KONFERENSI SANITASI DAN AIR MINUM NASIONAL
(KSAN) TAHUN 2017
Nila F. Moeloek Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN DI ERA JKN
3 PILAR INDONESIA SEHAT
RPJ
MN
201
5 - 2
019
PROGRAM • PENGARUSUTAMAAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN, • PENGUATAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF, • PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
PROGRAM • PERLUASAN SASARAN
DAN MANFAAT (BENEFIT) • SISTEM PEMBIAYAAN: ASURANSI – AZAS GOTONG ROYONG
• KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA
• SASARAN: PBI & NON PBI
TANDA KEPESERTAAN KIS
PROGRAM • PENINGKATAN AKSES
YANKES TERUTAMA PADA FKTP
• OPTIMALISASI SISTEM RUJUKAN • PENINGKATAN MUTU
DENGAN PENDEKATAN CONTINUUM OF CARE DAN INTERVENSI BERBASIS RESIKO KESEHATAN (HEALTH RISK)
KELUARGA SEHAT
PILAR 1 PARADIGMA
SEHAT
PILAR 2 PENGUATAN
YANKES
PILAR 3 JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL
(JKN)
PILAR 1 PARADIGMA SEHAT
PROMOTIF PREVENTIF
KURATIF REHABILITATIF
Mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pemerintah terus meningkatkan jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan fasilitas kesehatan yang melayani serta membayarkan iuran bagi penduduk termiskin
2015
156, 8 Juta jiwa
171,9 Juta jiwa
2016
180,7 juta jiwa
Agust-‐2017
Penduduk Indonesia telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional
PBI 2015
Rp 19,8 T
87,828,613
jiwa Rp
PBI 2016
24,8 T Rp
PBI 2017
16,9 T
91,099,279
jiwa 92,201,86
1
jiwa
19.969 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
20.708 20.850
1.847 Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
2.068 2.206
Fasilitas Apo^k dan Op^kal 2015 2016 2017
2.813 2.921 3.303 2015 2016 2017
5
Perkembangan JKN Sampai Saat Ini
PBI 50,43%
Pemanfaatan JKN/KIS
66,8 juta
100,6 juta
134,9 juta
Pemanfaatan di FKTP (Puskesmas, Dokter Praktek Perorangan/ Klinik Pratama)
21,3 juta
39,8 Juta
50,4 Juta
Pemanfaatan di Poliklinik Rawat Jalan RS
4,2 juta
6,3 juta
7,6 Juta
Pemanfatan Rawat Inap RS
2014
2015
2016
2014
2015
2016
2014
2015
2016
73 juta
s.d Juni 2017
4 juta s.d Juni 2017
29,2 Juta
s.d Juni 2017 7
8
Perkembangan JKN Sampai Saat Ini
21,29% 20,15% 19,455
78,12% 79,66% 80,35%
Sumber: RS Online, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
TOTAL 2.755
TOTAL 2.601
TOTAL 2.490
TOTAL 2.408
TOTAL 2.228
(Data 23 Oktober 2017)
2013 - 2017
Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Indonesia
TANGGUNG JAWAB SEKTOR DALAM GERMAS
GERMAS
DAGRI PP & PA
PORA
POM
DIKBUD
AGAMA
PERTANIAN
KEUANGAN
BPJS
PU Pera
PERHUBU
NGAN
PERDAGA
NGAN
KELAUTAN &
PERIKANAN ParRsipasi perempuan untuk
deteksi dini PTM, KIE
Kampanye Gemar OR, Sarana OR
Koord & Fasilitasi Pemda
UKS, Sekolah Ramah Anak, AkRvitas Fisik
Konseling pra nikah, Poskestren
Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan
Jalur sepeda dan pejalan kaki
Cukai dan pajak rokok, minuman beralkohol
Promosi makan sayur dan buah dalam negeri
Keamanan dan mutu pangan segar
Sarana akRvitas fisik di pemukiman dan TTU, Ruang
terbuka hijau
Meningkatkan pelayanan Promprev
Keamanan PJAS, Keamanan mutu pangan olahan
11
LATAR BELAKANG
12 MENKES untuk RATAS KEMISKINAN 2017
Pemuda hari ini adalah pelaku utama pembangunan sosial dan ekonomi menuju tahun 2050
Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok usia produktif (15-55 tahun)
±64,559,985 jiwa Jumlah Pemuda
Indonesia: perspektif demografi Jumlah Pemuda
24,5% merupakan pemuda
> 50% balita menderita stunting
Bayi yang dilahirkan di NTT 2x lebih mungkin menderita
stunting dibandingkan bayi yang
dilahirkan di Jakarta
12 balita mengalami
wasting (undernourished)
5 balita mengalami kegemukan
(overnourished)
100 balita
Stunting adalah kegawatdaruratan nasional: 1 dari 3 anak di Indonesia menderita stunting
Situasi Gizi di Indonesia
30 balita mengalami stunting
(undernourished)
12
Perkembangan otaknya, tidak dapat diperbaiki
Fisik anak kurang gizi dapat diperbaiki
Hambatan perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan belajar, dan rendahnya produktifitas
akibat stunting ini bersifat permanen (irreversible).
Fisik
Mental
Intelektual
stunting
Stunting mempengaruhi:
BALITA
Kondisi Otak yang Stunting
Ibu yang kurang gizi
Tidak mendapat asupan gizi dan pola makan yang baik
Perkembangan otak tidak maksimal
Ketika sekolah, anak stunting mengalami kesulitan dalam belajar
Pola makan buruk yang berlanjut hingga dewasa
menyebabkan mudah sakit
Produktivitas kerja rendah & penghasilan terbatas
Cenderung terkena penyakit Tidak menular ketika dewasa
Tidak kuat secara finansial & tidak mampu menyediakan
gizi baik untuk keluarga
Kaum muda Indonesia dalam Siklus Kehidupan
Otak anak berkembang pesat sejak dalam kandungan-usia 2-5 tahun (golden age)
Normal Stunted
Percabangan saraf berkembang baik
Percabangan saraf berkembang secara terbatas
Dampak dari kurangnya gizi pada masa golden age akan
terlihat hingga dewasa
Anak yang mengalami kurang gizi kronis menunjukkan sel otak yang abnormal dengan
lebih sedikit percabangan / sel otak
Perkembangan sel saraf otak
BAYI
Gizi dan Tumbuh Kembang
Angka Partisipasi Sekolah Angka Par^sipasi Sekolah (APS)
Indonesia, 2011-‐2015 (Persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pelayanan Kesehatan
Keturunan
Lingkungan
Perilaku masyarakat
DERAJAT KESEHATAN
5%
45%
30%
20%
Analisis Derajat Kesehatan
(Konsep Henrik L. Blum)
Sumber : Kementerian Kesehatan RI
Indikator Lingkungan 2016 Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar
89,16 %
Rumah tangga yang memiliki sanitasi layak
67,80 %
Rumah tangga yang memiliki sumber air minum layak
74,14 %
Rumah tangga dengan lantai terluas bukan tanah
93,58 % Badan Pusat StaRsRk
PENYEBAB KEMISKINAN
KEMISKINAN
PENYEBAB LANGSUNG
BENCANA
KONFLIK SOSIAL
SAKIT
PENYEBAB ANTARA
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
Rendahnya kesempatan kerja
Rendahnya ketrampilan
Rendahnya produk^vitas
Rendahnya akses terhadap pelayanan dasar (kesehatan, pendidikan, air bersih, sanitasi, perumahan)
Sistem sosial
Sistem poli^k
Sistem ekonomi
Lingkungan lebih luas
Terkait Sektor Kesehatan
MENKES untuk RATAS KEMISKINAN 2017
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)
REPUBLIK INDONESIA
KETERKAITAN AIR DAN SANITASI DENGAN BERBAGAI PROGRAM REPUBLIK INDONESIA
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan – Tujuan 6 Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
Penyusunan definisi dan indikator operasional untuk pemantauan pencapaian Indonesia dalam TPB
Pada tahun 2030, mencapai akses
universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua
Goal 6.1
Pada akhir tahun 2030 diharapkan dapat mencapai akses sanitasi dan hygiene yang memenuhi, merata, untuk semua, dan menghentikan buang air besar sembarangan (BABS) dengan memberikan perhatian khusus pada wanita (tua dan muda) dan mereka yang memerlukan perhatian khusus.
Goal 6.2 Pada akhir tahun 2030 diharapkan dapat
meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghentikan pembuangan limbah,
meminimalisasi produksi limbah berbahaya, mengurangi air limbah yang tidak diolah, meningkatkan daur ulang (recycle), dan
penggunaan kembali (reuse) secara substansial.
Goal 6.3
AKSES
KUALITAS
REPUBLIK INDONESIA
MDGs ke SDGs
Basic improved water source (sumber air minum layak)
Bebas dari kontaminasi feses
(dan kimia)
Basic improved sanitation facilities
(fasilitas sanitasi layak)
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
∩
∩
Goal 6.1 Sumber air minum aman (memenuhi 4K)
Goal 6.2 Fasilitas sanitasi layak + Hygiene
SDGs MDGs
Goal 7.8 Sumber air minum layak
Goal 7.9 Fasilitas sanitasi layak
Basic improved water source
(sumber air minum layak)
Basic improved sanitation facilities (fasilitas sanitasi
layak)
Tersedia bila dibutuhkan
∩
REPUBLIK INDONESIA
Kuan^tas vs Kualitas
Minum
Memasak
Personal higiene
Cuci pakaian
Kebersihan rumah
Sanitasi
Siram tanaman
Irigasi
kualitas semakin bagus
kuan^tas semakin banyak
REPUBLIK INDONESIA
Target Nasional
SANITA
SI AIR M
INUM
44% 49% 51% 56% 56% 57% 61% 61% 62% 67%
85%
15% 13% 13%
11% 11% 10% 11% 12% 12%
9%
15%
59% 61% 65% 67% 67% 68%
72% 73% 74% 76%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Akses Sanitasi Dasar (Perdesaan)
Akses Sanitasi Layak
48% 46% 48% 44%
63% 65% 68% 68% 71% 71%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Aksea Air Minum Layak
Penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu :
• Water borne diseases, adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum yang mengandung patogen. Contoh penyakit: kolera, demam Rfoid, hepaRRs, disentri, gastroenteriRs.
• Water washed diseases, adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan higiene perorangan (cuci tangan, mandi, mencuci, gosok gigi, dll).Contoh : kolera, demam Rfoid, hepaRRs, disentri, dan gastroenteritis, infeksi jamur dan konjungRviRs (trachoma), scabies.
• Water based diseases, adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya di air. Contoh : Schistosomiasis
• Water related insect vector diseases, adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air. Contoh : malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever
REPUBLIK INDONESIA
Informasi
Grafik StaRsRk
Gangguan kesehatan/penyakit
Malaria Demam berdarah ISPA Diare
• Parameter iklim
Suhu Curah hujan Kelembaban Hari hujan
Hubungan Iklim & Kesehatan REPUBLIK INDONESIA
Contoh Analisis Univariat
6000
200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Waktu
Curah Hujan
Grafik Curah Hujan
Curah Hujan Linear(Curah Hujan)
REPUBLIK INDONESIA
13
100 6000
200 0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
DBD
Waktu
Curah Hujan
Grafik DBD dan Curah Hujan
DBD Curah Hujan Linear(DBD) Linear(Curah Hujan)
REPUBLIK INDONESIA
DHF Cases on year 1968 to 2016 REPUBLIK INDONESIA
33
14% ^dak memiliki akses ke sumber air bersih (JMP, 2013)
24% BAB di tempat terbuka (JMP, 2013)
Anak-‐anak di Bangladesh yang terakses air minum bersih, jamban, serta fasilitas CTPS, pertumbuhan
^nggi badannya 50% bertambah lebih ^nggi dibanding anak yang ^dak mendapat akses
tersebut (Lin A, et al. dalam Environmental Health Perspec^ves ; vol 122)
Hygiene dan sanitasi yang buruk menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil yang mengurangi
penyerapan zatgizi dan meningkatkan permeabilitas usus
yang disebut juga Environmental Enteropathy (EE) dimana terjadi pengalihan energi, yang seharusnya
digunakan untuk pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk melawan infeksi dalam tubuh. (EHP vol.122)
Upaya-‐upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung.
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.
Kegiatannya antara lain berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu.
Sasaran : kelompok khusus (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-‐23 bulan).
Kontribusi: 30%
INTERVENSI SENSITIF INTERVENSI SPESIFIK
INTERVENSI GIZI hanya bagian kecil dari solusi penanggulangan STUNTING
35
REPUBLIK INDONESIA
TRANSISI EPIDEMIOLOGI
Penyakit infeksi new emerging dan re-emerging
• Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015
Cedera 7%
Penyakit Tidak
Menular 37%
Penyakit Menular 56%
Cedera 8%
Penyakit Tidak Menular 49%
Penyakit
Menular 43%
Cedera 9%
Penyakit Tidak
Menular 58%
Penyakit Menular 33%
1990 2000 2010 2015
Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur
Cedera 13%
Penyakit Tidak Menula
r 57%
Penyakit
Menular
30%
Pembiayaan Penyakit Katastrofik MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENKES untuk RATAS KEMISKINAN 2017 37
Tujuan
MENKES untuk RATAS KEMISKINAN 2017 38
Menyadarkan masyarakat akan sangat pentingnya menjaga keseimbangan
kesehatan secara holistik; agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat, cerdas and berprestasi, produktif dan menjadi bangsa yang sejajar dengan
bangsa maju lainnya."
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
39 MENKES untuk RATAS KEMISKINAN 2017