Transcript
Page 1: konservasi satwa liar 0814

Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar

Page 2: konservasi satwa liar 0814

Apa itu TSL?

• Semua tumbuhan/satwa yang hidup secara liar/tidak dipelihara/dikembangkan manusia

• Dilindungi ataupun tidak dilindungi

• Baik di lingkungan alami ataupun buatan

• Belum mengalami domestifikasi (dimanfaatkan oleh manusia)

• Dalam jumlah yang melimpah hingga sangat terbatas.

Page 3: konservasi satwa liar 0814

Batasan Hukum:

• TSL Asli Indonesia;

• TSL asing;

• TSL Lindung;

• TSL tidak dilindungi;

• TSL terdaftar dalam apendiks CITES;

• TSL non-apendiks CITES.

Page 4: konservasi satwa liar 0814

Manfaat ekonomis:

Page 5: konservasi satwa liar 0814

Nilai Budaya:

Page 6: konservasi satwa liar 0814
Page 7: konservasi satwa liar 0814

Dasar Hukum

• CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) 1973 jo Keppres No. 43 Thn 1978

• UU No. 5 Thn 1990 ttg KSDAHE

• PP No. 7 Thn 1999 ttg Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa

• PP No. 8 Thn 1999 ttg Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa Liar

Page 8: konservasi satwa liar 0814

Apa saja yang dilakukan?

• Menetapkan status konservasi satwa liar.

• Melakukan penelitian2.

• Kampanye dan sosialisasi.

• Pembentukan kawasan konservasi.

• Pemberantasan perdagangan ilegal satwa liar

Page 9: konservasi satwa liar 0814

Tata Cara Perolehan Spesimen TSL:

a. Penyerahan scr inkracht van gewijsde;

b. hibah, pemberian atau sumbangan;

c. tukar menukar;

d. peminjaman;

e. pengambilan;

f. pembelian; dan/atau

g. pengambilan atau penangkapan dari alam.

(Permenhut No. 63/2013)

Page 10: konservasi satwa liar 0814

CITES 1973• Misi dan tujuan menghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan

satwa dari kepunahan di alam melalui pengembangan sistem pengendalian perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa serta produk-produknya secara internasional.

• Ada 4 (empat) hal pokok yang menjadi dasar konvensi:

– Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap tumbuhan dan satwa liar,

– Meningkatnya nilai sumber tumbuhan dan satwa liar bagi manusia,

– Peran dari masyarakat dan negara dalam usaha perlindungan tumbuhan dan satwa liar sangat tinggi,

– Makin mendesaknya kebutuhan suatu kerjasama internasional untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari over exploitasi melalui kontrol perdagangan internasional.

Page 11: konservasi satwa liar 0814

IUCN Red List Category

Kategori dlm penetapan status: jumlah populasi, penyebaran geografi dan risiko dari kepunahan.

Usulan dari nasional/regional dpt dimasukkan selama bisa dibuktikan endemic dgn kecukupan data yg baik

Page 12: konservasi satwa liar 0814

Posisi Indonesia ??• Update usulan ke IUCN Red List terhitung jarang krn

permasalahan kurangnya data.

• Dalam Laporan WWF terbaru yang dirilis 23 Juli 2012 berjudul "Wildlife Crime Scorecard : Assessing Compliance with and Enforcement of CITES Commitments for Tigers, Rhinos and Elephants“, Indonesia mendapat 2 kartu kuning (fail to prove effective protection & enforcement) utk harimau dan gajah sumatra, serta kartu grey (no sufficient data) utk badak sumatra dan jawa (cula 1)

• Integrasi IUCN Red List ke kerangka hukum nasional sifatnya insidental saja.

Page 13: konservasi satwa liar 0814

Konsep Pengelolaan menurut CITES

• Diserahkan pd Otoritas Pengelola (Management Authority) dan Otoritas Keilmuan (Scientific Authority).

• Species dapat diperdagangkan sesuai prinsip non-detriment finding perdagangan suatu jenis tumbuhan dan satwa liar tidak akan mengakibatkan rusaknya potensi populasi tumbuhan dan satwa liar (TSL) tersebut di habitat alamnya.

• Kewajiban dlm Legislasi Nasional harus dapat:– Menunjuk satu/lebih Management&Scientific Authority,– Melarang perdagangan spesimen yang melanggar ketentuan

konvensi,– Menghukum perdagangan yang melanggar,– Melakukan penyitaan terhadap spesimen-spesimen yang

diperdagangkan atau dimiliki secara illegal.

Page 14: konservasi satwa liar 0814

Konsep Pengawetan (dlm PP) Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah.

Tujuan: menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya

kepunahan; menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa; memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada.

Upaya: penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi;

pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya; pemeliharaan dan pengembangbiakan

Page 15: konservasi satwa liar 0814

Konsep Perlindungan (dlm PP) Kriteria utk ditetapkan status “dilindungi”

mempunyai populasi yang kecil; adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam; daerah penyebaran yang terbatas (endemik).

dapat diubah statusnya menjadi tidak dilindungi apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu

Bentuk kegiatan dalam lingkup in-situ protection1. Identifikasi;

2. Inventarisasi;

3. Pemantauan;

4. Pembinaan habitat dan populasinya;

5. Penyelamatan jenis;

6. Pengkajian, penelitian dan pengembangannya.

Page 16: konservasi satwa liar 0814
Page 17: konservasi satwa liar 0814

Alur Kerja Konservasi TSL Sistem perijinan standar CITES & upaya kontrol diberikan o/

Ditjen PHKA Dephut, dibantu UPT BKSDA di tiap provinsi LIPI: otoritas keilmuan, dan memiliki wwng m’berikan

rekomendasi jumlah & jenis TSL yg dpt diperdagangkan; Dirjen Bea Cukai: wwng dlm melakukan pemeriksaan dokumen

ekspor yg dimiliki para eksportir; Badan Karantina Pertanian Deptan: wwng melakukan tindak

karantina u/ memeriksa kesehatan jenis TSL serta kelengkapan & kesesuaian spesimen dgn dokumen;

Pusat Karantina Ikan DKP: idem u/ ikan; POLRI: wwng melakukan penyidikan tindak pidana di bidang

KSDAHE, tmsk perdagangan illegal TSL (bersama2 PPNS Kehutanan);

Deperindag: wwng dlm fasilitasi legalitas usaha di bidang perdagangan TSL kpd para eksportir

Page 18: konservasi satwa liar 0814
Page 19: konservasi satwa liar 0814

Konsep Pemanfaatan (dlm PP) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar

dilaksanakan dalam bentuk: a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan;

b. Penangkaran;

c. Perburuan;

d. Perdagangan;

e. Peragaan;

f. Pertukaran;

g. Budidaya tanaman obat-obatan; dan

h. Pemeliharaan untuk kesenangan.

Page 20: konservasi satwa liar 0814

Perburuan

Perburuan jenis satwa liar dilakukan untuk keperluan olah raga buru (sport hunting), perolehan trofi (hunting trophy), dan perburuan tradisional oleh masyarakat setempat

Perburuan konservasi??

Cek Rahmad Riadi Wildlife Museum di Medan

Page 21: konservasi satwa liar 0814
Page 22: konservasi satwa liar 0814

Pengaturan Berburu1. Dasar: Permenhut P-10/2010 ttg Surat Izin Buru dan

Tara Permohonan

Berburu adalah menangkap dan/atau membunuh satwa buru termasuk mengambil atau memindahkan telur-telur dan/atau sarang satwa buru

Surat izin berburu, dibedakan menjadi :

a. Surat izin berburu burung;

b. Surat izin berburu satwa kecil;

c. Surat izin berburu satwa besar.

A & B berlaku paling lama 3 hari, C berlaku paling lama 7 hari.

Pemburu: reguler dan tradisional

Page 23: konservasi satwa liar 0814

2. Tara Permohonan

a.Diajukan kpd Kepala UPT KSDA dgn tembusan pd kepala kepolisian setempat;

b.Mengisi formulir, melengkapi berkas (KTP, SKCK, keterangan sehat), membayar biaya pungutan, menunjukkan akta berburu bg pemburu asing.

Pemegang izin berburu, dilarang melakukan perburuan:

a. di luar tempat berburu yg ditetapkan dlm izin.

b. melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan.

c. di luar musim berburu yang telah ditetapkan.

d. tidak sesuai jenis dan melebihi jatah buru yang ditetapkan.

e. Gunakan alat berburu tidak sesuai dengan jenis satwa.

f. memindah-tangankan izin berburu kepada orang lain.

Page 24: konservasi satwa liar 0814

Jenis Satwa Buru:1. Burung

Burung Kasuari Kecil, Burung Merak, Ayam Hutan Merah;

2. Satwa Kecil

Kancil, Musang Air, Musang Jawa, Musang Barvata, Biawak, Biawak Tanjung, Biawak Air Tawar, Biawak Totol Hitam, Landak, Kelinci Hutan, Kera Ekor Panjang.

3. Satwa Besar

Babi Hutan, Rusa, Kijang, Kambing Gunung, Kerbau Liar;

(Dasar: Permenhut No. 70 Tahun 2014)

Page 25: konservasi satwa liar 0814

Hal terkait perburuan:1. Perburuan vis a vis konservasi??;

2. Pembatasan: izin buru, lokasi tertentu (taman buru, areal buru, kebun buru), akta buru;

3. Berburu: menangkap dan/atau membunuh;

4. Hasil buru dapat dibawa setelah ada penandaan (tagging) dan surat izin/pembolehan dr UPT KSDA;

5. Hasil buruan: utuh maupun per bagian (kuku, taring, kulit, dst)

6. Perburuan legal hanya untuk kegiatan non-komersil;

7. Legal untuk: penelitian dan pengembangan ilmu; memperoleh trophy; dan kepentingan adat.

8. Jika tdk sesuai, akan disita oleh Negara.(Permenhut No. 71/2014)

Page 26: konservasi satwa liar 0814

Lamalera

Page 27: konservasi satwa liar 0814

Pengendalian Perdagangan1. Quota

Penetapan kuota pengambilan/penangkapan TSL didasarkan pd prinsip kehati-hatian (precautionary principle) & dasar2 ilmiah u/ mncegah terjadinya kerusakan atau degradasi populasi (non-detriment finding);

2. Perizinan

Perdagangan jenis TSL hanya dpt dilakukan oleh Badan Usaha yang didirikan menurut hukum Indonesia, dan mendapat izin dari Pemerintah Tiga izin pemanfaatan TSL:1. izin mengambil atau menangkap TSL, diterbitkan BKSDA,

2. izin sebagai pengedar TSL DN, diterbitkan BKSDA, dan

3. izin sebagai pengedar TSL LN, diterbitkan Ditjen PHKA.

Page 28: konservasi satwa liar 0814
Page 29: konservasi satwa liar 0814
Page 30: konservasi satwa liar 0814

Izin Penangkaran

Macam Penangkaran:

• Captive Breeding (pengembangbiakan satwa dalam lingkungan terkontrol)

• Rearing/Ranching (pembesaran anakan dari telur/anakan dari habitat alam)

• Artificial Propagation (perbanyakan tumbuhan secara buatan)• Transplantation (budidaya) koral

Izin diberikan utk tiga kategori:

• TSL dilindungi & masuk dlm CITES, izin dr Ditjen PHKA

• TSL tdk dilindungi & masuk CITES, izin dr Kepala Balai KSDA;

• TSL tdk dilindungi & tdk masuk CITES, izin dr Kepala Dinas tk Provinsi.

Page 31: konservasi satwa liar 0814

Tujuan Penangkaran

• Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,

• Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran

Page 32: konservasi satwa liar 0814

TSL baik yg dilindungi maupun yg tdk dilindungi dpt dimintakan izin utk penangkaran, kecuali:

ANOA BABI RUSA BADAK JAWA BADAK SUMATERA BIAWAK KOMODO CENDERAWASIH ELANG JAWA, GARUDA HARIMAU SUMATERA LUTUNG MENTAWAI ORANG UTAN OWA JAWA TUMBUHAN JENIS RAFLESIA

Page 33: konservasi satwa liar 0814

Level perlindungan utama:

a. Anoa (Anoa depressicornis, Anoa quarlesi);

b. Babi rusa (Babyrousa babyrussa);

c. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus);

d. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis);

e. Biawak Komodo (Varanus komodoensis);

f. Cendrawasih (Seluruh jenis dari famili Paradiseidae);

g. Elang Jawa, Elang Garuda (Spizaetus bartelsi);

h. Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae);

i. Lutung Mentawai (Presbytis potenziani);

j. Orangutan (Pongo pygmaeus);

k. Owa Jawa (Hylobates moloch)

Page 34: konservasi satwa liar 0814

Berdasarkan Lampiran PP No 7 Tahun 1999

Daftar flora dan fauna yang dilindungi di Indonesia tercantum dalam PP No 7 tahun 1999, berjumlah 294 spesies.

Keseluruhannya terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu kelompok satwa (mamalia, aves, reptilia, insekta, ikan, anthozoa (akar bahar), dan bivalvia – kerang2) dan kelompok tumbuhan (palmae, rafflessiacea, orchidaceae, nephentaceae, dan dipterocarpaceae)

Page 35: konservasi satwa liar 0814
Page 36: konservasi satwa liar 0814

Sebanyak 294 spesies yang masuk ke dalam golongan flora dan fauna dilindungi tsb belum termasuk rilis terbaru flora dan fauna liar. Identifikasi terbaru dikeluarkan oleh IUCN dan CITES (khusus satwa liar) adalah:

Macan Tutul Jawa, Orangutan Sumatera, Kanguru Pohon, Kera Hitam Sulawesi, Anoa (dataran rendah & pegunungan), Gajah Sumatera, Gibbon Kalimantan (hitam & putih), Kambing Hutan Sumatera, Kukang Jawa, Kuskus, Macan Dahan (Kalimantan&Sumatera), Owa Jawa, Siamang, Wau-wau.

Page 37: konservasi satwa liar 0814
Page 38: konservasi satwa liar 0814

Fakta (Conservasi International Indonesia – 2011)

• Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati akibat proses penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang.

• 60% mamalia yang diperdagangkan di pasar burung adalah jenis yang langka dan dilindungi undang-undang.

• 70% primata dan kakatua yang dipelihara masyarakat menderita penyakit dan penyimpangan perilaku.

• Lebih dari 100.000 burung paruh bengkok setiap tahunnya ditangkap dari alam Papua dan Maluku. Penangkapan ini juga melibatkan oknum militer.

• Burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ditangkap dari alam dengan cara-cara yang menyiksa dan menyakitkan satwa. Bulunya dicabuti agar tidak bisa terbang.

• Setiap tahunnya ada sekitar 1000 ekor orangutan Kalimantan yang diselundupkan ke Jawa dan juga luar negeri. Sebagian besar orangutan yang diperdagangkan adalah masih bayi.

• Sekitar 3000 owa dan siamang setiap tahunnya diburu untuk diperdagangkan di dalam negeri dan diselundupkan ke luar negeri

Page 39: konservasi satwa liar 0814

Top Related