7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB,
TB, LK dan lain-lain, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua
sistem organ tubuh. (Vivian,2013)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012)
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.Pertumbuhan
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh). (Marmi dan Kukuh, 2015)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Depkes,
2012)
8
a. Panjang Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu.Pertumbuhan tinggi/panjang
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan
gizi pada waktu singkat.
b. Pengukuran panjang badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi anak yang
berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta menggunakan alat ukur
panjang badan.Menggunakan alat pengukur panjang badan yang terbuat dari
papan kayu yang dikenal dengan namaLength Board.
c. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak yang telah
dapat berdiri tanpa bantuan.Pengukuran tinggi badan di lakukan dengan alat
pengukur tinggi micro.
Cara pengukuran panjang badan (PB) 1) Cara mengukur dengan posisi berbaring:
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.
d) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
e) pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f) Petugas 2: tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
9
Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur
Gambar 1
Cara Pengukuran Panjag Badan Sumber :(Kemenkes, 2012)
Gara mengukur dengan posisi berdiri
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b) Berdiri tegak menghadap kedepan.
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
e) Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 2 Pengukuran Tinggi Badan
Sumber: (Kemenkes, 2012)
10
1) Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah
si ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat.Beberapa
keadaan klinis dapat mempengaruhi ebrat badan seperti terdapat oedema dan
hidrosefalus. Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat
perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi.
Penilaian BB/TB berdasarkan prosentase :
a) > 120% : Obesitas
b) 110-120% : Overweight
c) 90-110% : Normal
d) 70-90% : Gizi kurang
e) <70% : Gizi buruk
Cara pengukuran berat badan /tinggi badan
a) Menggunakan timbangan bayi :
(1) Timbangan bayi di gunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring /duduk tenang
(2) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
(3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka o
(4) Bayi sebaiknya telanjang tanpa topi,kaos kaki sarung tangan
(5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan .
(6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(7) Baca angka yang di tunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
Bila bayi terus menerus bergerak,perhatikan gerakan jarum,baca tengah-
tengah gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
11
b) Menggunakan timbangan injak
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka O.
(3) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
2) Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring kemungkinan
adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak lingkaran
kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan
Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.
Jadwal, disesuaikan dengan umur anak.Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan.Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan.Pengukuran dan penilaian lingkaran
kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkaran kepala
a) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
12
b) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
e) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Gambar 3 Pengukuran Lingkar Kepala Sumber : Kemenkes RI 2012
d. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta lanjut tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-
organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu pada masa janin, masa
bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ
tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, reproduksi.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan yang lain.
13
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5) Aktivitas seluruh tubuh diganti nrespon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
e. Anamnesis Tumbuh Kembang
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh
kembang anak, adalah sebagai berikut :
1) Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak.
Anamnesis harus menyangkut faktor resiko untuk terjadinya gangguan
perkembangan fisik dan mentak anak, termasuk faktor untuk buta, tuli palsi
selebralis, dll. Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada
perkawinan anatara keluarga.
2) Kelahiran prematur
Harus dibedakan antara bayi prematur (SMK : Sesuai Masa Kehamilan)
dengan bayi dimatur (KMK: Kecil Masa Kehamilan). Dimana telah terjadi
retardasi pertumbuhan intrauterin.
Pada bayi prematur, karena dia lahir cepat dari kelahiran normal, maka
harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui
tersebut. Misalnya bayi lahir umur 3 bulan (umur kehamilan 6 bulan), kalau bayi
ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan setelah lahir, maka dia tidak bisa dibandingkan
dengan bayi usia 6 bulan, tetapi harus bayi 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa
pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilaluinya tersebut). Sedangkan pada
14
postmatur, masih belum jelas apakah diperhitungkan keterlambatan lahirnya
tersebut. Karena pada postmatur sering disertai dengan insufisiensi plasenta,
sehingga dirasakana tidak perlu diperhitungkan berapa lama dia postmatur.
a) Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang memengaruhi
perkembangan anak. Misalnya untuk menilai perkembangan motorik anak
harus ditanyakan apakah ibunya memberikan kesempatan pada anak unutk
belajar.
b) Penyakit-penyakit yang memengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi
contohnya marasmus dan kwashiorkor.
c) Anamnesis kecepatan tumbuh kembang anak
Merupakan informasi sangat penting yang harus ditanyakan pada ibu saat
pertama kali datang. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada
teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai umur tertentu,kemudian
mengalami keterlambatan. Ada juga yang mulainya terlambat atau karena
sakit, perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga
perkembangan yang langsung pesat, misalnya pada perkembangan bicara.
d) Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada
kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih
cepat/lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan
mengontrol buang air besar/kecil.
f. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pada Balita
Anak usia balita pada umumnya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
15
Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor internal mau pun faktor
eksternal.Begitu pula sebaliknya, ada beberapa faktor yang dapat menghambat
tumbuh kembang anak baik dari internal mau pun karena faktor
lingkungannya.Berikut ini faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
1) Faktor internal pertumbuhan
Ada banyak faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, di antaranya adalah:
Faktor genetik adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang
besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan fisik anak sangat
dipengaruhi oleh gen bawaan orang tuanya. Jika orang tuanya tinggi, maka
anaknya pun akan mewarisi gen tinggi tersebut, begitu pula sebaliknya. Melalui
instruksi dalam sel telur yang telah dibuahi, kualitas dan kuantitas pertumbuhan
anak dapat ditentukan.
a) Gen
Faktor genetik adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang
besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan fisik anak sangat
dipengaruhi oleh gen bawaan orang tuanya. Jika orang tuanya tinggi, maka
anaknya pun akan mewarisi gen tinggi tersebut, begitu pula sebaliknya. Melalui
instruksi dalam sel telur yang telah dibuahi, kualitas dan kuantitas pertumbuhan
anak dapat ditentukan.
b) Ras
Ras suatu bangsa mempengaruhi tumbuh kembang anak.Pertumbuhan
anak Indonesia berbeda dengan pertumbuhan anak dari Amerika atau Arab karena
rasnya berbeda.
16
c) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga
menyebabkan asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan
kurang gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010)
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersamaan, yaitu:
(1) Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunya
absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makan pada pada saat sakit.
(2) Peningkatan kehilangan cairan /zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
(3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
(human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh. (Supariasa, 2012)
2) Faktor Eksternal pertumbuhan
Beberapa faktor eksternal baik sebelum kelahiran mau pun setelah lahir
dapat mempercepat mau pun menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor eksternal tersebut di antaranya adalah:
a) Kondisi dalam kandungan
Faktor prenatal sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jika nutrisi
dalam kandungan tercukupi, maka anak akan tumbuh dengan baik. Sebaliknya
jika gizi yang diterima sejak di kandungan tidak tercukupi, anak akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya seperti berat badan yang kurang, perkembangan
otak terhambat, dan anemia pada saat bayi baru lahir.
Lamanya bayi dalam kandungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
17
b) Kasih sayang
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh kasih sayang yang diberikan
orang tua pada si anak. Kasih sayang yang cukup akan membuat anak lebih
mudah berkembang dan cenderung lebih cerdas. Hal ini terjadi karena stimulasi
lingkungan yang baik dapat menambah lapisan otak dan jumlah sinaps dan lapisan
kapiler di otak. Sedangkan jika anak terlalu banyak dibentak dan kurang
menerima kasih sayang, saraf-saraf di otak akan mengalami gangguan
perkembangan bahkan beberapa putus sehingga menyebabkan anak menjadi
lamban dan perkembangannya tidak optimal.
c) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial dan pendidikan yang baik dapat membentuk
kepribadian yang baik pada anak. Sebaliknya lingkungan yang buruk juga akan
menghambat perkembangan anak dan bahkan menjadikan anak mengalami
gangguan mental. Oleh karenanya, untuk menjadikan anak berkembang secara
optimal anak juga membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk
perkembangannya.
d) Sosial ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di sejumlah
wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi
seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua
yang rendah serta faktor kemiskinan.
Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial ekonomi yaitu kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang
18
menjadi pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil adalah pendapatan keluarga
dan tingkat pendidikan ibu.
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga
dapat meningkatkan daya beli makanan. (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2010)
g. Indikator Pertumbuhan atau Cara Penilaian Pertumbuhan Anak
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit,
lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Macam-
macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju
Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhan nya dan
dilakukan intervensi jika terjadi penyimpangan.
2) Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring sedangkan diatas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.
Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang
mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
19
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak
maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada
diameter occipito frontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai
standar.
h. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antopometri
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat. Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Dengan
demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong
normal untuk anak seusianya.
2) Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memerhatikan berapa umur anak yang diukur.
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
20
Pengukuran Berat badan/BB :
a) Menggunakan timbangan bayi.
(1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bias berbaring/duduk tenang.
(2) Letakkan timbangan pada meja ang datar dan tidak mudah bergoyang.
(3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
(4) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaiki, sarung tangan.
(5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
(6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(8) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b) Menggunakan timbangan injak.
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.
(3) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangantanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
21
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
a) Cara mengukur dengan posisi berbaring
(1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
(2) Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
(3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
(4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
(5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
(6) Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
b) Cara mengukur dengan posisi berdiri:
(1) Anak tidak memakai sandal/sepatu
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
Penggunaan Tabel BB/TB:
(1) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas.
(2) Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
22
(3) Pilih kolom berat badan untuklaki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak.
(4) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
i. Indeks Antropometri
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan adalah ukuran
antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2012).
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti
pertumbuhan umur.Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi.Mengingat
karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2012)
2) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan
23
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini/sekarang. (Supariasa, 2012)
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan:
a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus).
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan :
a) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
b) Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
c) Membutuhkan dua macam alat ukur
d) Pengukuran relatif lama
e) Membutuhkan dua orang melakukannya
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama oleh
kelompok non-profesional
g) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
b) Baik untuk status gizi akut maupun kronis
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan
Kekurangan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
a) Interpretasi yang keliru jika terdapat edema atau esites
b) Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
24
c) Sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan
pada waktu penimbangan
d) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.
3) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama.
(Supariasa, 2012)
Kelebihan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) :
a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) :
a) Tinggi badan tidak cepat naik
b) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
c) Ketepatan umur sulit didapati
4) Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
pekerjaan tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan dan energi yang
dimakan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi
bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah
energi kimia, energi mekanik, energi panas dan energi listrik.
25
Angka Kecukupan Gizi (Recommended DietaryAllowance) merupakan
rekomendasi asupan berbagai nutrien esensial yang perlu dipertimbangkan
berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan nutrien tersebut cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat.AKG
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan
bukan merupakan kebutuhan perorangan.
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes RI, 2012)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
system neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan social.Kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
a. Aspek-aspek perkembangan yang dipantaupada anak usia 12-15 Bulan
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
umurnya.Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak.Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan
tidak mendapat stimulasi.
26
Stimulasi yang diperlukan anak usia 12-15 bulanadalah :
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yasng berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya (KemenkesRI, 2012)
b. Patologis Tumbuh Kembang
Menurut(Kemenkes RI, 2016), faktor-faktor yang menjadi penyebab
tumbuh kembang anak adalah:
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada anak.
a) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediteras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
27
b) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada ank perempuan berkemban lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki akan lebih cepat.
e) Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasya.
f) Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2) Faktor luar (eksternal)
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
28
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomide dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia, adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental
dan kelainan jantung kongenital.
(7) Kelainan imunologi.
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
anin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
29
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
b) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti traumakepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor pasca salin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
(2) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
(3) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider).Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,
rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
30
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosiol ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelekdan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangatmempengaruhi
tumbuh kembang anak.
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
31
d) Faktor adat istiadat meliputi :
(1) Pekerjaan dan pendapatan keluaraga
(2) Pendidikan ayah dan ibu
(3) Jumlah saudara
(4) Jenis kelamin dalam keluaraga
(5) Stabilitas rumah tangga
(6) Kepribadian ayah dan ibu
(7) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu
(8) Agama (Sulistyawati, Ari, 2017)
B. Balita
Anak balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk
yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu, golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (23-3
tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok
usia balita adalah 0- 60 bulan. Sumber lain mengatakan bahwa usia balita adalah
1-5 tahun.(Adriani Merryana,2012)
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual.(Mitayani, 2010)
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
32
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
(Sutomo, 2010)
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
(Sutomo, 2010)
33
C. Gizi
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ,
serta menghasilkan energi. (DediAlamsyah, 2013)
Gizi adaalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui prosesc digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpangan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta
menghasilkan energi. (Supariasa, 2012)
2. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan Nutrisi Gizi pada Balita Bila ditinjau dari segi umur, maka
anak balita yang sedang tumbuh kembang adalah golongan yang awan terhadap
kekurangan energi dan protein, kerawanan pada anak - anak disebabkan oleh hal-
hal di sebagai berikut, (Depkes RI, 2010):
a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan jumlah
volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan anak.
b. Kebutuhan gizi anak per satuan berat badan lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa, karena disamping untuk pemeliharaan juga diperlukan untuk
pertumbuhan.
34
c. Segera anak dapat bergerak sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia akan
mengikuti pergerakan disekitarnya sehingga memperbesar kemungkinan
terjadinya penularan penyakit.
d. Meskipun mempunyai nilai tertentu dalam keluarga, akan tetapi dalam hal
penyajian makanan, anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif akan
mendapatkan pilihan yang terbaik, baru selebihnya yang diberikan pada
anggota keluarga yang lain. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur
12 - 59 bulan). Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung
dan terjadi pertumbuhan serabut - serabut syaraf dan cabang - cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini sangat mempengaruhi
segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf,
sehingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara
dan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada
masa ini, sehingga setiap kelainan/ penyimpangan sekecil apapun apabila
tidak dideteksi apalagi tidak ditangani denganbaik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari. (Depkes RI, 2010)
35
Adapun kebutuhan nutrisi pada anak balita sebagai berikut :
1) Asupan Kalori, Anak-anak usia balita membutuhkan kalori yang cukup
banyak disebabkan bergeraknya cukup aktif pula. Mereka membutuhkan
setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa mendapatkan kalori
yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein, lemak
dan gula.
2) Pasokan Lemak Roti, santan, mentega merupakan makanan yang mengandung
lemak dan baik diberikan pada anak balita sebab lemak sendiri mampu
membentuk Selubung Mielin yang terdapat pada saraf otak.
3) Kebutuhan Protein Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada
makanan yang mengandung protein. Karena protein sendiri bermanfaat
sebagai prekursor untuk neurotransmitter demi perkembangan otak yang baik
nantinya. Protein bisadidapatkan pada makanan-makanan seperti ikan, susu,
telur 2 butir, daging 2 ons dan sebagainya.
4) Zat besi Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi
sehingga balita harus diberikan asupan makanan yang mengandung zat besi.
Makanan atau minuman yang mengandung vitamin C seperti jeruk merupakan
salah satu makanan yang mengandung gizi yang bermanfaat untuk penyerapan
zat besi.
5) Karbohidrat dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan karbohidrat
sebagai energi utama serta bermanfaat untuk perkembangan otak saat belajar
dikarnakan karbohidrat di otak berupa Sialic Acid. Begitu juga dengan balita,
mereka juga membutuhkan gizi tersebut yang bisa diperoleh pada makanan
seperti roti, nasi kentang dan lainnya.
36
6) Kalsium Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai
pertumbuhan tulang dan gigi balita. Salah satu pemberi kalsium terbaik adalah
susuyang diminum secara teratur.
7) Vitamin Vitamin merupakan nutrisi yang juga dibutuhkan, tidak hanya balita,
namun untuk semua umur membutuhkannya. Banyak manfaat yang bisa
didapat dari vitamin seperti misalnya vitamin A sebagai perkembangan kulit
sehat, vitamin Cyang berfungsi sebagai penyerapan zat besi. Vitamin E yang
berperan untuk mencegah kerusakan struktur sel membrane dan antioksidan.
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam widya
karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan
menjadi 0 – 6 bulan, 7 – 12 bulan, 1 -3 tahun, 4 -6 tahun dan 7 – 12 tahun dengan
catatan pengelompokkan diatas tidak membedakan jenis kelamin.(Andriani
Merryana,2012)
Tabel 1
Takaran Konsumsi Makanan Sehari
Kel . Umur Bentuk makanan Frkuensi Makanan 0 - 4 bulan ASI esklusif Sesering mungkin 4 – 6 bulan Makanan lumat 2 x sehari
2 sendok makan setiap kali 6 – 12 bulan Makanan lembek 3 x sehari
Plus 2 x makanan selingan 1 – 3 tahun Makanan keluarga
1–½ piring nasi /pengganti 2-3 potong lauk hewani 1-2 lauk nabati ½ mangkuk sayur 2-3 potong buah – buahan 1 gelas susu
3 x sehari
4-6 tahun 1-3 piring nasi/pengganti 2-3 potong lauk hewani 1-2 potong lauk nabati 1-1 ½ mangkuk sayur 2-3 potong buah – buahan 1-2 gelas susu
3 x sehari
37
D. Obesitas
1. Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan
lemak berlebih dari yang di perlukan untuk fungsi tubuh. Seorang bayi yang
kegemukan mempunyai kemungkinan yang lebih besar pada masa pubertas dan
dewasa. Hal ini karena faktor keturunan dan juga karena pola makan yang kurang
baik. (Andriani Merryana, 2012)
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan
yang dapat mengganggu kesehatan. Pada bayi dan anak di bawah 5 tahun obesitas
usia dinilai menurut WHO "standar Child pertumbuhan" (berat badan-untuk-
panjang,berat-forheight) dan Referensi WHO untuk 5-19 tahun(indeks massa
tubuh-untuk-usia) . Pada 2013, 42 juta bayi dan anak-anak kelebihan berat badan
atau obesitas, world wide1 dan 70 juta anak-anak akan kelebihan berat badan atau
obesitas pada tahun 2025 jika saat initren.Tanpa intervensi, bayi kelebihan berat
badandan anak-anak kemungkinan akan terusmenjadi kelebihan berat badan
selamamasa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Obesitas dimasa kanak-kanak
dikaitkan dengan berbagaikomplikasi kesehatan yang serius dan peningkatanrisiko
timbulnya dini penyakit,termasuk diabetes dan penyakit jantung (Internasional
Journal Of Pediatrics, 2016)
Di indonesia, penelitian Budiyanti 2011 menunjukkan bahwa asupan
makan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan sosial ekonomi keluarga
berhubungan dengan obesitas pada anak. Penelitian Patioran 2013 juga
menunjukkan bahwa konsumsi energi yang tinggi ndan lamanya menonton tv
menjadi faktor resiko obesitas pada anak. Asupan energi tinggi ini biasanya di
38
dapat dari makanan yang di goreng, susu dan gula. Selain itu juga anak sering
jajan dan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Komposisi makanan cepat
saji adalah energi yang tinggi lemak , garam, dan rendah serat.
Sementara itu, hal ini tidak diimbangi dengan pola konsumsi sayur dan
buah kurang dari 3 porsi/hari. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga dapat
menjadi faktor risiko terjadinya obesitas pada anak. Banyak anak lebih memilih
menghabiskan waktunya untuk menonton tv atau bermain game daripada olahraga
atau bermain permainan tradisionl bersama teman di luar. Menurut hidayat
2009meningkatnya frekuensi menonton tv akan mengurangi waktu untuk
melakukan aktivitas fisik dan juga dapat mempengaruhi pola konsumsi makanan
karena pengaruh iklandi tv.(Fikawati Sandra,2017)
2. Etiologi
a. Penyebab Obesitas
Budaya turut membentuk perilaku perilaku protektif atau perilaku
prediktor obesitas. Budaya mempengaruhi pandangan orang tua dan masyarakat
terhadap definisi ‘’anak sehat’’. Sebagai contoh pada ras Hispanik dikenal bahwa
semakin gemuk anak maka semakin sehat anak tersebut . hal ini mendorong para
ibu untuk membentuk perilaku makan di keluarga yang membuat anak banyak
makan. Adanya faktor lingkungan tersebut yang mempengaruhi perilaku pada
anak dikatakan dapat mempengaruhi gen di dalam tubuh yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Sebagai contoh gaya hidup dapat
mempengaruhi gen FTO (fat mass and obesity associated) yang berdampak pada
IMT. Pengaruh dari genetik tersebut terhadap IMT 2,5 kali lipat lebih tinggi pada
individu yang memiliki aktivitas fisik jika berjalan lambat dibandingkan pada
39
individu yang berjalan cepat. Kerentanan genetik akibat obesitas dipengaruhi oleh
perilaku makan yang tidak terkontrol dan dan emosi saat makan . oleh karena itu,
pengendalian makan sangat diperlukan dalam mencegah dan menangani obesitas
pada anak jika obesitas dapat menyebabkan gangguan psikis pada anak seperti
depresi dapat juga mempengaruhi timbulnya komplikasi obesitas seperti diabetes
melitus. Adanya kerentanan genetik pada gen FTO dapat meningkatkan risiko
terjadinya resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2 pada obesitas.
(Prihaningtyas,2018)
Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menderita
overweight, diantaranya pola makan yang salah (orang tua biasa memberikan
makan pada anak dengan jumlah yang berlebih, mengandung gula dan lemak
tinggi, serta menjadikan makanan sebagai reward/hadiah), gaya hidup yang
modern dimana anak kurang mempunyai aktivitas, stres yang dilarikan pada
makanan, dan bahkan faktor keturunan. (Fikawati Sandra, 2017)
b. Faktor –faktor yang menyebabkan obesitas
1) Faktor Genetik
Faktor keturunan (genetis) juga sangat berpengaruh terhdapkelebihan berat
badan pada anak – anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua
obesitas. Bila salah satu orangtua obesitas, kira – kira 40-50& anak – anaknya
akan menjadi obesitas. Sedangkan bila kedua orang tua obesitas 80% anak –
anaknya akan menjadi obesitas. Faktor genetis ini akan membuat seseorang
mudah menjadi gemuk terutama bila dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak
sehat. (Akhmad,2016)
40
Resiko obesitas juga dapat dipengaruhi oleh bangsa dan suku etnik
tertentu. Sebagai contoh, prevalensi obesitas di Amerika lebih tinggi pada anak
yang berasal dari ras Hispanik (22,4%) dibandingkan anak yang berasal dari
bukan Hispanik (20,2%). Prevalensi obesitas tersebut lebih tinggi pada ras kulit
hitam dibandingkan kulit putih. Pengaruh ini bisa disebabkan beberapa faktor,
antara lain kerentanan genetik dan pengaruh budaya terhadap perilaku masyarakat
yang mendukung terjadinya obesitas.(Prihaningtyas,2018)
2) Faktor lingkungan
Lingkungan dalam hal ini termasuk perilaku/gaya hidup. Hal ini
menyangkut tentang bagaimana lingkungan memengaruhi apa yang dimakan,
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya. (Adriani & Wiratmadi,
2013).
Adapun faktor lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Gizi dan Makanan Kenaikan berat badan dan lemak anak
Dipengaruhi olehwaktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan
tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang mengandung energi tinggi.
b) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh. Sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat
dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas.
Aktivitas fisik cenderung menurun pada anak perempuan umur 10-12 tahun,
sementara pada anak laki-laki tetap lebih aktif meskipun tingkat aktivitas fisiknya
lebih rendah daripada mereka yang berumur 15-18 tahun.
41
c) Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat diperkirakan dari pendapatan keluarga.
Semakin baik sosial ekonomi suatu keluarga maka ketersediaan bahan pangan dan
makanan keluarga tersebut lebih terjamin. Namun apabila tidak diimbangi dengan
pengetahuan yang cukup tetang makanan sehat maka keluarga dengan sosial
ekonomi yang tinggi juga memiliki potensi yang besar untuk menderita obesitas.
Disisi lain keluarga dengan penghasilan rendah juga cenderung memiliki
kemampuan membeli bahan makanan yang tinggi karbohidrat, selain itu apabila
anak-anak mereka mengalami obesitas penurunan berat badan pada kelompok ini
dianggap bukan suatu hal yang penting.
d) Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti depresi) dapat
menyebabkan penambahan berat badan (Adriani & Wiratmadi, 2013).
3) Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik.
Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya
adalah karena lingkungan dan sosial.Hal ini terbukti dengan meningkatnya
prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan
tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai
sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak
sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas,hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel – sel lemak yang baru terutama
meningkat pada tahun – tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan
42
penyimpanan lemak , makin besar pula jumlah sel lemak.Oleh karena itu obesitas
pada anak-anak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti.
4) Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida
usus.Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh
adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan
mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah
anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan
dan penggunaan energi pada sel adiposa.Kortisol adalah glukokortikoid yang
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis.
5) Dampak penyakitlain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari
penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah
hypogonadism,Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan
menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan
komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada
regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan.
6) Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi
obesitas.Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali
mengalami obesitas yang progresif.Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada
43
manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus.Dua bagian
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu Hipotalamus Lateral
(HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan Hipotalamus
Ventro Medial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian
atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur
maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila
dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi
pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan
yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik
seperti NPY dan penurunan pembentukan zatanoreksigenik seperti leptin dan α-
MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya.
7) Gaya Hidup Tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat adalah hidup dengan perilaku atau kebiasaan yang
berpotensi membahayakan individu menjadi tantangan ketika perilaku atau
kebiasaan mulai menyebabkan masalah. Sebagian besar perilaku ini awalnya
dimulai sebagai pengalaman diinginkan tetapi akhirnya menjadi kebiasaan yang
berbahaya bagi fisik atau psikologis. Beberapa contoh gaya hidup tidak sehat pada
anak obesitas adalah makan berlebihan, makan makanan dengan kandungan gula
dan lemak tinggi, aktivitas fisik yang kurang dan perilaku sedentary.(Suiraoka,
2016)
44
8) Hambatan berperilaku Sehat pada Anak Obesitas
Beberapa hambatan yang dialami anak sekolah obesitas terkait dengan
pola makan adalah nafsu makan yang berlebih, kesukaan berlebih terhadap
makanan tertentu, dan tidak menyukai makanan seperti sayur dan buah. Informan
orangtua menyatakan mereka kesulitan menyetop makan pada anak-anak dan
tidak tega apabila anaknya tidak makan. Orangtua menyatakan bahwa nafsu
makan anak-anak mereka bagus, mereka cenderung makan dengan frekuensi dan
porsi yang berlebih. Disisi lain orangtua juga lebih senang jika anaknya sudah
mau makan. Hal ini tentunya akan menjadi penghambat dalam menanamkan pola
makan yang sehat pada anak-anak. Makan malam berlebih dialami karena anak
sering merasa lapar pada malam hari dan anak yang mengikuti perilaku
orangtuanya makan di malam hari setelah pulang kerja. (Suiraoka, 2016)
Hambatan untuk pola makan yang sehat pada anak yang juga dialami oleh
orangtua adalah kesulitan mengontrol makan anak-anak mereka, karena mereka
bekerja. Jadi mereka cenderung tidak tahu apa yang dimakan oleh anaknya,
apakah mereka terpenuhi atau justru mereka makan berlebih. Hal ini sebenarnya
tidak terlepas dari pengaruh informasi-informasi yang diterima oleh anak yang
membangun persepsi mereka tentang makanan. Jadi mereka mendapatkan
pengaruh dari televisi tentang jajanan kemudian mereka juga melihat dari
beberapa iklan-iklan tentang makanan tersebut jadi cukup banyak yang 45
memengaruhi anak tersebut memilih makanan jajanan dan menurut orangtua anak
itu justru kalau sudah melihat sesuatu yang enak jadi mereka ingin mencoba dan
memilih mana yang enak, tanpa memerhatikan atau tanpa berpikir apakah
makanan tersebut ada penyedapnya atau tidak ada penyedapnya. (Suiraoka, 2016)
45
Hasil Riskesdas Provinsi Bali tahun 2007 menunjukkan bahwa konsumsi
makanan berisiko prosentasenya tertinggi di Kotamadya Denpasar. Prosentase
konsumsi makanan berlemak 27,1% dan makanan dengan penyedap 95,2%.
Konsumsi makanan berisiko dikatakan sering jika mengkonsumsi makanan
berisiko satu kali atau lebih per hari.Kesulitan mengontrol makanan anak juga
diungkapkan oleh orangtua menyatakan mereka tidak bisa mengontrol camilan
apa yang dimakan oleh anak mereka selama di sekolah. Meskipun ada upaya dari
sekolah untuk membatasi dan melarang anak untuk belanja keluar sekolah, tetapi
penilaian orangtua terhadap makanan yang dijual di kantin sekolah belum
sepenuhnya baik. Ditambah pula kesempatan anak-anak untuk belanja jajanan
setelah mereka pulang sekolah. (Suiraoka, 2016)
Pemenuhan zat gizi sehari yang lebih banyak dari makanan jajanan seperti
hasil penelitian Padmiari (2004) yang menemukan bahwa 75% asupan energi pada
anak-anak SD di Denpasar berasal dari makanan jajanan dan sisanya 25% berasal
dari makanan utama (nasi, lauk dan sayuran).
Hambatan anak untuk melakukan aktivitas fisik, diakui oleh beberapa
informan orangtua, memang mereka itu aktivitas fisiknya sangat kurang. Beberapa
orangtua mengeluhkan anak mereka susah disuruh olahraga dan mereka justru
lebih senang untuk bermain handpone (HP) atau pun gadget. Anak-anak mereka
itu lebih memilih bermain HP/gadget ataupun menonton televisi ketimbang
melakukan aktivitas fisik dan bahkan HP/gadget itu membuat anak tidak mau
beraktivitas di luar. Tetapi kalau kita lihat dari segi penggunaan HP atau gadget
itu sendiri, sebenarnya ada beberapa alasan dari orangtua itu justru memberikan
anak itu bermain HP atau gadget tersebut. Seperti misalnya ketika anak-anak itu
46
sudah selesai belajar mereka justru bermain HP kalau dilarang mereka akan
marah. Sedangkan orangtua yang lain menyatakan bahwa mereka justru
memberikan atau mengizinkan anak itu menggunakan HP/gadget dengan alasan
47 mereka tidak mau diganggu aktivitasnya atau kesibukanya ketika anak-anak
tersebut ketika mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. (Suiraoka, 2016)
Beberapa anak obesitas mereka itu malas bergerak, kemudian ada juga
yang menyatakan bahwa anaknya cepat capek. Seperti diungkapkan oleh beberapa
informan orangtua, ketika mengajak anak mereka berolahraga ke lapangan. Anak
- anak itu cepat sekali mengeluh capek padahal baru satu kali putaran di lapangan.
Informan orangtua lainnya menyatakan bahwa meskipun sudah dicoba untuk
diikutkan dalam beberapa kegiatan olahraga tapi anak mengalami kesulitan
mengikutinya. Selain gerakan lambat yang menjadi hambatan ketika anak-anak
obesitas ini diajak berolahraga diungkapkan oleh informan adalah nafas pendek.
Disamping itu menurut salah satu orangtua juga anak yang obesitas susah untuk
memunculkan niatnya berolahraga. Mereka cenderung belum menemukan daya
tarik dari sisi olah raga dan belum merasakan asiknya berolahraga. (Suiraoka,
2016)
Hambatan untuk beraktivitas fisik juga dirasakan di sekolah. Terutama
sekolah yang memiliki halaman yang sempit dan tidak ada lapangan olahraga di
dekat sekolah. Seperti diungkapkan oleh salah satu informan kepala sekolah
ketika mereka mengadakan kegiatan olahraga Yoga bersama anak-anak sekolah.
Salah satu hambatan yang dirasakan oleh informan orangtua yang menghambat
dalam menerapkan pola hidup sehat adalah perilaku anak apabila mereka kurang
makan. Informan orangtua menyatakan bahwa anak mereka justru lebih banyak
47
yang bengong apabila makannya masih kurang. Sedangkan beberapa informan
lainnya menyatakan bahwa anak-anak yang obesitas itu justru emosi dan marah-
marah jika mereka lapar. (Suiraoka, 2016)
3. Dampak Obesitas pada Anak
Pola aktivitas pada anak juga dapat menyebabkan mereka mengalami
overweight. Anak yang kurang aktif membutuhkan energi lebih sedikit daripada
anak aktif, tetapi jika anak kurang aktif makan makanan dengan porsi yang rata –
rata sama dengan anak seusianya, secara gradual dapat menyebabkan overweight.
Aktivitas yang dapat memicu hal tersebut antara lain menonton tv, bermain game
atau komputer yang tidak jarang ditemani dengan makanan cemilan rendah gizi
dan berenergi tinggi .
Seseorang yang telah mengalami overweight sejak kecil dan tidak diatasi,
kemungkinan akan tetap overweight hingga dewasa dan prospek anak yang
mengalami kondisi ini akan mendapatkan masalah kesehatan pada saat dewasa
berup penyakit degeneratif, seperti :
a. Diabetes melitus tipe 2 ( timbul pada masa dewasa)
b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
c. Stroke
d. Serangan jantung (infark miokarium)
e. Gagal jantung
f. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
g. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
h. Gout dan artritis gout
i. Osteoartritis
48
j. Sindrome pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan underventelasi dan
ngantuk)
Penyakit degeneratif yang akan menimpa anak obes terutama disebabkan
karena mereka cenderung memiliki ukuranjantung lebih besar (hipertrofi akibat
bertnya beban kerja untuk memompa darah) dan kolesterol yang jumlahnya terus
bertambah dapat menumpuk serta menempel pada dinding pembuluh darah
sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu, orang tua mmpunyai
peranan penting untuk mengontrol berat badan anak mulai dari masa bayi.
(Fikawati Sandra, 2017)
Selain itu, terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti:
a. Anak obes mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol
atau tekanan darah tinggi. Menurut penelitian dengan sampel anak uaia 5- 17
tahun, sebesar 70% anak obes memiliki setidaknya satu faktor risiko penyakit
kardiovaskuler .
b. Dampak psikososial, dimana anak cenderung tidk percaya diri dan dijauhi atau
menarik diri dalam pergaulan. Hal ini akan menyebabkan anak enggan untuk
beraktivitas dan bergaul dengan teman sebayanya.
c. Sleep Apnea (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
d. Pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang lebih lanjut dari usia
kronologinya
e. Masalah artopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat
f. Gangguan endokrin (pada anak prempuan menarche lebih cepat terjadi)
g. Resistensinsulin (sering merupakan tanda awaldiabetes yang akan datang)
49
h. Muskuloskeletal gangguan(Terutama osteoartritis – penyakitdegeneratif yang
sangat melumpuhkansendi)beberapa kanker (endometrium, payudara
danususbesar)
i. Cacat
j. Gangguan kulit
Obesitas menyebabkan lipatan kulit semakin banyak dan tebal. Pada saat
anak berkeringat dapat terjadi gesekkan pada lipatan kulit sehingga menimbulkan
ruam dan gatal.
4. Gambaran Kasus Obesitas
a. Mengenal ciri – ciri Anak Obesitas
Hal sederhana yang dapat membawakita untuk memastikan bahwa anak
obesitas adalah dengan mengenali ciri – ciri sebagai berikut:
1) Wajah bulat, pipi tembem, dan dagu rangkap
2) Leher terlihat pendek
3) Perut buncit
4) Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekkan
5) Pada anak laki – laki dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta
penis mengcil tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan lemak
6) Pada anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari 9
tahun sudah mengalami menstruasi. (Ramayulis Rita,2016)
50
b. Cara Mengukur Obesitas
1) Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan
Menurut Kemenkes 2013, ada beberapa langkah pengukuran yang harus
diperhatikan agar pengukuran memberikan hasil yang akurat.Mengukur Berat
Badan
a) Pengukuran dengan Menggunakan Timbangan Bayi
(1) Anak yang berusia samapai 2 tahun, berat badannya diukur dengan
menggunakan timbangan bayi.
(2) Sebelum ditimbang, sebaiknya baju, kaos kaki, topi,dan sarung tangan
dilepas.
(3) Timbangan yang diletakkan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergerak
(4) Perhatikan jarum di angka nol
(5) Baringkan bayidi atas timbangan
(6) Perhatikan jarum timbangan
(7) Lihat jarum timbangan sampai posisi berhenti
(8) Bacalah dengan teliti angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
(9) Jika bayi terus bergerak, maka bacalah angka di tengah – tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b) Pengukuran dengan Timbangan Injak
(1) Letakkan timbangan injak di atas lantai yang datar dan tidak mudah
bergoyang
(2) Perhatikan posisi jarum harus berada di angka nol
(3) Sebaikknya memakai pakaian yang ringan
51
(4) Lepaskan kaos kaki, sandal, sepatu, topi atau bawaan lain yang berat,
seperti kalung dan dompet
(5) Biarkan anak berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi
(6) Perhatikan jarum timbangan atau angka yang tertera pada timbangan
sampai berhenti
(7) Baca teliti angka timbangan atau angka yang ditunjuk oleh jarum
timbangan
(8) Bila nak terus bergerak, maka perhatikan gerakan jarum dan baca di
tengah – tengah antara gerakan jarum kekanan dan ke kiri
Mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan
a) Posisi Berbaring
(1) Sebaiknya pengukuran panjang badan dilakukan 2 orang
(2) Bayi dibaringkan di atas meja/ tempat yang datar
(3) Posisikan kepala bayi menempel pada angka nol
(4) Periksa 1: Memegangkepala bayi dengan kedua tangan agar ujung
kepala bayi menempel di angka nol
(5) Pemeriksa 2: Tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus dan tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
(6) Pemeriksa 2: membaca angka yang di tunjuk oleh bagian terluar kaki
bayi di tepi luar pengukur
b) Posisi Berdiri
(1) Lepaskan sandal, sepatu, atau topi yang dipakai
(2) Posisikan anak berdiri tegak dan menghadap ke depan
(3) Posisi punggung, pantat, dan tumit menempel di tiang pengukur
52
2) Menentukan Usia
Menentukan usia koreksi dan kronologis, sangat penting menjadi acuan
kita dalam menentukan usia dengan kurva yang kita gunakan. Pada usia < 2 tahun
saat kita periksa, wawancara usia kehamilan sangat penting untuk menentukan
apakah seseorang anak perlu menggunakan usia koreksi atau tidak. Jika anak lahir
prematur atau kurrang bulan, maka usia menggunakanusia koreksi. Secara
sederhana, dapat kita katakan bahwa bayi bayi dilahirkan di dunia secara resmi
menentukan usia kronologinya.
Sedangkan usia koreksi dihitung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan.
Yang kita gunakan dalam pengukuran digrafik adalah usia koreksi anak. Namun
jika anak tersebut sudah berumur 2 tahun,maka yang digunakan adalah usia
kronologinya. Kita tidak perlu menghitung lagi usia koreksinya, walaupun anak
tersebut lahir prematur. Cara menghitung usia koreksi adalah dengan megurangi
usia kehamilan yang cukup bulan (aterm) yaitu 40minggu dengan usia kehamilan
saat bayi prematur lahir.
3) Indeks Massa Tubuh
Jika dari hasil pengukuran antropometri sebelumnya didapatkan potensi
gizi lebih (BB/TB>+1SD atau BB/TB>110%), maka dilakukan perhitungan
indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah pengukuran berat badan terhadap tinggi
badan merupakan metode untuk menilai lemak tubuh dan dihitung dengan cara
berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter(m).
53
Rumus IMT.
Berat Badan (Kg) IMT = Panjang Badan/Tinggi Badan (meter)2
BB/TB > 110% adalah persentasi berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan anak, usia, dan jenis kelamin dibanding dengan berat badan aktual > 110%.
Dalam hal ini kita mengenal istilah berat badan aktual dan ideal.Berat badan
aktual (BBA) adalah berat badan yang optimal dari tubuh untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran. Berat badan ideal didapatkan berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan tinggi badan.
c. Memilih Grafik IMT
Jika anak berusia < 5 tahun maka menggunakan grafik WHO 2006 dengan
BB/TB.Sementara itu,jika anak berusia > 5 tahun, maka menggunakan cdc 2000.
Tabel 2
Penentuan Status Gizi pada Anak dan Remaja
Status Gizi BB/TB BB/TB WHO
2006 IMT/ U CDC
2000 Gizi Buruk < 70% < -3SD Gizi Kurang 70-90% <-2SD s/d-3SD Gizi Normal >90% +2SD s/d -2SD Overweight >110% >+2SD s/d +3SD P85-P95 Obesitas >120 % >+3SD >P95
Sumber : IDAI: UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2011. Rekomendasi Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta: IDAI.
Tabel 3
Kriteria Obesitas
Kriteria Usia (tahun) Overweight Obesitas WHO 2006 0-5 tahun BB/TB >+ 2SD s/d+ 3 SD BB/TB> +3 SD CDC 2000 >5-18 tahun IMT > P85- P95 IMT > P95
Sumber : IDAI:UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2011. Rekomendasi Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta: IDAI.
54
5. Penatalaksanaan Obesitas
Dengan prinsip menjaga berat badan normal lebih mudah daripada
mengurangi berat badan, orang tua dapat mengontrol berat badan anak mereka
untuk mencegah terjadinya overweigt. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah
overweight/obesitas pada anak.(Kemenkes RI,2012)
a. Biasakan anak makan sesuai pada waktunya
b. Kurangi makan di luar rumah dan di luar jam makan
c. Membiasakan sarapan setiap hari dengan menu bergizi dan membawa bekal
ke sekolah
d. Membiasakan makan bersama keluarga minimal 1x sehari
e. Membiasakan anak makan buah dan sayur sebanyak yang direkoendasikan (≥
5 porsi sehari)
f. Mengurangi makan dan minum manis
g. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
h. Membatasi anak menonton televisi, bermain komputer, game,dan tidak
menyediakan televisi di kamar
i. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik, setidaknya 60 menit/hari
j. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahangizi lebih.
k. Biasakan selalu mengontrol berat badan.
Namun bila ternyata orang tua memiliki anak dalam kondisi overweight
atau bahkan obesitas, dilakukan penanganan yang disebut tatalaksana
obesitas.Prinsip dari tatalaksana obesitas pada anak tentunya berbeda dengan orag
dewasa. Pelaksanaan metode ini harus memperhatikan tumbuh kembang yang
sedang terjadi pada anak sehingga tidak diarahka pada pengurangan asupan
55
makanan melainkan dengan pengaturan komposisi makanan yang menjadi menu
sehat yang menjadi perencanaan pola diet. Selain dengan perencanaan pola diet,
dilakukan pula olahraga teratur, penngkatan aktivitas visik, serta usaha modifikasi
perilaku anak untuk hidup sehat. Tujuan perencanaan pola diet adalah
menyeimbangkan prkembangan berat dan tinggi badan pada tingkat yang wajar
dan tetap mempertahankan nafsu makan anak agar tidak terjadi penurunan berat
badan secara berlebih. Diet yang dimaksut tentunya adalah diet seimbang
mengikuti anjuran AKG untuk anak yang sedang mengalami masa tumbuh
kembang. (Fikawati Sandra, 2017)
1) Menetapkan target penurunan berat badan
2) Makan makanan yang sehat dapat membantu mencegah obesitas Orang dapat:
a) Menjaga berat badan yang sehat
b) Membatasi asupan lemak total dan menggeser konsumsi lemak dari lemak
jenuh ke lemak tak jenuh
c) meningkatkan konsumsi buah, sayuran, kacang-kacangan,biji-bijian
3) Membatasi asupan gula dan garam. (Internasional Journal Of Pediatrics,
2016)
4) PemberianASI
Pada masa bayi, pemberian ASI dikatakan memiliki efek protektif terhadap
obesitas. Pemberian ASI menurunkan resiko obesitas pada anak (AQR =
0.78;95% Cl:0.74, 0.81). Anak yang mendapatkan ASI dengan durasi lebih
singkat memiliki resiko obesitas lebih besar. Anak yang mendapatkan ASI
lebih dari 3 bulan, memiliki risiko kelebihan berat badan lebih rendah
daripada yang lainnya.anak yang mendapatkan susu formula lebih dini
56
memiliki IMT yang lebih tinggi secara signifikan. Beberapa hipotesis telah
menyebutkan bahwa ASI memiliki kandungan energi dan protein yang lebih
rendah dibandingkan susu formula. Pemberian susu formula rendah protein
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI dapat memperlambat kecepatan
pertumbuhan selama bayi sehingga membentu menurunkan risiko terjadinya
obesitas saat dewasa.
5) Perbanyak konsumsi ikan
Konsumsi ikan yang kaya omega-3 dikatakan dapat meningkatkan kadar
adiponektin 14-60% yang dapat mencegah terjadinya obesitas.
6) Konsumsi makanan rendah kalori
Menurut Recommended Dairy Allowances (RDA), asupan nutrisi
dikelompokkan menjadi 3 kategori , antara lain.
a) Kurang , jika asupan kalori < 80% RDA
b) Cukup/adekuat, jika asupan kalori 80-11-%RDA
c) Lebih, jika asupan kalori<110% RDA
Diet rendah kalori dapat meningkatkan kadar adiponektin dalam darah
yang berperan dalam mencegah terjadinya obesitas.
d) Deteksi Adiposity Rebound
Early Adiposity Rebound adalah IMT terendah yang terjadi lebih dini dan
cepat (sebelum usia 5 tahun). Mendeteksi Early adiposity rebound
merupakan salah satu pencegahan obesitas. IMT me tahun,dan selanjutnya
menurun setelah usia 9-12 bulan dan mencapai nilai terendah padausia 5-6
tahun, dan selanjutnya meningkat kembali pada masa remaja dan dewasa.
Waktu terjadinya adiposity rebound merupakan periode kritis untuk
perkembangan obesitas pada masa anak.(Prihaningtyas,2018)