 20% - 90% M jepit sempurna

Page 18: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

18 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 19: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

19 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

3. Sambungan Sendi (Simple Connection)

Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungan.

M sambungan = 0% - 20% M jepit sempurna

Page 20: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

20 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 21: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

21 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 22: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

22 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Bidang Kerja Sambungan • Perencanaan sambungan ditentukan oleh bidang kerja sambungan, yaitu

bidang tempat bekerjanya gaya pada sistem sambungan.

• Bidang kerja :

1. Sejajar (dalam bidang / sebidang)

2. Tegak lurus (lurus bidang / tak sebidang)

3. Kombinasi sejajar – tegak lurus

Page 23: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

23 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

1. Bidang Kerja Sejajar (Pembebanan Dalam Bidang)

Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya berada dalam bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya geser

Page 24: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

24 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

2. Bidang Kerja Tegal Lurus (Pembebanan Luar Bidang)

Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya tarik

Page 25: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

25 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

3. Bidang Kerja Kombinasi

Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya menghasilkan gaya yang arahnya sejajar dan tegak lurus bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan adalah kombinasi gaya geser dan tarik

Page 26: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

26 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Tata Letak Baut

3 db ≤ S ≤ 15 tp atau 200 mm

1,5 db ≤ S1 ≤ (4 tp + 100) atau

200 mm

S2 ≤ 12 tp atau 150 mm

Page 27: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

27 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Perencanaan Baut

Kuat Geser Rencana Tumpu Baut

Untuk 1 bidang geser baut

Page 28: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

28 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kuat Geser Rencana Tumpu Pelat

Page 29: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

29 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kuat Tarik Rencana

Page 30: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

30 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kombinasi Geser danTarik Rencana Tumpu Baut

Page 31: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

31 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kuat Geser Rencana Baut Mutu Tinggi Tipe Friksi

Page 32: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

32 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Page 33: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

33 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kombinasi Geser danTarik Rencana Friksi Baut

(Tb)

Page 34: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

34 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Yang Memikul Beban Sebidang, Beban Eksentris

• Pada sambungan ini, beban bekerja pada bidang sambungan, tetapi tidak melalui titik berat sambungan. Akibat eksentris tersebut akan menimbulkan beban momen puntir pada sambungan, sehingga disamping sambungan menerima geser sentris, juga ditambah menerima beban geser puntir

• Ada 3 cara pendekatan analisis untuk sambugan baut geser puntir yang telah dikenal yaitu :

Cara elastis

Reduced Eccentricity Method

Ultimated Strength Method

Page 35: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

35 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

A. Cara Elastis • Penyelesaian cara elastis ini memberikan hasil sangat konservatif karena

pengaruh gesekan antar pelat tidak diperhitungkan.

• Untuk kasus A adalah geser sentris sehingga beban Pu diterima secara merata pada tiap baut : Ku = Pu/n

• Untuk kasus B, momen puntir Mu = Pu x e, seolah-olah disebarkan ke masing-masing baut sedemikian rupa sehingga arah dari beban setiap baut akan membuat momen kopel terhadap titik berat susunan baut dan besar beban masing-masing baut sebanding dengan jarak baut tersebut ke titik berat susunan baut (cg).

Page 36: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

36 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kui = beban pada tiap baut

Ri = jarak antara baut ke titik berat (cg) susunan baut dimana arah Ki tegak lurus Ri

(1)

dan (2)

kalau masing-masing beban baut dinyatakan dalam K1

(3)

Kalau persamaan (3) dimasukkan persamaan (1)

(4)

Dengan demikian beban masing-masing baut dapat dinyatakan sbb :

Kalau diperhatikan, maka baut yang menerima beban terberat adalah baut terjauh dari cg (Rmax)

Page 37: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

37 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kalau beban K diuraikan dalam arah horisontal dan vertikal, maka perumusannya adalah :

Sin ai = Cos ai =

Khi = Ki sin ai =

Kvi = Ki cos ai =

Dimana :

Kva =

≤ Ø Rn

Total beban yang diterima :

Page 38: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

38 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

B. Reduced Eccentricity Method • Cara elastis dapat dikatakan over estimate terhadap besarnya momen yang

bekerja pada sambungan sehingga dikembangkanlah suatu cara yang memakai efektif eksentrisitas dengan memperhitungkan pengaruh tahanan slip (gesekan) pada bidang gesek.

• Baut satu baris, dan n adalah jumlah baut dalam satu baris :

eefektif = eaktual – (1+2n)/4 (inchi)

• Baut dua baris atau lebih, simetris, dan n jumlah baut dalam satu baris :

eefektif = eaktual – (1+n)/2 (inchi)

• 1 inchi = 2,54 cm

Contoh baut 1 baris, n = 4 eefektif = 6 – (1+2x4)/4 = 3,75 in

Contoh baut 2 baris, n = 3 eefektif = 5 – (1+3)/2 = 3 in

Penyelesaian selanjutnya dengan cara elastis

Page 39: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

39 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

C. Ultimate Strength Method • Kedua penyelesaian diatas dengan cara sifat sambungan elastis. Cara yang

lebih realistis adalah ultimate strength method

Jika pada baut yang terjauh belum mulai terjadi slip atau leleh, sambungan belum gagal. Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan beban bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip atau leleh. Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi pada bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran sambungan terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran (titik O).

Page 40: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

40 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat sambungan.

• Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak baut dari pusat sesaat putaran.

• Beban geser ultimate yang dapat diterima oleh baut tidak sama dengan Ru baut, tapi tergantung pada deformasi baut.

• Crafod dan Kulak mendapatkan hubungan sbb:

= total deformasi dari baut

Rult = kekuatan rencana baut (Ru)

Baut terjauh deformasinya diambil =0,34 in dan deformasi baut lainnya dapat dihitung sebanding dengan jarak (d) antara baut dengan titik pusat (O)

Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan arah tegak lurus garis hubung (d)

Titik O dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan :

∑V = 0 Pu - ∑Rv = 0 (total gaya vertikal = 0)

∑M terhadap O = 0 (total momen thd titik O = 0)

∑H = 0 (total gaya horisontal = 0)

Page 41: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

41 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Pendekatan Menentukan Jumlah Baut • Untuk sambungan geser sentris jumlah baut bisa langsung dicari :

n = jumlah baut

• Untuk sambungan geser eksentris jumlah baut harus direncanakan dulu baru dikontrol kekuatannya. Sebagai perkiraan awal jumlah baut dapat digunakan rumus pendekatan sbb :

n = jumlah baut

Mu = Momen terfaktor

μ = jarak vertikal antar baut

Ru = kekuatan rencana baut

• Rumus tsb berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 baris

• Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi

• Untuk baut lebih dari 1 baris, nilai Ru dinaikkan

Page 42: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

42 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Pemikul Beban Tidak Sebidang (Eksentris) • Pada tipe sambungan ini beban bekerja tidak lagi pada bidang sambungan,

maka akan timbul gaya lintang dan momen lentur pada bidang sambungan itu

• Untuk sambungan dengan beban A, maka beban menjadi geser sentris, sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut

Ku = Pu/n

Page 43: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

43 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Untuk sambungan dengan beban B, momen Mu merupakan momen yang menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan tertarik dan bagian bawah tertekan

• Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe friction, maka akibat dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang sambungan, tapi bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan ini dapat diabaikan

• Untuk sambungan baut tipe tumpu dapat diselesaikan dengan cara elastis atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe friction diselesaikan dengan memperhitungkan gaya tekan.

Page 44: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

44 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Pendekatan • Metode ini mengasumsikan bahwa sambungan yang menerima beban

lentur tersebut akan berputar dengan titik putar pada baut terbawah sehingga baut-baut akan menerima beban tarik sedemikian rupa sehingga besarnya sebanding dengan jarak baut terhadap titik putarnya

Mu = Tu1 . d1 + Tu2 . d2 + Tu3 . d3 + Tu4 . d4 (1)

atau

(2)

Page 45: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

45 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka :

Maka beban tarik pada masing-masing baut :

Baut menerima beban geser sebesar :

Beban tarik max :

Page 46: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

46 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Luasan Transformasi • Pada metode ini momen lentur yang terjadi, gaya tarik ditahan oleh baut

sedangkan tekan dipikul oleh pelat penyambung

Tarik yang diterima luasan baut dapat ditransformasi ke luasan pelat dengan lebar be

dimana : be = (A . n) / μ

A = luasa penampang baut

μ = jarak baut vertikal

n = jumlah baut 1 deret

Page 47: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

47 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Mencari letak garis netral

½ b . yb2 = ½ be . ya

2

b . yb2 = be . ya

2

yb/ya = √(be/b) (1)

ya + yb = h (2)

Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung

Momen inersia dari luasan transformasi : I = 1/3 be . ya3 + 1/3 b . yb

3

Tegangan tarik max :

Pada baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan :

ymax = jarak terjauh dari garis netral

Page 48: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

48 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Baut terjauh memikul beban tarik :

• Beban geser :

Page 49: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

49 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Ultimate • Akibat momen terjadi tegangan tekan yang dipikul pelat dan tegangan tarik

yang dipikul oleh baut

Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik :

fyp . a . b = ∑T

T = gaya tarik pada 1 baut

fyp = tegangan leleh pelat

Baut selain memikul beban tarik, juga memikul beban geser :

Page 50: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

50 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Kontrol tarik :

• dimana :

• Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan kombinasi geser tarik, mana yang terkecil)

• Garis netral :

• Momen rencana yang dapat dipikul oleh sambungan :

• Kontrol momen terfaktor :

Page 51: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

51 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Kelompok Baut Tipe Friction • Akibat momen lentur Mu = Pu x e

• Menimbulkan : bagian atas = geser + tarik

bagian bawah = geser + tekan

Garis netral pada tengah-tengah

Dimana Vn = 1,13 m m Tb

Page 52: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

52 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Sambungan Balok • Karena panjang profil dipasaran terbatas, maka terkadang sebuah balok

harus disambung. Misalnya pada potongan I sejarak x dari perletakan A

• Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur MI

Page 53: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

53 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

Pembagian beban pada sambungan :

• Gaya lintang DI seluruhnya dipikul pelat badan profil

• Momen lentur MI disalurkan ke pelat sayap dan pelat badan dengan pembagian sbb :

Badan menerima :

Sayap menerima :

Page 54: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

54 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Sambungan Sayap Momen yang dipikul saya dijadikan sepasang gaya kopel sehingga sambungan

pada sayap menerima beban geser sentris sebesar gaya kopel tersebut

h = tinggi profil

Page 55: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

55 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

• Sambungan Badan Momen pada pelat badan dan gaya lintang akan bekerja sebagai beban geser

eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan

Page 56: Konstruksi baja-3 sambungan-baut

56 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo


Top Related