Download - KESADARAN NOTARIS TERHADAP
1
KESADARAN NOTARIS TERHADAPKEWAJIBAN JABATANNYA
Oleh : BAMBANG WINARTO, S.H.
A. PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris yang terdiri dari 13 bab dan meliputi 92 pasal mulai berlaku pada
saat diundangkan yaitu pada tanggal 6 Oktober 2004 menggantikan Reglement Op
Net Notaris Ambt Indonesie (Peraturan jabatan notaris)yang didalam penjelasan
umum atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 2004 tentang
Jabatan notaris disebutkan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum masyarakat Indonesia dan dalam rangka mewujudkan
(unifikasi) hukum dibidang kenotariatan.
Undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris atau disebut
Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) didalam pelaksanaannya telah dilengkapi
dengan beberapa Peraturan Menteri (Permen) dan Keputusan Menteri (Kepmen)
yang memberikan/mengatur lebih rinci atas ketentuan beberapa pasal dalam
Undang-Undang Jabatan notaris. Selanjutnya sebagai pelaksanaan dari beberapa
pasal dalam undang-undang jabatan notaris (UUJN) tersebut pemerintah dalam
hal ini Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan beberapa
peraturan dan keputusan menteri yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor:
M. 02. PR. 08. 10 tahun 2004 tentang tata cara pengangkatan anggota,
pemberhentian anggota, susunan organisasi, tata kerja dan tata cara
pemeriksaan majelis pengawas notaris (sebagai ketentuan pelaksanaan dari
pasal 81 UUJN).
2. Keputusan menteri hukum dan Hak asasi manusia Republik Indonesia nomor :
M. 39-PW. 07. 10 tahun 2004 tentang pedoman pelaksanaan tugas majelis
pengawas notaris; sebagai ketentuan pelaksanaan dari pasal 67 UUJN
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor :
M.01.- HT.03.01. Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan,
2
Perpindahan, dan Pemberhentian Notaris (sebagai ketentuan pelaksanaan dari
pasal 14 dan pasal 23 undang-undang jabatan notaris).
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor :
M.01.-HT.03.01 Tahun 2007 tentang formasi jabatan notaris sebagai ketentuan
pelaksanaan dari pasal 22 UUJN.
5. Peraturan materi hukum dan hak asasi manusia Republik Indonesia nomor :
M. 02. HT. 03. 10 tahun 2007 tentang pengambilan minuta dan pemanggilan
notaris.
6. Peraturan menteri hukum dan hak asasi Republik Indonesia nomor : M. 02.
HT. 03. 10 tahun 2007 tentang bentuk ukuran/cap/stempel notaris; sebagai
ketentuan pelaksanaan dari pasal 16 UUJN
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor:
M. HH. 01. AH. 02. 2012 tahun 2010 tentang Persyaratan menjalankan jabatan
Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata; sebagai ketentuan pelaksana dari
pasal 20 UUJN.
Dalam pertimbangan Undang-undang tentang jabatan notaris disebutkan
bahwa notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam
pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan
jaminan demi tercapainya kepastian hukum, dalam ketentuan umum undang-
undang jabatan notaris pasal I (1) disebutkan bahwa notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, selanjutnya didalam Bab III
bagian pertama, pasal 15 (1) disebutkan bahwa: Notaris berwenang membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan / atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang. dalam pasal 15 (2) disebutkan bahwa notaris berwenang pula:
3
a) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus .
b) Membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
c) Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan.
d) Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya.
e) Memberikan penyuluhanhukum sehubungan dengan pembuatan akta.
f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau
g) Membuat akta risalah lelang; selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Sebagai pejabat umum yang mempunyai kewenangan membuat akta
otentik sebagaimana disebut dalam Bab I, ketentuan umum, Pasal I undang-
undang jabatan notaris (UUJN) maka didalam menjalankan tugas jabatannya
tersebut juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan (1).
B. KEWAJIBAN NOTARIS
PASAL 16 :
1) Dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajiban:
a) Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
b) Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai
bagian dari protokol notaris;
c) Mengeluarkan grosse akta, salinan data, atau kutipan akta berdasarkan
minuta akta.
d) Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
ini, kecuali jika ada alasan untuk menolaknya
4
e) Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperolehnya guna pembuatan akta sesuai sumpah/janji
jabatan kecuali Undang-undang menentukan lain;
f) Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah minuta akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;
g) Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
diterimanya surat berharga.
h) Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan
waktu pembuatan akta setiap bulan;
i) Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau
daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke daftar pusat wasiat
departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang
kenotariatannya dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap
bulan berikutnya;
j) Mencatat dalam repentorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada
setiap akhir bulan.
k) Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan,
dan tempat kedudukan yang bersangkutan;
l) Membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling
sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
penghadap, saksi, dan notaris;
m) Menerima magang calon notaris.
Selain kewajiban-kewajiban yang secara limitatif disebutkan dalam pasal
16 Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) tersebut maka masih ada kewajiban –
kewajiban lain yang diatur dalam Undang-Undang tersebut yaitu:
1. Mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya dihadapan menteri/pejabat
yang ditunjuk (Pasal 4 ayat 1 UUJN)
5
2. Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji
jabatan notaris wajib:
a) Menjalankan jabatan dengan nyata;
b) menyampaikan Berita Acara sumpah/janji jabatan notaris kepada:
1) Menteri
2) Organisasi notaris
3) Majelis Pengawas Daerah; dan
c) Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf serta
teraan cap/stempel jabatan notaris berwarna merah kepada:
1) Menteri dan pejabat lain yang bertanggung jawab dibidang
keagrariaan/pertanahan;
2) organisasi notaris;
3) Ketua Pengadilan Negeri;
4) Majelis Pengawas Daerah, serta
5) Bupati atau walikota ditempat notaris diangkat (pasal 7 UUJN)
3. Mengambil cuti apabila menjadi pejabat negara dengan menunjuk notaris
pengganti dan apabila tidak menunjuk notaris pengganti maka Majelis
Pengawas Daerah akan menunjuk notaris lain untuk menerima
protokolnya (pasal 11 UUJN).
4. Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor yaitu ditempat kedudukannya
(pasal 19 (1) UUJN).
5. Notaris wajib menunjuk seorang notaris pengganti selama menjalankan
cuti (pasal 25 (3) UUJN).
6. Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan protokol notaris kepada
notaris pengganti dengan membuat berita Acara Serah Terima protokol
Notaris dan disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah (pasal 32
UUJN).
7. Apabila notaris meninggal dunia, suami/istri atau keluarga wajib
memberitahukan kepada Majelis Pengawas Daerah (pasal 35 (1) UUJN).
8. Notaris wajib memberikan jasa secara cuma-cuma kepada orang yang
tidak mampu (pasal 32 UUJN).
6
9. Notaris wajib mengenal penghadap yang menghadap notaris dalam
pembuatan akta dan wajib membacakan akta dengan dihadiri paling sedikit
2 (dua) saksi, pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan
kewenangan penghadap dan para saksi dinyatakan secara tegas dalam akta
(pasal 39 dan pasal 40 UUJN)
10. Notaris wajib membuat daftar akta, daftar surat dibawah tangan yang
disahkan, daftar surat dibawah tangan yang dibukukan dan daftar lain
yang diwajibkan oleh undang-undang ini dan sebelum digunakan wajib
ditandatangani oleh Majelis Pengawas Daerah (pasal 58 UUJN).
11. Notaris wajib menyampaikan secara tertulis salinan yang telah
disahkannya dari daftar akta dan daftar lain yang dibuat pada bulan
sebelumnya paling lama 15 (lima belas) hari pada bulan berikutnya kepada
majelis pengawas daerah (pasal 61 UUJN).
C. AKIBAT PELANGGARAN ATAS KEWAJIBAN NOTARIS
Undang-Undang Jabatan Notaris telah menetapkan secara tegas
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap pemangku
jabatan notaris oleh karena apabila kewajiban-kewajiban tersebut dilanggar oleh
notaris maka hal tersebut akan berdampak, baik bagi notaris yang membuat akta
maupun terhadap akta yang dibuatnya dan bagi para pihak yang membuat akta
notaris tersebut. Undang-undang Jabatan Notaris telah mengatur tentang sanksi
bagi notaris yang melakukan tindakan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
yang merupakan kewajiban bagi notaris yaitu sebagaimana diatur di dalam pasal
84 dan pasal 85 dan terdapat 2 (dua) macam sanksi yaitu:
a) Sanksi Perdata
Dalam pasal 84 UUJN ada 2 (dua) jenis sanksi perdata, jika notaris
melakukan pelanggaran terhadap pasal-pasal tertentu maka:
7
1) Akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan, dan
Ad. 1. Pelanggaran terhadap pasal-pasal tertentu dalam UUJN mengakibatkan
akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan
yaitu:
1) Melanggar ketentuan pasal 16 ayat (1) huruf I yaitu tidak membacakan
akta dihadapan penghadap dengan dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang
saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan
notaris.
2) Melanggar ketentuan pasal 16 ayat (7) dan ayat (8) yaitu notaris pada
akhir akta tidak mencantumkan kalimat bahwa para penghadap
menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah
membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya.
3) Melanggar ketentuan pasal 41 dengan menunjuk kepada ketentuan pasal
39 dan pasal 40 yaitu:
1. Pasal 39
a) Penghadap paling sedikit berumur 18 tahun atau telah menikah dan cakap
melakukan perbuatan hukum.
b) Penghadap harus dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh
2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 tahun atau
telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau
diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya
2. Pasal 40 menyebutkan bahwa setiap akta dibacakan dengan dihadiri
paling sedikit 2 (dua) orang saksi.
Melanggar ketentuan pasal 52 yaitu membuat akta untuk diri sendiri,
istri/suami atau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan notaris baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam
keturunan lurus kebawah dan / atau keatas tanpa pembatasan derajat serta
dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga serta menjadi pihak
untuk diri sendiri maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan
perantaraan kuasa.
8
2) Akta notaris menjadi batal demi hukum.
Ad. 2. Akta notaris menjadi batal demi hukum yaitu:
1. Melanggar kewajiban sebagaimana disebut dalam pasal 16 ayat (1)
huruf i yaitu tidak mengirim daftar akta sebagaimana dimaksud dalam
huruf H atau daftar nihil yang berkenaan dengan dengan wasiat kepusat
daftar wasiat dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap
bulan.
2. Melanggar kewajiban sebagaimana tersebut dalam pasal 16 ayat (1)
huruf k, yaitu tidak mempunyai cap/stempel yang memuat lambang
Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya
dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukannya.
3. Melanggar ketentuan pasal 44, yaitu pada akhir akta tidak disebutkan
atau dinyatakan dengan tegas mengenai penyebutan akta telah
dibacakan untuk akta yang tidak dibuat dalam Bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya yang digunakan dalam akta, memakai penerjemah asli,
penjelasan, penandatanganan akta dihadapan penghadap, Notaris, dan
penerjemah asli.
4. Melanggar ketentuan Pasal 48, yaitu tidak memberikan paraf atau tidak
memberikan tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris,
atas pengubahan atau penambahan berupa penulisan tindih, penyisipan,
pencoretan, atau penghapusan dan menggantinya dengan yang lain
dengan cara penambahan, penggantian atau pencoretan.
5. Melanggar ketentuan Pasal 49, yaitu tidak menyebutkan atas perubahan
akta yang dibuat tidak di sisi kiri akta, tapi untuk perubahan yang dibuat
pada akhir akta sebelum penutup akta, dengan dengan menunjuk bagian
yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan. Perubahan
yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah atau dengan
menyisipkan lembar tambahan. Perubahan yang dilakukan tanpa
menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal.
6. Melanggar ketentuan pasal 50, yaitu tidak melakukan pencoretan,
pemarafan dan atas perubahan berupa pencoretan kata, huruf, atau
9
angka, hal tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat
dibaca sesuai dengan yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf,
atau angka yang dicoret dinyatakan pada sisi akta, juga tidak
menyatakan pada akhir akta mengenai jumlah perubahan, pencoretan,
dan penambahan.
7. Melanggar ketentuan pasal 51, yaitu tidak membetulkan kesalahan tulis
dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah
ditandatangani, juga tidak membuat berita acara tentang pembetulan
tersebut dan tidak menyampaikan berita acara pembetulan tersebut
kepada pihak yang tersebut dalam akta.
b) Sanksi Administratif
Dalam pasal 85 UUJN disebutkan ada 5 (lima) jenis sanksi administratif yaitu:
1) Teguran lisan
2) teguran tertulis
3) Pemberhentian sementara
4) Pemberhentian dengan hormat
5) Pemberhentian tidak hormat
Sanksi-sanksi tersebut berlakunya secara berjenjang mulai dari teguran lisan
sampai dengan pemberhentian tidak hormat karena notaris melangga pasal-pasal
tertentu yang tersebut dalam pasal 85 UUJN yaitu notaris:
1. Melanggar ketentuan pasal 7, Notaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal pengambilan sumpah/jabatan notaris tidak:
a) Menjalankan jabatannya dengan nyata;
b) Menyampaikanberita acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada:
1. Menteri;
2. Organisasi Notaris;
3. Majelis Pengawas Daerah,
c) Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta
teraan cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada:
1. Menteri;
2. Pejabat lain yang bertanggung jawab dibidang agraria/pertanahan;
10
3. Organisasi Notaris;
4. Ketua Pengadilan negeri;
5. Majelis Pengawas Daerah; serta
6. Bupati atau walikota ditempat Notaris diangkat.
2. Melanggar kewajiban Notaris sebagaimana tersebut dalam ketentuan:
a) Pasal 16 ayat (1) huruf a, dalam menjalankan jabatannya Notaris
bertindak jujur, tidak seksama, tidak mandiri, berpihak, dan tidak
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
b) Pasal 16 ayat (1) huruf b, dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan tidak
menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf c, dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak mengeluarkan Grosse akta, salinan akta, atau Kutipan akta
berberdasarkan minuta akta;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf d230 dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;
e) Pasal 16 ayat (1) huruf e, dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya
dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai
dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan
lain;
f) Pasal 16 ayat (1) huruf f, dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi
buku yang memuat 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan. dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;
g) Pasal 16 ayat (1) huruf g, dalam menjalankan jabatannya notaris
tidak membuat daftar akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
diterimanya surat berharga;
11
h) Pasal 16 ayat (1) huruf h, dalam menjalankan tugas jabatannya
Notaris tidak membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat
menurut urutan waktu pembuatan setiap bulan;
i) Pasal 16 ayat (1) huruf I, dalam menjalankan tugas jabatannya
notaris tidak mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud
dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat
menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan.
j) Pasal 16 ayat (1) huruf j, dalam menjalankan tugas jabatannya
notaris tidak mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar
wasiat pada setiap akhir bulan;
k) Pasal 16 ayat (1) huruf k, dalam menjalankan tugas jabatannya
notaris tidak mempunyai cap/stempel yang memuat lambang
negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya
dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang
bersangkutan.
3. Melanggar larangan sebagaimana tersebut dalam pasal 17, yaitu:
a) Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya.
b) Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
c) Merangkap sebagai pegawai negeri.
d) Merangkap jabatan sebagai pejabat negara.
e) Merangkap jabatan sebagai advokat.
f) Merangkap jabatan sebagai pemimpin atat pegawai badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta.
g) Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah diluar
Wilayah Jabatan Notaris.
h) Menjadi notaris pengganti
i) Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan
dan martabat jabatan notaris.
12
4. Notaris dalam melaksanakan ketentuan pasal 20, yaitu dalam
membentuk perserikatan perdata atau perserikatan notaris telah
bertindak tidak mandiri dan ada keberpihakan dalam menjalankan
jabatannya atau dalam menjalankan kantor bersama tersebut.
5. Melanggar ketentual pasal 27, yaitu dalam mengajukan permohonan
cuti, tidak memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam pasal 27,
bahwa cuti harus diajukan secara tertulisdisertai dengan penunjukan
Notaris Pengganti, dan permohonan diajukan kepada:
a) Majelis Pengawas Daerah, apabila jangka waktu cuti tidak lebih
dari 6 (enam) bulan;
b) Majelis Pengawas Wilayah, apabila jangka waktu cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun dengan tembusan
kepada Majelis Pengawas Pusat;
c) Majelis Pengawas Pusat, apabila jangka waktu cuti lebih dari 1
(satu) tahun dengan tembusan kepada Majelis Pengawas Wilayah;
disertai usulan penunjuk Notaris Pengganti.
6. Melanggar ketentuan pasal 32, yaitu Notaris yang menjalankan cuti
tidak menyerahkan Protokol Notaris kepada Notaris pengganti dan
Notaris pengganti menyerahkan kembali protokol kepada notaris
setelah cuti berakhir. Serah terima teradap hal tersebut dibuatkan berita
acara dan disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.
7. Melanggar ketentuan pasal 37, Notaris yang menjalankan tugas
jabatannya tidak memberikan jasa hukum dibidang kenotariatan secara
Cuma-Cuma kepada orang yang mampu (prodeo).
8. Melanggar ketentuan pasal 54, Notaris telah memberikan,
memperlihatkan, atau Kutipan akta, kepada orang yang tidak
berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang
memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan.
9. Melanggar ketentuan Pasal 58, Notaris:
13
a) Tidak membuat daftar akta, daftar surat di bawah tangan yang
disahkan, daftar surat dibawah tangan yang dibukukan, dan daftar
surat lain yang diwajibkan oleh undang-undang.
b) Tidak setiap hari mencatat semua akta yang dibuat oleh atau
dihadapannya, baik dalam bentuk minuta akta maupun originali,
tanpa sela-sela kosong, masing-masing dalam ruang yang ditutup
dengan garis-garis tinta, dengan mencantumkan nomor urut, nomor
bulanan, tanggal, sifat akta, dan mana semua orang yang bertindak
baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai kuasa orang lain.
c) Tidak mengeluarkan akta dalam bentuk originali yang dibuat dalam
rangkap 2 (dua) atau lebih pada saat yang sama, dicatat dalam
daftar dengan satu nomor.
d) Tidak mencatat setiap hari surat di bawah tangan yang disahkan
atau dibukukan, dengan cara yang sudah ditentukan, yaitu dibuat
tanpa sela-sela kosong, masing-masing dalam ruang yang ditutup
dengan garis-garis tinta, dengan mencantumkan nomor urut,
tanggal, sifat akta, dan mana semua orang yang bertindak baik
untuk dirinya sendiri maupun sebagai kuasa orang lain.
10. Melanggar ketentuan pasal 59, Notaris tidak membuat daftar klapper
untuk daftar akta dan daftar surat di bawah tangan yang disahkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (1), disusun menurut abjad
dan dikerjakan setiap bulan. Daftar klapper tersebut memuat nama
semua orang yang menghadap dengan penyebutan di belakang tiap-
tiap nama, sifat, dan nomor akta, atau surat dicatat dalam daftar akta
dan daftar surat bawah tangan.
11. Melanggar ketentuan pasal 63, yaitu bilamana notaris:
a) Meninggal dunia;
b) Telah berakhir masa jabatannya;
c) Minta sendiri;
14
d) Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan
tugas jabatan sebagai notaris secara terus menerus lebih dari 3
(tiga) tahun;
e) Diangkat menjadi pejabat negara;
f) Pindah wilayah jabatan;
g) Diberhentikan sementara; atau
h) Diberhentikan dengan tidak hormat.
Yaitu tidak menyerahkan protokolnya paling lama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembuatan berita acara penyerahan Protokol Notaris yang
ditandatangani oleh yang menyerahkan dan yang menerima Protokol
Notaris, dengan pembatasan bahwa:
a) Dalam hal notaris meninggal dunia, maka penyerahan Protokol
Notaris dilakukan oleh waris Notaris kepada Notaris lainyang
ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah.
b) Dalam hal notaris diberhentikan sementara, maka penyerahan
Protokol Notaris dilakukan oleh Notaris lain yang ditunjuk oleh
Majelis Pengawas Daerah jika pemberhentian sementara lebih dari 3
(tiga) bulan.
c) Dalam hal notaris:
a. Telah berakhir masa jabatannya.
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk
melaksanakan tugas jabatan sebagai Notaris secara terus menerus
lebih dari 3 (tiga) tahun.
d. Pindah wilayah jabatan;
e. Diberhentikan dengan tidak hormat;
Maka penyerahan Protokol Notaris kepada Notaris lain yang
ditunjuk oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas.
15
D. PENUTUP
Demikian tentang kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap pemangku jabatan notaris oleh karena apabila kewajiban
tersebut dilanggar akan berakibat akta notaris yang mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna akan mengalami degradasi menjadi:
1. Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan
atau;
2. Suatu akta menjadi batal demi hukum;
sehingga dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris, sedangkan
notaris yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 85
UUJN dapat dikenai sanksi berupa:
a) Teguran lisan
b) Teguran tertulis
c) Pemberhentian sementara
d) Pemberhentian dengan hormat; atau
e) Pemberhentian dengan tidak hormat.
Sesuai dengan ketentuan yang disebutkan dalam UUJN dan peraturan
pelaksanaannya maka Majelis Pengawas Notaris telah ditetapkan sebagai instansi
yang melakukan pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap
notaris.
-O-o-O-
Jember, 2 Juni 2012
Bambang Winarto, S.H.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Muhammad, Asal-Usul dan Sejarah Akta Notariat, Sinar Baru, Bandung, 1985
Adjie, Habib. Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Rafika Aditama, Bandung, 2008
____________, Majelis Pengawas Notaris, Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Rafika Aditama, Bandung, 2011.
Budiono, Herlin, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2010.
_______, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2010.
Latumeten, Pieter, Kebatalan dan Degradasi Kekuatan Bukti Akta Notaris Serta Model Aktanya, Makalah Kongres XX Ikatan Notaris Indonesia, Surabaya, 2009
Lumban Tobing, G.H.S, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, dan Dimasa Dtang. Gramedia Pustaka, Jakarta, 2008.
Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, 2011
Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2007