Download - Konsep Toksikologi

Transcript

Konsep ToksikologiLingkungan14 Agustus 2010PENDAHULUANManusia dan organisme hidup lain senantiasa terpapar/terpajan (exposed) banyak jenis bahan alami maupun bahan buatan manusia. Keracunan berarti bahwa suatu zat kimia telah mengganggu proses fisiologis, sehingga keadaan organisme itu tidak lagi dalam keadaan sehat. Pada keadaan tertentu, pajanan (exposure) ini berefek buruk bagi kesehatan, mungkin menyebabkan kematian, atau hanya menimbulkan perubahan biologik yang kecil sekali. Sifat dan instensitas gejala penyakitnya tergantung pada, jenis racunnya, jumlah yang masuk ke dalam badan, lamanya badan mengalami keracunan, keadaan badan organisme yang keracunan serta cara kebiasaan hidup organisme itu.Toksikologi berasal dari bahasa Yunani, toxicon=racun dan logos=ilmu. Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan. Jadi secara sederhana toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpajannya mahluk hidup.Sedangkan menurut Britannica Concise, toksikologi adalah Study of poisons and their effects, particularly on living systems. It overlaps with biochemistry, histology, pharmacology, pathology, and other fields. Its functions have expanded from identifying poisons and searching for treatments to include forensic toxicology (see forensic medicine) and testing and detection of a fast-growing number of new potentially toxic substances used in workplaces, in agriculture (e.g., insecticides, other pesticides, fertilizers), in cosmetics, as food additives, and as drugs (see medicinal poisoning). Perhaps the area of largest expansion is the study of toxic waste in the air, water, and soil, incl. chlorofluorocarbons, acid rain, dioxin, and radioactive isotopes.Bersama dengan ilmu lain, toksikologi memberi sumbangan bagi pengembangan bahan kimia yang lebih aman untuk digunakan sebagai obat, zat tambahan makanan, pestisida, dan bahan kimia yang digunakan dalam industri.Karena adanya bahan-bahan yang berbahaya, Menteri Kesehatan telah menetapkan peraturan No. 453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan-bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi: besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran, dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan-bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara langsung atau tidak langsung, serta jenis bahayanya.EKOTOKSIKOLOGIPenilaian akan bahaya bahan kimia industri, pencemaran lingkungan, dan bahan lainnya bagi kesehatan merupakan unsur penting dalam perlindungan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat. Penelitian mendalam tentang efek toksikan dan mekanismenya itu sangat berguna untuk menemukan penawar khusus dan upaya penanggulangan lainnya.Masyarakat umum terpajan berbagai jenis toksikan lewat udara dan air disamping lewat makanan, yaitu berupa zat tambahan makanan, pestisida dan pencemar. Pajanan ini sering sedemikian ringan sehingga secara akut tidak membahayakan tetapi dapat memberi efek buruk pada jangka panjang.Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan lesi toksik pada manusia, perubahan biosfer atau perubahan dalam lingkungan luar. Satu aspek khusus dari pencemaran kimia lingkungan adalah keinginan yang tidak dapat ditekan sering tidak perlu- untuk menggunakan sejumlah besar zat kimia untuk pemakaian pribadi. Pemakaian obat yang sering, atau penyalahgunaan obat yang sering, dengan atau tanpa resep, merokok, dan meminum alkohol. Demikian juga pemakaian kosmetika secara luas, penggunaan bahan kimia untuk rumah tangga dalam bentuk aerosol, yang terus meningkat, seperti deodorant atau pewangi ruangan.Hasil industrialisasi yang intensif dan pemusatan penduduk di kota besar mengakibatkan penimbunan limbah dalam jumlah yang besar. Pencemaran udara, air dan tanah akan mempengaruhi keadaan lingkungan dan merupakan masalah tersendiri. Hal ini mencakup gas buangan kendaraan bermotor, asap dan gas dari cerobong asap, kebakaran hutan, tinja, deterjen dan bahan kimia rumah tangga dalam jumlah besar dalam air limbah serta sejumlah besar sampah dari bahan kemasan yang tidak dapat dipakai ulang dan barang buangan.Hal itulah yang mendorong berkembangnya suatu sub-disiplin baru dalam toksikologi yaitu toksikologi lingkungan yang juga disebut eko-toksikologi. Ekotoksikologi adalah studies and assess the detrimental changes of structural elements and functions of ecosystems caused by environmental chemicals sebagai hasil dari deals with the chemical background of interactions between organisms, between organisms and their environment, and the influence of chemical factors on the dynamics of populations and ecosystems.Toksikologi lingkungan membahas sumber bahan toksik, transpornya, degradasi dan biokonsentrasinya di lingkungan serta pengaruhnya terhadap manusia. Ahli toksikologi lingkungan mengintegrasikan pengetahuan tentang kemungkinan efek beracun pada organisme dengan pengetahuan tentang kelakuan zat di dalam lingkungan dan juga dengan pengetahuan tentang akibat yang dapat terjadi dari efek tertentu suatu zat pada satu atau lebih macam organisme untuk dapat berfungsinya secara integral suatu kehidupan bermasyarakat. Ahli toksikologi lingkungan mempunyai tugas menilai risiko dan meramalkan dalam sistem yang kompleks; kelakuan zat dalam lingkungan sering tidak jelas dan kita berhadapan dengan banyaknya bentuk kehidupan dan proses yang rumit.Toksikologi lingkungan mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.Perlindungan lingkungan tentu mutlak perlu. Namun tindakan yang menentang aktivitas industri, merugikan kesejahteraan dan kesehatan umat manusia. Perlindungan lingkungan tidak boleh merupakan suatu perjuangan emosional yang konfrontatif, tetapi harus diusahakan agar para ilmuwan yang bermotivasi dan berkualifikasi, mengambil alih masalah ini. Perlindungan dan pelestarian lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan kesehatan manusia merupakan tujuan yang harus dicapai dengan cara ilmiah dan beradab.REFERENSI1. Des W. Connel & Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia2. E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar. Terjemahan oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.3. Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta: Universitas Indonesia Press.4. H.J. Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.5. H.J. Mukono. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.6. J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H. Yudono Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.7. Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxm. Catatan Semua zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan kembali memasuki lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akhirnya bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun, dan dengan demikian diperlukan toksikologi lingkungan. Dapat dimengerti bahwa, baik racun, maupun kontaminasi lingkungan dengan zat berbahaya bukanlah hal yang baru. Sejak beberapa puluh tahun yang lalu, duniapun sudah sepakat untuk bekerja sama untuk membuat lingkungan menjadi tempat yang tidak berbahaya untuk dihuni. Perhatian dunia untuk melakukan kerja sama ini didasarkan atas fakta. Tujuan daripada Toksikologi Lingkungan adalah : Mengurangi perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaimana racun menyerang organisme, Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas lingkungan, Dapat membuat criteria dasar untuk standarisasi kualitas lingkungan, dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek, dan keracunan.

XxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxToksikologi Lingkungan yaitu pembahasan yang khusus toksikologi terhadap bahan buangan berbahaya yang masuk kedalam suatu tatanan lingkungan hidup yang di duga dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.

Toksikologi Lingkungan Membahas sumber bahan toksi,transpornya,degradasi dan biokonsentrasinya di lingkungan serta pengaruhnya terhadap manusia.ahli toksikologi lingkungan mengintegrasikan pengentahuan tentang kemungkinan titik beracun pada organisme dengan pengetahuan tentang kelakuan zat didalam lingkungan dan juga pengetahuan tentang akibat yang dapat terjadi dan efek tertentu suatu zat pada satu atau lebih macam organisme untuk dapat berfungsinya secara integral suatu kehidupan masyarakat. Ahli toksikologi lingkungan mempunyai tugas menilai resiko dan meramalkan dalam sistim dan komples,kelakuan zat dalam lingkungan sering tidak jelas dan kita berhadapan dengan banyaknya bentuk kehidupan dan proses yang rumit.

Toksikologi lingkungn mempelajari efek dari bahan polutan terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.

Perlindungan lingkungan tentu mutlak perlu. Namun tindakan yang menentang aktivitas industri, merugikan ksejahteraan dan kesehatan umat manusia. Perlindugan tidak boleh merupakan suatu perjuangan emosional yang konfrontatif, tetapi harus diusahakan agar para ilmuwan yang bermotivasi dan berkualifikasi,mengambil masalah ini. Perlindungan dan pelestarian lingkungan yag mendukung kesejateraan dan kesehatan manusia nerupakan tujuan yang harus di capai dengan cara ilmiah dan beradap.

Semua zat beracun ataupunmetabolisme tentu akan kembali lingkungn, sehingga kualitas lingkungan, sehinga kualitas lingkugan akhirnyabbertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun, dan dengan demikian di perlukan toksikologi lingkungan dapat di mengerti bahwa, baik racun maupun kontaminasi lingkungan dengan zat berbahaya bukanlah hal yang baru, sejak beberapa tahun yang lalu , duniah pun sudah sepakat untuk bekerja sama untuk membuat lingkngan menjadi tempat yag tidak berbahaya untuk di huni. Perhatian dunia untuk melakukan kerja sama ini didasarkan atas fakta.

Tujuan dari pada toksokilogi lingkungan adalah : mengurangi perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaiman racun menyerang organisme, mencegah terjadinya efek tang tidak di kehendaki dari racun terhadap organisme dan kualitas lingkungan dapat membuat criteria dasar untuk standarisasi kualitas lingkungan dapat memperbaiki cara pengolahan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek dan keracunan.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXDEF TOKSIKIlmu yang mempelajari tentang efek negatif atau efek racun dari bahan kimiadan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme termasukbagaimana bahan tersebut masuk ke dalam organisme(Rand, G.M. and Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity :Methods and Application, Hempsphere Public Corporation )2. Ilmu yang mempelajari tentang efek membahayakan dari suatu persenyawaanterhadap organisme hidup, terutama manusia3. Ilmu yang mempelajari racunerikut asal, efek, deteksi dan metodepengolahannya ( Dictionary of Scientific and Technical Terms, McGraw Hill,1984)TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN =1. Ilmu yang mempelajari semua substansi yan digunakan, dibuat atau hasil dari suatuformulasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan danmempunyai kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negatif bagi manusia.( NIOSH : The National Institute for Occupational Safety & Health )2. Studi mengenai asal, properti, efek dan deteksi bahan racun di dalam lingkungandan segala spesies yang berada di lingkungan, termasuk manusia.( John H. Duffus & Howard G.K. Worth, dalam Fundamental Toxicology forChemist, The Royal Society of Chemistry Publisher.)3. Ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan terhadaporganisme hidup sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yangmemberikan efek toksik atau merugikan terhadap manusia, menyebabkanperubahan biosfer dan lingkungan luar serta membebani lingkungan secara fisik.(E.J. Ariens, E. Mutschler, A.M. Simonis, Pengantar Toksikologi Umum. 1994).4. Ilmu yang mempelajari tentang racun/bahan berbahaya dan efeknya terhadaplingkungan, termasuk masalah-masalah yang terkait.(Merry-Webster Dictionary On-Line)5. Pembahasan khusus toksikologi terhadap bahan buangan berbahaya yang masuk kedalam suatu tatanan lingkungan hidup yang diduga dapat menimbulkan pengaruhburuk terhadap kesehatan manusia(Drs. Heryando Palar, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat).6. Studi/kajian tentang alam, efek dan penemuan bahan beracun (toksik) dalamlingkungan dan berhubungan dengan lingkungan yang terpapar, termasuk manusia.a. Pemahaman toksikologi yang berhubungan dengan lingkungan. Konsepdasarnya berhubungan hubungan dosis-respon, absorpsi bahan toksik, distribusidan penyimpanan bahan toksik, biotransformasi dan eliminasi bahan toksik,target organ tubuh yan terkena bahan toksik, teratogenik, mutagenesis,karsinogenesis dan nilai resiko yag ditimbulkan oleh bahan toksik.b. Pemahaman tentang dinamika kimiawi dari kontaminan dalam lingkungantermasuk di dalamnya dalah fate dan transport. Studi ini akan mempelajaritentang bagaimana bahan toksik diuji dan peraturan yang berlaku.( Greg Moller )

EKOTOKSIKOLOGI =1. Studi mengenai efek toksik dari bahan kimia dan fisik terhadap seluruh makhlukhidup terutama populasi dan komunitas yang berada dalam ekosistem termasukjalannya transfer bahan-bahan tersebut dan interaksi dengan lingkungan(John H. Duffus & Howard G.J. Worth, Fundamental Toxicology for Chemist,The royal Society of Chemistry Publisher, 1996)2. Suatu studi mengenai kontaminasi terhadap lingkungan dan mempunyai hubunganyang sangat erat dengan ekologi dan konsep-konsep ekologi.(A. Boudou, D. Georgescauld & J.P. Desmazes, Ecotoxicological role of theMembrane Barrier in transport and Bioaccumulation of Mercury Compounds,1983)3. Suatu studi mengenai hubungan antara pengaruh dosis bahan kimia di dalamlingkungan terhadap sistem biotik termasuk di dalamnya berbagai tingkatan infradan supra organisme.(H.J. Hueck, 1978Principles of testing for Potential BioticEnvironmental effects ofChemical)4. Ilmu yang mempelajari efek negatif zat (berdiri sendiri ataud alam campuran zat,limbah, radiasi sinar, suhu, dll) terhadap semua atau sebagian dari tingkat organisasibiologis (komunitas, populasi, individu, organ jaringan, sel, biomolekul) dalambentuk merusak stuktur maupun fungsi biologis.(Sarwoko M, 1999, Ekotoksikologi Keteknikan)5. Ilmu yang mempelajari efek-efek negatif (beracun) dari toksikan, tidak hanya padasatu spesies tetapi pada jangkauan yang luas dari spesies yang berinteraksi dalamsistem.(Rand, G.M. and Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity :Methods and Application, Hempsphere Public Corporation )

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXMKLH TOKSIK LINGKNGNTOKSIKOLOGI LIMBAH RUMAH SAKIT BAB IPENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.

BAB IIISI

KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKIT Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif. 2) Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif)b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4) Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc5) Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. 6) Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. 7) Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.8)Limbah PlastikLimbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain. Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti a. Gangguan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik. b. Kerusakan harta benda Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor. d. Gangguan terhadap kesehatan manusia Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. e. Gangguan genetik dan reproduksi Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif. PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT A) Limbah padat Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :Golongan A : 1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah. 2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi. 3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing. Golongan B : Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya. Golongan C : Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A. Golongan D : Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu. Golongan E : Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

Pelaksanaan pengelolaan Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.

1) Pemisahan Golongan A 1.1. Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis. Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut : a) Sampah dari haemodialisis Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius). b) Limbah dari unit lain : Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman. 1.2. Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat. 1.3. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator. 1.4. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.

Golongan B 1.5. Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. 1.6. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dengan incinerator. 2) Penampungan 2.1. Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya : a) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat. b) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah. c) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci. d) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus. e) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin) 2.2. Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.

3) Pengangkutan Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.3.1. Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga : a)Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus b)Tidak akan menjadi sarang serangga c)Mudah dibersihkan dan dikeringkan d)Sampan tidak menempel pada alat angkut e) Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali 3.2. Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain : a)Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang dibawa. b)Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah. B) Limbah CairLimbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:1)Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System) Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni : 1. Pump Swap (pompa air kotor). 2.Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah. 3.Bak Klorinasi 4.Control room (ruang kontrol) 5.Inlet 6.Incinerator antara 2 kolam stabilisasi 7.Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi. 2)Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System) Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari : 1. Pump Swap (pompa air kotor) 2. Oxidation Ditch (pompa air kotor) 3. Sedimentation Tank (bak pengendapan) 4. Chlorination Tank (bak klorinasi) 5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak). 6. Control Room (ruang kontrol) 3)Anaerobic Filter Treatment System Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti. Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut : 1. Pump Swap (pompa air kotor) 2. Septic Tank (inhaff tank) 3. Anaerobic filter. 4. Stabilization tank (bak stabilisasi) 5. Chlorination tank (bak klorinasi) 6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)7. Control room (ruang kontrol)Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya a)Volume septic tank b)Jumlah anaerobic filter c)Volume stabilization tank d)Jumlah chlorination tank e)Jumlah sludge drying bed f)Perkiraan luas lahan yang diperlukanSecara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai berikut :a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.b. PenampunganPenampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik

c. PengangkutanPengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.d. Pengolahan dan PembuanganMetoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :a. Incinerasib.Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)c.Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)d.Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)e.Inaktivasi suhu tinggif.Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60g.Microwave treatmenth.Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)i.Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

IncineratorBeberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANToksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh, limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara lain gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan manusia, reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh karena itu limbah harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan limbah padat dan cair, dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.

B. SARAN Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar pengguna berhati hati dalam penggunaan alat atau bahan yang berasal dari rumah sakit, agar tidak menimbulkan efek negatif pada tubuh.Source : 4shared.com

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXEkotoksikologiLingkunganPosted: November 8, 2007 in Uncategorized 61.Pengertian ToksikologiToksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jejas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.Tujuan Toksikologi Lingkungan adalah : Mencari substansi yang aman, yang berarti dapat mempelajari mekanisme racun terhadap organisme. Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki terhadap organisme dan lingkungan yang berarti harus dapat mengidentifikasi secara kuantitatif racun yang ada di dalam organisme, udara, air. tanah. Membuat kriteria dasar untuk standarisasi Dapat memperbaiki cara pengobatan keracunan/ membuat antidotumBila zat toksik ini masuk ke dalam tubuh, dan menimbulkan efek, maka hal ini yang dikatakan sebagai keracunan atau dengan kata lain adalah keadaan tidak normal akibat efek racun karena kecelakaan, bunuh diri, tindak kriminal, jabatan. Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasi organ (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut toksisitas.Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu :Spesies (jenis mahluk hidup: hewan, manusia, tumbuhan) Portal of entry , cara masuknya zat racun tersebut: kulit, pernafasan dan mulut Bentuk/ sifat kimia fisik dllDi dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang asing bagi tubuh, dapat diperoleh dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen). Xenobiotik yang dari luar tubuh dapat dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas manusia dan masuk ke dalam lingkungan. Bila organisme terpajan oleh zat xenobiotik maka zat ini akan masuk ke dalam organisme dan dapat menimbulkan efek biologis.Zat toksik atau racun dapat diklasifikasikan atas dasar : sumber, jenis, wujud, sifat kimia/ fisik, terbentuk dan efek kesehatan. Sumber :a. Alamiahb. Buatanc. Domestik, industrial, komersial Atas Dasar Jenis :a. Wujud : padat, gas, cairb. Sifat kimia/fisik : korosif, radioaktif, evaporatif, explosif, reaktifc. Terbentuknya : primer, sekunder, tersierd. Efek kesehatan : Fibrosis : Pertumbuhan jaringan ikat dalam jumlah yang berlebihan ( silikosis, cobaltosis, baritosis, asbestosis, bagasosis dll) Granuloma : Benjolan akibat proses peradangan menahun (berilicosis) Demam : Meningkatnya temperatur tubuh (Mn,Zn,Sn, As, Cd) Asphyxia : keadaan dimana darah & jaringan keurangan O2 Alergi : Reaksi berlebih terhadap materi tertentu (debu organik & anorganik) Kanker : Pertumbuhan sel yang tidak terkendali ( benzidin& garam-garam, Cr) Mutasi : Perubahan susunan & jumlah gen (radioaktif) Teratogen: Cacat (redioaktif, helium) Sistemik : Racun yang menyerang hambpir ke seluruh organ tubuh (Pb,Hg,Cd,F,Va,Ti,Tel) Ekonomik : racun yang dibuat dan diperlukan untuk pembangunan ( pestisida, insektisida)e. Hidup/ biotis dan tidak hidup/ abiotisf. Kerusakan organ2. Analisis/ Uji ToksisitasDalam Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 6 disebutkan bahwa limbah B-3 dapat diidentifikasi menurut sumber atau uji karakterisasi atau uji toksisitas. Uji toksisitas adalah untuk menentukan sifat akut atau khronik limbah. Pada dasarnya pengujian toksisitas bertujuan untuk menilai efek racun terhadap organisme, menganalisis secara obyektif resiko yang dihadapi akibat adanya racun di lingkungan. Toksisitas akut terjadi pada dosis tinggi, waktu pemaparan pendek dengan efek parah dan mendadak, dimana organ absorpsi dan eksresi yant terkena. Sedangkan toksisitas khronis terjadi pada dosis tidak tinggi pemaparan menahun, gejala tidak mendadak atau gradual, intensitas efek dapat parah/ tidak. Jenis uji yang digunakan tergantung pada penggunaan zat kimia dan manusia yang terpapar. Ada beberapa tingkatan dalam uji toksisitas.Tingkat 1 Uji pemaparan akut : Menggambar kurva dosis dan respon untuk kematian dan kemungkinan cacat tubuh Uji iritasi mata dan kulit Membuat saringan pertama untuk mutagenik aktivitasTingkat 2. Uji pemaparan sub khronis Menggambar kurva dosis dan respon (pajanan 90 hari) dalam 2 spesies, sebaiknya uji ini menggunakan rute pajanan pada manusia Uji toksisitas pda organ, catat kematian, penurunan berat badan, hematologi, dan kimia klinis, membuat sayatan dari jaringan secara mikroskopis. Menyiapkan saringan kedua untuk aktifitas mutagenic Uji reproduktif dan cacat lahir (teratologi) Uji pharmakokinetik dari hewan uji : absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi dari zat dalam tubuh Melakukan uji perilaku Uji sinergisme, potensiasi, dan antagonismTingkat 3 Uji pajanan khronis Melakukan uji mutagenicity pada hewan mamalia Melakukan uji karsinogenisisi pada hewan pengerat Menguji farmakokinetik pada manusia Melakukan uji coba klinis pada manusia Bandingkan dengan data epidemiologi dari pajanan akut dan kronisUji toksisitas dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.A. Uji Toksisitas Kuantitatif,Uji toksisitas kuantitatif misalnya dilihat dari segi organ yang terkena racun, misalnya hati, ginjal, sistem saraf dll. Uji toksisitas kuantitatif dapat juga dilihat dari gejala yang timbul mekanisme racun terhadap organ mulai pada tingkat selluler, ke tingkat jaringan, dan sampai pada tingkat organ, serta menimbulkan gejala gejala fibrosis, granuloma, karsinogenik, teratogenik dll. Dan banyak lagi zat kimia dalam betuk logam dan non logam yang juga dapat menyebabkan efek seperti disebut di atas.B. Uji/Analisis Toksisitas KuantitatifUji toksisitas secara kuantitatif dapat ditinjau dari lamanya waktu, yang dapat diklasifikasikan menjadi toksisitas akut, sub-akut, khronis. Toksisitas akut adalah efek total yang didapat pada dosis tunggal/multipel dalam 24 jam pemaparan. Toksisitas akut sifatnya mendadak, waktu singkat, biasanya reversibel. Toksisitas khronis sifatnya permanen, lama, konstan, kontinu, irreversibelUji toksisitas atas dasar dosis dan waktu berarti spesifik toksisitas akut/ khronis. Dosis adalah jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh, besar, kecilnya menentukan efek. Sedangkan efek dosis ini merupakan fungsi dari usia, jenis kelamin, berat badan, portal of entry, frekuensi, interval waktu, kecepatan eksresi, kombinasi dengan zat lain. Terdapat beberapa istilah mengenai dosis yaitu yang umum digunakan adalah Lethal Dosis (LD) : yaitu dosis yang mematikan X % hewan uji dengan satuan berat/berat badan. Dikenal LD10, LD50, LD100, Min LD dan Dosis Therapheutik yaitu dosis yang tepat untuk pengobatan. atau dapat juga dilihat dari konsentrasi LC10, LC5O, LC100. Di dalam PP 18 tahun 1999 dikatakan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila diuji dengan metoda toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 15 g/kg berat badan. Sedangkan dalam PP No 85 tahun 1999 dikatakan bahwa bila nilai LD50 secara oral lebih besar dari 50 mg/kg berat badan, maka terhadap limbah yang mengandung salah satu zat pencemar pada lampiran III PP tersebut harus dilakukan evaluasi sifat khronis, yaitu mutagenisitas, karsinogenisitas, teratogenisitas.Uji toksisitas biasanya dilakukan dengan menggunakan hewan uji seperti mencit, tikus, kelinci, monyet, anjing dan lain-lain. Pemilihan hewan uji tergantung pada jenis toksikannya dan ketersediaan dana. Setelah diperoleh hasil uji toksisitas, untuk dapat diketahui efeknya terhadap manusia, maka perlu dilakukan extrapolasi.

3. Analisis Efek Bahaya dalam Ekotoksikologi Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992). Pendekatan eksperimental digunakan dalam analisis bahan berbahaya yang berpotensi menimbulkan efek dapat dikembangkan pada beberapa tingkat yang berbeda kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu organisasi misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung pada tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon pada sub-khronis, kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan diantara kenyataan ekologi dan kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi hasil.

4. Jenis-jenis Uji EkotoksikologiDalam uji ekotoksikologi terdapat lima jenis uji yang ditentukan berkaintan dengan keperluan yang berbeda. Biasanya digunakan pada ikan (Alabaster and Lioyd, 1982), tetapi hal ini akan lebih mudah diterapkan pada tipe organisme , air dan terestrial. Kelima jenis uji tersebut adalah sebagai berikut : Skrining toksisitas dari zat kimia, secara teoritis, semua bahan kimia dapat ditemukan di dalam lingkungan akuatik sebagai hasil dari pembuangan, atau sebagai tempat akhir yang berasal dari air, tanah dan udara. Jenis uji ini juga digunakan untuk menentukan kemampuan toksisitas dari suatu kelompok zat kimia atau produk yang mungkin ditemukan selama perjalanan masuk ke sungai atau danau, sehingga penggunaan bahan berbahaya daoat du unvestigasi. Uji ini sudah menjadi standar. Pemantauan toksisitas dari sumber limbah atau tempat pembuangan akhir, umumnya standar kualitas untuk efluen/ keluaran dipecahkan dengan analisis kimia. Walaupun kandungan efluen tercampur dan kompleks, yang sangat berbahaya bagi perikanan dan sukar untuk dianalisis, uji toksisitas pada ikan digunakan untuk mengestimasi risiko dan uji sederhana digunakan untuk pemantauan dari efluen. Uji ini disebut sebagai uji pemantauan efluen dan dinyatakan dalam penampilan yang sama untuk badan air penerima. Pemantauan toksisitas untuk pengajuan peraturan, standar kualitas untuk efluen yang diuraikan di atas perlu dilegalkan, penetapan batas, membuat prosedur standar adalah penting untuk menetapkan bukti pada bagian hukum. Dengan membandingkan dengan standar toksisitas ikan. Analisis sensitivitas dari lingkungan alamiah, telah diterangkan di atas bahwa sungai dapat terkontaminasi oleh berbagai sumber yang membawa bahaya bagi pengguna air di bagian hilir. Uji kriteria kualitas air, banyak sekali pencemaran lingkungan yang terjadi pada lingkungan air sebagai tempat akhir pembuangan baik industri maupun rumah tangga.Beberapa zat kimi akab berada dalam ekosistem dalam waktu yang cukup lama, mungkin juga permanen, sehingga perlu dilakukan analisis bahaya, formulasi kriteria kualitas air dan standar kualitas air.


Top Related