Transcript
  • Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute menuju sintesis obat antiepileptik dilantin

    Tiffany Alexandria

    10512023 01 - II [email protected]

    Prodi Kimia Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca no. 10

    Abstrak

    Sintesis Dilantin dilakukan dengan 4 tahap reaksi. Reaksi yang pertama adalah kondensasi Benzoin dengan mereaksikan benzaldehid menggunakan katalis thiamin hidroklorida dalam microwave. Reaksi yang kedua adalah oksidasi benzoin menjadi benzil dengan tembaga(II) asetat dalam microwave. Reaksi yang ketiga adalah penataan ulang benzil menjadi asam benzilat dengan refluks. Terakhir adalah reaksi pembuatan dilantin dengan mereaksikan benzil dengan urea dan NaOH dalam microwave. Dapat disimpulkan Dilantin dapat disintesis melalui 4 tahap reaksi yang mencakup kondensasi, oksidasi, penataan ulang, dan reaksi biasa.

    Kata kunci: Dilantin, Benzil, Asam benzilat,Benzoin,thiamin hidroklorida

    Abstract

    Synthesis of Phentoin has been done by employing 4 step of reaction.The first reaction is Benzoin condensation by reacting Benzaldehyde using thiamin hydrochloride as catalyst. The second reacton is oxidizing Benzoin to Benzil by copper(II) Acetic inside microwave. The third reaction is rearrangement of benzil to benzoic acid with reflux. The last is synthesis of Phentoin by reacting benzil with urea and NaOH inside the microwave. It was disclosed that Phentoin can be sythesized with 4 step of reaction including condensation, oxidation, rearrangement, and common reaction.

    Keywords: Phentoin, Benzil, Benzoic acid,Benzoin,thiamin hydrochloride

    1. PENDAHULUAN

    Dua molekul suatu aldehid aromatik, apabila dipanaskan dengan sejumlah katalitik natrium atau kalium sianida dalam larutan etanol, akan bereaksi membentuk ikatan karbon-karbon baru antara karbon karbonil. Produknya merupakan suatu a-hidroksi keton (suatu kelompok senyawa dengan nama generik benzoin). Kondensasi ini pertama kali ditemukan secara tak disengaja oleh Wohler dan Leibig pada tahun 1832 pada saat mereka berusaha mengekstrak benzaldehid sianohidrin dengan basa untuk menghilangkan pengotor asam. Katalis lain yang bisa digunakan selain NaCN/KCN adalah basa konjugasi dari garam thiazolium, yang ditemukan oleh Breslow pada tahun 1958. Katalis ini efektif untuk menstabilkan anion-a dengan resonansi. Salah satu senyawa yang mengandung gugus thiazole ini adalah Thiamin (vitamin B1). Apabila reagen seperti sianida atau thiamin ini tidak ada, benzaldehid akan berekasi dengan ion hidroksida untuk membentuk suatu tetrahedral intermediet yang menghasilkan suatu sumber hidrida yang dapat mereduksi molekul benzaldehid lainnya menjadi turunan alkoholnya. Oleh karena itu kontrol pH merupakan hal yang menentukan dalam kondensasi benzoin benzaldehid. Oksidasi

    benzoin akan menghasilkan senyawa a-diketon yang dapat mengalami penataan ulang dalam suasana basa. Senyawa a-diketon ini juga sangat berguna dalam pembuatan senyawa lingkar yang bernilai tinggi. Reaksi senyawa a-diketon ini dengan urea dalam katalis basa akan mengalami kondensasi membentuk senyawa yang memiliki aktivitas sebagai obat anti epilepsi yaitu dilantin, nama trivial dari 5,5-difenilhidantoin.

    Gambar 1. Reaksi sintesis Dilantin

  • 2. METODE PERCOBAAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah thiamin hidroklorida, air, etanol 95%, NaOH, benzaldehid, benzoin, tembaga asetat monohidrat, asam asetat, KOH, benzil, HCl, urea, asam sulfat, dan metanol.

    Peralatan Peralatan yang dipakai ialah tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, labu bundar 50 mL, kondensor, hot plate, corong, corong buchner, pipet tetes, termometer, melting block, labu bundar 10 mL, erlenmeyer, batang pengaduk, dan magnetic stirer.

    Prosedur

    A. Kondensasi Benzoin dari Benzaldehid dengan Metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)

    0,35 g (1 mmol) thiamin hidroklorida (vitamin B1) dilarutkan dalam 0,75 mL air di dalam labu erlenmeyer 50 mL. Larutan ditambahkan 3 - 3,5 mL etanol 95% dan didinginkan di dalam wadah berisi air es. Erlenmeyer digoyangkan perlahan dan perlahan ditambahkan 0,75 mL larutan NaOH 3M dingin selama periode 7 - 10 menit. Campuran ditambahkan 2,12g(~ 2mL,20 mmol) benzaldehid, lalu digoyangkan dan diperiksa pH-nya. Jika pH lebih rendah daripada 8, ke dalam campuran ditambahkan lagi larutan NaOH 3M sampai pH kira-kira antara 10 - 11 (lebih baik sampai pH 11). Labu Erlenmeyer berisi campuran reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 mL berisi 50 g alumina-netral (neutral-Al2O3), lalu wadah tersebut dimasukkan ke dalam microwove reactor MAS II SINEO. Alat diset pada iradiasi dengan daya 500 W, selama 7 menit dan suhu 90oC, kemudian reaktor tersebut dijalankan hingga selesai. Setelah reaksi selesai, ditunggu hingga di dalam reaktor suhu mencapai 35oC, wadah dikeluarkan dari dalam reaktor dan didinginkan hingga suhu kamar, lalu lebih lanjut di dalam wadah air es pada suhu sekitar 10oC. Endapan putih kekuningan produk akan terbentuk. Produk dikumpulkan dengan penyaringan Buchner dan dicuci dengan 5 mL air es. Produk direkristalisasi dalam 95% etanol-air, menggunakan pelarut panas dalam jumlah minimum untuk melarutkan produk. Kristal murni ditimbang dan ditentukan persen rendemen dan titik leleh benzoin (~137c). Karakterisasi kristal dilakukan menggunakan spektrum lR (pelet KBr), NMR dan UV-Vis (dalam etanol). B. Sintesis Benzil (Bibenzoil) dari Benzoin dengan Metode MAOS (Microwove Assisted Organic Synthesis) : Oksidasi Benzoin dengan Tembaga(ll) asetat

    Ke dalam labu Edenmeyer 50 mL dimasukkan 2 g 19,4 mmol) benzoin (atau

    sebanyak berapapun produk benzoin yang dihasilkan pada percobaan A); 3,75 g (18,8 mmol) tembaga asetat monohidrat, 15 mL asam asetat dan 5 mL air (catatan: semua reagen disesuaikan dengan jumlah benzoin yang digunakan). Labu Erlenmeyer berisi campuran reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 mL berisi 50 g alumina-netral (neutral-Al2O3), lalu wadah tersebut dimasukkan ke dalam microwove reactor MAS II SINEO. Alat diset pada iradiasi dengan daya 500 W, selama 5 menit dan suhu 70 oC, kemudian reaktor tersebut dijalankan hingga selesai. Setelah reaksi selesai, wadah di dalam reaktor dikeluarkan dan campuran reaksi segera disaring menggunakan corong yang sudah dipanaskan dahulu, labu Erlenmeyer dibilas dengan etanol panas. Filtrat didinginkan dan kristal disaring dengan corong Buchner. Kristal dicuci dengan sedikit air. Apabila kristal belum terbentuk juga, pelarut pada filtrat diuapkan sampai berkurang setengahnya, lalu kembali didinginkan hingga suhu kamar dan lebih lanjut didinginkan dalam penangas es hingga terbentuk kristal. Kristal dikeringkan di udara (sambil dilakukan penyaringan vakum) dan rendemen produk dihitung. Titik lelehnya ditentukan pula (~95c). Karakterisasi kristal dilakukan dengan spektrum lR (pelet KBr), NMR dan UV-Vis. Catatan: produk yang diperoleh disisihkan untuk percobaan C dan D. C. Penataan ulang Benzil menjadi Asam Benzilat

    3 g KOH dilarutkan dalam 5 mL air dalam sebuah labu Erlenmeyer kecil dengan pemanasan, lalu didinginkan pada suhu kamar. 2 g benzil (atau sebanyak berapapun produk benzil yang dihasilkan pada percobaan B setelah dipisahkan dengan yang diperuntukkan bagi percobaan D) dan 7 mL metanol dimasukkan ke dalam sebuah labu bundar 25 mL atau 50 mL (catatan: semua reagen disesuaikan dengan jumlah benzil yang digunakan). Batang pengaduk magnet kecil dimasukkan ke dalam labu tersebut, kondensor refluks dipasang dan campuran dipanaskan sampai semua padatan larut ( 5 menit). Pemanasan dihentikan, kondensor dilepaskan, lalu labu tersebut didinginkan hingga suhu kamar, lalu labu dalam penangas es ditempatkan, dan larutan KOH dingin dituangkan ke dalam larutan dalam labu tersebut. Larutan digoyangkan dan perubahan warna yang terjadi diamati. Labu dipasang kembali pada statif, kondensor dipasang, larutan dipanaskan serta direfluks sampai semua padatan larut (tidak lebih dari 10 menit). larutan didinginkan hingga suhu kamar, lalu ditempatkan dalam penangas es. Jika tak ada kristal terbentuk, ditambahkan 3 - 4 mL metanol, lalu dipanaskan sebentar sampai sedikit kisat (pelarutnya berkurang) dan didinginkan kembali. Kristal transparan disaring dari kalium benzilat dengan corong Buchner. Kristal dikeringkan di udara (sambil dilakukan penyaringan vakum) dan ditimbang. Garam kalium

  • benzilat dilarutkan dalam sedikit air panas, lalu diasamkan dengan penambahan tetes demi tetes HCI pekat sampai pH sekitar 3 - 4. Kristal asam benzilat disaring dengan corong Buchner. Rekristalisasi dilakukan dalam campuran etanol-air. Rendemen dan titik leleh (~151oC) asam benzilat ditentukan. spektrum lR (pelet KBr), NMR dan UV-Vis ditentukan; kemudian dibandingkan dengan spektrum lR, NMR dan UV-Vis benzil. D. Pembuatan 5,5- Difenilhidantoin (Dilantin) dengan Metode MAOS (Microwave Assisted organic synthesis)

    Sebanyak 0,2 gram (0,95 mmol) benzil (atau sebanyak berapapun produk benzil yang dihasilkan pada percobaan B setelah dipisahkan dengan yang diperuntukkan bagi percobaan C), 0,1 gram (1,67 mmol) urea dan 0,2 gram (5 mmol) padatan Na0H digerus bersama-sama dalam cawan penguapan keramik menggunakan alu. Cawan penguapan dimasukkan ke dalam microwove reoctor MAS II SINEO, alat diset dengan iradiasi selama 6 menit pada suhu 70C dengan daya 500 W, kemudian reaktor tersebut dijalankan hingga selesai. Setelah reaksi selesai, suhu di dalam reaktor ditunggu hingga mencapai 35 C, wadah dikeluarkan dari dalam reaktor dan didinginkan hingga suhu kamar. Selanjutnya, campuran reaksi dilarutkan dalam air dan disaring, filtratnya ditampung dalam wadah yang bersih dan kering. Filtrat diasamkan dengan HCl hingga terbentuk endapan (pH 1-2). Endapan disaring dengan penyaringan vakum menggunakan corong Buchner, lalu dilakukan rekristalisasi terhadap padatan tersebut dengan etanol 95 %. Kristal ditimbang setelah dikeringkan di udara, kemudian titik leleh dan rendemennya ditentukan. Uji KLT dilakukan dengan eluen etil asetat:heksana (3:7). Spektrum lR (pelet KBr) ditentukan dan dibandingkan frekuensi , regangan karbonil dengan spektrum lR benzil. Pengukuran spektrum UV-Vis (dalam n-heskana dan metanol), NMR dan MS dilakukan pula untuk produk dilantin yang diperoleh. Benzoin (1). Padatan abu. Titik leleh 137 C. Titik didih 343 C. = 1,31 g/cm3. Benzil (2). Padatan kuning. Titik leleh 95 C. Titik didih tidak ada. = tidak ada. Asam Benzilat (3). padatan. Titik leleh 122,4C. Titik didih 249,2 C. = 1,2659 g/cm3. Dilantin (4). Padatan putih. Titik leleh 295C. Titik didih terdekomposisi. = tidak ada.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada percobaan kondensasi benzoin produk target adalah hasil penggabungan dari benzaldehid dengan benzaldehid lainnya menjadi 1 molekul. 2 molekul benzaldehid menghasilkan 1 molekul benzoin. Kondensasi benzoin merupakan kondensasi dua molekul aldehid aromatik

    membentuk - hidroksi keton dan air. Kondensasi benzoin adalah suatu reaksi kondensasi dimana dua molekul aldehid aromatik yang digunakan adalah benzaldehid. Reaksi kondensasi bezoin ini dapat berlangsung dengan cepat dengan bantuan suatu katalis tertentu. Pada reaksi ini digunakan thiamin hidroklorida sebagai katalis dengan mekanisme reaksi sebagai berikut:

    Gambar 2. Mekanisme kondensasi benzoin Dapat dilihat thiamin digunakan sebagai

    katalis karena dihasilkan kembali setelah reaksi selesai, dan hidroklorida yang terikat pada thiamin menyumbang ion H+ untuk katalis reaksi juga.

    Dua molekul suatu aldehid aromatik, apabila dipanaskan dengan sejumlah katalitik natrium atau kalium sianida dalam larutan etanol, akan bereaksi membentuk ikatan karbon-karbon baru antara karbo karbonil. Produknya merupakan suatu -hidroksi keton. Katalis lain yang biasa digunakan adalah basa konjugasi dari dari garam thiazolium, yang ditemukan oleh Breaswol pada tahun 1958. katalis ini efektif untuk menstabilkan anion- dengan resonansi. Salah satu senyawa yang mengandung gugus thiazole ini adalah thiamin (vitamin B1).

    Vitamin B1 atau aneurin, sangat penting dalam metabolisme karbohidrat. Peran utama tiamin adalah sebagai bagian dari koenzim dalam dekarboksilasi oksidatif asam alfa-keto. Gejala defisiensi akan muncul secara spontan berupa beri-beri pada manusia. Struktur kimia tiamin, merupakan gabungan dari molekul basa pirimidin dan tiazol yang dirangkai jembatan metilen.

    Thiamin atau vitamin B1 bekerja dalam bentuk thiamin difospat pada karboksilat asam-keton dan disebut kokarboksilase tersedia dalam

  • bentuk klorida atau nitratnya. Molekulnya mengadung dua atom nitrogen bersifat basa, satu pada gugus amina primer dan yang lainnya pada gugus amonium kuartener.Senyawa ini membentuk garam dalam asam organik dan asam anorganik. Vitamin ini mengandung gugus alkohol primer, yang biasanya terdapat dalam vitamin alam dalam bentuk terester dengan asam orto-, di-, atau trifospat. Vitamin B1 atau thiamin hidroklorida yang mempunyai rumus molekul C12H8N4OSCl2.

    Etanol yang digunakan adalah untuk melarutkan thiamin.. Setelah itu ditambahkan NaOH untuk memberikan ion OH- untuk mengikat atom H pada gugus aromatik pada thiamin agar katalis thiamin diaktifkan untuk bereaksi dan menyerang gugus karbonil dari benzaldehid. Setelah penambahan NaOH, thiamin sudah siap untuk mengkatalis benzaldehid, maka benzaldehid baru ditambahkan. Lalu pH diperiksa, dan ditambahkan lagi NaOH untuk menaikan pH sampai 11 karena vitamin B1 merupakan viitamin yang kurang stabil. Tidak stabil yang dimasukkan disini adalah vitamin B1 ini mudah rusak pada pH asam maupun netral, olehnya itu pada percobaan ini pH larutan harus dalam keadaan basa (basa lemah) apabila reagen seperti thiamin ini tidak ada, benzaldehid akan bereaksi dengan ion hidroksida untuk membentuk suatu tetrahedral intermediat yang menghasilkan suatu sumber hidrida yang dapat mereduksi molekul benzaldehid lainnya menjadi turunan alkoholnya. Efeknya benzoin yang kita upayakan supaya terbentuk tidak terjadi. Pembuat basa percobaan ini adalah NaOH 3 M. Selain itu reaksi ini paling optimal terjadi pada pH 11.

    . Setelah itu campuran yang telah berwarna kuning dimasukkan ke dalam microwave untuk diradiasi, suhunya dinaikkan, agar reaksi terjadi lebih optimal. Jika pH di atas 11, campuran mungkin gosong, tetapi jika pH di bawah 11, reaksi yang terjadi baru sedikit.

    Setelah selesai 5 menit di dalam microwave, suhu ditunggu sampai 35C agar alat microwave tidak rusak. Setelah itu langsung campuran yang sudah menghasilkan sedikit endapan didinginkan agar kelarutannya berkurang, dan endapan pun bertambah banyak. Setelah disaring buchner, menghasilkan kristal sebanyak 1,56 gram dan setelah direkristalisasi menjadi 1,12 gram. Berarti kristal awal masih mengandung pengotor. Rendemen produk hanya 17,59% disebabkan oleh reaksi yang belum berlangsung sempurna, karena pemanasan dengan microwave hanya 5 menit dan suhu di microwave pun belum pernah mencapai 90C seperti di prosedur. Galat titik lelehnya adalah 0% menandakan bahwa produknya benar adalah benzoin.

    Sebelum direkristalisasi, kristal benzoin berwarna kuning, tandanya kristal tersebut belum murni, maka dilakukan rekristalisasi dengan pelarut

    etanol panas yang hanya dapat melarutkan kristal benzoin. Pengotor tidak mudah larut dalam etanol, maka setelah dilarutkan dalam etanol panas, larutan yang mengandung pengotor yang tidak larut langsung disaring dengan corong biasa yang sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu, beserta kertas saring yang sudah dipanaskan pula agar tidak terjadi pengkristalan dini yang menyebabkan kristal benzoin ada yang terjebak pada corong pisah. Setelah disaring, larutan sudah bebas dari pengotor, maka larutan didinginkan dalam penangas es agar kelarutan etanol terhadap benzoin berkurang, sehingga kristal benzoin didapatkan kembali, lalu disaring dengan penyaringan vakum, dan didapatkan kristal bersih yang tidak berwarna.

    Gambar 3. NMR benzoin

    Gambar 4. IR benzoin Setelah benzoin dihasilkan, benzoin

    dioksidasi dengan Tembaga (II) Asetat. Oksidasi ini dilangsungkan dalam suasana asam agar reaksi menghasilkan produk yang diinginkan yaitu benzil. Setelah campuran zat pereaksi dan pensuasana asam, campuran tidak 100% larut, berwarna hijau tosca, lalu dimasukkan ke microwave agar mendapat energi untuk terjadinya reaksi. Setelah selesai dan campuran dikeluarkan dari microwave, lalu langsung disaring dengan corong panas agar tidak terjadi pengendapan hasil reaksi setelah keluar dari microwave. Erlenmeyer dibilas dengan etanol panas untuk membilas larutan dan padatan yang masih ada di erlenmeyer. Larutan filtrat berwarna hijau tua didinginkan, tetapi belum menghasilkan endapan. Maka dengan batang pengaduk dinding gelas kimia digores gores sampai terbentuk banyak endapan. Setelah endapan disaring, menghasilkan

  • kristal berwarna kuning kehijauan dengan rendemen 6,82%. Reaksi oksidasi belum sempurna karena rendemen dari benzil lebih kecil dari rendemen benzoin, dikarenakan reaksi yang belum sempurna karena pemanasan yang terlalu sebentar dan suhunya pun terlalu rendah. Galat titik lelehnya cukup besar, bahkan mendekati 5%, berarti masih terdapat pengotor dalam kristal produk, karena belum direkristalisasi, dan terlihat juga dari warnanya yang kehijauan, menandakan masih adanya tembaga (II) asetat.

    Mekanisme reaksi oksidasi benzoin adalah:

    Gambar 5. Mekanisme oksidasi benzoin Pada awalnya benzoin mendonorkan satu

    elektron ke Cu2+ membentuk Cu+ dan radikal kation benzoin (A). Kation radikal benzoin ii kemudian kehilangan sebuah proton yang diambil oleh ion asetat membentuk asam asetat COOH dan radikal terstabilisasi yang beresonansi yaitu (B) dan (C). Siklus redoks berikutnya diantara Cu2+ dan radikal terjadi, membentuk ion Cu+ kedua dan kation (D), yang kemudian kehilangan proton untuk membentuk benzil. Jadi pada reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi, yaitu benzoin teroksidasi menjadi benzil, dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Karena itu benzoin adalah reduktor dan Cu2+ adalah oksidator. Hal ini dapat dilihat dari warna larutan, terjadi perubahan warna awalnya biru kemudian menjadi hijau, membuktikan Cu2+ menjadi Cu+ (tereduksi).

    Gambar 6. IR benzil Pada percobaan C dilakukan penataan ulang

    benzil menjadi asam benzilat dengan mekanisme reaksi seperti berikut:

    Gambar 7. Mekanisme penataan ulang asam benzilat

    NaOH disini berfungsi untuk menyumbangkan ion OH- untuk mengganggu molekul benzil sehingga terjadi penataan ulang seperti mekanisme reaksi di atas. KOH dipanaskan agar KOH terlarut sempurna di dalam air, lalu didinginkan pada suhu kamar. Benzil dilarutkan dalam metanol dengan cara direfluks agar larut sempurna, lalu dimasukkan ke dalam penangas es, agar meredam laju reaksi yang cepat pada langkah berikutnya. Lalu ditambahkan KOH dan digoyangkan agar terjadi reaksi. Terjadi perubahan warna pada larutan, dan larutan direfluks untuk menyempurnakan reaksi, lalu didinginkan pada penangas es. Reaksi menghasilkan kristal Natrium Benzilat, maka kristal ditambahkan air panas dan HCl pekat agar kristal terlarut dan menjadi asam benzilat.

    Pada percobaan D, benzil yang ada direaksikan untuk menghasilkan dilantin. Sebelum direaksikan, benzoin ditambahkan NaOH agar terjadi penataan ulang terlebih dahulu, baru nanti bisa bereaksi dengan urea. Dan juga sebagai pensuasana basa, karena reaksi pembuatan dilantin lebih stabil dalam suasana basa, karena jika dalam asam, gugus OH- bisa terprotonasi. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:

    Gambar 8. Mekanisme sintesi Dilantin Reaksi dilakukan di dalam microwave agar

    mendapat energi aktivasi untuk berlangsungnya reaksi. Setelah selesai reaksinya, setelah serbuk dilarutkan, ditambah HCl untuk menurunkan kelarutan dilantin dalam air, sehingga dilantin dapat

  • dipisahkan dari larutan, dan disaring untuk mendapatkan kristalnya.

    4. KESIMPULAN

    Dari hasil percobaan didapatkan rendemen benzoin 17,59 % dengan galat titik leleh 0%, rendemen benzil 6,82% dengan galat titik leleh 4,26%

    5. UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Deana Wahyuningrum sebagai pemimpin praktikum yang memberi arahan atas percobaan ini. Penulis juga berterima kasih kepada para asisten Laboratorium Kimia Organik Institut Teknologi Bandung yang telah membantu proses percobaan. Penulis juga berterima kasih kepada Mauliadi yang membantu percobaan ini. Penulis juga berterimakasih kepada Laboratorium Kimia Organik Institut Teknologi Bandung atas fasilitas perlatan dan bahan-bahan percobaan yang telah disediakan.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    1. Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.429-432

    2. Mohrig, J.R., Morrill, T.C., Hammond, C.N., Neckers, D.C. (1997), Experimental Organic Chemistry; Freeman: New York, NY; pp 419-434

    3. Pasto, D.J., Johnson, C.R., Miller, M.J. (1992), Experimental Organic Chemistry, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey, p. 501

    4. Rojbaniati, N., Wahyuningrum, D. (2011), Pengembangan Modul Praktikum untuk SMK Program Keahlian Analisis Kimia Mengenai Sintesis Senyawa 5,5-Difenilimidazolidin-2,4-dion sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Karbon dalam Larutan NaCl 1%, Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011), ISBN : 978-602-19655-0-4, p. 180-184

    5. Varma, R.S., Naicker, K.P., Kumar, D., Dahiya, R., dan Liesen, P.J. (1999), Solvent-Free Organic Transformations using Supported Reagents and Microwave Irradiation, Journal of Microwave Power and Electromagnetic Energy, 34(2): 113-123

    6. Wilcox, C.F. dan Wilcox, M. F. (1998), Experimental Organic Chemistry. A Small

    Scale Approach, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, p.401 dan 477

    7. Anonymous. Thiamine-Catalyzed Benzoin Condensation of Benzaldehyde. http://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/locate-ch-oh-protons-nmrspectrum-benzoin-q297786. 30 April 2014.

    8. Anonymous. Nitric acdi oxidation (Preparation of benzil from benzoin). http://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/assign-peaks-3410-cm-1and-1664-cm-1-ir-spectrum-benzoin-q298869. 30 April 2014.

    9. Anonymous. Nitric acdi oxidation (Preparation of benzil from benzoin). http://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/assign-peak-1646-cm-1-inthe-ir-spectrum-benzil-q298656. 30 April 2014.


Top Related