Transcript

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yangtelah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya.Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kuliah keamanan dan khasiat obat bahan alam dan juga untuk menambah wawasan kita mengenai keamanan dan khasiat bahan alam salah satunya adalah temulawak

.Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh darisempurna. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan saran dankeritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yangakan datang. Penyusun juga menyadari bahwa dalam menyusunlaporan ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dariberbagai pihak, baik bantuan berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuapihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dari AllahSWT. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaatbagi penulis khususnya dan bagi yang berkepentingan padaumumnya.Jakarta , 28 November 2013PenyusunBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari empat puluh ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, tiga puluh ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar dihutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur, 2001). Banyak sekali tumbuhan berkhasiat obat di sekitar masyarakat. Ada yang berupa bumbu dapur, tanaman hias, tanaman sayuran dan tanaman buah. Selain itu ada pula yang berupa tanaman liar tumbuh di sembarang tempat tanpa ada yang memperhatikan (Muhlisah, 2003).

Nenek moyang terdahulu sudah memanfaatkan tanaman untuk mengobati berbagai penyakit. Namun ketika obat kimia ditemukan, bahan obat alami tersebut mulai tersisih. Padahal bahan alami mengandung berbagai kelebihan : mudah diperoleh, harga murah karena bisa ditanam sendiri dan relatif tanpa efek samping. Hal ini disebabkan efek dari obat bersifat alamiah, tidak sekeras dari obat-obatan kimia. Selain itu tubuh manusia relatif lebih mudah menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan dibanding dengan obat-obatan kimia (Muhlisah, 2003).

Tanaman obat merupakan segala jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai khasiat atau kegunaan sebagai obat. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai manfaat dan khasiat temulawak sebagai tanaman obat.B. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu Temulawak.

2. Untuk mengetahui kandungan obat dalam temulawak.

3. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat temulawak.

C. ManfaatMengetahui fungsi temulawak yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, dan temulawak juga dapat mengobati berbagai macam penyakit dan aman dikonsumsi (tidak ada efek sampingnya karena temulawak jenis obat tradisional.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi TanamanTemulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) adalah tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, merupakan metamorfosis dari daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap.

Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral,. tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit.

B. Bagian Tanaman yang BerkhasiatDi Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak,dibuat untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba. Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat,dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol,dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsumakan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah.Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan.

Disisi lain temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung glinelool , geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.Kandungan Kimia

Temulawak telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkumin dan turunannya. Kurkuminoid yang memberi warna kuning pada rimpang bersifat antibakteria, anti-kangker, anti-tumor dan anti-radang, mengandungi anti-oksidan dan hypokolesteromik. Sedangkan minyak atsiri berbau dan berasa yang khas. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak 3-12% Sedangkan untuk kurkuminoid, dalam temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase ini dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55o C , supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari kurkuminoid. Kajian dan penyelidikan atas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) membuktikan bahawa rimpangnya mengandungi banyak zat kimiawi yang memberikan kesan positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu, hati dan pankreas. Pengaruhnya keatas empedu ialah dapat mencegah pembentukan batu dan kolesistisis. Dalam hati, zat temulawak merangsang sel hati membuat empedu, mencegah hepatatis dan penyakit hati, membantu menurunkan kadar SGOT dan SGPT dan sebagai anti-hepatotoksik. Selain itu, ia dapat merangsang fungsi pankreas, menambah selera makan, berkemampuan merangsang perjalanan sistem hormon metabolisme dan fisiologi tubuh.Bahan berkhasiat tanaman obat adalah senyawa organik, yang kandungan utamanya adalah karbon. Jika dihipotesiskan bahwa fotosintesis 14CO2 pada tanaman temulawak akan menghasilkan karbohidrat sederhana yang mengandung 14C, pada proses biosintesis lanjut akan dihasilkan komponen berkhasiat obat (minyak atsiri dan kurkuminoid) yang bertanda 14C. Yang menjadi masalah pada studi ini adalah bagaimana mengelola proses fotosintesis 14CO2 tersebut untuk mendapatkan produk bertanda radioaktif 14C.Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen, kurkumin satu sampai dua persen, dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Buahnya mengandung minyak terbang (anetol, pinen, felandren, dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfer), dan minyak lemak.

Komponen utama rimpang temulawak:

Pati 48.18% - 59.64% - membantu proses metabolisma dan fisiologi organ badan. Protin 29.00% - 30.00% Abu 5.26% - 7.07% Serat 2.58% - 4.83% - memulihkan kecergasan badan (bersifat tonik) Kurkumin 1.60% - 2.20% - melancarkan proses pencernaan tubuh Minyak asiri 6.00% - 10.00% - meningkatkan fungsi ginjal Phelandren - melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing Kamfer Turmerol - membantu proses metabolisme Borneol - memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit Sineal XanthorrhizolC. Monografi Tanaman

Temulawak, Salah satu tanaman terna berbatang semu dengan beberapa sebutan berbeda untuk setiap daerahnya seperti koneng gede ( sunda), dan temu lobak ( madura ) memilki ciri-ciri umum sebagai berikut :

Tinggi tanaman bisa mencapai 1 meter, tapi kurang dari 2 meter.Wana batang hijau / coklat gelap.

Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap.

Rimpang memiliki ukuran besar dan tumbuh bercabang-cabang yang terdiri dari rimpang induk dan rimpang cabang. Rimpang induk memiliki bentuk bulat hingga bulat telur. Rimpang cabang tumbuh di sekitar rimpang induk dengan jumlah 3-4 rimpang memanjang. Kulit rimpang berwarna coklat kemerahan /kuning tua, warna daging rimpang kuning jingga / kuning kecoklatan.

Daun tumbuh pada sekitar batang dengan jumlah 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm.

Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm.

D. Klasifikasi Tanaman :Divisi : Spermatophyta.

Sub divisi : Angiospermae.

Kelas : Monocotyledonae.

Ordo : Zingiberales

Keluarga : Zingiberaceae.

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.E. Khasiat & Penggunaan Secara TradisionalTemulawak (Curcuma Xanthorrhiza L.) merupakan tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan Indo-Malaya. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua serta batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daging temulawak berwarna jingga tua atau kecokelatan dan mempunyai aroma yang tajam menyengat serta rasanya pahit.

Temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaat untuk kebutuhan manusia antara lain fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap, minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol, kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).

Pada umumnya temulawak ini dipergunakan sebagai bahan pembuatan jamu dan obat. Namun selain itu temulawak juga mempunyai banyak kegunaan lainnya diataranya:1. Sebagai bahan baku kosmetik.

2. Sebagai pewarna makanan dan minuman yang aman.

3. Sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan.

4. Temulawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.Sebagai bahan pembuatan jamu dan obat, temulawak ini mampu mengatasi berbagai macam penyakit diantaranya :

1. Mampu membasmi bakteri patogen penyebab karang gigi.

2. Menurunkan lemak darah

3. Pembekuan darah yang bisa menyebabkan stroke

4. Kanker terutama kanker payudara

5. Memperlancar ASI

6. Memperbaiki nafsu makan

7. Mengatasi Sakit maag

8. Memperbaiki fungsi pencernaan

9. Memelihara kesehatan fungsi hati

10. Mengurangi nyeri sendi dan tulang

11. Antioksidan

12. Memperlambat proses penuaan, menghilangkan flek hitam di wajah serta menjaga kelenturan tubuh.

13. Membantu memelihara kesehatan serta menghambat penggumpalan darah

Jamu temu lawak umumnya di konsumsi dengan cara diseduh atau godogan.Berikut ini adalah salah satu cara untuk mengolah temulawak sehingga dapat dikonsumsi dan mempunyai manfaat optimal bagi fungsi hati :

- Kupas temulawak lalu cuci sampai bersih

- Temulawak yang sudah dikupas lalu dipotong tipis

- Jemur temulawak di bawah sinar matahari sampai kering

- Setelah kering, temulawak direbus sampai mendidih

- Setelah mendidih, tiriskan dan saring untuk diambil airnya

Maka Temulawak siap dikonsumsi, dan minum temulawak 1 gelas pada pagi dan sore hari untuk kesehatan hati.F. Kandungan KimiaTemulawak memiliki rimpang berbau aromatik tajam, rasanya pahit agak pedas. Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi, tonikum dan diuretik. Minyak asiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada berbagai jenis jamur dan bakteriostatik pada mikroba Staphyllococcus sp. dan Salmonella sp.

Kandungan Kolagoga dari temulawak berfungsi sebagai meningkatkan produksi dan sereksi empedu yang bekerja kolekinetik dan koleretik, dibantu dengan kerja kolekinetik dilakukan oleh fraksi kurkuminoid, sedangkan kerja kolerotik dilakukan oleh komponen dari fraksi minyak asiri. Alhasil dengan meningkatnya pengeluaran cairan empedu maka partikel padat dalam kandung empedu berkurang. Keadaan ini akan mengurangi kolik empedu, perut kembung akibat gangguan metabolisme lemak, dan menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi.

Temulawak terdiri dari fraksi pati, kurkuminoid dan minyak asiri (3-12 %). Fraksi Pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar patinya semakin rendah dan kadar minyaknya semakin tinggi.

1. Pati temulawak terdiri dari abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan dan kadnium (Sidik, 1985). pati rimpang temulawak dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat, yang digunakan untuk bahan makanan atau campuran bahan makanan.2. Fraksi kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin yang mempunyai aktivitas antiradang dan desmetoksikurkumin.

3. Minyak asiri berupa cairan berwarna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam. Komposisinya tergantung pada umur rimpang, tempat tumbuh, teknik isolasi, teknik analisis, perbedaan klon varietas dan sebagainya. Oei Ban Liang (1985) dengan metode kromatografi gas mendeteksi 31 komponen yang terkandung dalam temulawak. Beberapa diantaranya merupakan komponen minyak khas asiri temulawak, yaitu isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren, germaken dan xanthorrhizol. Selain itu, terdapat komponen lain yang bersifat insect repellent yaitu ar-turmeron (Su, 1982).G. Kandungan Secara EmpirisPeranan temulawak sebagai obat diketahui dan pemanfaatannya sudah dilakukan sejak dulu hingga sekarang berdasarkan pengalaman turun temurun. Umumnya temulawak terutama bagian rimpangnya dijadikan sebagai salah satu bahan ramuan untuk membuat jamu tradisional. Jamu temulawak ini diyakini dapat mengatasi pegal linu, rhematik, rasa lelah, diare, wasir, disentri, pembengkakan akibat infeksi, cacar, jerawat, eksim, sakit kuning, sembelit, kurang nafsu makan, radang lambung, kejang kejang, kencing darah, kurang darah dan ayan (Raharjo dan Rostiana 2005).

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh institusi kesehatan untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat tanaman ini bagi manusia. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa kandungan kimia dalam rimpang temulawak seperti flavonida berkhasiat dalam menyembuhkan radang, kandungan minyak atsiri berkhasiat fungistatimk pada beberapa jenis jamur dan bakteriostatik pada mikroba Staphylococcus sp. Dan Salmonella sp. (Dalimartha,2007).

Laporan penelitian lainnya menyebutkan bahwa rimpang temulawak bisa dijadikan sebagai obat jerawat, anti kolesterol, meningkatkan nafsu makan, anemia, anti-inflamasi, anti mikroba dan pencegah kanker (Anonim 2008 ).

Rimpang temulawak juga diketahui sebagai obat fitofarmaka, berkhasiat dalam mengatasi gangguan pada saluran pencernaan, kandung empedu, kelainan hati, pankreas, tekanan darah tinggi, usus halus, kontraksi usus, TBC, sariawan dan dapat dipergunakan sebagai tonikum. (Raharjo dan Rostiana, 2005).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh beberapa universitas berhasil membuktikan bahwa rimpang temulawak bisa juga digunakan sebagai obat antistroke, antioksidan, menghambat osteoporosis, sebagai antiplasmodial, anti plak dan pertahanan gigi ( Sardi D ). Budidaya Tanaman

1) Pembibitan

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.

a. Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.

b. Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.

Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.

Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai.keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.

2) Pengolahan Media Tanam

a. Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.

b. Pembukaan Lahan : Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.

c. Pembentukan Bedengan : Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.

d. Pemupukan Organik (sebelum tanam) : Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman. 3) Teknik Penanaman

a. Penentuan Pola Tanaman : Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.

b. Pembuatan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.

c. Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm..

d. Perioda Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.

4) Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.

b. Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.

c. Pembubunan : Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.

d. Pemupukan :

Pemupukan Organik : Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 3 bulan, 4 6 bulan, dan 8 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

Pemupukan Konvensional :

Pemupukan Awal.Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

Pemupukan Susulan : Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

e. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

f. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

g. Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

Hama

Hama temulawak adalah:

1. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),

2. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan

3. Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).

Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %. Adanya gangguan Gulma juga dapat merusak tanaman. Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya Penyakit

a. Jamur Fusarium

b. Penyakit layu

Panen

a. Ciri dan Umur Panen : Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.

b. Cara Panen.: Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.

c. Periode Panen : Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

d. Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.

Pasca Panen

a. Penyortiran Basah dan Pencucian

b. Perajangan

c. Pengeringan

d. Penyortiran Kering.

e. Pengemasan

f. Penyimpanan

Untuk pengolahan pasca panen perlu diperhatikan langkah-langkah penting agar tidak mengurangi mutu dan khasiat dari temulawak :

Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm 7 mm. Setelah perajangan,timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukanpada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

Penyortiran Kering.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

H. Pengujian

Uji Pra klinik

Penelitian obat alam diawali dengan uji pra klinis kepada hewan atau sel tertentu. Kadang pada praklinis terbukti efeknya, tetapi ketika diujikan kepada manusia tidak terbukti. Pada praklinis ada uji toksisitas untuk memastikan aman dipakai manusia. Caranya diujikan kepada hewan terlebih dahulu dengan dosis paling tinggi. Kemudian dilihat ada tidaknya gejala toksik secara makro maupun mikro. Kalau memang tidak toksik, baru boleh diujikan kepada manusia.

Telah dilakukan penelitian uji praklinik temulawak oleh Ermin Katrin, Susanto dan Hendig Winarno. Dengan judul penelitian Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb.) Iradiasi yang Mempunyai Aktivitas Antikanker. Dengan menggunakan Hewan uji mencit galur Swiss Webster jantan dan betina, usia 2 bulan, bobot antara 22 36 g.

Uji Toksisitas Akut

Uji Toksisitas Akut dilakukan dengan cara Mencit uji terlebih dahulu diaklimatisasi selama 1 minggu di laboratorium farmakologi Pusat Ilmu Hayati, dan hanya mencit sehat yang digunakan dalam percobaan. Sediaan uji adalah ekstrak etanol dari temulawak yang tidak diradiasi dan yang diradiasi 5 dan 10 kGy. Sediaan disuspensikan dalam CMCNa 0,5% dan dibuat dengan 5 tingkat serangkaian dosis uji yaitu 625 mg/kg BB (D1), 1250 mg/kg BB(D2), 2500 mg/kg BB (D3), 5000 mg/kg BB (D4) dan 7.500 mg/kg BB (D5), sedangkan kontrol normal hanya diberi larutan CMCNa 0,5%. Sediaan uji diberikan secara oral dalam dosis tunggal 1ml per 20 g mencit, satu dosis per kelompok. Hewan coba dikelompokkan ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Tiap kelompok terdiri dari 5 mencit jantan dan 5 mencit betina yang dikelompokkan secara acak. Kelompok kontrol (K) hanya diberi larutan pembawa yaitu Na-CMC 0,5%.

Pengamatan terhadap efek-efek yang muncul dilakukan segera setelah pemberiaan sediaan uji selama 3 menit pada tiap jam dalam periode 4 jam pertama, kemudian diamati secara seksama efek-efek yang muncul yang meliputi efek terhadap sistem syaraf pusat, sistem saraf otonom, refleks, ritme pernapasan, perubahan dalam ekskresi, kondisi kulit dan mukosa, postur tubuh, kecepatan denyut jantung dan beberapa respon lainnya yang umum diamati pada uji toksisitas akut (10,11). Perubahan bobot badan dan kematian mencit dipantau terus setiap hari sampai 14 hari (H1 sampai H14) setelah pemberian sediaan uji. Apabila ada mencit yang mati selama pengamatan, segera dibedah untuk menentukan sebab kematian. Pada hari ke 14, semua mencit dibunuh kemudian organ mencit ditimbang dan dihitung terhadap bobot badan mencit. Organ-organ yang diambil untuk pengamatan pada mencit jantan adalah hati, limpa, paru-paru, ginjal, jantung, vessikal seminalis dan testis sedangkan pada mencit betina organ yang diamati adalah hati, limpa, paru-paru, ginjal, jantung, ovarium dan uterus. Selain itu pengamatan yang dilakukan adalah profil perubahan bobot badan mencit. Kebermaknaan data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan software SPSS 17, uji student-t dan anova.

Suatu sediaan atau zat dikatakan toksik apabila menyebabkan kematian pada dosis 5000 mg/kg BB (12). Selama periode pengamatan (14 hari) setelah pemberian dosis tunggal ekstrak etanol (dari temulawak 0 kGy) sampai dosis 7500 mg/kg bobot badan mencit, hanya 10% populasi mencit pada kelompok dosis D4 yang mati. Setelah pemberian dosis tunggal ekstrak etanol (dari temulawak yang diradiasi 5 kGy) sampai dosis 7500 mg/kg bobot badan mencit, hanya 10 20 % populasi mencit pada kelompok dosis D5 yang mati. Demikian juga setelah pemberian dosis tunggal ekstrak etanol (dari temulawak yang diradiasi 10 kGy) sampai dosis 7500 mg/kg bobot badan mencit, hanya 10% populasi mencit pada kelompok dosis D4 dan D5 yang mati. Hasil uji ini menunjukan bahwa pada dosis uji (625 mg/kg BB mencit sampai 7500 mg/kg BB mencit) ekstrak etanol dari temulawak yang tidak maupun yang diradiasi 5 dan 10 kGy tidak bersifat toksik.

Uji penetapan nilai LD50

Uji penetapan nilai LD50 dilakukan untuk mengetahui nilai dosis yang mampu memberikan kematian 50 % hewan coba. Pada uji toksisitas akut tersebut, dosis tertinggi yang diuji adalah 7500 mg/kg BB mencit (D5) dan sampai dosis uji tersebut tidak lebih dari 50% populasi mencit yang mati baik mencit jantan maupun betina. Hasil uji ini memberi indikasi bahwa DL50 ekstrak etanol temulawak yang tidak diradiasi maupun yang diradiasi 5 dan 10 kGy >7500 mg/kg BB mencit.

Kesimpulan uji praklinik

Pada uji toksisitas akut ekstrak etanol dari temulawak tidak diradiasi, yang diradiasi 5 dan 10 kGy, dosis tertinggi yang diuji masing-masing adalah 7500 mg/kg BB mencit. Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol yang diperoleh dari rimpang temulawak yang tidak dan yang diradiasi 5 dan 10 kGy terhadap mencit jantan dan betina menunjukkan bahwa dosis tunggal oral sampai 7500 mg/kg BB, tidak ada efek toksik yang bermakna dan nilai DL50 ketiga ekstrak adalah lebih besar dari 7500 mg/kg BB. Sampai dosis 7500 mg/kg BB sebagai dosis tunggal oral ketiga ekstrak tidak memengaruhi perkembangan bobot badan dan bobot organ (jantung, paru, hati, limpa, ginjal, limpa, adrenal, testis dan vesica seminalis) pada mencit jantan dan betina.

Uji Klinik

Penelitian ini dilakukan oleh Nurfina Aznam, Sri Atun dan Retno Arianingrum dengan judul Uji Klinis terbatas sediaan jamu Temulawak bentuk kapsul dan instan sebagai Antihepatotoksik d Puskesmas Jetis Penelitian dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta, Puskesmas Jetis, dan laboratorium klinik RS Ludiro Husada. Dilakukan selama tiga tahun, yaitu pada tahun 2010 -2012.

Subyek penelitian

Kriteria inklusi (pasien yang dapat disertakan dalam penelitian) adalah:

1. Pasien yang menunjukkan gejala sakit

2. Pasien diketahui menggunakan obat-obatan yang keras terus menerus (penderita darah tinggi, diabetes mellitus, gangguan jiwa seperti sizoprenia)

3. Pasien diketahui sebagai peminum minuman keras (beralkohol)

4. Pasien menunjukkan hasil analisis kadar SGPT/SGOT tinggi

kriteria eksklusi (pasien yang tidak disertakan dalam penelitian) adalah:

1. Pasien yang sedang hamil

2. Pasien yang mengalami gangguan ginjal

Kriteria umum yang lainnya adalah usia pasien 20-70 tahun dan menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini. Pasien datang sendiri ke Puskesmas untuk diperiksa kesehatannya dalam tiga periode dan minum jamu temulawak secara terus menerus selama satu bulan.

Cara dan Analisis

1. Sebelum perlakuan seluruh subyek diperiksa darah dan urin rutin

2. Semua subyek diberi perlakuan dengan minum jamu temulawak 2 x sehari 1 kapsul/ sachet.

3. Setelah perlakuan selama dua minggu, semua subyek diperiksa darah dan urin rutin

4. Setelah perlakuan selama empat minggu, semua subyek diperiksa darah dan urin rutin

Darah yang diperiksa: Hb, SGOT, SGPT, Leucocyt

Urin yang diperiksa: urea, kreatinin

Hasil dan PembahasanA. Hasil Uji Klinis Tahap 1

Penelitian uji klinis tahap satu untuk jamu temulawak dalam bentuk sediaan kapsul dan instan diujikan pada manusia (sukarelawan) sehat, untuk melihat efek farmakologik maupun efek samping. Pada penelitian ini telah dikumpulkan sebanyak 53 sukarelawan.

53 sukarelawan tersebut selanjutnya diminta untuk meminum jamu temulawak instan atau kapsul dua kali sehari selama satu bulan. Pemeriksaan kesehatan terhadap sukarelawan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal perlakuan, dua minggu setelah perlakuan, dan empat minggu setelah perlakuan. Dalam setiap kali pemeriksaan dilakukan pemeriksaan kesehatan serta pemeriksaan darah dan urin. Dari data yang diperoleh menunjukkan tidak adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh minum jamu temulawak instan dan kapsul. Dari data hasil wawancara terungkap juga bahwa 80% sukarelawan merasa lebih sehat dari sebelumnya. Beberapa diantaranya juga menunjukkan terjadi kenaikan berat badan, meskipun tidak signifikan.

Uji statistik untuk mengetahui pengaruh penggunaan jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT dilakukan secara statistik ANAVA ABC dengan hasil analisis sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat wanita dan pria

2. Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat wanita dengan usia di atas 30 tahun dan di bawah 30 tahun

3. Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT pada sukarelawan sehat pria dengan usia di atas 30 tahun dan di bawah 30 tahun

4. Tidak ada perbedaan pengaruh jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sehat secara keseluruhan.

B. Hasil Uji Klinis Tahap 2

Penelitian uji klinis tahap ke dua untuk jamu temulawak dalam bentuk sediaan kapsul dan instan diujikan pada sukarelawan yang menunjukkan gejala klinis kurang sehat yang ditandai dengan hasil pemeriksaan SGPT dan atau SGOT yang melebihi batas normal. Pada penelitian ini telah dikumpulkan sebanyak 30 sukarelawan pria dan wanita dengan rentang usia antara 20 60 tahun. Selanjutnya dari 30 sukarelawan tersebut 15 orang diberikan jamu temulawak instan dan 15 orang diberikan jamu temulawak kapsul selama satu bulan. Pemeriksaan kesehatan terhadap sukarelawan yang sakit tersebut dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal perlakuan, dua minggu setelah perlakuan, dan empat minggu setelah perlakuan.

Dalam setiap kali pemeriksaan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan darah serta urin. Dari data hasil wawancara terungkap juga bahwa 80% sukarelawan merasa lebih sehat dari sebelumnya. Beberapa diantaranya juga menunjukkan signifikan terjadi kenaikan berat badan.

Uji statistik untuk mengetahui pengaruh penggunaan jamu temulawak instan dan kapsul terhadap kadar SGPT dan SGOT dilakukan secara statistik ANAVA ABC dengan hasil analisis

1. Ada pengaruh penurunan kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sakit yang minum jamu temulawak instan

2. Ada pengaruh penurunan kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sakit yang minum jamu temulawak instan

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan pengaruh penurunan kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sakit antara yang minum jamu temu lawak kapsul dan instan

C. Hasil Uji Klinis Tahap 3

Penelitian uji klinis tahap ke tiga untuk jamu temulawak dalam bentuk sediaan kapsul diujikan pada pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas Jetis karena merasa kurang sehat. Pasien tersebut selanjutnya dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Tahap 1 pada saat pasien datang ke Puskesmas karena mengalami keluhan sakit, selanjutnya diperiksa kesehatannya dan diminta kesediaannya untuk mengikuti program. Selanjutnya pasien diminta untuk minum jamu temulawak 2x sehari satu kapsul. Dua minggu setelah minum jamu temulawak diminta kembali untuk periksa kesehatannya tahap 2, dan dilanjutkan dua minggu lagi untuk pemeriksaan tahap 3. Pada setiap kali pemeriksaan dilakukan cek kesehatan seperti denyut jantung, berat badan, analisis darah lengkap, analisis urin, SGPT, SGOT, serta keluhan yang dirasakan oleh pasien baik yang menunjukkan aspek positif dan negatif. Penyakit hati/ lever sulit di deteksi pada keadaan dini, oleh karena lever merupakan organ yang sangat cepat mengalami regenerasi. Di samping itu lever masih berfungsi meskipun kerusakannya hampir 90%.

Subyek penelitian yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Namun demikian dari pemeriksaan SGPT/SGOT, hematologi lengkap, serta urin lengkap tahap 1 banyak pasien yang menunjukkan hasil analisis masih dalam batas normal. Sedangkan yang menunjukkan data SGOT tinggi 6 pasien, SGPT tinggi 4 pasien, ketidaknormalan hematologi 41 pasien, serta ketidaknormalan urin sebanyak 24 pasien.

Dari penelitian ini menunjukkan data-data ketidaknormalan dari pasien tersebut berkurang setelah satu bulan minum jamu temulawak (pada pemeriksaan tahap 3). Data hematologi pasien yang paling banyak dalam penelitian ini adalah haemoglobin rendah yang menunjukkan gejala anemia, kadar trombosit rendah menunjukkan adanya infeksi, kadar LED (laju endap darah) jika tinggi (di atas normal) menunjukkan darah kental artinya darah mengandung zat-zat terlarut seperti protein sebagai salah satu indikasi adanya infeksi dalam tubuh.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan ketidaknormalan dari pasien sebanyak 15 orang atau 35%. Demikian juga hasil analisis ketidaknormalan urin mengalami penurunan sebanyak 13 orang atau 54%. Data analisis kuantitatif tersebut sejalan dengan data analisis keluhan pasien yang menunjukkan keluhan negatif berkurang, sedang keluhan positif bertambah. Keluhan yang dirasakan pasien beberapa diantaranya menunjukkan efek negatif seperti berdebar debar, perut terasa penuh, keringat dingin, keringat berbau jamu, sering sendawa, masingmasing dengan persentasi berkisar antara 1 sampai 30%. Sedangkan keluhan positif yang dirasakan pasien seperti kesemutan berkurang, tidur lebih nyenyak, badan terasa nyaman, BAB menjadi tambah lancar, BAK lancar, pegal pegal berkurang badan terasa segar, masing-masing menunjukkan persentasi berkisar antara 40-70%. Penelitian uji klinik fase 3 yang dilakukan tidak menggunakan pembanding penggunaan obat antihepatotoksik, oleh karena memang belum ada obatnya.

Kesimpulan uji klinikHasil penelitian tahap 1 (tahun 2010), uji klinis fase I dilakukan terhadap 53 orang sukarelawan sehat pria dan wanita dengan variasi usia antara 20 60 tahun, menunjukkan hasil bahwa jamu temulawak instant dan kapsul yang diminum 2x sehari tidak memberikan efek samping terhadap fungsi ginjal dan liver yang merugikan. Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui lebih dari 80% responden menyatakan merasa lebih sehat setelah minum jamu temulawak baik instant maupun kapsul.

Selanjutnya pada tahun 2011 penelitian ini telah dilakukan dengan uji klinis fase 2 terhadap sukarelawan yang sudah menunjukkan gejala klinis kurang sehat, yaitu dari data analisis darah menunjukkan kadar SGPT dan SGOT melebihi batas normal. Jumlah responden yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 30 orang pria dan wanita. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sakit yang minum jamu temulawak kapsul maupun instan pada tiga kali pengukuran. Tidak ada perbedaan pengaruh penurunan kadar SGPT dan SGOT sukarelawan sakit yang minum jamu temulawak kapsul dan instan.

Uji klinis fase 3 dapat diketahui jumlah pasien yang menunjukkan ketidaknormalan meliputi kadar SGPT/SGOT tinggi, hematologi, serta urin mengalami penurunan setelah satu bulan minum jamu temulawak.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARANA. Simpulan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) adalah tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat dikawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat,dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol,dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (antikeracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan.

B. Saran Setelah diketahui sedemikian banyak manfaat dari tanaman temulawak, maka kiranya perlu untuk dilakukan budidaya yang baik terhadap tanaman ini. Apalagi, melihat fungsi terutama dari temulawak ini adalah untuk mengobati penyakit yang sering ditemukan pada masyarakat. Setidaknya, jika temulawak ini diproduksi secara berkelanjutan, maka masyarakat awam dapat terselamatkan dari bahaya bahan kimia. Temulawak ini mungkin dapat dibuat berbagai macam sediaan, yang sedikit banyak dapat dengan mudah digunakan oleh masyarakat. Dan terpenting dalam membudidayakan tanaman temulawak ini dapat memenuhi persyaratan mutu yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Temu_lawakhttp://etd.eprints.ums.ac.id/1537/1/K100040249.pdf http://abaherbal.com/?tag=khasiattemulawak

http://www.obatherbalalami.com/2010/08/khasiat-alami-temulawak-menumpas-segala.html

http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2009/09/temulawak-dari-empiris-sampai-uji.html

http://resepherbal.e-salim.com/2009/01/khasiat-temulawak/

warintek.ristek.go.id/pertanian/temulawak.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30000/4/Chapter%20II.pdf

balitnak.litbang.deptan.go.id/ Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, jilid I, Departemen Kesehatan RI Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan RI Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Temulawak: Tanaman rempah dan obat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Daun Temulawak

Rimpang Temulawak

Daun Temulawak


Top Related