Komunitas Ayo Menulis
PenerbitAY PUBLISHER
Komunitas Ayo Menulis
Sidoarjo; Ay Publisher, 2020xiv+ 161 hlm; 14 x 20 cm; Mei 2020
PenulisPenyuntingLayoutDesain Sampul
: Komunitas Ayo Menulis: Ayumungil: Team Ay Publisher: AP Creative
ISBN: 978-623-7774-50-1
Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi bukutanpa izin penerbit. Isi diluar tanggung jawab percetakan.
ISBN Diajukan oleh:CV RADITEENS
eMail: [email protected]: @aypublisher.idWhatsApp: 0813 5734 6173
ii
Ruang Publik 79
Menjadikan Surat Kabarsebagai Mitra Pustakawan
Oleh Endang Fatmawati
Media massa merupakan alat komunikasi
untuk menyampaikan pesan dari pemberi
informasi kepada masyarakat. Alat komunikasi
yang dimaksud bisa berupa surat kabar, film,
radio, TV, maupun media online. Jenis media massa
bisa berupa media massa cetak seperti halnya
surat kabar, tabloid, majalah, maupun newsletter.
Ada juga media online yang disebarluaskan
melalui situs web, serta media massa elektronik
yang disebarkan dengan teknologi elektro (radio,
televisi, film).
Dalam surat kabar atau koran ada ragam
Komunitas Ayo Menulis80
tulisan berupa berita, opini, dan feature.
Seabreknya cakupan menggiring jari-jari tangan
dan pikiran saya untuk mengulas salah satu saja.
Kali ini opini yang saya pilih. Agar yang dibahas
lebih fokus maka saat ini pembaca saya ajak
menyelami sejenak yang terkait dengan surat
kabar saja. Kita semua tahu bahwa sekali pun
sudah bisa diakses dan dibaca secara online,
namun surat kabar cetak masih menjadi idola
masyarakat secara umum. Hal ini dibuktikan
dengan oplah penjualan surat kabar cetak yang
hasilnya masih sangat signifikan.
Bagaimana menaklukkan redaktur surat
kabar? Apakah menurut Anda redaksi itu seperti
monster yang menakutkan? Anggap saja surat
kabar sebagai mitra pustakawan. Upaya untuk
menjadikan mitra itulah yang menjadi persoalan
tersendiri. Perlu diketahui bahwa setiap
redaksi surat kabar agar tetap berproduksi dan
terbit selalu membutuhkan bahan baku yaitu
tulisan. Opini menjadi salah satu tulisan yang
dinantikan. Pustakawan agar tetap eksis di mata
Ruang Publik 81
masyarakat dan kelihatan kiprahnya secara nyata
membutuhkan media untuk publikasi.
Jika opini dimuat akan meningkatkan
reputasi pustakawan sehingga lebih dikenal.
Selain itu dapat honor dari hasil penulisan
opini, dan juga angka kredit untuk kenaikan
jabatan ataupun pangkat bagi yang memiliki
jabatan fungsional pustakawan. Pada dasarnya
segudang ide cerdas dan kreatif pustakawan agar
tersampaikan kepada khalayak membutuhkan
media sebagai perantaranya. Tulisan populer
pada opini surat kabar memang lebih fleksibel
dari sisi bahasa dan kosa kata yang digunakan
sehingga bisa menjadi pilihan prioritas.
Untuk bisa mahir menulis opini di surat
kabar membutuhkan komitmen untuk mencoba.
Bagi penulis pemula tidak usah sibuk memikirkan
S P O dan S P O K maupun diksi ketika memulai
menuliskan ide. Pokoknya mengalir saja dengan
cara dicoba untuk ditulis dan terus dirangkai
menjadi satu kesatuan. Dari semula kata, frase,
kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi naskah.
Komunitas Ayo Menulis82
Ide loncat-loncat tak apalah, toh nanti juga
diberikan sentuhan akhir dengan dibaca lagi dan
diedit lagi sebelum dikirim ke redaksi.
Selanjutnya ragam bahasa seperti apa
modelnya, untuk contoh sederhananya seperti
tulisan yang Anda baca ini. Terkesan sepele
dan gampang memang, tetapi kenyataannya
merangkai kata menjadi kalimat yang bisa
dengan mudah dipahami oleh semua kalangan
memang tidak mudah, apalagi bagi penulis yang
sudah terbiasa bergelut dengan naskah artikel
pada jurnal.
Sedikit tentang Jurnal
Ragam bahasa jurnal jauh lebih ilmiah
dibanding dengan artikel populer. Pustakawan
yang biasa menulis karya popoler akan canggung
ketika membahasakan dalam artikel jurnal
ilmiah, begitu pula sebaliknya. Peluang dimuat
pada jurnal bakalan lebih sedikit daripada pada
majalah maupun surat kabar. Apalagi artikel
hasil penelitian pada jurnal ilmiah yang sudah
Ruang Publik 83
terakreditasi nasional dan terindeks SINTA,
yang dipastikan harus taat pada aturan template
pada masing-masing jurnal. Saya yakin, butuh
perenungan dan pemikiran yang ekstra lebih
sulit.
Selain itu, dari aspek isi naskah atau
substansinya sangat ketat sekali. Bisa jadi tulisan
kita mengalami berkali-kali revisi dari reviewer,
sebelum benar-benar diputuskan naskah bisa
diterima (accept submission). Kalau komentar dari
reviewer bahwa naskah perlu direvisi oleh penulis
dan dikembalikan lagi ke reviewer (revisions
required) atau naskah sebaiknya dikirim ulang
ke reviewer yang sama atau oleh reviewer lain
(resubmit for review) itu masih mending. Namun
demikian “sakitnya tuh di sini” jika naskah yang
dikirim ternyata ditolak (decline submission)
secara tegas atau secara halus atau bahkan malah
disarankan dikirim ke penerbit jurnal lainnya
(resubmit elsewhere). Biar tidak membahas ke
mana-mana, mari kembali ke fokus pembahasan
opini surat kabar.
Komunitas Ayo Menulis84
Gemas tetapi Rindu
Benarkah rasanya jadi gemas tapi rindu?
Betul, menulis itu seperti candu. Sekali diterima
redaksi dan berhasil dimuat maka ada hasrat
atau keinginan untuk mencobanya lagi. Apalagi
jika sudah lolos dimuat di surat kabar lokal, maka
next untuk mengukur kemampuan diri perlu
dicoba dengan dikirim ke surat kabar nasional.
Untuk ke surat kabar sekaliber The Jakarta Post,
tentu selain kepiawaian memahami karakteristik
naskahnya juga soft skill bahasa Inggris harus
dikuasai. Dalam rangka mengasah daya kritis
kita maka upayakan agar senantiasa membaca
untuk menambah pengayaan dan memperkaya
referensi dari berbagai perspektif atau sudut
pandang.
Nasihat bagi yang gagal karena belum
dimuat maka jadikan ibarat cambuk pelecut agar
terus mencoba dan termotivasi menulis lagi.
Namun ini bukan hanya slogan omong kosong
saja. Patah semangat merupakan hal biasa. Butuh
Ruang Publik 85
dukungan dari orang terdekat seperti keluarga
dan teman-teman yang dipercaya. Langkah
awal untuk menjaga kondisi dan mood penulis
adalah dengan berjejaring dan berkolaborasi
dengan komunitas sesama penulis. Hal ini
untuk menyeragamkan hobi, menjaga motivasi,
membangkitkan semangat, mencari inspirasi,
serta merasa senasib seperjuangan.
Pasti teman-teman mempunyai pengalaman
yang menyakitkan hati, mengecewakan,
menyedihkan, dan perasaan gundah gulana
ketika mengirim naskah namun setelah ditunggu-
tunggu sekian lama yang nongol terbit adalah
karya orang lain. Jangan loyo dan baper. Tidak
usah rendah diri dan merasa tidak mampu
menulis. Jika belum tembus surat kabar bukan
berarti kiamat. Jangan berkecil hati dan rendah
diri. Ingat bukan berarti kualitas tulisannya jelek
kemudian tidak dimuat. Bisa jadi karena masih
banyak typo dan kurang kontekstual atau karena
ideologinya berseberangan dengan surat kabar
yang dituju. Masih panjang dan seribu jalan agar
Komunitas Ayo Menulis86
naskah lolos diterima redaksi dan opini berhasil
terbit di surat kabar andalan Anda.
Banyak juga penulis kenamaan yang
opininya selalu ditolak redaktur surat kabar tetapi
justru produktif dengan karya tulis pada media
lainnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan tulisannya
yang banyak dimuat dalam jurnal ilmiah nasional,
memiliki karya buku, dan tulisannya banyak
disitasi penulis lain sehingga h-index yang
dimiliki tergolong tinggi. Jadi naskah tembus
di surat kabar bukan menjadi ukuran kalau
kualitas tulisan itu selalu bagus. Dalam konteks
ini membutuhkan refleksi pemikiran bahwa
semuanya tergantung pada talenta penulis dan
pilihan media publikasinya.
Redaktur Juga Manusia
Sekejam-kejamnya komentar redaktur, ingat
saja bahwa redaktur juga manusia, sehingga pasti
memiliki nilai kemanusiaan. Buanglah perasaan
dendam, geregetan, kapok, sakit hati, benci dan
yang lainnya kepada redaktur. Semua itu malah
Ruang Publik 87
merusak pikiran dan buang-buang energi saja.
Strategi kuncinya tidak lain adalah mencobanya
lagi. Sekali, dua kali, berpuluh kali beratus kali,
pasti lama-kelamaan redaksi akan luluh juga.
Jika mengambil data misalnya dari BPS,
APJII, UNDP, IPM, dan yang lainnya, maka gunakan
data terbaru atau minimal satu tahun terakhir. Jika
menulis artikelnya tahun 2020 maka lebih baik
menggunakan data tahun 2019, jangan tahun 2018
atau 2017 ke bawah. Suatu kejadian yang baru
dan sedang hits topiknya bisa diangkat sebagai
bahan menulis opini. Sekadar contoh mari
perhatikan bersama, ketika wacana pemulangan
WNI eks kombatan Islamic State (IS) menjadi
headline Suara Merdeka tanggal 10 Februari 2020.
Nah, jika dicermati bahwa pada halaman opini
ada naskah yang dimuat dengan judul “Perlukah
WNI Eks IS Dipulangkan?” sehingga klop sesuai
dengan trending topic.
Jadi dalam menulis opini harus cerdas
dalam membuat judul dan lead yang menarik.
Banyak momen tertentu seperti hari nasional,
Komunitas Ayo Menulis88
hari besar, hari terkait perpustakaan, maupun
hari internasional yang bisa diangkat menjadi
topik opini. Untuk contohnya seperti pada Tabel
berikut.
TANGGAL NAMA
12 NovemberGerakan NasionalMembaca
28 Oktober Forum Indonesia Membaca
26 OktoberGerakan Nasional Indonesia Membaca
25 OktoberGerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB)
20 OktoberHari Pendidikan Ilmu Perpustakaan Indonesia
14 SeptemberBulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan
8 September Hari Aksara Internasional
7 Juli Hari Pustakawan
Ruang Publik 89
TANGGAL NAMA
17 Mei
Hari Perpustakaan Nasional RI; Hari Buku Nasional; Hari Pemberdayaan Perpustakaan
28 April Hari Puisi Nasional
23 April Hari Buku Sedunia
2 April Hari Buku Anak Sedunia
30 Maret Hari Film Indonesia
21 Maret Hari Puisi Sedunia
20 Maret Hari Story Telling Dunia
9 Februari Hari Pers Nasional
1 FebruariHari Membaca Nyaring Sedunia
Komunitas Ayo Menulis90
Ada surat kabar tertentu yang memberi tahu
kontributor artikel opini jika tulisan tidak dimuat,
sebut saja misalnya Kompas. Namun ada juga
yang jika tidak layak muat tidak dikembalikan
naskahnya dan hilang begitu saja bak ditelan
bumi. Dalam sehari banyak sekali naskah yang
masuk ke redaksi surat kabar, bisa puluhan bahkan
ratusan. Padahal ada keterbatasan halaman opini
yang terbit setiap harinya, biasanya satu sampai
tiga naskah opini saja. Jadi jumlah kata yang
terlalu sedikit dan melebihi ketentuan menjadi
persoalan tersendiri bagi redaktur. Solusinya
naskah yang kita kirimkan harus sesuai ketentuan
yang dipersyaratkan.
Kita bisa sedikit lega karena dengan sering
mengirimkan naskah, paling tidak nama kita
sudah mulai dikenal redaktur. Namun jangan
lupa disertakan biodata penulis dalam mengirim
naskah dan diberikan pengantar terkait urgensi
atau pentingnya topik dari ide atau opini yang
ditulis. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan
keseriusan penulis. Dalam menulis opini agar
Ruang Publik 91
terkesan natural maka lebih baik menggunakan
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
keyakinan yang kita miliki.
Hingga kini masih sedikit pustakawan di
Indonesia yang opininya sering nampang di surat
kabar. Bukannya tidak ada kesempatan, tetapi
belum banyak yang mau mencobanya. Contoh
pustakawan yang produktif menulis di surat
kabar di berbagai momen dan peristiwa yang
baru tren adalah Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag., S.IPI.,
M.Pd.I. yang merupakan Pustakawan Ahli Madya
di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Antasari Banjarmasin.
Saya ingin berbagi pengalaman,
bahwa pernah ada surat kabar tertentu yang
mengembalikan naskah ke email saya dan
memberikan komentar pedas terhadap naskah
yang saya kirim. Berikut ringkasan isinya:
Komunitas Ayo Menulis92
Sdr….Disertai salam dan hormat,
Kami memberitahukan bahwa pada tanggal… Redaksi… telah menerima artikel Anda berjudul ".…". Terima kasih atas partisipasi dan kepercayaan yang Anda berikan kepada….
Setelah membaca dan mempelajari substansi yang diuraikan di dalamnya, akhirnya kami menilai artikel tersebut tidak dapat dimuat di harian…. Pertimbangan kami, gaya tulisan populernya kurang dan masih terasa gaya pidato/makalah/kuliah…. Uraiannya juga tidak mengarah ke pemaknaan masalah atau membuka pencerahan baru….
Harapan kami, Anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui…., dengan topik atau tema tulisan yang aktual dan relevan dengan persoalan dalam masyarakat, disajikan secara lebih menarik.
Hormat kami,Sekretariat Desk Opini
Ruang Publik 93
Memang apabila naskah tidak sesuai dengan
ketentuan yang dipersyaratkan, misalnya jumlah
kata yang kurang atau lebih, maka siap-siap saja
tidak dimuat. Redaktur tidak punya banyak waktu
lagi untuk mengedit, jadi biasanya langsung
disingkirkan dan bakalan masuk sampah.
Redaktur opini surat kabar jelas memiliki
keterbatasan waktu, belum lagi tuntutan kerja
yang sangat cepat sehingga tidak mungkin jika
harus membaca satu per satu naskah secara utuh
yang masuk ke meja redaksi.
Judul dan lead menjadi sasaran utama.
Tipsnya judul opini harus dibuat ringkas, padat,
dan menimbulkan rasa penasaran yang tinggi
bagi pembaca. Apalagi di awal kalimat pada
paragraf awal, ternyata sudah tidak menarik
maka biasanya redaktur malas membaca dan
pasti tidak akan dikategorikan nominasi naskah
yang layak muat. Waktu terbit surat kabar sangat
cepat, deadline waktu tidak bisa dinego, belum
lagi kejar target cetak dan distribusi.
Apa yang dimaksud lead? Lead merupakan
Komunitas Ayo Menulis94
bagian paragraf pembuka, ada di kalimat
pertama pada sebuah artikel. Jadi strategi
cerdasnya dibuat saja kalimat yang seprovokatif
dan seatraktif mungkin, yang sekiranya dapat
membuat pembaca penasaran dan menyimpan
banyak pertanyaan. Lead bisa ditulis dengan
berbagai cara, antara lain: dimulai dengan
kalimat tanya, bersifat mendobrak, dipaparkan
atau dideskripsikan secara detail, menampilkan
kutipan tertentu, mempertentangkan atau kontras,
berbentuk parodi, sindiran terhadap suatu hal,
maupun membenturkan pendapat dengan opini
orang lain.
Poin Penting Opini
Agar alur pikir terencana dan tertata dengan
baik maka membutuhkan kerangka pikir yang
biasanya dalam bentuk sket penulisan opini.
Peta pikiran (mind map) dibutuhkan agar outline
bahasan opini menjadi jelas cakupannya. Fungsi
kerangka dibuat di awal sebelum menulis opini
adalah sebagai koridor untuk menata pikiran kita
Ruang Publik 95
agar menjadi teratur, lebih terarah, sistematis,
serta pembahasan fokus pada pokok bahasan
yang diangkat. Menurut sebagian penulis pemula,
membuat opini itu sulit. Namun bagi penulis yang
karyanya sudah terbiasa menghiasi surat kabar
maka menurutnya membuat opini itu mudah. Jadi
kalau begitu mengapa harus takut membiasakan
menulis opini.
Opini yang ditulis oleh tim redaksi disebut
tajuk rencana atau editorial sedangkan yang
ditulis oleh ahlinya disebut sebagai opini editorial
(op-ed). Nah, opini yang ditulis oleh pembaca
surat kabar disebut dengan surat pembaca. Nama
surat kabar ada banyak sekali, misalnya: Kompas,
The Jakarta Post, Media Indonesia, Republika,
Jawa Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Tribun, Suara
Karya, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Pos
Kota, Warta Kota, dan sebagainya.
Dalam skala nasional, ada perbedaan
ketentuan jumlah oplah atau tiras terbesar dan
honor tulisan media surat kabar. Contoh mengenai
panjang artikel dan honor penulisan pada setiap
Komunitas Ayo Menulis96
surat kabar, sebagai berikut:
NAMA SURAT KABAR KETERANGAN
[email protected]@kompas.com [email protected]
Panjang artikel antara 800 s.d 1000 kata.Honor artikel sekitar Rp. 1.000.000,00
Jawa [email protected]
Panjang artikel 850 kata Honor artikel Rp. 750.000,00
The Jakarta [email protected]@[email protected]
Tidak lebih dari 1000 kata Honor artikel sekitar USD 100 atau Rp. 800.000,00
Koran [email protected]
Panjang artikel antara 800 s.d. 1000 kata Honor artikel Rp. 600.000,00
Ruang Publik 97
NAMA SURAT KABAR KETERANGAN
Suara [email protected]
Panjang maksimal 5000 karakter with spaceHonor artikel Rp. 350.000,00
Republika [email protected]
Panjang artikel antara 800 s.d. 1200 kata Honor artikel Rp. 400.000,00
Seputar Indonesia(Sindo)[email protected]
Panjang artikel antara 500 s.d. 1000 Honor artikel untuk opini dan kolom budaya Rp. 400.000,00 resensi buku Rp200.000,00 dan cerpen Rp. 400.000,00
Komunitas Ayo Menulis98
Cara pertama menggali ide untuk menulis
opini adalah ketika kita mengkritik sesuatu.
Bayangkan pada saat mengkritik itu biasanya kita
memberikan solusi yang seharusnya dilakukan,
bicara begini idealnya, harusnya begitu,
bagaimana, bisa begitu harusnya seperti ini, dan
seterusnya. Solusi yang kita tawarkan menjadi
argumen menarik untuk dibagikan kepada
sesama melalui opini tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam menembus
opini surat kabar itu pihak surat kabar tidak
hanya menuntut kekuatan argumen tetapi juga
keunikan bahasan yang disodorkan. Bermodal
dari keunikan dan logisnya bahasan kita akan
menggiring nalar redaktur sehingga opini
kemungkinan besar bisa dimuat. Agar kualitas
tulisan memenuhi standar, maka poin yang perlu
diperhatikan bagi penulis opini surat kabar
seperti berikut:
Ruang Publik 99
Pertama, sudut pandang dalam opini
mengupas tentang nilai-nilai yang dijadikan
pegangan untuk membahas suatu topik dan
menganalisis masalah. Ingat bahwa setiap
penulis memiliki perspektif yang tidak sama. Hal
ini dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan,
pengetahuan, maupun kepakaran penulis dari
bidang apa.
Kedua, ruang lingkup yang sempit artinya
opini dikemas dengan batasan tertentu, dengan
skup yang jelas, dan panjang tulisan siap saji
sesuai ketentuan pada setiap surat kabar. Hal ini
memungkinkan pembaca opini surat kabar bisa
membacanya dalam sekali duduk dan dengan
Komunitas Ayo Menulis100
mudah mengambil benang merahnya.
Ketiga, mengemukakan argumen yang
kokoh atau kuat dari pemikiran pribadi. Untuk
menegaskannya perlu didukung dengan data
maupun fenomena di lapangan serta teori yang
relevan sebagai pisau analisis. Sumber argumen
dalam konteks ini harus mengakar pada sumber
yang kuat, berdasarkan alasan logis, valid, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Struktur opini menonjolkan argumentasi dan
terdiri dari pembukaan, isi dan penutup. Perlu
diperhatikan agar alur berpikir logis sehingga
bermanfaat dalam memberikan nilai tambah dan
informasi positif kepada yang membaca. Oleh
karena surat kabar terbitnya harian sehingga
dalam mengirimkan naskah opini harus cepat.
Jangan sampai terlambat karena keburu tergerus
dengan topik baru lagi yang lebih current. Opini
harus membahas keadaan yang paling hangat
dan tren terbaru yang menjadi perbincangan
publik.
Ruang Publik 101
Ayo Dicoba
Antara surat kabar yang satu dengan
yang lain memiliki gaya selingkung dan
karakteristik yang berbeda-beda. Secara umum
biasanya artikel surat kabar harus ditulis secara
perorangan, dalam artian tidak boleh ditulis
berdua atau lebih. Selanjutnya aturan redaksional
dan ulasan isi naskah berbeda antara surat kabar
lokal dan nasional. Honor penulis pun berbeda
jika dimuat pada surat kabar yang berbeda.
Bagaimana agar naskah tidak mengendap
di meja redaksi namun bisa lolos dimuat dan
mengilhami pembaca? Dari pengamatan saya,
banyak tulisan yang memiliki ide atau gagasan
bagus, tetapi belum lolos dimuat gara-gara
mengabaikan hal-hal yang bersifat teknis. Jadi
menulis opini dan mengirim naskah opini tidak
boleh mengabaikan dua aspek mendasar, yaitu
aspek substantif (isi tulisan) dan aspek teknis
(cara atau format mengirim). Beberapa tips agar
naskah lolos dimuat di opini surat kabar, antara
lain sebagai berikut.
Komunitas Ayo Menulis102
1. Memahami sasaran tembak yaitu model
tulisan, gaya penulisan, maupun karakter
pada surat kabar yang akan dikirimi naskah.
Hal ini termasuk memahami aturan penyajian
yang dipersyaratkan pada masing-masing
surat kabar, misalnya: panjang tulisan, spasi,
jumlah kata, dan sebagainya.
2. Mengetahui etika penulisan artikel. Naskah
harus asli atau orisinal, bukan plagiasi atau
jiplakan, bukan saduran, bukan terjemahan,
bukan sekadar kompilasi, serta bukan
rangkuman pendapat orang lain. Selain tu,
naskah belum pernah dimuat di surat kabar
atau penerbitan lainnya, termasuk harus bisa
bersikap profesional dengan tidak mengirim
naskah bersamaan ke media lain.
3. Konsisten dan yakin dengan materi yang
ditulis, tidak usah gamang atau ragu,
pokoknya nekat saja, tidak usah memikirkan
nanti dimuat atau tidak. Karena kunci
keberhasilan adalah dengan terus mencoba.
Dimuat atau tidak adalah urusan belakang.
Ruang Publik 103
Tata bahasa tulisan harus memiliki standar
dasar sastrawi yang sesuai dengan panduan
bahasa Indonesia yang benar, apakah dari
sisi ejaan, tanda baca, pemakaian huruf besar
kecil, maupun dalam susunan kata.
4. Mengetik naskah dengan rapi untuk
menghindari kesalahan redaksional adanya
salah tulis, salah eja, tanda baca, huruf besar
atau kecil, ada subjudul apa tidak, maupun
harus menjorok atau tidak pada awal paragraf.
5. Menuliskan nama rubriknya,
misalnya: Kompas (opini), Koran
Tempo (pendapat), Suara Merdeka (wacana
nasional/lokal), Koran Jakarta (gagasan), dan
sebagainya.
6. Mengirim naskah melalui email surat kabar
yang ditentukan. Sebagai catatan bahwa
naskah jangan ditulis dalam badan email,
namun dikirim dalam bentuk lampiran
(attachment) dalam format Ms Word atau rtf.
dengan dilampiri scan foto diri dan kartu
identitas. Jangan lupa menuliskan subyek
Komunitas Ayo Menulis104
email dan identitas diri dengan jelas agar
redaktur mengetahui latar belakang penulis
naskah dan kiprah penulis dengan relevansi
judul yang diangkat.
7. Mengetahui target pasar atau segmen
pembacanya, sehingga tulisan diupayakan
yang membahas topik aktual. Hal ini
diperhatikan yang mengandung unsur:
kebaruan, keunikan, kekinian, informasi
dengan gagasan baru, unik, up to date,
serta dirasa sangat penting untuk diketahui
masyarakat. Penyajian ulasan tidak perlu
berkepanjangan, dan menggunakan bahasa
populer atau luwes yang mudah ditangkap
oleh pembaca yang awam sekalipun.
8. Isi pesan artikel mengandung hal baru yang
belum pernah dikemukakan penulis lain,
baik informasi, pandangan, pencerahan,
pendekatan, saran, maupun solusi
pemecahannya. Jadi topik yang diuraikan
adalah sesuatu yang relevan dan menjadi
persoalan dalam masyarakat. Aktual karena
Ruang Publik 105
sebagai respons dari peristiwa yang baru
saja terjadi dan menjadi bahasan di tajuk
rencana atau editorial surat kabar.
9. Uraian ide gagasan yang disampaikan
idealnya harus mampu membuka
pemahaman atau pemaknaan baru maupun
inspirasi atas suatu masalah atau fenomena
yang sedang terjadi. Dalam konteks ini
berarti substansi yang dibahas menyangkut
kepentingan umum, bukan kepentingan
komunitas tertentu. Hal ini karena surat kabar
adalah media umum dan bukan majalah
maupun jurnal dari disiplin ilmu tertentu.
Kita sering mendengar mitos “saya tidak
punya waktu untuk menulis” dan “saya tidak bisa
menulis”. Akankah kedua hal ini akan terus
menjadi cerita klasik? Saya yakin pasti tidak.
Menulis opini surat kabar itu membutuhkan
semangat dengan rajin berlatih agar menjadi
pribadi yang kritis. Gaya menulis bebas
(freewriting) yang dibarengi dengan keterampilan
akan memudahkan dalam mendedikasikan “me
Komunitas Ayo Menulis106
time” untuk memulai menulis.
Lama menunggu naskah yang sudah
dikirim ke redaksi surat kabar akan membuat
hati deg-degan dan pikiran tidak menentu. Untuk
memastikan apakah naskah yang dikirim dimuat
apa tidak biasanya sekitar seminggu. Motivasi
yang kuat dari dalam diri untuk terus mencoba,
tidak putus asa, tidak minder, serta dengan
modal nekat dan percaya diri, menjadi aspek
fundamental untuk menuju progres yang lebih
baik.
Yakin saja bahwa hasil tidak akan
mengkhianati usaha, jadi yakin saja suatu saat
pasti dimuat. Siapa tahu redaksi bermurah hati
dan meluangkan waktu dengan mengedit sedikit
isi maupun pada kalimat pembuka atau penutup
sehingga layak muat. Akhirnya siapa tahu bisa
dimuat. Perasaan lega dan kepuasan batin tentu
bersemi kembali jika akhirnya naskah opini
bisa dimuat di surat kabar. Bisa dibayangkan
opini kita bisa dibaca oleh ratusan atau bahkan
ribuan pembaca. Jadi asumsi saya adalah harus
Ruang Publik 107
dipahami di awal bahwa untuk menelurkan dan
memahatkan karya itu membutuhkan sebuah
proses yang belajarnya tanpa henti.
Berproses dalam belajar dan belajar dari
kesalahan akan memacu diri agar menjadi
penulis yang lebih baik. Entah kapan sekali
pun kita sudah tutup usia, yakinlah bahwa karya
tulis kita tetap akan abadi, menjadi tinggalan,
amal jariyah, serta inspirasi tersendiri yang
tidak lekang dimakan waktu. Lewat bacaan
akan memunculkan ide sehingga mengalirlah
bersama pikiranmu. Ketika ide muncul maka cara
terbaik agar pikiran bertumbuh adalah dengan
menuliskannya. Waktu yang paling ideal untuk
menulis opini adalah sangat bergantung pada
yang namanya suasana hati. Menulislah dengan
rileks dari apa yang Anda pikirkan dan bukan
dari yang orang lain sampaikan.
***