Download - Kesimpulan Dan Penutup
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen pembentuk jaringan lalu lintas yang terdiri dari
manusia, kendaraan, dan jalan merupakan tiga faktor yang tidak bisa
terpisahkan dalam hal lalu lintas.
Pembangunan suatu kawasan atau bangunan baru akan
berdampak langsung terhadap lalu lintas disekitar kawasan tersebut.
Untuk itu diperlukan data historis lalu lintas yang digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan pengaruh dari kawasan baru terhadap jalan-
jalan disekitarnya.
Oleh karena itu ilmu rekayasa lalu lintas sangat diperlukan
untuk memperkirakan kondisi lalu lintas mendatang baik untuk
kondisi tanpa adanya “pembangunan kawasan lau lintas” maupun
“dengan pembangunan kawasan lalu lintas”.
Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah
penyediaan fasilitas untuk pergerakan penumpang/barang dari satu
tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan.
Sedangkan dalam sistem pengembangan lahan tujuan dari
perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus
menguntungkan. Dilihat dari kedua tujuan tersebut seringkali
menimbulkan konflik, hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari
analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan diatas,
atau dengan kata lain :
Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan
mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi
tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak
mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi
atau aktivitas pembangunan.
Komponen – komponen pembentuk lau lintas yang terdiri dari
users (manusia) sebagai pengguna lalu lintas, Roads (jalan) sebagai
pokok dari lalu lintas itu sendiri, dan vehicles (kendaraan) sebagai
pendukung lalu lintas, merupakan tiga factor yang sangat penting dan
pasti ada saling membutuhkan satu sama lain untuk jalanya proses
lalu lintas itu sendiri.
B. Metodelogi
Metode yang dipergunakan didalam penyusunan makalah ini
adalah metode studi literatur, yaitu mencari bahan-bahan masukan
dari buku-buku, dan internet yang berkaitan dengan masalah lalu
lintas, terutama komponen – komponen pembentuk lalu lintas.
C. Permasalahan
Maraknya kemacetan lalu lintas akibat pembangunan kawasan
dan meningkatnya permintaan perjalanan serta semakin tingginya
aktifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di
luar rumah, semakin jauhnya jarak antara tempat tinggal dengan
tempat bekerja dan rendahnya disiplin berlalu lintas, misalnya
angkutan umum berhenti disembarang tempat, parkir di tempat yang
dilarang untuk parkir, serta pejalan kaki menyeberang jalan tidak
pada tempat yang ditentukan.
Fasilitas pendukung lalu lintas yang kurang memadai, tidak
tersedianya fasilitas pejalan kaki (trotoar, penyeberangan), tidak
tersedianya fasilitas pemberhentian angkutan umum (halte),
terbatasnya lahan parkir dan akses keluar masuk pada pusat kegiatan
Dominannya penggunaan angkutan pribadi,komposisi
(Prosentase) Akivitas Lalu Lintas Berdasarkan Moda Menurut Kategori
Kota, ketidakkonsistenan pengembangan tata guna lahan, adanya
perubahan peruntukan seringkali hanya diikuti dengan perubahan
terhadap rencana tata ruang yang ada. Namun dalam perubahan
rencana tata ruang seringkali tidak diikuti dengan perubahan rencana
jaringan transportasinya.
Pemanfaatan jalan dan fasilitas LLAJ diluar kepentingan lalu
lintas. seperti pedagang kaki lima, akan berakibat pada tidak
optimalnya pemanfaatan prasarana, seperti: berkurangnya lebar
efektif jalan, meningkatnya hambatan samping dan menurunnya
tingkat keselamatan pengguna jalan, pemanfaatan jalan untuk
kegiatan di luar kepentingan lalu lintas mengakibatkan bottleneck
arus lalu lintas yang berdampak pada penurunan kecepatan dan
bertambah panjang antrian kendaraan.
D. Pengertian
Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu-lintas atau
kendaraan tertentu yang sering dinyatakan dalam kilometer per jam.
Terdapat dua kategori kecepatan rata-rata. Yang pertama adalah
kecepatan waktu rata-rata yaitu rata-rata dari sejumlah kecepatan
pada lokasi tertentu. Yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata
atau kecepatan perjalanan yang mencakup waktu, perjalanan dan
hambatan. Kecepatan ruang rata-rata dihitung berdasarkan jarak
perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan tertentu. Kecepatan ini
dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan
hambatan.
Karakteristik dari waktu perjalanan/kecepatan perjalanan
diperlukan untuk aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
a. Untuk menentukan perlunya peraturan lalu-lintas dan penempatan
alat-alat pengatur seperti: batas kecepatan, rute sekolah,
penyeberangan pejalan kaki, lokasi rambu-rambu lalu-lintas dan
lampu lalu-lintas.
b. Studi untuk mengatasi tingkat kecelakaan yang tinggi pada lokasi-
lokasi tertentu, dimana dapat ditentukan korelasi antara
kecepatan dan kecelakaan.
c. Evaluasi tingkat perbaikan lalu-lintas, misalnya mempelajari
sebelum dan sesudah peningkatan jalan.
d. Menganalisa daerah kritis yang banyak terjadi keluhan.
e. Untuk penentuan elemen-elemen perencanaan geometrik jalan,
seperti gradien, super elevasi dan persimpangan.
f. Untuk menentukan tingkat keperluan penegakan hukum.
g. Untuk evaluasi ekonomi seperti menghitung biaya operasi
kendaraan dari peningkatan jalan atau pengaturan lalu-lintas.
h. Penentuan rute yang efisien untuk arus lalu-lintas.
i. Untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi kemacetan lalu-lintas.
j. Untuk studi perencanaan transportasi seperti pada proses alokasi
lalu-lintas.
Lalu Lintas merupakan jumlah kendaraan masuk/keluar rata-
rata perhari atau selama jam puncak, yang dibangkitkan oleh
pengembangan kawasan, sedangkan kapasitas didefinisikan sebagai
jumlah maksimum kendaraan yang melewati segmen ruas tertentu
atau lajur tertentu selama periode waktu tertentu dalam kondisi jalan
dan lalu lintas yang umum.
Dalam jaringan jalan, sekumpulan ruas-ruas jalan yang
merupakan satu kesatuan yang terjalin dalam hubungan hirarki.
Manajemen dan rekayasa lalu lintas sering dilakukan untuk
mengoptimalkan penggunaan seluruh jaringan jalan, guna
peningkatan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
supaya masyarakat pengguna lalu lintas terhindar dari kecelakaan,
hal ini tentu harus diimbangi dengan prilaku tertib berlalu lintas.
Volume lalu lintas atau jumlah kendaraan yang melewati suatu
titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam
kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam. Sedangkan
kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung
volume lalu lintas ideal persatuan waktu.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup
Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan guna
meningkatkan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di
jalan, dengan ruang lingkup seluruh jaringan jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa yang terintegrasi,
dengan mengutamakan hirarki jalan yang lebih tinggi.
Kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan,
dilaksanakan melalui tahapan :
a. perencanaan lalu lintas;
b. pengaturan lalu lintas;
c. rekayasa lalu lintas;
d. pengendalian lalu lintas; dan
e. pengawasan lalu lintas.
Sedangkan kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi:
1. Inventarisasi tingkat pelayanan yaitu kegiatan pengumpulan data
untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan/
atau persimpangan, yang meliputi :
a. Data dimensi dan geometrik jalan, terdiri dari antara lain:
1) Panjang ruas jalan;
2) Lebar jalan;
3) Jumlah lajur lalu lintas;
4) Lebar bahu jalan;
5) Lebar median;
6) Lebar trotoar;
7) Lebar drainase,
8) Alinyemen horisontal;
9) Alinyemen vertikal.
b. Data perlengkapan jalan meliputi jumlah, jenis dan kondisi
perlengkapan jalan terpasang
c. Data lalu lintas meliputi antara lain:
1) volume dan komposisi lalu lintas;
2) kecepatan lalu lintas (operating speed);
3) kecepatan perjalanan rata-rata (average overall travel
speed);
4) gangguan samping;
5) operasi alat pemberi isyarat lalu lintas;
6) jumlah dan lokasi kejadian kecelakaan;
7) jumlah dan lokasi kejadian pelanggaran berlalu lintas.
2. Evaluasi tingkat pelayanan yaitu kegiatan pengolahan dan
pembandingan data untuk mengetahui tingkat pelayanan dan
indikasi penyebab masalah lalu lintas yang terjadi pada suatu
ruas jalan dan/ atau persimpangan. Dengan indicator antara lain
a. Kecepatan lalu lintas (untuk jalan luar kota);
b. Kecepatan rata-rata (untuk jalan perkotaan);
c. Nisbah volume/kapasitas (V/C ratio);
d. Kepadatan lalu lintas;
e. Kecelakaan lalu lintas;
3. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan;
4. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas; dan
5. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.
2.2 Faktor Lalu Lintas
A. Volume
Volume adalah jumlah kenderaan yang melalui suatu titik dalam
satuan waktu (hari, jam, menit). Pada suatu jalan, volume yang
terjadi dapt berubah – ubah menurut suatu pola yang dikatakan
tetap. Beberapa hal yang berhubungan erat dengan variasi
volume tersebut antara lain :
Waktu, seperti musim dalam satu tahun, hari dalam satu
minggu, dst
Komposisi lalu lintas, pembagian jurusan, dan susunan jalur
jalan
Jenis tata guna lahan
Kalsifikasi jalan
Volume biasanya diukur dengan cara mekanik dan manual.
Perhitungan dapat dilakukan terhadap kenderaan- kenderaan
pada satu atau beberapa jalur gerak yang sejajar, misalnya
semua kenderaan yang memasuki perpotongan jalan dari suatu
jalan tertentu ataupun semua kenderaan yang memasuki
perpotongan dari arah mana aja.
B. Kecepatan
Ada beberapa definisi yang dipakai untuk menjelaskan kecepatan
dalam hubungannya dengan gerakan kenderaan pada jalur gerak
misalnya kecepatan rata-rata ruang ( Space Mean Speed) adalah
kecepatan rata-rata kenderaan yang didapat dengan membagi
jumlah jarak yang ditempuh dengan jumlah waktu yang
dibutuhkan. Kecepatan Gerak ( Running speed) adalah kecepatan
yang diukur dengan mengabaikan hambatan-hambatan waktu
henti, seperti hambatan persimpangan dan penyeberangan
pejalan kaki. Jadi kecepatan gerak merupakan perbandingan
jarak tempuh pejalanan dengan waktu tempuh dikurangi waktu
berhenti.
2.3 Satuan Mobil Penumpang ( SMP )
Untuk menghilangkan klasifikasi kenderaan pada perhitungan
arus lalu lintas dapat dilakukan dengan menyatakan arus lalu lintas
kedalam satuan mobil penumpang dalam satu satuan waktu. Jenis
dan pengaruh suatu kenderaan yang melintasi suatu ruas jalan dan
persimpangan berbeda satu sarna lainnya menurut katagorinya. Nilai
ekivalen setiap kenderaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain jenis kenderaan, lokasi jalan, keadaan topografi, serta kelandaian
jalan.
2.4 Manusia
Faktor manusia da!am lalu lintas umumnya bervariasi dan sulit
ditentukan karena interaksinya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
keterampilan dan pengaruh sosial. Adapun faktor-faktor manusia ini
mencakup antara lain:
2.4.1 Pengemudi
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat manusia sebagai
pengemudi diantaranya adalah :
Tujuan perjalanan, Berdasarkan tujuan perjalanan sifat-sifat
manusia sebagai pengemudi akan berbeda sehubungan dengan
interaksinya dalam karakteristik lalu lintas.
Kondisi cuaca, Pengemudi akan lebih berhati-hati dalam
mengemudikan kenderaannya pada kondisi cuaca buruk dan
cenderung untuk menurunkan kecepatannya.
Umur dan jenis kelamin. Pada umumnya pengemudi yang
berumur tua atau wanita akan lebih berhati - hati dalam
mengemudi kenderaannya dibandingkan dengan pengemudi
yang berusia muda atau laki-laki.
Kondisi kenderaan. Sifat-sifat pengemudi dipengaruhi oleh jenis I
model serta kekuatan mesin kenderaan
Keadaan lingkungan. Sifat pengemudi pada jalan yang dikenalnya
tidak akan sama dengan apabila berada pada jalan yang belum
dikenalnya, dalam hat ini pengemudi cenderung untuk mengikuti
kelakuan pengemudi lain dan akan lebih berhati hati.
2.4.2 Pejalan kaki
Pejalan kaki cenderung tidak mengenal batasan umur ataupun
persyaratan lainnya sehingga perilakunya akan sulit diramalkan.
Sebagian darinya mungkin belum pernah menjadi pengemudi ataupun
tidak mengenal peraturan lalulintas akibatnya berjalan dan
menyeberang tidak pada tempatnya merupakan hal yang sering
dijumpai pada persimpangan.
2.3 Perencanaan Lalu Lintas
Tingkat pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas:
a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:
1) Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan
tinggi;
2) Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang
dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan
kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.
3) Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang
diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.
b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:
1) arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan
mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas;
2) kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan;
3) pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih
kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
c. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi:
1) arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan
dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi;
2) kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat;
3) pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan,
pindah lajur atau mendahului.
d. tingkat pelayanan D, dengan kondisi:
1) arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh
perubahan kondisi arus;
2) kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas
dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan
kecepatan yang besar;
3) pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam
menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini
masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.
e. tingkat pelayanan E, dengan kondisi:
1) arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume
lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat
rendah;
2) kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas
tinggi;
3) pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi
pendek.
f. tingkat pelayanan F, dengan kondisi:
1) arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;
2) kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama;
3) dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan merupakan
kegiatan penentuan tingkat pelayanan ruas jalan dan/atau
persimpangan berdasarkan indikator tingkat pelayanan. Tingkat
pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan
jalan primer sesuai fungsinya, untuk:
a. jalan arteri primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B;
b. jalan kolektor primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B;
c. jalan lokal primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;
d. jalan tol, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B.
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem
jaringan jalan sekunder sesuai fungsinya untuk:
a. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;
b. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;
c. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D;
d. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D.
Setiap pengembangan/pembangunan pusat kegiatan dan/atau
permukiman yang berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang
dapat mempengaruhi tingkat pelayanan yang diinginkan, wajib
dilakukan analisis dampak lalu lintas. Hasil analisis dampak lalu lintas
merupaka penyempurnaan perencanaan lalu lintas. Pemecahan
permasalahan lalu lintas dilakukan untuk mempertahankan tingkat
pelayanan yang diinginkan melalui upaya-upaya antara lain:
a. peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan dan/atau jaringan
jalan;
b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pengguna jalan
tertentu;
c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat
pelayanan tertentu dengan memperimbangkan keterpaduan intra
dan antar moda;
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi
pengguna jalan.
Teknik-teknik pemecahan permasalahan lalu lintas dalam
upaya mempertahankan tingkat pelayanan dilakukan:
a. pada ruas jalan, mencakup antara lain:
1) jalan satu arah;
2) lajur pasang surut (tidal flow);
3) pengaturan pembatasan kecepatan;
4) pengendalian akses ke jalan utama;
5) kanalisasi; dan/atau
6) pelebaran jalan.
b. pada persimpangan, mencakup antara lain:
a. simpang prioritas;
b. bundaran lalu lintas;
c. perbaikan geometrik persimpangan;
d. pengendalian persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas;
dan/atau
e. persimpangan tidak sebidang.
Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudan
manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi antara lain:
a. penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas
jalan dan persimpangan;
b. usulan pemecahan permasalahan lalu lintas yang ditetapkan
pada setiap ruas jalan dan persimpangan;
c. usulan pengaturan lalu lintas yang ditetapkan pada setiap ruas
jalan dan persimpangan;
d. usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan
perlengkapan jalan;
e. usulan penyuluhan kepada masyarakat.
Penyusunan rencana dan program sebagaimana dimaksud
dalam penjelasan diatas dilakukan secara terkoordinasi dengan
instansi terkait dengan mempertimbangkan:
a. aspek sosial;
b. kondisi lingkungan setempat
c. perencanaan transportasi nasional, regional, dan lokal.
2.4 Pengaturan Lalu Lintas
Kegiatan pengaturan lalu lintas, meliputi kegiatan penetapan
kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas jalan dan/atau persimpangan
tertentu. Aturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan
dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, atau alat
pemberi isyarat lalu lintas (APILL). Lokasi rambu-rambu lalu lintas, marka
jalan, dan atau alat pemberi isyarat lalu lintas harus ditetapkan dengan:
a. Peraturan Direktur Jenderal untuk jalan nasional dan jalan tol;
b. Peraturan Gubernur untuk jalan provinsi;
c. Peraturan Bupati untuk seluruh jalan kabupaten dan jalan desa;
d. Peraturan Walikota untuk seluruh jalan kota.
Pada suatu lokasi di jalan yang sama, dipasang rambu lalu lintas,
marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APIL), maka urutan
prioritas yang berupa perintah atau larangan yang berlaku pertama yaitu
alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), kedua rambu lalu lintas dan ketiga
marka jalan. Apabila pada suatu lokasi di jalan ada petugas yang
berwenang mengatur lalu lintas, maka perintah atau larangan yang
diberikan oleh petugas yang berwenang yang harus didahulukan.
2.5 Rekayasa Lalu Lintas
Kegiatan rekayasa lalu lintas meliputi perencanaan, pembangunan,
dan pemeliharaan jalan, dilaksanakan oleh Pembina jalan. Perencanaan,
pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan terdiri
dari menginventarisasi kebutuhan perlengkapan jalan, perhitungan,
penetapan jumlah kebutuhan dan lokasi pemasangan perlengkapan jalan,
serta penyusunan program pengadaan dan/ atau pemasangan, dan
pemeliharaan perlengkapan jalan.
Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang meliputi
penetapan lokasi rinci pemasangan perlengkapan jalan, penyusunan
spesifikasi teknis yang dilengkapi dengan gambar teknis perlengkapan
jalan, yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setelah melewati hal
tersebut tentu dilakukan pemeliharaan perlengkapan dengan memantau
keberadaan dan kinerja perlengkapan jalan, yaitu menghilangkan/
menyingkirkan benda – benda yang dapat mengurangi/ menghilangkan
fungsi/ kinerja perlengkapan jalan, memperbaiki atau mengembalikan
pada posisi sebenarnya apabila terjadi perubahan/ pergeseran posisi
perlengkapan jalan, serta mengganti perlengkapan jalan yang rusak,
cacat, atau hilang, perlengkapan jalan meliputi :
a. rambu-rambu lalu lintas;
b. marka jalan;
c. alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL);
d. alat pengendali pemakai jalan, terdiri dari:
1) alat pembatas kecepatan;
2) alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan
e. alat pengaman pemakai jalan, terdiri dari:
1) pagar pengaman;
2) cermin tikungan;
3) tanda patok tikungan (delineator);
4) pulau-pulau lalu lintas;
5) pita penggaduh.
f. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari:
1) fasilitas pejalan kaki, mencakup :
a) trotoar;
b) tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan
dan/atau rambu-rambu;
c) jembatan penyeberangan;
d) terowongan penyeberangan.
2) parkir pada badan jalan;
3) halte;
4) tempat istirahat;
5) penerangan jalan.
2.6 Pengendalian Lalu Lintas
Kegiatan pengendalian lalu lintas yang meliputi pemberian
arahan dan petunjuk dalam penyelenggaraan manajemen dan rekayasa
lalu lintas, pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan
lalu lintas,pemberian arahan dan petunjuk dalam penyelenggaraan
manajemen dan rekayasa lalu lintas berupa penetapan pedoman dan tata
cara penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pemberian
arahan dan bimbingan teknis terhadap penyelenggaraan manajemen dan
rekayasa lalu lintas, serta pemberian pelatihan teknis kepada pejabat dan
petugas dalam rangka penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu
lintas.
2.7 Pengawasan Lalu Lintas
Kegiatan pengawasan lalu lintas melalui pemantauan terhadap
pelaksanaan kebijakan lalu lintas, untuk mengetahui tingkat pelayanan
dan penerapan kebijakan lalu lintas meliputi:
1) kecepatan lalu lintas;
2) volume lalu lintas termasuk Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR);
3) jumlah kecelakaan lalu lintas;
4) jumlah pelanggaran berlalu lintas.
Penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas untuk mengetahui
efektifitas kebijakan lalu lintas, dilakukan sebagai tindak lanjut
pemantauan meliputi:
1) penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan;
2) analisis tingkat pelayanan;
3) analisis tingkat kecelakaan;
4) analisis tingkat pelanggaran.
Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas,
untuk penyempurnaan terhadap kebijakan lalu lintas bersifat legal/
hukum, teknis dan/ atau penegakkan hukum. Pemantauan yg dilakukan
melewati tahapan sebagai berikut:
a. pemantauan awal pelaksanaan kebijakan lalu lintas dilakukan setiap
hari selama 3 (tiga) bulan sejak dimulainya penerapan kebijakan lalu
lintas;
b. setelah pemantauan awal sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
dilakukan pengumpulan data setiap 6 (enam) bulan sekali.
2.8 Sistem Informasi
Untuk keperluan pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu
lintas di jalan diselenggarakan sistem informasi manajemen dan rekayasa
lalu lintas terdiri dari:
a. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas nasional meliputi
subsistem informasi jaringan jalan dan perlengkapannya, dan subsistem
informasi lalu lintas
b. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas provinsi;
c. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kabupaten;
d. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kota.
Dalam hal terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas yang
berpengaruh terhadap mobilitas orang dan barang secara nasional,
Direktur Jenderal dapat melakukan tindakan korektif terhadap manajemen
dan rekayasa lalu lintas di jalan provinsi dan kabupaten/kota. Dalam hal
terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh terhadap
mobilitas orang dan barang secara regional, Gubernur dapat melakukan
tindakan korektif terhadap manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan
kabupaten/kota. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan yang
mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh
terhadap mobilitas orang dan barang secara nasional, Direktur Jenderal
dapat melakukan pengaturan lalu lintas sementara yang memanfaatkan
jalan provinsi, kabupaten, kota dan atau desa. Dalam hal terputusnya
pelayanan jalan yang mengakibatkan
gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh terhadap
mobilitas orang dan barang secara regional, Gubernur dapat melakukan
pengaturan lalu lintas sementara yang memanfaatkan jalan nasional,
kabupaten, kota dan atau desa. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan
yang mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas yang
berpengaruh terhadap mobilitas orang dan barang secara lokal,
Bupati/Walikota dapat melakukan pengaturan lalu lintas sementara yang
memanfaatkan jalan nasional dan provinsi.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya permasalahan lalu lintas, terutama lalu lintas darat
mempunyai masalah yang sangat konflik, karenanya mahasiswa teknik
sipil dituntut mampu menyelesaikan segala permasalahan dimaksud.
Beberapa macam komponen – komponen pembentuk lalu lintas pasti
saling berhubungan satu sama lain, dan ilmu rekayasa lalu lintas sangat
mendukung hal pembahasan mengenai lalu lintas tersebut.
Penutup
Dari penyusunan makalah ini penulis berharap mendapatkan
sedikit ilmu mengenai lalu lintas, dan tentunya sebagai penyelesaian
tugas yang diberikan dosen pembimbing. Tugas ini tentu jauh dari
sempurna, saran dan kritik dari dosen pembimbing sangat kami harapkan,
terima kasih.