KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui masih ditemukan residu CAP
dalam sampel yang berasal dari masyarakat luar yang berdomisili di Jawa Barat.
Namun secara aktual tingkat penggunaan antibiotik CAP dalam budidaya
komoditas ekspor di BLUPPB Karawang adalah nol persen.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan uji
residu CAP secara ELISA pada komoditas ekspor memiliki potensi untuk
dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan ELISA memiliki beberapa kelebihan
diantaranya cukup sensitif, reagen relatif murah dan dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lama, dapat memeriksa beberapa parameter, peralatan mudah didapat
dan tidak menggunakan zat radiasi. Pengujian dapat dilakukan dalam beberapa
jam, dapat dibaca menggunakan spektrofotometri dengan hasil cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, N.Y. 2006. Aplikasi Bagan Kendali Proses Berdasarkan Tingkat Residu
Chloramphenicol pada Daging Rajungan di PT. Mina Global Mandiri,
Purwakarta. Skripsi. Fakultas teknologi pertanian. Institut pertanian bogor.
Bogor. 134 hal.
Andryssha, R. 2011. Pemeriksaan Residu Kloramfenikol Dalam Ikan Gurami
(Osphronemus goramy) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Ardiana. 2011. Analisa Residu Antibiotik Chloramphenicol (CAP) pada Produk
Udang Windu (Penaeus monodon) Ebi Furai Beku dengan Metode Enzyme
Linked Immunoassay (ELISA). Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Hasil
Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. 40 hal.
European Union. 2003. Commission Decission of 13 March 2003. amending
Decision 2002/657/EC as regards the setting of minimum required
performance limits (MRPLs) for certain residues in food of animal origin.
Offical Journal of European Union, 181 : 2.
Islamulhayati, S. Keman, R. Yudhastuti. 2005. Pengaruh Residu Khloramfenikol
dalam Udang Windu Terhadap Kejadian Anemia Aplastik pada Mencit.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, I (2) : 99.
Tampubolon, G.H. dan E. Mulyadi, 1989. Sinopsis Kerapu di Perairan Indonesia.
Semarang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Yuningsih. 2011. Keberadaan Residu Antibiotika dalam Produk Peternakan (Susu
dan Daging). Lokakarya nasional keamanan pangan produk peternakan.
Balai penelitian veteriner, bogor. 8 hal.
Yusrini, H. 2005. Teknik Analisis Kandungan Aflatoksin Bl secara Elisa pada
Pakan Ternak dan Bahan Dasarnya. Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E.
Martadinata 30, Bogor 16114.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
METODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA
ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA
KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ARTIKEL ILMIAH PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
ANITA ROSYADA
GRESIK – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
METODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA
ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA
KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
ANITA ROSYADA
NIM : 141111021
Mengetahui ; Menyetujui ;
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing,
Universitas Airlangga,
Prof.Dr.Drh.Hj. Sri Subekti, B.S.,DEA
NIP. 19520517 197803 2 001.
Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.
NIP. 19590808 198603 2 002
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
METODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA
ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA
KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
Anita Rosyada dan Kismiyati, 2014. 14 hal.
Abstrak
Pembangunan sektor perikanan di Indonesia senantiasa ditingkatkan
sebagai penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat, membuka
lapangan kerja, penggerak utama (prime mover) ekonomi serta sebagai sumber
devisa negara. Namun kegiatan ekspor hasil perikanan ke berbagai negara
seringkali terhambat akibat ketatnya pengawasan terhadap keamanan pangan.
Larangan penggunaan antibiotik chloramphenicol (CAP) dalam budidaya
ditetapkan berdasarkan ketentuan WHO (World of Health Organization) memiliki
aturan zero tolerance terhadap kandungan chloramphenicol dalam udang).
Peraturan Uni Eropa (UE) No. 001/705/EC, sejak 27 September 2001
menetapkan bahwa semua produk udang khususnya hasil budidaya dari negara
Asia termasuk Indonesia yang diekspor ke UE harus bebas dari chloramphenicol.
Minimum Require Performance Limits (MRPL) chloramphenicol pada udang
sebesar 0,3 µg/kg (European Union, 2003). Residu antibiotik dapat mempengaruhi
kelayakan produk dan membahayakan kesehatan manusia.
Praktek kerja lapang ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman serta ketrampilan, khususnya metode pengujian residu antibiotik
chloramphenicol (CAP) terhadap komoditas perikanan yang akan diekspor serta
tingkat penggunaannya dalam kegiatan budidaya. Praktek kerja lapang ini
dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan (BLUPPB) Karawang
Desa Pusakajaya, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada
tanggal 20 januari sampai dengan 15 Februari 2014.
Pengujian residu antibiotik dilakukan dengan metode Enzyme Linked
Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil pengujian akan menentukan kelayakan
produk untuk mendapatkan sertifikat kesehatan dan memenuhi persyaratan ekspor
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Terdapat satu sampel kode I.001
mengandung CAP dengan konsentrasi sebesar 1,214 ng/g. Konsentrasi tersebut
tidak melebihi MRPL namun masih melebihi kapabilitas pendeteksian
laboratorium sehingga diindikasi terdapat kandungan senyawa lain yang
strukturnya mirip dengan CAP (suspect). Berdasarkan hasil wawancara diketahui
secara aktual tingkat penggunaan antibiotik CAP dalam budidaya komoditas
ekspor di BLUPPB Karawang adalah nol persen.
Kata Kunci : Chloramphenicol, CAP, Enzyme Linked Immunosorbent Assay,
ELISA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
THE ANTIBIOTIC CHLORAMPHENICOL RESIDUE TEST METHOD
FOR ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) IN
EXPORT COMMODITIES AT BLUPPB KARAWANG
Anita Rosyada and Kismiyati, 2014. 14 p.
Abstract
Fisheries sector development in Indonesia constantly improved as the
proponents need animal protein for people, open up employment, Prime Mover
(prime mover) and as a source of foreign exchange of the country. However the
activities of fisheries export results to different countries is often hampered due to
tight oversight of food safety. Ban on the use of the antibiotic chloramphenicol
(CAP) in aquaculture are set based on the provisions of the WHO (World Health
Organization of) has a zero tolerance rules against the content of chloramphenicol
in shrimp (Islamulhayati, 2005). The regulations of the European Union (EU) No.
001/705/EC, since 27 September 2001 stipulates that all products, especially
shrimp farming results from Asian countries including Indonesia exported to the
EU must be free of chloramphenicol. The Minimum Require Performance Limits
(MRPL) chloramphenicol in shrimp amounted to 0.3 ug/kg (European Union,
2003).
Antibiotic residue could affect the eligibility of products and harm human
health. This roomy work practices aim to gain knowledge, experience and skills,
particularly antibiotic residue testing methods of chloramphenicol (CAP) of the
fishery commodities will be exported as well as the level of its use in aquaculture
activities. This airy working practices implemented in the Production Efforts of
Fisheries Service Center (BLUPPB) Pusakajaya Village, subdistrict of Karawang
Cilebar, Karawang, West Java on January 20, up to 15 February 2014.
Antibiotic residue testing conducted by the method of Enzyme Linked
Immunosorbent Assay (ELISA). The test results will determine the feasibility of
the product to obtain a health certificate and satisfy the requirements of export
based on conditions. There is one sample code i. 001 contains a STAMP with a
concentration of 1,214 ng/g. Concentration does not exceed the MRPL but still
exceed the capability of detection laboratories so that indicates there are other
compounds in structure, similar to a CAP (suspect). Based on the results of the
actual level of consensus interview antibiotic use CAP in the cultivation of export
commodities in Karawang BLUPPB is zero percent.
Key word : Chloramphenicol, CAP, Enzyme Linked Immunosorbent Assay,
ELISA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya ikan
yang sangat melimpah merupakan faktor pendukung dalam pembangunan sektor
perikanan selain sebagai penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat,
membuka lapangan kerja, penggerak utama (prime mover) ekonomi serta sebagai
sumber devisa negara (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Pada tahun 2004-2012, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami
peningkatan. Tercatat sebesar 3,85 USD miliar pada tahun 2012 dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 10,51 USD miliar tiap tahunnya (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2012). Dengan demikian, dilihat dari sisi ekspor, prospek
ikan budidaya Indonesia adalah sangat maju.
Kegiatan ekspor hasil perikanan ke berbagai negara tujuan tidak
selamanya berjalan mulus. Indonesia seringkali mengalami hambatan terutama
yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Keamanan pangan yang membatasi
perdagangan produk pangan tersebut adalah residu antibiotik Chloramphenicol
(CAP). Eksportir udang menderita kerugian yang cukup besar sehubungan dengan
berlakunya peraturan Uni Eropa (UE) No. 001/705/EC, sejak 27 September 2001,
yang menetapkan bahwa semua produk udang khususnya hasil budidaya dari
negara Asia termasuk Indonesia yang diekspor ke UE harus bebas dari
Chloramphenicol. Minimum Require Performance Limits (MRPL)
Chloramphenicol pada udang sebesar 0,3 µg/kg (European Union, 2003).
Larangan penggunaan antibiotik CAP dalam budidaya ditetapkan berdasarkan
ketentuan WHO (World of Health Organization) memiliki aturan zero tolerance
terhadap kandungan CAP dalam udang (Islamulhayati, 2005). Yuningsih (2011)
menyatakan sejak tahun 1982 Indonesia sudah melarang menggunakan
chloramphenicol untuk pengobatan hewan yang akan dikonsumsi dan juga bahan
tambahan pakan. Namun pada kenyataannya sampai pada tahun 2011 masih
ditemukan penggunaan CAP dalam proses budidaya. Hasil penelitian Andryssha
(2011) menunjukkan terdapat residu CAP dalam ikan gurami dari beberapa pasar
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
yang berbeda di kota Binjai, dengan kadar berturut- turut ikan 1, ikan 2, ikan 3
dan ikan 4 dalam satuan mg/g adalah 0,2092±0,0073, 0,0587±0,0016,
0,0786±0,0045, 0,1190±0,0111 dan 0,07675±0,0048. Berdasarkan Rancangan
Standar Nasional Indonesia No. 01 – 6366 - 2000 Batas Maksimum Residu
(BMR) CAP dalam daging sebesar 0,01 mg/kg. Berdasarkan hasil penelitian,
disimpulkan bahwa kadar residu CAP dalam sampel tidak memenuhi persyaratan
Chloramphenicol (CAP) merupakan salah satu dari sembilan jenis bahan
tambahan makanan yang dilarang di Indonesia (Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88). CAP merupakan antibiotik dengan spektrum kegunaan
yang cukup luas dalam membunuh bakteri. CAP dilarang dalam penggunaannya
dikarenakan sifatnya yang tidak mudah diurai oleh tubuh. Asupan CAP dalam
waktu lama akan meninggalkan deposit berlebih dalam tubuh dan bersifat toksik.
Salah satu pengaruh toksisitas deposit adalah kelainan aplasic anemia. Aplastic
anemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh penurunan produksi sel darah
merah pada sumsum tulang belakang (Neuhaus et al, 2002).
Berdasarkan latar belakang ini, maka akan dilakukan Praktek Kerja
Lapang dengan judul Metode Uji Residu Antibiotik Chloramphenicol secara
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) pada Komoditas Ekspor Hasil
Perikanaan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan (BLUPPB) Karawang,
Jawa Barat.
Tujuan
Praktek kerja lapang ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman serta ketrampilan, khususnya metode pengujian residu antibiotik
chloramphenicol (CAP) terhadap komoditas perikanan yang akan diekspor serta
tingkat penggunaannya dalam kegiatan budidaya di BLUPPB Karawang sehingga
dapat memperoleh pengetahuan mengenai cara pengujian residu antibiotik
chloramphenicol (CAP) terhadap komoditas ekspor dan mengetahui informasi
tingkat penggunaannya dalam budidaya di BLUPPB Karawang.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Manfaat
Praktek Kerja Lapang ini mempunyai manfaat diantaranya mendapatkan
pengetahuan tentang cara pengujian dan tingkat penggunaan residu antibiotik
chloramphenicol secara Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) pada
komoditas ekspor hasil perikanaan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya Karawang, Jawa Barat.
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di Balai Layanan usaha Produksi
perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang yang terletak di Desa Pusakajaya,
Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 20 Januari – 15 Februari 2014. Metode yang digunakan
dalam praktek kerja lapang ini adalah melakukan pengamatan langsung dan
mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di BLUPPB Karawang dan
melakukan wawancara terhadap pembimbing lapang atau pegawai mengenai
obyek-obyek yang bersangkutan selama proses pengujian residu antibiotik
chloramphenicol secara Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) pada
komoditas ekspor di BLUPPB Karawang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pengujian Residu Chloramphenicol (CAP) pada Komoditas Ekspor
Pengujian residu antibiotik CAP pada komoditas ekspor di BLUPPB
Karawang dilakukan setiap tahun pada saat dan/atau sebelum panen dari setiap
kolam budidaya dan masyarakat lokal.
Metode pengujian residu CAP di Laboratorium Nutrisi BLUPPB Karawang
yaitu Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) menggunakan kit merek
Bioo Scientific Max Signal® Chloramphenicol (CAP) ELISA Test Kit untuk
menganalisa CAP yang terkandung dalam bahan makanan yang terdiri dari
beberapa reagen, standar CAP yang kemudian dilakukan pembacaan nilai
absorbansi menggunakan ELISA reader dengan merek Microplate Reader iMark*
Biorad.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Proses pengujian terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan alat dan bahan,
pembuatan reagen, preparasi sampel, pembacaan residu dan perhitungan hasil.
Persiapan Alat dan Bahan
Sampel yang datang ke BLUPPB Karawang didata terlebih dahulu di
ruang tata usaha untuk dilakukan pengkodean dan klasifikasi sesuai permintaan
pengujian. Setelah itu, sampel didistribusikan ke laboratorium terkait untuk
dilakukan pengujian.
Peralatan yang digunakan antara lain pinset, well, centrifuge, timbangan
analitik, inkubator, tissue mixer, ELISA plate reader, water bath, vortex mixer,
pipet 10, 20, 100 and 1000 µL, multi-channel pipette: 50-300 µL, nitrogen
evaporator, gelas beker dan freezer.
Bahan kimia/reagen yang digunakan yaitu gas nitrogen, ethyl acetate
(CH3COOC2H5), n-Hexane (CH3(CH2)4CH3), aquadest dan Chloramphenicol
(CAP) ELISA Test Kit yang terdiri dari CAP standards, CAP-HRP Conjugate,
10X Sample Extraction Buffer, 20X Wash Solution, Stop Buffer dan
Tetramethylbenzidine substrate (TMB) Substrate.
Preparasi Sampel
Sampel yang diujikan meliputi komoditas ekspor perikanan di BLUPPB
Karawang yang akan mengalami masa panen, yaitu udang vannamei dari kolam
budidaya D.II (3) dan D.III (14) serta masyarakat luar yang berdomisili di Jawa
Barat. Sampel yang dipersiapkan sebanyak 10 ekor sedangkan pakan sebanyak
100 gram. Selanjutnya sampel udang disimpan pada suhu -200C (freezer) untuk
dilakukan pengujian pada hari berikutnya. Sampel pakan disimpan dalam suhu
ruangan (200 – 25
0 C / 68 – 77
0 F).
A. Udang Vannamei
Preparasi sampel dilakukan dengan menghaluskan daging udang vannamei
menggunakan tissue mixer, kemudian ditimbang sebanyak tiga gram dan
ditambahkan enam mililiter ethyl acetate lalu dikocok menggunakan vortex
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
selama tiga menit sampai homogen. Selanjutnya sampel disentrifugasi selama
lima menit dengan kecepatan 4.000 rpm dalam suhu ruangan (20 – 250 C / 68 –
770 F). Setelah itu ditambahkan empat mililiter supernatan ethyl acetate ke dalam
tabung dan dimasukkan ke dalam water bath dengan suhu 60 – 700 C yang
disemprotkan gas nitrogen untuk mengeringkan sampel. Endapan yang terbentuk
diaduk menggunakan larutan n-hexana sebanyak dua mililiter dan ditambahkan
satu mililiter 1X Sampel Extraction Buffer (SEB) kemudian diaduk menggunakan
vortex selama dua menit dengan kecepatan maksimum. Langkah selanjutnya
dilakukan pengambilan lapisan atas hexane (supernatant) sebanyak 100 µL dan
diletakkan ke dalam well untuk dilakukan pembacaan hasil menggunakan
microtiter plate reader (Bioo Scientific Corp. 2008).
B. Pakan
Preparasi sampel pakan udang dilakukan dengan menghaluskan
sampel menggunakan tissue mixer, kemudian ditimbang sebanyak dua gram
sampel dan ditambahkan enam mililiter ethyl acetate lalu dikocok menggunakan
vortex selama tiga menit sampai homogen. Selanjutnya sampel disentrifugasi
selama lima menit dengan kecepatan 4.000 rpm dalam suhu ruangan (20 – 250 C /
68 – 770 F). Langkah selanjutnya supernatant sebanyak tiga mililiter ditambahkan
ke dalam tabung reaksi dan dimasukkan pada water bath dengan suhu 60 – 700 C
yang disemprotkan gas nitrogen untuk mengeringkan sampel. Endapan yang
terbentuk diaduk menggunakan larutan n-hexana sebanyak dua mililiter dan
ditambahkan satu mililiter 1X Sample Extraction Buffer (SEB) kemudian diaduk
menggunakan vortex selama dua menit dengan kecepatan maksimum. Selanjutnya
dilakukan sentrifugasi selama sepuluh menit dengan kecepatan 4.000 rpm dalam
suhu ruangan. Setelah itu supernatant diambil sebanyak 100 µL dan ditambahkan
400 µL 1x Sample Extraction Buffer kemudian diaduk. Pembacaan menggunakan
microtiter plate reader dilakukan dengan mengambil larutan sebanyak 100 µL
yang diletakkan ke dalam well (Bioo Scientific Corp. 2008).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Pembuatan Reagen
Pembuatan reagen dilakukan berdasarkan kebutuhan sampel yang akan
diuji. Jumlah sampel yang akan ditangani sebanyak 4 sampel daging udang
vannamei (I.001, I.002, I.003, I.004) dan 4 sampel pakan udang vannamei
(P.001, P.002, P.003, P.004) dari masing-masing kolam budidaya, sehingga
terdapat 16 sampel yang masing-masing diduplikasi untuk pengulangan. Reagen
yang dibutuhkan terdiri dari dua bagian yaitu reagen untuk preparasi sampel
diantaranya ethyl acetate, n-hexane dan 1X Sample Extraction Buffer (SEB) serta
reagen berupa protokol ELISA diantaranya CAP-HRP conjugate, 1X Wash
Solution, TMB Substrate dan Stop Buffer. Selanjutnya dilakukan pengenceran
reagen yang disesuaikan dengan SEB diperlukan bahan 10X SEB sebanyak 2 mL
dan pelarut H2O sebanyak 18 mL (perbandingan 1 : 9), serta pembuatan 1X Wash
Solution dengan pengenceran dari 20X Wash Solution sebanyak 1,3 mL dan
pelarut H2O sebanyak 24,7 mL (perbandingan 1 : 19).
Tahap Pembacaan Residu CAP
Tahap pembacaan merupakan tahap untuk membaca kandungan CAP pada
sampel yang telah diekstrasi dengan metode ELISA melalui reaksi antigen-
antibodi dengan penambahan reagen dalam test-kit. Langkah pertama yaitu
menyiapkan microplate (well) dan memberikan 100 µL CAP Standard (duplo)
pada masing-masing well (penambahan dilakukan dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi). Kemudian ditambahkan 100 µL sampel pada masing-masing
well, lalu ditambahkan 50 µL CAP-HRP Konjugat dengan mengaduk plate secara
manual selama 1 menit. Selanjutnya plate diinkubasi selama 1 jam pada ruang
gelap dan suhu ruangan (200 – 25
0 C / 68 – 77
0 F). Tujuannya untuk memberi
waktu agar terjadi reaksi kompetisi pengikatan antibodi CAP (yang terikat dalam
fase padat) oleh sampel atau standar yang mengandung CAP dengan konjugat.
Langkah selanjutnya plate dicuci tiga kali dengan menggunakan 250 µL 1x wash
solution. Tujuan pembilasan adalah untuk menghilangkan konjugat enzim HRP
yang tidak berkaitan dengan antibody CAP (Handojo, 2003). Selanjutnya, plate
dibalik dan dikeringkan menggunakan kain lap. Setelah itu ditambahkan 100 µL
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
tetramethylbenzidine (TMB) substrat dan diperoleh warna biru dengan kecerahan
yang variatif. Selanjutnya diaduk secara manual selama 1 menit sebelum
diinkubasi selama 20 menit dengan suhu ruangan (200 – 25
0 C / 68 – 77
0 F).
Langkah selanjutnya dilakukan penambahan 100 µL stop buffer untuk
menghentikan reaksi enzim. Pada akhir proses terjadi perubahan warna biru
menjadi kuning sebagai indikator reaksi telah berhenti (Marpaung, 2007).
Pembacaan microplate menggunakan ELISA plate reader untuk
mengetahui nilai absorbansi dengan panjang gelombang 450 nm. Data diolah
menggunakan software dalam komputer.
Perhitungan Hasil
Perhitungan hasil dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi (Gambar 2)
yaitu dengan menghitung nilai Optical Density (OD) dan nilai absorbansi
standar/absorbansi standar 0 ng/ml (%B/B0) pada kurva logaritma. Nilai
absorbansi CAP standar dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai konsentrasi CAP pada
sampel diperoleh dari persamaan logaritma standar dalam nilai ng/g setelah
dikalikan dilution factor. Angka dilution factor diperoleh dari rasio berat sampel
dengan volume pelarut.
Tabel 6. Nilai Absorbansi Residu CAP
C Standar OD (rata
2) %B/B0 Ln C
ng/ml
0.000 1.137
0.015 1.051 92.5 -4.200
0.050 0.944 83.1 -2.996
0.150 0.716 63.0 -1.897
0.500 0.484 42.6 -0.693
1.500 0.337 29.7 0.405
Slope -14.420
Intercept 35.102
R2 0.986
Keterangan: OD (Optical density) = Absorbansi
B/BO = absorbance standard (or sample)/absorbance zero standard
Ln C = Anti-Logarithmic Concentration
Sumber: Laboratorium Nutrisi BLUPPB Karawang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Residu CAP
Hasil uji residu CAP terhadap komoditas ekspor secara ELISA, diperoleh
kadar residu CAP pada setiap jenis sampel uji tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pembacaan Residu CAP
Sampel %B/B0 C
ng/g Keterangan
P.001 109.3 0.039 Negatif
P.002 101.9 0.049 Negatif
P.003 99.0 0.060 Negatif
P.004 96.2 0.101 Negatif
I.001 23.0 1.214 Suspect
I.002 87.0 0.014 Negatif
I.003 59.2 0.098 Negatif
I.004 94.9 0.008 Negatif
Pengujian residu CAP pada komoditas ekspor bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi CAP yang masih tersisa akibat dugaan terkontaminasinya molekul
CAP dalam komoditas ekspor baik melalui sarana produksi yang diterapkan
termasuk melalui pakan yang diberikan. Metode Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA) merupakan suatu teknik deteksi dengan metode serologis yang
berdasarkan atas reaksi spesifik antara antigen dan antibodi, mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan menggunakan enzim sebagai
indicator. Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi antara antigen dan
antibodi yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan fase padat dengan
menggunakan konjugat antibodi atau antigen yang dilabel enzim. Enzim ini akan
bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Warna yang timbul dapat
ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata atau kuantitatif dengan
y = -14,42x + 35,102 R² = 0,9859
0
20
40
60
80
100
120
-5,000 -4,000 -3,000 -2,000 -1,000 0,000 1,000
B/B
0 (
%)
Ln C
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
pembacaan nilai absorbansi (OD) pada ELISA plate reader (Burgess,
1995 dalam Yusrini, 2005).
Metode ELISA yang digunakan untuk menentukan residu CAP adalah
metode kompetitif langsung. Analisis berlangsung dalam wadah well dengan
konsentrasi antibodi yang dilapiskan pada mikroplat 0 ng/ml. CAP yang terdapat
pada sampel yang diperiksa akan berkompetisi dengan antibodi yang berada
dalam well. Bahan atau pereaksi yang tidak berikatan akan terbuang setelah
mengalami proses pencucian. Penambahan substrat pada well akan terbentuk
warna pada ikatan antara antibodi dan enzim konjugat. Semakin kuning warna
yang dihasilkan, semakin kecil CAP yang terdapat pada sampel yang dianalisis.
Hasil analisis ditentukan dengan membaca optical density (OD ) pada ELISA
reader. Kurva kalibrasi, plot antara nilai OD dan konsentrasi standar CAP dibuat
dan digunakan untuk menghitung kadar CAP pada sampel.
Ketentuan negara Uni Eropa terkait Minimum Require Performance Limits
(MRPL) residu CAP dalam makanan dan hewan adalah sebesar 0,30 µg/kg (ppb)
atau setara dengan ng/g namun laboratorium penguji diharuskan untuk
mendapatkan kapabilitas hasil pendeteksian sebesar 50% yaitu 0,15 ng/g sampel.
Berdasarkan Tabel 4. diketahui terdapat satu sampel kode I.001 mengandung CAP
dengan konsentrasi sebesar 1,214 ng/g. Konsentrasi tersebut tidak melebihi
MRPL namun masih melebihi kapabilitas pendeteksian laboratorium sehingga
diindikasi terdapat kandungan senyawa CAP. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui secara aktual tingkat penggunaan antibiotik CAP dalam budidaya
komoditas ekspor di BLUPPB Karawang adalah nol persen (Lampiran 7),
sehingga dapat diketahui bahwa komoditas ekspor di BLUPPB Karawang
termasuk tidak terindikasi cemaran CAP.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan hasil pembacaan
standar yang tercantum dalam Tabel 4 dan kurva kalibrasi pada Gambar 2, dapat
disimpulkan bahwa prosedur pengujian telah dilaksanakan dengan baik karena
diperoleh regresi sebesar 0,9859, artinya terdapat hubungan (korelasi)
antarvariabel yang diujikan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui masih ditemukan residu CAP
dalam sampel yang berasal dari masyarakat luar yang berdomisili di Jawa Barat.
Namun secara aktual tingkat penggunaan antibiotik CAP dalam budidaya
komoditas ekspor di BLUPPB Karawang adalah nol persen.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan uji
residu CAP secara ELISA pada komoditas ekspor memiliki potensi untuk
dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan ELISA memiliki beberapa kelebihan
diantaranya cukup sensitif, reagen relatif murah dan dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lama, dapat memeriksa beberapa parameter, peralatan mudah didapat
dan tidak menggunakan zat radiasi. Pengujian dapat dilakukan dalam beberapa
jam, dapat dibaca menggunakan spektrofotometri dengan hasil cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, N.Y. 2006. Aplikasi Bagan Kendali Proses Berdasarkan Tingkat Residu
Chloramphenicol pada Daging Rajungan di PT. Mina Global Mandiri,
Purwakarta. Skripsi. Fakultas teknologi pertanian. Institut pertanian bogor.
Bogor. 134 hal.
Andryssha, R. 2011. Pemeriksaan Residu Kloramfenikol Dalam Ikan Gurami
(Osphronemus goramy) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Ardiana. 2011. Analisa Residu Antibiotik Chloramphenicol (CAP) pada Produk
Udang Windu (Penaeus monodon) Ebi Furai Beku dengan Metode Enzyme
Linked Immunoassay (ELISA). Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Hasil
Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. 40 hal.
European Union. 2003. Commission Decission of 13 March 2003. amending
Decision 2002/657/EC as regards the setting of minimum required
performance limits (MRPLs) for certain residues in food of animal origin.
Offical Journal of European Union, 181 : 2.
Islamulhayati, S. Keman, R. Yudhastuti. 2005. Pengaruh Residu Khloramfenikol
dalam Udang Windu Terhadap Kejadian Anemia Aplastik pada Mencit.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, I (2) : 99.
Tampubolon, G.H. dan E. Mulyadi, 1989. Sinopsis Kerapu di Perairan Indonesia.
Semarang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA
Yuningsih. 2011. Keberadaan Residu Antibiotika dalam Produk Peternakan (Susu
dan Daging). Lokakarya nasional keamanan pangan produk peternakan.
Balai penelitian veteriner, bogor. 8 hal.
Yusrini, H. 2005. Teknik Analisis Kandungan Aflatoksin Bl secara Elisa pada
Pakan Ternak dan Bahan Dasarnya. Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E.
Martadinata 30, Bogor 16114.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Artikel IlmiahMETODE UJI RESIDU ANTIBIOTIK CHLORAMPHENICOL SECARA ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA KOMODITAS EKSPOR DI BLUPPB KARAWANG
ANITA ROSYADA