Download - Komang Eri Mahayasa 1413021015
-
Agama Hindu Arjuna Visada Yoga sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar
Ajaran Agama Hindu
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si.
Disusun Oleh:
Nama : Komang Eri Mahayasa
NIM :1413021015
Kelas : II.A
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015
-
ii
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat beliaulah makalah yang berjudul Arjuna Visada Yoga
sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar Ajaran Agama Hindu dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Kesempatan baik ini penulis gunakan untuk mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
1. Prof. Dr. I Wayan Satyasa, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Agama
Hindu, atas arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.
2. Mahasiswa Mahasiswi dan semua pihak terkait yang sudah berperan serta
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih perlu perbaikan. Oleh sebab itu, penulis senantiasa membuka diri dan sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, untuk penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, 5 Juni 2015
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DOA PEMBUKA ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masala............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga............................................... 4
2.2 Ajaran-ajaran Agama Hindu yang Berkaitan dengan Bhagawad Gita Bab I...... 8
2.2.1 Moha.......................................................................................................... 8
2.2.2 Ajaran Ahimsa.......................................................................................... 9
2.2.3 Maha Pataka............................................................................................. 10
2.2.4 Ajaran Vairagy......................................................................................... 11
2.3 Implementasi Ajaran-ajaran Agama Hindu....................................................... 12
2.3.1 Implementasi Ajaran Moha....................................................................... 12
2.3.2 Implementasi Ajaran Ahimsa.................................................................... 14
2.3.3 Implementasi Maha Pataka..................................................................... 16
2.3.4 Implementasi Ajaran Vairagy................................................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................................ 20
3.2 Saran...................................................................................................................... 20
DOA PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
-
iv
DOA PEMBUKA
OM SWASTYASTU
Indra kratum na bhara
pitputrebhyo yath Siks no asmin
puruhuta yamani jivajyotirasimahi.
Artinya:
Oh indra berilah kami kebijaksanaan,
sebagai lelurur kami yang memberikan kebijaksanaan kepada putra-putranya.
Bimbinglah kami, ya Tuhan!
Dalam jalan kami,
semoga kami masih bisa hidup dan dapat melihat cahaya itu.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bhagavad Gita adalah salah satu kitab suci agama Hindu yang merupakan
kitab suci Veda yang ke lima. Bhagavad Gita sering disebut sebagai nyanyian Tuhan.
Bhagawad Gita memuat percakapan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai
Sri Krishna dan Arjuna menjelang perang di medan Kuruksetra. Sri Krisnha
memberikan nasihat kepada Sang Arjuna sesaat sebelum perang antara keluarga
Pandawa dan keluarga Kurawa berlangsung di tengah medan perang. Kitab suci
Bagavad Gita mengandung ajaran moral tentang rahasia hidup yang dirangkai dengan
bahasa sastra yang sangat indah. Bhagavad Gita juga memuat tentang sari pati ajaran
Veda atau Sari pati ajaran agama Hindu yang isisnya sangat simpel dan di perlukan
oleh masyarakat luas.
Bagavad Gita sebagai kitab suci agama Hindu tentunya menjadi salah satu
pedoman hidup umat agama Hindu. Bhagavad Gita menjadi pedoman bagi umat hindu
dalam berpikir, berkata, dan juga berbuat. Bhagavad Gita mengandung ajaran-ajaran
kebenaran yang dapat dijadikan cerminan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
di masyarakat. Tujuan penting dari hidupnya manusia adalah untuk mencapai Moksa.
Upaya untuk mencapai moksa adalah satunya alah dengan mempelajari dan
menerapkan ajaran-ajaran kebenaran menurut kitab suci Bhagavad Gita. Ajaran-ajaran
kebenaran dalam Bhagavad Gita lebih terarah dan merupakan pengumpulan dan
pengembangan dari Veda-Veda sebelumnya.
Bhagavad Gita terbagi menjadi delapan belas Bab dan masing-masing Bab
terdiri dari slokanya masing-masing. Pada bab pertama dibahas tentang Arjuna Visada
Yoga atau ajaran keragu-raguan yang timbul dalam diri Arjuna. Keragu-raguan Arjuna
timbul setelah menyadari akibat dari peperangan adalah bertentangan dengan ajaran
agama. Peperangan tidak sesuai dengan ajaran agama dan bertentangan dengan dasar-
dasar nilai agama Hindu.
Keragu-raguan pada zaman modern ini sering dijumpai dalam kehidupan di
masyarakat. Keragu-raguan timbul karena ketidak mampuan orang dalam
memutuskan suatu hal. Orang-orang yang dihadapkan pada pilihan sulit sering
-
2
mengalami rasa ragu untuk menentukan pilihan. Keraguan yang ada dalam diri
seseorang jika tidak dapat dikendalikan cenderung akan membuat orang tersebut
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan dasar-dasar agama Hindu.
Mengendalikan keraguan sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang.
Pengendalian keragu-raguan dapat dilakukan dengan mempelajari ajaran-ajaran suci
agama Hindu. Salah satu ajaran suci yang merupakan ajaran kebenaran yang wajib
umat Hindu pelajari dan pahami adalah ajaran dalam kitab suci Bagavad Gita
khususnya Bhagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga. Mempelajari ajaran suci
dalam Bhagavad Gita khususnya Bab I juga bertujuan agar umat Hindu tidak
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dasar-dasar ajaran agama Hindu.
Berdasarkan pemaparan di atas maka disusunlah makalah berjudul Arjuna
Visada Yoga sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar Ajaran Agama Hindu
untuk membahas lebih lanjut Bhagavad Gita Bab I Sloka 1 sampai Slola 24.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa isi dari Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga?
1.2.2. Apa dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad Gita
Bab I tentang Arjuna Visad Yoga?
1.2.3. Bagaimana implementasi dasar-dasar ajaran agama Hindu tentang Arjuna
Visad Yoga dalam kehidupan sehari-hari?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan maslah di atas
adalah:
1.3.1. Menjelaskan isi Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga.
1.3.2. Menjelaskana dasar-dasar ajaran gama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad
Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga
1.3.3. Menjelaskan implementasi ajaran-ajaran agama tentang Arjuna Visad Yoga
-
3
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1. Bagi Penulis
Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang kitab suci Bhagavad Gita khususnya Bab I tentang Arjuna
Visad Yoga. Selanjutnya diharapkan dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu melalui penulisan makalah ini diharapkan
dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama Hindu.
1.4.2. Bagi Pembaca
Melalui makalah ini diharapkan para pembaca dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai Arjuna Visad Yoga dan dapat
mempelajari ajaran-ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Arjuna Visad
Yoga dan mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
-
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga
Bhagawad Gita Bab I dimulai melalui pandangan ajaran bersandar pada
dialektika teori konflik mengenai hakikat yang di alami oleh manusia. Arjuna Visada
Yoga atau ajaran keragu-raguan yang timbul pada diri Arjuna setelah menyadari akibat
peperangan yang dapat terjadi dinilai bertentangan dengan ajaran agama. Bab I adalah
gambaran situasi di padang Kuru, tempat terjadinya peperangan saudara. Masalah
yang dihadapi oleh Arjuna adalah pertentangan nilai religi dasar-dasar agama Hindu
(Pudja, 1999: xv)
Bagavad Gita Bab I menggambarkan suasana peperangan Baratayudha antara
Pandawa melawan Kurawa di medan perang Kuruksetra.
dhrtarstra uvca
dharma-ksetre kuru-ksetre
samavet yuyutsavah
mmakh pndav caiva
kim akurvata sajaya
(Bhagavad Gita I.1)
Artinya: Maharaja Dhrtarasta berkata: wahai Sanjaya, putra-putraku dan putra-putra
Pandu sedang berkumpul di medan suci Kuruksetra dengan tekad untuk
bertempur (ceritakanlah padaku) apa yang mereka (sedang) lakuka?
sajaya uvca
drstv tu pndavnkam
vydham duryodhanas tad
cryam upasagamya
rj vacanam abravt
(Bhagavad Gita I.2)
Artinya: Sanjaya berkata: Wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah melihat tentara
Pandava yang disusun rapi dalam barisan militer posisi Vajra-vyuha, Raja
Duryodahana mendekati Acarya Drona dan berkata sebagai berikut:
-
5
payaitm pndu-putrnm
crya mahatm camm
vydhm drupada-putrena
tava isyena dhmat
(Bhagavad Gita I.3)
Artinya: Wahai Guruku, lihatlah pasukan kuat putra-putra Pandu, ditata rapi oleh siswa oleh
siswa anda cerdas, putra Maharaja Drupada.
asmkam tu viist ye
tn nibodha dvijottama
nyak mama sainyasya
samjrtham tn bravmi te
(Bhagavad Gita I.7)
Artinya: Guruku Sang Dwija Utama, ketahuilah tokoh-tokoh hebat yang beda di pihak kita.
Sebagai informasi untuk anda, izinkanlah hamba menyampaikan keterangan
tentang komandan-komandan yang memimpin pasukan hamba.
bhavn bhsma ca karna ca
krpa ca samitim-jayah
avatthm vikarna ca
saumadattis tathaiva ca
(Bhagavad Gita I.8)
Artinya: tokoh-tokoh yang selalu menang dalam peperangan seperti Guru sendiri (Acarya
Drona), kakek Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama, Vikarna serta
Raja Bhurisrava, putra Somadatta.
drupado draupadey ca
sarvaah prthiv-pate
saubhadra ca mah-bhuh
akhn dadhmuh prthak prthak
(Bhagavad Gita I.18)
-
6
Artinya: Drupada, putra-putra Drupadi dan lain-lain, Wahai Tuanku Raja Penguasa
Bumi, juga putra-putra Subhadra yang sangat perkasa, mereka semua menu
Sangkhakala-nya masing-masing.
Sloka-sloka di atas menggambarkan kekuatan dari masing-masing pika yakni
keluarga Kurawa dan keluarga Pandawa. Sloka 18 menceritakan para Kesatria meniup
Sangkhakala masing-masing sebagi pertanda dimulainya perang. Sebelumnya bahwa
Panca Pandawa diasingkan ke hutan selama dua belas tahun. Tahun ke tiga belas
Pandawa menyamar bekerja kepada Raja Wirata. Setelah Pandawa kembali ke Astina
Pura, Pandawa bersiap untuk mengambil hak-haknya dari para Kurawa. Perebutan
kekuasaan antara dua belah pihak yang bersaudara itu akhirnya menyebabkan
meletusnya peperangan Baratayudha. Secara umum sloka-sloka awal pada Bhagavad
Gita Bab I menceritakan meletusnya peperangan antara Kurawa melawan Pandawa.
Bhagavad Gita Bab I juga menceritakan tentang konflik batin yang dialami
oleh Arjuna. Konflik batin yang dilamai Arjuna lebih dikenal dengan ajaran keragu-
raguan (Arjuna Visada Yoga). Arjuna menyadari bahwa akibat dari adanya peperangan
tidak sesuai dengan ajaran Agama.
atha vyavasthitn drstv
dhrtarstrn kapi-dhvajah
pravrtte astra-sampte
dhanur udyamya pndavah
(Bhagavad Gita I. 20)
hrskeam tad vkyam
idam ha mah-pate
(Bhagavad Gita I. 21)
Artinya: Wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah Arjuna yang berbendera kereta
bergambar Hanuman mengamati posisi para putra Dhrtarastra maka ia
mengangkat busur, siap untuk melepaskan anak panahnya dan berkata
sebagai berikut kepada Sri Krsna
-
7
yvad etn nirkse ham
yoddhu-kmn avasthitn
kair may saha yoddhavyam
asmin rana-samudyame
(Bhagavad Gita I. 22)
Artinya: Wahai Acyta, mohon menempatkan kereta hamba di tengah-tengah kedua
belah pasukan. Dengan demikian, hamba dapat melihat mereka semua, siapa
yang hadir ingin bertempur di sini dan dengan siapa hamba harus bertempur
dalam medan peperangan besar ini.
yotsyamnn avekse ham
ya ete tra samgath
dhrtarstrasya durbuddher
yuddhe priya-cikrsavah
(Bhagavad Gita I. 23)
Artinya: biarlah hamba melihat mereka yang berkumpul di medan peperangan ini
dengan tujuan bertempur karena ingin menyenangkan putra Dhrtarastra yang
berhati jahat.
sajaya uvca
evam ukto hrskeo
gudkeena bhrata
senayor ubhayor madhye
sthpayitv rathottamam
(Bhagavad Gita I. 24)
Artinya: Sanjaya berkata: wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah Arjuna berkata
demikian, Sri Krsna menempatkan kereta yang sangat gagah itu di tengah-
tengah antara kedua pasukan.
Bhagavad Gita Bab I Sloka 20 sampai Sloka 24 menceritakan Arjuna meminta
kepada Arcyuta agar menempatkan keretanya di tengah-tengah antara kedua pasukan.
Arjuna ini melihat siapa-siapa saja yang berada di pihak musuh (pihak Kurawa) dan
ingin mengetahui dengan siapa Arjuna akan bertempur. Bagavad Gita Sloka 6 sampai
-
8
Sloka 12 menceritakan orang-orang yang berada di pihak Kurawa. Acarya Drona,
Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama, Vikarna serta Raja Bhurisrava,
putra Somadatta berada di pihak Kurawa. Ketika kereta Arjuna telah berada di tengah-
tengah antara kedua pasukan maka dilihatlah Gurunya, kakek Bhisma, paman,
keluarga istri, saudara-saudara, kawan, mertua dan sanak saudara yang ia kasihi berada
di pihak musuh. Arjuna menjadi ragu-ragu dan terjadi konflik batin di dalam dirinya
untuk melakukan peperangan melawan Kurawa. Melihat sanak saudara adalah
lawannya dalam peperangan baratayuda membuat Arjuna menjadi bingung. Arjuna
merasa bahwa perang saudara yang akar terjadi bertentangan dengan ajaran agama
Hindu.
Secara umum isi dari Bagavad Gita Bab I Sloka 1 sampai Sloka 24 adalah
peperangan antara Kurawa melawan Pandawa dan ajaran keragu-raguan yang timbul
di dalam diri Arjuna (Arjuna Visada Yoga) saat peperangan Baratayuda terjadi.
2.5 Ajaran-ajaran Agama Hindu yang Berkaitan dengan Bhagawad Gita Bab I
Bhagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga (ajaran keragu-raguan) dan
diceritakan peperangan antara Pandawa dengan Kaurawa memiliki kaitan erat dengan
ajaran-ajaran agama Hindu. Konflik batin yang terjadi pada diri Arjuna menyebabkan
ia kebingungan. Bingung dalam ajaran agama Hindu disebut Moha, di mana Moha
adalah bagian dari Sad Ripu yang dimiliki oleh setiap manusia. Peperangan antara
Kurawa dengan Pandawan kaitannya dengan dasar-dasar ajaran agama Hindu, di
antaranya adalah Ajaran Ahimsa, Maha Pataka, dan Ajaran Vairagya.
2.2.1 Moha
Moha adalah salah satu bagian dari Sad Ripu. Sad Ripu adalah enam
musuh yang ada di dalam diri manusia. Moha memiliki arti bingung atau
kebingungan. Kebingungan ini terjadi pada diri Arjuna saat perang Baratayuda
terjadi. Kebingungan atau keragu-raguan Arjuna buntu ikut serta dalam perang
kabar tersebut karena ia melihat bahwa lawan perangnya adalah sanak
saudaranya sendiri.
Moha sebagai bagian dari Sad Ripu akan selalu menyertai setiap
manusia. Moha tidak dapat dihilangkan begitu saja dari diri manusia, namun
moha dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Moha atau kebingungan dan
sifat keragu-raguan biasanya muncul ketika orang dihadapkan pada situasi sulit.
-
9
Ketika seorang dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit, sering kali orang
tersebut akan bingung untuk menentukan pilihannya. Ketika orang kebingungan
dan ragu-ragu untuk menentukan pilihan dan takut pilihannya adalah salah
kadang kala orang mengambil jalan pintas untuk menghadapi masalahnya.
Zaman kaliyuga di mana perbuatan buruk lebih dominan dari pada perbuatan
baik, orang-orang cenderung memilih jalan yang tidak baik atau jalan yang
bertentangan dengan Dharma.
Moha sangat berbahaya jika menguasai diri seseorang. Bingung
membuat manusia tidak dapat berpikir dengan baik hingga pada akhirnya akan
membuat ia berbuat yang tidak baik pula. Berdasarkan hal ini kebingungan atau
keragu-raguan yang ada di dalam diri harus dapat untuk dikendalikan. Memiliki
keyakinan akan keputusan yang diambil dalam menghadapi malah. Keputusan
yang di ambil tentunya berlandaskan ajaran-ajaran agama Hindu. Keyakinan
akan kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu melindungi umatnya
yang berbuat sesuai dengan ajaran-Nya dan sesuai dengan ajaran kebenaran.
Layaknya Arjuna yang mengharapkan bimbingan dari Sri Khrisna untuk keluar
dari kebingungannya.
2.2.2 Ajaran Ahimsa
Ahimsa adalah suatu kebajikan yang sangat tinggi dalam ajaran agama
Hindu. Ahimsa memiliki arti tidak melakukan kekerasan, tidak melukai atau
tidak membunuh. Ahimsa mengajarkan bahwa semua seorang harus
menganggap semua makhluk hidup adalah perlambangan dari Tuhan dan
sehingga seseorang itu tidak boleh melukai pikiran, dengan kata-kata, atau
perbuatan makhluk lainnya. Bhagavad Gita X.5, XII.8, XVI.2, dan XVII.14
mengartikan ahimsa sebagai tidak melakukan kekerasan. Memang benar
bahwasanya membunuh adalah salah satu bentuk dari tindakan kekerasan.
Kitab suci Bagavad Gita Bab I menceritakan peperangan bratayudha di
medan perang Kuruksetra. Peperangan sudah pasti akan terjadi saling menyakiti,
melakukan kekerasan, dan membunuh. Dapat diartikan bahwa perang tidak
sesuai dengan ajaran Ahimsa. Dasar ajaran Ahimsa membuat Arjuna ragu-ragu
untuk ikut dalam peperangan. Arjuna menghadapi masalah bahwa peperangan
tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu.
-
10
2.2.3 Maha Pataka
Maha Ptaka artinya dosa besar. Perilaku yang termasuk dosa besar
adalah membunuh Brhman, meminum minuman keras, mencuri emas dan
lain-lain (Duwijo dan Susila, Komang. 2014).
bhavn bhsma ca karna ca
krpa ca samitim-jayah
avatthm vikarna ca
saumadattis tathaiva ca
(Bhagavad Gita I.8)
Artinya: tokoh-tokoh yang selalu menang dalam peperangan seperti Guru sendiri
(Acarya Drona), kakek Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama,
Vikarna serta Raja Bhurisrava, putra Somadatta.
Anye ca bahavah sura
Mac-arthe tyakta-jivitah
Ana-sastra-praharanah
Sarve Yudha-visaradah
(Bhagavad Gita I.9)
Artinya: dan juga banyak ksatria lainnya yang bersedia mengorbankan nyawanya demi
dentingan hamba. Mereka mahir menggunakan berbagai jenis senjata serta
semua sangat hebat di dalam peperangan.
Bagavad Gita Bab I Sloka 8 dan Sloka 9 menjelaskan siapa saja yang ada
di pihak Kurawa. Sloka 8 meberikan informasi bahwa Acarya Drona dan kakak
Bhisma berada di pihak Kurawa. Arjuna dengan gurunya Acarya Drona dan
kakeknya Bhisma berada pada pihak yang berlawanan. Hal ini pula yang
menyebabkan Arjuna ragu-ragu. Jika terjadi perang maka Arjuna bisa saja
membunuh gurunya, kakeknya, atau orang suci lainnya. Jika sampai membunuh
di antaranya maka Arjuna melakukan Maha Pataka. Berdasarkan pada ajaran ini
Arjuna menjadi tidak ingin berperang.
Kehidupan di masyarakat saat ini sangat banyak terjadi maha pataka.
Sangat banyak umat Hindu yang berada pada kondisi ini, contohnya mabuk-
-
11
mabukan, membunuh karena merampok, memerkosa, dan lain sebagainya.
Perkembangan zaman dan tuntutan hidup membuat orang menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan duniawi. Perbuatan yang tidak dibenarkan oleh
ajaran agama Hindu khususnya ajaran Maha Pataka haruslah dihindari.
Pengendalian diri adalah salah satu cara untuk menghindari perilaku
menyimpang. Pengendalian diri bisa dilakukan dengan mempelajari dan
mengamalkan ajaran-ajaran suci Hindu, misalnya dengan mempelajari kitab suci
Bagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga.
2.2.4 Ajaran Vairagya
Ajaran Vairagya adalah ajaran bagai sistem pencapaian tujuan moksa.
Moksa adalah keterlepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga
dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan. Kitab suci Bagavad Gita
membahas Moksa pada Bab akhir yakni Bab XVII tentang Moksa Samnyasa
Yoga.
Sesungguhnya tujuan manusia dilahirkan adalah untuk mencapai moksa
sehingga terlepas dari kehidupan berulang (punarbawa). Bagavad Gita Bab I
tentang Arjuna Visada Yoga, di mana pada terjadinya peperangan antara kurawa
dan pandawa Arjuna mengalami keragu-raguan. Keragu-raguan Arjuna salah
satunya disebabkan oleh adanya ajaran Vairagya. Berdasarkan apa yang sudah
dibahas pada ajaran Ahimsa dan Maha Pataka bahwa peperangan tidak sesuai
dengan ajaran agama. Peperangan pasti ada pembunuhan yang bertentangan
dengan ajaran Ahimsa dan membunuh orang suci tidak sesuai dengan ajaran
Maha Pataka. Karena peperangan bertentangan dengan ajaran agama maka itu
akan dapat menghalangi seorang mencapai moksa. Arjuna menjadi ragu-ragu
karena khawatir tidak dapat mencapai moksa jika ikut berperang pada perang.
Sebab pada peperangan cenderung terjadi perbuatan yang bertentangan dengan
ajaran agama. Peperangan mengarah untuk membunuh lawan untuk dapat
memenangkan perang. Membunuh merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan
oleh ajaran agama Hindu.
-
12
2.6 Implementasi Ajaran-ajaran Agama Hindu
Mempelajari agama tidak hanya berupa konsep dan pemahaman saja, namun
belajar agama sangat penting diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
implementasi ajaran-ajaran agama Hindu yang terkandung dalam Bhagavad Gita Bab
I adalah bagai berikut.
2.3.1 Implementasi Ajaran Moha
Implementasi moha dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya adalah
mengendalikan moha itu sendiri. Agar terhindar dari sifat moha berikut adalah
implementasinya.
1) Bersikap Welas Asih dan Kebaikan
Moha atau kebingungan pada dasarnya disebabkan oleh ketiak berdayaan
seorang dalam menghadapi masalah dan karena mementingkan diri sendiri.
Bersikap welas asih dapat menghilangkan atau meredam Moha yang ada di
dalam diri manusia. Sikap welas asih berupa kebaikan tanpa syarat contohnya
adalah mengasihi sesama manusia, memliki kepedulian terhadap orang lain
maupun lingkungan, menolong sesama dengan ikhlas, dan lain-lain. Sakap
welas asih membuat batin seseorang menjadi tenang dan terhudar dari
kebingungan.
2) Melaksanakan Swadharma
Kerja adalah salah satu sarana yang baik untuk memahami sang diri dan
kehidupan. Melarikan diri dari masalah, penolakan akan tugas-tugas
kehidupan saat ini akan menjauhkan bathin dari kebahagiaan dan kedamaian.
Hanya melaksanakan kerjalah yang bisa membebaskan kita, bukan menolak
untuk bekerja dan tenggelam dalam rasa frustrasi dan menjadi bingung.
Sesuatu yang harus dilakukan adalah melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik dan bersungguh-sungguh. Seorang guru sekolah dengan
sungguh-sungguh menjalani profesinya dan tidak menghindari tugasnya
membuat ia merasa damai di hati. Hal ini membuat ia terhindar dari
kebingungan atau keragu-raguan dalam menjalankan hidupnya. Seorang yang
tidak sungguh-sungguh menjalankan tugas-tugasnya akan sering dihadapkan
pada masalah-masalah yang tidak dapat ia pecahkan. Ketika orang itu sudah
-
13
mendapatkan masalah itu ia merasa bingung. Untuk itu yang harus dilakukan
adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan swadarma.
3) Berpikir Positif
Pengendalian moha dalam diri dapat pula dilakukan dengan selalu
berpikir positif. Berpikir positif dalam hal ini adalah memiliki kepercayaan
diri dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Berpikir positif selalu
percaya bahwa perbuatan Dharma yang dilakukan akan menghasilkan susu
kebaikan pula. Contohnya seorang anak yang akan masuk perguruan tinggi
setelah lulus SMA. Melalui berpikir positif dan tanpa keraguan ia memilih
perguruan tinggi yang akan dia cari. Ketika anak itu ragu-ragu dan tidak mau
berpikir positif tentang tujuannya di perguruan tinggi maka ia akan bingung
dalam memilih perguruan tinggi mana yang ia akan cari, layaknya Arjuna
yang bingung akan ikut berperang atau tidak. Untuk itu dalam menghindari
moha atau kebingungan, maka harus selalu berpikir positif dan menjalankan
kehidupan berdasarkan Dharma.
4) Bermeditasi atau Sembahyang
Aktifitas dharma seperti meditasi, sembahyang dan melukat, adalah
sebuah kekuatan penyembuhan bathin. Ini bisa menjadi aktivitas pendukung
yang efektif bagi manusia guna melenyapkan moha. Contoh implementasinya
adalah dengan melakukan meditasi secara rutin, rajin sembahyang ke tempat-
tempat suci pada hari raya keagamaan atau pada hari-hari tertentu, dan
melakukan pebersihan pada diri secara skala maupun niskala pada waktu-
waktu tertentu.
5) Meyakini Kebesaran Tuhan
Keyakinan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dalam hal ini Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari akan
menghindarkan manusia dari Moha. Contohnya ketika kita dihadapkan pada
masalah yang sangat rumit dan sulit dicari jalan keluarnya yakinlah pada
Tuhan bahwa keputusan yang kita ambil adalah baik. Setiap situasi yang sulit
mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita dapat berpikir dengan jernih dan
tidak mengalami keragu-raguan atau bingung. Melalui cara ini akan dapat
dicari jalan keluar yang terbaik yang berlandaskan Dharma.
-
14
2.3.2 Implementasi Ajaran Ahimsa
Ahimsa artinya tidak menyakiti dan tidak melukai atau membunuh sangat
banyak implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa
implementasi ajaran Ahimsa adalah sebagi berikut.
1) Tidak Melakukan Kekerasan
Kekerasan pada akhir-akhir ini sangat sering terjadi. Contohnya yang
sering kita jumpai di masyarakat adalah kekerasan di ramah tangga yang
dilakukan oleh sesama anggota keluarga. Misalnya seorang yang memukul
istrinya karena bertengkar maslah uang. Kekerasan di rumah tangga
belakangan ini terjadi tidak hanya di sebabkan oleh faktor asosial dan faktor
ekonomi. Kekerasan di ramah tangga juga disebabkan oleh kurangnya
pemahaman dan penerapan dasar-dasar ajaran agama Hindu di keluarga.
Sebagai implementasi jarang ahimsa di keluarga, sesama anggota keluarga
hendaknya saling menjaga dan saling mengasihi. Orang tua di dalam keluarga
menyayangi dan merawat anaknya dan si anak berbakti kepada orang tuanya.
Begitu pula dengan hubungan mantra suami dan istri hendaknya saling
mengasihi. Menerapkan ajaran Ahimsa sepatutnya tidak ada kekerasan dan
saling menyakiti antar sesama anggota keluarga. Cara yang sederhana adalah
dengan saling memberikan pengertian, saling memberi perhatian, serta saling
mengasihi. Ketika ada suatu masalah di keluarga sebaiknya dibicarakan
dengan cara baik-baik bukan dengan cara peperangan. Tidak seperti apa yang
di ceritakan dalam Bhagavad Gita Bab I antara keluarga Kurawa dan
Pandawa berperang karena tahta kerajaan, hingga pada akhirnya terjadi
penyimpangan terhadap ajaran Ahimsa dalam peperangan tersebut.
2) Menjalin Hubungan Baik Antar Sesama
Hubungan baik dengan sesama sangat perlu dijaga dalam upaya
menjalankan ajaran Ahimsa dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan baik di
masyarakat contoh sederhananya adalah saling menyapa saat bertemu, saling
menolong ketika ada kesudahan, dan sebagainya. Sebaliknya ketika terjadi
permusuhan atau perselisihan antara sesama di masyarakat akan
menyebabkan saling menyakiti antar sesama dan ini tidak sesuai dengan
ajaran Ahimsa. Kisah Mahabarata seperti yang tersirat dalam kitab suci
-
15
Bhagavad Gita menunjukkan hubungan yang kurang harmonis antara
Pandawa dengan Kurawa. Ketika hubungan kedua pihak tidak baik terjadilah
penyimpangan Ahimsa, mereka saling menyakiti dan akhirnya sampai
berperang walaupun sebenarnya mereka adalah bersaudara. Becermin dari
konflik Pandawa dengan Kurawa sangat penting untuk menjaga hubungan
yang baik di masyarakat, keluarga, dan tempat lainnya.
Hubungan antara sesama pada zaman modern ini justru semakin
renggang. Banyak masyarakat berkonflik karena permasalahan tertentu,
misalnya karena masalah batas desa. Konflik-konflik di masyarakat yang
sifatnya Adharma sudah sangat mengkhawatirkan. Konflik seperti ini bisa
sampai terjadi pembunuhan dan jelas hal ini bertentangan dengan ajaran
Ahimsa sebagai salah set dasar ajaran agama Hindu. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari permasalahan semacam ini dan utamanya
menegakan ajaran Ahimsa adalah dengan meningkatkan sikap toleransi antar
sesama.
3) Tidak Melakukan Pembunuhan
Membunuh adalah perbuatan yang sangat kecik dan tidak dibenarkan
dalam ajaran agama Hindu. Bagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga
adalah konflik Arjuna karena harus berperang dengan para sanak saudaranya
bahkan dengan gurunya Droana dan sang kakek Bhisma yang ada di pihak
musuh. Kebingungan Arjuna menunjukkan bahwa membunuh tidaklah
dibenarkan dalam ajaran agama Hindu. Pembunuhan pada akhir-akhir ini
sangat sering terjadi, contohnya adalah kasus Begal motor. Pembegal motor
tidak ragu untuk membunuh korbannya saat melakukan kejahatan. begal.
Menjaga sesama saling mengasihi dan saling pengertian adalah salah
satu cara menghindari terjadinya pembunuhan. Selanjutnya yakni dengan
saling memberi dengan sesama, misalnya saat sedang panen buah kita berbagi
dengan sesama. Selain itu juga sangat penting untuk saling menjaga perasaan
orang lain agar tidak ada rasa tersinggung atau tersakiti yang berpeluang
menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap ajaran Ahimsa.
-
16
2.3.3 Implementasi Ajaran Maha Pataka
Maha Pataka pada zaman sekarang semakin sering bahkan setiap saat
terjadi. Implementasi dari ajaran Maha Pataka adalah sebagi berikut.
1) Menjalankan Ajaran Dharma
Melaksanakan ajaran Dharma adalah salah satu cara untuk terhindar dari
Maha Pataka. Ajaran kebenaran dan kebaikan melalui pelaksanaan Dharma.
Setiap bertindak selalu diawali dengan kebenaran Dharma maka perbuatan
yang kita lakukan niscaya akan ada dalam kehendak yang maha kausa.
Dharma akan membuat orang terhindar dari hal-hal yang buruk, terhindar dari
bencana, dan terhindar mara bahaya. Maha Pataka yang merupakan perbuatan
yang berdosa sangat besar, misalnya membunuh orang suci, mencuri, mabuk-
mabukan, dan lain-lain. Dahulu Maha Pataka cenderung jarang terjadi, namun
pada zaman sekarang dosa yang tergolong Maha Pataka sangat sering terjadi.
Misalnya pencurian, korupsi, membunuh, memerkosa, dan sebaginya.
Implementasi untuk menghindari Maha Pataka bisa dilakukan dengan
mempelajari dan menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari melalui
pengetahuan kebenaran agama Hindu. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari kitab suci agama Hindu, salah satunya adalah Bhagavad Gita.
Perbuatan Dharma juga dapat dilakukan melalui tapa samadhi agar
memperoleh ketenangan lahir dan batin. Melaksanakan Dharma juga dapat
dilakukan dengan memberikan kepedulian kepada sesama yang sedang
membutuhkan bantuan, misalnya memberikan bantuan material maupun
rohani.
Pelaksanaan Dharma sebagai upaya implementasi menghindari Maha
Pataka bertujuan agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik
yang tergolong ke dalam dosa besar Maha Pataka. Seperti dalam Bhagawad
Gita Bab I ketika Arjuna bingung karena lawannya di peperangan adalah
sanak saudara dan juga gurunya, di mana dalam agama hindu membunuh guru
adalah dosa besar. Arjuna pun meminta nasihat kepada Sri Khrisna yang
merupakan penjelmaan Tuhan. Kehidupan sehari sebagi maha siswa dalam
implementasi agar terhindar tar Maha Pataka bisa dilakuakn dengan berbakti
kepada guru dalam hal ini adalah Dosen.
-
17
2) Mengendalikan Diri dari Sifat Keduniawian
Sifat-sifat keduniawian sangat membutakan manusia. Hanya karena
harta manusia bisa membunuh manusia lainnya. Karena ingin mendapat
kekayaan secara instan para pejabat berlomba mencuri uang negara, dan
masih banyak lagi perbuatan yang tergolong keadaan doa besar Maha Pataka.
Kisah Mahabarata yang menceritakan peperangan antara Pandawa melawan
Kurawa, hanya karena tahta kerajaan bereka berperang.
Untuk menghindari terjerumus ke dalam perbuatan yang berdoa apalagi
yang berdosa besar maka sangat perlu dilakukan pengendalian diri terhadap
sifat-sifat keduniawian. Pengendalian diri bisa dilakukan dengan
melaksanakan puasa atau bratha, mempelajari kitab suci Veda, serta menahan
diri dari godaan-godaan keduniawian.
3) Membekali Diri dengan Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama sangat penting untuk dimiliki agar terhindar dari
dosa besar. Orang yang tidak memiliki pengetahuan agama tidak akan tahu
ke mana tujuan hidupnya. Orang-orang yang tidak tahu tujuan hidup akan
selalu berbuat yang meyimpang dari aram agama Hindu. Membekali diri
dengan pengetahuan agama dapat dilakukan dengan mempelajari kitab suci
Agama Hindu yakni Panca Veda. Selanjutnya bisa dilakukan melalui belajar
dengan orang suci atau tokoh spiritual keagamaan.
Pengetahuan agama dalam implementasinya menjadi tuntunan manusia
dalam berpikir, berkata, dan juga berbuat. Pengetahuan suci yang dimiliki
manusia akan menuntunnya berbuat ke arah yang baik. Pengetahuan Agama
tidak hanya berguna bagi diri sendiri namun juga bergua bagi orang lain dan
bagi lingkungannya. Membekali diri dengan pengetahuan suci agama maka
dapat menghindarkan manusia dari perbuatan yang tidak baik. Pengetahuan
yang telah dimiliki menjadi pedoman orang sebelum bertindak. Seperti
halnya Arjuna dalam Bhagavad Gita belajar pengetahuan agama dari Sri
Khrisna. Sebagai maha siswa belajar pengetahuan agama sebagi belah untuk
membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang berdosa dilakukan dengan
belajar ibu agama dari orang tua, orang suci, kitab suci Veda , serta Dosen.
-
18
2.3.4 Implementasi Ajaran Vairagya
Ajaran Vairagaya atau pencapaian tujuan moksa, dapat diimplementasikan
usaha mencapainya sebagai berikut.
1) Melaksanakan Catur Marga Yoga
Catur Marga Yoga adalah empat jalan mencapai moksa dalam agama Hindu.
Bhakti Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan
Bhakti kita (berbakti, cinta pada Tuhan dan sesama). Implementasinya
dengan melaksanakan sembah bakti, di antaranya Melaksanakan
Sembahyang pada Tuhan, menyanyikan nama nama Ketuhanan,
melaksanakan Japa, menyayangi semua makhluk ciptaan Tuhan
Karma Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara bekerja atau
melakukan pelayanan tanpa pamrih. Contoh implementasinya adalah
memberikan seorang pengemis makanan dan tidak mengacapkan
imbalan apapun. Menolong orang yang gedang kesudahan dengan rasa
tulus kilas dan tidak pernah mengharapkan akan diberi oleh orang lain.
Jnana Marga adalah cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab
Suci Veda. Jalan ini cukup sulit untuk dilakukan oleh orang biasa, karena
tidak semua orang mampu untuk memahami secara benar maksud yang
terkandung dalam Veda. Selain menjadi penyebar ajaran Veda Jnana
Marga juga dapat dilakukan oleh guru sebagi pendidik dalam
menyebarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya.
Raja Yoga adalah cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan
Tuhan, Pengendalian (Tapa). Raja Yoga cukup sulit dilakukan oleh orang
yang tidak terlatih. Orang yang melaksanakan Raja Yoga pada awalnya
akan dibimbing oleh guru spritualnya. Contoh implementasinya adalah
melaksanakan tapa di tempat-tempat tertentu misalnya pada tempat
pertapaan di gunung Himalaya.
Catur Marga Yoga adalah cara yang paling disarankan dalam usaha
mencapai moksa. Moksa tercapai ketika jiwatman manusia telah mencapai
kelepasan dan tidak Ati teriak Oen sifat-sifat keduniawian yang melekat pada
diri manusia.
-
19
2) Mendekatkan diri dengan Tuhan
Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagi salah mencapai moksa
adalah dengan mendekatkan diri dengan Tuhan. Implementasi untuk
mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa ada beberapa cara
yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana
(memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan
latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari
kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila
sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan
Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan
kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3) Tri Sadhana
Ajaran Tri Karana (Tri sadhana) ada dalam Kitab Wrhaspati Tattwa yang
termasuk Tri Karana/Tri Sadhana itu adalah:
a) Jnana Bhyudreksa yang berarti memahami semua tattwa.
b) Indria Yoga Marga artinya tidak terikat pada kenikmatan.
c) Tresna Doksa Ksaya artinya dapat menghilangkan ikatan dengan
phala baik dan
4) Melaksanakan Dharma
Jalan selanjutnya untuk mencapai moksa adalah dengan melaksanakan
Dharma. Implementasinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
seperti membantu orang, mempelajari kitab suci Veda, menegakkan
kebenaran, dan sebaginya.
Kitab suci Bagawad Gita di dalamnya disebutkan bahwa Dharma dan
Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada
Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan
Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada
kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma
maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.
-
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
3.1.1 Bhagavad Gita Bab I berisikan dialektika teori konflik yang di alami oleh
Arjuna sebagi sifat keragu-raguan yang timbul pada diri Arjuna setelah
menyadari akibat peperangan yang dapat terjadi dinilai bertentangan dengan
ajaran agama.
3.1.2 Dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad Gita Bab I
adalah Moha yakni kebingungan dalam diri manusia, ajaran Ahimsa yakni
tidak melakukan kekerasan, melukai, dan membunuh, ajaran Maha Pataka
yakni dosa yang sangat besar dalam hal ini adalah larangan membunuh guru,
dan Ajaran Vairagya yakni ajaran pencapaian moksa.
3.1.3 Implementasi dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Arjuna
Visada Yoga adalah Ajaran Moha dilakukan dengan bersikap welas asih dan
kebaikan, melaksanakan swadharma, berpikir positif, bermeditasi atau
sembahyang, dan meyakini kebesaran tuhan. Ajaran Ahimsa dilakukan dengan
tidak melakukan kekerasan, menjalin hubungan baik antar sesama, dan tidak
melakukan pembunuhan. Ajaran Maha Pataka dilaksanakan dengan
menjalankan ajaran Dharma, mengendalikan diri dari sifat keduniawian, dan
membekali diri dengan pengetahuan agama. Dan ajaran Vairagya dilaksanakan
dengan melaksanakan catur marga yoga, mendekatkan diri dengan Tuhan, Tri
Sadhana, dan melaksanakan Dharma
3.2 Saran
Adapun saran aynag dapat penulis sampaikan kepada umat Hindu sedharma
adalah agar selalu membekali diri dengan pengetahuan agama yang bersumber dari
kitab suci Veda khususnya Bhagavad Gita. Selanjutnya diharapkan untuk apak
melaksanakan dasar-dasar ajaran agama Hindi di dalam kehidupan bermasyarakat.
-
DOA PENUTUP
Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wiswatah
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha,
Sarwa Karya Prasidhantam
Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah
Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang Maha Gaib dan Maha Karya,
hanya atas anugrah-Mu lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
-
DAFTAR PUSTAKA
Darmayasa. 2014. Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma
Sthapanam.
Duwijo dan Susila, Komang. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pudja. 1999. Bhagavad Gita (Pancamo Veda). Surabaya: Paramita.