KonsorsiumADBMI&FriendsKonsorsi
umADBMI&FriendsKonsorsiumADB
MI&FriendsKonsorsiumADBMI&Frie
ndsKonsorsiumADBMI&FriendsKons
orsiumADBMI&FriendsKonsorsiumA
DBMI&FriendsKonsorsiumADBMI&F
riendsKonsorsiumADBMI&FriendsKo
nsorsiumADBMI&FriendsKonsorsiu
mADBMI&FriendsKonsorsiumADBMI
&FriendsKonsorsiumADBMI&Friends
KonsorsiumADBMI&FriendsKonsorsi
umADBMI&FriendsKonsorsiumADB
MI&FriendsKonsorsiumADBMI&Frie
ndsKonsorsiumADBMI&FriendsKons
orsiumADBMI&FriendsKonsorsiumA
DBMI&FriendsKonsorsiumADBMI&F
riendsKonsorsiumADBMI&Friendsq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
DOKUMEN KAJIAN SOSIAL
BURUH MIGRANT
DESA PERIGI KECAMATAN
SUELA
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2016-2017
2
KATA PENGANTAR
Pelestarian kawasan hutan dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika dilakukan
penangan secara beriringan. Pelestarian kawasan hutan akan dapat terwujud melalui upaya-
upaya atau kegiatan konservasi dan pengamanan kawasan hutan, sedangkan peningkatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tercapai apabila ada upaya pemanfaatan dan
pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Untuk menjaga kelestarian dan mengentaskan problem kemiskinan, maka Yayasan ADBMI
(Advokasi Buruh Migran Indonesi) & Friends bekerja sama dengan MCA-Indonesia
(Millenium Challenge Account - Indonesia) bersepakat untuk menjalankan program
Kemakmuran Hijau (Green Prosperity).
Tujuanya adalah untuk mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan produktifitas dan
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan memperluas penggunaan energi
terbarukan dan untuk meningkatkan produktifitas dan mengurangi emisi gas rumah kaca
berbasis lahan dengan meningkatkan praktik penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya
alam, melalui program bertajuk perluasan program peningkatan ketahanan ekonomi
masyarakat miskin yang menjadi buruh migran di Desa Perigi lingkar Hutan Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR) di Kabupaten Lombok Timur melalui pengembangan bisnis
berbasis pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan sensitif gender.
Program tersebut akan menyasar kelompok paling miskin dari komunitas buruh migran atau
TKI dengan strategi peningkatan kapasitas manajemen pengelolaan ekonomi rumah tangga,
pengembangan bisnis alternative berbasis pengelolaan sumber daya dan pelembagaan serta
melahirkan system pendukung bagi perkembangan kewirausahaan. Di mana target per desa
dari program tersebut antara lain : 100 KK memiliki dokumen perencanaan keuangan
keluarga, 80 orang memiliki tabungan keluarga dan perencanaan keuangan keluarga, 100
orang menjadi wirausaha baru (50% perempuan), terbentuknya kelompok usaha,
terbentuknya PINBID (Pusat Inkubasi Bisnis Desa).
Selong, 2017
Penulis,
ttd
Rasyid Ridho
3
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Glosari
Metodologi
Ringkasan :
a. Batas Wilayah
b. Batas Wilayah
c. Jumlah Penduduk
d. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia
Profil Desa :
a. Sejarah Desa
b. Geografis
c. Batas Administratif Desa
d. Demografi
e. Mata Pencaharian
f. Tingkat Kesejahteraan
g. Kependudukan
h. Jumlah Kepala Keluarga
i. Indikator Kemiskinan
j. Gender
k. Migrasi
l. Potensi Sumber Daya Alam
m. Kerentanan Aset Warga
n. Konservasi dan Usaha Ekonomi Rakyat
Analisa SWOT
Rekomendasi
Lampiran :
a. Database Migrasi
b. Target Group
4
GLOSARI
1. Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia
yang lowlife dan unskill yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timur Tengah,
Taiwan, uganda dan somalia) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah.
2. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang
dibentuk secara sosial maupun budaya.
3. Sensus merupakan penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dan sebagainya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara serentak, dan
bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara untuk kepentingan demografi negara yang
bersangkutan.
4. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara,
huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan
sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
5. Profil adalah sebuah gambaran singkat tentang seseorang, organisasi, benda lembaga
ataupun wilayah. Cara menulis profil yang baik ditulis secara singkat dan jelas dan dapat
menggambarkan sesuatu yang kita tulis baik itu berupa seseorang ,benda lembaga
ataupun wilayah.
6. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan, dan perbedaan
(variasi) keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di atas permukaan bumi.
Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi"), dan graphein ("tulisan",
atau "menjelaskan").
7. Migrasi adalah perpindahn penduduk dari satu tempat ke tempat lain, ada 2 jenis yaitu
imigraasi dan emigrasi. Imigrasi adalah perpindahan penduduk dari negara lain yang
mengunjungi sebuah negara. Misalnya penduduk Malaysia berpindah dan tinggal di
Indonesia.
8. Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari
bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.
Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah upaya perlindungan dan
pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
9. Definisi buruh migran atau pekerja migran itu sangat luas meskipun lebih sering di
artikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Arti umumnya
adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau lokasi tinggal
yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja.
10. Analisis SWOT adalah Merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek bisnis/perusahaan atau suatu spekulasi bisnis.
5
METODOLOGI
Analisis sosial (ansos) merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan untuk
mengetahui dan mendalami realitas sosial. Ansos dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang jelas dan lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-
hubungan historis dan kulturalnya. Misalnya mempelajari tentang keadaan ekonomi, potensi
sumber daya alam dan manusia, budaya, serta menggali informasi tentang tenaga kerja
Indonesia yang ada di desa tersebut.
Ada dua metode atau data yang digunakan dalam analisa sosial (ansos) yang digunakan di
Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
a. Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dengan atribut. Data kualitatif diperoleh dari
gambaran yang teratur tentang suatu peristiwa atau kejadian maka statistik ini disebut
“Deskriftif” misalnya pengukuran nilai sentral (Rata-rata, Median, Modus), deviasi,
perhitungan angka indeks, ukuran korelasi, dan trend.
b. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dengan bilangan. Pada pendekatan seperti ini
menggunakan alat statistik. Bila pendekatan menggunakan alat statistik berarti analisis
data dilakukan menurut dasar-dasar statistik. Pendekatan kuantitafif seperti survey yang
dapat berupa korelasional dan evaluatif.
6
RINGKASAN
A. Batas Wilayah
Secara administratif, Desa Perigi berbatasan dengan :
SebelaUtara : Hutan Lindung
Sebelah Selatan : Desa Pringgabaya Utara
Sebelah Timur : Desa Puncak Jeringo
Sebelah Barat : Desa Mekar Sari
Desa Perigi terdapat sembilan kekadusan yaitu Dusun Limbungan Timur, Dusun
Limbungan Barat, Dusun Durian Utara, Dusun Bukit Durian, Dusun Karang Asem,
Dusun Kuang Banyak, Dusun Aik Beta, Dusun Iting dan Dusun Gunung Rawi.
B. Luas wilayah
No Dusun Luas (Ha) %
1 Bukit Durian 488,1 100 %
2 Durian Utara 488 100 %
3 Karang Asem 611 100 %
4 Kuang Banyak 375 100 %
5 Aik Beta 453,1 100 %
6 Iting 358 100 %
7 Gunung Rawi 352 100 %
8 Limbungan Barat 490 100 %
9 Limbungan Timur 490 100 %
Jumlah 3.752 100 %
Luas wilayah Desa Perigi 3.752 Hektar dengan jumlah penduduk 7.621 jiwa dengan rata-
rata kepadatan penduduk 8.000 jiwa/km, dengan jumlah 2.531 KK. Jarak dari kota
kecamatan 16 km dan ibu kota Kabupaten Lombok Timur 45 km dan ibukota Provinsi
Nusa Tenggara Barat 90 km. Desa Perigi terletak di ketinggian 600 meter dari
permukaan laut (mdpl) serta curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun dengan suhu
rata-rata + 20 C-32C.
C. Jumlah Penduduk
No
Dusun
Tahun 2015
Kelamin
Jumlah
% L P
1 Bukit Durian 559 623 1182 100
2 Durian Utara 470 484 954 100
3 Karang Asem 452 459 911 100
4 Kuang Banyak 206 220 426 100
5 Aik Beta 602 606 1271 100
6 Iting 422 467 889 100
7 Gunung Rawi 369 426 795 100
8 Limbungan Barat 310 276 586 100
7
9 Limbungan Timur 291 316 607 100
Jumlah 3.681 3.940 7.621 100
Jumlah penduduk Desa Perigi 7.621 jiwa atau 2.531 KK yang terdiri dari 3.681 jiwa laki-
laki dan 3.940 jiwa perempuan. Lebih rinci dapat dilihat pada table di bawah ini:
D. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia
No Jenis Pekerjaan Jml
Status Migrasi Jml Relasi
Dengan TKI
Jml Klg Yg Menjadi TKI
Jml Tggn Pendapatan/Bulan Keluarga
L P Eks Klg P L P L
1 Petani 355 221 306 174 353 Suami 158 37 446 797 564 < 300000 12
2 Buruh 99
Istri 212
300000-
600000 118
3 Pedagang 10 Ortu 132
600000-
1000000 216
4 Elektronik 1 Anak 20 > 1000000 181
5 Guru Honor 17 Sdra 3
6 Tukang 1 Paman 2
7 Sopir 1
8 Pengusaha 1
9 Polhut 1
10 Pelajar 4
11 IRT 30
12 PL-TKI 1
13 Kadus 1
14 Satpam 1
15 Ojek 1
16 Peternak 1
17 Wiraswasta 2
18 Jumlah 527 527 527 527 483 1361 527
*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016)
Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten
Lombok Timur adalah 221 jiwa laki-laki, 306 jiwa perempuan dengan perincian yang
menjadi eks TKI 174 jiwa dan keluarga TKI 353 jiwa. Sedangkan keluarga yang menjadi
TKI adalah 37 jiwa perempuan dan 446 jiwa laki-laki dan yang menjadi tanggunganya
adalah 797 jiwa perempuan dan 564 jiwa laki-laki.
8
PROFIL DESA PERIGI
A. Sejarah Desa
Desa Perigi merupakan salah satu desa dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan
Suela Kabupaten Lombok Timur yang berdiri pada tahun 1964 dan merupakan pecahan
dari Desa Pringgabaya dengan kepala desa yang pertama adalah Amaq Irama dengan tiga
wilayah dusun yaitu Bukit Durian, Limbungan dan Lekong Pulut.
Desa Perigi sebelum menjadi desa lebih dikenal dengan nama Bukit Durian, tetapi
setelah disempurnakan dengan aturan Pemerintah pada masa Orde Baru, istilah Bukit
Durian diabadikan menjadi sebuah nama dusun. Dari dongeng dan sejarah dari orang tua
secara turun temurun serta dari mulut ke mulut bahwa kenapa dinamakan Bukit Durian
dahulu sebelum menjadi Perigi. Konon dahulu semasih menjadi hutan belantara di
sebuah bukit terdapat pohon-pohon besar dan di bawahnya ditumbuhi duri sehingga
sangat sulit untuk memasuki bukit itu. Akan tetapi, seorang yang kebal pada waktu itu
memulai membabat hutan itu untuk dijadikan lahan pertanian dan setelah berlangsung
bertahun-tahun mulailah orang datang untuk membuat pemukiman dan langsung
dipimpin oleh seorang yang kebal tersebut. Dan karena permukaan tanah yang miring
dan untuk menghindari longsor orang-orang yang mendiami bukit itu memasangkan
batu-batu penyangga yang lebih dikenal dengan nama perigi.
Sebelum menjadi desa, Limbungan pernah menentang Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda. Warga menolak untuk membayar pajak (upeti) sehingga Belanda sangat marah
dan langsung menyerang Limbungan kala itu. Perang pun pecah dan teragedi itu terkenal
dengan perang Silat Limbungan yang dipimpin oleh para pepadu antara lain Patih
Darwasih, Penganten Ratnayu dan Guru Kepak. Karena lemahnya kekuatan dan
pertahanan, Limbungan dapat dikalahkan oleh Belanda. Para tokoh-tokoh Limbungan
ditangkap dan dibuang ke Aceh di ujung Pulau Sumatera.
Setelah terjadi pemekaran Desa Pringgabaya, disematkanlah nama desa tersebut menjadi
Desa Perigi, nama perigi tersebut diambil dari kondisi permukaan desa yang berbatuan
dan mirip sebuah timbunan tembok batu atau dalam Bahasa Sasak yaikni perigi.
9
Dari tahun ke tahun, Desa Perigi terus menerus melakukan pembenahan diri, di mana
pada waktu baru berdiri hanya terdapat 3 kekeliangan (dusun) yaitu Kekeliangan Bukit
Durian, Tumpang Sari dan Limbungan.
Pada tahun 1982, istilah kekeliangan diubah menjadi dusun. Secara administrative, Desa
Perigi memiliki 7 dusun antara lain Bukit Durian, Karang Asem, Aik Beta, Gunung
Rawi, Belumbang, Lekong Pulut dan Limbungan. Dan pada tahun 1996 Dusun
Limbungan dimekarkan menjadi dua dusun yaitu Limbungan dan Jeringo sehingga
terdapatlah 8 dusun di Desa Perigi. Pada perkembangan berikutnya di tahun 2009 terjadi
pemekaran Desa Perigi menjadi dua desa yaitu Desa Perigi dan Mekar Sari dan di mana
Dusun Belumbang dan Lekong Pulut masuk ke Desa Mekar Sari, wilayah dusun di Desa
Perigi tinggal 6 dusun yaitu Bukit Durian, Karang Asem, Aik Beta, Gunung Rawi,
Limbungan dan Jeringo, karena mengingat pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu
terus mengalami peningkatan dan dalam upaya pendekatan pelayanan kepada
masyarakat.
Sehingga pada tahun 2010 dari 6 dusun yang ada dimekarkan menjadi 13 dusun di
antaranya Bukit Durian, Durian Utara, Karang Asem, Kuang Banyak, Aik Beta,
Rembiga, Gunung Rawi, Iting, Limbungan Barat, Limbungan Timur, Jeringo,
Sengalang-Alang dan Kuang Renga Tran. Dan pada perkembangan berikutnya di akhir
tahun 2010 diadakan kembali pemekaran Desa Perigi menjadi dua yaitu Desa Perigi dan
Desa Puncak Jeringo. Dusun Jeringo, Rembiga, Sengalang-Alang dan Kuang Renga Tran
masuk ke wilayah Desa Puncak Jeringo. Dengan demikian Desa Perigi saat ini terdiri
dari 9 dusun di antaranya Bukit Durian, Durian Utara, Karang Asem, Kuang Banyak,
Aik Beta, Iting, Gunung Rawi, Limbungan Barat dan Limbungan Timur.
Desa Perigi dalam pembenahan diri selalu lancar, aman, kreatif, dan rukun di mana
masyarakat masih alami sehingga pengaruh dari tokoh masyarakat kental dan adat
istiadat desa masih tetap dipertahankan. Desa Perigi sejak berdiri hingga sekarang sudah
dipimpin oleh 9 orang Kepala Desa antara lain Amaq Irama: 1964-1969, Amaq
Darwisah: 1970-1973, Najamudin: 1974-1975, Lalu Wirasakti: 1975-1980, Amaq
Darmayup: 1980-1983, Amaq Suharni: 1984-1992, Masrah:1992-2000, H. M. Darwati
Akbar: 2000-2012 dan Darmawan : 2012-2017.
10
B. Geografis
Luas wilayah Desa Perigi 3.752 Hektar dengan jumlah penduduk 7.621 jiwa dengan rata-
rata kepadatan penduduk 8.000 jiwa/km, dengan jumlah keluarga sebanyak 2.531 KK.
Jarak dari kota kecamatan 16 km dan ibukota Kabupaten Lombok Timur 45 km dan
ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat 90 km. Desa Perigi terletak di ketinggian 600
meter dari permukaan laut serta curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun dengan suhu
rata-rata + 20 C-32C.
Untuk lebih jelasnya rincian luas wilayah Desa Perigi yang terbagi dalam perdusunnya
adalah:
No Dusun Luas (Ha) %
1 Bukit Durian 488,1 100 %
2 Durian Utara 488 100 %
3 Karang Asem 611 100 %
4 Kuang Banyak 375 100 %
5 Aik Beta 453,1 100 %
6 Iting 358 100 %
7 Gunung Rawi 352 100 %
8 Limbungan Barat 490 100 %
9 Limbungan Timur 490 100 %
Jumlah 3.752 100 %
C. Batas Administratif Desa
Secara administratif, Desa Perigi berbatasan dengan :
SebelaUtara : Hutan Lindung
Sebelah Selatan : Desa Pringgabaya Utara
Sebelah Timur : Desa Puncak Jeringo
Sebelah Barat : Desa Mekar Sari
Desa Perigi terdapat sembilan kekadusan yaitu Dusun Limbungan Timur, Dusun
Limbungan Barat, Dusun Durian Utara, Dusun Bukit Durian, Dusun Karang Asem,
Dusun Kuang Banyak, Dusun Aik Beta, Dusun Iting dan Dusun Gunung Rawi.
Untuk melihat orbitrasi Desa Perigi dapat dilihat pada tabel berikut :
No
Dusun
Jarak Tempuh ( KM )
Ibu Kota
Kecamatan
Ibu Kota
Kabupaten
Ibu Kota
Provinsi
1 Bukit Durian 16 45 90
2 Durian Utara 17 46 91
3 Karang Asem 15 44 89
4 Kuang Banyak 15 44 89
11
5 Aik Beta 13 42 87
6 Iting 12 40 85
7 Gunung Rawi 13 41 86
8 Limbungan Barat 18 47 92
9 Limbungan Timur 19 48 93
*sumber : Desa Perigi tahun 2015
D. Demografi
Masyarakat Desa Perigi sangat homogen, berasal dari suku sasak asli dan semuanya
beragama islam. Jumlah penduduk Desa Perigi 7.621 jiwa atau 2.531 KK yang terdiri
dari 3.681 jiwa laki-laki dan 3.940 jiwa perempuan. Lebih rinci dapat dilihat pada table
dibawah ini :
No
Dusun
Tahun 2015
Kelamin
Jumlah
% L P
1 Bukit Durian 559 623 1182 100
2 Durian Utara 470 484 954 100
3 Karang Asem 452 459 911 100
4 Kuang Banyak 206 220 426 100
5 Aik Beta 602 606 1271 100
6 Iting 422 467 889 100
7 Gunung Rawi 369 426 795 100
8 Limbungan Barat 310 276 586 100
9 Limbungan Timur 291 316 607 100
Jumlah 3.681 3.940 7.621 100
E. Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk Desa Perigi Berdasarkan Mata Pencaharian
No
Dusun
Pekerjaan
Ptni Burh Pdg PNS/TNI Gru Spr Pgrjn Tkg Krywn
1 Bukit Durian 468 50 13 6 12 2 1 20 10
2 Durian Utara 364 45 6 1 9 1 3 11 4
3 Karang Asem 399 30 12 6 21 2 - 15 2
4 Kuang Banyak 122 30 4 6 19 1 - 20 2
5 Aik Beta 497 56 6 1 15 5 11 12 4
6 Iting 306 53 6 3 5 3 - 5 4
7 Gunung Rawi 359 62 4 - 5 1 5 7 3
8 Limbungan Barat 247 32 4 2 7 2 16 6 3
9 Limbungan Timur 305 28 4 - 4 2 8 11 2
Jumlah 3067 386 5 25 97 19 44 107 34
*sumber : Desa Perigi tahun 2015
F. Tingkat Kesejahteraan
Keriteria
Mampu Sedang Miskin
Memiliki rumah mewah lengkap
dengan dapur dan MCK kelas hotel.
Rumah sangat sederhana.
Sering ngutang.
Rumahnya beratapkan daun kelapa
dan alang-alang, berpagar,
12
Makanan 4 sehat 5 sempurna.
Cara berpakaian ala seleber it is.
Makan 3X sehari tapi jauh dari 4
sehat 5 sempurna.
MCK di sungai atau di kebun
atau masjid.
bedek,berlantaikan tanah.
MCK umum di sungai atau dikebun.
Makan kadang 3x sehari dan lauk
yang sederhana/sayuran hasil kebun.
Menyekolahkan anak minimal SI
rata-rata keluar .
Berobat ke kelinik
Naik Haji min 1 kali
Tingkat social tinggi/dermawan.
Selalau terlibat dalam pengambilan
keputusan.
Pendidikan anaknya SMP/MTs.
Berobat ke PUSTU atau bahkan
kedukun.
Kepasar tradisional 1X
seminggu.
Selalu di libatkan dalam
pengambilan keputusan.
Dermawan.
Pendidikan anaknya rendah/SD.
Berobat ke PUSTU pakai
JAMKESMAS atau ke dukun.
Ke Pasar satu kali dalam
seminggu/pasar mingguan.
Jarang di libatkan dalam pengambilan
keputusan baik di desa maupun,
dalam kegiatan lainnya.
Sering di ajak gotong royong.
Selalu di libatkan dalam pengambilan
keputusan.
Pengusaha/wirasuasta
PenghasilanRp. 50/tahun.
Menjadi buruh tani
Banyak yang keluar daerah.
Rata –rata menjadi petani dan
peternak
Pendapatan Rp. 300.000/bulan
Tukang ojek.
Banyak menjadi buruh tani.
Menjadi pengembala kambing /tapi
ngadas.
Banyak menjadi TKI/TKW.
Penghasilan tidak tentu.
Berani berhutang.
Ternak sapi 50-100 ekor.
Mobil mewah.
Lahan/tanah 5-15 Ha.
Punya Huler.
Punya Oven.
Punya HP mewah.
Punya Telpon rumah/ceria.
Memiliki lahan pertanian 25-50
are.
Memiliki motor tapi di keridit.
Punya tanah tapi tidak produktif.
G. Kependudukan
Jumlah Penduduk Desa Perigi Berdasarkan Tingkat Umur
No
Dusun
Usia
Jmlh 0-12
Bln
>1-<5
Thn
>5-<7
Thn
>7-<15 Thn >15-<56 Thn >56
Thn
1 Bukit Durian 25 95 39 235 727 61 1182
2 Durian Utara 25 68 30 130 606 95 954
3 Karang Asem 24 80 23 135 595 54 911
4 Kuang Banyak 12 33 20 71 271 29 426
5 Aik Beta 30 113 34 231 786 67 1271
6 Iting 11 91 24 194 513 46 889
7 Gunung Rawi 18 49 19 122 544 43 795
8 Limbungan Barat 10 36 17 106 386 31 586
9 Limbungan Timur 5 35 18 111 425 23 607
Jumlah 160 600 224 1.335 4.853 449 7.621
*sumber : Desa Perigi tahun 2015
H. Jumlah Kepala Keluarga
No Dusun Kepala Keluarga
13
1 Bukit Durian 375
2 Durian Utara 312
3 Karang Asem 297
4 Kuang Banyak 137
5 Aik Beta 388
6 Iting 312
7 Gunung Rawi 282
8 Limbungan Barat 224
9 Limbungan Timur 203
Jumlah 2.531
*sumber : Desa Perigi tahun 2015
I. Pendidikan
No Indikator Sub Indikator Jumlah
1 Tingkat pendidikan
penduduk usia 15 tahun
Keatas.
1. Buta huruf
2. Tidak tamat SD/Sederajat
3. Tamat SD/Sederajat
4. Tamat SLTP/Sederajat
5. Tamat SLTA /Sederajat
6. Jum.Pendd.Tamat D-1
7. Jum.Pendd.Tamat D-2
8. Jum.Pendd.Tamat D-3
9. Jum.Pendd.Tamat S-1
10. Jum.Pendd.Tamat S-2
-
1645 orang
1927 orang
1121 orang
770 orang
-
17 orang
2 orang
85 orang
1 orang
-
1585 orang
1831orang
1834 orang
813 orang
-
28 orang
4 orang
115 orang
1 orang
2 Wajib belajar 9 tahun &
angka putus sekolah
1. Usia 7-15 Th
2. Usia 7-15 Th masih sekolah
3. Usia 7-15 Th putus sekolah
1.210 orangg
1.130 orangg
80 orangg
1.335 orang
1.302 orang
33 orang
3 Prasarana pendidikan 1. SLTA/Sederajat
2. SLTP/Sederajat
3. SD/Sederajat
4. Lembaga Pend.Agama
5. Lembaga Pendidikan Lain
1 Buah
4 Buah
5 Buah
26 Buah
-
2 Buah
5 Buah
5 Buah
31 Buah
-
J. Budaya
Masyarakat Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur sangat alami dan
masih sangat kuat memegang tradisi nenek moyang mereka. Salah satu yang paling
terkenal adalah Rumah Adat Limbungan. Sampai dengan sekarang di sana masih sangat
mempertahankan bentuk dan konstruksi bangunan tradisionalnya. Diperkuat dengan
aturan atau larangan yang tidak membolehkan membangun dan menggunakan bahan
yang diproses dengan sentuhan teknologi.
14
Selain itu, pada umunya mereka masih memegang teguh prinsisp gotong royong dan
saling tolong menolong di antara warga. Misalnya dalam membangun rumah, masyarakat
akan saling bahu membahu mengerjakan semua pekerjaan pembangunan. Bentuk gotong
royong lainya yang masih berlaku di masyarakat adalah melayat “Rujung/Langar”, yang
dilakukan jika ada warga yang meninggal, mereka akan mengadakan acara selamatan
atau begawe. Dalam hal ini, warga memberikan sumbangan berupa atau beras bagi
keluarga yang mendapatkan musibah kematian atau yang mengadakan gawe.
Selain gotong royong, di kalangan masyarakat Desa Perigi juga sudah mulai tumbuh dan
diterapkan nilai-nilai demokrasi. Misalnya, dalam penyelesain setiap permasalahan
selalui dilakukan dengan cara musyawarah.
K. Kesehatan
Di Desa Perigi terdapat satu buah Polindes yang terletak di pusat desa. Dari sisi akses
terhadap fasilitas tersebut, sebagian masyarakat masih kesulitan. Hal ini disebabkan oleh
kondisi geografis dan kondisi infrastrukur jalan yang sebagian dusun yang masih buruk
yang dapat menghambat akses transportasi.
Dari sisi keberisihan lingkungan dan rumah tangga, tergolong masih rendah. Hal utama
yang menyebabkanya adalah masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan
sulitnya akses air. Saat ini masih banyak rumah tangga yang mandi dan mangambil air di
bak-bak umum dan sungai.
L. Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa baik formal dan informal di Desa Perigi adalah adanya pemerintah
desa yang melaksanakan pembangunan desa, BPD sebagai badan perwakilan di tingkatan
desa yang berasal dari masing-masing dusun yang ada di Desa Perigi. Selain itu juga ada
LKMD, PKK, Karang Taruna, P3A (Persatuan Petani Pemakai Air) dan kelompok-
kelompok lainya yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Kelembagaan tersebut
dibentuk oleh desa beserta masyarakat dalam upaya membantu dan mendorong
pembangunan desa secara besama-sama.
Lembaga atau kelompok yang dibentuk oleh desa atau masyarakat itu sendiri sudah
memiliki fungsi tersendiri, misalnya kelompok P3A yaitu kelompok yang mengatur
15
pengairan untuk irigasi pertanian masyarakat. Kelompok P3A merupakan kelompok
yang dirasakan paling penting oleh masyarakat karena tanpa adanya P3A ini mereka
tidak akan bisa mengairi sawah, mengingat debit air di daerah ini yang masih sangat
kurang, merasakan pentingnya P3A bagi mereka, mereka rela menegeluarkan swinih
(iuran) untuk para Pekasih (petugas yang mengatur air irigasi).
M. Indikator Kemiskinan
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh ADBMI & Friends dengan menggunakan
alat kajian assessment secara langsung dan melalui lokakarya serta diskusi komunitas
dengan melibatkan pelbagai unsur baik Pemerintah Desa, para Kadus, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan. Ditemukan kriteria atau
indikator kemiskinan masyarakat Desa Perigi yang di antaranya sebagai berikut:
No Penghasilan Pendidikaan Pakaian Rumah Asset Kesehatan
1 Perbulan Rp.
800.000
Menjalani
Pendidikan
Sampai SD
1x Setahun
(Lebaran)
4 x 6 Tidak
Memiliki
Lahan
Rendahnya
Pemahaman
Tentang
“PHBS”
2 Penghasilan per
6 bulan Rp.
5.000.000
Banyak anak
sekolah
Lantai
Tanah
Tidak
Memiliki
Tabunagn
Dukun -
PUSTU
3 Putus sekolah
(DO)
Bedak Motor Kredit Tidak Memiliki
MCK
4 Pernikahan Dini Atap
bobok/
Ilalang
4.Tidak
Memiliki
Pentilasi
5 Tidak Sekolah Nyodok
Tinggal/
Nyewa.
6 Ukuran
rumah 4 x 6
yang di
kategorikan
miskin
pagar bdek
laintainya
tanah dan
SDMnya
kurang.
Aset pas-
pasan dan
keluarga
banyak yang
di tanggung
sementara
penghasilan
tetap.
Gaya hidup
yang tidak
beraturan dan
ekonomi yang
sangat minim.
*Sumber : ADBMI & Friends pada Diskusi Komunitas (2016).
Dari tabel di atas juga dapat dijelaskan indikator kemiskinan masyarakat Desa Perigi
yang di antaranya :
a. Penghasilan kurang dari Rp. 500.000
16
b. Tidak ada pekerjaan tetap
c. Tidak ada perjaan tetap
d. Pendidikan SD/SMP
e. Drop Out/Kerja
f. Pernikahan Dini
g. Kerja Musiman
h. Tidak ada alternatif pekerjaan lain
i. Ganti pakaian 1x setahun (Lebaran).
j. Pendidikan
Warga tidak tamat SD
Warga tidak mampu calistung
k. Kesehatan
Warga berobat ke dukun karena warga tidak mampu bayar obat di puskesmas.
Cacat fisik jasmani
l. Luas lahan rata-rata 0.40 Ha.
m. Frekuensi makanan dibawah 3x sehari dengan lauk sayur.
N. Gender
a. Relasi Perempuan dan Laki-Laki di Level Keluarga dan Masyarakat
Relasi antara laki-laki dan perempuan hampir tidak memiliki sekat namum sering kali
beban kerja bagi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, karena
selain bekerja di dalam rumah perempuan juga dituntut untuk bekerja di luar rumah
yaitu di sawah dan ladang untuk membantu pekerjaan suami dan keluarga mereka. Di
sektor pertanian misalnya, selain menyiapkan masakan untuk keluarga, perempuan
juga dituntut untuk menyiangi, mengairi bahkan sampai mengangkut beban dari
sawah ke rumah.
b. Akses dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa
Masyarakat Desa Perigi lebih cendrung memilih laki-laki dari pada perempuan dalam
segala posisi disebabkan karena faktor geografis Desa Perigi yang terhitung jauh dari
pusat kecamatan atau kabupaten dan juga kondisi lahan yang sangat miring dan
berbatasan langsung dengan hutan lindung serta TNGR. Kondisi tersebut
menyebabkan perempuan hanya memiliki peranan di masyarakat atau di desa pada
persoalan domistik, posisi strategis yang bisa tempati oleh perempuan di desa atau di
17
masyarakat adalah sebagai pengurus PKK, Kaur Keuangan di kantor desa dan sebagai
seksi konsumsi atau bendahara di setiap kepengurusan organisasi.
c. Kebijakan dalam Rumah Tangga
Desa Perigi sangat beragam, ada yang sebagai petani, buruh tani, pengrajin,
TNI/POLRI sampai jadi sopir dan tukang batu. Dengan keberagaman profesi tidak
menjadi batasan bagi masyarakat untuk menjalin hubungan antara yang satu dengan
yang lainya. Tetapi jika ditinjau dalam keluarga misalnya relasi antara laki-laki dan
perempuan bagi masyarakat Desa Perigi masih mendominasi laki-laki dari pada
perempuan. Dilihat misalnya dalam pengaturan rumah tangga yang cendrung
menginisiasi segala sesuatunya adalah para lelaki. Sedangkan ditinjau dari sudut
masyarakat juga peranan antara laki dan perempuan masih didominasi oleh laki-laki,
misalnya dalam soal kelembagaan yang ada di masyarakat atau di desa.
d. Manfaat
Kecendrungan laki-laki yang lebih banyak terlibat daripada perempuan sangat
berdampak positif terhadap laki-laki, misalnya dalam struktur pemerintahan atau
kelembagaan kemasyarakatan lebih dominan laki-laki yang menjadi ketua pengurus
dibanding dengan perempuan.
O. Migrasi
1. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Desa Perigi
*Sumber : ADBMI & Friends pada Sensus BMI (2016)
Jumlah penduduk Desa Perigi 7.621 jiwa atau 2.531 KK yang terdiri dari 3.681 jiwa
laki-laki dan 3.940 jiwa perempuan. Dari jumlah tersebut sekitar (7%) masyarakat
Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur mengadu nasipnya ke luar
18
negeri atau menjadi TKI. Pilihan menjadi TKI di Desa Perigi bukan pilihan pada laki-
laki saja melainkan perempuan pun juga banyak menjadi TKI. Pilihan tersebut untuk
menopang ekonomi keluarga dan rumah tangga.
2. Relasi dengan TKI
*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016)
Grafik di atas dapat dilihat data eks dan keluarga TKI yang relasinya antara TKI
dengan keluarganya. Di mana komposisinya suami sebanyak 154 jiwa atau (30%), istri
208 jiwa atau (40%), orang tua 132 jiwa atau (25%), anak 20 jiwa atau (4%), paman 2
jiwa atau (0%) dan saudara sebanyak 3 jiwa atau (1%).
3. Jumlah Kelurga Menjadi TKI & Tanggungan TKI
*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016)
Grafik tersebut menunjukkan bahwa tingkat kecendrungan menjadi TKI antara laki
dan perempuan cukup lumayan di mana komposisinya adalah perempuan sebanyak 37
jiwa dan laki-laki 446 jiwa.
19
Sedangkan tanggungan keluarga TKI menunjukkan bahwa perempuan sebanyak 797
jiwa dan laki-laki 564 jiwa. Hal tersebut menerangkan bahwa lebih banyak keluarga
perempuan dibanding laki-laki yang menjadi tanggungan dari para TKI.
4. Mata Pencaharian Keluarga TKI
*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016)
Melihat grafik tersebut mata pencaharian dari eks dan keluarga TKI lebih banyak di
sektor petani dengan jumlah 335 jiwa, selanjutnya buruh 99 jiwa, ibu rumah tangga 30
jiwa, guru honorer 17 jiwa dan untuk yang lainya tidak terlalu banyak.
5. Pendapatan Keluarga TKI
*Sumber : ADBMI & Friends pada sensus BMI (2016).
Grafik di atas menunjukkan tingkat pendapatan bagi eks dan keluarga TKI.
Pendapatan tersebut terhitung dengan penghasilan dan pengeluaran yang dilakukan
oleh keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat penghasilan atau pendapatan
bagi masyarakat Eks & Keluarga TKI dari jumlah 527 orang dari perolehan data Eks
20
& Keluarga TKI dari tahun 2014-2016 adalah yang kurang dari Rp. 300.000 sebanyak
12 orang, dari 300.000-600.00 sebanyak 118 orang, dari 600.000-1.000.000 sebanyak
216 orang dan yang lebih dari 1.000.000 sebanyak 181 orang.
6. Sejarah Migrasi
Migrasi masyarakat desa migrasi dimulai sejak tahun 1980. Proses migrasi dimulai
oleh salah seorang yang bernama Nurasih atau Amaq Muhsinin. Selain Amaq
Muhsinin ada juga masyarakat Desa Perigi yang pergi merantau pada saat itu yang
beberapa di antaranya adalah Abah, Amaq Sumeran, Suhaedi dan Sanaf, dkk.
Jalur migrasi yang ditempuh pada saat itu adalah jalur Lembar, namun tidak semua
sampai ke negara tujuan melainkan ada yang tertipu, para TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) diputar-putar di perjalanan oleh tekong kemudian diturunkan di Sambelia
Kabupaten Lombok Timur. Biaya ongkos atau transportasi ke Negara Malaysia
melalui jalur laut yaitu Lembar sebanyak Rp.200.000. Malaysia adalah negara tujuan
utama bagi para TKI disebabkan negara yang terdekat dengan Negara Indonesia, di
samping itu juga Malaysia adalah sangat menjanjikan kebutuhan ekonomi bagi para
TKI. Selain itu tekong tujuan ke Negara Malaysia sangat banyak sehingga masyarakat
langsung memilih untuk bermigrasi ke Malyasia. Para tekong pada saat itu hanya
memperkenalkan Negara Malyasia sebagai negara tujuan untuk pergi bermigrasi.
Faktor lain Malaysia sebagai negara tujuan bermigrasi adalah orang tua, disebabkan
jika bukan Malayasia sebagai negara tujuan maka para orang tua tidak akan
mengizinkan anaknya untuk pergi bermigrasi atau menjadi TKI. Di sisi lain juga ada
persamaan bahasa antara Malaysia dengan Indonesia sehingga sangat memberikan
harapan besar bagi para TKI untuk bermigrasi ke Malaysia.
Faktor ekonomi ini adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi masyarakat
untuk mencari pekerjaan ke luar negeri, namun dengan kondisi tersebut tidak
memberikan hasil yang baik bagi para keluarga TKI yang menanti harapan bagi para
TKI. Hal tersebut disebabkan para TKI masih kesulitan dalam proses pengiriman
uang, lebih-lebih pada saat itu masyarakat belum mengenal bank.
21
Dari sisi budaya para TKI tidak membawa perubahan di masyarakat Desa Perigi
artinya budaya yang diketahui di Malaysia tidak dibawa atau dibudayakan di desanya,
contoh pada bahasa yang digunakan, sepulang para TKI dari Malaysia mereka tetap
mempertahankan dan mempergunakan bahasa, gaya hidup atau adat istiadat yang ada
di Desa Perigi.
Menjadi TKI bagi masyarakat Desa Perigi adalah pilihan hidup, sebab menjadi TKI
bisa merubah kondisi hidup atau ekonomi keluarga, di samping itu menjadi TKI
adalah hal yang sangat menjanjikan. Rata-rata selesai pendidikan SMA masyarakat
Desa Perigi memilih menjadi TKI selain menjadi petani baik laki maupun perempuan.
Perempuan yang menjadi TKI biasanya yang sudah menyandang status janda dengan
alasan untuk membuang masalah dan memperbaiki ekonomi. Menjadi TKI bagi
masyarakat Desa Perigi sudah menjadi hal yang biasa dipandang oleh masyarakat baik
TKI perempuan dan anak.
Adapun upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk membantu TKI yang menjadi
korban baik penganiyayaan, kematian dan lain sebagainya adalah lewat Pemerintah
Desa Perigi selanjutnya Pemerintah desa bekerjasama dengan Disnakertrans
Kabupaten Lombok Timur dan BNP2TKI. Namun sampai tahun 2016 masyarakat
yang menjadi TKI belum ada yang memberikan laporan tentang adanya korban
pengniayayaan dan lain sebagainya.
7. Timeline Migrasi
No Nama Usia Tahun Tujuan Biaya Rute Hasil
1. Sabry 45 1980 Malaysia Rp 200.000 Pekaan Baru -
Malysia
Istri/anak
2. A. Cemut 38 1981 Malaysia Rp 200.000 Tanjung Pinang Uang
(Rumah)
3. Suhaedi 41 1993 Malaysia 2 juta Pekan Baru Rumah
4. Makrifudin 40 1994 Malaysia 2 juta Tanjung Pinang Dapat beli
sawah
5. Budi 51 1995 Malaysia Potong gaji Tanjung Pinang Dapat buat
kios
6. Muhammad 37 1999 Malaysia 2 juta Tanjung Pinang Dapat buat
rumah
7. Sarni 36 2010 Malaysia 5 juta Tanjung Pinang Dapat buat
rumah
8. Indrawati 30 2011 Malaysia Potong gaji Tanjung Pinang Beli tanah
22
8. Pengelolaan Keuangan
No Tahun Kegunaan Melalui Apa Uang Dikirim Kemana Dikirim Perubahan di
Keluarga TKI
1 1980-1990 Bayar hutang Pos
Titipan
Istri
Suami, orang
tua.
Merubah
ekonomi lemah
ke menengah
Bebas hutang
2 1990-2000 Biaya anak
sekolah
Ojek rekening
Ojek hp (aripun atik
Makripudin, imran dengan
bayaran Rp. 20 ribu)
Ojek surat (staf desa)
diberikan tips oleh warga
Rp. 15 ribu
Istri
Suami
Orang tua.
Pedagang kecil
3 2000-2010 Untuk
bangun
rumah
Rekenig Istri
Suami
Orang tua.
Memberi orang
tua
4 2010-2016 Mengelola
uang supaya
berkembang
Rekening Istri
Suami
Orang tua.
Beli hp
Tv
Honda dan
lain2.
*Sumber : ADBMI & Friends pada Diskusi Komunitas (Oktober-Desember 2016)
P. Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Desa Perigi adalah hutan, mata air, sawah dan
ladang. Adapun potensi SDA yang ada di dalam dan di luar kawasan hutan di antaranya
sebagai berikut:
No Komoditi Produksi/Pengolahan Pelaku
1 Mangga Makan sendiri
Produksi : jus mangga, selay mangga,
rujak mangga, beberok kembang
paok, manisan mangga, sirup
Dijual
Warga
Pedagang (Bas)
2 Srikaya Makan sendiri
Dijual
Produksi : jus
Warga
Pedagang
(marianah)
3 Tomat Makan sendiri
Dijual
Jus tomat
Saus
Pengasam ikan
Obat luka bakar
Jadi sambel
Warga
Toma
Toga
Pedagang (inak
Esi, Har)
4 Kopi Makan sendiri
Dijual
Obat luka bakar
Obat mencret
Obat penahan kantuk
Amak anah
23
5 Bawang merah dan
putih
Makan sendiri
Dijual
Bawang goring
Obat asma
Obat duri
Obat sakit perut
Obat penurun panas
Penguat kuku
Warga
Ustadz nasir
Ana
6 Jahe Dijual
Bumbu
Obat sakit pundak
Menghangatkan tubuh anak kecil,
orang melahirkan
Obat serak
Obat batuk
Campuran kopi
Permen jahe
Bapak maskun
7 Kunyit Makan sendiri
Dijual
Bumbu
Pewarna alami
Jamu
Obat penyakit kulit
Warga, toma,
toga
8 Lengkuas Makan sendiri
Dijual
Bumbu
Obat panu
Jamu
Sambel goring
Warga, toma,
toga
9 Kemiri Makan sendiri
Dijual
Bumbu
Perenyah
Obat rambut
Warga
10 Sukun Makan sendiri
Dijual
Digoreng
Direbus
Sayur
Gorengan sukun
Kripik sukun
Kasim, inaq uti,
amaq ida, ulis
11 Kelayu Makan sendiri
Dijual
Jus kelayu
Rujak
Pewarna
Kayu bakar
Bahan bangunan
Warga, toma,
toga
11 Kelapa Makan sendiri
Bumbu
Inaq padre
Inaq Kabul
24
Sesaur
Minyak goring
Tainlala
Bahan bangunan
Sapu lidi
Ketupat
Inaq pian
12 Bamboo Liwer
Topi bambu
Pagar
Keranjang
Tangga penghias
Usuk rumah
Warga
Amaq pah
13 Ketimus/Bune Makan sendiri
Dijual
Seserbuk
Warga
14 Rumah adat Pariwisata
Penginapan
Potoan
Preweding
Warga
Pemdes
15 Air pegunungan Air minum
Keperluan sehari-hari
Warga
16 Jeruk monte Sambel
Dijual
Pengharum bumbu
Sayur-mayur
Warga
pedagang
17 Asam Jamu
Sayur
Penyedap masakan
Ikan asin
Dijual
Warga
Pedagang
18 Sawo Jus
Makanan sendiri
Obat sakit perut
Dijual
Warga
Pedagang
19 Sapi Membajak sawah
Sate
Dijual
Abon
Hewan qurban
Warga
Pedagan
20 Papaya Dijual
Sabun papaya
Jus papaya
Warga
Pedagang
21 Jambu Dijual
Jus jambu
Warga
Inaq mastur
22 Cabe Dijual
Saos
Bumbu
Inaq siska
Tia
23 Padi Dijual
Konsumsi sendiri
Pedagan
Amaq ciin
25
Tepung beras
24 Kendokak/kecipir Dijual
Makan sendiri
Cemilan
Pedagang
Amak ris
25 Labu Dijual
Makan sendiri
Roti labu
Pangan labu
Kolek labu
Pedagang
Inaq tamrin
26 Alpukat Makan sendiri
Dijual
Jus alpukat
Pedagang
Junaedi
27 Pisang Makan sendiri
Dijual
Pisang goring
Kripik pisang
Es krim
Kolak pisang
Warga
Pedagang
Inaq anto
Sahirun
Sur
28 Kayu manis Sayuran
Obat
Kue
Pencegah kanker
Pengharum minuman
Campuran kopi
Obat kecantikan
Diabetes
Warga
pedagang
*Sumber : ADBMI & Friends pada Diskusi Komunitas (Oktober-Desember 2016)
Q. Kerentanan Asset Warga
1. Hutan
Kondisi hutan mengalami degradasi dan penyempitan disebabkan oleh penebangan
liar dan perladangan liar. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan
kemiskinan warga.
Pada musim panas, sering terjadi kebakaran hutan, hal ini disebabkan karena
perambahan dan perburuan liar.
2. Mata Air
Terdapat sekitar 10 mata air di Desa Perigi. Semua mata air tersebut tetap berair
walaupun pada musim panas. Akan tetapi debitnya sangat kecil. Kecilnya debit mata
air tersebut disebabkan oleh karena di samping kurangnya fungsi hutan dalam
menyerap air, tetapi juga karena memang mata air yang ada adalah mata air rembesan.
Ketika musim hujan airnya keruh, harus disaring dan dimasak baru bisa diminum.
26
3. Air Minum
Air bersih merupakan salah satu masalah utama yang dihadapai oleh masyarakat Desa
Perigi. Bukan hanya untuk air minum, tetapi juga untuk irigasi. Letak permasalahanya
adalah kecilnya debit air, tidak sebanding dengan jumlah warga yang
menggunakanya. Di samping itu juga, sistem pengelolaanya yang tidak baik.
Misalnya saja air bersih, letak pemasangan pipa yang masih belum
mempertimbangkan aspek keamanan, sehingga ketika musim hujan pipa sering kali
tergerus oleh air.
Pengelolaan air bersih dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Pada setiap
dusun dibuatkan bak-bak pembagian kemudian dialirkan ke dalam rumah tangga
menggunakan slang atau pipa. Untuk pemerataan agar semua rumah tangga
mendapatkan akses air, maka diberlakukan sistem rolling, warga bergantian mengisi
bak yang ada di dalam rumah tangga. Jika sudah penuh diganti ke rumah tangga yang
lainya dan begitu sterusnya. Sementara warga yang tidak dapat mengakses air
langsung ke dalam rumah tangga, dibuatkan bak-bak umum.
4. Irigasi
Sebagaimana halnya dengan air bersih, air untuk irigasi juga menjadi masalah utama
di Desa Perigi. Di mana sumber air yang ada sangat kecil, tidak sebanding dengan
luasan lahan pertanian yang diairi. Padahal, mata pencaharian masyarakat sebagian
besar adalah bertani. Kondisi ini berdanpak pada tidak maksimalnya petani dalam
mengolah tanah terlebih lagi jika musim panas, nyaris sebagian warga tidak bisa
mengolah lahan mereka. Akibatnya, pendapatan warga menjadi berkurang.
5. Sungai
Terdapat 6 sungai di Desa Perigi, antara lain Sungai Seruni, Sungai Begende, Kokok
Batu, Sungai Otak Aik, Sungai Rangge Mate, Kokok Kemong, Kokok Koak. Pada
musim panas semua sungai tersebut tetap berair tetapi kecil. Jika musim hujan airnya
besar, tetapi tidak sampai meluap ke permukiman.
R. Konservasi dan Usaha Ekonomi Rakyat
Melihat dari potensi yang ada baik sumber daya manusia dan sumber daya alam Desa
Perigi sangat sangatlah kompleks, di mana Desa Perigi menyimpan banyak kekayaan
27
yang di antaranya lahan pertanian yang sangat potensial untuk menanam beberapa jenis
komoditi yang dapat menaikkan taraf ekonomi bagi masyarakat. Contohnya padi dan
jagung merupakan komoditi unggulan masyarakat di sektor pertanian sehingga hampir
seluruh lahan pertanian ditanami dengan padi, jagung. Dan di sektor perkebunanya ada
tembakau ranjangan dan buah srikaya yang merupakan komoditi unggulan utama bagi
masyarakat. Selain pertanian masyarakat juga masyarakat Desa Perigi berternak sapi dan
kambing yang juga sebagai sumber mata pencaharian.
Sumber daya alam lainya masyarakat Desa Perigi yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan lindung dan selanjutnya kawasan TNGR, kawasan hutan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Masyarakat yang bercocok tanam di kawasan
hutan lindung tidak diimbangi dengan menanam pohon kayu sebagai tegakan untuk
menjaga longsor dan menjaga hutan agar tetap lestari.
Untuk menjaga kawasan hutan tetap lestari upaya Pemerintah Desa belum melakukan
gerakan konservatif hutan, hal tersebut sudah terbentuk kelompok petani hutan yang
dibentuk oleh Dishutbun yang direkomendasikan oleh desa. Kelompok petani hutan di
Desa Perigi sebanyak 5 kelompok. Kelompok tersebutlah yang terus melakukan
konservasi di kawasan hutan yang di-support oleh Dishutbun.
Potensi desa yang begitu banyak, tetapi tidak semua masyarakat menjadi sejahtera,
banyak juga masyarakat Desa Perigi yang dalam kategori miskin. Dari kondisi tersebut
Pemerintah Desa memberikan perhatian terhadap masyarakat untuk ke depanya akan
membentuk BUMDes, namun Pemerintah Desa masih dalam tahap merancang BUMDes
tersebut agar betul-betul matang dan tidak terulang kembali kejadian-kejadian seperti
pengalaman pada tahun sebelumnya. Seringkali usaha-usaha yang dibuat oleh desa untuk
mendorong prekonomian masyarakat macet atau hanya sesaat disebabkan masyarakat
memandang itu adalah uang mayarakat sehingga jarang yang mengembalikan modal desa
yang digunakan untuk membantu prekonomian masyarakat.
S. Analisa SWOT
No Strengths
(Kekuatan) Weaknesses
(Kelemahan) Opportunity
(Peluang) Threats
(Ancaman)
1 Kemiskinan
28
a. Akses
(informasi dan
infrastruktur)
cukup memadai.
b. Ada rumah adat
Limbungan
yang bisa
dijadikan
ekowisata.
c. Adanya
program
pemberdayaan
dari NGO.
a. Management
pengelolaan
remittance yang
masih rendah.
b. Minimnya
pemberdayaan
masyarakat di
level desa.
c. Kurangya
inisiasi dari
masyarakat
setempat.
a. Peningkatan
kapasitas
masyarkat.
b. Melakukan
pemberdayaan
masyarakat
sesuai yang
diatur dalam
undang-undang
desa.
c. Munculnya wira
usaha baru.
d. Membangun
konsep
ekowisata.
a. Semakin
tingginya
tingkat
persaingan
hidup.
2 konservasi
a. Memiliki
potensi sumber
daya alam yang
cukup, seperti
hasil hutan
bukan kayu
(HHBK).
a. Sumber daya
manusia yang
masih rendah.
e. Reboisasi dan
konservasi
kawasan hutan.
a. Terjadinya
kekeringan
dan
merosotnya
debit air.
3 Migrant
a. Jumlah anggota
TKI yang cukup
banyak.
b. Adanya
sebagian TKI
yang memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan
yang memadai.
a. Tidak ada
pekerjaan
alternatif.
b. Tidak adanya
pembinaan.
a. Peningkatan
kapasitas
masyarakat
TKI.
a. Terjadinya
pengangguran.
b. Tuntutan
ekonomi
rumah tangga
yang terus
bertambah.
4 Gender
a. Jumlah
penduduk
perempuan
lebih banyak
daripada laki-
laki.
b. Terbangunya
partisipatif
perempuan dan
laki-laki dalam
pembangunan.
a. Kurangnya
keterlibatan
perempuan
secara penuh.
b. Tufoksi
perempuan
masih dalam
ranah domistik.
a. Terbukanya
ruang dalam
menyatakan
pendapat.
b. Peran
perempuan
lebih banyak
daripada laki-
laki dalam
pembangunan
desa, seperti
dalam
pelaksanaan
sensus penduuk,
pelayanan
a. Terbatasnya
peran
perempuan
dalam
pengambilan
keputusan.
b. Rendahnya
minat
perempuan
dalam
pembangunan.
29
kesehatan
(posyandu)
yang mayoritas
pengerjaanya
adalah
perempuan.
T. Rekomendasi
1 Kemiskinan
a. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah desa secara terus menerus.
b. Pembentukan kelompok belajar dan kelompok usaha sebagai sentra ekonomi
masyarakat.
c. Dibentuknya BUMDesa beserta pengurusnya.
2 konservasi
a. Diperlukan adanya awik-awik atau aturan yang mengatur tentang pelestarian
lingkungan atau kawasan hutan.
b. Meningkatkan kerjasama dengan dinas instansi terkait atau dengan pihak lain
untuk melakukan pelestarian lingkungan atau kawasan hutan.
c. Penting untuk mengelompokkan masyarakat yang mengelola kawasan hutan
dengan skema yang sesuai dengan peraturan Pemerintah dengan tujuan agar
masyarakat yang mengelola kawasan ikut aktif untuk berpartisipasi dalam
menjaga dan melestarikan kawasan hutan (eks & keluarga BMI).
3 Migran
a. Harus ada bagian khusus yang menangani issu buruh migrant dalam struktur
Pemerintah desa.
b. Revitalisasi lembaga sosial di desa sebagai bentuk perlindungan terhadap buruh
migrant asal desa.
4 Gender
a. Meningkatkan peran perempuan dalam semua aspek pembangunan.
b. Program-program pemberdayaan perempuan harus ditingkatkan.
U. Lampiran
a. Target Group
No Nama KK L/P Status Migrasi Relasi
Dengan TKI
Jml Klg Yg
Menjadi TKI
Jml
Tanggungan Jenis Usaha /
Pekerjaan
Pendapatan/Bulan
Keluarga
KET
EKS KLG P L P L M SM
1 SUPRIADI L √ ANAK 1 4
PETANI 700000
2 HERLINA P √ ISTRI 1 1
1 BURUH TANI 650000
3 NURHASANAH P √ ISTRI 1 2
PETANI 800000
4 IDAH P √ ISTRI 1 2 1 PETANI 650000
5 YUSNIATI P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 1200000
6 ADRIAN L √ SUAMI 1 2 PETANI 600000
7 NURSASIH L √ ORTU 1 1 1 PETANI 1500000
8 ARGA L √ ANAK 1 1 1 PETANI 700000
9 NURUL YANTI P √ ISTRI 1 2 BURUH TANI 1200000
10 INAQ ARMASIH P √ ORTU 1 3 1 PETANI 700000
11 INAQ HAR P √ ORTU 1 1 2 BURUH TANI 800000
12 KUSUMAWATI P √ ISTRI 1 1 3 BURUH TANI 800000
13 RIWASIH P √ ORTU 1 1 4 BURUH TANI 1000000
14 DEMIYANTI P √ ISTRI 1 2 3 BURUH TANI 1400000
15 RAIYAH P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 700000
16 HAERUL L √ SUAMI 1 1 PETANI 550000
17 ROHMI P √ ISTRI 1 2 PETANI 1000000
18 HIR L √ ORTU 1 3 3 PETANI 1500000
19 MUNASIH P √ ORTU 1 2 1 PETANI 1200000
20 MURHAENI P √ ISTRI 1 2 BURUH TANI 650000
31
21 URIYANTI P √ ISTRI 2 4 BURUH TANI 1500000
22 RINI WATI P √ ISTRI 2 2 PETANI 1000000
23 ASRIN L √ SUAMI 1 1 1 BURUH TANI 1000000
24 MILYADI L √ SUAMI 1 1 BURUH TANI 700000
25 MAEMUNAH P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 1300000
26 SUPARDAN L √ SUAMI 1 2 1 BURUH TANI 1000000
27 JAMALUDIN L √ SUAMI 1 2 BURUH TANI 1000000
28 NURMULIS P √ ISTRI 1 2 2 PETANI 1300000
29 INAQ ENDRA WATI P √ ISTRI 2 3 1 BURUH TANI 1500000
30 INAQ RIZAL P √ ISTRI 1 1 2 BURUH TANI 1000000
31 SUBAENI L √ SUAMI 1 2 1 PETANI 1000000
32 MASKUN HADI L √ SUAMI 1 1 BURUH TANI 700000
33 JANEP P √ ISTRI 1 2 1 BURUH TANI 1200000
34 SARNI P √ ISTRI 1 1 2 PETANI 900000
35 SURIYAH P √ ISTRI 1 1 1 BURUH TANI 700000
36 INAQ RITA P √ ISTRI 1 2 BURUH TANI 900000
37 MAN L √ SUAMI 1 2 1 PETANI 1000000
38 MISNAN L √ ANAK 1 1 2 PETANI 1200000
39 ERSI L √ SUAMI 1 1 PETANI 800000
40 RAETUN P √ ISTRI 1 1 BURUH TANI 600000
41 SUHAEDI L √ SUAMI 1 1 1 BURUH TANI 800000
42 SAHARUDIN L √ SUAMI 1 2 BURUH TANI 700000
43 NASIHUN L √ SUAMI 3 BURUH TANI 1000000
44 NADRUN L √ ANAK 1 1 2 1 PETANI 1000000
32
45 MASUNIATI P √ ISTRI 1 1 1 BURUH TANI 800000
46 JUSRIANI P √ ISTRI 1
2 BURUH TANI 800000
47 NAIFUL AINI P √ ORTU 1 2
PETANI 750000
48 RAODATUL JANNAH P √ ISTRI 1
1 BURUH TANI 700000
49 SITI SOPIAH P √ ISTRI 1 2 BURUH TANI 1000000
50 SUMAYA AGUSTINI P √ ISTRI 1 1 PETANI 1000000
51 HANDAYANI P √ ISTRI 1 2 PETANI 850000
52 INDAH P √ ISTRI 1 1 PETANI 1000000
53 HANDASIH P √ ISTRI 1 2 PETANI 1500000
54 NIM AININ NUR P √ ORTU 1 1 PETANI 750000
55 INAQ SASTIADI P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 700000
56 MIASIH P √ ISTRI 1 2 PETANI 950000
57 ROSITA P √ ISTRI 1 1 PETANI 1000000
58 MAESAROH P √ ISTRI 1 1 PETANI 900000
59 SUMAWATI P √ ISTRI 1 1 PETANI 1000000
60 NURLAELA P √ ISTRI 1 1 PETANI 600000
61 SAPTINI P √ ISTRI 1 2 PETANI 700000
62 ENA P √ ISTRI 1 1 PETANI 900000
63 HIDAYANTI P √ ISTRI 1 1 PEDAGANG 1000000
64 MUHAERI P √ ISTRI 1 1 1 GURU HONOR 950000
65 RATMI P √ ISTRI 1 PETANI 900000
66 ERNA P √ ISTRI 1 PETANI 700000
67 HAMIDAH P √ ISTRI 1 PETANI 700000
68 NURUL YANTI P √ ISTRI 1 1 PETANI 800000
33
69 ISAH P √ ISTRI 1 1 2 PETANI 900000
70 NURJANNAH P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 1000000
71 ISNAWATI P √ ISTRI 1 PETANI 750000
72 MUSLIHAN P √ ISTRI 1 1 PETANI 650000
73 MARIANAH P √ ISTRI 1 2 2 PETANI 1000000
74 ADAH P √ ISTRI 1 1 PETANI 1500000
75 SITI PATIMAH P √ ISTRI 1 2 PETANI 700000
76 PITRIAH P √ ISTRI 1 1 PETANI 750000
77 ZULKIFLI L √ SUAMI 1 BURUH 900000
78 DARMAWANTO L √ SUAMI 1 1 BURUH 750000
79 PAJRI L √ SUAMI 1 1 BURUH 800000
80 SUPLIANDI L √ SUAMI 1 1 1 BURUH 800000
81 NASRUDIN L √ SUAMI 1 1 PETANI 900000
82 RULHAEDI L √ SUAMI 1 1 PETANI 700000
83 YAHYA L √ SUAMI 1 3 PETANI 750000
84 MUHARDI L √ SUAMI 1 1 PETANI 1000000
85 ALIMUDIN L √ ORTU 1 1 PETANI 700000
86 M. SAMSUL RIZAL L √ SUAMI 1 1 PETANI 1000000
87 BAHRUDIN L √ SUAMI 1 1 PETANI 700000
88 MANDRA L √ ORTU 1 1 1 PETANI 1000000
89 IRUN L √ SUAMI 1 1 3 PETANI 850000
90 ABU RAMHAN L √ SUAMI 1 2 PETANI 950000
91 ATIPAH L √ SUAMI 1 1
1 PETANI 750000
92 BAHRI P √ ISTRI 1
2 2 PETANI 800000
34
93 SUHAENI L √ SUAMI 1 1 2 PETANI 900000
94 MARZUKI P √ ISTRI 1 1 1 BURUH 1000000
95 HERNIATI P √ ISTRI 1 1 1 PETANI 800000
96 DARMAYU L √ ISTRI 1 3 PEDAGANG 850000
97 BPK ARYA L √ ISTRI 1 2 1 PETANI 900000
98 GEMUL L √ ISTRI 1 2 1 PETANI 900000
99 SAMSUL HADI L √ SUAMI 1 1 PETANI 2000000
100 MURTIMAH P √ ISTRI 1 1 2 2 BURUH 1000000
*Catatan
a. Pendapatanya terhitung dengan penghasilan dan pengeluaran keluaraga
b. Penghasilan keluarga diperoleh dari produksi secara langsung
c. Pengeluaran keluarga terhitung aktivitas keseharian dari kebutuhan logistik dan non logistik
d. Sebagian kebutuhan keluarga dipenuhi dari sumber daya alam yang ada
e. Kebutuhan-kebutuhan lainya juga bisa dipenuhi dengan sistem barter