Transcript

Khotbah Jangkep Minggu, 7 November 2010 Minggu I

ALLAH MENGHIDUPI:JALAN PENYEMBAHAN TANPA SYARATBacaan I: Ayub 19:23-27a; Antar Bacaan: Mazmur 145:1-5, 17-21 Bacaan II: II Tesalonika 2:1-5, 13-17; Bacaan III: Lukas 20:27-38 Tujuan: Agar jemaat merasakan dan menghayati panggilan hidup Ilahi dalam setiap keadaannya di dunia

Dasar Pemikiran:

Ketika manusia dihadapkan pada dua situasi yang berbeda, bahkan bertolak belakang, ada kecenderungan untuk menentukan pilihan berdasarkan atau yang berpusat pada dirinya sendiri. Sesuatu yang menyenangkan, terlihat indah di matanya, menguntungkan dirinya, dsb, akan cenderung dipilih dan diyakini sebagai yang baik bagi dirinya, ketimbang sesuatu yang menyedihkan, menyakitkan, atau merugikan dirinya. Maka tidak mengherankan banyak di antara kita kurang bisa menerima penderitaan, kesedihan, kerugian, dibandingkan dengan kesenangan, keuntungan, dsb. Dengan demikian gambaran/bayangan kita mengenai Tuhan dan segala atribut serta apapun yang terkait dengan-Nya termasuk gambaran tentang Surga, terkadang menjadi salah, manakala kita memakai kacamata pandang manusiawi kita belaka. Ungkapan pujian kita pada Tuhan pun terkadang menjadi sumbang manakala itu hanya menjadi sebuah pujian hanya di tengah kesenangan manusiawi kita, bukan untuk kesenangan/menyenangkan hati Tuhan. Seakan Tuhan hanya pantas dipuji dan dimuliakan manakala hasrat manusiawi kita terpenuhi. Inilah tantangan iman kita pada Allah yang hidup: memuliakan Dia di tengah situasi dan keadaan hidup kita, apa dan bagaimanapun juga keadaan kita.

Tafsir : Ayub19: 23-27a Sebagai sebuah Sastra Hikmah dalam jajaran Sastra Ibrani, keunikan Kitab Ayub terlihat dalam paham teologisnya tentang penderitaan dan kuasaKhotbah Jangkep November & Desember 2010

keadilan Allah (teodise). Kitab ini membongkar pemahaman umum tentang penderitaan sebagai akibat kesalahan manusia semata. Kesadaran masokis (kesadaran akan kelemahan/kerendahan manusia) dengan halus dihadapkan dengan sosok sadistis (yang berkuasa) dalam Kitab Ayub ini. Dengan perantaraan masalah teodise, Kitab Ayub mengumandangkan kembali tuntutan religius yang pokok dari Perjanjian. Kitab ini meminta manusia untuk menyerahkan diri tanpa syarat kepada Tuhan. Cara Perjanjian inilah, yaitu penyerahan diri kepada Sang Pencipta yang transenden dan tidak terpahami, yang disebut sebagai Jalan Hikmat. Bagian bacaan ini adalah jawab Ayub atas pendapat Bildad, seorang sahabatnya yang untuk ke sekian kalinya menyatakan bahwa bisa saja seorang seperti Ayub, tanpa disadari, melakukan kesalahan yang patut mendapat hukuman dari Tuhan. Ayub menyanggahnya, bahwa kalaupun seseorang melakukan kesalahan, ia pasti mendapatkan ganjaran yang setimpal. Namun dalam hal ini, Ayub merasa ia tidak melakukan pelanggaran kepada Tuhan dan tidak sepantasnya mendapat hukuman dan penderitaan itu. Ayub yakin bahwa Allah yang penjadi Penebusnya yang hidup, yang ia saksikan dan alami sendiri, akan memihak dia.

Mazmur 145: 1-5, 17-21Mazmur ini adalah ungkapan syukur pemazmur atas keagungan Tuhan yang penuh kasih setia dan yang selalu siap menolong mereka yang membutuhkan-Nya. Pertolongan Tuhan, sebagai bagian dari keadilan-Nya, mensyaratkan sikap takut dan hormat (Jw: ajrih lan pakering) dari umat yang menyembah-Nya

II Tesalonika 2: 1-5, 13-17Surat Tesalonika merupakan surat penghiburan atas penganiayaan dan penderitaan yang dialami jemaat di kota Tesalonika. Selain itu juga berisi jawaban atas permasalahan-permasalahan dogmatis maupun moral di tengah jemaat yang masih cukup baru yang telah ditinggalkan oleh Rasul Paulus dengan agak terburu-buru. Persoalan penderitaan dan penganiayaan menjadi semakin menguat ketika jemaat diajak memandangnya dalam kacamata parousia (Kedatangan Yesus kembali). Penderitaan dipandang dengan lebih positif, yakni untuk menampakkan keadilan Tuhan (II Tes. 1: 6) dan pada gilirannya akan membawa

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

kemuliaan Tuhan bagi umat-Nya yang tetap setia pada Kristus yang hidup dan akan datang kembali.

Injil Lukas 20: 27-38Kaum Farisi adalah suatu kelompok keagamaan. Mereka ini tidak memiliki ambisi politik, melainkan lebih fokus dengan masalah keagamaan dan pelaksanaan ritus-ritus liturgi sesuai hukum-hukum agama Yahudi. Kaum Saduki adalah kelompok kecil yang biasanya beranggotakan para imam dan aristokrat. Mereka ini, biarpun kelompok kecil, biasanya merupakan kelompok berpengaruh, karena pada umumnya mereka kaya. Mereka juga biasanya terlibat persekongkolan dengan pemerintah yang berkuasa, termasuk pemerintah Romawi yang menjajah daerah Palestina pada masa itu. Kaum Farisi menerima Kitab Suci ditambah dengan semua peraturan dan hukum-hukum keagamaan yang tertulis maupun lisan, misalnya hukum tentang Sabbat dan tentang aturan mencuci tangan. Kaum Saduki hanya menerima hukum yang tertulis, yakni hanya Kitab Suci Perjanjian Lama. Perjanjian lama yang mereka terima juga lebih terbatas pada hukum Musa dan tak peduli dengan kitab para Nabi. Kaum Farisi percaya pada kebangkitan sesudah kematian. Mereka juga percaya akan malaikat dan roh-roh. Kaum Saduki tidak percaya pada kebangkitan dan malaikat serta roh-roh. Kaum Farisi percaya pada nasib serta yakin bahwa hidup manusia tergantung dari rencana Allah. Kaum Saduki percaya pada kehendak bebas yang tak terbatas. Kaum Farisi percaya dan berharap akan kedatangan Mesias. Kaum Saduki tidak percaya dan tidak mengharap kedatangan Mesias, sebab itu bisa mengganggu posisi mereka yang makmur. Dengan latar belakang seperti itu, kita bisa memahami alasan kaum Saduki datang pada Yesus dan mencoba membenarkan keyakinan mereka tentang tidak adanya kebangkitan, menggunakan logika mereka. Sebagai kaum imam mereka tahu hukum perkawinan Yahudi, yakni kalau sesorang laki-laki yang sudah punikah meninggal tanpa anak maka saudaranya yang lain harus punikahi iparnya tersebut untuk melanjutkan keturunan saudaranya yang telah meninggal (Ulangan 25: 5). Kaum Saduki yakin sekali bahwa ini merupakan hukum yang mengikat, sebab terdapat dalam Kitab Musa. Yesus memberi keterangan bahwa sebaiknya jangan membayangkan bahwa hidup sesudah kehidupan di dunia ini akan sama saja. Surga dan dunia jauh berbeda. Yesus memberi jawaban yang luar biasa benar dan sah untuk selamanya. Yesus memberi keterangan bahwa kehidupan di surga ituKhotbah Jangkep November & Desember 2010

merupakan kehidupan yang kekal, tak berakhir. Di sana tidak ada kawin dan mengawinkan. Kehidupan di sana bagaikan hidup para malaikat. Dan karena yang bertanya adalah kaum Saduki yang begitu menghormati hukum Musa, maka Yesus juga mengutip dari Keluaran 3: 1-6 tentang pertemuan Musa dengan Allah di bukit pada saat Musa melihat semak berapi tetapi tak terbakar. Menurut Yesus, Musa sendiri percaya pada kebangkitan, sebab ia memanggil Allah sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dengan demikian Musa yakin bahwa ketiga orang tersebut adalah hidup, sebab Allah adalah Allah orang-orang hidup dan bukan Allah orang mati.

Khotbah Jangkep

Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus ckhart von Hochheim atau yang dikenal sebagai Meister Eckhart, seorang teolog, filsuf sekaligus spiritualis Jerman yang hidup pada tahun 1260-1327 mengungkapkan pemikiran yang dikenal sebagai Sunder Warumbe. Pemikiran ini menjadi prinsip dasar spiritualitasnya: Aku melakukan/mencintai tanpa aku tahu alasannya. Bagi Eckhart, mencintai Tuhan tidak perlu alasan mengapa. Bukan karena Ia baik, bukan karena Ia hebat, bukan karena Ia menjanjikan sesuatu yang menyenangkan. Ini menjadi tantangan iman kita, umat-Nya, berhadapan dengan sosok Allah yang Agung dan Maha Kuasa yang kita yakini penuh dengan cinta kasih. Sanggupkah kita mengasihi Dia tanpa syarat?

E

Jemaat yang terkasih, Ketika manusia dihadapkan pada dua situasi yang berbeda, bahkan bertolak belakang, ada kecenderungan untuk menentukan pilihan berdasarkan atau yang berpusat pada dirinya sendiri. Sesuatu yang menyenangkan, terlihat indah di matanya, menguntungkan dirinya, dsb, akan cenderung dipilih dan diyakini sebagai yang baik bagi dirinya, ketimbang sesuatu yang menyedihkan, menyakitkan, atau merugikan dirinya. Maka tidak mengherankan banyak di antara kita kurang bisa menerima penderitaan, kesedihan, kerugian, dibandingkan dengan kesenangan, keuntungan, dsb. Dengan demikian gambaran/bayangan kita mengenai Tuhan dan segala atribut serta apapun yang terkait dengan-Nya, termasuk gambaran tentang sorga, terkadang menjadi salah, manakala kita memakai kacamata pandang manusiawi kita belaka. Ungkapan pujian kita pada Tuhan-pun terkadangKhotbah Jangkep November & Desember 2010

menjadi sumbang manakala itu menjadi sebuah pujian hanya di tengah kesenangan manusiawi kita, bukan untuk kesenangan/menyenangkan hati Tuhan. Seakan Tuhan hanya pantas dipuji dan dimuliakan manakala hasrat manusiawi kita terpenuhi. Jemaat yang terkasih, Bagian bacaan I kita adalah jawab Ayub atas pendapat Bildad, seorang sahabatnya yang untuk ke sekian kalinya menyatakan bahwa bisa saja seorang seperti Ayub, tanpa disadari, melakukan kesalahan yang patut mendapat hukuman dari Tuhan. Ayub menyanggahnya dengan mengatakan bahwa kalaupun seseorang melakukan kesalahan, ia pasti mendapatkan ganjaran yang setimpal. Namun dalam hal ini, Ayub merasa ia tidak melakukan pelanggaran kepada Tuhan dan tidak sepantasnya mendapat hukuman serta penderitaan itu. Ayub yakin bahwa Allah yang menjadi Penebusnya yang hidup, yang ia saksikan dan alami sendiri, akan memihak dia. Kitab Ayub mengungkapkan gambaran hubungan manusia dengan Allah di tengah situasi penderitaan manusia. Sebagai sebuah Sastra Hikmah dalam jajaran Sastra Ibrani, keunikan Kitab Ayub terlihat dalam paham teologisnya tentang penderitaan dan kuasa keadilan Allah (teodise). Kitab ini membongkar pemahaman umum tentang penderitaan sebagai akibat kesalahan manusia semata. Kesadaran masokis (kesadaran akan kelemahan/kerendahan manusia) dengan halus diperhadapkan sosok sadistis dalam Kitab Ayub. Dengan perantaraan masalah teodise, Kitab Ayub mengumandangkan kembali tuntutan religius yang pokok dari perjanjian. Kitab ini meminta manusia untuk menyerahkan diri tanpa syarat kepada Tuhan. Cara perjanjian inilah, yaitu penyerahan diri kepada Sang Pencipta yang transenden dan tidak terpahami, yang dimaksud sebagai Jalan Hikmat. Karena itu, Kitab Ayub memberikan kepada gereja kesaksian yang tepat tentang penyataan penebusan di hadapan berbagai aliran hikmat dunia. Sementara bacaan II (II Tesalonika 2: 1-5, 13-17) menjadi sebuah surat penghiburan atas penganiayaan dan penderitaan yang dialami jemaat di kota Tesalonika. Selain itu juga berisi jawaban atas permasalahan-permasalahan dogmatis maupun moral di tengah jemaat yang masih cukup baru yang telah ditinggalkan oleh Rasul Paulus dengan agak terburu-buru. Persoalan penderitaan dan penganiayaan menjadi semakin menguat ketika jemaat diajak memandangnya dalam kacamata parousia (Kedatangan Yesus kembali). Penderitaan itu dipadang dengan lebih positif, yakni untuk

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

menampakkan keadilan Tuhan (II Tes. 1: 6) dan pada gilirannya akan membawa kemuliaan Tuhan bagi umat-Nya yang tetap setia pada Kristus yang hidup dan akan datang kembali. Puncak bacaan kita, Injil Yesus menurut Lukas 20: 27-38 memberi penegasan bahwa Allah adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati. Allah yang Hidup inilah yang mematahkan gambaran manusiawi yang seringkali salah mengenai Dia. Seperti kesalahan pandang orang-orang Saduki yang mencoba membenarkan keyakinan mereka tentang kehidupan Surgawi yang dibayangkan seperti kehidupan duniawi belaka. Yesus memberi penegasan bahwa sebaiknya jangan membayangkan bahwa hidup sesudah kehidupan yang di dunia ini akan sama saja. Surga dan dunia jauh berbeda. Yesus memberi keterangan bahwa kehidupan di surga itu merupakan kehidupan yang kekal, tak berakhir. Di sana tidak ada kawin dan mengawinkan. Kehidupan di sana bagaikan hidup para malaikat. Dan karena yang bertanya adalah kaum Saduki yang begitu menghormati hukum Musa, maka Yesus juga mengutip Kitab Keluaran 3: 1-6 tentang pertemuan Musa dengan Allah di bukit pada saat Musa melihat semak berapi tetapi tak terbakar. Menurut Yesus, Musa sendiri percaya pada kebangkitan, sebab ia memanggil Allah sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Dengan demikian Musa yakin bahwa ketiga orang tersebut adalah hidup, sebab Allah adalah Allah orang-orang hidup dan bukan Allah orang mati. Jemaat terkasih, Dengan merenungkan bacaan-bacaan firman Tuhan kali ini, kita sesungguhnya diajak untuk menghayati Allah seperti apakah yang kita sembah. Kalau mau jujur, terkadang atau bahkan seringkali kita tidak menyembah Allah yang Hidup itu, melainkan hanya menyembah gambaran/bayangan kita tentang Allah. Kita berdoa kepada Dia kalau ada maunya saja, atau kalau gambaran kita mengenai hidup bersama Allah seperti yang kita mau saja. Maka kalau sedang merasa butuh Allah, baru berdoa, atau kalau keinginannya terkabul baru mengucap syukur. Di sini, sekali lagi, spiritualitas / iman kita ditantang : Sanggupkah kita mengasihi Dia tanpa syarat? Dengan demikian, dalam situasi atau keadaan apapun, kita tetap bisa mengungkapkan mazmur pujian cinta kita pada Allah yang hidup, yang kita sembah dengan penuh khidmat, takut, dan hormat. Bersama seluruh alam, dalam kebersamaan kita dengan setiap manusia, dalam kesenangan ataupun

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

penderitaan kita, kita bisa mengungkapkan cinta tak bersyarat kita pada Allah yang Hidup dan yang menghidupi kita : Tuhan, aku mau mencintai-Mu, walau aku tak tahu mengapa aku mencintai-Mu, seperti juga aku tak tahu, mengapa Engkau mencintaiku Meski apapun keadaanku, aku mau mencintai dan menyembah-Mu Wahai Dikau yang hidup dan menghidupi kehidupan kami Amin Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : II Tesalonika 2: 13, 14 Petunjuk Hidup Baru : I Timotius 4: 9 - 12 Nats Persembahan : I Timotius 6: 10-11 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan :KJ 13: 1, 2, 4 Nyanyian Penyesalan : KJ 46: 1-5 Nyanyian Kesanggupan : KJ 281: 1, 3 Nyanyian Persembahan : KJ 289: 1, 2, 3, 7, 9 Nyanyian Penutup : KJ 462: 1-4

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 7 November 2010 Minggu I

ALLAH PARING GESANG: MARGINING SESEMBAHAN TANPA SYARATWaosan I: Ayub 19: 23-27a; Jabur 145: 1-5, 17-21 Waosan II: II Tesalonika 2: 1-5, 13-17; Waosan Injil: Lukas 20: 27-38 Ancas tujuwan: Supados pasamuwan ngraosaken timbalanipun Gusti wonten sadhengah gesang ing alam donya.

Khotbah Jangkep

asamuwan ingkang kinasih wonten ing patunggilanipun Sang Kristus Eckhart von Hochheim utawi ingkang asring kasebat Meister Eckhart, satunggaling teolog, filsuf, ugi spiritualis Jerman ingkang sugeng ing taun 1260-1327 ngandharaken satunggaling pamanggih ingkang dipun sebat Sunder Warumbe. Pamanggih punika dados satunggaling landhesan gesang spiritualitas/kapitadosanipun. Piyambakipun mratelakaken, Aku nindakke/ nresnani sanadyan aku ora mangerti sababe. Tumrap Eckhart, nresnani Gusti punika boten prelu alasan kenging punapa. Boten karana Panjenenganipun punika sae, utawi elok, utawi karana Panjenenganipun paring prajanji samukawis ingkang ngremenaken saha nengsemaken. Punika dados satungaling tantangan iman kita, umat kagunganipun, aben-ajeng kaliyan Gusti ingkang Maha Agung lan Mahakawasa, ingkang kita pitadosi kanthi saestu kebak ing katresnan. Punapa kita saged nresnani Panjenenganipun kanthi salugunipun, tanpa syarat? Pasamuwan ingkang kinasih, Nalika manungsa dipun aben-ajengaken kaliyan kalih warni kawontenan ingkang beda, kepara lelawanan, asring nemtokaken pilihan adhedhasar utawi ingkang tumuju ing dhiri pribadinipun. Samukawis ingkang ngremenaken, ingkang ketingal endah, punapa dene ingkang adamel kauntunganing dhirin, lsp, temtu badhe dipun pilih lan dipun yakini minangka ingkang prayogi tumrap pribadinipun, tinimbang samukawis ingkang ndadosaken dhuhkita punapa deneKhotbah Jangkep November & Desember 2010

P

kapitunan. Mila boten eram menawi kathah ing antawisipun kita kirang saged nampi panandhang, dhuhkita, kapitunan, tinimbang karemenan, kauntungan, lsp. Kanthi mekaten, gegambaran kita ngengingi Gusti Allah lan sadhengah bab ingkang magepokan kaliyan bab Gusti Allah, kalebet gegambaran bab swarga, kadhang kala dados lepat, nalika kita namung ngangge mripat kita piyambak. Pepujen kita dhateng Gusti ugi saged dados blero nalika pepujen kita punika namung ing satengahing kemaremanipun kamanungsan kita kemawon, boten tumuju dhateng kamaremanipun/maremaken pangalihipun Gusti. Kados-kados Gusti namung pantes pinuji ing kala pepinginaning kamanungsan kita kasembadan. Pasamuwan ingkang kinasih, Peranganing waosan I kita punika nyariyosaken wangsulanipun Ayub tumrap pemanggihipun Bildad, salah satunggaling mitranipun, ingkang ngendikaken bilih saged kemawon tiyang kadosdene Ayub, tanpa kajarag, nindakaken prekawis ingkang awon lan pantes nampi paukuman saking Gusti. Ayub mabeni pamanggih punika. Ayub ngendika bilih leres menawi tiyang nindakaken kalepatan, temtu bakal nampi ganjaran jumbuh kaliyan tumindakipun. Nanging Ayub rumaos boten nindakaken kalepatan dhumateng Gusti, mila boten samesthinipun nampi ganjaran paukuman lan kasangsaran punika. Ing wusana, Ayub yakin bilih Gusti Allah ingkang dados Jurupanebusipun ingkang Gesang, ingkang dipun sekseni ing gesangipun piyambak, temtu bakal mbelani piyambakipun. Kitab Ayub medharaken gegambaraning sesambetan ing antawisipun manungsa lan Gusti ing satengahipun panandhanging gesang manungsa. Minangka Sastra Hikmat ing satengahing Sastra Ibrani, cakrik ingkang mirunggan ing Kitab Ayub pinanggih ing pangertosan bab pamanggih teologis ngengingi panandhanging manungsa lan panguwaosing kaadilanipun Gusti (teodise). Kitab punika mbongkar pamanggih ingkang sampun limrah bilih panandhang minangka mligi karana kalepataning manungsa. Kanthi alus sanget, Kitab Ayub punika ngandharaken babagan rumaosing manah ingkang sarwa ringkih lan asoripun manungsa (kesadaran masokis) dipun aben ajengaken kaliyan panguwaosing Allah ingkang tanpa pepindhan (sadistis). Lumantar bab teodise (kaadilaning Gusti) punika, Kitab Ayub ngumandhangaken lan nandhesaken pangajabing (tuntutan) prasetyanipun Gusti. Kitab punika ngajak manungsa masrahaken dhiri, tanpa syarat, dhumateng Gusti. Patraping prasetyan punika, inggih punika pasrah dhiri

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

dhumateng Sang Murbeng Jagad, ingkang Tan Kena Kinaya Ngapa, ingkang kasebat Margining Kawicaksanan. Karana punika, Kitab Ayub paring paseksi dhumateng pasamuwan ingkang gumathok ngengingi bab aosing panebusanipun Gusti ing satengahing kathahipun kawicaksanan kadonyan. Dene waosan II kita (II Tesalonika 2: 1-5, 13-17) dados satunggaling serat panglipur dhumateng pasamuwan ing Tesalonika ingkang saweg nandhang kasangsaran lan dados serat wangsulan ing babagan piwulang (dogmatis) lan tumindaking padintenan (moral) ing satengahing Pasamuwan, ingkang nembe katilar dening Rasul Paulus kanthi kesesa. Panandhang lan panganiaya punika sangsaya ketingal nalika pasamuwan kaajak ningali kanthi mawas dhateng ingkang nama parousia (rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih). Tundhonipun, panandhang lan kasangsaran punika saged dipun tingali kanthi langkung prayogi (positif) kanthi patrap parousia punika, inggih punika ngatingalaken kaadilanipun Allah/Teodise (II Tes. 1: 6), lan pungkasanipun tumuju ing kamulyanipun Allah tumrap pasamuwanipun ingkang tetep setya dhumateng Sang Kristus ingkang gesang lan ingkang badhe rawuh malih. Mustikaning waosan kita, inggih Injiling Sang Kristus lumantar Lukas (Lukas 20: 27-38) nandhesaken bilih Allah punika Allahipun tiyang gesang, sanes Allahipun tiyang pejah. Allah ingkang Gesang punika nyirnakaken gegambaraning kamanungsan tumrap Panjenenganipun ingkang asring lepat. Kados lepating pamawasipun para tiyang Saduki ingkang nganggep pamanggihipun bab gesang ing swarga punika leres, inggih punika sami kaliyan tata cara gesang ing donya. Gusti Yesus nandhesaken bilih sampun ngantos nggambaraken gesang sasampunipun gesang ing donya punika sami kemawon. Suwarga lan donya punika beda sanget kawontenanipun. Gusti Yesus paring katrangan bilih gesang ing swarga punika minangka gesang langgeng ingkang boten wonten watesipun. Ing ngrika boten bakal wonten sesemahan malih. Gesang ing swarga kados dene para malaekat. Lan karana ingkang nyuwun pirsa punika golonganing tiyang Saduki ingkang sanget anggenipun ngaosi pepakening Musa, mila Gusti Yesus ugi methik saking Kitabing Nabi Musa, Pangentasan 3: 1-6, bab pepanggihanipun Nabi Musa kaliyan Gusti Allah ing pucaking redi nalika Nabi Musa nyumerepi urubing latu ing satengahing grumbul eri. Miturut Gusti Yesus, Nabi Musa piyambak pitados ing bab wungunipun tiyang pejah, awit piyambakipun nyebat Allah minangka Allahipun Rama Abraham, Iskak lan Yakub. Kanthi mekaten, Nabi Musa pitados bilih tetiganipun gesang, sabab Allah punika Allahipun tiyang ingkang gesang, sanes Allahipun tiyang pejah.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Pasamuwan kinasih, Kanthi ngraos-raosaken waosan-waosan punika, kita kabereg ngraosraosaken Allah ingkang kados punapa ingkang kita sembah punika. Menawi purun jujur, asring kita boten nyembah Allah ingkang Gesang punika, ananging namung nyembah gambaran kita bab Allah. Kita ndedonga dhumateng Panjenenganipun menawi gadhah kekajengan (kalau ada maunya) kemawon, utawi ing nalika gegambaran kita ngengingi gesang tinunggil kaliyan Allah inggih kados ingkang kita kajengaken kemawon. Nalika kita saweg mbetahaken Gusti, kita ndedonga, utawi nalika panyuwunanipun kasembadan, nembe ngucap sokur. Ing ngriki, spiritualitas/kapitadosan kita dipun tantang: Punapa saged kita nresnani Panjenenganipun tanpa syarat?. Satemah ing kawontenan punapa kemawon, kita tetep saged ngonjukaken mazmur pepujen katresnan kita dhumateng Allah ingkang Gesang, ingkang kita sembah kanthi urmat, ajrih lan pakering. Sesarengan kaliyan sadhengah tumitah, ing gesang sesarengan kita kaliyan sesami manungsa, rikala bingah punapa dene sisah, kita saged ngaturaken katresnan ingkang tanpa syarat punika dhumateng Gusti Allah ingkang Gesang lan ingkang paring gesang dhumateng kita: Dhuh Gusti, kawula sumadya nresnani Paduka, sinaosa kawula boten sumerep sababipun, kadosdene kawula inggih boten sumerep dene Paduka nresnani kawula sami. Kados punapaa kawontenan gesang kawula, kawula kepengin caos sembah bekti kawula dhumateng Paduka. Inggih Paduka ingkang Gesang lan paring gesang dhumateng kawula. Amin. Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos sihrahmat : II Tesalonika 2: 13, 14 Pitedah Gesang Anyar : I Timoteus 4: 9 - 12 Pangatag Pisungsung : I Timotius 6: 10-11 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK 6: 1, 4 Kidung Panelangsa : KPK 62: 1, 2 Kidung Kesanggeman : KPK 192: 1, 3 Kidung Pisungsung : KPK 188: 1 lsp. Kidung Panutup : KPK 90: 1-3

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 14 November 2010 Minggu II

BERTEKUN DALAM KARYABacaan I: Yesaya 65: 17-25; Antar Bacaan: Mazmur 98: 1-9; Bacaan II: II Tesalonika 3: 6-13; Bacaan III: Lukas 21: 5-9

Dasar Pemikiran

Setiap orang mendambakan terjadinya perubahan dalam hidupnya dan tentu saja yang diharapkan adalah berubah menjadi yang lebih baik. Hanya saja untuk mewujudkan perubahan ini ternyata tidak mudah. Budaya instan ternyata sangat mempengaruhi pola dan cara hidup manusia sekarang ini. Manusia menyukai yang serba cepat, termasuk untuk mewujudkan perubahan hidup. Maunya yang serba cepat, bagai membalik telapak tangan. Tidak heran jika sekarang banyak orang memburu cara-cara instan untuk mewujudkan perubahan hidup. Ada yang karena tidak sabar mengumpulkan berkat-berkat Tuhan melalui pekerjaan yang dijalani, lalu memintas jalan misalnya dengan memanipulasi laporan keuangan untuk keuntungan diri sendiri (korupsi). Karena putus asa dengan berbagai kegagalan dalam usahanya, orang mencari jalur singkat melalui kuasa gelap. Selain itu dapat diamati banyak orang tertarik bahkan tergila-gila dengan berbagai acara dan kegiatan yang menawarkan hadiah yang spektakuler (kuis dan undian berhadiah). Mereka semua berharap dapat mendapatkan hadiah terbesar sehingga dapat mengubah hidupnya dalam sekejap. Sementara itu, di sisi lain ada banyak orang yang juga mengharapkan perubahan dengan jalan mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melakukan pekerjaan yang terbaik. Mereka terus bertekun dalam karya dan pelayanan, meski harus menghadapi berbagai tantangan dan bahkan kegagalan berulang kali. Hanya karena berpengharapan akan penyertaan dan rahmat Allah, orang-orang seperti ini terus menjalani hidup dan merasakan berkatberkat Tuhan yang luar biasa. Lalu apa dan bagaimana pilihan Anda dalam mengharap dan menantikan perubahan dalam hidup ini?

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Tafsiran Singkat

Yesaya 65: 17-25Perikop ini menggambarkan pembaharuan dalam kehidupan umat Israel. Langit dan bumi yang baru digambarkan melalui kondisi/keadaan yang lama, hanya saja kesedihan telah lenyap bersama dengan keburukan dan penyakitpenyakit lama (ayat 17). Yerusalem tetaplah Yerusalem beserta dengan penduduknya, tetapi sekarang suasana telah berubah. Kesedihan telah diganti dengan kebahagiaan, di mana tangisan berubah menjadi kegirangan dan soraksorai (ayat 18-19). Adanya jaminan dan perlindungan hidup mulai dari bayi dan anak-anak sampai pada mereka yang berusia lanjut (ayat 20). Ketenteraman dan keamanan tercipta sehingga orang-orang dapat menjalani karya/pekerjaan mereka dan dari sini berkat Tuhan diterima dan dirasakan (ayat 21-22). Keadaan ini bukan hasil karya mereka sendiri sebagai manusia, melainkan karena Tuhan Allah turun tangan berkarya mewujudkan perubahan ini. Allah tidak pernah berdiam diri. DIA akan terus dan selalu berkarya (ayat 17a, 23b, 24).

Mazmur 98Mazmur 98 diindikasikan sebagai bagian dari pesta hari raya Pondok Daun, sebuah pesta dan perayaan yang cukup meriah dalam tradisi umat Israel. Perayaan ini berakar pada peristiwa Keluaran, yaitu pembebasan umat Israel dari Mesir sampai mereka memasuki tanah Kanaan. Dalam perayaan ini umat Israel kembali mengenang dan mengucap syukur atas karya penyelamatan Allah. Pengakuan umat adalah: 1. Perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan mereka. Umat yang tadinya adalah budak kini telah menjadi bangsa yang merdeka. Perubahan ini adalah karya TUHAN (ayat 1-2). TUHAN sendiri yang telah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib. DIA benar-benar mengerjakan penyelamatan untuk umat-Nya. 2. TUHAN adalah Allah yang hidup yang selalu mengingat umat-Nya melalui kasih dan kesetiaan-Nya (ayat 3). 3. Karya Allah menjadi berkat bagi umat. Sebagai respon atas berkat yang telah di terima, umat menyatakan sukacitanya dalam pujian dan ucapan syukur kepada Allah (ayat 4-6). 4. Sukacita karena karya Allah ini pun ternyata membangkitkan kegembiraan bagi seluruh ciptaan, bukan hanya manusia saja (ayat 7-8).Khotbah Jangkep November & Desember 2010

II Tesalonika 3: 6-13Perikop ini berisi pesan dan peringatan Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika: 1. Mengingatkan mereka yang tidak bertanggung jawab dalam hidup, yaitu mereka yang mengabaikan tanggung jawab mencari nafkahnya sendiri (ayat 6, 10). 2. Rasul Paulus memberi contoh dan teladan, dia sendiri bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (ayat 7-9). 3. Paulus mengingatkan mereka yang tidak tertib hidupnya, yaitu mereka yang sibuk dengan urusan orang lain, tetapi urusan diri sendiri terabaikan. (ayat 11). 4. Orang yang baik adalah mereka yang bertanggung jawab atas hidupnya, tekun bekerja, dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (ayat 12). Berhentilah membuat ribut, berhentilah menganggur, berhentilah hidup dari orang lain.

Injil Lukas 21: 5-19Perikop ini merupakan bagian dari pengajaran-pengajaran terakhir Tuhan Yesus: 1. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Bait Allah yang dikagumi banyak orang karena kemegahannya akan berubah, akan runtuh, dan hancur (ayat 5-7). Ini mengingatkan bahwa yang namanya perubahan pasti akan terjadi, bisa ke arah yang lebih baik, atau sebaliknya menjadi lebih buruk. 2. Para murid diingatkan supaya selalu waspada akan berbagai peristiwa yang mendahului kesudahan zaman. Dalam mengharapkan perubahan, mereka diingatkan untuk tidak hanya mengarahkan pikiran kepada perubahan yang nanti akan terjadi, tetapi harus memperhatikan apa yang sekarang terjadi di depan mata mereka. Mereka harus waspada terhadap apa yang terjadi dan harus siap melakukan apa yang semestinya mereka lakukan (ayat 8-11). 3. Ada banyak tantangan dan halangan untuk menuju kepada perubahan dan pembaharuan hidup, dan itu semua harus dihadapi (ayat 12, 16-17) 4. Untuk menuju kepada pembaharuan yang dinanti-nantikan, tidak mungkin hanya duduk dan berdiam diri. Ada karya yang harus dijalani. Walaupun di tengah berbagai tantangan, para murid didorong untuk terus ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah melalui kesaksian pemberitaan Injil (ayat 13).Khotbah Jangkep November & Desember 2010

5.

Tuhan Allah akan selalu menyertai, menolong, dan memampukan para murid-Nya dalam menjalani tugas dan panggilan masing-masing. Allah tidak pernah berdiam diri. Dia adalah Allah yang terus berkarya di tengah kehidupan manusia. Inilah prinsip hidup dan perubahan hidup, yaitu terus berkarya (ayat 14-15, 18-19).

Benang Merah dan KesimpulanPerubahan adalah sebuah proses kehidupan. Suatu proses tidak cukup hanya diamati atau dibayangkan hasil akhirnya. Proses ini harus dijalani dan dihadapi. Dalam memelihara hidup manusia, Tuhan juga melalui proses, yaitu berkarya. Karya-Nya dilakukan dalam kasih dan kesetiaan-Nya. Kita dipanggil untuk bertekun dalam karya sebagai sebuah proses menuju perubahan yang telah dirancang oleh Tuhan bagi setiap kita.

Khotbah Jangkep

BERTEKUN DALAM KARYAJemaat yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, anyak orang memiliki pengharapan akan terjadinya perubahan dalam kehidupannya dan yang diinginkan sudah pasti perubahan menjadi lebih baik. Pengharapan akan adanya perubahan ini mendorong orang untuk mendedikasikan seluruh kemampuan, waktu, dan tenaganya untuk melakukan yang terbaik dengan tekun bekerja dan bersemangat. Namun tidak sedikit yang menempuh jalan lain dalam menunggu dan mewujudkan perubahan hidup. Jalan lain yang diambil ini biasanya jalan yang instan, yang dianggap cepat. Jaman modern rupanya juga telah menyebarkan budaya instan dan telah mempengaruhi pola pikir serta perilaku manusia. Semua harus serba cepat, serba kilat. Dalam hal perubahan kehidupan, ketika kesabaran dan ketekunan telah tergerus, maka orang memilih memintas jalan. Banyak yang kemudian melakukan manipulasi dalam pekerjaan yang dijalaninya demi mendapatkan (mengeruk) keuntungan besar bagi dirinya. Itulah korupsi. Ada juga yang lari meminta tolong kepada kuasa gelap (pesugihan), supay cepat meraup harta untuk mengubah kehidupannya. Bisa jadi tindakan ini karena merasa selalu gagal dalam setiap usaha dan karya yang dilakukan, atau tidak sabar karena hasil kerja yang didapat selalu sedikit,

B

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

atau juga karena iri terhadap orang lain yang dianggap sukses. Bisa juga karena memang sifat serakah, ingin selalu yang terbanyak, terkaya, tersukses dibanding yang lain. Tidak sedikit pula yang cenderung bertahan dalam dunia mimpi dan berharap datangnya rejeki nomplok sehingga hidupnya berubah secara spektakuler. Kuis dan berbagai acara undian berhadiah ratusan juta bahkan milyaran rupiah terus diburu karena berharap akan mengubah hidupnya dalam sekejap, meski tak sedikit pula yang tertipu. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap dalam mengharap dan menantikan terwujudnya perubahan dalam hidup ini? Jemaat yang terkasih, Suatu perubahan bisa membawa kita pada keadaan yang lebih baik, tetapi bisa juga membawa kepada keadaan yang lebih buruk. Peristiwa keluarnya umat Israel dari Mesir telah menghantarkan umat ini mengalami perubahan atau tepatnya pembaharuan kehidupan. Mereka memasuki babak baru dalam kehidupan, berubah dari kaum budak menjadi bangsa yang merdeka. Inilah ekspresi yang ada dalam Mazmur 98, yang menggambarkan betapa bangsa ini bersyukur atas keadaan baru yang mereka rasakan. Mereka bersyukur kepada TUHAN karena Dia telah melakukan karya penyelamatan atas umat-Nya. Selanjutnya, sejarah kehidupan umat Israel juga menjadi gambaran terjadinya berbagai perubahan hidup atau biasa disebut pasang-surut kehidupan. Mengapa demikian? Setelah perubahan dalam bentuk pembaharuan dialami melalui peristiwa keluaran, di saat berikutnya keadaan bangsa Israel berubah menjadi lebih buruk. Kehidupan mereka berubah menjadi lebih buruk ketika berpaling dan meninggalkan Tuhan Allah. Bangsa ini melakukan hal-hal yang tidak benar di hadapan Allah dan mereka merasakan penghukuman, direndahkan oleh bangsa lain. Nabi Yesaya mencatat keterpurukan bangsa ini ketika menjauh dari Tuhan. Namun situasi ini tidak berlangsung selamanya. Ketika umat ini memperlihatkan kembali kesetiaannya kepada Tuhan dan melakukan hal-hal yang seturut kehendak-Nya, maka Tuhan Allah di dalam kasih dan kesetiaan-Nya membangkitkan lagi bangsa ini. Dalam Yesaya 65: 17, perubahan dan pembaharuan dinyatakan dalam pernyataan langit yang baru dan bumi yang baru. Hal ini menyatakan kembali bagaimana Allah terus berkarya demi mengubah dan memperbarui kehidupan umat-Nya menjadi lebih baik. Dari hal-hal ini jelas bahwa perubahan hidup melekat erat

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

dengan karya yang dilakukan, baik karya yang dilakukan oleh Allah maupun manusia. Jemaat yang terkasih, Tuhan Yesus menyatakan bahwa segala yang ada di muka bumi ini pasti akan mengalami perubahan. Sebagai contoh, Bait Allah di Yerusalem yang dikagumi orang banyak karena megah, elok, kokoh, dan mewah, yang dirancang dapat bertahan ratusan tahun pun akan berubah bahkan akan roboh dan hancur (Lukas 21: 5-7). Ini adalah contoh perubahan menjadi lebih buruk. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengingatkan para murid untuk selalu siap dan waspada terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku (Lukas 21: 12). Ayat ini menggambarkan bahwa selalu ada hambatan dan tantangan besar menghadang di tengah perjalanan menuju perbaikan kehidupan. Namun menurut Tuhan Yesus, berbagai hambatan dan tantangan ini justru menjadi kesempatan dan panggilan untuk berkarya lebih sungguh-sungguh dan lebih baik lagi. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi (Lukas 21: 13). Ketika hidup manusia dipenuhi oleh hasrat, harapan, dan mimpi-mimpi akan datangnya perubahan hidup yang lebih baik, bukan berarti ini membuat manusia hidup di alam mimpi. Mengharapkan sebuah perubahan bukan berarti hanya diam dan menunggu terjadinya perubahan itu. Banyaknya hambatan dan tantangan juga bukan alasan untuk berputus asa, menyerah, lalu berhenti berkarya. Justru hambatan adalah sebuah kesempatan, sebab menanti perubahan berarti berjuang demi perubahan itu sendiri. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Satu hal yang tak boleh dilupakan, Allah kita bukanlah Allah yang berdiam diri. Di tengah perjuangan kita berkarya membangun perubahan dan perbaikan hidup, Dia menolong dan memampukan kita. Dia juga bukan Allah yang hanya diam menunggu, tetapi Allah kita adalah Allah yang terus berkarya di tengah penantian-Nya mengharapkan perubahan sikap manusia. Dia terus berkarya bagi kehidupan manusia, meski manusia cenderung melupakan-Nya. TUHAN memang terus menunggu manusia berubah menjadi setia kepada-Nya, tetapi Dia tidak pernah diam berpangku tangan. Oleh karena itu, terhadap orang-

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

orang yang berpangku tangan, rasul Paulus mengecam dengan keras. Mereka yang hanya berpangku tangan, tidak bekerja untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, disebut sebagai orang-orang yang tidak tertib. Siapapun yang ingin makan dan merasakan berkat Tuhan, haruslah bekerja (II Tesalonika 3: 10). Ini sejalan dengan firman Tuhan Yesus dalam Lukas 21: 19: Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." Siapa yang bertahan di tengah berbagai tantangan, tetap bertekun dalam tugas panggilan, pelayanan, dan pekerjaan, mereka akan memperoleh hidup, yaitu hidup baru. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Merenungkan Firman ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengharap, menanti dan mewujudkan perubahan hidup: 1. Perubahan adalah sebuah proses. Perubahan dan perbaikan kehidupan tidak mungkin terjadi dalam sekejap bagai sulap. Ini adalah jalan hidup yang harus dihidupi dan dijalani. Seperti halnya Tuhan Yesus sendiri ketika Dia hendak mewujudkan perubahan dalam kehidupan manusia. Tuhan Yesus menjalani karya penyelamatan sebagai sebuah proses, meskipun itu adalah kesengsaraan. 2. Proses ini harus dijalani dengan bertekun dalam karya. Dalam mewujudkan perubahan dan perbaikan hidup umat manusia, Tuhan Allah juga senantiasa bertekun dalam karya. Karya pemeliharaan dilakukan oleh Allah dengan penuh kasih dan kesetiaan. Orang yang ingin maju harus mau menggerakkan badannya dan mulai melangkahkan kakinya. Namun jika orang itu hanya diam saja, tidak bergerak sama sekali, maka bisa dipastikan dia akan ada di tempat itu selamanya. Siapa bergerak, dalam arti berkarya, maka dia akan merasakan berkat Tuhan. Seperti pengajaran orang tua; Ora ana upa temumpang lambe, upa kuwi anane temumpang ing gawe. (Tidak ada nasi yang langsung masuk ke mulut, nasi itu akan ada jika kita bekerja). 3. Sabar dan jangan mengandalkan kekuatan serta kemampuan diri sendiri. Suatu proses yang dijalani tidak selalu melewati jalan yang mulus dan baikbaik saja. Apalagi proses untuk menjadi lebih baik, pasti ada tantangan dan pengujian terhadap diri kita dan atas harapan kita. Di tengah berbagai tantangan dan pengujian, tentu kita dituntut untuk bersabar diri. Sabar dalam menjalani setiap pergumulan dan jangan sampai jatuh kepada tindakan yang sifatnya jalan pintas.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

4.

Keyakinan akan pertolongan Tuhan. Dalam menanti dan berjuang mewujudkan perubahan hidup, kita harus percaya bahwa Tuhan punya rencana/rancangan terbaik untuk setiap kita. Kita harus yakin bahwa Tuhan Allah pun terus berkarya untuk kehidupan manusia.

Semangat perubahan dan pembaharuan hidup adalah semangat untuk bertekun dalam berkarya. Hidup pribadi, keluarga, jemaat, dan masyarakat memanggil kita untuk terus berjuang mewujudkan perubahan hidup menjadi lebih baik. Selamat bertekun dalam karya, selamat berjuang mewujudkan perubahan kehidupan. Tuhan memberkati, AMIN. Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Mazmur 121: 1-8 Petunjuk hidup Baru : Kisah Para Rasul 20: 34-35 Ayat persembahan : Amsal 11: 24-25 Rancangan Nyanyian Ibadah: Pujian pembuka : KJ 21: 1, 2 Nyanyian penyesalan : KJ 28: 1, 2, 3 Nyanyian kesanggupan : KJ 46: 1, 2 Nyanyian persembahan : KJ 288: 1 ... Pujian penutup : KJ 363: 1, 2

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 14 Nopember 2010 Minggu II

TUMEMEN MAKARYAWaosan I: Yesaya 65: 17-25; Tanggapan: Jabur 98: 1-9; Waosan II: II Tesalonika 3: 6-13; Waosan Injil: Lukas 21: 5-19

Khotbah Jangkep

Pasamuwan kinasih ing Gusti Yesus, athah tiyang sami ngajeng-ajeng tuwuhing ewah-ewahan ing gesangipun, tumuju dhateng kawontenan ingkang langkung sae. Pangajeng-ajeng punika ndadosaken tiyang sami sengkut migunakaken sedaya kesagedan, wekdal, saha tenaga kangge nindakaken pakaryan. Kanthi pangajab, lumantar panyambut damel punika berkahipun Gusti Allah saged katampi saha karaosaken, saged nyekapi sedaya kabetahaning gesang. Nanging eman, boten sekedhik ugi tiyang ingkang langkung remen milih margi nyimpang kangge mujudaken ewah-ewahan ing gesang.

K

Margi ingkang nyimpang punika adat saben kaanggep cepet, instan. Punapa malih jaman modern ndadosaken manungsa sami dipun kuwaosi budaya instan, sarwi cepet, sarwi kilat. Sikep sabar saha tumemen sampun kareridhu dening tumindak nyidhat dalan. Supados kawontenan gesangipun cepet ewah dados sae lan sekeca, kathah ingkang sami nyimpangaken palapuran kahartakan, supados saged ngeruk bathi kathah kangge dhiri pribadi. Punika ingkang kasebat korupsi. Wonten ugi ingkang nyuwun pitulungan alantaran jimat pesugihan, ancasipun cepet dados sugih temahan gesangipun dados sekeca. Tumindak punika linandhesan raos semplah amargi tansah gagal ing panyambut damel. Saged ugi amargi mboten sabar nengga kasilipun anggenipun nyambut damel ingkang karaos sakedhik. Wonten ingkang amargi raos meri lan drengki dhateng tiyang sanes ingkang sampun kasil. Sipat serakah lan kepengin dados paling sugih, paling kathah, paling kasil, saged ndadosaken tiyang mendhet margi ingkang nyimpang.Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Wonten malih tiyang ingkang remen gesang ing salebeting pangimpen, tansah ngangen-angen pikantuk rejeki nomplok temahan gesangipun ewah sanalika. Pramila, kathah ingkang sami remen dhateng acara kuis lan undian berhadiah ingkang badhe paring bebana atusan yuta, malah milyaran rupiah. Tiyang sami ngimpi mbujeng lan pikantuk hadiah punika, senadyan mboten sakedhik ingkang kecelik lan kapiran amargi kapusan. Lajeng kados pundi kedahipun anggen kita sami ngajeng-ajeng saha mujudaken ewah-ewahan ing gesang kita? Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yesus, Satunggaling ewah-ewahan saged mbekta gesang kita tumuju ing kawontenan ingkang langkung sae, nanging ewah-ewahan punika inggih saged nggeret kita ing kawontenan ingkang langkung mrihatosaken. Lelampahaning umat Israel medal saking Mesir sampun nglantaraken bangsa punika ngraosaken ewah-ewahan gesang, mlebet ing gesang anyar. Salin kawontenan saking bangsa budhak dados bangsa ingkang mardika. Punika ingkang dados gegambaran ing salebeting kitab Jabur 98, ingkang nelakaken anggenipun bangsa punika ngaturaken panuwun sokur dhateng Gusti Allah. Israel ngraosaken gesang anyar amargi gusti Allah sampun nindakaken pakaryan kawilujengan atas umatipun. Salajengipun, sejarah gesang umat Israel ugi dados kaca benggala wolakwaliking gesang manungsa. Awit sasampunipun nampeni gesang anyar inggih punika kamardikan saking Gusti Allah, bangsa punika ugi nate ngalami gesang ingkang awrat. Bangsa Israel gentos dipun kuwaosi dening bangsa sanes, kecalan kamardikanipun. Kawontenan punika jalaran umat Israel boten nindakaken kasetyanipun dhateng Sang Yehuwah, temahan nampi bebendu. Nabi Yesaya nyathet perkawis punika. Ewa semanten, kawontenan punika boten ing salaminipun. Nalika umat Israel purun ngatingalaken malih anggenipun nindakaken katresnan saha kasetyan dhateng Gusti Allah, mbangun miturut dhateng dhawuhipun Sang Yehuwah, Gusti Allah boten badhe kendel. Gusti Allah ing salebeting kasetyan saha katresnanipun nimbali lan nangekaken bangsa punika. Ing kitab Yesaya 65: 17, ewah-ewahan tumrap gesang anyar kapratelakaken kanthi pangandika Aku bakal nitahak langit anyar lan bumi anyar... Pangandika punika nelakaken anggenipun Gusti Allah tansah makarya ing satengahing gesangipun manungsa, mujudaken gesang anyar ingkang langkung sae. Saking perkawis punika cetha bilih ewah-ewahan

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

gesang punika raket sanget kaliyan pakaryan, sae pakaryanipun gusti Allah punapa dene pakaryanipun manungsa. Pasamuwan kinasih ing Gusti Yesus, Gusti Yesus ugi nelakaken bilih sedaya ingkang wonten ing bumi mesthi badhe ngalami ewah-ewahan. Kangge conto, Pedalemanipun Allah ing Yerusalem ingkang endah, rinengga ngangge sela ingkang sae temahan nengsemaken tiyang ingkang sami nyawang, badhe rubuh lan lebur sedayanipun (Lukas 21: 5-7). Punika ewah-ewahan dhateng kawontenan ingkang boten sae. Pramila Gusti Yesus ngengetaken para sekabat supados tansah waspada, sumadya ngadhepi sawernaning ewah-ewahaning gesang. Nanging sadurung kabh mau kelakon, kow bakal dicekel lan dianiaya. Kow bakal padha diadili ana ing papan-papan pangibadah lan dilebokak ana ing pakunjaran. Kow bakal dilarak lan diladkak ana ing ngarep para ratu lan para pangwasa, merga saka Aku (Lukas 21: 12). Ayat punika ngengetaken bab pepalang ingkang dipun adhepi ing satengahing lampah tumuju dhateng gesang anyar. Gusti Yesus ugi ngandika, sawernaning pepalang punika malah dados wewengan kangge nindakaken pakaryan kanthi langkung tumemen. Kuwi wewengan kanggo kow nglairak paseksimu bab Injiling Pangran (Lukas 12: 13) Nalika manungsa kapenuhan kaliyan pepenginan kangge mujudaken ewah-ewahan ing gesangipun, mboten ateges manungsa gesang ing salebeting ngimpi. Ngajeng-ajeng gesang ingkang langkung sae boten ateges kita namung kendel kemawon. Makaten ugi sawernining pepalang boten dados jalaran kita sami semplah, nglokro, lajeng kendel boten makarya. Kedahipun pepalangpepalang punika dados satunggaling wewengan, kangge nggayuh gesang anyar. Pasamuwan kinasing kagunganipun Gusti Yesus, Setunggal perkawis ingkang boten kepareng dipun supekaken, Gusti Allah kita punika sanes Gusti Allah ingkang namung mendel kemawon. Ing satengahing perjuwangan kita makarya mbangun gesang ingkang langkung sae, Panjenenganipun badhe mitulungi saha nyagedaken kita. Panjenenganipun punika Gusti Allah ingkang mboten namung nengga thenguk-thenguk kemawon, ananging tansah makarya tumrap manungsa sinambi ngantu-antu manungsa saged nelakaken katresnan lan kasetyanipun dhateng Gusti Allah. Gusti Allah boten nate nggegem tangan, nanging tansah makarya senadyan manungsa nyingkur Panjenenganipun.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Mila saking punika, rasul Paulus ngengetaken tiyang-tiyang ingkang namung nggegem tangan, ingkang kesed, mboten purun nyambut damel kangge nyekapi kabetahan gesangipun. Tiyang ingkang kados makaten boten namung kesed, malah kepara ngrusuhi tiyang sanes. Mila rasul Paulus ngandika, "Sapa sing ora gelem nyambut-gaw, aja mangan." (II Tesalonika 3: 10). Punika cundhuk kaliyan pangandikanipun Gusti Yesus ing Lukas 21: 19 Yn kow tetep precaya lan sabar, kow bakal slamet." Sinten kemawon ingkang tatag lan tanggon ing satengahing pepalang, tetep tumemen nindakaken timbalan, peladosan, saha pakaryan, mesthi badhe nampeni berkah saking Gusti Allah, berkah gesang anyar. Pasamuwan kinasih kagunganipun Gusti, Ngraos-raosaken pangandikanipun Gusti Allah punika, wonten perkawisperkawis ingkang kedah kita gatosaken ing salebeting ngantu-antu saha mujudaken ewah-ewahaning gesang: 1. Ewah-ewahaning gesang punika satunggaling proses. Tegesipun, boten saged kelampahan kados dene sulap, malik grembyang. Punika margining gesang ingkang kedah dipun lampahi kanthi setya saha tumemen. Kados Gusti Yesus piyambak, nalika Gusti Yesus ngersakaken gesang ingkang langkung sae tumprap manungsa, Panjengenipun nindakaken pakaryan kawilujengan. Gusti Yesus nindakaken pakaryan kawilujengan kanthi setya saha tumemen, nglampahi minangka satunggaling proses senadyan punika wujudipun nandhang kasangsaran. 2. Proses punika dipun lampahi kanthi tumemen ing salebeting makarya. Kangge mujudaken gesang anyar ingkang langkung sae, Gusti Allah tansah tumemen makarya ngrimati gesanging manungsa. Pangrimat punika katindakaken kanthi tresna saha setya. Makaten ugi tiyang ingkang kepengin majeng kedah purun ngobahaken awakipun, njangkahaken sukunipun. Manawi namung kendel kemawon boten puruh obah, sampun mesthi tiyang punika boten badhe dumugi dhateng papan ingkang katuju. Sinten tiyangipun ingkang purun obah (makarya) mesthi badhe nampeni berkah. Kados piwulangipun para sepuh, Ora ana upa temumpang lambe, upa kuwi anane temumpang ing gawe 3. Tansah sabar nindakaken sedaya pakaryan, senadyan kathah pepalang. Pepalang punika dados srana kangge ndadar dhiri kita, ndadar sedya lan pangajeng-ajeng kita. Ing satengahing pepalang lan pendadaran punika kita kedah sabar, supados boten dhawah ing panggodhaning jalan pintas.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

4.

Tansah pitados dhateng pitulunganipun Gusti Allah, awit Gusti Allah mesthi kagungan rancangan ingkang endah kangge sedaya manungsa. Gusti Allah tansah makarya paring pitulungan tumrap manungsa.

Semangat kangge mujudaken ewah-ewahaning gesang inggih menika semangat kangge tumemen makarya. Gesang pribadi, brayat, pasamuwan, dalah masyarakat dados timbalan kangge tansah berjuang mujudaken gesang ingkang langkung sae. Sugeng makarya, Gusti mberkahi. AMIN Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Jabur 121: 1-8 Pitedah Gesang Anyar : Pr. Rasul 20: 34-35 Ayat pisungsung : Wulang Bebasan 11: 24-25 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung pambuka : KPK 26: 1-3 Kidung panelangsa : KPK 45: 1, 2 Kidung kesanggeman : KPK 81: 1, 3 Kidung pisungsung : KPK 188: 1 ... Kidung panutup : KPK 168: 1-3

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 21 Nopember 2010 Minggu III Kristus Raja

TUHAN SEMESTA ALAM MENYERTAI KITABacaan I: Yeremia 23: 1-6; Antar Bacaan: Mazmur 46; Bacaan II: Kolose 1: 11-20; Bacaan III: Injil Lukas 23: 33-43 Tujuan: Dalam segala perkara, kita diingatkan untuk mengikut irama Tuhan agar segala sesuatu terjadi menurut kehendak dan dalam pemeliharaan-Nya. Termasuk dalam mempersiapkan masa depan untuk tetap bertahan ada/eksis.

Dasar pemikiran

Visi Masa Depan. Untuk bisa melakukan PI kontekstual harus memahami apa yang kita bisa lakukan hari ini dan kepercayaan akan sesuatu yang baik di masa yang akan datang. Gereja, dalam hal ini GKJ, harus bisa melihat bagaimana menghadapi bayang-bayang masa depan. Saat ini GKJ besar dan mantap, tetapi apakah 5 atau 10 tahun lagi, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang demikian pesat, yang bahkan membawa kamar tidur ke muka umum dan memasukkan dunia dalam kamar tidur, sudah diantisipasi? Namun dalam upaya antisipasi itu hendaklah semua dilakukan sesuai irama alam. Buah apel yang manis dan segar berasal dari biji yang bertumbuh dan dirawat dengan baik. Apel yang manis alami tetap berbeda rasanya dengan apel karbitan apalagi penuh pestisida. Karena itu, untuk selamat di masa yang akan datang, seirama alam, baiklah kita mempersiapkan diri. Itulah agaknya yang dimaksud menggembala dengan penuh perhatian. Tidak sekedar waton/asal menunggui. Menjaga dan memelihara lebih dari sekedar duduk di samping ternak yang makan rumput. Ia juga waspada terhadap lingkungan sekitar dan gerak-gerik ternak yang tidak seperti biasa. Kalau padang rumputnya sudah mulai tidak aman, baiklah mencari yang lebih baik.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Untuk melihat semua itu perlu mata hati dan pikiran yang melihat jauh ke depan, keyakinan ke arah mana Tuhan menghendaki kita berjalan. Seperti keyakinan penjahat yang berkata, Yesus, ingat aku, apabila Engkau datang sebagai RAJA.

Tafsiran:

Yeremia 23: 1-6Cerita ini cukup mencemaskan bagi para gembala (pastor) yang tidak menggembalakan (pasture) dengan baik. Tuhan mengancam dengan serius karena kelalaian mereka. Namun syukurlah, meskipun Tuhan marah alang kepalang kepada para pastor yang lalai melakukan pasture, IA sendiri kemudian turun tangan mengumpulkan kambing domba yang tercerai berai. Kemudian dengan memakai gembala lain, Ia menyamankan para gembalaan. Inilah Tuhan kita. Di satu sisi Ia sangat mengecam kelalaian dan membenci pembiaran, tetapi serta merta kasih-Nya ditampakkan untuk yang dianiaya. Tuhan Allah Keadilan kita. Zedekia!

Mazmur 46Refrein: TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah. Dalam nada tinggi/soprano/suara perempuan tertinggi (alamot) dinyanyikanlah lagu ini. Suatu pengakuan dan keyakinan bahwa dalam segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, apapun yang dialami oleh manusia, bumi dan seisinya; semua ada dalam kuasa tangan Tuhan.

Kolose 1: 11-20Bagian ini berisi saran/nasihat untuk sabar, tekun, tetap bersyukur, dan bersukacita dalam menanggung segala derita dan rupa-rupa peristiwa (termasuk peristiwa bahagia tentunya). Untuk semua ketekunan dan kesabaran itu tersedia ganjaran pada waktu yang telah ditentukan! Tidak mudah untuk tetap fokus, sabar, tenang, dan bersukacita padahal hati remuk redam oleh kekecewaan dan kemarahan, kesedihan dan kebingungan. Memang sulit, tetapi hendaknya tetap ingat bahwa akhirnya, semua orang akan mati. Jaminan supaya dapat mati dengan bahagia dan tenang dipaparkan dalam ayat 14-20. Jadi tetaplah tenang dan sabar. Bahkan yang jahat juga akan mati.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Lukas 23: 33-43Bernada sama dengan kata-kata terakhir dalam uraian Kolose 1:11-20 adalah sikap/keyakinan penjahat di sisi kanan Tuhan Yesus. Orang jahat juga akan mati. Tetapi memilih mati seperti apa, itulah yang penting. Pengakuan penjahat di sisi kanan Tuhan Yesus ini, bagi orang Kristen tentu tidak aneh. Namun hal ini istimewa karena dia lakukan pada masa ketika banyak orang menyangsikan kesejatian Yesus. Bisa jadi ungkapan lelaki di sisi kanan itu hanya sebuah spekulasi yang dipandang tidak akan merugikan dirinya, sekalipun jika ia salah, karena ia sudah akan mati. Dalam kondisi sekarat, semua bisa terjadi sangat cepat dan tidak memerlukan pemikiran mendalam. Penjahat satunya sudah menunjukkan hal itu dengan mengatakan agar Yesus menyelamatkan diri-Nya dan mereka jika memang betul Ia mesias. Penjahat ini hanya melihat, karena tidak terjadi dalam seketika, berarti Yesus bukan Mesias. Kebalikannya, penjahat satunya meyakini bahwa kemuliaan Mesias bukan berarti harus ditampakkan saat itu juga, tetapi melampaui waktu itu. Itulah sebabnya ia mengatakan: .ingatlah..apabila Engkau datang.. Dengan keyakinan ini, ia menjemput kematian dengan bahagia. Dunia orang mati adalah dunia akan yang belum ia ketahui wujudnya. Namun ia sudah memiliki kartu masuk, dengan mata hati yang melihat dan meyakini masa depannya aman bersama lelaki yang dipanggil Yesus itu.

Khotbah Jangkep

TUHAN SEMESTA ALAM MENYERTAI KITAYESUS, Ingatlah Aku udah berapa kali kita mengucapkan kalimat itu hari ini? Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Saat mengalami sedih, kecewa, atau marah, beberapa orang-syukurlah-masih sering menggumamkan ini dalam hati: Yesus, ingatlah aku. Ini masih lebih baik daripada lupa sama sekali, baik senang maupun sedih. Apakah saudara juga begitu? Mengucapkan kalimat tersebut dalam situasi tertentu? Kalimat yang diucapkan memang terasa sederhana, hanya terdiri dari 3 kata. Sama seperti I love you, aku sayang kamu. Namun makna tiga kata itu mengatasi tiga dunia; dunia kemarin, hari ini, dan yang akan datang. Ketika kita mengucapkan kalimat Yesus ingatlah aku, serta merta timbul pengakuan

S

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

bahwa dalam situasi yang sedang kita alami, entah sedih atau bahagia, kita meyakini bahwa ada Tuhan Yesus di dalamnya. Jika sedang sedih, bisa jadi kita memohon kekuatan atau sekadar menumpahkan perasaan pada yang kita percayai agar lega. Jika sedang marah, alam bawah sadar menarik ingatan agar kita diberi kemampuan untuk sabar, tenang, dan menyerahkan semua dalam kuasa Yesus sebagai penganjur dan Tuhan kita. Lalu jika sedang bahagia? Yah, saya hanya mengingatkan Saudara semua, agar ketika gembira, bahagia, jangan lupa juga mengingat bahwa semua ada dalam pemeliharaan Tuhan Yesus! Jemaat yang dikasihi Tuhan, Tiga kata yang menjadi judul khotbah hari ini sekaligus juga menjadi pondasi dalam kita menggerakkan diri. Kalau kita meminta Yesus mengingat kita dalam suka dan duka, artinya juga menggerakkan nalar budi dan raga kita agar senantiasa mengingat Tuhan Yesus di manapun kita berada. Ketika kita sedang hendak melakukan tindakan dalam kebebasan kita. Atau ketika kita sedang memasukkan selembar rupiahan yang bukan hak kita dalam kantong baju, padahal sedang membuat laporan anggaran di kantor apalagi laporan keuangan Gereja.. Atau ketika sedang bingung memutuskan sesuatu, dalam kondisi begini kita bertanya: kira-kira Tuhan Yesus akan memberi putusan apa? Kristus Raja! Jemaat yang dikasihi Tuhan, Minggu 21 November ini seluruh dunia mengingat dan meyakini bahwa Kristus adalah Raja kita. Dialah pemimpin kita dalam seluruh kepenuhan hidup kita. Bagi orang yang menuliskan di KTP-nya Kristen, membatin diri sebagai pengikut Kristus; ini hari yang mengingatkan agar kita sungguh-sungguh menghormati Yesus sebagai Raja dalam hidup kita pribadi. Begitu juga para Penatua, Pendeta, Diaken, dan seluruh aktivis gereja. Dalam gereja tempat kita melayani, bukan gereja tempat kita berkuasa, selalulah membatin: Yesus, ingat aku! Karena kedudukan atau jabatan gerejawi yang saat ini kita jalani sebenarnya adalah milik Tuhan Yesus. Dialah Raja-nya, bukan kita yang adalah manusia lemah dan penuh dosa. Oleh karena itu, mari bersama mengatakan dalam hati kita: Yesus, ingat aku agar ketika kita menjadi pengambil keputusan tertinggi, saat harus merendahkan diri serendah-rendahnya karena kesalahan kita, saat menerima pujian dan penghargaan; membatin dalam ingatan diri, nalar, dan budi: Yesus, ingat aku; supaya aku tetap sadar diri, supaya aku tetap

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

tenang dan sabar; supaya aku mau dituntun oleh-Mu, oleh kasih-Mu, sesuai rencana dan waktu-Mu. Karena aku hanyalah penggembala upahan dan Yesuslah Gembala Utama. Jemaat yang dikasihi TUHAN, Dalam ingatan akan konflik/perselisihan internal yang menceraiberaikan, baik keluarga Kristen, Gereja Kristen, atau Gereja Kristen Jawa dipanggil untuk lebih menampakkan kebaikan Allah yang Maha Adil. Sudah waktunya menyongsong budaya bergereja yang memandang jauh ke depan, ke padang rumput hijau nan segar. Tantangan ke depan, bagi pemuliaan harkat manusia, menanti kita. Jangan sampai berita Yeremia 23: 1-6 menghardik kita karena kita lupa tugas sesungguhnya dan sibuk pada diri sendiri. Bagaimana Gereja akan dicintai orang lain jika ia sibuk dengan dirinya sendiri dan bertopang dagu ketika ada orang-orang yang berteriak minta tolong?! Pada Engkau yang besar dan bergelimang karunia, dunia berharap. Tuhan, ingatlah aku. Ungkapan ini juga merefleksikan hal domba-domba di padang belantara kehidupan menunggu untuk dibimbing. Nyatakan kasih paling agung sebagai pegangan dalam dunia yang semakin sulit dan menantang untuk dijalani ini. Mari berkarya, hingga ketika pulang, janji Kolose 1: 11-20 menjadi milik kita. Jangan takut, Tuhan semesta alam menyertai kita, Dialah kota benteng kita. Tuhan memberkati kita semua.Amin. Rancangan Bacaan Kitab Suci: Berita Anugerah : Zakharia 8: 11-17 Petunjuk Hidup Baru : II Timotiius 4: 5 Persembahan : Ulangan 14: 23 Rancangan Nyanyian Ibadah: Nyanyian Pujian : PKJ 168: 1-3 Nyanyian Penyesalan : PKJ 37: 1-2 Nyanyian Kesanggupan : PKJ 164: 1-3 Nyanyian Persembahan : PKJ 145: 1- Nyanyian Penutup : PKJ 179: 1-2

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 21 November 2010 Minggu III Kristus Raja

PANGERAN YEHUWAH GUSTINING KANG SARWA DUMADI NUNGGIL KALIYAN KITAWaosan I:Yeremia 23: 1-6; Mazmur 46; Waosan II: Kolose 1: 11-20; Waosan Injil: Injil Lukas 23: 33-43 Ancas tujuwan: Pasamuwan tansah angengeti lan pitados bilih Gusti tansah nunggil, pramila kedah ngatos-atos ing sauruting lampah nanging ugi wantun makarya kanthi saestu murih sihipun Gusti karaosna dening saben tiyang.

Khotbah Jangkep

PANGERAN YEHUWAH GUSTINING KANG SARWA DUMADI NUNGGIL KALIYAN KITA kula ndherek... Pasamuwan ingkang kinasih ing Gusti Yesus Kristus, kara ingkang cekak aos punika: kula ndherek, ketingalipun prasaja Nanging kasunyatanipun punapa saestu kados mekaten ta? Cobi upami kula tanglet dhateng pasamuwan ing ngriki, tembung mekaten cul entheng dipun aturaken nalika wonten ing kawontenan ingkang kados pundi? Lha menawi ing kawontenan ingkang boten ngremenaken manah punapa inggih kanthi enteng dipun aturaken? He..hecobi upami Panjenengan dipun dangu Gusti, punapa Panjenengan sagah dipun paringi sesakit ingkang awrat ingkang boten wonten obatipun, tur dangu anggenipun sakit? Walah pitakenan kok nganeh-anehi nggih. Cobi ingkang radi gampil; kadospundi menawi satunggaling dinten Panjenengan pitepangan kaliyan setunggal tiyang, lajeng tiyang wau nyuwun ngampil arta Panjenengan, nggih namung satus ewu kemawon, kangge setunggal dinten? Ha ha ha sekedhik? Nggih kangge kula sadaya ingkang namung buruh tani arta semanten punika ageng sanget. Ning, pitakenanipun, menawi saweg namung gadhah arta 150 ewu lajeng dipun ampil satus ewu kinten-kinten pareng boten nggih?

U

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Pasamuwan kagunganipun Gusti, Pambuka khotbah ing dinten punika anenangi dhateng manah lan dhiri kita piyambak. Taksih kathah conto sanes ingkang ngetingalaken bilih saestunipun prekawis kula ndherek punika boten gampil. Punapa malih menawi dipun jumbuhaken kaliyan cariyos ing waosan dinten punika. Saking cariyos para pangen ing Yeremia 23 wau, pranyata para pangen ingkang mesthinipun ndherek utawi mbangun turut dhateng ingkang gadhah mendanipun, ngengen lan ngrimati kagunganipun, boten mituhu kepara mbuyaraken. Sajak kesupen, melik nggembol lali. Lan kawontenan ingkang kados mekaten punika, sapunika ketingal ing babagan ingkang maneka warni. Dadosa ing pamarentahan, gesang brayat (suami istri), kepara ugi ing satengahing gesang tiyang pitados (kelompok agami punapa kemawon). Angel kangge kita saged mbedakaken pundi ingkang saestu karsanipun Gusti Allah kaliyan gusti pejabat/pangarsa sapunika. Lajeng, cariyos ing waosan Injil dinten punika. Wonten durjana kalih ingkang gadhah pamanggih beda bab panguwaosipun Sang Kristus. Ingkang satunggal pitados saestu, ngantos masrahaken dhiri supados Gusti ngengeti dhateng piyambakipun nalika jumeneng ing kamulyanipun. Basa cekakipun, inggih, kula ndherek Paduka. Nanging durjana setunggalipun moyoki Sang Kristus. Kapitadosanipun durjana ingkang nyuwun supados Gusti Yesus ngengeti dhateng piyambakipun ketingalipun gampil, karaos limrah awit tiyang punika sampun badhe pejah. Nanging menawi dipun raos-raosaken, keyakinan bilih Sang Kristus saestu kagungan panguwaos milujengaken tiyang, punika prekawis ingkang mbetahaken kekendelan. Ing jaman samangke kemawon, nalika tiyang badhe katimbalan, napas sampun badhe ical, wonten ugi ingkang taksih mangu-mangu, punapa kasinggihan menawi pitados kemawon dhateng Sang Kristus saged milujengaken nyawanipun. Kepara nyuwun dipun dongakaken taksih nggadhahi umur panjang, mangka wekdalipun sampun caket saestu. Iman utawi kapitadosan; tembung cekakipun kula ndherek ingkang ketingal prasaja punika tumrap sawetawis tiyang asring ndadosaken mumet njlimet. Saking inggiling nalaripun lan lebeting kapitadosanipun, menawi setunggal prekawis boten saged dipun nalar lan boten saged dipun buktekaken, punika ateges boten saged dipun pitadosi. Mila boten mokal kathah tiyang Kristen ingkang sampun mataun-taun dados pendherekipun Gusti, gampil anggenipun nilar kapitadosan. Punapa malih kanggenipun sawetawis sedherek ingkang mastani bilih agami punika perkawis menu makanan. Sampun boten

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

remen jangan lodheh inggih gantos bening utawi sop. Lah lodheh ngagem santen njalari kolesterol inggil, mekaten pratelanipun. Prakawis punika kados ingkang karaosaken durjana ingkang moyoki Sang Kristus. La yen sekti tenan kudune ora mungkin mati, ora mungkin disalib. Gusti kok di salib. Jare Gusti kok kersa di seret-seret manggul kayu salib. Ya kudune malah kabeh prajurit iki dikalahake. Mekaten mbok bilih menawi dipun gantos kanthi ukara sanes. Pasamuwan ingkang kinasih ing Gusti Yesus, Tembung kula ndherek punika ngengetaken dhateng kula lan panjenengan supados tansah yakin, tatag lan tanggon, sarta setya tuhu ing sedaya prekawis. Andhap asor, sabar lan tansah eling; enget dhateng panggulawentah, pangrimat lan pangreksa saking Gusti Allah kita. Ngengingi kawontenan ingkang sapunika karaosaken pasamuwan ing pundi papan, dadosa punika bab pasrawungan umat beragama ing Indonesia, punapa dene bab gesangipun Pasamuwan Kristen ingkang mrangguli tantangan ing salebeting gesang masamuwan (wontenipun pasulayan/konflik, dredah, lan sapiturutipun). Prekawis punika wigati dipun gatosaken. Ngraos-raosaken malih tembung kula ndherek punika. Bom saking bahan kimia ingkang ngrisak gedung, mejahi tiyang punika pancen berbahaya. Nanging langkung berbahaya menawi pasamuwan sampun kesupen bilih kapitadosan lan bangunan Gereja, saha adegipun pasamuwan punika kawiwitan saking kesadaran batin: Gusti, kula ndherek Paduka. Kados paseksining jurumazmur ing Mazmur 46: Gusti Allah iku dadi papan pangayoman kita lan karosan kita. Amin. Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Zakharia 8: 11-17 Pitedah Gesang Anyar : II Timotiius 4: 5 Pangatag Pisungsung : Pangandharing Toret 14: 23 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka : KPK BMGJ 16: 1-3 Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 111: 1, 4, 6 Kidung Kesanggeman : KPK BMGJ 83: 1, 2 Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 183: 1, 2 Kidung Panutup : KPK BMGJ 164: 1-5

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Minggu, 28 November 2010 Minggu adven I

TERARAH PADA TUHANBacaan I: Yesaya 2:1-5; Antar Bacaan: Mazmur 122; Bacaan II: Roma 13:11-14; Bacaan III:Injil Matius 24:36-44

Dasar Pemikiran

Minggu ini Gereja memasuki tahun baru liturgi. Menarik untuk direnungkan bahwa setiap memasuki tahun baru liturgi selalu diiringi harapan. Inilah yang menjadi makna Minggu Adven, menanti dengan segenap hati Sang Putra Ilahi, sumber pengharapan dunia. Melalui Minggu Adven, Gereja memasuki kembali proses formasi iman yang penuh misteri. Baru saja Gereja bertemu dengan kemahakuasaan Kristus Sang Raja Semesta Alam pada Minggu kemarin, pada akhir minggu tahun liturgi. Pada awal tahun liturgi, Gereja diajak untuk merenungkan pengharapannya kembali kepada Sang Raja Semesta. Untuk maksud ini, diperlukan keberanian untuk mantap dalam berharap dan pasti dalam misteri. Lingkaran Adven-Natal menyampaikan pesan menarik. Beranikah Gereja menggantungkan harapan pada janji akan kedatangan Tuhan? Beranikah Gereja percaya kepada Sang Raja yang datang dalam kelemahan seorang bayi papa? Di tengah pergumulan itu, Gereja menghayati dengan simbol warna ungu yang melambangkan kecemasan dan kekhawatiran. Sekalipun demikian, keyakinan akan pengharapan terus menyala, sebagaimana dilambangkan dalam lilin adven warna ungu yang setiap minggunya nyalanya akan terus bertambah. Di tengah situasi itu sikap iman yang paling tepat adalah bertobat. Melalui pertobatan pengharapan akan semakin kuat karena disertai rahmat belas kasih Allah. Bacaan leksionari pada minggu adven I ini hendak mengajak umat Tuhan mengarahkan hati selalu kepada Tuhan. Karenanya baik bila mempersembahkan doa ini: Allah yang perkasa, anugerahilah kami kekuatan untuk mengatasi kegelapan hidup. Taruhlah cahaya terang-Mu dalam hidup kami sehingga mata iman kami tetap melihat pengharapan. Buatlah kami memahami misteri

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

inkarnasi oleh karena Roh Kudus supaya kami mantap dalam berharap akan kedatangan Kristus Tuhan kami. Amin.

Tafsir:

Yesaya 2:1-5"Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." Yesaya bin Amos menerima pernyataan firman Tuhan tentang Yehuda dan Yerusalem. Yehuda adalah kaum penting di antara suku-suku di Israel. Dari keturunan Yehuda ini diyakini Mesias akan datang. Itulah keistimewaan Yehuda. Sedangkan Yerusalem merupakan ibukota Yehuda, pusat kegiatan keagamaan yang penting. Pernyataan firman Tuhan tentang Yehuda dan Yerusalem ingin menunjuk pada orang-orang yang mau mengarahkan hati kepada Allah. Yesaya mengajak untuk naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya mendapatkan pengajaran tentang jalan Tuhan. Berjalan di jalan Tuhan berbeda dengan jalan orang fasik yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Menempuh jalan Tuhan berarti mau berjalan di dalam terang yang menuju kehidupan kekal bukan menuju pada kebinasaan.

Mazmur 122ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN Mazmur 122 merupakan nyanyian Ziarah, sebagaimana disebut sebagai keterangan dalam ayat 1. Pusat ziarah bangsa Israel adalan Yerusalem. Tujuan ziarah adalah untuk bersyukur pada Tuhan dan berdoa memohon berkat kesejahteraan. Ini pula yang menjadi sumber iman mengapa kerinduan akan rumah Tuhan begitu mendalam di hati umat Tuhan.

II Roma 13:11-14Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus memberikan nasihat yang penting. Keselamatan sudah lebih dekat bagi orang yang percaya. Karena keselamatan sudah dekat, Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Seperti apakah perlengkapan senjata terang itu? Hidup dengan sopan, menjauhi hawa nafsu, perselisihan dan iri hati. Mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Konsekuensinya dengan merawat tubuh untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini bisa dilatihkan melalui puasa pada masa adven.

Injil Mateus 24:36-44Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga... Bacaan ini memberi pengajaran tentang kedatangan Anak Manusia. Yang menjadi rujukan pengajaran adalah zaman Nuh. Segala suatu berjalan seperti biasa, tidak disangka-sangka air bah datang dan melenyapkan semuanya. Atas dasar pengalaman iman itu, dinyatakan bahwa kedatangan Anak Manusia tidak diketahui. Karena itu, berjaga-jagalah sebab kapan Tuhan datang tidak ada yang tahu. Apa arti penting pengajaran ini? Adalah sebuah nasihat untuk berjaga-jaga dan siap sedia, sebagaimana tuan rumah yang tahu pada waktu pencuri akan datang. Ketidak-tahuan akan hari kedatangan Anak Manusia meminta orang untuk terus berjaga-jaga, waspada, siap-sedia dan siaga. Tentu ajakan ini merupakan bahasa kiasan yang bermakna untuk bersikap waspada secara positif, tidak terjebak pada pemenuhan hidup konsumtif. Mengingat hari kedatangan Tuhan adalah menentukan. Kebahagiaan atau kecelakaan manusia ditentukan untuk selamanya pada saat itu. Maka sikap yang benar adalah jangan tiru generasi Nuh. Maka sikap hidup memuliakan Allah kiranya menjadi keutamaan.

Renungan atas BacaanAkan terjadi pada hari-hari yang terakhir, demikian Nabi Yesaya menyatakan. Ada gerangan apa pada hari-hari yang terakhir itu? gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalanKhotbah Jangkep November & Desember 2010

jalanNya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." Bila direnungkan, ada sebuah suka cita bagi orang-orang yang hidup di jalan Tuhan. Mendapatkan tempat di rumah Tuhan. Sebuah bacaan yang memberikan pengharapan, ketika Gereja memasuki minggu adven I, menapaki tahun baru liturgi. Hidup di jalan Tuhan yang dimaksud tentu berbeda dengan tingkah-polah orang-orang pada zaman Nuh. Zaman Nuh yang dirujuk dalam bacaan Injil menggambarkan situasi orang-orang yang tidak peka pada kehendak Tuhan. Orang hidup semaunya sendiri. Bersenang-senang untuk memuaskan hasrat duniawi, melupakan perkara sorgawi. Sebuah kesadaran disampaikan, supaya dalam masa adven, Gereja meningkatkan sikap kewaspadaan rohani, selalu siap sedia dan berjaga, mengarahkan hati selalu kepada Allah. Hidup waspada, hidup terarah kepada Allah dapat dilatihkan melalui ziarah. Itulah yang ditekankan oleh Pemasmur. Rasul Paulus memaknai sikap iman itu dengan ajakan: Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.

Pokok perenungan:Bagaimana kualitas hidup kita sekarang? Apakah seperti angkatan Nuh yang tidak peka pada kehendak Tuhan? Dengan cara bagaimanakah kita siap sedia untuk menyongsong kedatangan Tuhan?

Harmonisasi Bacaan LeksionariAda keterangan waktu yang penting berdasarkan bacaan pertama. Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir. Nabi Yesaya mendapatkan pernyataan firman Tuhan bahwa pada hari-hari yang terakhir gunung, tempat Rumah Tuhan akan berdiri tegak, dan banyak orang akan berduyun-duyun ke sana. Sebuah gambaran tentang pengharapan bagi orang-orang yang mengarahkan hati kepada Allah dengan berjalan di dalam terang Tuhan. Orang yang mengarahkan hati pada Allah adalah orang yang memiliki kewaspadaan tinggi. Sikap inilah yang pantas untuk menyambut kedatanganKhotbah Jangkep November & Desember 2010

Tuhan, sebagaimana dipesankan dalam bacaan Injil. Sebagai sebuah latihan rohani, ziarah menjadi sarana yang baik untuk melatih diri hidup dalam kewaspadaan ini. Tujuannya supaya semakin mengenal Kristus, sehingga dapat mengenakan Kristus dalam hidup beriman, sebagaimana diharapkan Rasul Paulus dalam bacaan kedua.

Pokok dan Arah PewartaanPesan Injil supaya berjaga dan waspada kiranya menjadi pokok pewartaan. Nasihat yang tepat dalam masa adven, masa penting bagi Gereja untuk mengarahkan hati kepada Allah. Penting pula untuk diingatkan bahwa berjaga dan waspada membutuhkan energi kesabaran yang luar biasa.

Khotbah Jangkep

idup selalu diperhadapkan dengan penantian. Bagi orang yang memiliki sikap yang tepat dalam menanti tentu menikmati kebahagiaan tersendiri. Sabar dalam menanti adalah sikap yang dimaksudkan dalam menghayati masa penantian. Lagi pula dalam kesabaran selalu ada kewaspadaan. Maka benarlah ungkapan seorang pujangga Jawa tempo dulu, sabegja-begjane wong kang lali, isih luwih begja wong kang eling lan waspada. Sikap seperti itulah yang dimaksudkan selalu mengarahkan hati pada Tuhan. Hari ini Gereja tengah merayakan tahun baru liturgi karena telah masuk dalam Minggu Adven I. Minggu Adven menjadi penting bagi Gereja sebagai persiapan menyongsong hari raya Natal. Kurang lebihnya, masa adven adalah masa latihan bagi Gereja untuk olah kesabaran, dan bukan olah pethakilan (banyak cara jahat). Maka jiwa adven perlu dihayati sungguh-sungguh oleh Gereja agar dapat merasakan makna Natal sebagai buah dari olah kesabaran selama penantian. Artinya kesabaran dalam menanti dan merindukan Tuhan tidaklah sia-sia. Untuk maksud ini, Gereja tidak segera merayakan Natal selama masa adven tentu lebih baik, dipandang dari sudut iman. Mengingat dalam iman selalu ada kesabaran, dan bukan sikap serba terburu nafsu. Melalui bacaan hari ini kita diajak merenungkan kembali arti penting iman Gereja yang percaya pada kedatangan Tuhan yang kedua kali. Iman yang menuntut keterarahan hati pada Allah. Iman yang mendorong umat Tuhan menempuh peziarahan rohani bersama Tuhan.

H

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama menyatakan bahwa pada hari-hari terakhir gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di hulu gununggunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Atas dasar ini, segala bangsa akan berduyun-duyun menuju ke sana. Nabi Yesaya menerima visi atau penglihatan tentang orang-orang yang mengarahkan hati pada Allah. Mereka ini akan menerima keselamatan pada hari-hari yang terakhir. Hari terakhir di mata Tuhan bersifat menentukan. Akan menerima kebahagiaan atau kecelakaan kekal ditentukan pada hari terakhir ini. Berbahagialah orang yang mengarahkan hati pada Allah karena mereka akan mendapatkan tempat di rumah Tuhan. Mereka ini adalah yang mau menerima pengajaran iman, yang mau menempuh jalan Tuhan, dan mau berjalan di dalam terang Tuhan. Berjalan dalam terang Tuhan menjadi pesan penting dari Nabi Yesaya. Berjalan dalam terang Tuhan adalah kesiap-sediaan menempuh perjalanan hidup bersama dengan Tuhan. Siap selalu untuk dinaungi dan diterangi cahaya Firman. Jelas-jelas bukan jalan hidup yang semaunya sendiri. Karena itu selalu dibutuhkan kerendahan hati untuk taat pada bimbingan Tuhan. Hati yang taat berarti selalu dianugerahi berkat kesabaran. Bagaimana supaya kita senantiasa hidup dalam bimbingan cahaya ilahi ini? Hidup taat dengan berkat kesabaran? Kitab Mazmur yang menjadi doa kita hari ini menunjukkan jalan bagaimana melatih kesabaran dengan melakukan ziarah. Akhir-akhir ini wisata rohani digemari oleh orang-orang Protestan. Bisakah wisata rohani dimaknai sebagai ziarah? Tentu bisa. Asalkan ketika melakukan wisata disertai persiapan dan niat untuk bertemu Tuhan sepanjang perjalanan. Bagaimana bisa bersabar ketika menunggu teman yang belum datang. Bagaimana mengkondisikan perjalanan yang menyenangkan dengan bersikap sabar terhadap segala hal. Jangan sampai kebahagiaan direbut oleh sikap-sikap serba egois yang menjadi penyebab rasa tidak nyaman dalam perjalanan. Hal-hal tersebut adalah contoh sikap bagi seorang peziarah iman. Berziarah kurang lebihnya adalah bersikap sabar menunggu kehendak Tuhan disertai penyerahan diri pada bimbingan Tuhan. Karenanya berdoa menjadi sebuah kemestian ketika sampai di tempat tujuan wisata rohani. Maka bila dalam masa adven, kita memiliki rencana berwisata rohani atau berziarah tentu sangatlah baik. Sebuah wisata rohani yang ditempatkan dalam rangka menghayati masa adven, dengan kesabaran menantikan kedatangan Tuhan, sebagaimana para peziarah yang mau menempuh perjalanan panjang untuk bertemu Tuhan dalam doa heningnya.

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Berziarah, wisata rohani, yang berpuncak pada doa penyerahan pada penyelenggaraan ilahi kiranya menumbuhkan sikap kewaspadaan dalam rangka menyambut kedatangan Tuhan. Hal ini selaras dengan maksud pengajaran Tuhan dalam bacaan Injil hari ini. Jangan sampai meniru orang-orang pada zaman Nuh yang begitu sembrono menjalani hidup. Mereka hidup hanya untuk mengejar keinginan manusiawi. Yang dikehendaki Tuhan adalah menjalani hidup yang tidak hanyut pada keinginan duniawi. Itulah yang dimaksudkan hidup dengan penuh kewaspadaan. Kurang lebihnya, sikap waspada dalam hidup adalah menyerahkan hidup bagi kemuliaan Tuhan. Segala doa dan karya diarahkan pada Tuhan. Hal ini dijelaskan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma dalam bacaan kedua. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus memberikan nasihat yang penting. Keselamatan sudah lebih dekat bagi orang yang percaya. Karena keselamatan sudah dekat, sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Seperti apakah perlengkapan senjata terang itu? Hidup dengan sopan, menjauhi hawa nafsu, perselisihan dan iri hati. Mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Konsekuensinya dengan merawat tubuh untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini bisa dilatihkan melalui puasa pada masa adven. Melalui puasa, paling tidak kita bisa belajar sabar. Bukan sabar melunasi hutang, tetapi sabar menahan lapar dan haus. Harapannya, hal ini akan berpengaruh baik pada sikap batin kita. Apalagi bila dalam puasa disertai niat dan permohonan rahmat supaya sifat-sifat yang tidak baik diubah dalam kuasa Tuhan menjadi lebih baik. Tentang bagaimana puasa Kristen, buku panduan MPDK tahun-tahun lalu sudah banyak bicara. Kalau kita mau mendalami perihal puasa Kristen, buku Puasa Kristen yang ditulis oleh Pdt. Lukas Eko Sukoco, M.Th yang diterbitkan Sinode GKJ dapat kita tengok isinya. Berpuasa, berziarah adalah sarana-sarana yang bisa dipakai untuk semakin memahami kehendak Tuhan dalam hidup. Sarana untuk semakin mengarahkan hati kepada Tuhan. Orang yang mengarahkan hati pada Tuhan adalah orang yang mau taat, menantikan Tuhan setiap waktu dengan segala kewaspadaan. Adalah salah seorang warga Gereja Kristen Jawa di sebuah desa kecil. Dia sudah lama tidak bisa ke gereja karena sakit. Ketika Pak Pendeta berkunjung, pertanyaan yang disampaikan adalah Pak, kapan saya mendapatkan pelayanan Perjamuan Kudus lagi? Masih tiga minggu lagi, Bu ada apa?

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Masih lama, ya Pak rasanya saya sudah tidak sabar lagi ingin makan dan minum Perjamuan Tuhan. Bu percayalah, semakin Perjamuan Kudus itu dirindukan, kita akan menerima berkat luar bisa dari Tuhan. Iya Pak, saya sudah lama sakit, sepertinya sudah tidak bisa sembuh, yang saya rindukan saat ini hanyalah Tuhan Yesus. Yang sabar ya Bu, kesabaran panjenengan setiap kali menantikan Perjamuan Kudus pasti diberkati Tuhan. Satu hal lagi yang luar biasa dari ibu ini adalah tiap kali dilayani Perjamuan dia selalu mengenakan pakaian yang rapi. Kata suaminya, tiap kali menerima kabar akan dilayani Perjamuan Kudus, minggu pagi sudah minta dimandikan dan minta didandani dengan sebaik-baiknya. Sekarang, ibu itu sudah bersama Tuhan dalam perjamuan abadi. Melalui ibu ini kita belajar tentang sikap yang tepat dalam menanti dan menyambut kedatangan Tuhan dalam sakramen Perjamuan Kudus. Sebuah sikap yang layak dipersembahkan dalam masa adven, menanti dengan penuh kerinduan dan berdandankan kebaikan, hidup dalam kewaspadaan iman. Amin. Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah : Yesaya 2:1-5 Petunjuk Hidup Baru : Roma 13:11-14 Nats Persembahan : Mazmur 122 Rancangan Nyanyian Ibadah: Nyanyian Pembukaan : KJ 84:1, 2 Nyanyian Penyesalan : KJ 42 (2x) Nyanyian Kesanggupan : KJ 400:1,3 Nyanyian Persembahan KJ 403:1-Nyanyian Penutup : KJ 85:1,10

Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Khotbah Jangkep Jawi Minggu, 28 November 2010 Minggu Adven I

ENERING MANAH NAMUNG DHUMATENG GUSTI ALLAHWaosan I: Yesaya 2:1-5, Antar Waosan: Jabur 122; Waosan II: Rum 13:11-14; Waosan III: Mateus 24:36-44

Khotbah Jangkep:

esang tansah dipun aben-ajengaken kaliyan pangantu-antu. Tumraping tiyang ingkang nindakaken pandamel lan sikep ingkang trep salebeting ngantu-antu,tembtu badhe manggihaken kabinga hanipun piyambak. Sabar ing pangantu-antu mujudaken sikep ingkang dipun kersakaken wonten ing satengahing pangantu-antu. Punapa malih ing tengahing kesabaran tansah kadunungan kawaspadan. Mila leres pangandikan ipun satunggaling pujangga bilih sabegja-begjane wong kang lali, isih luwih begja wong kang eling lan waspada. Sikep kados mekaten ingkang dipun wastani tansah ngeneraken manah dhumateng Gusti Allah. Dinten punika pasamuwan nembe ngriyayakaken taun enggal liturgi, amargi sampun lumebet ing Minggu Adven I. Minggu Adven dados wigati tumrap pasamuwan minangka pacawisan methukaken dinten Natal. Kirang langkungipun, titi mangsa adven punika wekdal kangge pasamuwan gladhen ulah kesabaran, lan boten malah ulah pethakilan. Mila jiwaning adven kedah dipun raos-raosaken kanthi saestu dening pasamuwan murih dinten ageng Natal sangsaya ndayani ing gesanging kapitadosan, amargi kinanthenan ulah kesabaran ing tengahing ngantu-antu rawuhipun Gusti. Liripun, kesabaran ing satengahing ngantu-antu rawuhipun Gusti boten muspra. Ing prakawis punika, kawawas prayogi menawi pasamuwan boten kemrungsung anggenipun mahargya Natal ing satengahing mecaki titi mangsa adven. Ngengeti, salebeting kapitadosan tansah kadunungan kesabaran, lan boten asikep sarwa kemrungsung. Lantaran waosan suci dinten punika, kita kaajak ngraos-raosaken malih wigatining kapitadosanipun pasamuwan dhumateng rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih. Kapitadosan ingkang nuntun enering manah sumarah ingKhotbah Jangkep November & Desember 2010

G

ngarsanipun Allah. Kapitadosan ingkang nuntun umatiPun Gusti nindakaken pasujarahaning karohanen tinunggil ing Gusti. Nabi Yesaya ing waosan sepisan nelakaken bilih ing dinten-dinten wekasan, gunung papan padalemane Sang Yehuwah bakal ngadeg jejeg ing sadhuwure gunung-gunung. Awit saking punika, kathah bangsa badhe kumrubut sami marek. Nabi Yesaya nampi pameca tumrap tiyang-tiyang ingkang ngeneraken manahipun dhumateng Gusti Allah. Tiyang-tiyang punika badhe nampi kawilujengan ing dinten wekasan. Dinten wekasan punika nemtokaken gesangipun tiyang. Badhe nampi kabingahan langgeng punapa kacilakan langgeng. Begja tumraping tiyang ingkang ngeneraken manahipun dhumateng Gusti Allah amargi piyambakipun badhe manggen ing padalemanipun Gusti Allah. Tiyang-tiyang ingkang purun nampi piwulanging kapitadosan. Ingkang purun ngambah ing margining Allah, tuwin purun ngambah ing pepadhanging Sang Yehuwah. Lumampah ing pepadhanging Sang Yehuwah dados piweling ingkang utami saking Nabi Yesaya. Lumaku ing pepadhange Sang Yehuwah, nelakaken samektaning manah lumampah ing margining Sang Yehuwah. Tansah samekta katuntun ing pangreksanipun Gusti, kapadhangan ing cahyaning Sabda Suci. Cetha menawi boten gesang sapikajengipun piyambak. Mila mekaten tansah dipun betahaken andhap asoring manah kangge mbangun turut ing tuntunanipun Sang Yehuwah. Manah ingkang mbangun turut tansah kasinungan berkah kesabaran. Kadospundi supados kita tansah gesang ing tuntunaning cahya pepadhang? Gesang mbangun turut kinanthenan berkah kasabaran? Kitab Mazmur ingkang dados pandonga kita dinten punika, nedahaken margi kangge nggladhi kesabaran kanthi nindakaken jiyarah. Wekdal samangke nama kegiatan wisata rohani dipun remeni dening tiyang-tiyang Kristen Protestan. Punapa wisata rohani saged dipun anggep minangka jiyarah? Temtu saged. Sauger nalika nindakaken wisata rohani dipun kantheni niyat kepingin pinanggih Gusti ing sauruting margi. Kados pundi saged sabar nalika ngentosi kanca rombongan ingkang dereng dhateng. Kadospundi ing sauruting margi tansah kanthi sabar ngadhepi sawernining prekawis ingkang kadhangkala boten kininten. Sampun ngantos kabingahan ing sauruting margi dipun jarah-rayah dening sikep mentingaken dhiri pribadi ingkang njalari raos boten jenjem. Prekawis punika mujudaken conto kadospundi nindakaken pasujarahan. Jiyarah kirang langkungipun asikep sabar ngantu-antu karsanipun Gusti kinanthenan pasrahing dhiri dhumateng pangreksanipun Gusti. Mila mekaten, menawi ing tengahing titi mangsa adven nggadhahi rancangan wisata rohani utawi jiyarah temtu prayogi sanget. Satunggaling pasujarahan ingkang dipun papanaken minangka sarana ngraos-raosaken maknaning titi mangsa adven, kanthiKhotbah Jangkep November & Desember 2010

kasabaran ngantu-antu rawuhipun Gusti, kados dene para tiyang ingkang lumpah ing margining jiyarah ingkang panjang saperlu pinanggih Gusti ing pandonganipun. Jiyarah, wisata rohani, ingkang puncakipun ing pandonga pasrah sumarah ing pangreksaning Allah mugi nuwuhaken sikep waspada ing tengahing ngantuantu rawuhipun Gusti. Prekawis punika kados ingkang dipun kersakaken ing piwulanging Injil dinten punika. Sampun ngantos nuladha tiyang-tiyang ing jamanipun Nabi Nuh ingkang sembranan anggenipun gesang. Tiyang-tiyang punika namung ngarah pepenginaning kadonyan. Dene ingkang dipun kersakaken Gusti inggih punika gesang ingkang boten kelu dening pepenginan kadonyan. Punika ingkang dipun wastani gesang ingkang kebak kawaspadan. Kirang langkungipun, sikep waspada punika gesang ingkang ngluhuraken Gusti Allah. Sedaya pandonga tuwin pakaryan kaeneraken kagem kaluhuraning asmanipun Gusti. Prakawis punika dipun tandhesaken dening Rasul Paul dhumateng pasamuwan ing Rum ing waosan ingkang kaping kalih. Dhateng Pasamuwan Rum, Rasul Paul paring piweling ingkang wigati. Kawilujengan sampun celak kaliyan tiyang-tiyang pitados. Amargi kawilujengan sampun celak, mila sumangga kita sami ngrucat sakathahing pratingkahing pepeteng, tuwin sami asikep gegamaning pepadhang! Kados pundi asikep gegamaning pepadhang? Gesang kanthi sopan, nyingkiri hawa nafsu, drengki tuwin srei. Ngrasuk Gusti Yesus minangka gegamaning pepadhang. Kanthi mekaten ateges purun misungsungaken gesang kagem kaluhuranipun Gusti. Prekawis punika saged dipun gladhi kanthi nindakaken siyam ing titi mangsa adven. Kanthi siyam, kita sinagedaken sinau sabar. Boten sabar anggenipun nyaur utang, ananging sabar anggen kita nahan luwe tuwin ngelak. Tujuwanipun, prekawis punika saged numusi ing sikep batos. Punapa malih menawi anggenipun nindakaken siyam dipun kantheni niyat tuwin nyadhong sih rahmat supados sesipatan ingkang boten sae saged dipun dandosi kanthi panguwaosipun Gusti. Magepokan kaliyan kadospundi nindakaken siyam satata Kristen, buku panduan MPDK taun-taun kepengker sampun nerangaken. Menawi kita purun nggegilut bab siyam satata Kristen, buku Puasa Kristen ingkang sinerat dening Pdt. Lukas Eko Sukoco, M.Th ingkang kawedalaken dening GKJ saged kita sinaoni kanthi premati. Nindakaken siyam, jiyarah mujudaken sarana ingkang saged dipun agem supados sangsaya manggihaken karsanipun Gusti ing satengahing gesang. Sarana kangge ngeneraken manah dhumateng Gusti Allah. Tiyang ingkang ngeneraken manah dhumateng Gusti Allah punika tiyang ingkang purun mbangunturut, ngantu-antu Gusti ing sauruting wekdal kanthi kawaspadan.Khotbah Jangkep November & Desember 2010

Wonten satunggaling warga Pasamuwan Kristen Jawi ing satunggaling dhusun alit. Piyambakipun sampun dangu nandhang sakit, satemah boten saged tindak dhateng greja malih. Nalika Bapa Pandhita tetuwi, pitakenanan ingkang dipun aturaken inggih punika,Pak, benjang punapa kula pikantuk peladosan Bujana Suci malih? Taksih tigang minggu malih, Bu w


Top Related