Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Dan sejalan pula dengan instrument penilaian kemampuan guru yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Dan masih banyak berbagai model lainnya yang harus dikuasai guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap model kompetensi dasar guru selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran, sebab kemampuan untuk melakukan evaluasi pembelajaran adalah kemampuan dasar mutlak yang harus dimiliki setiap guru dan calon guru. Oleh sebab itu, jika semua mahasiswa program studi kependidikan lainnya di lingkungan banyak Universitas yang berlatar belakang pendidikan di Indonesia harus mempelajari mata kuliah evaluasi pembelajaran. Dalam setiap pembelajaran, guru harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi guru untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, guru tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh guru dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh guru ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran.Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian

1.2 Rumusan Masalah1. Pengertian konsep dasar evaluasi pembelajaran2. Jenis penilaian dalam evaluasi pembelajaran3. Contoh penilaian dalam evaluasi pembelajaran (keunggulan dan kelemahan)

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranAda tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Namun evaluasi tersebut memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran, maupun tes. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa ( the worth and merit ) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, pertanggung jawaban serta meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat heirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan criteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan pentapan nilai atau implikasi perilaku.Dalam penjelasan yang dipaparkan Brinkerhoff (1986:ix) menunjukan bahwa, dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus focus menentukan tahap yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan. Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara implicit menekankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melaksanakan evaluasi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat interpretasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan evaluasi secara keseluruhan.Sedangkan menurut Weiss (1972) ada empat hal yang di tekankan pada rumusan tujuan evaluasinya, yaitu : menunjuk pada penggunaan metode penelitian, menekankan pada hasil suatu program, pengguna criteria untuk menilai dan kontirbusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan program di masa mendatang. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program. Untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Tujuan dari evaluasi tersebut adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang di putusaskan dari program itu sendiri yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Wujud dari hasil evaluasi adalah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan

2.2 Penilaian Dalam Evaluasi PembelajaranPerkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini kearah yang lebih luas. Konsep- konsep tersebut pada umumnya berkisah pada pandangan bahwa penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tetapi juga terhadap tujuan- tujuan yang tersembunyi termasuk efek samping yang mungkin berdampak pada proses penilaian. Selain itu penilaian tidak hanya melalui penilaian perilaku siswa tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan baik masukan proses maupun keluaran dan penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yangb telah ditetapkan tetapi juga untuk mengetahui tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya. Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes tetapi juga alat penilaian bukan tes. Atas dasar itu maka lingkup dasar penilaian mencakup 3 sasaran pokok yaitu program pendidikan, proses pembelajaran dan hasil belajar.

2.2.1 Pengertian Penilaian Dalam Evaluasi PembelajaranPenilaian hasil belajar merupakan komponen yang penting dalam kegiatan pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaian. Menurut Djemari Mardapi (2008:5) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar dengan lebih baik.Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang dan yang kurang. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama.Dalam konteks ini penilaian yang di maksud dalam proses evaluasi pembelajaran adalah penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang dikuasai siswa menjadi unsure penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

2.2.2Jenis Penilaian Dalam Evaluasi PembelajaranDibedakan dari fungsinya, ada beberapa macam jenis penilaian, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostic, penilaian selektif dan penilaian penempatan.Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Biasanya di sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau melaksanakan suatu tes formatif maka sebaiknya ditindaklanjuti lagi jika ada bagian-bagian yang memang belum dikuasai atau belum dipahami oleh peserta didik. Dengan begitu tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus memperbaiki dalam suatu proses pembelajaran.Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir semester dan akhir tahun.Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian ini di laksanakan untuk untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasayarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Tes ini ada yang berikan secara lisan (menurut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan non tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.2.2.3 Contoh Penilaian Dalam Evaluasi Pembelajaran

2.2.3.1 Tes UraianSecara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.Kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain:a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.c) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis.d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain:a) Sample tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya.c) Tes ini biasanya kurang realibel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

A. Jenis-jenis tes uraian 1. Uraian Bebas (free essay)Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu maasalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.b. Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pastic. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensi.Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.

2. Uraian TerbatasPertanyaan bentuk tes uraian terbatas telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: a. ruang lingkupnya, b. sudut pandang menjawabnya, c. indikator-indikatornya.Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas lebih terarah dan telebih tepat digunakan daripada bentuk uraian bebas.

3. Uraian BerstrukturSoal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal essay. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur a. pengantar soal, b. seprangkat data, dan c. serangkaian sub soal.Keuntungan soal berstruktur antara lain: a. satu soal bisa terdiri atas beberapa sub soal atau pertanyaan, b. setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan terarah, c. soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.Data yang diajukan dalam berstuktur bisa berupa angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, model, dll.Bentuk soal berstruktur bisa digunakan untuk mengukur semua aspek kognitif seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkat kesulitan soal dapat dibuat sedemikian rupa sehingga berurutan dari soal yang mudah menuju soal yang sukar.Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar pada: a. bidang yang diujikan menjadi terbatas, dan b. kurang praktis sebab satu permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap disertai data yang memadai.

B. Menyusun Soal Bentuk UraianAgar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:1. Dari segi isi yang diukurSegi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Setelah abilitas yang diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.Materi esensial adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk penugasan materi lainnya. Dengan kata lain, bila konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut.2. Dari segi bahasaGunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit,membingungkan, atau mengecoh siswa.3. Dari segi teknis penyajian soalHendaknya jangan mengukang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar. Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitasnya yang ukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta.

4. Dari segi jawabanSetiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap spal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atu kurang memadai. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawaban belum pasti atau guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power test), bukan kecepatan (Speed tests), maka pelaksanaan tes ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:a. Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebutb. Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu tanpa mengikuti urutan nomer soalc. Awasi pekerjaan soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri tanpa bekerja sama dengan siswa lainnyad. Dalam hal tertentu jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan pelajarannyae. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran

C. Pemeriksaan, skoring, dan penilaian tes uraianAda dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian cara pertama ialah diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal kemudian diberi skor. Cara kedua ialah diperiksa nomer demi nomer untuk semua siswa. Artinya diperiksa terlebih dahulu nomor satu untuk semua siswa kemudian diberi skor dan setelah selesai baru soal nomer dua, dst. Cara kedua memang memakan waktu lama, tetapi akan lebih objektif sebab jawaban setiap nomer untuk semua siswa dapat diketahui dan dibandingkan. Cara kedua lebih baik dari cara pertama namun resikonya cukup berat bagi guru, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak.

2.2.3.2 Tes ObjektifSoal-soal dalam bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.Soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan pikiran ganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk objektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan jawaban (option yang dapat dipilih).a. Bentuk soal jawaban singkatMerupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.b. Bentuk soal benar-salahBentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.Kelebihan bentuk soal benar salah:1) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif2) Soal dapat disusun dengan mudahKelemahan bentuk soal bener salah:1) Kemungkianan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah)

c. Bentuk soal menjodohkanTerdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak.Kelebihan bentuk soal menjodohkan:1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan3) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luasKelemahan bentuk soal menjodohkan:1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hapalan2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan

d. Bentuk soal pilihan gandaSoal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk pilihan ganda terdiri atas:1) Stem: pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan2) Option: sejumlah pilihan atau alternatif jawaban3) Kunci: jawaban yang benar atau paling tepat4) Distractor: jawaban-jawaban yang lain selain kunci jawaban ( pengecoh)Kelebihan bentuk soal pilihan ganda:1) Materi yang diuji dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan2) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dancepat dengan menggunakan kunci jawaban3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektifKelemahan bentuk soal pilihan ganda:1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

e. Pemeriksaan dan skoring test objektifPemeriksaan test objektif lebih mudah daripada test uraian sehingga dikerjakan lebih cepat dengan menggunakan kunci jawaban yang dibuat oleh guru dalam plastik bening atau kertas yang dibolongin, kemudian diletakkan diatas lembaran jawaban, kesalahan jawaban para siswa dapat dengan mudah dihitung. Skoring atau pemberian skor terhadap jawaban yang benar dalam tes objektif, khususnya untuk jenis benar salah dan pilihan ganda, menggunakan aturan sebagai berikut:

Ket:Sk: Skor yang diperolehB: Jawaban yang benarS: Jawaban yang salahO: kemungkinan jawaban atau optionBAB IIIPENUTUP

Penilaian merupakan komponen penting dalam proses dan penyelenggaraan pendidikan. Upaya menigkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya, sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar dengan lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan. Hal ini sangat penting bagi guru untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik. Selain itu, hasil penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan belajar peserta didik, baik untuk peserta didik itu sendiri, sekolah, orang tua, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Sumber refrensi buku : evaluasi program pembelajaran pengarang prof Dr. s. eko putro widyoko M.pd

Page 18


Top Related